Operasi Madago Raya

Operasi militer untuk menumpas kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur
Revisi sejak 25 Desember 2022 10.49 oleh InternetArchiveBot (bicara | kontrib) (Rescuing 0 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.9.2)

Operasi Madago Raya, sebelumnya bernama Operasi Tinombala hingga tahun 2021,[note 1] adalah operasi militer yang dilancarkan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) sejak tahun 2016 di wilayah Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Tujuannya, yaitu untuk menangkap dan menumpas jaringan Mujahidin Indonesia Timur.[10]

Operasi Madago Raya
Bagian dari Operasi Anti-Terorisme di Indonesia

Kedatangan 150 personel anggota TNI baru pada Januari 2016 yang menggantikan personel TNI yang ditarik setelah 5 bulan bertugas dalam upaya perburuan MIT yang waktu itu dipimpin oleh Santoso di hutan pegunungan Poso
Tanggal10 Januari 2016 - Sekarang
LokasiKabupaten Poso, Indonesia
Status

Masih Berlangsung

Pihak terlibat

Indonesia Indonesia
Didukung oleh:

 Amerika Serikat
 PBB

Mujahidin Indonesia Timur

Didukung oleh:

Tokoh dan pemimpin
Sekarang
Indonesia Joko Widodo
Indonesia Andika Perkasa
Indonesia Listyo Sigit Prabowo
Indonesia Toto Nurwanto
Indonesia Rudy Sufahriadi
Indonesia Agung Setya Imam Effendi
Sekarang
Ali Kalora [a]
Pasukan

Tentara Nasional Indonesia


Kepolisian Republik Indonesia

Mujahidin Indonesia Timur
Tidak ada pasukan spesifik
Kekuatan
± 3.000 personel 40-an
18[5] (Juli 2016)
14[6] (Agustus 2016)
7 (Mei 2017)
10 (Desember 2018)
18 (Desember 2019)
14 (April 2020)
11 (November 2020)
9 (Maret 2021)
6 (Juli 2021)
4 (September 2021)
3 (Januari 2022)
2 (April 2022)
1 (Mei 2022)
0 (September 2022)
Korban
2 orang polisi tewas[7]
15 orang TNI tewas[8]
1 helikopter jatuh
36 orang ditangkap, menyerahkan diri, maupun tewas[9]

Operasi ini dimulai pada tanggal 10 Januari 2016[11] dan merupakan kelanjutan dari Operasi Camar Maleo IV.[12] Operasi ini melibatkan sekitar 2.000 personel.[13] Operasi Tinombala pada awalnya dijadwalkan selesai pada tanggal 9 Maret 2016, tetapi operasi ini kemudian diperpanjang selama enam bulan.[14]

Menurut TNI dan Polri, Operasi Madago Raya berhasil membatasi ruang gerak kelompok Santoso dan membuat mereka berada dalam kondisi "terjepit dan kelaparan".[12] Pada tanggal 18 Juli 2016, Santoso alias Abu Wardah tewas ditembak oleh Satuan Tugas Operasi Tinombala setelah terjadinya baku tembak di wilayah desa Tambarana.[15]

Operasi

Penyergapan Sangginora

Pada 9 Februari 2016, kontak tembak jarak dekat pertama dalam Operasi Tinombala terjadi. Sebuah mobil misterius dengan kaca tertutup berhenti di desa Sangginora, Poso Pesisir Selatan. Mereka berhenti di kios dan membeli perbekalan di luar batas kewajaran. Pemilik kios curiga dan melaporkan mobil tersebut kepada Satgas Tinombala yang terdekat. 6 orang personel gabungan TNI-Polri kemudian mendatangi mobil tersebut. Brigadir Wahyudi Saputra yang mengetuk kaca mobil, secara tiba-tiba ditembak dari dalam mobil oleh terduga teroris. Melihat Wahyudi jatuh tersungkur, 5 anggota TNI-Polri lainnya langsung menembak ke arah mobil misterius tersebut, menewaskan 2 teroris di dalamnya. Wahyudi tewas saat dilarikan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Poso akibat luka tembak di dagu kiri dan menembus leher belakang.[butuh rujukan]

