Klemastin

senyawa kimia

Klemastin, juga dikenal sebagai meklastin, adalah antagonis histamin H1 generasi pertama (antihistamin) dengan sifat antikolinergik (pengeringan) dan efek samping sedatif.[1] Seperti halnya antihistamin generasi pertama lain, ia bersifat sedatif.[2][3] Dipatenkan pada tahun 1960, obat ini mulai digunakan secara medis pada tahun 1967.[4]

Klemastin
Nama sistematis (IUPAC)
(2R)-2-{2-[(1R)-1-(4-klorofenil)-1-feniletoksi]etil}-1-metilpirolidina
Data klinis
AHFS/Drugs.com monograph
MedlinePlus a682542
Kat. kehamilan B(US)
Status hukum otc
Rute Oral
Data farmakokinetik
Bioavailabilitas 39,2%
Metabolisme Hati
Waktu paruh 21,3 jam
Ekskresi Ginjal
Pengenal
Nomor CAS 15686-51-8 YaY
Kode ATC D04AA14 R06AA04
PubChem CID 26987
Ligan IUPHAR 6063
DrugBank DB00283
ChemSpider 25129 YaY
UNII 95QN29S1ID YaY
KEGG D03535 YaY
ChEBI CHEBI:3738 YaY
ChEMBL CHEMBL1626 YaY
Data kimia
Rumus C21H26ClNO 
SMILES eMolecules & PubChem
  • InChI=1S/C21H26ClNO/c1-21(17-7-4-3-5-8-17,18-10-12-19(22)13-11-18)24-16-14-20-9-6-15-23(20)2/h3-5,7-8,10-13,20H,6,9,14-16H2,1-2H3/t20-,21-/m1/s1 YaY
    Key:YNNUSGIPVFPVBX-NHCUHLMSSA-N YaY

Kegunaan dalam medis

Klemastin digunakan untuk meredakan rinitis alergi dan gejala alergi lainnya termasuk bersin; hidung meler; serta mata merah, gatal, dan berair. Klemastin dengan dosis yang diresepkan dokter juga digunakan untuk meredakan gatal dan pembengkakan akibat urtikaria.[5]

Efek samping

Gejala overdosis bersifat paradoks, mulai dari depresi susunan saraf pusat hingga stimulasi. Stimulasi paling sering terjadi pada anak-anak, dan biasanya diikuti oleh kegembiraan, halusinasi, ataksia, kehilangan koordinasi, kedutan otot, atetosis, hipertermia, sianosis, kejang, tremor, dan hiperrefleksia. Ini dapat diikuti oleh depresi pasca-iktal dan henti kardiovaskular/pernapasan. Gejala overdosis umum lainnya termasuk mulut kering, pupil melebar, muka memerah, dan demam. Pada orang dewasa, overdosis biasanya menyebabkan depresi susunan saraf pusat, mulai dari kantuk hingga koma.[6]

Penggunaan obat antikolinergik secara terus-menerus dan/atau kumulatif, termasuk antihistamin generasi pertama, dikaitkan dengan risiko penurunan kognitif dan demensia yang lebih tinggi pada orang tua.[7][8]

Farmakologi

Mekanisme kerja

Masyarakat dan budaya

Penelitian

Referensi

  1. ^ "Clemastine". DrugBank.com. 
  2. ^ "Perspectives on Second-Generation OTC Antihistamines". Pharmacy Times. 2012-03-30. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-01. 
  3. ^ Krouse JH (April 2008). "Allergic rhinitis--current pharmacotherapy". Otolaryngologic Clinics of North America. 41 (2): 347–58, vii. doi:10.1016/j.otc.2007.11.014. PMID 18328373. 
  4. ^ Fischer J, Ganellin CR (2006). Analogue-based Drug Discovery (dalam bahasa Inggris). John Wiley & Sons. hlm. 547. ISBN 9783527607495. 
  5. ^ "Clemastine". MedlinePlus. 
  6. ^ "Clemastine Side Effects: Common, Severe, Long Term". Drugs.com. 23 January 2023. Diakses tanggal 13 December 2023. 
  7. ^ Gray SL, Anderson ML, Dublin S, Hanlon JT, Hubbard R, Walker R, Yu O, Crane PK, Larson EB (March 2015). "Cumulative use of strong anticholinergics and incident dementia: a prospective cohort study". JAMA Internal Medicine. 175 (3): 401–407. doi:10.1001/jamainternmed.2014.7663. PMC 4358759 . PMID 25621434. 
  8. ^ Carrière I, Fourrier-Reglat A, Dartigues JF, Rouaud O, Pasquier F, Ritchie K, Ancelin ML (July 2009). "Drugs with anticholinergic properties, cognitive decline, and dementia in an elderly general population: the 3-city study". Archives of Internal Medicine. 169 (14): 1317–1324. doi:10.1001/archinternmed.2009.229. PMC 2933398 . PMID 19636034. 

Pranala luar