Taman Wisata Alam Sangeh

taman reservasi di Indonesia
Revisi sejak 24 Oktober 2024 03.23 oleh Wie146 (bicara | kontrib) (Keunikan: +note, ref)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Taman Wisata Alam (TWA) Sangeh adalah kawasan konservasi dengan status sebagai taman wisata alam, yang terletak di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Didirikan sejak masa penjajahan Belanda di tahun 1919, kawasan konservasi tertua di Bali ini lebih terkenal sebagai hutan kera (monkey forest) Sangeh. Menurut SK Menteri Kehutanan tahun 2014, luas definitif TWA ini adalah 13,91 hektar.

Taman Wisata Alam Sangeh
Peta memperlihatkan letak Taman Wisata Alam Sangeh
Peta memperlihatkan letak Taman Wisata Alam Sangeh
TWA Sangeh
LetakSangeh, Bali, Indonesia
Koordinat8°28′52″S 115°12′36″E / 8.48111°S 115.21000°E / -8.48111; 115.21000
Luas13,91 Ha
Didirikan1919
Pihak pengelolaBalai KSDA Bali

Keunikan

sunting
 
Wisatawan di Sangeh tempo dulu, lk. 1938
 
Pura di tengah hutan Sangeh. Foto diambil antara 1915-1925.

TWA Sangeh terutama dikenal dunia sebagai hutan keramat yang dihuni oleh kelompok-kelompok kera (yakni monyet kra, Macaca fascicularis) yang jinak dan tidak takut kepada manusia. Para wisatawan mancanegara dan dalam negeri berdatangan terutama karena adanya fenomena ini.

Di tengah hutan Sangeh juga terdapat satu pura kuno yang diyakini didirikan oleh keluarga Kerajaan Mengwi di abad ke-17. Pura yang dinamai Pura Bukit Sari ini dikaitkan dengan riwayat puteri dari Ida Bathara ring Gunung Agung. Selain itu, masih ada beberapa pura lainnya yang hingga kini masih dirawat dan digunakan untuk beribadat.

Secara floristik, hutan Sangeh juga unik karena didominasi oleh sejenis pohon dipterokarpa yang telah langka dan terancam kepunahan, yang dalam bahasa lokal disebut pala (palahlar atau keruing gunung, Dipterocarpus retusus syn. D. trinervis;[1][2][3] dan bukan pala Myristica fragrans).[4] Oleh sebab itu, hutan Sangeh juga dinamai alas pala Sangeh dalam bahasa setempat.[5]

Sejarah kawasan

sunting
 
Tegakan pohon pala menaungi pura di tengah hutan.

Adapun sejarah kawasan hutan Sangeh beserta perubahan-perubahan statusnya adalah sebagai berikut:[6]

  • Berdasarkan Besluit (Keputusan) Gubernur Jenderal Hindia Belanda Nomor 90 tanggal 21 Februari 1919 sebagaimana tercantum dalam Staatblad Nomor 6 Stbl. 1919, Kelompok Hutan Sangeh (RTK.21) seluas 9,8 Ha telah ditunjuk sebagai Natuurmonumenten (cagar alam).
  • Pengukuran dan penataan batas oleh Balai Planologi Kehutanan Wilayah IV Nusa Tenggara pada tanggal 31 Juli 1979 diperoleh luas definitif Cagar Alam Sangeh seluas 10,8 Ha.
  • Menurut Berita Acara Tata batas Tambahan tanggal 19 Mei 1990, Cagar Alam Sangeh (RTK.21) diperluas dengan menambahkan lahan kompensasi dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) seluas 3,169 Ha, sehingga luas Cagar Alam Sangeh menjadi 13,969 Ha.
  • Cagar Alam Sangeh kemudian diubah fungsinya menjadi Taman Wisata Alam berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 87/Kpts-II/93 tanggal 16 Pebruari 1993 tentang Perubahan Fungsi Cagar Alam Sangeh Yang Terletak di Kabupaten Daerah Tingkat II Badung, Propinsi Daerah Tingkat I Bali Seluas 13,969 (Tiga Belas Sembilan Ratus Enam Puluh Sembilan Perseribu) Hektar Menjadi Taman Wisata Alam.
  • Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 433/Kpts-II/1999 tanggal 15 Juni 1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi Daerah Tingkat I Bali seluas 130.686,01 (Seratus tiga puluh ribu enam ratus delapan puluh enam, satu perseratus) hektar memuat penunjukan TWA Sangeh di dalamnya.
  • TWA Sangeh kemudian dikukuhkan melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.203/Menhut-II/2014 tanggal 3 Maret 2014 tentang Penetapan Kawasan Taman Wisata Alam Sangeh (RTK.21) Seluas 13,91 (Tiga Belas dan Sembilan Puluh Satu Perseratus) Hektar Di Kabupaten Badung, Provinsi Bali.

Letak dan batas

sunting

Secara geografis, TWA Sangeh terletak antara 8°28’42,29” - 8°28’54,52”LS dan 115°12’14,36” - 115º12’32,93”BT. Secara administratif hutan ini terletak di Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Kawasan TWA Sangeh ini berbatasan dengan beberapa wilayah antara lain:

  • Utara: Lahan/kebun/sawah milik masyarakat
  • Timur: Jalan Raya Sangeh dan pemukiman/pertokoan milik masyarakat
  • Selatan: Lahan/kebun/sawah milik masyarakat
  • Barat: Sungai Penet (Tukad Penet).