Kecelakaan Helikopter TNI-AD

 
Kolonel Inf. Syaiful Anwar tewas dalam kecelakaan helikopter

Pada 20 Maret 2016, Helikopter Bell 412 milik TNI-AD yang sedang dalam perjalanan menuju Kota Poso dari Watutau, tersambar petir di Kelurahan Kasiguncu, Poso Pesisir, Poso. Kecelakaan ini menewaskan Danrem 132/Tadulako Kolonel Inf. Syaiful Anwar bersama 12 penumpang dan awak lainnya yang naik di Helikopter ini.[16][17]

Kepala Pusat Penerangan TNI saat itu, Mayjen. TNI Tatang Sulaiman menyatakan bahwa saat helikopter itu jatuh, cuaca dalam kondisi hujan. Keberadaan mereka di Poso untuk melaksanakan operasi bantuan kepada Polri yang sedang memberantas kelompok teroris Santoso.[18]

Atas perintah langsung dari Presiden Joko Widodo kepada Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, seluruh korban dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata (TMPN), Jakarta Selatan. Upacara militer dilakukan untuk mengiringi prajurit yang gugur saat operasi Tinombala. Dalam upacara tersebut, belasan prajurit TNI dan Polri membentuk barisan penembak salvo. Upacara pemakaman secara militer dilaksanakan sekitar pukul 12.00 WIB. Upacara pemakaman dipimpin oleh Mayjen. TNI Muhammad Herindra untuk yang beragama Islam, dan Brigjen. TNI Benny Susianto untuk prajurit yang beragama Kristen.[8]

Selain itu, TNI memberikan santunan kepada keluarga korban dan biaya pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi kepada anak-anak prajurit TNI yang gugur di Poso, termasuk kepada keluarga Kolonel Syaiful Anwar, yang pada akhirnya pangkatnya dinaikkan menjadi Brigadir Jenderal TNI (Anumerta).[19]

Kematian Santoso

 
Santoso, pemimpin MIT, tewas dalam Operasi Alfa 29

Pada 18 Juli 2016, kontak tembak terjadi di pegunungan sekitar Desa Tambarana, Poso Pesisir Utara, sekitar pukul 17.00 WITA. Dalam baku tembak yang berlangsung sekitar setengah jam itu, dua orang tewas, dan mereka adalah Santoso dan Mukhtar.[20]

Basri yang awalnya diperkirakan tewas (belakangan ternyata Mukhtar), berhasil kabur. Kepala Satuan Tugas Operasi Tinombala Kombes (Pol.) Leo Bona Lubis mengungkapkan, kepastian Santoso tewas diperoleh dari hasil identifikasi fisik luar dan dari keterangan saksi-saksi.[20]

"Saya selaku kepala operasi menyatakan bahwa hasil kontak tembak, salah satu (korban tewas) adalah DPO yang selama ini dicari, yaitu gembong teroris Santoso dan Mukhtar yang masuk dalam daftar pencarian orang." Kombes (Pol.) Leo Bona Lubis, Wakapolda Sulawesi Tengah[20]

Penyerbuan terhadap kelompok Santoso dilakukan sekitar pukul 16.00 WITA oleh anggota satgas bersandi Alfa-29 yang terdiri atas sembilan orang prajurit Yonif Raider 515/Kostrad. Saat melaksanakan patroli di pegunungan Desa Tambarana, mereka menemukan sebuah gubuk dan melihat beberapa orang tidak dikenal sedang mengambil sayur dan ubi untuk menutup jejak.[21]

