Kota Pasuruan

kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia
Revisi sejak 4 Februari 2024 16.26 oleh Hendrik Istiawan (bicara | kontrib) (tokoh terkenal Abdul Hamid, foto taman kota 1934)

Kota Pasuruan (bahasa Jawa: Hanacaraka: ꦥꦱꦸꦫꦸꦃꦲꦤ꧀, Pegon: ڤاسوروهن, translit. Pêsuruwan, Péghu: ڤاسوروواْن; Alfabét Bhâsa Madhurâ: Phêsoroan) adalah sebuah kota yang berada di provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota Pasuruan terletak 60 km sebelah tenggara Kota Surabaya, ibu kota provinsi Jawa Timur dan 355 km sebelah barat laut Kota Denpasar, Bali. Seluruh wilayah Kota Pasuruan berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan.

Kota Pasuruan
Transkripsi bahasa daerah
 • Hanacarakaꦥꦱꦸꦫꦸꦃꦲꦤ꧀
 • Abjad Pegonڤاسوروهن
 • Péghuڤاسوروواْن
 • Alfabét Bhâsa MadhurâPhêsoroan
Masjid Agung Kota Pasuruan
Rumah Singa Kota Pasuruan
Lambang resmi Kota Pasuruan
Julukan: 
Pasuruan City of Madinah/ Madinah Van Java
Motto: 
Sura dira satya pati
(Jawa) Teguh dan setia kepada negara, agama, dan pemimpin
Peta
Kota Pasuruan di Jawa
Kota Pasuruan
Kota Pasuruan
Kota Pasuruan di Indonesia
Kota Pasuruan
Kota Pasuruan
Koordinat: 7°38′S 112°54′E / 7.633°S 112.900°E / -7.633; 112.900
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
Tanggal berdiri8 Februari 1686 (1686-02-08)
Dasar hukumUU No. 12/1950
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 4
  • Kelurahan: 34
Pemerintahan
 • Wali KotaSaifullah Yusuf
 • Wakil Wali KotaAdi Wibowo
Luas
 • Total36,56 km2 (14,12 sq mi)
Peringkat93
Populasi
 (2021)[1]
 • Total210.341
 • Peringkat60
 • Kepadatan5.753/km2 (14,900/sq mi)
 • Peringkat kepadatan28
Demografi
 • AgamaIslam 97,19%
Kristen 2,22%
- Protestan 1,36%
- Katolik 0,86%
Buddha 0,52%
Hindu 0,06%
Konghucu 0,01%[1]
 • BahasaBahasa Nasional:
Indonesia (resmi)
Bahasa Pengantar:
Inggris (utama)
Arab
Mandarin
Bahasa Daerah:
Jawa (dominan)
Jawa Arekan
Tengger
Madura
Lainnya
 • IPMKenaikan 75,62 (2021)
tinggi[2]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
3575 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon+62 343
Pelat kendaraanN xxxx V**/X*
Kode Kemendagri35.75 Edit nilai pada Wikidata
DAURp453.632.263.000,00 (2020)[3]
Flora resmiMangga Gadung
Fauna resmiWalet Putih
Situs webpasuruankota.go.id
Balai kota Pasuruan pada tahun 1934
Hotel Morbeck di Pasuruan (foto oleh H. Salzwedel, 1870-1891)
Jalanan Pasuruan pada tahun 1934, terdapat lampu lalu lintas dan saat ini menjadi nama Jalan Niaga
Gedung Sociëteit di Pasuruan pada masa Hindia Belanda (foto oleh Hendrik Veen, 1900-1940)
Halaman Gedung Sociëteit pada tahun 1934, saat ini menjadi nama Gedung Harmonie

Sejarah

Pasuruan adalah sebuah kota pelabuhan kuno. Pada zaman Kerajaan Airlangga, Pasuruan sudah dikenal dengan sebutan "Paravan". Pada masa lalu, daerah ini merupakan pelabuhan yang ramai, yang dikenal sebagai "Tanjung Tembikar". Letak geografisnya yang strategis menjadikan Pasuruan sebagai pelabuhan transit dan pasar perdagangan antar pulau serta antar negara. Banyak bangsawan dan saudagar kaya yang menetap di Pasuruan untuk melakukan perdagangan. Hal ini membuat kemajemukan bangsa dan suku bangsa di Pasuruan terjalin dengan baik dan damai.[butuh rujukan]

Pasuruan dahulu disebut Gembong dan merupakan daerah yang cukup lama dikuasai oleh raja-raja Jawa Timur yang beragama Hindu. Pada dasawarsa pertama abad XVI, yang menjadi raja di Gamda (Pasuruan) adalah Pate Supetak, yang dalam babad Pasuruan disebutkan sebagai pendiri ibu kota Pasuruan.

