Reynold Panggabean
{{Infobox person | honorific_prefix = | name = Reynold Panggabean | honorific_suffix = | image = | image_upright = | image_size = | landscape = | alt = | caption = | native_name = | native_name_lang = | birth_name = Reynold Panggabean | alias = | birth_date = 23 Januari 1951Jakarta , Indonesia | death_date = | death_place = | occupation = Penyanyi, aktor, musisi | children = 1 | parents= | alma_mater= | relatives=
| birth_place =| spouse =
| website = | signature = | module=
Karier musikTahun aktif1965–sekarangAnggotaTarantulaMantan anggota
Reynold Panggabean (lahir 23 Januari 1951) adalah seorang komposer, pemain film, serta penyanyi dan mantan penabuh drum The Mercy's dan The Rhythm Kings, juga pimpinan kelompok musik Tarantula. Ia memulai kariernya sebagai penabuh drum untuk bergabung dengan The Rhythm Kings di Medan pada tahun 1967. Kemudian pada tahun 1969, Reynold memutuskan keluar dari The Rhythm Kings. Setelah itu, Reynold bergabung dengan The Mercy's untuk menggantikan Sofyan Juned dan Meyer Hutabarat.
Masa Kecil
Tak banyak diketahui mengenai masa kecil pria kelahiran kota Medan ini, karena tak banyak diekspos media mengenai masa mudanya.
Karier
Mendirikan Band The Mercy's di Medan
Reynold ikut mendirikan grup band The Mercy's di Medan pada tahun 1965 bersama 4 orang temannya yakni Erwin Harahap, Rinto Harahap, Rizal Arsyad, dan Iskandar alias Boen . Band ini dibangun oleh sekelompok anak muda yang berasal dari satu daerah di Medan, Sumatera Utara yang mempunyai satu visi yang sama, membentuk band pesta. Band ini di bawah pimpinan Rizal Arsyad (Mantan suami Iis Sugianto), dan Reynold didapuk menjadi drummernya. Grup ini selalu mengikuti tren perkembangan musik mancanegara, sehingga mereka sering mengacu pada band The Beatles, The Bee Gees, The Hollys, C.C.R maupun Monkeys. Sesekali mereka juga membawakan lagu-lagu band nasional, seperti Koes Plus dengan hit-nya Telaga Sunyi.
Nama The Mercy's sendiri secara spontan terbersit di ingatan mereka karena menyukai naik mobil merk Mercy. Jika diartikan dalam bahasa Prancis Mercy's artinya kasihan atau bisa juga terima kasih.[1] Mereka mengusung kisah esensial sejarah dan kenangan yang suka hura-hura, serta berkiblat dengan band-band pesta di Jakarta, seperti, Noor Bersaudara, Ceking, Cruss dan Medinas.[2]
Merekrut Charles Hutagalung & The Mercy's Show di Malaysia
Menariknya, belum setahun terbentuk, grup ini sudah mendapat tawaran show di Malaysia. Ketika ada undangan untuk show di Penang, Malaysia pada tahun 1969, Iskandar memutuskan tidak ikut. Ia memilih mengundurkan diri karena kuliahnya di Fakultas Kedokteran tidak mengizinkannya untuk meninggalkan bangku kuliah (Kini menjadi akhli bedah saraf).[3] Posisinya lalu digantikan oleh Charles Hutagalung yang saat itu telah keluar dari bandnya sebelumnya '''Bhayangkara Nada'''. Formasi lengkap pemain The Mercy’s kemudian berubah adalah menjadi Erwin Harahap (Gitar Melody), Rinto Harahap (Gitar Bass), Rizal Arsyad (Gitar Rhythm), Reynold Panggabean (Drum), dan Charles Hutagalung (Keyboard, Organ). Dengan masuknya Charles, The Mercy’s menjadi sebuah band yang terasa berbeda dari sebelumnya. Ia memiliki kemampuan bermain keyboard yang baik serta kualitas suara yang bagus untuk ditampilkan sebagai front line man. Posisi Rinto tidak lagi menjadi vokalis utama, namun masih kerap berbagi lagu dengan Charles untuk dibawakannya. Mereka melewatkan hampir tiap malam mengisi acara di Night Club Chusan Hotel di Malaysia. Pada tahun pertama terbentuk, The Mercy's memang masih berpetualang dari satu klub malam ke klub malam yang lain, mulai dari Medan hingga ke Penang, Malaysia.
