Ma'ruf Amin
Prof. Dr. (H.C.) K. H. Ma'ruf Amin (lahir 11 Maret 1943) adalah seorang ulama, dosen, dan politikus Indonesia yang saat ini menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia, terhitung sejak tanggal 20 Oktober 2019.[2] Ma'ruf menyertai politik sejak terpilihnya sebagai anggota DPRD DKI Jakarta pada 1971 hingga menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat selama dua periode sejak 1997 sampai 2004. Setelahnya, ia aktif di Majelis Ulama Indonesia dan pada akhirnya ditunjuk oleh Joko Widodo untuk mendampinginya pada Pemilu Presiden 2019 dengan didukung oleh Koalisi Indonesia Kerja.[3]
Ma'ruf Amin | |
---|---|
Wakil Presiden Indonesia ke-13 | |
Mulai menjabat 20 Oktober 2019 | |
Presiden | Joko Widodo |
Pengganti Petahana | |
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia ke-7 | |
Masa jabatan 27 Agustus 2015 – 27 November 2020 | |
Rais 'Aam Nahdlatul Ulama ke-10 | |
Masa jabatan 6 Agustus 2015 – 22 September 2018 | |
Ketua Umum | Said Aqil Siroj |
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden | |
Masa jabatan 10 April 2007 – 20 Oktober 2014 | |
Presiden | Susilo Bambang Yudhoyono |
Ketua | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Ma'ruf al-Karkhi[1] 11 Maret 1943 Kresek, Tangerang, Banten, Masa Pendudukan Jepang |
Partai politik |
|
Suami/istri |
|
Hubungan | Nawawi al-Bantani (buyut) |
Anak | 8 |
Orang tua |
|
Pendidikan | Pondok Pesantren Tebuireng Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (sarjana filsafat Islam) |
Almamater | Universitas Ibn Khaldun Bogor |
Tanda tangan | |
Situs web | www |
| |
Sunting kotak info • L • B |
Kehidupan pribadi
Lahir dengan nama Ma'ruf al-Karkhi pada tanggal 11 Maret 1943, yang bertepatan pada tanggal 4 Rabiulawal 1362 Hijriyah di Desa Kresek, Tangerang, Keresidenan Banten, dari pasangan Kyai Haji Mohamad Amin dan Hajjah Maimoenah.[4] Ma'ruf terlahir dari keluarga yang sangat religius, bahkan ia masih memiliki garis keturunan dari Nawawi al-Bantani, ulama asal Banten dan juga masih keturunan Sultan Maulana Hasanuddin, Sultan Banten pertama yang memiliki nasab sampai kepada Nabi Muhammad SAW.[5] Ayahnya memberi nama "Ma'ruf al-Karkhi" bukan tanpa sebab, melainkan Kyai Mohamad Amin berharap Ma'ruf dapat menjadi ahli agama, seperti Abu Mahfudz Ma'ruf bin Firus al-Karkhi atau lebih dikenal dengan Ma'ruf al-Karkhi, seorang ahli sufi dari Persia.[1] Nama "al-Karkhi" pada nama belakang Ma'ruf tidak bertahan begitu lama, karena tidak tercatat dalam dokumen-dokumen legal. Pada tahun-tahun berikutnya, nama yang dipakai adalah nama ayahnya, Amin. Sehingga namanya berubah menjadi "Ma'ruf Amin".
Pada tahun 1955, Ma'ruf memperoleh pendidikan awalnya di Sekolah Rakyat Kresek dan bersamaan juga ia digemblengkan pengetahuan agama di Madrasah Ibtidayah Kresek, kemudian melanjutkan pendidikan menengah Madrasah Tsanawiyah (1958) dan Madrasah Aliyahnya (1961) di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur milik Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul 'Ulama. Dia disekolahkan di sebuah pondok pesantren di Banten tahun 1963. Setahun setelahnya, ia menempuh pendidikan tinggi pada tahun 1964 di Fakultas Ushuluddin Universitas Ibnu Khaldun, Bogor dan berhasil memperoleh gelar sarjana filsafat Islam.[6] Selepas tamat perguruan tinggi, ia sempat mendapat tawaran prajurit kepolisian sekitar tahun 1965.[7] Akan tetapi, tawaran tersebut ditolaknya, bersamaan dengan datangnya penolakan dari pihak keluarganya.