Menurut kronik Jawa tentang penaklukan oleh Sultan Trenggono dari Demak, Pasuruan berhasil ditaklukan pada tahun 1545. Sejak saat itu Pasuruan menjadi kekuatan Islam yang penting di ujung timur Jawa. Pada tahun-tahun berikutnya terjadi perang dengan kerajaan Blambangan yang masih beragama Hindu-Budha. Pada tahun 1601 ibu kota Blambangan dapat direbut oleh Pasuruan.

Pada tahun 1617-1645 yang berkuasa di Pasuruan adalah seorang Tumenggung dari Kapulungan yakni Kiai Gede Kapoeloengan yang bergelar Kiai Gedee Dermoyudho I. Berikutnya Pasuruan mendapat serangan dari Kertosuro sehingga Pasuruan jatuh dan Kiai Gedee Kapoeloengan melarikan diri ke Surabaya hingga meninggal dunia dan dimakamkan di Pemakaman Bibis (Surabaya).

Selanjutnya yang menjadi raja adalah putra Kiai Gedee Dermoyudho I yang bergelar Kiai Gedee Dermoyudho II (1645-1657). Pada tahun 1657 Kiai Gedee Dermoyudho II mendapat serangan dari Mas Pekik (Surabaya), sehingga Kiai Gedee Dermoyudho II meninggal dan dimakamkan di Kampung Dermoyudho, Kelurahan Purworejo, Kota Pasuruan. Mas Pekik memerintah dengan gelar Kiai Dermoyudho (III) hingga meninggal dunia pada tahun 1671 dan diganti oleh putranya, Kiai Onggojoyo dari Surabaya (1671-1686).

Kiai Onggojoyo kemudian harus menyerahkan kekuasaanya kepada Untung Suropati. Untung Suropati adalah seorang budak belian yang berjuang menentang Belanda, pada saat itu Untung Suropati sedang berada di Mataram setelah berhasil membunuh Kapten Tack. Untuk menghindari kecurigaan Belanda, pada tanggal 8 Februari 1686, Pangeran Nerangkusuma yang telah mendapat restu dari Amangkurat I (Mataram) memerintahkan Untung Suropati berangkat ke Pasuruan untuk menjadi adipati (raja) dengan menguasai daerah Pasuruan dan sekitarnya.

Untung Suropati menjadi raja di Pasuruan dengan gelar Raden Adipati Wironegoro. Selama 20 tahun pemerintahan Suropati (1686-1706) dipenuhi dengan pertempuran-pertempuran melawan tentara Kompeni Belanda. Namun demikian dia masih sempat menjalankan pemerintahan dengan baik serta senantiasa membangkitkan semangat juang pada rakyatnya.

Pemerintah Belanda terus berusaha menumpas perjuangan Untung Suropati, setelah beberapa kali mengalami kegagalan. Belanda kemudian bekerja sama dengan putra Kiai Onggojoyo yang juga bernama Onggojoyo untuk menyerang Untung Suropati. Mendapat serangan dari Onggojoyo yang dibantu oleh tentara Belanda, Untung Suropati terdesak dan mengalami luka berat hingga meninggal dunia (1706). Belum diketahui secara pasti dimana letak makam Untung Suropati, namun dapat ditemui sebuah petilasan berupa gua tempat persembunyiannya pada saat dikejar oleh tentara Belanda di suatu dukuh bernama Mancilan, Kota Pasuruan.

Sepeninggal Untung Suropati kendali kerajaan dilanjutkan oleh putranya yang bernama Rakhmad yang meneruskan perjuangan sampai ke timur dan akhirnya gugur di medan pertempuran (1707).

