Kalimantan Selatan

provinsi di Pulau Kalimantan, Indonesia
Revisi sejak 28 Februari 2011 03.19 oleh Gold Hat (bicara | kontrib) (Suku Bangsa: tidy table ;)

Kalimantan Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Kalimantan. Ibu kotanya adalah Banjarmasin.

Kalimantan Selatan
Motto: 
Haram Manyarah Waja Sampai Kaputing
(Bahasa Banjar: Tetap bersemangat dan kuat seperti baja dari awal sampai akhir)
Peta
Peta
Negara Indonesia
Tanggal14 Agustus 1950 (hari jadi)
Ibu kotaBanjarmasin
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kabupaten: 11
  • Kota: 2
  • Kecamatan: 138
  • Kelurahan: 1.958
Pemerintahan
 • GubernurDrs. H. Rudy Ariffin
Luas
 • Total36.985 km2 (14,280 sq mi)
Populasi
 • Total3.626.119
 • Kepadatan98/km2 (250/sq mi)
Demografi
 • AgamaIslam (96,80%), Protestan (2,85%), Katolik (1,81%), Hindu (0,95%), Buddha (0,17%)
 • BahasaBahasa Indonesia(id), Bahasa Banjar (bjn), Bahasa Bakumpai (bkr), Bahasa Bukit (bvu), Bahasa Dusun Deyah (dun), Bahasa Maanyan (mhy)
Kode Kemendagri63 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS63 Edit nilai pada Wikidata
Lagu daerahAmpar-ampar Pisang
Situs webwww.kalselprov.go.id

Provinsi ini mempunyai 11 kabupaten dan 2 kota. DPRD Kalimantan Selatan dengan surat keputusan No. 2 Tahun 1989 tanggal 31 Mei 1989 menetapkan 14 Agustus 1950 sebagai Hari Jadi Provinsi Kalimantan Selatan. Tanggal 14 Agustus 1950 melalui Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 1950, merupakan tanggal dibentuknya sepuluh provinsi, setelah pembubaran Republik Indonesia Serikat (RIS), salah satunya provinsi Kalimantan dengan gubernur Dokter Moerjani. Penduduk Kalimantan Selatan berjumlah 3.545.100 jiwa (2010).[1]

Sejarah

Masa Sebelum Abad ke-9

 
Gedung Mahligai Pancasila salah satu bangunan dalam kompleks rumah jabatan Gubernur Kalimantan Selatan

Masa Kerajaan Negara Daha

  • 1025, migrasi suku Melayu dari Kerajaan Sriwijaya akibat serangan tentara Cola Mandala (India).
  • 1355, Empu Jatmika mendirikan pemukiman dan Candi Laras dengan pondasi tiang pancang ulin yang disebut kalang-sunduk di wilayah rawa daerah aliran sungai Amas dan menobatkan dirinya sebagai raja Kerajaan Negara Dipa.
  • 1355, Empu Jatmika menaklukan penduduk asli wilayah Banua Lima yaitu lima daerah aliran sungai (DAS), yaitu Batang Alai, Tabalong, Balangan, Pitap dan Amandit serta daerah perbukitan (Bukit), selanjutnya mendirikan Candi Agung di Amuntai Tengah, Hulu Sungai Utara.
  • 1360, Lambung Mangkurat, Patih Kerajaan Negara Dipa berangkat ke Majapahit untuk melamar Raden Putra, sebagai calon suami Putri Junjung Buih.
  • 1362, Wilayah Barito, Tabalong dan Sawuku menjadi daerah taklukan Kerajaan Majapahit. Hancurnya Kerajaan Nan Sarunai, kerajaan Suku Dayak Maanyan karena serangan Majapahit. Pangeran Suryanata dari Majapahit berhasil menjadi raja Negara Dipa.
  • 1362–1448, berdirinya Kerajaan Negara Dipa dibawah Maharaja Suryanata.
  • 1385–1421, masa pemerintahan Pangeran Surya Gangga Wangsa.
  • 1421–1436, masa pemerintah Raden Carang Lalean.
  • 1436–1448, masa pemerintahan Putri Kalungsu.
  • 1448-1526, masa Kerajaan Negara Daha, Raden Sekar Sungsang dengan gelar Maharaja Sari Kaburungan menjadi Raja pertama.
  • 1448, Bandar Muara Bahan ditetapkan sebagai Bandar kerajaan menggantikan Bandar Muhara Rampiau, ditunjuk Patih Arya Taranggana putera Aria Magatsari memimpin di bandar itu.
  • 1448–1486, masa pemerintahan Raden Sekar Sungsang dengan gelar Maharaja Sari Kaburangan.
  • 1486–1515, masa pemerintahan Raden Paksa dengan gelar Maharaja Sukarama.
  • 1511, migrasi suku melayu akibat runtuhnya Kerajaan Malaka diserang Portugis, migrant ini mendiami sepanjang sungai Kuin.
  • 1515, Maharaja Sukarama wafat, diwasiatkan yang menjadi raja adalah Pangeran Samudera.
  • 1515-1519, masa pemerintahan Arya Mangkubumi yang kemudian dibunuh Sa’ban atas suruhan Pangeran Tumanggung. Pangeran Samudra melarikan diri ke hilir Barito.
  • 1518-1521, Pati Unus, Sultan Demak menaklukan kerajaan-kerajaan Kalimantan, seperti Tanjungpura/Sukadana, Lawai dan Sambas sebelum menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1521.
  • 1519–1526, masa pemerintahan Pangeran Tumanggung (Raden Panjang).

