Kabupaten Ngawi

kabupaten di Pulau Jawa, Indonesia
Revisi sejak 11 Juli 2024 14.33 oleh Enperfectify World (bicara | kontrib) (justru perubahan Anda membingungkan pembaca awam, karena Ngawi bisa berupa Kabupaten dan bisa berupa Kecamatan)


Kabupaten Ngawi (bahasa Jawa: Hanacaraka: ꦔꦮꦶ, Pegon: ڠاوي, translit. Ngawì; pengucapan bahasa Jawa: [ŋaˈwi]) adalah sebuah kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Ngawi. Kabupaten Ngawi terletak di ujung barat Provinsi Jawa Timur, berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.

Kabupaten Ngawi
Transkripsi bahasa daerah
 • JawaNgawì (Gêdrig)
ڠاوي (Pégon)
ꦔꦮꦶ (Hånåcåråkå)
Dari atas ke bawah: Kebun teh Jamus, Patung Gajah di Museum Trinil, Benteng Van den Bosch, Tari Bedhaya Srigati, Waduk Pondok di Bringin, Air terjun Srambang di Jogorogo, Monumen Soerjo di Widodaren
Bendera Kabupaten Ngawi
Lambang resmi Kabupaten Ngawi
Julukan: 
Ngawi Ramah • Benteng • Bambu
Motto: 
Negeri Ngawi Ramah
Peta
Peta
Kabupaten Ngawi di Jawa
Kabupaten Ngawi
Kabupaten Ngawi
Peta
Kabupaten Ngawi di Indonesia
Kabupaten Ngawi
Kabupaten Ngawi
Kabupaten Ngawi (Indonesia)
Koordinat: 7°24′04″S 111°26′42″E / 7.4011°S 111.445°E / -7.4011; 111.445
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
Tanggal berdiri8 Agustus 1950
Dasar hukumUU No. 12 Tahun 1950/
PP No. 28 Tahun 1982
Hari jadi7 Juli 1358; 666 tahun lalu (1358-07-07)
Ibu kotaNgawi
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 19
  • Kelurahan: 4
  • Desa: 213
    Dusun: 971
Pemerintahan
 • BupatiOny Anwar Harsono
 • Wakil BupatiDwi Rianto Jatmiko
 • Sekretaris DaerahMokh Sodiq Triwidiyanto
 • Ketua DPRDHeru Kusnindar
Luas
 • Total1.395,80 km2 (538,92 sq mi)
Populasi
 • Total904.094
 • Kepadatan648/km2 (1,680/sq mi)
Demonim- Orang Ngawi (id)
- Wong Ngawi (jv)
- Ngawians (en)
Demografi
 • Agama
  • 98,95% Islam
  • 0,01% Hindu
  • 0,01% Buddha
  • 0,01% Lainnya[1]
 • Bahasa
Daftar
 • IPMKenaikan 73,28 (0.732)
 tinggi  (2023)[2]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode pos
Kode BPS
3521 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon+62 351
Kode ISO 3166ID-JI
Pelat kendaraanAE xxxx H*/I*/J*/K*/L*
Kode Kemendagri35.21 Edit nilai pada Wikidata
DAURp 896.052.870.000,-
Semboyan daerahRAMAH
(Rapi, Aman, Maju, Adil, dan Harmonis)
Lagu daerah"Suwe Ora Jamu" • "Lir-ilir" • "Cublak-cublak Suweng"
Rumah adatRumah Joglo
Senjata tradisionalKeris
Flora resmiCerme
Fauna resmiDecu belang
Situs webngawikab.go.id

Etimologi

Kata Ngawi merupakan turunan kata dalam bahasa Jawa Kuno yaitu awi yang berarti bambu. Kata awi kemudian memperoleh imbuhan Ng yang menandakan bahwa di daerah ini terdapat banyak pohon bambu.[3] Seperti halnya dengan nama-nama di daerah-daerah lain yang banyak sekali nama-nama tempat (desa) yang dikaitkan dengan nama tumbuh-tumbuhan. Seperti Ngawi menunjukkan suatu tempat yang di sekitar pinggir Bengawan Solo dan Bengawan Madiun yang banyak ditumbuhi bambu.[4]