Onggojoyo yang bergelar Dermoyudho (IV) kemudian menjadi Adipati Pasuruan (1707). Setelah beberapa kali berganti pimpinan pada tahun 1743 Pasuruan dikuasai oleh Raden Ario Wironegoro. Pada saat Raden Ario Wironegoro menjadi Adipati di Pasuruan, yang menjadi patihnya adalah Kiai Ngabai Wongsonegoro.

Suatu ketika Belanda berhasil membujuk Patih Kiai Ngabai Wongsonegoro untuk menggulingkan pemerintahan Raden Ario Wironegoro. Raden Ario dapat meloloskan diri dan melarikan diri ke Malang. Sejak saat itu seluruh kekuasaan di Pasuruan dipegang oleh Belanda. Belanda menganggap Pasuruan sebagai kota bandar yang cukup penting sehingga menjadikannya sebagai ibu kota karesidenan dengan wilayah: Kabupaten Malang, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Bangil.

Karena jasanya terhadap Belanda, Kiai Ngabai Wongsonegoro diangkat menjadi Bupati Pasuruan dengan gelar Tumenggung Nitinegoro. Kiai Ngabai Wongsonegoro juga diberi hadiah seorang putri dari selir Kanjeng Susuhunan Pakubuono II dari Kertosuro yang bernama Raden Ayu Berie yang merupakan keturunan dari Sunan Ampel, Surabaya. Pada saat dihadiahkan, Raden Ayu Berie dalam keadaan hamil, dia kemudian melahirkan seorang bayi laki-laki yang bernama Raden Groedo. Saat Kiai Ngabai Wongsonegoro meninggal dunia, Raden Groedo yang masih berusia 11 tahun menggantikan kedudukannya menjadi Bupati Pasuruan dengan gelar Kiai Adipati Nitiadiningrat (Berdasarkan Resolusi tanggal 27 Juli 1751).

Adipati Nitiadiningrat menjadi Bupati di Pasuruan selama 48 tahun (hingga 8 November 1799). Adipati Nitiadiningrat (I) dikenal sebagai Bupati yang cakap, teguh pendirian, setia kepada rakyatnya, namun pandai mengambil hati Pemerintah Belanda. Karya besarnya antara lain mendirikan Masjid Agung Al Anwar bersama-sama Kyai Hasan (Mbah Slagah).

Raden Beji Notokoesoemo menjadi bupati menggantikan ayahnya sesuai Besluit tanggal 28 Februari 1800 dengan gelar Toemenggoeng Nitiadiningrat II. Pada tahun 1809, Toemenggoeng Nitiadiningrat II digantikan oleh putranya yakni Raden Pandjie Brongtokoesoemo dengan gelar Raden Adipati Nitiadiningrat III. Raden Adipati Nitiadiningrat III meninggal pada tanggal 30 Januari 1833 dan dimakamkan di belakang Masjid Al Anwar. Penggantinya adalah Raden Amoen Raden Tumenggung Ario Notokoesoemo dengan gelar Raden Tumenggung Ario Nitiadiningrat IV yang meninggal dunia tanggal 20 Juli 1887. Kiai Nitiadiningrat I sampai Kiai Nitiadiningrat IV lebih dikenal oleh masyarakat Pasuruan dengan sebutan Mbah Surga-Surgi.

Pemerintahan Pasuruan sudah ada sejak Kiai Dermoyudho I hingga dibentuknya Residensi Pasuruan pada tanggal 1 Januari 1901. Sedangkan Kotapraja (Gementee) Pasuruan terbentuk berdasarkan Staatblat 1918 No.320 dengan nama Stads Gemeente Van Pasoeroean pada tanggal 20 Juni 1918.

Sejak tanggal 14 Agustus 1950 dinyatakan Kotamadya Pasuruan sebagai daerah otonom yang terdiri dari desa dalam 1 kecamatan. Pada tanggal 21 Desember 1982 Kotamadya Pasuruan diperluas menjadi 3 kecamatan dengan 19 kelurahan dan 15 desa. Pada tanggal 12 Januari 2002 terjadi perubahan status desa menjadi kelurahan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2002, dengan demikian wilayah Kota Pasuruan terbagi menjadi 34 kelurahan. Berdasarkan UU no.22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah terjadi perubahan nama dari kotamadya menjadi kota maka Kotamadya Pasuruan berubah menjadi Kota Pasuruan.

