Perjanjian Baljuna

Revisi sejak 9 Januari 2024 03.42 oleh Ardfeb (bicara | kontrib) (Perbaikan terjemahan)

Perjanjian Baljuna adalah sebuah sumpah yang diucapkan pada pertengahan tahun 1203 oleh Temüjinkhan suku Mongol dan kemudian Jenghis Khan—dan sekelompok kecil sahabatnya, yang kemudian dikenal sebagai Baljunatu. Temüjin telah berkuasa di bawah khan Kereit, Toghrul, pada akhir abad ke-12. Pada awal tahun 1203, Toghrul diyakinkan oleh putranya, Senggum, bahwa proposal Temüjin mengenai aliansi pernikahan antara keluarganya dan keluarga mereka adalah upaya untuk merebut kekuasaan mereka. Setelah lolos dari dua penyergapan berturut-turut yang dilakukan oleh Kereit, Temüjin akhirnya terpojok dan berhasil dikalahkan secara komprehensif pada Pertempuran Gurun Pasir Qalaqaljid.

Temüjin (Genghis Khan), digambarkan dalam album era Yuan abad ke-14

Temüjin lalu mengumpulkan kembali sisa-sisa pasukannya yang tersebar dan mundur ke Baljuna, sebuah sungai atau danau tak dikenal di tenggara Mongolia. Di sana, ia dan teman-teman terdekatnya bersumpah setia, berjanji untuk berbagi suka dan duka. Setelah menghabiskan musim panas untuk merekrut prajurit yang tertarik dengan cita-citanya, Temüjin berhasil mengumpulkan cukup kekuatan untuk mengalahkan Kereit dalam pertempuran di musim gugur. Tiga tahun kemudian, pada tahun 1206, setelah mengalahkan semua musuh di padang rumput, Temüjin menobatkan dirinya sebagai Jenghis Khan di sebuah kurultai dan menganugerahi Baljunatu dengan penghargaan tertinggi dari Kekaisaran Mongol barunya. Sejarawan abad ke-19 meragukan historisitas dari episode tersebut karena tidak dimasukkan (mungkin karena heterogenitas dari para pengucap sumpah) dalam Sejarah Rahasia Bangsa Mongol, sebuah puisi epik abad ke-13 yang menceritakan tentang kebangkitan Temüjin.

Latar belakang

Temüjin lahir antara tahun 1155 dan 1167 pada Yesugei, seorang kepala suku Mongol, dan istrinya, Hoelun, yang berdarah Olkhonud. Yesugei lalu meninggal ketika Temüjin masih berusia sembilan tahun. Temüjin, ibunya, dan enam orang saudaranya kemudian ditinggalkan oleh suku mereka. Walaupun begitu, keluarga tersebut berhasil bertahan hidup dan Temüjin mulai mendapat sekelompok kecil teman, terutama setelah ia bersumpah setia kepada anda (terj. har. "saudara sedarah") dari ayahnya, yakni Toghrul dari suku Kereit tengah.[1] Ambisi Temüjin dihalangi oleh Jamukha, anda-nya sendiri, yang sesekali ia lawan mulai dekade 1180-an. Meskipun Kereit dianggap sebagai suku yang paling kuat di padang rumput Mongol pada tahun 1201, para bangsawan dari suku tersebut mulai takut bahwa mereka akan segera dikalahkan oleh Temüjin, yang bangkit dengan cepat dan telah menjadi dominan di Mongolia bagian timur. Para bangsawan tersebut dipimpin oleh putra dari Toghrul, Senggum, yang khawatir akan warisannya.[2]