The Mercy's Show di Vietnam
Seusai kontraknya selama enam bulan, tepatnya pertengahan 1970, The Mercy's, kembali ke Medan melanjutkan aktivitas bermusiknya di pesta-pesta anak muda. Kemudian kelompok ini mendapat tawaran show di Vietnam dimana negara ini saat itu masih genting terjadi perang saudara dan nyawa adalah taruhannya. Hal ini tidak menyurutkan nyalinya mereka sebagai seorang yang profesional di bidangnya untuk melebarkan sayap untuk bisa diakui musiknya di negara lain. Dengan kondisi itu, di negara perantauan, menimbulkan naluri bakat menulis lagu dari salah satu personilnya. Charles saat dalam kesendiriannya mampu menorehkan bait demi bait menghasilkan lagu-lagu hebat, salah satunya berjudul ‘Tiada Lagi’ yang kelak hari melambungkan nama The Mercy’s ke puncak ketenaran. Dan, patut diacungi jempol bahwa sosok Charles Hutagalung yang selalu ceria, tetapi tetap mampu melahirkan lagu sentimental, seperti “Tiada Lagi” . Lewat tembang ini pula The Mercy's kelak menjadi sebuah supergroup yang diminati jutaan penggemarnya.
The Mercy's Kembali ke Medan
Sekembali dari vietnam, kelompok ini masih bercokol di tanah kelahirannya kota Medan dan tetap masih berkiblat kepada grup band Bee Gees, Deep Purple, The Hollies, Grand Funk Railroad, The Beatles, dan hanya sesekali membawakan lagu Indonesia dan ciptaannya.[4] Lalu datang tawaran untuk show di Singapura dan Bangkok. Namun, karena sesuatu hal kontrak tersebut pun gagal. Hal itu tidak membuat mereka patah arang, The Mercy's diminta langsung oleh RRI Medan untuk bermain di panggung hiburan dan lagu Tiada Lagi direkam untuk disiarkan secara on air pertama kalinya diperdengarkan di kota ini. Lagu Tiada lagi, mendapat sambutan luar biasa dari pendengar radio RRI yang mampu menjangkau frekwensi sampai ke negara Semenanjung Melayu. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya pesanan lagu ‘Tiada Lagi’ yang tidak pernah henti setiap hari mengudara.[4]
Pada 1971, mereka kembali mendapat tawaran show di Jepang. Pada saat itu grup Spokies sudah berjaya di sana dengan personel anak-anak Indonesia yang bersekolah di Tokyo, antara lain, Broery Pesolima dan Joko Susilo. Angin segar ini membuat mereka bersemangat kembali. Namun, karena sesuatu hal, rencana mereka untuk manggung di Jepang, kandas lagi. Group ini tertipu oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, pupuslah harapan go International dan memilih tetap di kota Medan. Mereka kembali beraktivitas di panggung dengan kesabaran. Namun popularitas mereka tidak bisa terangkat lebih tinggi lagi, karena nama mereka belum dikenal oleh publik nasional kala itu.
Hijrah ke Jakarta
Pada tahun 1972, The Mercy’s memutuskan hijrah ke Jakarta. Bermula dari datangnya dewa penolong dari tulang ‘Herman Tobing (adik Ibu dari Erwin & Rinto Harahap). Ia menyurati mereka dan mengajak pindah ke Jakarta, berjanji akan mencarikan tempat wadah bermusiknya. Charles, Rizal, dan Rinto memanfaatkan kesempatan tersebut pertama kali. Erwin bersama Reynold pun bergabung dengan formasi yang telah lebih dulu merintis manggung di Jakarta, karena harus menyelesaikan masalah administrasi di Medan. Pada mulanya di ibu kota mereka masih tampil di beberapa kelab malam, membawakan lagu-lagu yang mereka ciptakan sendiri. Kemudian mereka mengisi serangkaian show secara berkala di empat tempat, seperti Tropicana, LCC, Paprica, dan Mini Discotique. Kesempatan baik ini dimanfaatkan betul oleh The mercy’s dengan memperkenalkan lagu ciptaan mereka seperti ‘Untukmu, Hidupku sunyi, Love dll. Di tempat terakhir inilah, The Mercy's mampu menembus dominasi band asal kota-kota besar, seperti Jakarta dan Bandung. Mereka yang datang dari sebuah band lokal asal Medan menjadi band nasional sejajar dengan The Rollies, Gipsy, dan The Pros. Setelah di Jakarta, pasang surut yang melanda blantika musik Indonesia juga dirasakan oleh The Mercy's hingga periode kesempatan memasuki dunia rekaman. Rizal Arsyad kemudian memilih mengundurkan diri karena hendak meneruskan sekolahnya ke Jerman. Kepemimpinan The Mercy’s pada saat itu pun beralih kepada Erwin Harahap.