Ma'ruf telah berumah tangga pada tahun 1964 dengan Siti Churiyah. Mereka dikaruniai delapan orang anak, diantaranya Siti Ma'rifah, Siti Mamduhah, Siti Najihah, Siti Nur Azizah, Ahmad Syauqi, Ahmad Muayyad, Siti Hannah, dan Siti Haniatunnisa. Ia dan keluarga kecilnya mulai menginjakkan kaki di Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara pada pertengahan tahun 1964. Saat itu, kariernya di bidang sosial dan politik sangat cemerlang. Namun, pada tanggal 21 Oktober 2013, Siti Churiyah meninggal dunia di Rumah Sakit Premier, Jatinegara, Jakarta Timur setelah 49 tahun pernikahan mereka.[8] Tujuh bulan kemudian, pada tanggal 31 Mei 2014, Ma'ruf menikahi Wury Estu Handayani yang telah menjadi janda selama sekitar dua tahun. Keduanya menjalani taaruf secara singkat sebelum akhirnya menikah dalam upacara sederhana di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat.[9] Ia dikenal memiliki ciri khas memakai sarung yang melambangkan kebudayaan Muslim.
Perjalanan karier
Tak lama setelah menyelesaikan program studi dari perguruan tinggi, Ma'ruf melakukan tugas dakwah di Jakarta pada 1964 dan menjadi guru sekolah di Jakarta Utara sejak 1964 hingga 1970. Di samping itu, ia juga bekerja sebagai Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Nahdatul Ulama, Jakarta, tahun 1968 dan Direktur, sekaligus Ketua Yayasan Lembaga Pendidikan dan Yayasan Al-Jihad tahun 1976. Kiprahnya di Nahdlatul 'Ulama dimulai sewaktu dirinya menjabat sebagai Ketua Gerakan Pemuda Ansor ranting Koja yang pertama dengan menginisasi pembentukan grup drumben untuk meningkatkan kreativitas pemuda GP Ansor di bidang seni dan budaya, antara tahun 1964 sampai 1965. Selain itu, ia memimpin GP Ansor Cabang Tanjong Priok dari 1965 sampai 1966 dan Ketua Front Pemuda yang beranggotakan organisasi pemuda lintas partai dari 1964 sampai 1967. Dilanjut pada tahun 1966 hingga 1970, ia memimpin Nahdlatul 'Ulama Jakarta, lalu menjabat sebagai Wakil Ketua Nahdlatul 'Ulama wilayah Jakarta dari 1968 sampai 1976. Sebagai seorang pendakwah, Ma'ruf terlibat dalam Koordinator Dakwah Islam dengan menjadi anggotanya sejak tahun 1970 hingga 1972. Setelahnya, ia menjabat sebagai anggota Badan Amil Zakar, Infak, dan Sadaqah (Bazis) Jakarta sejak 1971 hingga 1977. Setelah itu, Ma'ruf menjadi anggota Pengurus Lembaga Da'wah Pengurus Besar Nahdlatul 'Ulama (PBNU), Jakarta, antara tahun 1977 hingga 1989 dan memimpin Yayasan Syekh Nawawi Al-Bantani sebagai ketua umum tahun 1987.
