Tarekat (Islam)

artikel daftar Wikimedia

Tarekat (Arab: طريقة, transliterasi: Tharīqah) merupakan sebuah istilah yang merujuk kepada aliran-aliran dalam dunia tasawuf atau sufisme Islam. Secara bahasa berarti "jalan" atau "metode", dan secara konseptual bermakna "jalan kering di tengah laut"[butuh rujukan] ini juga di anggap[siapa?] "merujuk kepada sebuah ayat dalam Alquran": "Dan sungguh, telah Kami wahyukan pada Musa, ‘Tempuhlah perjalanan di malam hari bersama para hamba-hamba-Ku, [dan] buatlah untuk mereka jalan kering di tengah laut'." (Q.S. Thāhā [20]: 77).[butuh rujukan]

Pemimpin sebuah tarekat biasa disebut sebagai Mursyīd (dari akar kata rasyada, yang artinya: "penuntun"). Adapun para pengikut tarekat biasa disebut sebagai Murīd (dari akar kata arāda, yang artinya: "yang menginginkan"), yang bermakna orang yang menginginkan untuk mendekat kepada Tuhan; atau Sālik (dari akar kata salaka, yang artinya "yang memasuki"), yang bermakna orang yang memasuki atau menempuh jalan menuju Tuhan.[butuh rujukan]

Metafora tarekat sebagai "jalan" harus dipahami secara khusus, sehubungan dengan istilah syariat yang juga memiliki arti "jalan". Dalam hal ini tarekat bermakna sebagai jalan yang khusus atau individual, yang merupakan fase kedua dari skema umum tahapan perjalanan keagamaan: syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat.[butuh rujukan]

Ada banyak aliran tarekat yang berkembang di dunia Islam, beberapa diantaranya lahir dan besar di Indonesia.[butuh rujukan]

Arti Tarekat

Kata tarekat atau tharīqah (Arab: طريقة) berasal dari kata tharīq (Arab: طريق) yang memiliki bebeberapa arti: (1) jalan atau petunjuk jalan atau cara, (2) metode atau sistem (uslub), (3) mazhab, aliran, atau haluan (mazhab), (4) keadaan (halah), (5) tiang tempat berteduh, tongkat, atau payung (‘amud al-mizalah). Menurut Mulyadi Kartanegara, dalam konteks tradisi Arab, kata "tarekat" dimaknai sebagai: jalan kecil (jalan pintas) menuju wadi (oase) di gurun dan sulit dilalui karena terkadang sudah tertutup pasir.[1]

Dalam konteks agama, Alwi Shihab mendefinisikan tarekat merupakan suatu metode tertentu yang ditempuh seseorang secara kontinyu untuk membersihkan jiwanya dengan mengikuti jalur dan tahapan-tahapan dalam upayanya mendekatkan diri kepada Allah Swt.[2] Hal ini senada dengan pendapat Al-Jurjani ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali (740-816 M) bahwa tarekat ialah metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah Ta’ala melalui berbagai maqamat (tahapan-tahapan).

Dengan demikian tarekat memiliki dua pengertian: pertama, merupakan metode pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri dengan Tuhan; dan kedua, tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi (sufi brotherhood) yang ditandai dengan adanya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah.

Bila ditinjau dari sisi lain, tarekat itu mempunyai tiga sistem, yaitu: sistem kerahasiaan, sistem kekerabatan (persaudaraan), dan sistem hierarki seperti khalifah tawajjuh atau khalifah suluk, syekh atau mursyid, wali atau qutub. Kedudukan guru tarekat diperkokoh dengan ajaran wasilah dan silsilah. Keyakinan berwasilah dengan guru dipererat dengan kepercayaan karamah, barakah atau syafa’ah atau limpahan pertolongan dari guru.

Pengertian di atas menunjukkan Tarekat sebagai cabang atau aliran dalam paham tasawuf. Pengertian itu dapat ditemukan pada berbagai tarekat yang ada, seperti al-Ahadiyyah, Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Rifa'iah, Samaniyah, dan lain-lain. Untuk di Indonesia ada juga yang menggunakan kata tarekat sebagai sebutan atau nama paham mistik yang dianutnya, dan tidak ada hubungannya secara langsung dengan paham tasawuf yang semula atau dengan tarekat besar dan kenamaan.