Masa Kerajaan Banjar

Tahun 1520-1668

  • 1520, penobatan Raden Samudera oleh Patih Masih sebagai raja di Muara Kuin dengan gelar Pangeran Samudera.
  • 6 September 1526, pertempuran antara Kerajaan Banjar dipimpin Pangeran Samudera dengan Kerajaan Negara Daha dipimpin Pangeran Tumenggung di Jingah Besar, Pangeran Samudra dibantu Kesultanan Demak.
  • 24 September 1526, kemenangan Pangeran Samudra dan pembentukan Kesultanan Banjar, dengan memasukkan Kerajaan Nagara Daha.
  • 1526-1545, masa pemerintahan Pangeran Samudera.
  • 24 September 1526/6 Zulhijjah 932 H, Pangeran Samudera memeluk Islam dengan gelar di dalam khutbah Sultan Suryanullah/Sultan Suriansyah.
  • 1550-1570, masa pemerintahan Sultan Rahmatullah (Raja II) di Banjarmasin
  • 1570-1620, masa pemerintahan Sultan Hidayatullah (Raja III) di Banjarmasin
  • 1520-1620, masa pemerintahan Marhum Panembahan dengan gelar Sultan Musta'inbillah (Raja IV) di Banjarmasin hingga 1612.
  • 1596, Belanda merampas 2 perahu lada dari Banjarmasin yang berdagang di Kesultanan Banten.
  • 14 Februari 1606, Ekspedisi Belanda dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba di Banjarmasin, karena perangainya yang buruk Michaelszoon tewas terbunuh.
  • 1612, Belanda membakar Istana Raja (kampung Keraton) di Kuin, sehingga ibukota kerajaan dipindahkan dari Banjarmasin ke Martapura.
  • 1620 – 1637, masa pemerintahan Ratu Agung dengan gelar Sultan Inayatullah (Raja V).
  • 1634, VOC-Belanda mengirim 6 kapal dibawah pimpinan Gijsbert van Londensteijn kemudian ditambah beberapa kapal di bawah pimpinan Antonie Scop dan Steven Batrentz.
  • 29 November 1635, VOC Belanda mendirikan kantor dagang di Banjarmasin di bawah pimpinan Wollebrandt Gelenysen de Jonge.
  • 1637 – 1642, masa pemerintahan Ratu Anom dengan gelar Sultan Saidulllah (Raja VI).
  • 1638, seorang Asisten Belanda terbunuh di Benua Anyar, pertempuran juga menewakan 64 orang bangsa Belanda, selanjutnya 27 orang Martapura terbunuh, dibalas 40 orang Belanda tewas.
  • 1642 – 1660, masa pemerintahan Pangeran Ratu dengan gelar Sultan Rakyat Allah (Raja VII).
  • 1660 – 1663, masa pemerintahan Raden Bagus dengan gelar Sultan Amrullah Bagus Kasuma (Raja VIII).
  • 1660, diadakan perjanjian perdamaian antara Belanda dan Banjar; Pangeran Dipati Tuha bin Sultan Saidullah mengamankan wilayah Tanah Bumbu dari pendatang. [2]
  • 1663 – 1679, masa pemerintahan Pangeran Suryanata II degan gelar Sultan Agung.
  • 1664, perubahan nama Banjarmasih menjadi Banjarmassingh (dialek Belanda).
  • 1668, Portugis mendatangkan pendeta Katolik bernama Jentigmilia ke wilayah Kesultanan Banjarmasin.[3]