Sejarah politiknya dimulai ketika terpilih sebagai anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Utusan Golongan sewaktu Nahdlatul Ulama masih aktif sebagai organisasi partai politik untuk periode 1971–1977, melalui Pemilu 1971 dengan anggota termuda pada masanya.[10] Ia dilantik pada 14 Oktober 1971 dan memimpin sementara DPRD DKI Jakarta bersama dengan Sjamsidar Murdono dari Fraksi Golongan Karya. Selain itu, ia juga mengetuai Fraksi Utusan Golongan dari 1971 sampai 1973 dan Ketua Dewan Fraksi PPP dari 1973 sampai 1977. Ma'ruf kembali terpilih sebagai anggota DPRD DKI Jakarta di Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (F-PPP) periode 1977–1982, sekaligus menjabat Ketua Fraksi PPP dan pimpinan Komisi A. Di akhir masa jabatannya, Ma'ruf kembali ke kampus sebagai dosen dan aktivisme sosial.[11] Pada tahun 1989, ia ditunjuk sebagai katib 'aam, yakni posisi senior dalam syuriah atau dewan pimpinan tertinggi Nahdlatul 'Ulama sampai tahun 1994. Dia kemudian naik posisinya menjadi salah satu dari ra'is syuriah atau pemimpin (1994–1998) dan mengawasi kepemimpinan eksekutif Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Pasca reformasi di Indonesia pada tahun 1998, Ma'ruf menjadi penasehat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), serta bagi Gus Dur selama periode kepresidenannya di Indonesia dari 1999 sampai 2001.[12][13] Ia kembali aktif dalam dunia politik usai melenggang ke Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR/MPR RI) pada periode 1997–1999 yang terpilih di Fraksi Partai Persatuan Pembangunan dan duduk sebagai Ketua Komisi VI DPR RI, lalu ketika Partai Kebangkitan Bangsa dibentuk, Ma'ruf pada akhirnya berpindah fraksi pada tahun 1998. Di tahun yang sama, ia juga terlibat dalam Pengurus Besar Nahdlatul 'Ulama sebagai anggota Mustasyar PBNU. Pada tanggal 1 Oktober 1999, Ma'ruf dilantik sebagai anggota legislatif DPR RI untuk daerah pemilihan Kabupaten Tangerang[14] setelah terpilih kembali pada Pemilu Legislatif 1999 untuk masa jabatan 1999–2004 dan duduk sebagai anggota Komisi II DPR RI dan Panitia Anggaran.[6][13] Sejak tahun 1990, Ma'ruf sudah menganggotai Majelis Ulama Indonesia (MUI), serta menjadi Ketua Dewan Syariah Nasional dan Wakil Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat tahun 1996.
Semasa menjabat anggota DPR RI periode 1999–2004, Ma'ruf menjadi anggota Komite Ahli Pengembangan Bank Syariah Bank Indonesia pada 1999 dan mengetuai Komisi Fatwa Majelis Ulama yang bertugas mengeluarkan pendapat hukum (fatwa), antara tahun 2001 sampai 2007. Selain itu, ia turut mendirikan Pondok Pesantren An-Nawawi, Tanara, Serang, Banten, tahun 2001.[15] Awal berdirinya PKB, Ma'ruf menjabat posisi Ketua Dewan Syuro PKB sampai 2002.[16] Pada Juli 2002, ia terpilih sebagai anggota Dewan Mustasyar PKB hingga mengundurkan diri setelah mendirikan Partai Kebangkitan Nasional Ulama pada tahun 2006.[17] Dia tidak mengikuti pemilihan kembali untuk melenggang ke DPR RI pada tahun 2004 dan kembali ke pangkuan Majelis Ulama Indonesia untuk memimpin Ketua Harian Dewan Syariah Nasional MUI dari 2004 hingga 2010. Kemudian pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ma'ruf mengemban amanat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) dari 2007 sampai 2014.[18] Pada awal menjabat, ia ditempatkan di bidang Kehidupan Beragama hingga tahun 2009. Selanjutnya, pada 25 Januari 2010, Ma'ruf dilantik kembali menjadi anggota Wantimpres yang membidangi Kehidupan Beragama dan Pertanian.[19] Menjelang akhir masa jabatannya sebagai Wantimpres, ia membidangi urusan Hubungan Antar Agama dari 2012 sampai 2014.