Sejarah

Masa pemerintahan Kerajaan Majapahit

Wilayah Ngawi telah menjadi bagian dari Kerajaan Majapahit pada tanggal 7 Juli 1358 M ketika Hayam Wuruk memerintah. Informasi ini disebutkan dalam Prasasti Canggu yang berangka tahun 1280 dalam kalender Saka. Status Ngawi pada masa ini adalah daerah otonom yang berbentuk desa dengan tugas utama mengelola penyeberangan di sungai.[5]

Hari Jadi

Penelusuran Hari jadi Ngawi dimulai dari tahun 1975, dengan dikeluarkannya SK Bupati KDH Tk. II Ngawi Nomor Sek. 13/7/Drh, tanggal 27 Oktober 1975 dan nomor Sek 13/3/Drh, tanggal 21 April 1976. Ketua Panitia Penelitian atau penelusuran yang di ketuai oleh DPRD Kabupaten Dati II Ngawi. Dalam penelitian banyak ditemui kesulitan-kesulitan terutama narasumber atau para tokoh-tokoh masayarakat, namun mereka tetap melakukan penelitian lewat sejarah, peninggalalan purbakala dan dokumen-dokumen kuno.[butuh rujukan]

Di dalam kegiatan penelusuran tersebut dengan melalui proses sesuai dengan hasil sebagai berikut:[butuh rujukan]

  • Pada tanggal 31 Agustus 1830, pernah ditetapkan sebagai Hari Jadi Ngawi dengan Surat Keputusan DPRD Kabupaten Dati II Ngawi tanggal 31 Maret 1978, Nomor Sek. 13/25/DPRD, yaitu berkaitan dengan ditetapkan Ngawi sebagai Order Regentschap oleh Pemerintah Hindia Belanda.
  • Pada tanggal 30 September 1983, dengan Keputusan DPRD Kabupaten Dati II Ngawi nomor 188.170/2/1983, ketetapan diatas diralat dengan alasan bahwa tanggal 31 Agustus 1830 sebagai Hari Jadi Ngawi dianggap kurang Nasionalis, pada tanggal dan bulan tersebut justru dianggap memperingati kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda.
  • Menyadari hal tersebut Pada tanggal 13 Desember 1983 dengan Surat Keputusan Bupati KDH Tk. II Ngawi nomor 143 tahun 1983, dibentuk Panitia/Tim Penelusuran dan penulisan Sejarah Ngawi yang diktuai oleh Drs. Bapak Moestofa.
  • Pada tanggal 14 Oktober di sarangan telah melaksanakan simposium membahas Hari Jadi Ngawi oleh Bapak MM.Soekarto

K, Atmodjo dan Bapak MM. Soehardjo Hatmosoeprobo dengan hasil symposium tersebut menetapkan:[butuh rujukan]

  • Menerima hasil penelusuran Bapak Soehardjo Hatmosoeprobo tentang Piagam Sultan Hamengku Buwono tanggal 2 Jumadilawal 1756 Aj, selanjutkan menetapkan bahwa pada tanggal 10 November 1828 M, Ngawi ditetapkan sebagai daerah Narawita (pelungguh) Bupati Wedono Monco Negoro Wetan. Peristiwa tersebut merupakan bagian dari perjalanan Sejarah Ngawi pada zaman kekuasaan Sultan Hamengku Buwono.
  • Menerima hasil penelitian Bapak MM. Soekarto K. Atmodjo tentang Prasasti Canggu tahun 1280 Saka pada masa pemerintahan Majapahit di bawah Raja Hayam Wuruk. Selanjutmya menetapkan bahwa pada tanggal 7 Juli 1358 M, Ngawi ditetapkan sebagai Naditirapradesa (daerah penambangan) dan daerah swatantra. Peristiwa tersebut merupakan Hari Jadi Ngawi sepanjang belum diketahui data baru yang lebih tua.