Kekhawatiran tersebut kemudian menjadi nyata. Untuk mengamankan kendali atas garis suksesi dari suku Kereit, Temüjin lalu mengusulkan agar putra sulungnya, Jochi, dapat menikahi putri dari Toghrul, Cha'ur Beki, serta menjanjikan salah satu putrinya untuk dinikahkan dengan putra dari Senggum sebagai imbalan atas pendirian quda (terj. har. "aliansi perkawinan"). Senggum pun menolak usulan tersebut, karena tidak hanya membahayakan posisinya sebagai pewaris dari suku Kereit, tetapi ia juga menganggap bahwa usulan tersebut tidak sopan, karena Jochi kemungkinan adalah anak haram.[a] Opini Senggum pun didukung oleh para bangsawan dari suku tersebut, termasuk Altan dan Kuchar, dua orang kerabat Temüjin, dan Jamukha, yang mendesak agar segera dilakukan tindakan untuk melawan Temüjin.[4] Namun, posisi Toghrul dalam perselisihan tersebut tidak jelas. Menurut Sejarah Rahasia Bangsa Mongol, sebuah catatan abad ke-13 yang menceritakan tentang kehidupan dan kampanye Temüjin, Toghrul menghadapi dilema antara hubungan dekatnya dengan Temüjin dan cintanya untuk putranya. Pada akhirnya, Toghrul baru memutuskan untuk mendukung putranya setelah diberi ultimatum. Tetapi di sisi lain, menurut Jami al-tawarikh karya Rashid al-Din dan catatan sejarah lisan yang diceritakan oleh Marco Polo, Toghrul telah cenderung melawan Temüjin dan marah dengan usulan perkawinan tersebut.[5] Toghrul kemungkinan dihasut oleh utusan dagang dari Asia Tengah yang berisi perwakilan dari Qara Khitai dan Uighur, yang mungkin akan dikecualikan dari struktur dagang Jalur Sutra jika Temüjin berhasil berkuasa. Ambisi Temüjin kemungkinan juga menjadi hal yang merenggangkan hubungannya dengan Toghrul.[6]

Pada akhirnya, pendapat Senggum lebih dapat diterima oleh Toghrul. Untuk menghindari konflik terbuka, Toghrul lalu menyusun sebuah rencana muslihat, yakni memberitahu Temüjin bahwa ia telah memutuskan untuk menyetujui perkawinan yang diusulkan dan berniat untuk mengadakan jamuan makan yang meriah. Temüjin yang tidak curiga pun tidak mengajak banyak teman untuk ikut ke acara tersebut,[b] di mana Toghrul telah berencana untuk menyergap dan membunuhnya. Mantan pelayan ayahnya, Münglig, kemudian memperingatkan Temüjin mengenai rumor rencana tersebut, sehingga ia berhenti. Dipimpin oleh Senggum, Kereit lalu menjalankan rencana tersebut, tetapi Temüjin berhasil melarikan diri berkat dua orang gembala bernama Badai dan Kishlik yang mendengar mengenai rencana tersebut dan sengaja datang untuk memperingatinya.[8] Karena kalah jumlah, Temüjin pun terpaksa melarikan diri. Ia lalu lari bersama temannya ke perbatasan Tiongkok Jin, di mana ia berharap untuk mendapat bantuan, dan jika perlu, mendapat perlindungan di seberang perbatasan. Meskipun mendapat sejumlah pembelot dari Kereit, seperti Kuildar dari Mankut dan Jurchedei dari Uru'ud [ru], Temüjin akhirnya tetap kalah telak dalam Pertempuran Gurun Pasir Qalaqaljid pada awal tahun 1203. Para pembelot terbukti penting untuk memungkinkan Temüjin kabur—Jurchedei melukai Senggum dengan panah, sehingga menghentikan serangan Kereit—tetapi Toghrul juga memilih untuk tidak mengejar, karena merasa bahwa Temüjin tidak penting untuk dikejar.[9]

Perjanjian Baljuna

Pasukan Temüjin mengalami kerugian besar selama menarik diri dari pertempuran tersebut dan sejumlah kaptennya juga hilang. Meskipun berbahaya, Temüjin lalu menunggu sepanjang malam berikutnya untuk mengumpulkan pasukannya yang tersisa. Bo'orchu akhirnya tiba saat fajar, setelah kehilangan kudanya di Qalaqaljid, dan ia kemudian disusul oleh Boroqul, yang merawat Ogedei, putra ketiga dari Temüjin, yang mengalami cedera leher serius. Temüjin lalu melanjutkan menarik diri, dan hanya berhenti untuk memakamkan Kuildar, yang gugur dalam pertempuran.[10] Pasukan Temüjin kemudian mencapai sebuah danau atau sungai bernama Baljuna yang lokasinya tidak diketahui. Baljuna kemungkinan besar berlokasi di Sungai Kalka, yang dapat dipakai Temüjin untuk menarik diri dan terletak di dekat perbatasan Jin di Mongolia bagian tenggara. Para cendekiawan biasanya mengidentifikasi Baljuna sebagai anak dari Sungai Ingoda, atau sebagai Danau Balzino di Buryatia.[11]