Sahal Mahfudh, Ketua Umum MUI petahana meninggal dunia pada 24 Januari 2014. Oleh karena itu, Din Syamsuddin dari Muhammadiyah yang ketika itu menjabat Wakil Ketua Umum ditunjuk oleh Dewan Pertimbangan MUI untuk menjabat posisi Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia. Bersamaan dengannya, Ma'ruf ditunjuk pula sebagai Wakil Ketua Umum.[20] Sebelumnya, ia menjabat sebagai Ketua Komisi Fatwa MUI. Sejak dibentuknya Komite Pengembangan Jasa Keuangan Syariah Otoritas Jasa Keuangan pada 2014, ia menduduki posisi ex-Officio dengan tugas memberikan rekomendasi kebijakan strategis dan operasional di bidang pengembangan jasa keuangan syariah.[21] Pada Agustus 2015, Ma'ruf mencalonkan diri untuk posisi 'aam syuriah Nahdlatul 'Ulama yang setara dengan jabatan Ketua Dewan Pimpinan Tertinggi. Namun, ia mendapatkan posisi kedua dari pemilihan setelah posisi pertama dipegang oleh petahana, Mustofa Bisri. Dalam perkembangan yang signifikan, Bisri menarik namanya dari pemilihan dan Ma'ruf setelahnya memenangkan posisi Ra'is 'Aam Syuriah dalam Kongres ke-33 Nahdlatul Ulama.[11] Ia juga memimpin Majelis Ulama Indonesia, setelah terpilih sebagai ketua pada tanggal 27 Agustus 2015 melalui Musyawarah Nasional IX di Surabaya, Jawa Timur, menggantikan Din Syamsuddin.[22][23]
Pada 7 Juni 2017, oleh Presiden Joko Widodo, Ma'ruf dilantik sebagai anggota Dewan Pengarah Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila yang berganti nama pada tanggal 28 Februari 2018 menjadi Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila.[24] Pada tanggal 6 September 2018, ia dinobatkan menjadi Ketua Harian Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah.[25] Ma'ruf dinonaktifkan dari jabatan Ketua Majelis Ulama Indonesia pada 20 Oktober 2019, mengingat dirinya telah dilantik sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia. Selepas mengabdi sebagai Ketua Umum MUI, ia terpilih dalam Musyawarah X Majelis Ulama Indonesia sebagai Ketua Dewan Pertimbangan MUI sejak 27 November 2020.[26] Pada 23 Februari 2020, ia diangkat menjadi Ketua Harian Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2020 tentang Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah.[27]
Menjabat Wapres
Ma'ruf dilantik sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia pada 20 Oktober 2019. Berusia 76 tahun, 223 hari ketika dilantik, ia adalah Wakil Presiden tertua yang dilantik dalam sejarah Indonesia. Dalam pembagian kerja dengan Presiden Joko Widodo, ia menangani penanggulangan kemiskinan, kesejahteraan, usaha mikro kecil menengah, reformasi birokrasi, ekonomi syariah, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.[28]
Pilpres 2019
Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengumumkan bahwa dirinya akan mencalonkan kembali dalam Pemilu Presiden 2019. Jusuf Kalla sebagai wakil presiden petahana tidak dapat mencalonkan diri kembali dikarenakan tidak memenuhi syarat untuk masa jabatan selanjutnya karena batasan masa jabatan yang ditentukan untuk jabatan presiden dan wakil presiden, mengingat Jusuf Kalla telah menjabat wakil presiden selama dua periode secara tidak berturut-turut (2004–2009 dan 2014–2019). Spekulasi mengenai siapa yang akan dipilih Jokowi sebagai pasangannya yang berfokus pada beberapa kandidat, termasuk Mahfud MD, seorang mantan Menteri Pertahanan Indonesia dan pernah memimpin Mahkamah Konstitusi sebagai ketua.