Mereka juga menemukan jejak di sungai dan terlihat tiga orang di sebelah sungai namun langsung menghilang. Tim satgas ini kemudian berupaya mendekati orang-orang tak dikenal itu dengan senyap. Setelah berada dalam jarak sekitar 30 meter, mereka kemudian terlibat kontak senjata sekitar 30 menit. Setelah dilakukan penyisiran seusai baku tembak, ditemukan dua jenazah dan sepucuk senjata api laras panjang. Sedangkan tiga orang lainnya berhasil kabur.[22]

Dua jenazah, yakni Santoso dan Mukhtar, kemudian dievakuasi pada Selasa pagi ke Polsek Tambarana, Poso Pesisir Utara. Hanya beberapa menit di Polsek Tambarana, jenazah kedua buronan dalam kasus terorisme itu diterbangkan dengan sebuah helikopter menuju Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufrie Palu.[22]

Penangkapan Basri dan kematian anggota lainnya

Pada 14 September 2016, Basri bersama istrinya ditangkap oleh Satgas Operasi Tinombala. Mereka ditangkap tanpa melakukan perlawanan sama sekali. Dia dan istrinya kemudian di bawa ke Palu untuk diperiksa atas keterlibatannya dalam kelompok Santoso.[23]

Pada 14 September 2016, seorang terduga teroris ditemukan tewas di pinggir Sungai Puna di desa Tangkura, Poso Pesisir Selatan, sekitar pukul 9:30 pagi waktu lokal (WITA).[24] Orang tersebut kemudian diidentifikasi sebagai Andika Eka Putra, salah satu DPO.

Berdasarkan informasi dari Kapolda Sulawesi Tengah, Brigjen. Pol. Rudy Sufahriadi, Andika tewas karena kepalanya terbentur batu pada saat dia akan menyeberangi sungai. Tim satgas kemudian diturunkan ke lokasi untuk mengambil jenazah dan dibawa ke RSUD Poso.[24][25]

Pada 19 September 2016, Satgas Operasi Tinombala Charlie 16, sedang berpatroli di wilayah perkebunan Tombua dan tiba-tiba bertemu dengan Sobron, salah satu DPO. Sobron kemudian terpojok dan mengambil granat dari sakunya dan berteriak, "Allahu Akbar!" setelah dia diminta untuk menyerah. Belum sempat melempar granat tersebut, Satgas kemudian menembaknya di kepala karena dia tidak mau menyerah. Di tubuhnya ditemukan empat granat dan dua machete.[9]

Pada tanggal 10 November 2016, Yono Sayur ditembak mati oleh pasukan gabungan setelah sebelumnya mencoba melarikan diri.[26]

Pergantian nama menjadi Operasi Madago Raya

Pada 18 Februari 2021, Polri mengubah nama operasi ini menjadi "Operasi Madago Raya". Nama "Madago Raya" berasal dari bahasa Pamona yang berarti "baik hati dan dekat dengan masyarakat". Masa tugas Operasi Madago Raya berlangsung dari 1 Januari hingga 31 Maret 2021.[27]

Satuan Tugas

Pusat

Satuan Tugas Operasi Madago Raya di pusat dikoordinasikan oleh Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo bersama dengan Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa.

Lambang Institusi Nama Jabatan
  Polri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo[b] Kepala Kepolisian Republik Indonesia
  TNI Jenderal TNI Andika Perkasa Panglima Tentara Nasional Indonesia

Sulawesi Tengah

Satuan Tugas Operasi Madago Raya di Sulawesi Tengah dikoordinasikan oleh Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Irjen. Pol. Rudy Sufahriadi bersama dengan Komandan Korem 132/Tadulako Brigjen. TNI Toto Nurwanto.

Lambang Institusi Nama Jabatan
  Polri Irjen. Pol. Rudy Sufahriadi[c] Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah
  TNI Brigjen TNI Toto Nurwanto[d] Komandan Korem 132/Tadulako

Poso

Satuan Tugas Operasi Madago Raya di Poso dikoordinasikan oleh Kapolres Poso AKBP Rentrix Ryaldi Yusuf bersama dengan Dandim 1307/Poso Letkol. Inf. Hasroel Tamin.