Empat Fase Perjalanan

 
Bagan yang menggambarkan kedudukan tarekat dalam empat tingkatan spiritual (syari'ah, tariqah, haqiqah, dan ma'rifah yang dianggap tidak terlihat)

Kaum sufi berpendapat bahwa terdapat empat tingkatan spiritual umum dalam Islam, yaitu syari'ah (syariat), tariqah (tarekat), haqiqah (hakikat), dan ma'rifah (makrifat). Tingkatan keempat dianggap merupakan inti dari wilayah hakikat, sebagai esensi dari seluruh tingkatan kedalaman spiritual beragama tersebut. Dalam kitab Sirr al-Asrar, Syeikh Abdul Qadir al-Jailani memberikan penjelasan seraya mengutip sebuah hadits dan ayat berikut:

Rasulullah saw pernah bersabda: "Tidurnya orang alim jauh lebih mulia daripada ibadahnya orang bodoh." ... Firman-Nya: "Allah mewafatkan jiwa-jiwa ketika ajalnya tiba; adapun bagi yang belum sampai ajalnya, (Allah mewafatkannya) dalam tidur mereka. Kemudian Dia menahan jiwa-jiwa yang ajalnya telah tiba, dan membebaskan jiwa-jiwa yang lain (yang belum sampai ajalnya) hingga batas waktu yang telah ditentukan." (Q.S. Az-Zumar: 42). Inilah yang dimaksud orang alim dalam hadits Nabi s.a.w. di atas. Mereka termasuk insan ruhani, manusia khusus, yang sekalipun ajal belum tiba tetapi mereka sudah kembali ke negeri asali sang jiwa, yakni negeri hakikat di semesta al-qurbah yang dekat dengan Allah Ta'ala. Negeri ini tidak akan dapat dicapai oleh mereka yang masih hidup kecuali dengan Ilmu Hakikat; dan ilmu ini tidak dapat diperoleh kecuali dengan menempuh jalan Syariat, Thariqat, dan Makrifat.[3]

Di dalam kitab tersebut Syeikh Abdul Qadir al-Jailani juga mengutip sebuah hadits: "(Ilmu) syariat itu pohon, rantingnya thariqat, daunnya makrifat, dan buahnya hakikat".[3]

Mempelajari tarekat

Syarat

Muhammad Hasyim Asy'ari sebagaimana dikutip oleh Mohammad Sholikhin, seorang penganalisis tarekat dan sufi, mengatakan bahwa ada delapan syarat dalam mempelajari tarekat:[4]

  • Qashd shahih, menjalani tarekat dengan tujuan yang benar. Yaitu menjalaninya dengan sikap ubudiyyah, dan dengan niatan menghambakan diri kepada Tuhan.
  • Shidq sharis, haruslah memandang gurunya memiliki rahasia keistimewaan yang akan membawa muridnya ke hadapan Ilahi.
  • Adab murdhiyyah, orang yang mengikuti tarekat haruslah menjalani tata-krama yang dibenarkan agama.
  • Ahwal zakiyyah, bertingkah laku yang bersih/sejalan dengan ucapan dan tingkah-laku Nabi Muhammad SAW.
  • Hifz al-hurmah, menjaga kehormatan, menghormati gurunya, baik ada maupun tidak ada, hidup maupun mati, menghormati sesama saudaranya pemeluk Islam, hormat terhadap yang lebih tua, sayang terhadap yang lebih muda, dan tabah atas permusuhan antar-saudara.
  • Husn al-khidmah, mereka-mereka yang mempelajari tarekat haruslah mempertinggi pelayanan kepada guru, sesama, dan Allah SWT dengan jalan menaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
  • Raf' al-himmah, orang yang masuk tarekat haruslah membersihkan niat hatinya, yaitu mencari khashshah (pengetahuan khusus) dari Allah, bukan untuk tujuan duniawi.
  • Nufudz al-'azimah, orang yang mempelajari tarekat haruslah menjaga tekad dan tujuan, demi meraih makrifat khashshah tentang Allah.