Pada 9 Agustus 2018, secara mengejutkan, Jokowi mengumumkan bahwa Ma'ruf akan menjadi pasangannya. Padahal, Mahfud dilaporkan tengah mempersiapkan diri untuk menjadi calon wakil presiden pendamping Jokowi, tetapi setelah didorong oleh beberapa partai konstituen dari koalisi pemerintahan Jokowi dan tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh, Ma'ruf dipilih sebagai gantinya.[29] Menjelaskan keputusannya, Jokowi merujuk pada pengalaman Ma'ruf yang luas dalam urusan pemerintahan dan keagamaan.[30]
Komisi Pemilihan Umum mengumumkan kemenangan Widodo dan Ma'ruf, dengan pasangan ini mendapatkan 55,5 persen suara pada 21 Mei 2019, meskipun status Ma'ruf sebagai Wakil Presiden terpilih sedang menunggu tuntutan hukum ke Mahkamah Konstitusi.[31]
Pandangan
Sebagai ketua MUI, Ma'ruf memberikan dukungannya terhadap peraturan yang melarang pornografi dan mendukung keputusan yang melarang kegiatan Ahmadiyah. Selain itu, Ma'ruf "menyesalkan" keputusan Mahkamah Konstitusi yang menolak usulan larangan kegiatan homoseksual pada tahun 2017, alih-alih menginginkan "peraturan tegas".[30]
Pada 2012, Ma'ruf juga mengeluarkan rekomendasi agar umat Islam tidak mengucapkan Selamat Natal, dengan mengutip kontroversi terkait dengan perkataan tersebut.[32] Namun, pada tahun 2018, ia menyatakan bahwa tidak pernah ada larangan eksplisit untuk mengucapkan Selamat Natal yang dikeluarkan oleh MUI, setelah tersiar sebuah video bahwa dia mengatakan Selamat Natal.[33]
Mengenai terorisme Islam, Ma'ruf menyatakan bahwa pelaku bom bunuh diri tidaklah syahid, dan bahwa saat ini adalah era untuk intelektual, bukan perang fisik.[34] Selama debat dalam pemilihan presiden 2019, ia menekankan pentingnya deradikalisasi dalam kontraterorisme.[35]
Kontroversi
Kasus Ahok
Ma'ruf terlibat dalam bagian dari kontroversi seputar pemilihan gubernur Jakarta pada tahun 2017. Gubernur Jakarta saat itu Basuki Tjahaja Purnama, yang dikenal sebagai "Ahok", menjadi sasaran dari banyak protes di Jakarta pada bulan November 2016. Sebagai tanggapan, Ahok menuduh bahwa Ma'ruf telah memihak dalam pemilihan karena melakukan panggilan telepon dengan Presiden Indonesia keenam Susilo Bambang Yudhoyono, di mana anaknya Agus Harimurti Yudhoyono maju melawan Ahok dalam pemilihan.[36][37][38] Ahok kemudian meminta maaf kepada Ma'ruf melalui media sosial atas implikasi bahwa Ma'ruf telah dipengaruhi oleh tekanan politik.[39][40]
Ma'ruf menerima permintaan maaf Ahok, dengan mengatakan bahwa masalah itu telah diselesaikan.[41] Terlepas dari kesediaan Ma'ruf untuk membiarkan masalah ini beristirahat, sebuah organisasi yang dikenal sebagai Pengusaha Indonesia Muda melaporkan Ahok ke Bareskrim Mabes Polri karena diduga telah melecehkan Ma'ruf dan menyadap percakapan teleponnya dengan mantan Presiden Yudhoyono[42] meskipun penolakan sebelumnya oleh tim kuasa hukum Ahok dari tuduhan yang terakhir.[43]
Dalam sebuah wawancara terpisah, yang dilakukan setelah Ma'ruf terpilih sebagai kandidat wakil presiden, ia menyatakan bahwa ia menyesal bersaksi melawan Ahok dan menambahkan bahwa ia "terpaksa" untuk melakukannya.[44]
Penghargaan
Tanda kehormatan
- Indonesia :
- Bintang Republik Indonesia Adipradana (22 Oktober 2019)
- Bintang Mahaputera Adipurna (22 Oktober 2019)
- Bintang Mahaputera Adipradana (13 Agustus 2014)[45]
- Bintang Jasa Utama (22 Oktober 2019)
- Bintang Kemanusiaan (22 Oktober 2019)
- Bintang Penegak Demokrasi (22 Oktober 2019)
- Bintang Budaya Parama Dharma (22 Oktober 2019)
- Bintang Bhayangkara (22 Oktober 2019)
Akademik
- Doktor kehormatan Bidang Hukum dan Ekonomi Syariah oleh Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2012)[46]
- Guru Besar Kehormatan Bidang Ilmu Ekonomi Muamalat Syariah oleh Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (2017)
Galeri foto
-
Joko Widodo dan Ma'ruf Amin saat mendaftar sebagai kandidat Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden pada Pilpres 2019.