Lambang Institusi Nama Jabatan
  Polri AKBP Rentrix Ryaldi Yusuf Kepala Kepolisian Resor Poso
  TNI Letkol. Inf. Hasroel Tamin Komandan Kodim 1307/Poso

Mantan anggota

Para perwira tinggi dan menengah TNI-Polri di bawah ini setidaknya pernah menjadi bagian dalam operasi ini.

Lambang Institusi Nama Jabatan
  Polri Jenderal Pol. Badrodin Haiti[e] Kepala Kepolisian Republik Indonesia
  TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo Panglima Tentara Nasional Indonesia
  TNI Brigjen. TNI (Anumerta) TNI Syaiful Anwar[f] Komandan Korem 132/Tadulako
  TNI Brigjen. TNI Ilyas Alamsyah[g] Wakil Asisten Pengamanan Kasad
  Polri Kombes. Pol. Leo Bona Lubis Wakil Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah
  TNI Kolonel Inf. Muhammad Saleh Mustafa[h] Komandan Korem 132/Tadulako
  Polri Brigjen. Pol. I Ketut Argawa[i] Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah
  TNI Kombes. Pol. M. Aris Purnomo[j] Wakil Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah
  TNI Kolonel Inf. Agus Subiyanto[k] Komandan Korem 132/Tadulako
  Polri Brigjen. Pol. Ermi Widyatno[l] Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah
  Polri Brigjen. Pol. Lukman Wahyu Hariyanto[m] Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah
  Polri Kombes. Pol. Setyo Boedi Moempoeni Harso[n] Wakil Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah
  TNI Kolonel Inf. Agus Sasmita[o] Komandan Korem 132/Tadulako
  Polri Jenderal Pol. Tito Karnavian[p] Kepala Kepolisian Republik Indonesia
  Polri Irjen. Pol. Syafril Nursal[q] Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah
  Polri Jenderal Pol. Idham Azis[r] Kepala Kepolisian Republik Indonesia
  Polri Irjen. Pol. Abdul Rakhman Baso[s] Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah
  TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto Panglima Tentara Nasional Indonesia
  TNI Brigjen TNI Farid Makruf[t] Komandan Korem 132/Tadulako

Reaksi

Indonesia

Militer

  •   Indonesia - Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengungkapkan, prajurit dari Batalyon Raider 515 Kostrad berangkat sejak 13 hari sebelumnya untuk memburu kelompok Santoso. Mereka membutuhkan waktu tiga hari untuk menempuh jarak sekitar 11 kilometer ke tempat persembunyian Santoso, sementara untuk sampai ke titik penyergapan membutuhkan waktu selama delapan hari. Atas kesuksesan operasi Alfa 29, seluruh aparat yang terlibat dalam Satgas Tinombala akan mendapat kenaikan pangkat luar biasa.[21]

Pengamat

  •   Indonesia - Pengamat kepolisian Karel Susetyo menilai ada urgensi untuk memperpanjang masa Operasi Tinombala. Menurut Karel, Presiden Jokowi harus mengevaluasi terlebih dahulu apa yang telah dilakukan oleh Polri dalam operasi tersebut. Karena hanya dengan luas hutan seluas 830 hektar, tapi Polri kesulitan menangkap sisa kelompok Santoso yang tergabung dalam kelompok kecil.[28]
  •   Indonesia - Direktur Celebes Intitute Adriani Badrah menilai, Operasi Tinombala sudah tidak efektif lagi. Alasannya, pola operasi cenderung represif sehingga dia mengusulkan untuk diubah ke pola yang lebih persuasif untuk mengurangi lebih banyak korban dan pertumpahan darah.[28]
  •   Indonesia - Pengamat terorisme dari The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya, menyampaikan lima analisis terhadap kematian Santoso. Pertama, eksistensi perlawanan kelompok teroris MIT akan menurun drastis karena Santoso adalah simbol sekaligus simpul perlawanan di belantara hutan Poso selama ini. Kedua, di Indonesia ada tiga tempat seksi untuk gerilya yaitu Sulawesi, Aceh dan Papua. Ketika sosok Santoso tidak ada lagi maka perlawanan teroris di Sulawesi akan memudar, dan peluang terciptanya kedamaian di Poso pun terbuka. Ketiga, tidak ada lagi 'Santoso-Santoso' baru yang muncul karena pilihan pribadi dengan latar belakang dendam atau kreasi dari kelompok tertentu karena visi politiknya ke depan. Keempat, Operasi Tinombala harus segera dihentikan karena target utamanya di Poso telah didapatkan. Terakhir, meninggalnya Santoso menjadi pelajaran bagi Pemerintah Indonesia agar menggunakan pendekatan disengagement of violence atau menjauhkan seseorang dari aksi-aksi kekerasan dan meninggalkan metode enforcement atau penindakan.[29]