Perubahan Formasi, Instrumen Musik, dan Masuk Rekaman
Mereka lalu membuat sebuah keputusan untuk mengubah pola musiknya dengan menambah personil baru dan instrumen musik baru. '''Albert Sumlang''' (abang kandung dari penyanyi jazz wanita '''Vonny Sumlang'''), seorang peniup Saksofon (Saxophone) handal berdarah Minahasa kemudian diajak bergabung. Keputusan ini sangat tepat karena dengan tiupan saxophone mautnya di kemudian hari banyak memberi warna dalam musik The Mercy’s. Dengan formasi baru itulah kemudian The Mercy’s merekam album pertama mereka. Kolaborasi dua perusahaan rekaman Remaco dan Purnama sebagai produser, menghasilkan album pertama bagi The Mercy's. Dalam album tersebut terdapat lagu-lagu TIADA LAGI (Charles H), HIDUPKU SUNYI (Charles. H), BAJU BARU (Charles. H), UNTUKMU (Charles.H), LOVE (Rinto.H), DI PANTAI (Charles. H), BEBASKANLAH (Charles.H), UNTUKKU(Charles.H), WOMEN (Rinto.H), KURELA DIKAU KASIH (Reynold. P), KISAH SEORANG PRAMURIA (Albert Sumlang). Album perdana ini di luar dugaan meledak dan langsung mengangkat nama The Mercy’s dengan andalannya lagu TIADA LAGI di blantika musik Indonesia. Lagu Tiada Lagi tersebut menjadi Hits dimana-mana. Band lokal ini mampu menggoyang rekor penjualan piringan hitam (PH) maupun kaset band seniornya Koes Plus dan Panbers. Bahkan menempatkan lima single dari debut album ini merajai tangga-tangga lagu di radio-radio swasta di Jakarta dan seluruh nusantara.
Meraih Kesuksesan
Sejak itu The Mercy’s menjadi sebuah group yang menjadi idola masyarakat. Untuk kedigdayaan luar biasa ini, Puspen ABRI dan perusahaan rekaman Remaco & Purnama mengganjarnya sebagai Band Kesayangan periode 1972-1973 dan meraih Golden Record dan Piringan Emas, atas penjualan lebih dari sejuta keping. Kenyataannya, mereka telah berhasil mewujudkan impiannya. Dalam waktu singkat, mereka menggelar show pertamanya sebagai senjata ampuh di Taman Ria Jakarta Monas. Pada 31 Desember 1972, empat band besar band nasional: Koes Plus, Panbers, Favorite's, dan The Mercy's, menggelar konser di gedung Istora Senayan Jakarta. Ribuan penonton memadati tempat pertunjukan, bahkan melebihi dari kapasitas tempat pertunjukan.[1]
Kepopuleran The Mercy's juga mampu menembus kota-kota besar, sejajar dengan band-band nasional yang ada saat itu. Band ini sempat menjadi idola anak muda tahun 1970-an, dengan rambut gondrong, celana lebar diujungnya yang biasa “menyapu” jalan, dan baju berwarna ‘jreng’ berdasi ‘lebar’.[4] Dalam perjalannya kepiawaian trio Charles, Rinto, dan Albert sudah menunjukkan kemampuannya dalam menggunakan lirik pada lagu-lagunya seperti, Untukmu, Hidupku Sunyi, Love, dan Kisah Seorang Pramuria. Pamor The Mercy's semakin terangkat dengan kehebatan duo sang legenda, Charles Hutagalung dan Rinto Harahap. Aksi mereka selalu mencuri perhatian penikmat musik Indonesia dengan liriknya yang banyak bercerita tentang cinta. Mereka berdua sangat kuat perannya di The Mercy's dalam mencipta dan menyanyi. Meski begitu Reynold juga banyak menciptakan lagu untuk The Mercy's.