Geografi

Secara astronomis, Kota Pasuruan terletak pada 112°45′–112°55′ Bujur Timur dan 7°35′–7°45′ Lintang Selatan. Kota ini hanya berbatasan langsung dengan Kabupaten Pasuruan di sisi barat, selatan, dan timur serta Selat Madura di sisi utara.

Topografi

Seluruh wilayah Kota Pasuruan merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 4 meter di atas permukaan laut dan topografinya pun sangat landai dengan kemiringan 0 – 1% dari selatan ke utara. Wilayahnya yang rendah dan menjadi hilir Sungai Gembong menjadikan kota ini sering dilanda banjir di saat musim penghujan tiba.[4]

 
Sungai Gembong pada tahun 1915 dan 1916 - COLLECTIE TROPENMUSEUM De Gembongrivier

Iklim

Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, wilayah Kota Pasuruan masuk dalam kategori iklim tropis yang cenderung agak kering (Aw). Periode musim kemarau berlangsung sejak awal bulan Mei hingga pertengahan bulan November. Sementara itu, periode musim hujan cenderung lebih singkat yakni dari awal bulan Desember hingga akhir bulan Maret. Curah hujan rata-rata di wilayah ini berkisar antara 1.000–1.400 mm per tahunnya. Suhu udara rata-rata berkisar antara 25°–31 °C per tahunnya. Tingkat kelembapan di daerah ini adalah ≥70%.[5]

Data iklim Pasuruan, Jawa Timur, Indonesia
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rata-rata tertinggi °C (°F) 32.3
(90.1)
32
(90)
32
(90)
32
(90)
31.8
(89.2)
31.6
(88.9)
31.2
(88.2)
31.4
(88.5)
31.9
(89.4)
33.5
(92.3)
33.3
(91.9)
33.2
(91.8)
32.18
(90.03)
Rata-rata harian °C (°F) 27.4
(81.3)
27.3
(81.1)
27.1
(80.8)
27
(81)
26.5
(79.7)
25.9
(78.6)
25.3
(77.5)
25.8
(78.4)
26.4
(79.5)
27.2
(81)
27.7
(81.9)
27.3
(81.1)
26.74
(80.16)
Rata-rata terendah °C (°F) 22.5
(72.5)
22.6
(72.7)
22.3
(72.1)
22
(72)
21.1
(70)
19.9
(67.8)
18.9
(66)
19.3
(66.7)
20
(68)
21
(70)
22.1
(71.8)
22.1
(71.8)
21.15
(70.12)
Presipitasi mm (inci) 245
(9.65)
215
(8.46)
197
(7.76)
126
(4.96)
61
(2.4)
44
(1.73)
9
(0.35)
3
(0.12)
4
(0.16)
16
(0.63)
66
(2.6)
175
(6.89)
1.161
(45,71)
Rata-rata hari hujan 15 12 11 7 3 2 1 0 0 1 4 10 66
% kelembapan 81 82 80 78 75 71 69 67 66 70 74 79 74.3
Rata-rata sinar matahari bulanan 156 142 167 195 224 248 276 295 293 268 237 203 2.704
Sumber #1: Climate-Data.org [6] & BMKG[7]
Sumber #2: Weatherbase & Meteoblue[8][9]

Transportasi

Pasuruan berada di jalur utama SurabayaBanyuwangi. Kota Pasuruan memiliki luas 76,79 Km2 berbatasan dengan Selat Madura di sebelah utara serta Kabupaten Pasuruan di sebelah timur, selatan, dan barat.[10] Pasuruan dapat ditempuh dari Surabaya menggunakan bus maupun kereta api komuter, dan juga dapat ditempuh dari Malang menggunakan bus dalam waktu 1.3 jam. Kota ini juga dihubungkan dengan kota-kota lain di Pulau Jawa melalui Jalan Tol Trans Jawa yakni Jalan Tol Gempol-Pasuruan.