ISIS

Internasional

  •   Amerika Serikat - Amerika Serikat mendukung penuh tindakan yang diambil oleh Pemerintah Indonesia. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat sebelumnya telah menyatakan bahwa MIT adalah organisasi teroris.[42] Santoso juga masuk dalam Daftar Teroris Global (SDGT) Amerika Serikat. Sebagai konsekuensi dari pencatatan itu, semua bentuk properti di daerah yurisdiksi AS yang mengatasnamakan Santoso akan diblokir.[43]
  •   Perserikatan Bangsa-Bangsa - PBB mendukung tindakan Pemerintah Indonesia, karena MIT sendiri telah dinyatakan sebagai kelompok teroris oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa di bawah Komite Sanksi Al-Qaeda pada 29 September 2015.[44]

Catatan kaki

  1. ^ Ali Kalora menjadi pemimpin Mujahidin Indonesia Timur menggantikan Santoso.[4]
  2. ^ Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo menggantikan Jenderal Pol. Idham Azis yang memasuki masa pensiun.
  3. ^ Irjen. Pol. Rudy Sufahriadi menggantikan Irjen. Pol. Abdul Rakhman Baso yang memasuki masa pensiun.
  4. ^ Brigjen TNI Toto Nurwanto menggantikan Brigjen TNI Farid Makruf yang pindah tugas.
  5. ^ Memasuki masa pensiun.
  6. ^ Meninggal dunia dalam kecelakaan helikopter.
  7. ^ Mantan Danrem 132/Tadulako.
  8. ^ Kolonel Inf. Muhammad Saleh Mustafa menggantikan Kolonel Inf. Syaiful Anwar yang meninggal karena kecelakaan.
  9. ^ Brigjen. Pol. I Ketut Argawa menggantikan Brigjen. Pol. Rudy Sufahriadi yang pindah tugas.
  10. ^ Kombes. Pol. M. Aris Purnomo menggantikan Kombes. Pol. Leo Bona Lubis yang pindah tugas.
  11. ^ Kolonel Inf. Agus Subiyanto menggantikan Kolonel Inf. Muhammad Saleh Mustafa yang pindah tugas.
  12. ^ Brigjen. Pol. Ermi Widyatno menggantikan Brigjen. Pol. I Ketut Argawa yang pindah tugas.
  13. ^ Brigjen. Pol. Lukman Wahyu Hariyanto menggantikan Brigjen. Pol. Ermi Widyatno yang pindah tugas.
  14. ^ Kombes. Pol. Setyo Boedi Moempoeni Harso menggantikan Kombes. Pol. M. Aris Purnomo yang pindah tugas.
  15. ^ Kolonel Inf. Agus Sasmita menggantikan Kolonel Inf. Agus Subiyanto yang pindah tugas.
  16. ^ Jenderal Pol. Tito Karnavian menggantikan Jenderal Pol. Badrodin Haiti yang memasuki masa pensiun.
  17. ^ Irjen. Pol. Syafril Nursal menggantikan Irjen. Pol. Lukman Wahyu Hariyanto yang pindah tugas.
  18. ^ Jenderal Pol. Idham Azis menggantikan Jenderal Pol. Tito Karnavian yang mengundurkan diri.
  19. ^ Irjen. Pol. Abdul Rakhman Baso menggantikan Irjen. Pol. Syafril Nursal yang pindah tugas.
  20. ^ Brigjen TNI Farid Makruf menggantikan Kolonel Inf. Agus Sasmita yang pindah tugas.