Pada masa jayanya nama The Mercy’s pernah masuk dalam The BIG FIVE bersama dengan Koes Plus, Panbers, D’Lloyds, dan Favourite’s group. Dalam perjalanannya The Mercy's berhasil menyabet enam Golden Record dan sejumlah penghargaan lainnya dari album-albumnya.[1] Group The Mercy’s sempat bertahan selama hampir dua dekade dan sampai saat ini menjadi salah satu group band legendaris Indonesia karena lagu-lagunya masih disukai dan dinikmati sampai sekarang. Tercatat tiga kali menjadi grup band kesayangan dan beberapa kali meraih golden record atas albumnya yang rata-rata terjual diatas satu juta copy dari perusahaan rekaman Remaco.[4]
Albert Mundur dan dari The Mercy’s
Pasang surut yang melanda blantika musik Indonesia juga dirasakan oleh The Mercy’s sejak beberapa kali memasuki dunia rekaman. Pada Desember 1974, Albert Sumlang sempat memutuskan menyatakan mundur dari The Mercy's akibat permasalahan internal kelompok ini. Pasang surut yang melanda blantika musik Indonesia juga dirasakan oleh The Mercy’s sejak beberapa kali memasuki dunia rekaman. Pada Desember 1974, Albert Sumlang sempat menyatakan mundur dari The Mercy's akibat permasalahan internal dalam kelompok ini. Setelah Albert mengundurkan diri, The Mercy's pun untuk pertama kalinya berjalan hanya dengan 4 orang saja semenjak itu.
Charles Mundur dari The Mercy’s
Pada tahun 1975, The Mercy's telah menyelesaikan beberapa album yang telah menjadi kontrak mereka dengan produser rekaman. setelah The Mercy's menyelesaikan album ke-10 dan beberapa album Pop Melayu, Pop Mandarin, dan Pop Anak-anak yang di produksi Remaco, Charles Hutagalung yang hengkang pada tahun 1976. Kali ini ia mendirikan sebuah grup band sendiri bernama The GE & GE. Langkah keluarnya Charles setelah keluarnya Albert Sumlang yang memilih bersolo karier.
The Mercy’s Tanpa Charles Hutagalung & Albert Sumlang
Saat itu sekitar tahun 1977 untuk kedua kalinya saat keyboardist dan vokalis utama The Mercy’s telah menyatakan mundur dari The Mercy's. Ketiga anggota The Mercy’s yang tersisa: Rinto Harahap (bass, vocal), Erwin Harahap (gitar, vocal), dan Reynold Panggabean (drums, vocal) masih tetap berusaha mempertahankan eksistensi kelompok ini. Musik The Mercy’s jelas pincang tanpa adanya elemen organ atau keyboards yang sudah menjadi trademark sejak awal. Ketiga sisa personil The Mercy’s kemudian kasak-kusuk mencari pengganti, karena dalam waktu relatif singkat The Mercy’s yang tinggal bertiga harus segera masuk studio untuk merampungkan album baru.
Usul Reynold Menggaet Jockie Surjoprajogo sebagai Additional Musician The Mercy’s
Untuk mengatasi masalah kekurangan personil, Reynold Panggabean mengajukan sosok Jockie Surjoprajogo seorang keyboardist personil God Bless untuk tampil sebagai additional musician dalam sejumlah album The Mercy’s di label Yukawi (yang sahamnya dimiliki Nomo Koeswoyo), setelah mereka hengkang dari label Remaco. Usul itu dterima oleh Rinto dan Erwin. Akhirnya Jockie Surjoprajogo secara profesional menyanggupi tawaran mendukung album The Mercy’s tersebut yang dimulai dengan album The Mercy’s Vol.XI serta dua album Christmas.[5]
Ada sesuatu yang baru dari tata musik yang dihasilkan The Mercy’s saat Yockie tampil sebagai additional musician. Sound keyboards terasa lebih tebal. Mungkin ini perbedaan antara Charles Hutagalung yang sejak album The Mercy’s Vol.1 pada tahun 1972 selalu menggunakan organ bermerk Farfisa, sedangkan Jockie Surjoprajogo yang berlatar musik Rock lebih cenderung menggunakan organ Hammond B 3.[5]
Kembalinya Charles Hutagalung & Albert Sumlang ke The Mercy’s
Tahun 1978, Charles Hutagalung & Albert Sumlang kembali bergabung ke dalam The Mercy’s dan mereka melakukan dua rekamannya yang terakhir.[6][7] Dua albumnya yaitu Aku Tak Percaya Lagi dan Mimpi, tercatat sebagai dua album terakhir mereka dengan formasi lengkap setelah kembalinya Charles dan Albert yang dirilis pada tahun itu. Setelah The Mercy's menyelesaikan album tersebut, para anggota mengalami situasi kejenuhan. Anggota The Mercy’s memulai kegiatannya masing-masing di luar group. Charles Hutagalung sibuk bersolo karier, Erwin Harahap memilih berprofesi sebagai pengusaha jalur Produser Rekaman dengan mendirikan perusahaan sendiri dan bersolo karier. Albert Sumlang sibuk membantu album solo penyanyi lain. Rinto Harahap menjadi penyanyi solo, mendirikan band Lolypop, dan perusahaan rekaman, mencipta lagu, dan mengorbitkan penyanyi-penyanyi. Reynold Panggabean pun memutuskan mendirikan group musik sendiri. Group musik ini beraliran dangdut yang ia berinama '''Orkes Modern Tarantula'''.