Tahun 1680-1858

  • 1680–1700, masa pemerintahan Sultan Tahlilullah/Amrulllah Bagus Kusuma kembali.
  • 1700–1734, masa pemerintahan Sultan Hamidullah/Ilhamidullah.
  • 1734-1759, masa pemerintahan Sultan Tamjidillah I di Martapura.
  • 1734, Puana Dekke meminjam tanah di wilayah Tanah Kusan kepada Sultan Tamjidullah I yang dinamakan kampung Pagatan, kemudian Sultan Sulaiman menganugerahi gelar kapitan (panglima) kepada Hasan La Pangewa, yaitu Kapitan Laut Pulo sebagai raja pertama Kerajaan Pagatan.
  • 1759–1761, masa pemerintahan Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah dengan gelar Sultan Muhammadillah.
  • 1761–1801, masa pemerintahan Sultan Tahmidullah II/Sunan Nata Alam
  • 1780, Ratu Intan I menjabat Raja negeri Cantung dan Batulicin, sedangkan Pangeran Prabu menjadi raja negeri Sampanahan, Bangkalaan, Manunggul dan Cengal serta Pangeran Layah menjadi raja negeri Buntar Laut.[2]Kota Banjarmasin di bawah otoritas Pangeran Dupa, putera tertua Sultan Banjar[4]
  • 14 Mei 1787, Pangeran Amir (raja Kusan, kakek Pangeran Antasari) menyerang Martapura dengan tentara Bugis, namun ditangkap Belanda, selanjutnya diasingkan ke Srilangka.
  • 13 Agustus 1787, Sultan Tamjidullah I membuat kontrak perjanjian dengan VOC-Belanda.
  • 1801–1825, masa pemerintahan Sultan Sulaiman Saidullah.
  • 1815–1816, Inggris menguasai Maluka, Liang Anggang, Kurau dan Pulau Lamai (yang kelak dinamakan Distrik Maluka), dibawah Alexander Here yang menjadi Resident-commissioner sejak 1812.[5]
  • 1825–1857, masa pemerintahan Sultan Adam al-Watsiqu billah.
  • 1825, bulan Juli, Raja Tanah Bumbu Pangeran Aji Jawi membuat kontrak politik dengan Hindia Belanda.
  • 1826, Sultan Adam membuat kontrak perjanjian dengan Hindia Belanda.
  • 1832, Pangeran Haji Musa menjabar raja Batulicin (1832-1840), raja Bangkalaan (1838-1840).
  • 1835, 15 Muharam 1251 H, pemberlakuan Undang-Undang Sultan Adam (UUSA 1835).
  • 1835, Zending dari Jerman mulai bekerja di selatan Kalimantan.[6]
  • 1841, Pangeran Mangku Bumi (Gusti Ali) menjabat raja Sampanahan.
  • 1852, pengangkatan Pangeran Tamjidillah II sebagai Sultan Muda, merangkap Mangkubumi yang sudah dijabatnya sebelumnya menggantikan Ratu Anom Mangku Bumi Kencana.
  • 30 April 1856, Belanda menerima konsesi tambang batu bara yang ditandatangani Sultan Adam.
  • 9 Oktober 1856, Pengangkatan Pangeran Hidayatullah sebagai Mangkubumi, sedangkan Sultan Muda tetap Pangeran Tamjidillah II.
  • 1 November 1857, Sultan Adam wafat.
  • 3 November 1857 – 25 Juni 1859, masa pemerintahan Sultan Tamjidillah II yang disetujui Belanda sebagai raja Banjar.
  • 3 November 1857, pertemuan rencana perang melawan Belanda di Martapura, antara Pangeran Hidayatullah, Pangeran Prabu Anom dan Nyai Ratu Kamala Sari (permaisuri Sultan Adam).
  • 23 Februari 1858, Pangeran Prabu Anom (anak Sultan Adam) dibuang ke Bandung.
  • September 1858, Tumenggung Jalil tidak mau lagi membayar pajak kepada Belanda.