Melalui Surat Keputusan nomor: 188.70/34/1986 tanggal 31 Desember 1986 DPRD Kabupaten Dati II Ngawi telah menyetujui tentang penetapan Hari Jadi Ngawi yaitu pada tanggal 7 Juli 1358 M. Dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati KDH Tk. II Ngawi No. 04 Tahun 1987 pada tanggal 14 Januari 1987. Namun Demikian tidak menutup kemungkinan untuk melakukan penelusuran lebih lanjut serta menerima masukan yang berkaitan dengan sejarah Ngawi sebagai penyempurnaan di kemudian hari.[4]

 
Kata "Awi" bermula dari nama pohon bambu atau "wit Awi"

Wilayah administratif

Ngawi merupakan salah satu wilayah kabupaten di bagian barat Jawa Timur. Wilayah Ngawi berbatasan langsung dengan Jawa Tengah. Ngawi memiliki wilayah seluas 1.298,58 km2. Posisi Kabupaten Ngawi Secara geografis Kabupaten Ngawi terletak pada titik koordinat 110°11’–111°40’ Bujur Timur dan 7°21’–7°31’ Lintang Selatan.[6]

Pada awal pembentukannya, Ngawi terbagi menjadi 17 kecamatan yang terbagi menjadi 213 desa dan 4 kelurahan. Lalu pada tahun 2004, jumlah kecamatan di Kabupaten Ngawi bertambah menjadi 19 kecamatan.[7] Dua kecamatan baru ialah Kecamatan Kasreman adalah pemekaran dari Kecamatan Padas, sedangkan Kecamatan Gerih adalah pemekaran dari Kecamatan Geneng.[butuh rujukan]

Batas wilayah

Ngawi berbatasan langsung dengan beberapa wilayah, yaitu:

Utara Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Grobogan, dan Kabupaten Blora (Provinsi Jawa Tengah)
Timur Kabupaten Madiun
Selatan Kabupaten Magetan dan Kabupaten Madiun
Barat Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar (Provinsi Jawa Tengah)

Geografi

 
Peta Administrasi Kabupaten Ngawi

Wilayah Ngawi terbagi menjadi dataran tinggi dan dataran rendah. Wilayah dataran tinggi berada di kaki Gunung Lawu yang meliputi empat kecamatan yaitu Kecamatan Sine, Kecamatan Ngrambe, Kecamatan Jogorogo dan Kecamatan Kendal. Bagian lain yang termasuk dataran tinggi ialah kompleks Pegunungan Lawu di barat daya Kabupaten Ngawi. Sementara di bagian utara Kabupaten Ngawi merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng yang terdiri dari perbukitan.[8] Sekitar 40 persen atau sekitar 558,4 km2 berupa lahan sawah.[butuh rujukan]

Iklim

Iklim di Ngawi adalah iklim tropis. Suhu udara di wilayah Ngawi bervariasi sebagai akibat dari tingkat elevasi tanah, tetapi secara umum suhu udara di wilayah Ngawi berkisar antara 20°–34 °C dengan tingkat kelembapan nisbi berkisar antara 68–85%.

Wilayah Ngawi beriklim muson tropis (Am) berdasarkan klasifikasi iklim Koppen. Terdapat dua musim di wilayah ini yang dipengaruhi oleh pergerakan angin muson, yaitu musim kemarau yang dipengaruhi angin muson timur–tenggara yang bersifat kering dan dingin dan musim penghujan yang dipengaruhi oleh angin muson barat daya–barat laut yang bersifat basah dan lembap. Musim kemarau di wilayah Ngawi berlangsung pada periode MeiOktober dengan bulan terkering adalah Agustus. Sedangkan musim penghujan di wilayah ini berlangsung pada periode NovemberApril dengan bulan terbasah adalah Januari dengan jumlah curah hujan bulanan lebih dari 280 mm per bulan. Curah hujan di wilayah Kabupaten Ngawi berkisar antara 1.500–2.000 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 90–140 hari hujan per tahun.[butuh rujukan]


Data iklim Ngawi, Indonesia
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rata-rata tertinggi °C (°F) 30.7
(87.3)
31.7
(89.1)
32.1
(89.8)
31.8
(89.2)
31.8
(89.2)
31
(88)
32
(90)
32.8
(91)
33.8
(92.8)
34.1
(93.4)
33.2
(91.8)
31.8
(89.2)
32.23
(90.07)
Rata-rata harian °C (°F) 26.6
(79.9)
26.7
(80.1)
26.9
(80.4)
27.2
(81)
27
(81)
26.7
(80.1)
26.3
(79.3)
26.6
(79.9)
27.8
(82)
28.1
(82.6)
27.9
(82.2)
27.2
(81)
27.08
(80.79)
Rata-rata terendah °C (°F) 22.6
(72.7)
22.8
(73)
23
(73)
22.7
(72.9)
22.3
(72.1)
21.4
(70.5)
20.5
(68.9)
21.4
(70.5)
22.1
(71.8)
23.8
(74.8)
23.7
(74.7)
22.7
(72.9)
22.42
(72.32)
Presipitasi mm (inci) 304.5
(11.988)
270.3
(10.642)
252.6
(9.945)
192.5
(7.579)
112.9
(4.445)
53.1
(2.091)
33.8
(1.331)
26.9
(1.059)
43.6
(1.717)
108.7
(4.28)
189.2
(7.449)
265.9
(10.469)
1.854
(72,995)
Rata-rata hari hujan 20 17 15 13 7 5 3 2 4 6 12 15 119
% kelembapan 85 83 82 80 79 73 71 68 70 72 76 81 76.7
Rata-rata sinar matahari bulanan 154 173 209 248 264 267 294 304 292 251 209 169 2.834
Sumber #1: Climate-Data.org [9]
Sumber #2: Weatherbase [10]