Tujuan

Tujuan tarekat adalah membersihkan jiwa dan menjaga hawa-nafsu untuk melepaskan diri dari pelbagai bentuk ujub, takabur, riya', hubbud dunya (cinta dunia), dan sebagainya. Tawakal, rendah hati/tawadhu', ridha, mendapat makrifat dari Allah, juga menjadi tujuan tarekat.[4]

Tanggapan

Ada yang menganggap mereka yang menganggap orang-orang sufi dan tarekat sebagai orang yang bersih (shafa) dari kekotoran, penuh dengan pemikiran "dan yang baginya sama saja antara nilai emas dan batu-batuan," tulis Muhammad Sholikhin dalam bukunya. Ada pula yang menganggap mereka mencapai makna orang yang berkata benar, semulia-mulianya manusia setelah para Nabi sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nisa (4):69.[4] Namun, Ibnu Taimiyah mengatakan pendapat ini salah sama sekali. Yang benar, adalah "orang-orang yang berijtihad dalam ketaatannya kepada Allah."[4]

Tarekat-tarekat di Indonesia

Berikut ini adalah tarekat-tarekat utama yang ada dan berkembang di Indonesia:

Untuk mengkaji ribuan tarekat yang ada dan berkembang di seluruh dunia, seorang Pakar Ilmu Tarekat Shohibul Faroji Al-Azhmatkhan [5] dengan karyanya Tafsir Midadurrahman sebanyak 115 jilid dan menjadi mufassir yang mendapatkan penghargaan MURI sebagai Penulis tafsir terpanjang dan tertebal di seluruh dunia. Mengkaji penafsiran ayat-ayat Al-Qur'an dengan perspektif ribuan tarekat. Dengan metode Sanadi.[6]

Menurut Shohibul Faroji Al-Azhmatkhan, nama-nama Tarekat [1] yang berkembang di seluruh dunia adalah :[2]