Tahun 1859

  • 2 Februari 1859, kedatangan bantuan tentara Belanda dengan Kapal Arjuna, namun 3 hari kemudian dipulangkan lagi ke Batavia.
  • Februari 1859, Ratu Kemala Sari dan anak-anaknya menyerahkan kerajaan dengan Pangeran Hidayatullah.
  • 28 April 1859, pecahnya Perang Banjar, Pasukan Antasari dengan 300 prajurit menyerang tambang batubara milik Belanda di Pengaron. Serangan di Marabahan, Gunung Jabuk dan Tabanio, dipimpin Demang Lehman, H. Buyasin dan Kyai Langlang. Serangan di Pulau Petak, Pulau Telo dan disepanjang Sungai Barito, dipimpin Tumenggung Surapati dan Pambakal Sulil. Sweeping di Banua Lima, dipimpin Tumenggung Jalil, Pambakal Gafur, Duwahap, Dulahat dan Penghulu Abdul Gani serta serangan terhadap Kapal Cipanas di Martapura.
  • 29 April 1859, tambang batu bara Oranye Nassau diserbu.
  • 1 Mei 1859, pasukan Antasari menyerang tambang batu baru Juliana Hermina, serangan di Kalangan, Banyu Irang dan Bangkal dipimpin Pangeran Arya Ardi Kesuma.
  • Juni 1859, pertempuran di Sungai Besarah dipimpin Pambakal Sulil.
  • 8 Juni 1859, Belanda mengumumkan keadaan darurat perang.
  • 12 Juni 1859, bantuan tentara Belanda datang dengan Kapal Arjuna, Celebes, Montrado, Bone dan van Os.
  • 14 Juni 1859, pertemuan Pangeran Hidayat dengan Andressen, namun buntu.
  • 15 juni 1859, Sweeping oleh Belanda di Martapura.
  • 17 Juni 1859, pertempuran di Sungai Raya.
  • 25 Juni 1859, Sultan Tamjidillah II dimakhzulkan oleh Belanda, terjadi pertempuran di Cempaka.
  • 30 Juni 1859, serangan ke Martapura dipimpin Demang Lehman, 10 pejuang gugur.
  • Juli 1859, tenggelamnya Kapal Cipanas di Pulau Kanamit.
  • 16 Juli 1859, Sultan Tamjidillah II dan Pangeran Adipati Panoto Negoro Adiprojo di buang ke Jawa.
  • Agustus 1859, serangan ke Banjarmasin dipimpin Kyai Mangun Karsa, pertempuran di benteng Tabanio, dipimpin Demang Lehman dan H. Buyasin.
  • September 1859, pertemuan Pangeran Hidayat dengan panglima-panglima, Pangeran Hidayat dinobatkan menjadi Raja.
  • 27 September 1859, pertempuran di Gunung Lawak, dipimpin Demang Lehman, Aminullah, Antaludin dan Ali Akbar.
  • 28 September 1859, bantuan tentara Belanda dari Surabaya.
  • 13 November 1859, Verspyck mengeluarkan ultimatum agar Pangeran Hidayatullah menyerah dalam 20 hari.
  • 14 November 1859, gugurnya Pambakal Sulil di Sungai Basarah.
  • 23 Desember 1859, pertempuran di Kuala Kapuas oleh suku Dayak.
  • 26 Desember 1859, tenggelamnya Kapal Onrust oleh Tumenggung Surapati di Lontontour.
  • Desember 1859, Tumenggung Antaluddin bersama dengan Demang Lehman, Pangeran Aminullah, Kusin dan Ali Akbar, mempertahankan Benteng Munggu Tayur.