The Mercy’s reunion
Pada tahun 1997, The Mercy's bangkit kembali menggebrak dengan formasi awal yaitu Erwin Harahap, Rinto Harahap, Reynold Panggabean, Charles Hutagalung dan Albert Sumlang, The Mercy's dihidupkan kembali melakukan proses rekaman selama tanggal dan bulan tahun baru untuk album baru dan mengeluarkan dua album "Reunion Vol. 1" dan "Reunion Vol. 2".
Setelah rilisnya dua album tersebut, Charles dan Albert keluar lagi karena mengalami situasi kejenuhan dan bubar lagi hanya proyek reuni.
Bubarnya The Mercy’s
Setelah merilis album itu praktis The Mercy's vakum dari dunia rekaman dan pada akhirnya berujung selesainya riwayat band legendaris The Mercy’s. The Mercy’s tercatat telah merekam sebanyak 40 Album yang dihasilkannya mulai dari album Pop, Keroncong, Pop Anak-anak, dan Rohani yang rata-rata sukses serta digemari masyarakat luas.[8] Rinto Harahap selalu mengungkapkan bahwa sebenarnya The Mercy's masih ada dan dari mereka pun belum ada pernyataan resmi bubar. Namun, tidak dapat dimungkiri The Mercy's dikenal karena keberadaan Charles Hutagalung dan mereka ini hanya sebagai pelengkap saja.[1]
Reynold Pasca Bubarnya The Mercy's
Mendirikan Orkes Melayu Tarantula
Reynold mendirikan group musik Orkes Melayu Tarantula pada tahun 1979. Meskipun terbentuk secara tidak sengaja lantaran tawaran label pada Reynold untuk merilis album solo, Reynold justru terinspirasi untuk menjajal irama dangdut. Ia meminta sang istri untuk menyanyikan lagu-lagu ciptaannya. Ia pun lalu menggaet Camelia Malik (Mia) istrinya yang juga merupakan adik dari penyanyi Rock kelompok God Bless Ahmad Albar sebagai vokalisnya. Bukan dangdut sembarang dangdut, tapi dangdut yang dikolaborasikan dengan musik rock, boleh jadi karena basic bermusik Reynold memang bukan di jalur dangdut.
Mengorbitkan Camelia Malik
Mia berhasil diorbitkannya menjadi seorang penyanyi super star dangdut nasional dengan debut perdana albumnya berjudul berjudul Colak Colek sekaligus menjadi hitsnya. Lagu ciptaannya Reynold ini sekaligus menjadi pembuka bagi kesuksesan Mia melambungkan namanya pada deretan penyanyi top dangdut nasional, setara dengan Rhoma Irama, Muchsin Alatas, Elvy Sukaesih, Rita Sugiarto, dan Ellya Khadam.
Meraih Kesuksesan
Pemunculan mereka ini berhasil memukau masyarakat khsusunya pecinta musik dangdut, sehingga penjualan kaset Tarantula mencapai rekor penjualan saat itu. Kerja keras dan ide cemerlang yang menghasilkan suatu warna musik yang khas dan unik yang tidak dimiliki oleh group lain saat itu. Grup Tarantula saat itu menawarkan dangdut rasa pop. Dangdut dengan racikan irama Latin yang dahsyat. Berawalnya hanya sekadar eksperimen untuk menggabungkan instrumen pop, rock, dangdut, karena mereka ingin ada warna lain di dangdut. Mia dan Reynold membuat Dangdut dan Orkes Melayu yang tadinya dianggap kampungan perlahan-lahan naik kelasnya di blantika musik hiburan tanah air. Ia pula yang mendorong istrinya, Camelia Malik untuk memperkenalkan goyang Jaipongan saat bernyanyi.