Kota ini juga memiliki stasiun kereta api lintas timur Surabaya-Jember-Banyuwangi. Kereta api yang singgah di Pasuruan adalah: Kereta Api Komuter Surabaya-Pasuruan, Ranggajati (Cirebon-Surabaya Gubeng-Jember), Wijayakusuma (Cilacap-Surabaya Gubeng-Banyuwangi), Logawa (Purwokerto-Surabaya Gubeng-Jember), Sri Tanjung (Yogyakarta-Surabaya Gubeng-Banyuwangi), Tawang Alun (Malang-Banyuwangi), dan Probowangi (Surabaya Gubeng-Banyuwangi).

Pemerintahan

Daftar Wali Kota

No. Wali Kota Awal menjabat Akhir menjabat Prd. Ket. Wakil Wali Kota
Periode Hindia Belanda (1928–1942)
1 H.E. Boissevain 1928 1934 1 Burgemeester
2 W.C. Krijgsman 1934 1936 2 Asisten Residen Pasuruan/Burgemeester
3 Dr.
C.G.E. de Jong
1936 1939 3 Asisten Residen Pasuruan/Burgemeester
4 L.A. Busselaar 1939 1941 4 Asisten Residen Pasuruan/Burgemeester
5 F. van Mourik 1941 1942 5 Asisten Residen Pasuruan/Burgemeester
Periode Penjajahan Jepang : 1 Mei 1942 - 1945, R. Tumenggung Ario Hoepodio
Periode Republik Indonesia (1945–sekarang)
1A R. Soedjono 6 November 1945 1950 6
1B Astamoen 13 Maret 1950 22 Agustus 1950 7
2 Wijono 1950 1950 8
3 Badroes Sapari 1950 1955 9
4 Soetimboel K 1955 1958 10
5 R.I. Abdurachim 1958 1961 11
6 Achadoen 1961 1965 12
7 RM. Soekiswo 1965 1967 13
8 Soejono 1967 1969 14
9 A. Hudan Dardiri 1969 1975 15
10 Drs.
Harjono
1975 1985 16
11 Drs.
Suhartono
1985 1990 17
12 Drs. H.
Irwan Masrur
1990 1995 18
13 H.
Ambjah
SH. M.Si
1995 2000 19
14 H.
Aminurokhman
S.E., M.M.
2000 2005 20
2005 2010 21 Pudjo Basuki
15 H.
Hasani
18 Oktober 2010 18 Oktober 2015 22 Setiyono
Wibowo Ekoputro 22 Oktober 2015 17 Februari 2016
16   Drs. H.
Setiyono
M.Si.
17 Februari 2016 8 Oktober 2018 23 Raharto Teno Prasetyo
  Raharto Teno Prasetyo
S.T.
8 Oktober 2018 21 September 2020 [ket. 1]
17 21 September 2020 17 Februari 2021
Ardo Sahak 26 September 2020 5 Desember 2020 [ket. 2]
Anom Surahno 17 Februari 2021 26 Februari 2021 [ket. 3]
18   Drs. K.H.
Saifullah Yusuf

S.I.P.
26 Februari 2021 11 September 2024 24 Adi Wibowo
19   Adi Wibowo
S.T.P., M.Si.
11 September 2024 Petahana Lowong


Keterangan

  1. ^ Pelaksana Tugas
  2. ^ Menggantikan Raharto Teno Prasetyo yang sedang cuti kampanye mengikuti Pemilihan umum Wali Kota Pasuruan 2020
  3. ^ Mengisi kekosongan jabatan Wali Kota setelah masa jabatan Raharto Teno Prasetyo berakhir pada 17 Februari 2021.

Dewan Perwakilan

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Pasuruan dalam empat periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2009–2014[11] 2014–2019[12] 2019–2024[13] 2024–2029
PKB 7   10   8   8
Gerindra (baru) 0   2   3   1
PDI-P 4   3   2   3
Golkar 3   5   7   9
NasDem (baru) 2   1   1
PKS 2   3   3   3
Hanura (baru) 2   2   3   2
PAN 1   2   2   1
Demokrat 3   0   0   0
PPP 3   1   1   2
Jumlah Anggota 25   30   30   30
Jumlah Partai 8   9   9   9