1.             Tarekat Adamiyyah

2.             Tarekat Adliyyah

3.             Tarekat Af'aliyyah

4.             Tarekat Afuwiyyah

5.             Tarekat Adawiyyah Mahabatiyyah

6.             Tarekat Adhamiyyah

7.             Tarekat Ahadiyyah

8.             Tarekat Ahlulbaitiyyah

9.             Tarekat Ahrariyyah

10.          Tarekat Ahzabiyyah

11.          Tarekat Ajamiyyah

12.          Tarekat Akasiyyah

13.          Tarekat Akbariyyah

14.          Tarekat Akhiriyyah

15.          Tarekat Alawiyyah

16.          Tarekat Alimaaniyyah

17.          Tarekat Alimiyyah

18.          Tarekat Aliyyah

19.          Tarekat Al-Aminiyyah

20.          Tarekat Anfusiyyah

21.          Tarekat Anshariyyah

22.          Tarekat Arsyiyyah

23.          Tarekat Asmaiyyah

24.          Tarekat Asyrafiyyah

25.          Tarekat Auradiyyah

26.          Tarekat Awwaliyyyah

27.          Tarekat Awariful Awarif

28.          Tarekat Ayyubiyyah

29.          Tarekat Azhimiyyah

30.          Tarekat Aziziyyah

31.          Tarekat Azhmatkhaniyyah

32.          Tarekat Baaqiyyah

33.          Tarekat Badawiyyah

34.          Tarekat Badi'iyyah

35.          Tarekat Bahrudiniyyah

36.          Tarekat Bahruddiniyyah Syadziliyah

37.          Tarekat Bairamiyyah

38.          Tarekat Baitsiyyah

39.          Tarekat Baktasiyyah

40.          Tarekat Baqoiyyah

41.          Tarekat Bari'iyyah

42.          Tarekat Barkaatiyyah

43.          Tarekat Barriyyah

44.          Tarekat Baashiraaniyyah

45.          Tarekat Bashariyyah

46.          Tarekat Bashiiriyyah

47.          Tarekat Bashriyyah

48.          Tarekat Bashithiyyah

49.          Tarekat Bathiniyyah

50.          Tarekat Bunniyyah

51.          Tarekat Burhaniyyah

52.          Tarekat Busthamiyyah

53.          Tarekat Chistiyyah

54.          Tarekat Chistiyyah Khizriyyah

55.          Tarekat Chistiyyah Nizhamiyyah

56.          Tarekat Chistiyyah Sabiriyyah

57.          Tarekat Darqawiyyah

58.          Tarekat Dasuqiyyah

59.          Tarekat Dawudiyyah

60.          Tarekat Dhaarriyyah

61.          Tarekat Dhuhaiyyah

62.          Tarekat Dinariyyah

63.          Tarekat Dinawariyyah

64.          Tarekat Dzatiyyah

65.          Tarekat Dzulkifliyyah

66.          Tarekat Fadhiliyyah

67.          Tarekat Faqih Muqaddam

68.          Tarekat Fanaiyyah Wal Baqaiyyah

69.          Tarekat Fathimiyyah

70.          Tarekat Fattahiyyah

71.          Tarekat Firdausyiyyah

72.          Tarekat Ghaffariyyah

73.          Tarekat Ghafuriyyah

74.          Tarekat Ghaniyyah

75.          Tarekat Ghazaliyyah

76.          Tarekat Haadiyyah

77.          Tarekat Hafizhiyyah

78.          Tarekat Hakamiyyah

79.          Tarekat Hakimiyyah

80.          Tarekat Hallajiyyah

81.          Tarekat Halimiyyah

82.          Tarekat Hamidiyyah

83.          Tarekat Haqiqiyyah

84.          Tarekat Haqqiyyah

85.          Tarekat Haruniyyah

86.          Tarekat Hasanatiyyah

87.          Tarekat Hasaniyyah

88.          Tarekat Hasibiyyah

89.          Tarekat Hayaatiyyah

90.          Tarekat Hayyaaniyyah

91.          Tarekat Hayyiyyah

92.          Tarekat Hijjiyyah

93.          Tarekat Hikmatiyyah

94.          Tarekat Hiraiyyah

95.          Tarekat Hudiyyah

96.          Tarekat Hurairiyyah

97.          Tarekat Husainiyyah

98.          Tarekat Husnaiyyah

99.          Tarekat Ibrahimiyyah

100.       Tarekat Idrisiyyah

101.       Tarekat Ilmiyyah

102.       Tarekat Ilyasaiyyah

103.       Tarekat Ilyasiyyah

104.       Tarekat Iradatiyyah

105.       Tarekat Isawiyyah

106.       Tarekat Ishaqiyyah

107.       Tarekat Ismailiyyah

108.       Tarekat Isti’adatiyyah

109.       Tarekat Itsbatiyyah

110.       Tarekat Ittihadiyyah

111.       Tarekat Iyadhiyyah

112.       Tarekat Jabbariyyah

113.       Tarekat Ja’fariyyah

114.       Tarekat Jalaliyyah Ikramiyyah