Referensi
- ^ a b "Nama Kecil KH Ma'ruf Amin". Nahdlatul 'Ulama. NU Online. 7 September 2018. Diakses tanggal 22 Oktober 2021.
- ^ "Pelantikan KH. Ma'ruf Amin Sebagai Wakil Presiden Periode 2019 – 2024". Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia. 20 Oktober 2019. Diakses tanggal 23 Oktober 2021.
- ^ Rinaldo (9 Agustus 2018). Ali, Muhammad; Sary, Hotnida Novita, ed. "Sah, Jokowi Gandeng Ma'ruf Amin untuk Cawapres 2019". Liputan6.com. Diakses tanggal 29 April 2019.
- ^ Retaduari, Elza Astari (10 Agustus 2018). "Sudahkah Anda Mengenal Ma'ruf Amin? Ini Biografinya". detikcom. Diakses tanggal 23 Oktober 2021.
- ^ "The Genealogy Of KH Ma'ruf Amin From The Descendants Of King Siliwaangi To The Prophet". voi.id. 23 Maret 2021. Diakses tanggal 23 Oktober 2021.
- ^ a b Meiliana, Diamanty (9 Agustus 2018). Meiliana, Diamanty, ed. "Ini Profil Ma'ruf Amin, Cawapres Jokowi". Kompas.com. Diakses tanggal 9 Agustus 2018.
- ^ "Ma'ruf Amin: Santri 'Milanisti' yang Nyaris Jadi Polisi". CNN Indonesia. 19 Oktober 2019. Diakses tanggal 22 Oktober 2021.
- ^ "Ketua MUI Seakan Ada 'Feeling' Istri Akan Tutup Usia". Republika. 22 Oktober 2013. Diakses tanggal 10 Agustus 2018.
- ^ "Kisah Pertemuan KH Ma'ruf Amin dan Istrinya". detikcom. 31 Mei 2014. Diakses tanggal 10 Agustus 2018.
- ^ Irfan Ma'ruf (14 Februari 2019). "Kisah Ma'ruf Amin Jadi Anggota Termuda dan Pimpin Sidang DPRD DKI". Kompas.com. Diakses tanggal 22 Oktober 2021.
- ^ a b Saat, Norshahril. "Perspective: Nahdlatul Ulama's 33rd Congress: Ma'ruf Amin's Rise and its Impact on Indonesia's Traditionalist Islam" (PDF). Institute of Southeast Asian Studies. Diakses tanggal 10 Agustus 2018.
- ^ Agustiar, Dwi (9 Agustus 2018). "Jadi Cawapres Jokowi, PBNU: Ma'ruf Amin Sudah NU Bahkan Sebelum Lahir". IDN Times. Diakses tanggal 10 Agustus 2018.