Tahun 1860

  • 2 Januari 1860, serangan terhadap Kapal van Os di Pulau Petak
  • 9 Februari 1860, serangan terhadap Kapal Suriname di Lontontour hingga mengalami kerusakan dan pertempuran Masjid Amuntai.
  • 22 Februari 1860, serangan terhadap Kapal Montrado di Lontontour.
  • 31 Maret 1860, penyerbuan Benteng Amawang, dipimpin Demang Lehman.
  • 18 Maret 1860, pertempuran di Pamangkih, Walangku, Kasarangan, Pantai Hambawang, Barabai dan Aluan.
  • 15 Mei 1860, pertempuran di Tanjung, dipimpin Tumenggung Jalil.
  • 11 Juni 1860, Kesultanan Banjar dihapuskan secara sepihak oleh Belanda dengan proklamasi yang ditandatangani Residen Surakarta FN. Nieuwenhuijzen yang merangkap Komisaris Pemerintah Belanda untuk Daerah Afdeeling Kalimantan Selatan-Timur.
  • 9 Agustus 1860, serangan terhadap Benteng Kelua, dipimpin Pangeran Antasari.
  • 17 Agustus 1860, Pangeran Antasari mendirikan Benteng Tabalong.
  • 27 Agustus 1860, serangan di Martapura dipimpin Pangeran Muda.
  • September 1860, pertempuran di Rumpanang dan Tambarangan, dipimpin Singa Jaya.
  • 3 September 1860, Pertempuran Benteng Madang pertama, dipimpin Demang Lehman dan Tumenggung Antaludin.
  • 4 September 1860, pertempuran Benteng Madang kedua.
  • 13 September 1860, pertempuran Benteng Madang ketiga.
  • 15 September 1860, pertempuran di Sungai Malang, Amuntai, dipimpin H. Abdullah.
  • 18 September 1860, pertempuran Benteng Madang keempat.
  • 22 September 1860, pertempuran Benteng Madang kelima.
  • 13 Oktober 1860, pertempuran Benteng Batu Mandi, dipimpin Tumenggung Jalil.
  • 17 Oktober 1860, pertempuran di Jati, dipimpin Kyai Jayapati.
  • 25 Oktober 1860, pertempuran di Bulanin, dipimpin Demang Lehman.
  • 27 Oktober 1860, pertempuran di Jati lagi, dipimpin Kyai Jayapati dan Demang Jaya Negara Seman.
  • November 1860, pertempuran di masjid Jati, dipimpin Tumenggung Diparaksa.
  • 1 November 1860, Belanda mendinamit bangkai Kapal Onrust di Lontontour.