Pada pertengahan tahun 1203, pasukan Temüjin sangat kecil, hanya beranggotakan sekitar 2.600 atau 4.600 orang prajurit. Biografi di Yuán Shǐ, sebuah sejarah resmi abad ke-14, melebih-lebihkan keterdesakan Temüjin dengan menyatakan bahwa Temüjin hanya didampingi oleh 19 orang pengikut, tetapi jumlah tersebut kemungkinan hanya merujuk pada pemimpin kompi.[12] Menurut Yuán Shǐ, Temüjin yang kelaparan membunuh seekor kuda liar yang kebetulan muncul, menyantap dagingnya, dan menggunakan produk sampingannya untuk meminum air berlumpur dengan aman. Temüjin kemudian mengucapkan sebuah sumpah:[13]

Temüjin, mengangkat tangannya ke langit, kemudian bersumpah: "Jika aku berhasil menyelesaikan 'Pekerjaan Besar', maka aku akan berbagi suka dan dukanya dengan kalian. Jika aku melanggar perkataan ini, maka biarkan aku menjadi seperti sungai ini, diminum oleh orang lain." Perwira dan pasukan yang ada di sana pun tidak dapat menahan air mata mereka.

Pengisahan ini nampaknya merupakan peristiwa bersejarah. Perjanjian Baljuna yang puitis membungkus kejadian demi kejadian—sebuah perpaduan kesetaraan sosial dan asketisisme pribadi—yang akan mendorong Temüjin untuk melakukan perekrutan. Temüjin dalam segala kemungkinan menjalani sebagian besar musim panas dengan berupaya untuk merekrut para prajyurit demi kepentingannya; orang-orang yang mensukseskannya meliputi Onggirat (suku istrinya Börte), Ikires, dan beberapa Mongol Nirun. Rekrutan lainnya meliputi para pemimpin suku Khitan, yang dipandang oleh Temüjin berkesempatan untuk melakukan pembalasan melawan Jin, dan para pedagang Muslim Ja'far dan Hasan, yang menukarkan seribu domba dengan penjagaan keamanan mendatang dan pakta-pakta dagang yang menguntungkan. Ia bahkan merekrut para anggota suku Kereit pimpinan Toghrul, seperti Chinqai yang menjadi pengurus penting di bawah naungan Ogedei.[14]

Para sejarawan menyoroti heterogenitas sosial, budaya dan agama dari para pengambil sumpah Baljuna. Tak ada orang Mongol, selain dari Temüjin dan saudaranya Qasar, dalam sembilan belas kelompok tradisional tersebut. Mereka meliputi Khitan, Tangut, Keireit, Naiman, Asia Tengah, dan bahkan mungkin Asia Selatan, dari total sembilan klan berbeda. Sejumlah orang yang bersumpah setia kepada Temüjin, seorang penganut taat Tengrisme, meliputi tiga Muslim dan sejumlah Kristen dan Buddhis. Dalam mendapatkan pendapatan masyarakat tradisional, Perjanjian Baljuna menjadi "jenis persaudaraan [yang mengikat] kewarganegaraan sipil modern berdasarkan pada pilihan dan komitmen pribadi", menurut sejarawan Jack Weatherford.[15]

Dampak dan peninggalan

 
Temüjin diangkat sebagai Genghis Khan di kurultai tahun 1206, kala ia menerima orang-orang yang setia di Baljuna (digambarkan dalam manuskrip abad ke-15 Jami' al-tawarikh)

Pada akhir 1203, Temüjin yang dipulihkan mengerahkan pasukannya dan mengalahkan Kereit dalam pertempuran tiga hari yang sangat diperjuangkan di Dataran Tinggi Jeje'er pada hilir sungai Kherlen. Toghrul yang kabur dibunuh oleh seorang pasukan Naiman yang tak mengakuinya. Senggum mula-mula kabur ke Tibet dan kemudian Kashgar, tempat ia kemudian dibunuh. Sepanjang tiga tahun berikutnya, Temüjin mengalahkan Naiman dan Merkit, menyatukan padang rumput Mongol di bawah satu penguasa. Pada 1206, ia mengadakan kurultai besar (terj. har. "majelis") di Sungai Onon, kala ia menyandang gelar "Genghis Khan" dan menghargai orang-orang yang membuatnya berkuasa. Mereka meliputi gembala Badai dan Kishlik yang memperingatkannya akan pengkhianatan Toghrul. Mereka dihadiahi dengan tenda kekaisaran, pernak-pernik, dan pengawal oleh pemimpin Kereit tersebut.[16] Pasukan yang menyatakan sumpah pada Perjanjian Baljuna, yang kemudian dikenal sebagai Baljunatu (terj. har. "pasukan Baljuna", atau "Para Peminum Air Berlumpur") dihargai dengan gelar tertinggi dan dikenang pada akhir 1300-an.[17] Kebanyakan orang memegang jabatan penting dalam Kekaisaran Mongol pimpinan Genghis. Mereka meliputi Chinqai, pedagang dan diplomat Muslim Ja'far Khoja, dan Qaban, seorang Uriankhai yang putranya Subutai menjadi salah satu panglima Mongol paling terdepan.[18]