Pemerintahan

Bupati

No Bupati Mulai Menjabat Akhir Menjabat Wakil Bupati
25   Ony Anwar Harsono 26 Februari 2021 Petahana   Dwi Rianto Jatmiko

Dewan Perwakilan

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Ngawi dalam empat periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2009–2014[11] 2014–2019[12] 2019–2024[13] 2024–2029
PKB 3   4   4   6
Gerindra (baru) 1   5   4   6
PDI-P 8   15   20   20
Golkar 8   7   5   5
NasDem (baru) 2   2   0
PKS 3   4   4   3
Hanura (baru) 5   2   1   1
PAN 5   2   3   2
Demokrat 6   2   1   2
PPP 4   2   1   0
PBR 1
PKPB 1
Jumlah Anggota 45   45   45   45
Jumlah Partai 11   10   10   8

Kecamatan

Ngawi terdiri dari 19 kecamatan, 4 kelurahan, dan 213 desa (dari total 666 kecamatan, 777 kelurahan, dan 7.724 desa di Jawa Timur). Ibu kotanya adalah Kecamatan Ngawi. Pada tahun 2022, jumlah penduduknya mencapai 897.478 jiwa dengan luas wilayah 1.395,80 km² dan kepadatan penduduknya 643 jiwa/km².[14][15][16]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Ngawi, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Jumlah
Desa
Status Daftar
Desa/Kelurahan
35.21.15 Bringin 10 Desa
35.21.05 Geneng 13 Desa
35.21.18 Gerih 5 Desa
35.21.03 Jogorogo 12 Desa
35.21.17 Karanganyar 7 Desa
35.21.07 Karangjati 17 Desa
35.21.19 Kasreman 8 Desa
35.21.11 Kedunggalar 12 Desa
35.21.04 Kendal 10 Desa
35.21.06 Kwadungan 14 Desa
35.21.13 Mantingan 7 Desa
35.21.09 Ngawi Kota 4 12 Desa
Kelurahan
35.21.02 Ngrambe 14 Desa
35.21.08 Padas 12 Desa
35.21.14 Pangkur 9 Desa
35.21.10 Paron 14 Desa
35.21.16 Pitu 10 Desa
35.21.01 Sine 15 Desa
35.21.12 Widodaren 12 Desa
TOTAL 4 213


Transportasi

Transportasi rel

 
Stasiun Ngawi di Kecamatan Paron

Ngawi juga dilintasi jalur Jalur kereta api Solo Balapan–Kertosono. Terdapat 4 Stasiun kereta api, yakni Geneng, Ngawi, Kedunggalar, dan Walikukun. Letak bangunan fisik Stasiun Ngawi tidak di ibukota kabupaten, tetapi ada di Paron.

Layanan kereta api penumpang hanya berhenti normal sekaligus menaikturunkan di Stasiun Ngawi dan Stasiun Walikukun.

Transportasi darat

Selain dilalui Jalan Tol Trans Jawa Ruas Solo–Ngawi dan Ruas Ngawi–Kertosono[17] , Kabupaten Ngawi juga dilalui Jalan Raya Nasional 17 dan Jalan Raya Nasional 30.

Terdapat Angkutan Bus Antar Kota Antar Provinsi untuk tujuan kota-kota besar di seluruh Jawa. Namun transportasi umum penunjang dari dan menuju di wilayah barat daya seperti Kecamatan Sine dan Kecamatan Ngrambe menuju Kota Ngawi sudah terbatas.