Tahun 1861

  • 24 Februari 1861, pertempuran di Amalang dan Maleno, dipimpin Demang Lehman dan Guna Wijaya.
  • 3 Maret 1861, pertempuran di Rantau, dipimpin Jaya Warna.
  • 19 Maret 1861, pertempuran di Karang Intan, dipimpin Tumenggung Gamar.
  • 21 April 1861, Pertempuran benteng Amawang, 2 tahun Perang Banjar, dipimpin Tumenggung Antaludin dan Demang Lehman, tewasnya Von Ende.
  • 23 April 1861, serangan di Bincau.
  • April 1861, penangkapan dan hukuman mati untuk Pangeran Kasuma Ningrat (paman Pangeran Hidayat), Kyai Nakut dan Pambakal Mataminserta pertempuran di Binuang, Tumpakan Mati, Karang Jawa, Kandangan dan Nagara.
  • 4 Mei 1861, pertempuran Paringin antara pasukan Antasari melawan Belanda.
  • 13 Mei 1861, pertempuran di Gunung Wowong, Karau, Dayu dan Sihong.
  • 16 Mei 1861, serangan di Paringin, dipimpin H. Dulgani.
  • 18 Mei 1861, pertempuran di Pagat.
  • 27 Mei 1861, pertempuran di Barabai, dipimpin Gusti Wahid.
  • Mei 1861, pertempuran di Martapura, Tanah Laut, Rantau, Kandangan, Barabai, Amuntai, Paringin, Tabalong dan daerah Barito.
  • 10 Juni 1861, pertempuran di Gunung Kupang, Awang Bangkal dan Batu Mahalon.
  • 18 Juni 1861, serangan awal di Martapura.
  • 19 Juni 1861, pertempuran di Gunung Pamaton, dipimpin Pangeran Hidayatullah.
  • 20 Juni 1861, pertempuran di Kuala Tambangan, dipimpin Tumenggung Gamar.
  • 22 Juni 1861, serangan di Mataraman dan Suwatu, dipimpin Pambakal Mail dan Tumenggung Buko.
  • 3 Juli 1861, serangan di benteng Barabai, dipimpin Raksa Yuda.
  • 18, 22, 24 Juli 1861, pertempuran di Buntok.
  • Agustus 1861, pertempuran di Gunung Pamaton dan Gunung Halau-halau, dipimpin Tumenggung Antaludin dan Kiai Cakrawati (Galuh Sarinah).
  • 1 Agustus 1861, pertempuran di benteng Limpasu, tewasnya Letnan Hoyyel.
  • 10 Agustus 1861, pertempuran di benteng Pagger, dipimpin Pangeran Singa Terbang.
  • 2 September 1861, pertempuran di benteng Batu Putih, gugurnya Pangeran Singa Anum dan Gusti Matali.
  • 24 September 1861, gugurnya Tumenggung Jalil pada pertempuran Benteng Tundakan.
  • 2 Oktober 1861, Demang Lehman masuk Martapura menemui Regent Martapura.
  • 6 oktober 1861, Demang Lehman ke Banjarmasin berunding dengan Resident Verpyck, perundingan secara empat mata, selesai perundingan rombongan kembali ke Martapura.
  • 8 Oktober 1861, pertempuran di Habang dan Kriniang, dipimpin H. Badur.
  • 18 Oktober 1861, pertempuran di Banua Lawas dipimpin H. Badur.
  • Oktober 1861, pertempuran di Banua Lawas dan Teluk Pelaeng, gugur 18 orang.
  • 6 November 1861, pertempuran di Pelari, dipimpin Pangeran Antasari dan Tumenggung Surapati.
  • 8 November 1861, pertempuran di Gunung Tungka dipimpin Pangeran Antasari, Tumenggung Surapati dan Gusti Umar, tewasnya Kapten Van Vloten.
  • 9 November 1861, serangan di Teluk Selasih, tewasnya Regent Amuntai.
  • 25 Nopember 1861, pertemuan Pangeran Hidayatullah dengan Demang Lehman dan diputuskan Pangeran Hidayatullah menemui Ibu Ratu Siti di Martapura.
  • November 1861, pertempuran di Gunung Marta Niti Biru dan Kria Wijaya Bepintu, dipimpin Kyai Karta Nagara.
  • 5 Desember 1861, pertempuran di Jatuh dipimpin Penghulu Muda, tewasnya Opsir Koch.
  • 15 Desember 1861, pertempuran di Banua Lawas, tewasnya Letnan Ajudan I Cateau van Rosevelt.
  • 16 Desember 1861, terbunuhnya Kontrolir Fujick di Margasari dan Letnan Croes juga tewas di Sungai Jaya, oleh Tagab Obang.