Saat itu, musik dangdut yang kata sebagian orang “Musik Kampungan” mulai digemari masyarakat termasuk masyarakat Jepang dan Amerika Serikat. Hal itu bisa dibuktikan saat Tarantula yang menjadi pengiring Mia tampil dalam acara Live Show Camelia Malik di Shibuya Seed Hall, Tokyo, Jepang. "Telah Lahir Musik Baru", teriak histeris pemuda-pemuda Jepang, sambil bergoyang menikmati musik dangdut. Demikian pula di Kota San Fransisco, Los Angeles, dan New York. Kesuksesan Album Colak Colek memperkokoh posisi Mia sebagai penyanyi dangdut. Bahkan lagu Colak Colek mendapat penghargaan dari Pusat Penerangan ABRI. Semua itu tak lepas dari peran langsung Reynold dalam menciptakan lagu2 mereka, menata musik Dangdut gedongannya, yang sekaligus mengangkat karier istrinya dan mempopulerkan musik Dangdut di mancanegara.....
Kesuksesan album perdana istrinya tersebut membuatnya menjadi lebih tertantang menciptakan lebih banyak lagu dangdut lainnya. Hingga menghasilkan beberapa album berikutnya antara lain: Liku Liku, Raba-raba, Ceplas-ceplos, Gengsi Dong, Wakuncar, Murah Meriah, dan Colak Colek II, Tak Tik. Semuanya memperoleh hasil penjualan yang mengagumkan. Album-album tersebut sukses di pasaran, bahkan banyak yang telah difilmkan. Reynold-Camelia pun mendongkrak industri rekaman yang selalu ingin mencetak laba. Maka, setelah Colak-Colek, dibuatlah lagu dengan judul yang mirip seperti Raba-Raba, Ceplas-Ceplos, Asyik-Asyik, Kecup-Kecup, Kasak-Kusuk, Sayang-Sayang, Kedap-Kedip, Manis-Manis. Group Musk Tarantula bermain-main kata ulang dengan syair yang genit dan menggoda.
Mengangkat Citra Musik Dangdut di Dunia Internasional
Reynold Panggabean memang komposer dan arranger yang sangat kreatif. Lewat tangan dinginnya, Tarantula berhasil mencetak hit pertama berjudul Colak-Colek pada 1977. Reynold Panggabean dengan Tarantula-nya lebih lanjut menghasilkan lagu-lagu dangdut dengan musik dangdut "Fussion", campuran Rock dan Latin Jazz, yang mampu menerobos pasar Jepang, Malaysia, Singapore, Brunai Darussalam,
Reynold Panggabean dan Camelia Malik dianggap menandai era baru dangdut pop yang mengawinkan Salsa, Rock, Disco. “Irama khas dangdut yang berbasis India dan Timur Tengah tetap dipertahankan. Tarantula juga menambah alat musik Sitar dari India,” kata Prof Andrew Weintraub, PhD, peneliti dangdut dari University of Pittsburgh, Amerika Serikat.[9]
Tarantula memang pantas untuk mencapai prestasi yang mengagumkan. Selama berturut-turut penjualan album mereka meraih Golden Record, berbagai penghargaan sebagai pencipta lagu, penyanyi, penata musik Dangdut Modern, juga sebagai Group Musik Dangdut Modern Terbaik. Kesuksesan Tarantula bukan hanya dari penjualan kaset saja, juga dari setiap pertunjukan panggung mereka selalu mendapat sambutan luar biasa. Baik di Indonesia maupun di Asean, lebih jauh mencapai puncaknya pada bulan Juni 1986 ketika Tarantula pentas di Shibuya Sheed Hall Tokyo