- ^ a b "Profil Maruf Amin". VIVA.co.id. 22 November 2016. Diakses tanggal 9 August 2018.
- ^ "Anggota DPR-RI 1999-2004". Diakses tanggal 10 Januari 2022.
- ^ "Mengunjungi Ponpes Kiai Ma'ruf di Serang". Tagar.id. 13 Agustus 2018. Diakses tanggal 24 Oktober 2021.
- ^ "Syaifullah Yusuf Terpilih Sebagai Sekjen PKB". Tempo.co. 16 Juli 2002. Diakses tanggal 23 Oktober 2021.
- ^ "Alwi & Cak Anam Sosialisasikan PKNU, Deklarasi Januari". detikcom. 16 Desember 2006. Diakses tanggal 22 Oktober 2021.
- ^ "Presiden lantik anggota Wantimpres". BBC News Indonesia. 25 Januari 2010. Diakses tanggal 9 Agustus 2018.
- ^ "Pelantikan Wantimpres: "Lingkaran Dalam" Presiden Bertambah". Kompas.com. 26 Januari 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-11-02. Diakses tanggal 23 Oktober 2021.
- ^ Ali, Muhammad (18 Februari 2014). Ado, ed. "Din Syamsuddin Gantikan Alm Sahal Mahfudz Jadi Ketua Umum MUI". Liputan6.com. Diakses tanggal 23 Oktober 2021.
- ^ Margrit, Annisa (13 April 2019). Ridwan, Muhammad, ed. "Sepak Terjang Ma'ruf Amin dalam Ekonomi Syariah". Bisnis.com. Diakses tanggal 24 Oktober 2021.
- ^ Wedhaswary, Inggried Dwi, ed. (27 Agustus 2015). "KH Ma'ruf Amin Terpilih sebagai Ketua Umum MUI 2015-2020". Kompas.com. Diakses tanggal 22 Oktober 2021.
- ^ "Jadi Ketua Umum MUI, Ini Pekerjaan Rumah Ma'ruf Amin". Tempo.co. 27 Agustus 2015. Diakses tanggal 21 April 2019.
- ^ "Yudi Latief Kepala, Presiden Jokowi Angkat Megawati, Try Sutrisno, dan KH Ma'ruf Jadi Pengarah UKP PIP". Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. 7 Juni 2017. Diakses tanggal 22 Oktober 2021.
- ^ "Ma'ruf Amin Diangkat Jadi Guru Besar Ekonomi Syariah Uninus". Pilihan Rakyat. 6 September 2018. Diakses tanggal 23 Oktober 2021.
- ^ Mawardi, Isal (27 November 2020). "Ma'ruf Amin Menjabat Sebagai Ketua Dewan Pertimbangan MUI". detikcom. Diakses tanggal 23 Oktober 2021.
- ^ Saeno (23 Februari 2020 2020). Aldila, Nindya, ed. "Wapres Jadi Ketua Harian KNEKS, Ini 4 Fokus Ekonomi Syariah". Bisnis.com. Diakses tanggal 23 Oktober 2021.
- ^ Hakim, Rakhmat Nur (1 November 2019). Krisiandi, ed. "Ma'ruf Amin Ungkap Pembagian Tugas Presiden dan Wapres". Kompas.com. Diakses tanggal 22 Oktober 2021.
- ^ Apra Sapiie, Marguerite (9 Agustus 2018). "Jokowi may pick Mahfud MD as running mate". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 24 Oktober 2021.
- ^ a b Dewi, Sita W. (9 Agustus 2018). "Who is Ma'ruf Amin, Jokowi's running mate?". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 10 Agustus 2018.
- ^ Ghaliya, Ghina (21 Mei 2019). "KPU names Jokowi winner of election". The Jakarta Post. Diakses tanggal 21 Mei 2019.