115.       Tarekat Jaliliyyah

116.       Tarekat Jami'iyyah

117.       Tarekat Jannatiyyah

118.       Tarekat Jenariyyah

119.       Tarekat Junaidiyyah

120.       Tarekat Kabiriyyah

121.       Tarekat Kadisiyyah

122.       Tarekat Kahfiyyah

123.       Tarekat Kalamiyyah

124.       Tarekat Karimiyyah

125.       Tarekat Karkariyyah

126.       Tarekat Karkhiyyah

127.       Tarekat Khabiriyyah

128.       Tarekat Khafidhiyyah

129.       Tarekat Khairiyyah

130.       Tarekat Khaliqiyyah

131.       Tarekat Khalwatiyyah

132.       Tarekat Khalwatiyyah Qasimiyyah

133.       Tarekat Khalwatiyyah Sammaniyyah Thayyibiyyah Qaribiyyah

134.       Tarekat Kharaqaniyyah

135.       Tarekat Khatamiyyah Mirghiniyyah

136.       Tarekat Khatamun Nubuwwah

137.       Tarekat Khwajagan

138.       Tarekat Khidiriyyah

139.       Tarekat Khusnul Khatimah

140.       Tarekat Kubrawiyyah

141.       Tarekat Kutubillah

142.       Tarekat Lathifiyyah

143.       Tarekat Liqoiyyah

144.       Tarekat Luqmaniyyah

145.       Tarekat Luthfiyyah

146.       Tarekat Madyaniyyah

147.       Tarekat Mahabbatillah

148.       Tarekat Mahdiyyah

149.       Tarekat Maajidiyyah

150.       Tarekat Majiidiyyah

151.       Tarekat Malakutiyyah

152.       Tarekat Malamatiyyah

153.       Tarekat Malikiyyah

154.       Tarekat Malikiyyatil Mulkiyyah

155.       Tarekat Mani'iyyah

156.       Tarekat Ma'rifatillah

157.       Tarekat Masyisyiyyah

158.       Tarekat Matiniyah

159.       Tarekat Maulawiyah

160.       Tarekat Midadiyyah

161.       Tarekat Mi'rajiyyah

162.       Tarekat Muakhkhiriyyah

163.       Tarekat Mubdi'iyyah

164.       Tarekat Mudzilliyyah

165.       Tarekat Mughniyyah

166.       Tarekat Muhaiminiyyah

167.       Tarekat Muhajiriyyah

168.       Tarekat Muhammadiyyah

169.       Tarekat Muhammadiyyah Shufiyyah Kubra

170.       Tarekat Muhshiyyah

171.       Tarekat Muhyiyyah

172.       Tarekat Mu'idiyyah

173.       Tarekat Mu'izziyyah

174.       Tarekat Mujibiyyah

175.       Tarekat Mukhalafatiyyah

176.       Tarekat Mu'miniyyah

177.       Tarekat Mumitiyyah

178.       Tarekat Muntaqimiyyah

179.       Tarekat Muqaddimiyyah

180.       Tarekat Muqithiyyah

181.       Tarekat Muqsithiyyah

182.       Tarekat Muqtadiriyyah

183.       Tarekat Muridaniyyah

184.       Tarekat Musawiyyah

185.       Tarekat Mushawwiriyyah

186.       Tarekat Muta'aliyyah

187.       Tarekat Mutakabbiriyyah

188.       Tarekat Mutakallimaniyyah

189.       Tarekat Nabawiyyah

190.       Tarekat Nafi'iyyah

191.       Tarekat Naqsyabandiyah

192.       Tarekat Naqsyabandiyah Abul Ulaiyyah

193.       Tarekat Naqsyabandiyah Haqqaniyyah

194.       Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyyah

195.       Tarekat Naqsyabandiyah Mujaddidiyyah

196.       Tarekat Naqsyabandiyah Mun'imiyyah

197.       Tarekat Nassajiyyah

198.       Tarekat Nuhiyyah

199.       Tarekat Nuniyyah

200.       Tarekat Nurbuwatiyyah

201.       Tarekat Nur Muhammad

202.       Tarekat Nur Nubuwwah

203.       Tarekat Nuuriyyah

204.       Tarekat Qabidhiyyah

205.       Tarekat Qaadiraniyyah

206.       Tarekat Qaadiriyyah

207.       Tarekat Qadhaiyyah Qadariyyah

208.       Tarekat Qadiriyyah

209.       Tarekat Qadiriyyah Butasyisyah Shufiyyah

210.       Tarekat Qadiriyyah Ja’aliyyah

211.       Tarekat Qadiriyyah Kasanzaniyyah

212.       Tarekat Qadiriyyah Mukasyafiyyah

213.       Tarekat Qadiriyyah Naqsyabandiyyah

214.       Tarekat Qadiriyyah Rifaiyyah Fadhiliyyah

215.       Tarekat Qadiriyyah Ubaidiyyah

216.       Tarekat Qaafiyyah

217.       Tarekat Qahhariyyah

218.       Tarekat Qawiyyah

219.       Tarekat Qayyumiyyah

220.       Tarekat Qidamiyyah

221.       Tarekat Qiyamiyyah

222.       Tarekat Quddusiyyah

223.       Tarekat Qudratiyyah

224.       Tarekat Qura'niyyah

225.       Tarekat Rafi'iyyah

226.       Tarekat Rahmaniyyah