Referensi

  1. ^ "Ancaman kelompok pro-ISIS Filipina terhadap Indonesia". BBC News Indonesia. 2016-10-26. Diakses tanggal 2021-03-27. 
  2. ^ Wijanarko, Bagus (2016-03-17). "WNA Uighur di Poso Tergabung dalam East Turkestan Movement". CNN Indonesia. Diakses tanggal 2021-03-27. 
  3. ^ Sangadji, Ruslan (2016-03-18). "Uighur militants infiltrating Indonesia". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-03-27. 
  4. ^ Stefanie, Christie (2016-07-19). "Polri Sebut Ali Kalora Jadi Pengganti Santoso". CNN Indonesia. Diakses tanggal 2015-07-19. 
  5. ^ "Mabes Polri: Masih Ada 18 Orang Anggota Santoso". Kriminalitas.com. Diakses tanggal 2015-07-23. 
  6. ^ "Satgas Tinombala Dilempar Bom, Langsung Balas, Dor! Dor! Ibrohim Tewas". JPNN.com. 2016-08-18. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-08-19. Diakses tanggal 2016-08-19. 
  7. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama wahyudi
  8. ^ a b Kusuma, Edward Febriyatri (2016-03-22). "13 Korban Jatuh TNI Angkatan Darat di Poso Dimakamkan di TMPN Kalibata". detikcom. Diakses tanggal 25 Maret 2016. 
  9. ^ a b "Indonesian Militant Suspected to be from ISIS Linked Terror Group in Poso Killed". The Straits Times. Diakses tanggal 30 September 2016. 
  10. ^ Briantika, Adi (2021-02-17). "Polri Ubah Nama Operasi Tinombala, Operasi Nemangkawi Pantau AMP". Tirto.id. Diakses tanggal 2021-03-27. 
  11. ^ "Kapolri Tinjau Operasi Tinombala 2016 di Poso, Sulawesi Tengah". VOA Indonesia. Diakses tanggal 15 April 2016. 
  12. ^ a b Litha, Yoanes (2016-02-11). "TNI Polri: Kelompok Santoso dalam Posisi Terjepit Akibat Operasi Tinombala 2016". VOA Indonesia. Diakses tanggal 11 Februari 2016. 
  13. ^ "Operasi Tinombala, TNI-Polri Kepung Santoso dari Segala Arah". BeritaSatu. Diakses tanggal 10 Mei 2016. 
  14. ^ "Operasi Tinombala 2016 Diperpanjang 6 Bulan". VOA Indonesia. Diakses tanggal 10 Maret 2016. 
  15. ^ Akhmadi, Yudono Yanuar, ed. (2016-07-18). "Kronologi Penyergapan Kelompok Santoso di Poso". Tempo.co. Diakses tanggal 18 Juli 2016. 
  16. ^ "Helikopter Jatuh, Perwira Asal Ranah Minang Itu Gugur Dalam Tugas". Padang Media. Diakses tanggal 25 Maret 2016. 
  17. ^ "In Memoriam Kolonel Inf. Syaiful Anwar, Calon Jenderal Kebanggaan Orang Kampung". News Hanter. Diakses tanggal 25 Maret 2016. 
  18. ^ Wibisono, Gunawan (2016-03-22). "Panglima TNI: Putri Brigjen Syaiful Anwar Bangga terhadap Ayahnya". Okezone.com. Diakses tanggal 25 Maret 2016. 
  19. ^ Febrianto, Samuel (2016-03-21). Febrianto, Samuel, ed. "TNI Beri Kenaikan Pangkat 13 Prajurit Korban Helikopter Jatuh". Tribunnews.com. Diakses tanggal 25 Maret 2016. 
  20. ^ a b c "Santoso Tewas, Pasukan Gabungan Buru Basri dan Ali Kalora". Koran Sindo. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-08-09. Diakses tanggal 2016-07-20. 
  21. ^ a b Septianto, Bayu (2016-07-19). "Santoso Diduga Tewas, Bukti Kerjasama Apik TNI dan Polri". Okezone.com. Diakses tanggal 2016-07-19. 