Jepang. Selama 3 hari pertunjukan mereka, karcis disediakan terjual habis, yg seluruh penontonnya adalah publik bangsa Jepang. Tarantulla adalah pelopor Group Musik Dang Dut Pertama yg menembus pasar Internasional sampai ke Jepang, dan sampai saat ini Tarantula masih menjadi fenomena perkembangan musik Dangdut Modern Indonesia. Hal ini membuktikan ketangguhan Reynold sebagai pencipta dan penata musik Tarantula yang hingga saat ini lagu2 nya masih tampil dinyanyikan di hampir seluruh media Televisi yg mempunyai Program acara spesial musik Dangdut........[10]
Lagu2 Tarantula Tetap Jaya Hingga Kini
Sayang, duet Camelia Malik dan Reynold Panggabean ini berhenti akibat dari perceraian pernikahan pasangan tangguh ini akibatnya Duet maut ini pun bubar. TAKTIK adalah album yang dirilis menjelang ' berhenti nya ' rumah tangga mereka, tepatnya sekitar setahun sebelum mereka bercerai dan mengakhiri karier kolaborasi yang sebenarnya sudah sangat kuat yg hingga sekarang belum pernah ada duet yg dapat menandingi perjalanan karier mereka di dunia musik ini. Seperti juga album-album sebelumnya, album ini diterima dengan baik di pasaran dan mencetak beberapa hits seperti ; Colak Colek, Wakuncar, Aduhai, Goyang Senggol, Bunga dan Kumbang, Liku Liku, Ceplas Ceplos, Gengsi Dong, Gelisah, Kasak Kusuk dan Taktik, dan hampir semua lagu2 Hit's mereka menjadi 'all time hits' ini sampai sekarang masih menjadi 'lagu wajib' bagi penyanyi-penyanyi dangdut ketika manggung di off air maupun di ajang lomba sperti KDI, D'ACADEMY d ajang2 lomba penyanyi lainnya.. Sungguh sangat disayangkan duo kuat seperti mereka harus mengakhiri kariernya, tapi memang itulah risiko kolaborasi pasangan suami istri.[11]
Salah Seorang Tokoh Musik Dangdut Indonesia
Reynold tetap akan selalu diperhitungkan sebagai tokoh Legendaris Musik Pop lewat group musiknya THE MERCYS BAND dan tokoh Pembaharuan Musik dangdut Indonesia lewat group Musik Tarantula, meski ia sudah tak begitu aktif bermusik lagi namun dia exist sebagai pengamat Musik. Pada tahun 2005 dst nya, Reynold sempat menjadi penasihat Kontes Dangdut di TPI, MNC, TRANS TV dan INDOSIAR [12]
Merambah Dunia Perfilman
Reynold pernah berkecimpung dalam dunia akting. Bermula dari kesuksesan album Colak-Colek, ia diajak bermain film dengan judul yang sama Colak-Colek pada tahun 1980. Dalam film itu ia menjadi aktor pemeran utama bersama istrinya Camelia Malik. Ia juga menjadi penata musik sekaligus penulis cerita bersama Eddy D. Iskandar. Menyusul kesuksesan film perdana mereka tersebut, ia diminta lagi bermain dalam film berikutnya berjudul Jangan Coba Raba-Raba (1980). Dalam sinema layar lebar itu ia juga berperan utama bersama istrinya, Camelia Malik. Pada penghujung tahun itu pula ia menerima tawaran sebagai penata musik untuk film komedi Gengsi Dong (1980) yang dibintangi oleh Kelompok Lawak terkenal masa itu Warkop Prambors dan ikut dibintangi istrinya, Camelia Malik.