Tahun 1862-1905

  • 28 Januari 1862, Pangeran Hidayatullah dan Ratu Siti masuk Martapura, berdiam di rumah Residen Martapura.
  • 30-31 Januari 1862, perundingan antara Pangeran Hidayatullah dengan Regent Letnan Kolonel Verpyck di pendopo rumah Asisten Resident, Pangeran Hidayatullah tertipu oleh janji Belanda.
  • 3 Februari 1862, Pangeran Hidayatullah menuju ke Pasayangan.
  • 4 Februari 1862, Pangeran Hidayatullah meninggalkan Pasayangan menuju Pamaton serta Masjid Pasayangan yang berumur 140 tahun dibakar Belanda.
  • 22 Februari 1862, tertangkapnya Ratu Siti serta dibawanya Pangeran Wira Kasuma ke Banjarmasin.
  • 28 februari 1862, Pangeran Hidayatullah masuk Martapura menemui Ratu Siti di pendopo Regent Martapura.
  • 3 Maret 1862, Pangeran Hidayatullah dibawa dengan Kapal Bali menuju Batavia, dikawal Kontrolir Kuin Letnan Verstege.
  • 14 Maret 1862 (13 Ramadhan 1278 H), Pangeran Antasari di dinobatkan sebagai Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin, sebagai kepala pemerintahan, pemimpin agama, dan panglima tertinggi pengganti Sultan Banjar.
  • 11 Oktober 1862, wafatnya Pangeran Antasari di Tanah Kampung Bayan Begok Sampirang, Murung Raya.
  • 1862 – 1905, masa pemerintahan Sultan Muhammad Seman.
  • 19 Oktober 1863, tertangkapnya Sultan Kuning.
  • 1864, serangan Tumenggung Surapati di Muara Teweh dan Montalat.
  • 27 Februari 1864, Demang Lehman dihukum gantung di lapangan Martapura, ketika tertangkap ia memegang pusaka Keris Singkir dan Tombak Kalibelah.
  • 1865, Penghulu Rasyid gugur di Kelua, Tumenggung Naro gugur di Gunung Kayu, Balangan.
  • 26 Januari 1866, H. Buyasin gugur.
  • 1867, serangan Tagap Kurdi di Amuntai.
  • 1870, serangan Panglima Wangkang di Marabahan dan Banjarmasin.
  • 1875, wafatnya Tumenggung Surapati karena sakit.
  • 1883, serangan Sultan Muhammad Seman di Tanjung, Amuntai dan Balangan.
  • 1 Juli 1883, serangan di Lampihong.
  • 1885, ditangkapnya Pangeran Perbatasari di Pahu, Kutai, kemudian ia dibuang ke Kampung Jawa Tondano, Minahasa.
  • 1886, serangan Tumenggung Gamar di Tanah Bumbu.
  • 1899, Residen C.A Kroesen memimpin Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo.
  • 1899, peristiwa Amuk Hantarukung dipimpin Bukhari
  • 1904, wafatnya Pangeran Hidayatullah di Cianjur serta dibuangnya Gt. Muhammad Arsyad ke Bogor.
  • 1906, dibuangnya Ratu Zaleha ke Bogor, berkumpul bersama suaminya (Gt. Muhammad Arsyad).
  • 24 Januari 1905, Sultan Muhammad Seman, putra Pangeran Antasari gugur melawan Belanda di benteng Baras Kuning.
  • 24 Agustus 1905, Panglima Batur ditangkap di Muara Teweh.