227.       Tarekat Rahimiyyah

228.       Tarekat Raqibiyyah

229.       Tarekat Rasyidiyyah

230.       Tarekat Ratibiyyah

231.       Tarekat Raufiyyah

232.       Tarekat Razviyyah

233.       Tarekat Razzaqiyyah

234.       Tarekat Rifaiyyah

235.       Tarekat Rifaiyyah Aliyyah

236.       Tarekat Rudbariyyah

237.       Tarekat Rumiyyah

238.       Tarekat Ru'yatillah

239.       Tarekat Sa’adatiyyah

240.       Tarekat Safawiyyah

241.       Tarekat Sakandariyyah

242.       Tarekat Salamiyyah

243.       Tarekat Salmaniyyah

244.       Tarekat Sama’iyyah

245.       Tarekat Sammaniyyah

246.       Tarekat Sammaniyyah Khalwatiyyah Yaqutiyyah

247.       Tarekat Sammaniyyah Thayyibiyyah Bashriyyah

248.       Tarekat Sami’aniyyah

249.       Tarekat Sami'iyyah

250.       Tarekat Shabariyyah

251.       Tarekat Shahabiyyah

252.       Tarekat Shalatiyyah

253.       Tarekat Shalawatiyyah

254.       Tarekat Shaumiyyah

255.       Tarekat Sammaniyah

256.       Tarekat Shaburiyyah

257.       Tarekat Shalihiyyah

258.       Tarekat Shamadiyyah

259.       Tarekat Shidqiyyah

260.       Tarekat Shiddiqiyyah

261.       Tarekat Sufiyyah Ghautsiyyah Aliyyah

262.       Tarekat Suhrawardiyyah

263.       Tarekat Sulaimaniyyah

264.       Tarekat Sunaniyyah

265.       Tarekat Syadziliyah

266.       Tarekat Syadziliyyah Alawiyyah

267.       Tarekat Syadziliyyah Dasuqiyyah Burhaniyyah

268.       Tarekat Syadziliyyah Syaikhiyyah

269.       Tarekat Syahadatiyyah

270.       Tarekat Syahawiyyah Burhamiyyah

271.       Tarekat Syahidiyyah

272.       Tarekat Syakuriyyah

273.       Tarekat Syaqathiyyah

274.       Tarekat Syattariyah

275.       Tarekat Syibliyyah

276.       Tarekat Syuaibiyyah

277.       Tarekat Syukriyyah

278.       Tarekat Tadabburiyyah

279.       Tarekat Tafakkuriyyah

280.       Tarekat Tahajjudiyyah

281.       Tarekat Tahalliyyah

282.       Tarekat Tajalliyyah

283.       Tarekat Takhalliyyah

284.       Tarekat Tasbihiyyah

285.       Tarekat Tawwaabiyyah

286.       Tarekat Thahiriyyah

287.       Tarekat Thayyibiyyah

288.       Tarekat Tijaniyah

289.       Tarekat Tsuriyyah

290.       Tarekat Ulil Azmiyyah

291.       Tarekat Umariyyah

292.       Tarekat Utsmaniyyah

293.       Tarekat Waaliyyah

294.       Tarekat Wadudiyyah

295.       Tarekat Wafaiyyah

296.       Tarekat Wahdaniyyah

297.       Tarekat Wahdatus Syuhud

298.       Tarekat Wahdatul Wujud

299.       Tarekat Wahhabiyyah

300.       Tarekat Wahidiyyah

301.       Tarekat Wajidiyyah

302.       Tarekat Wujudiyyah

303.       Tarekat Wakiliyyah

304.       Tarekat Walisongo

305.       Tarekat Waliyyah

306.       Tarekat Waqi’atiyyah

307.       Tarekat Waritsiyyah

308.       Tarekat Wasi'iyyah

309.       Tarekat Yahyawiyyah

310.       Tarekat Ya'qubiyyah

311.       Tarekat Yasawiyyah

312.       Tarekat Yasiniyyah

313.       Tarekat Yunusiyyah

314.       Tarekat Yusufiyyah

315.       Tarekat Zahidiyyah

316.       Tarekat Zaidiyyah

317.       Tarekat Zakariyawiyyah

318.       Tarekat Zakatiyyah

319.       Tarekat Zarruqiyyah

320.       Tarekat Zhahiriyyah

321.       Tarekat Zuhudiyyah

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Zaprulkhan (2016). Ilmu Tasawuf sebuah Kajian Tematik. Depok: PT. RajaGrafindo Persada. hlm. 87. ISBN 9789797699048. 
  2. ^ Shihab, Alwi (2009). Akar Tasawuf di Indonesia: Antara Tasawuf Sunni dan Tasawuf Falsafi. Depok: Pustaka IMaN. hlm. 183. 
  3. ^ a b Al-Jailani, Syekh Abdul Qadir (2021). Sirrul Asrar. Jakarta: Qaf Media Kreativa. ISBN 9786236219065. 
  4. ^ a b c d {{Cite book|last=Sholikhin|first=Mohammad|date=2012|title=Mukjizat dan Misteri Lima Rukun Islam: Menjawab Tantangan Zaman|location=Yogyakarta|publisher=Al Barokah|isbn=9786027703476}l
  5. ^ Internasional, Asyraf. "Tentang Profil Shohibul Faroji". 
  6. ^ MURI, Tafsir Midadurrahman. "Tentang Tafsir Midadurrahman".