Kehidupan pribadi
Reynold menjalani pernikahan beda agama dengan penyanyi dangdut Camelia Malik putri tokoh sineas nasional berdarah Minangkabau Djamaluddin Malik pada tahun 1977. Perkawinan tersebut berakhir pada tanggal 2 Maret 1989, setelah dua belas tahun tanpa dikaruniai keturunan.[13] Camelia kemudian menikah lagi dengan aktor Harry Capri, 16 juli 1989.[14]
Reynold kemudian menikah lagi pada tahun 1990 dengan aktris cantik berdarah Manado bernama Anna Tairas. Dari perkawinan ini mereka memperoleh seorang putra bernama Kevin Reyan Panggabean (lahir 6 mei 1990) yang kemudian mengikuti jejaknya sebagai musisi.[15][16] Disayangkan pula bahwa pernikahan yang berumur 12 tahun itu juga berakhir. Mereka resmi bercerai pada tahun 2002.[17]
Kasus
Lama tak terdengar, pada Oktober 2005 Reynold mengejutkan publik dengan pelaporan dua pembantu rumah tangganya ke polisi dengan tuduhan telah melakukan perkosaan dan pelecehan seksual terhadap mereka. Namun hal tersebut dibantah Reynold.[18][19] Belum usai kasus dengan kedua pembantunya, Reynold kembali tersandung kasus dugaan perusakan kamera milik sebuah acara Infotainment yang dilakukannya.[20] Akhirnya pada bulan Desember 2005, Reynold ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan pencabulan terhadap dua pembantunya Tiah (20) dan Wiwin (22). Sebelumnya, Reynold juga ditetapkan sebagai tersangka atas kasus perbuatan tidak menyenangkan terhadap kontributor RCTI, Anton di Mapolsek Cimanggis pada 21 Oktober 2005.[21]
Karya lagunya yang sangat popular
- Gengsi Dong
- Wakuncar
- Colak Colek
- Ceplas ceplos
- Raba - raba
- Liku - liku
Filmografi
Film
Sebagai aktor
Tahun | Judul | Peran | Keterangan |
---|---|---|---|
1979 | Colak Colek | ||
1980 | Jangan Coba Raba-Raba | Pemusik |
Sebagai pembuat film
Tahun | Judul | Dikreditkan sebagai | Keterangan |
---|---|---|---|
Komponis | |||
1979 | Colak Colek | Ya | Juga sebagai penulis cerita |
1980 | Gengsi Dong | Ya |
Sinetron
Tahun | Judul | Peran | Catatan | Ref. |
---|---|---|---|---|
1989 | Beri Aku Jalan | Leo | ||
1995 | Saat Memberi Saat Menerima | Toto | ||
Symphoni Dua Hati | ||||
1996 | Selangkah Demi Selangkah | Dendy | ||
1997 | Gara-Gara | |||
Jinny oh Jinny | ||||
Masih Ada Waktu | ||||
Bulan Bukan Perawan | ||||
1999 | Tersayang | Eko | ||
2001 | Waktu Terus Berjalan | Anton | ||
Sang Pencinta | Marwan | |||
Boneka Poppy | Rio |
Pranala luar
- (Indonesia) Profil di KapanLagi.com
- Filmografi di Jibis.pnri.go.id[pranala nonaktif permanen]
Referensi
- ^ a b c d http://harunarcom.blogspot.co.id/2014/01/the-mercys-sebuah-group-band-legendaris.html
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 2015-09-16.
- ^ https://ms.wiki-indonesia.club/wiki/Kumpulan_The_Mercys
- ^ a b c d https://www.facebook.com/josechoa.linge.7/posts/152051134948222
- ^ a b https://dennysakrie63.wordpress.com/2014/11/18/ketika-yockie-mendukung-album-the-mercys/
- ^ http://clocktower.org/show/charles-hutagalung-indonesian-pop
- ^ http://nasional.tempo.co/read/news/2001/05/07/05530365/in-memoriam-charles-hutagalung
- ^ http://poskotanews.com/2012/11/12/tribute-to-the-mercys-bikin-rinto-harahap-menangis/[pranala nonaktif permanen]
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-09-28. Diakses tanggal 2015-09-16.
- ^ http://dangdutmantap.blogspot.co.id/2012/10/the-best-of-tarantula.html
- ^ http://indolawas.blogspot.co.id/2013/03/camelia-malik-reynold-panggabean-taktik.html
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-09-29. Diakses tanggal 2015-09-16.
- ^ "Feeling Threatened: Muslim-Christian Relations in Indonesia's New Order". 2006.
- ^ Camelia Malik Tentang Perceraiannya: “Sakiiitt.. Sekali”, diakses 6 mei 2013
- ^ https://instagram.com/p/s7jDQwFTuq/ My name is Kevin Reyan Panggabean
- ^ https://twitter.com/kevinreyan @ kevinreyan
- ^ Suka Duka Artis di Tahun 2002, diakses 28 desember 2002
- ^ Reynold Panggabean Dilaporkan Perkosa PRT Diarsipkan 2011-06-20 di Wayback Machine., diakses 12 Desember 2007
- ^ Reynold Pangabean: Saya Telah Difitnah Pembantu Saya, diakses 12 Desember 2007
- ^ Reynold Panggabean Kembali Tersandung Kasus, diakses 12 Desember 2007
- ^ Reynold Panggabean, Jadi Tersangka Kasus Perkosaan, diakses 12 Desember 2007