Historisitas dan historiografi

Peristiwa Perjanjian Baljuna sepenuhnya diambil dari Sejarah Rahasia. Peristiwa tersebut membuat para sinologis meragukan historisitas peristiwa tersebut selama nyaris seabad, dari Palladius pada 1860-an sampai E. H. Parker, Paul Pelliot, Arthur Waley, dan René Grousset pada pertengahan abad ke-20.[19] Pada 1955, Francis Woodman Cleaves menerbitkan esai yang menangkisanggapan tersebut. Teori Cleaves kini menjadi umum di kalangan sejarawan, karena keberadaan sumber lain yang menyebutkan Baljunatu.[20] Penyebutan peristiwa tersebut dari Sejarah Rahasia mungkin karena heterogenitas para pengambil sumpah. Pengarangnya yang diduga bukan orang Mongol memutuskan untuk menghiraukan peristiwa tersebut yang membuat mereka diangkat pada lingkar dalam Temüjin.[21]

Referensi

Catatan

  1. ^ Jochi lahir setelah ibunya, Börte, diculik dan dirudapaksa oleh anggota dari suku Merkit. Meskipun Jenghis selalu memperlakukannya sebagai putra kandung, garis keturunan Jochi tetap diragukan sepanjang hidupnya.[3]
  2. ^ Rashid al-Din menyebut dua orang teman, sementara Sejarah Rahasia Bangsa Mongol menyebut sepuluh orang teman.[7]

Kutipan

  1. ^ Morgan 1986, hlm. 57–60; Ratchnevsky 1991, hlm. 28–33; Fitzhugh, Rossabi & Honeychurch 2009, hlm. 101.
  2. ^ Atwood 2004, hlm. 98, 259–260; May 2018, hlm. 34–36.
  3. ^ Atwood 2004, hlm. 278.
  4. ^ May 2018, hlm. 37; Ratchnevsky 1991, hlm. 38, 67.
  5. ^ Ratchnevsky 1991, hlm. 68; Man 2004, hlm. 96.
  6. ^ McLynn 2015, hlm. 72; Fitzhugh, Rossabi & Honeychurch 2009, hlm. 102.
  7. ^ Ratchnevsky 1991, hlm. 69.
  8. ^ Ratchnevsky 1991, hlm. 68–69; May 2018, hlm. 37; Weatherford 2004, hlm. 56.
  9. ^ Ratchnevsky 1991, hlm. 69–70; McLynn 2015, hlm. 73–74.
  10. ^ Ratchnevsky 1991, hlm. 70–71; Atwood 2004, hlm. 342; Cleaves 1955, hlm. 389.
  11. ^ Man 2004, hlm. 96–97; Ratchnevsky 1991, hlm. 71.
  12. ^ Ratchnevsky 1991, hlm. 71, 73; Cleaves 1955, hlm. 397.
  13. ^ Cleaves 1955, hlm. 397; Man 2004, hlm. 97.
  14. ^ Ratchnevsky 1991, hlm. 71–72; Fitzhugh, Rossabi & Honeychurch 2009, hlm. 102.
  15. ^ Biran 2012, hlm. 38; Weatherford 2004, hlm. 58.
  16. ^ Atwood 2004, hlm. 98–99; Ratchnevsky 1991, hlm. 79–81; Fitzhugh, Rossabi & Honeychurch 2009, hlm. 102.
  17. ^ Atwood 2004, hlm. 30; Ratchnevsky 1991, hlm. 73.
  18. ^ Atwood 2004, hlm. 103, 257, 520.
  19. ^ Cleaves 1955, hlm. 359.
  20. ^ Ratchnevsky 1991, hlm. 73; Cleaves 1955.
  21. ^ Atwood 2004, hlm. 30; Man 2014, hlm. 40.

Sumber