Komoditas

Jeruk

Ngawi mengadakan budidaya jeruk dari dua varietas, yaitu jeruk siam dan jeruk pomelo. Jeruk siam dibudidayakan di 11 kecamatan. Sedangkan jeruk pomelo dibudidayakan di 13 kecamatan. Tiga kecamatan dengan produksi jeruk siam yang terbanyak adalah Kecamatan Kedunggalar, Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Jogorogo. Sementara kecamatan dengan produksi jeruk pamelo yang terbanyak adalah Kecamatan Paron, Kecamatan Kedunggalar dan Kecamatan Ngawi.[18]

Referensi

  1. ^ a b c "Kabupaten Ngawi dalam angka 2022". www.ngawikab.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-10. Diakses tanggal 22 Maret 2022. 
  2. ^ "Metode baru Indeks Pembangunan Manusia 2022-2023". www.bps.go.id. Diakses tanggal 9 Des 2023. 
  3. ^ Suryadi, Ahmad (2021). Menapak Indonesia: Menelusuri Setiap Wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota Seluruh Indonesia Jilid 2 (Pulau Jawa). Sukabumi: CV. Jejak. hlm. 144. ISBN 978-623-338-302-8. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-08. Diakses tanggal 2023-03-07. 
  4. ^ a b "Sejarah Ngawi". Pemerintah Kabupaten Ngawi (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-26. Diakses tanggal 2023-03-07. 
  5. ^ MIftaqurrohman dan Sa'idah, N. (Mei 2019). Putra, Aditya K., ed. Sejarah Lokal dan Tradisi Lisan tentang Babad Tempurejo. Surakarta: CV Oase Grup. hlm. 86. ISBN 978-602-457-154-2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-08. Diakses tanggal 2023-03-07. 
  6. ^ Arief, Suyoto (April 2021). Model Sistem Bagi Hasil pada Sektor Pertanian dalam Perspektif Ekonomi Islam. Ponorogo: Unida Gontor Press. hlm. 139. ISBN 978-602-5620-77-5. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-08. Diakses tanggal 2023-03-07. 
  7. ^ Daryono, B. S., dan Maryanto, S. D. (Mei 2018). Keanekaragaman dan Potensi Sumber Daya Genetik Melon. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hlm. 37. ISBN 978-602-386-187-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-08. Diakses tanggal 2023-03-07. 
  8. ^ Baina, E., dkk. (September 2018). Sudarmonowati, E., Sugiarti dan Darussalam. A. D., ed. Mengungkap Potensi Daerah dan Peningkatan Nilai Tambah dengan IPTEK. Bogor: Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya LIPI. hlm. 76. ISBN 978-979-8539-76-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-08. Diakses tanggal 2023-03-07. 
  9. ^ "Ngawi, Indonesia". Climate-Data.org. Diakses tanggal 4 Oktober 2020. 
  10. ^ "Ngawi, Indonesia". Weatherbase. Diakses tanggal 4 Oktober 2020. 
  11. ^ "Hasil Pemilu Anggota DPRD Ngawi Tahun 2009" (PDF). KPU KABUPATEN NGAWI. 17-05-2009. Diakses tanggal 24-10-2023. 
  12. ^ "Hasil Akhir Pileg 2014, KPUD Ngawi Tetapkan Kursi Parpol dan Caleg DPRD". Sinar Ngawi. Diakses tanggal 2023-10-25. 
  13. ^ "Ini Perolehan Kursi Partai dan Nama Anggota DPRD Ngawi Terpilih Periode 2019-2024". tribunnews.com. 2019-07-22. Diakses tanggal 2020-05-14. 
  14. ^ "ArcGIS Web Application". gis.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 2022-10-27. 
  15. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  16. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  17. ^ Dukut, Ekawati Marhaenny, ed. (2020). Dampak Jalan Tol terhadap Pulau Jawa. Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata. hlm. 225. ISBN 978-623-7635-24-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-08. Diakses tanggal 2023-03-07. 
  18. ^ Purbiati, T., dkk. (Juni 2021). Arahan Pemupukan Spesifik Lokasi untuk Tanaman Jeruk (Citrus sp.) di Jawa Timur. Malang: Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang. hlm. 19. ISBN 978-979-796-608-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-08. Diakses tanggal 2023-03-07. 

Pranala luar