  22. ^ a b "Santoso Tewas Tertembak, Begini Kronologinya". Rakyatku. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-07-22. Diakses tanggal 2016-07-20. 
  23. ^ "Basri Ditangkap, Santoso Tewas, Bagaimana Radikalisme di Poso?". BBC. Diakses tanggal 2016-09-20. 
  24. ^ a b "MIT member found dead in Poso's Puna River". The Jakarta Post. Diakses tanggal 30 September 2016. 
  25. ^ "Santoso's successor Basri arrested, another terror suspect shot dead Poso Raid". Jakarta Globe. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-10-02. Diakses tanggal 30 September 2016. 
  26. ^ "Yono Sayur Teroris Santoso Ditembak Mati". Metrotvnews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-11-13. Diakses tanggal 12 November 2016. 
  27. ^ "Operasi Tinombala di ubah Menjadi Madago Raya". TribrataNews. 2021-02-18. Diakses tanggal 2021-03-27. [pranala nonaktif permanen]
  28. ^ a b "Operasi Tinombala Proyek Gagal Kepolisian". Harian Terbit. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-10-03. Diakses tanggal 1 Oktober 2016. 
  29. ^ Lumbanrau, Raja Eben (2016-07-19). "'Pengaruh Jika Santoso Benar Meninggal bagi Poso'". CNN Indonesia. Diakses tanggal 19 Juli 2016. 
  30. ^ "ISIS Serukan Balas Dendam Pasca Tewasnya Santoso". VOA. Diakses tanggal 1 Oktober 2016. 
  31. ^ Schmitt, Eric; Barnard, Anne (August 30, 2016). "Senior ISIS Strategist and Spokesman Is Reported Killed in Syria". The New York Times. 
  32. ^ "Key Islamic State leader killed in apparent U.S. strike in Syria". Reuters. Diakses tanggal 31 August 2016. 
  33. ^ "Russia says it killed Islamic State leader Adnani in Syria". Reuters. 31 August 2016. 
  34. ^ "Российский Су-34 уничтожил в Сирии второе лицо в ИГ". RIA Novosti. 31 August 2016. 
  35. ^ "Russian airstrike killed senior ISIS leader Abu Muhammad al-Adnani – Moscow". 
  36. ^ Lack of Coordination: Who in Fact Killed Daesh's Chief Strategist? Sputnik News 13 September 2016
  37. ^ "Senior ISIS leader, spokesman Adnani killed, reports say". Fox News. Diakses tanggal 30 August 2016. 
  38. ^ "US doubts Russia's claim it killed ISIS spokesman". CNN. Diakses tanggal 31 August 2016. 
  39. ^ "Russia's claim it killed Islamic State's Adnani 'a joke': U.S. officials". MSN News. Diakses tanggal 31 August 2016. 
  40. ^ "Pentagon confirms it killed senior ISIS leader Abu Muhammad al-Adnani". Fox News. Diakses tanggal 12 September 2016. 
  41. ^ Pentagon Confirms U.S. Strike in Syria Killed ISIL Leader 12 September 2016
  42. ^ "Designation of Foreign Terrorist Fighters". Diakses tanggal 19 July 2016. 
  43. ^ "Santoso Masuk Daftar Teroris Global Amerika Serikat". DW. Diakses tanggal 2016-03-22. 
  44. ^ "UNSC sanctions". Diakses tanggal 19 July 2016. 

Pranala luar


Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "note", tapi tidak ditemukan tag <references group="note"/> yang berkaitan