- ^ "MUI: Umat Islam Tidak Usah Ucapkan Selamat Natal". Tempo.co. 20 Desember 2012. Diakses tanggal 21 April 2019.[pranala nonaktif permanen]
- ^ "Ma'ruf Amin: Tak Ada Larangan Mengucapkan Selamat Natal". Tempo.co. 28 Desember 2018. Diakses tanggal 21 April 2019.
- ^ "MUI: Pelaku Bom Bunuh Diri Tidak Akan Mati Syahid". Tribunnews.com. 11 Oktober 2016. Diakses tanggal 21 April 2019.
- ^ Andayani, Dwi (18 Januari 2019). "4 Kali Ma'ruf Amin Bicara di Debat: Soal Disabilitas hingga Terorisme". detikcom. Diakses tanggal 21 April 2019.
- ^ McBeth, John (15 Februari 2017). "Jakarta heads for run-off as election tests Indonesia's religious tolerance". The National (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 16 Februari 2017.
- ^ Marguerite Afra Sapiie, Haeril Halim and Margareth S. Aritonang, Palace calls on SBY to leave Jokowi out of Antasari spat. Jakarta Post, 16 February 2017. Accessed 16 February 2017.
- ^ Purwanto, Heru, ed. (2 Februari 2017). "Nahdlatul Ulama supports Ma`ruf Amin in dispute with Ahok: PKB". ANTARA News (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 16 Februari 2017.
- ^ Charmila, Winda A. (1 Februari 2017). "Ahok apologizes to MUI chairman Ma'ruf Amin". Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 16 Februari 2017.
- ^ Charmila, Winda A. (6 Februari 2017). "Ahok Apologizes to Ma`ruf Amin Through Mass Media". Tempo.co. Diakses tanggal 16 Februari 2017.
- ^ MUI Chairman Ma`ruf Amin Accepts Ahok`s Apology. Tempo, 3 February 2017. Accessed 16 February 2017.
- ^ Considered Having Insulted Ma’ruf Amin, Ahok Reported to Bareskrim Diarsipkan 2017-02-16 di Wayback Machine.. Netral News, 6 February 2017. Accessed 16 February 2017.
- ^ Erwin C. Sihombing, 'We Don't Have Yudhoyono-Ma'ruf Phone Call Transcript,' Says Ahok's Lawyer. Jakarta Globe, 2 February 2017. Accessed 16 February 2017.
- ^ "Ma'ruf Amin says he regrets testifying against Ahok". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). 6 Januari 2019. Diakses tanggal 18 Januari 2019.
- ^ "Nama-Nama Penerima Tanda Kehormatan Republik Indonesia Dalam Rangka HUT ke-69 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Negara Tanggal 13 Agustus 2014" (PDF). Kementerian Sekretariat Negara. Diakses tanggal 2021-12-15.
- ^ "Senat Akademik Sepakat Anugerahkan Dr HC kepada KH Ma'ruf Amin". Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 20 Maret 2012. Diakses tanggal 24 Oktober 2021.
Pranala luar
- (Indonesia) Situs web resmi Ma'ruf Amin
- Ma'ruf Amin di Facebook
- Ma'ruf Amin di Instagram
- Ma'ruf Amin di Twitter
Jabatan politik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Jusuf Kalla |
Wakil Presiden Indonesia 2019–sekarang |
Petahana |
Jabatan partai politik | ||
Didahului oleh: Tidak ada, jabatan baru |
Ketua Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa 1998–2002 |
Diteruskan oleh: Abdurrahman Wahid |
Jabatan organisasi Islam | ||
Didahului oleh: Din Syamsuddin |
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia 2014–2015 |
Diteruskan oleh: Zainut Tauhid Sa'adi Muhyiddin Junaidi |
Didahului oleh: Ahmad Mustofa Bisri |
Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 2015–2018 |
Diteruskan oleh: Miftachul Akhyar |
Didahului oleh: Din Syamsuddin |
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia 2015–2020 | |
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia 2020–sekarang |
Diteruskan oleh: Petahana |