Kecamatan

Kota Pasuruan terdiri dari 4 kecamatan dan 34 kelurahan (dari total 666 kecamatan, 777 kelurahan, dan 7.724 desa di Jawa Timur). Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 209.104 jiwa dengan luas wilayah 35,29 km² dan sebaran penduduk 5.925 jiwa/km².[14][15]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Pasuruan, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Daftar
Kelurahan
35.75.03 Bugulkidul 6
35.75.01 Gadingrejo 8
35.75.04 Panggungrejo 13
35.75.02 Purworejo 7
TOTAL 34


Kota Pasuruan meliputi 4 kecamatan dan 34 kelurahan:[16]

  1. Kecamatan Gadingrejo (8 kelurahan), kantor: Jalan Ahmad Yani No. 57; telepon: 424079
  2. Kecamatan Purworejo (7 kelurahan), kantor: Jalan P. Sudirman No. 465; telepon: 424041
  3. Kecamatan Bugulkidul (6 kelurahan), kantor: Jalan Ir. H. Juanda; telepon: 421480
  4. Kecamatan Panggungrejo (13 kelurahan), kantor: Jalan Jendral S. Parman No. 1; telepon: 5645260

Demografi

Hasil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 2021, jumlah penduduk Kota Pasuruan bejumlah 210.341 jiwa dengan kepadatan penduduk sekitar 5.960 jiwa/km².Penduduk yang mendiami wilayah ini adalah Suku Jawa dan Suku Madura Pendalungan berikut adalah penduduk Kota Pasuruan per Kecamatan tahun 2021:

  • Kecamatan Gadingrejo: 48.735 jiwa
  • Kecamatan Purworejo: 61.925 jiwa
  • Kecamatan Bugul Kidul: 31.853 jiwa
  • Kecamatan Panggungrejo: 67.828 jiwa

Kesehatan

Tokoh Terkenal

Ekonomi

Tempat Perbelanjaan

Di Kota Pasuruan pusat perbelanjaan terletak di kawasan Jalan Soekarno Hatta hingga Jalan Panglima Sudirman.

Pasar Modern

  • Carrefour Hypermarket Pasuruan
  • DELTA Superstore
  • PASIFIC Place
  • SANDANG AYU dept. store
  • PIALA Trade Center
  • Gajah Mada Square
  • Senkuko Market

Pasar Tradisional

  • Pasar Besar Kota Pasuruan (Jalan Stasiun)
  • Pasar Gading (Jalan Irian Jaya)
  • Pasar Kebonagung (Jalan Panglima Sudirman)
  • Pasar Karangketug (Jalan Gatot Subroto)

Pariwisata

Tempat Wisata

 
Taman Kota pada tahun 1934

Kota Pasuruan memiliki beberapa tempat wisata, yaitu:

  1. Pelabuhan, Tanjung Tembikar pusat aktivitas nelayan, juga menjadi lokasi perdagangan hasil laut. Nelayan yang beraktivitas di sini berasal dari sekitar Pasuruan hingga nelayan pulau lain.
  2. Taman Kota, Terletak dekat Stadion Untung Suropati, dengan fasilitas utama tempat bermain anak-anak. Seiring dengan pemenuhan kebutuhan teknologi, tambahan fasilitas wifi di Taman Kota menjadi daya tarik untuk tempat ini. Dan di samping tempat ini terdapat perpustakaan kota, pada tahun 1934 taman tersebut di namakan dengan Burgemeester Boissevain Park.
  3. Astoria, Waterpark yang ada di kawasan CBD di samping carrefour pasuruan.
  4. Bioskop Star Cineplex, Bioskop yang terletak di kompleks pertokoan BCA lama, terdapat dua studio yang selalu memutar film-film Indonesia maupun luar negeri.
  5. Kolam Renang
    • Kolam Renang Pondok Surya Kencana (Perumahan Pondok Surya Kencana)
    • Kolam Renang Inna Joyo Tirto (Jalan Patiunus, BugulKidul )
    • Kolam Renang Milenium ( Perumahan Millenium, Jalan Erlangga )
  6. Taman
    • Taman Lansia (Jalan Ki Hajar Dewantoro)
    • Taman Pekuncen (Jalan Dr Wahidin Sudirohusodo)
    • Taman Sekargadung / Hutan Kota (Jalan Sekarsono)
    • Taman Hayati (Petahunan)
    • Taman Hijau Karangketug
    • Taman Kota Pasuruan (Jalan Pahlawan)
    • Alun-Alun Kota Pasuruan (Jalan Niaga)
    • Taman Monumen ALRI (Jalan Soekarno Hatta)
    • Taman Sarinah (Jalan Balaikota)

7. Wisata Religi, di kota Pasuruan banyak terdapat makam tokoh agama islam dan pahlawan nasional yang dikunjungi peziarah dari dalam dan luar kota.