Topografi

sunting

Keadaan topografi kawasan sebagian besar datar dan di bagian barat kawasan topografi kawasan dari landai sampai sangat curam khususnya bagian tebing yang berbatasan dengan sungai. Sedangkan ketinggian kawasan dari 187,5 mdpl sampai dengan 262,5 mdpl.

Tanah dan Geologi

sunting

Berdasarkan Peta Jenis Tanah Provinsi Bali Tahun 2009, jenis tanah di kawasan TWA Sangeh adalah Latosol Coklat Kekuningan.

Berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Pulau Bali, kawasan TWA Sangeh termasuk ke dalam zona kerentanan gerakan tanah rendah dan zona sangat rendah.

Secara umum geologi di kawasan TWA Sangeh berdasarkan Peta Geologi Lembar Bali dan Nusa Tenggara Tahun 1998, terdiri dari batuan gunungapi kelompok Buyan-Bratan dan Batur, terutama tuf dan lahar.

Tipe iklim

sunting
 
Monyet kra, Macaca fascicularis

Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar, menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, kawasan TWA Sangeh termasuk ke dalam tipe A (Sangat Basah) dengan rata-rata curah hujan sekitar 2.471 mm/tahun serta memiliki kelembaban sekitar 56 - 85% dan temperatur bulanan kawasan sekitar 27 °C.

 
Kipasan jawa, Rhipidura javanica

Jenis flora yang mendominasi di TWA Sangeh adalah tegakan Pala (Dipterocarpus trinervis). Jenis flora lain yang bisa ditemukan di kawasan ini di antaranya beringin (Ficus sp.), nyamplung/Camplung (Calophyllum inophyllum), Mundeh (Garcinia celebica), Basa-basa (Clausena anisata), Udu (Litsea sp.), Julut (Litsea glutinosa), cempaka kuning (Michelia champaca), cempaka (Michelia × alba), Juwet (Syzygium cumini), anggrek (Eria sp.), buni (Antidesma bunius), mahoni (Swietenia macrophylla), majegau (Dysoxylum densiflorum), pulai (Alstonia scholaris), lempeni (Ardisia humilis), Keruwak (Ipomoea alba), Bergiding (Hiptage benghalensis), Purnajiwa (Euchresta horsfieldii), Brun Pron (Anamirta cocculus), saga/Wengkal (Adenanthera pavonina), anggrek Kewaluh (Corymborkis veratrifolia), Peji (Pinanga coronata), Peradangan (Piper caninum), Teket bukal (Ziziphus horsfieldii), dll.[6]

Jenis satwa liar yang mendominasi di TWA Sangeh adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dengan populasi ± 600 ekor yang terbagi menjadi 3 kelompok. Satwa liar lainnya yang dapat dijumpai di dalam kawasan maupun di sekitar kawasan beberapa di antaranya:[6]

  1. Mamalia: Kelelawar (Pteropus vampyrus edulis), musang (Paradoxurus hermaphroditus), tupai kekes (Tupaia javanica), kucing hutan (Prionailurus bengalensis), dll.
  2. Aves: Alap-alap (Accipiter badius), bangau sandang-lawe (Ciconia episcopus), burung-madu kelapa (Anthreptes malacensis), elang bondol (Haliastur indus), elang-ular bido (Spilornis cheela), gagak (Corvus enca), jalak putih (Sturnus melanopterus), jalak suren (Sturnus contra), kepodang (Oriolus chinensis), kipasan (Rhipidura javanica), kuntul kecil (Egretta garzetta), kuntul perak (Egretta intermedia), kutilang (Pycnonotus aurigaster), perkutut (Geopelia striata), puyuh (Turnix suscitator), tekukur (Streptopelia chinensis), dll.
  3. Reptilia: Tokek (Gekko gecko), kadal kebun (Eutropis multifasciata), dll.
  4. lnsecta: Kupu-kupu (Ordo Lepidoptera), dll.
  5. Amphibia: Kodok (Bufo sp.), dll.

Catatan kaki

sunting
  1. ^ KSDAE : Keruing Gunung, Pohon Langka Yang Terancam Punah; artikel Sabtu, 05 Januari 2019, diakses tgl 23/x/2024.
  2. ^ Ly, V., Nanthavong, K., Pooma, R., Luu, H.T., Nguyen, H.N., Vu, V.D., Hoang, V.S., Khou, E. & Newman, M.F. (2017). Dipterocarpus retusus. The IUCN Red List of Threatened Species 2017: e.T32400A2817693. https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2017-3.RLTS.T32400A2817693.en. Accessed on 23 October 2024.
  3. ^ POWO : Dipterocarpus retusus Blume synonyms, diakses tgl 23/x/2024.
  4. ^ Catatan: Ashton 1982:308 meyakini bahwa pohon pala di Sangeh ini adalah jenis palahlar kecil, Dipterocarpus hasseltii; dan bukan D. retusus yang bisa ditemukan di Lombok.
  5. ^ Beoang, D.D. & I.A. Suryasih. (2018). "Identifikasi Potensi Desa Wisata Sangeh, Kabupaten Badung". Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 5(2): 206-210, 2018. DOI: https://doi.org/10.24843/JDEPAR.2017.v05.i02.p04
  6. ^ a b c Balai KSDA Bali: Profil kawasan TWA Sangeh, diakses tgl. 23/x/2024.

Pranala luar

sunting