  • Makam Pahlawan Nasional Untung Suropati di dusun Mancilan, Kelurahan Pohjentrek
  • Makam KH. Abdul Hamid di komplek masjid jami' Al-Anwar Jalan Kyai Wachid Hasyim
  • Makam Mbah Slagah di samping stadion Untung Suropati Jl, Pahlawan
  • Makam Kyai Sepuh di Jalan Kyai Sepuh Kelurahan Gentong
  • Makam Habib Alwi bin Segaf Assegaf di Jalan Panglima Sudirman
  • Makam Mbah Wali Diran di Bugul
  • Makam Mbah Tamanan di Tamanan
  • Makam Mbah Mas Khotib di Jalan Laksamana RE Martadinata Kelurahan Mayangan (Selatan PT Bosto)

8. Payung Madinah, Terletak di depan Masjid Agung Al Anwar Kota Pasuruan dan berjumlah 12 Payung.

9. Gedung Harmonie, Bangunan Gedung Sociëteit pada tahun 1900-1940 dijadikan sebagai tempat wisata Nasional dan saat ini dinamakan sebagai Gedung Harmonie, terletak di depan Taman Kota Pasuruan.

Kuliner Khas

Di kota Pasuruan terdapat beragam makanan khas seperti bipang Jangkar, roti Matahari, dan keripik singkong. Makanan di kota Pasuruan banyak digemari orang. Makanan khas kota Pasuruan rasanya sangat identik dengan makanan tradisional seperti Nasi Rawon, sate Komo ( berbahan dasar daging sapi ), dan juga kupang Kraton khas kota Pasuruan.

Lihat pula

Media Massa

Saluran Televisi

Referensi

  1. ^ a b "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2021" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-05. Diakses tanggal 21 Agustus 2021. 
  2. ^ "Indeks Pembangunan Manusia 2020-2021". www.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-01. Diakses tanggal 6 Januari 2022. 
  3. ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020" (pdf). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2020). Diakses tanggal 21 Agustus 2021. 
  4. ^ "Geografi Kota Pasuruan". www.pasuruankota.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-03-12. Diakses tanggal 18 September 2021. 
  5. ^ "Profil Kota Pasuruan" (PDF). sippa.ciptakarya.pu.go.id. hlm. 13. Diarsipkan dari versi asli (pdf) tanggal 2021-08-12. Diakses tanggal 18 September 2021. 
  6. ^ "Pasuruan, Indonesia". Climate-Data.org. Diakses tanggal 20 Agustus 2020. 
  7. ^ "Buku Peta Rata-Rata Curah Hujan Dan Hari Hujan Periode 1991-2020 Indonesia" (PDF). BMKG. hlm. 76-78 & 141-143. Diakses tanggal 20 September 2024. 
  8. ^ "Pasuruan, Indonesia". Weatherbase. Diakses tanggal 20 Agustus 2020. 
  9. ^ "Pasuruan, Indonesia". Meteoblue.com. Diakses tanggal 12 Agustus 2020. 
  10. ^ Buku Potensi Pariwisata dan Produk Unggulan Jawa Timur.2009
  11. ^ Kompas Cyber Media (2009-04-18). "Ini Dia 8 Parpol yang Masuk DPRD Pasuruan". travel.kompas.com. Diakses tanggal 2023-06-24. 
  12. ^ PKB 'Kuasai' Pasuruan, 4 Keluarga Walikota Hasani Melenggang ke DPRD
  13. ^ "Polres Pasuruan Kota Mengamankan Pelantikan DPRD Kota Pasuruan periode 2019-2024". Bhayangkara News. Diakses tanggal 2023-06-24. 
  14. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  15. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  16. ^ "Situs web Kota Pasuruan - Daftar Kecamatan tahun 2013". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-04-19. Diakses tanggal 2016-03-07. 

Pranala luar