Masa Perang Kemerdekaan

Tahun 1915-1944

Tahun 1945

Tahun 1946-1949

  • 24 September 1946, penangkapan laskar Saifullah oleh Belanda di Kandangan pada saat pasar malam.
  • 18 November 1946, pembentukan Batalyon TNI AL RI DIVISI IV (A) oleh Hasan Basry dengan melebur Banteng Indonesia dan organisasi kemiliteran lainnya.
  • Mei 1947, pertempuran di Hambawang Pulasan, Barabai, dipimpin H. Aberanie Sulaiman, 48 serdadu Belanda tewas sedangkan 1 orang pejuang gugur, yaitu Made Kawis.[7]
  • 3 Juli 1948, Belanda melantik Dewan Banjar. [8]
  • 18 Juli 1948, peristiwa pertempuran di Wawai, 16 orang pejuang gugur.
  • Agustus 1948, pertempuran di Hambawang Pulasan, dekat Barabai dipimpin Aliansyah.
  • 21 Desember 1948, pertempuran Hawang, Hulu Sungai Tengah.
  • 2 Januari 1949, pertempuran di Negara di Hulu Sungai Selatan, (Palagan Nagara).
  • 7 Januari 1949, pembentukan Panitia Persiapan Proklamasi Kalimantan, dengan ketua H. Aberanie Sulaiman.
  • 6 Februari, pertempuran Pagatan di Tanah Bumbu.
  • 14 Februari 1949, pertempuran di Batu Tangga, Birayang, 2 orang pejuang gugur.
  • 15 April 1949, Pertempuran Batakan di Tanah Laut.
  • 15 Mei 1949, perumusan teks proklamasi di Telaga Langsat, dipimpin H. Aberanie Sulaiman.
  • 16 Mei 1949, penandatanganan teks proklamasi Kalimantan di Ni'ih oleh Hasan Basry.
  • 17 Mei 1949, Proklamasi Gubernur Tentara AL RI DIVISI IV (A) Pertahanan Kalimantan oleh Letkol. Hasan Basry (Pahlawan Nasional).
  • 3 Juni 1949, Pertempuran Serangan Umum Kota Tanjung di Tabalong.
  • 8 Agustus 1949, Pertempuran Garis Demarkasi di Karang Jawa.
  • 2 September 1949, perundingan antara TNI AL RI DIVISI (A), yaitu Hasan Basry dengan Belanda diwakili Mayor Jenderal Suharjo dan UNCI sebagai penengah di Munggu Raya, Kandangan.
  • 2 September 1949, pengakuan Angkatan Perang Republik Indonesia terhadap TNI AL RI DIVISI (A) sebagai bagian dari angkatan perang dan mengangkat Hasan Basry sebagai Komandan Batalyon dengan pangkat Letnan Kolonel.
  • 1 November 1949, peleburan TNI AL RI DIVISI (A) ke dalam TNI Angkatan Darat Divisi Lambung Mangkurat dengan panglima Letkol Hasan Basry dan Kepala Staf Mayor H. Aberani Sulaiman.

Masa Pembangunan

Tahun 1950-1965

  • 4 April 1950, penghapusan daerah Banjar, Dayak Besar dan Kalimantan Tenggara dari Republik Indonesia Serikat, kemudian dimasukkan ke dalam Republik Indonesia Yogyakarta.
  • 01 Juni 1950, pembentukan Kabupaten Kotabaru.
  • 29 Juni 1950, Kepmendagri No. C/17/15/3 wilayah Kalimantan dibagi menjadi 6 Kabupaten Administratif dan 3 Swapraja. Salah satunya Afdeeling Van Hoeloe Soengai dibentuk menjadi Kabupaten Hulu Sungai dangan ibukota Kandangan.
  • 14 Agustus 1950, pembentukan Propinsi Kalimantan serta pembentukan Kabupaten Banjar.
  • 14 Agustus 1950 – 1953, masa Gubernur dr. Moerdjani.
  • 2 Desember 1950, pembentukan Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dengan Bupati Syarkawi.
  • 2 Mei 1952, berdirinya Kabupaten Amuntai.
  • 1953–1955, masa Gubernur Mas Subardjo.
  • 14 Januari 1953, perubahan nama Kabupaten Amuntai menjadi Kabupaten Hulu Sungai Utara.
  • 2-3 September 1953, musyawarah tokoh-tokoh untuk pembentukan Kabupaten Barabai.
  • 24 September 1953, wafatnya Ratu Zaleha, putri Sultan Muhammad Seman, sebelumnya diasingkan ke Cianjur.
  • 11 Januari 1954, turun gunungnya Bulan Jihad (sahabat Ratu Zaleha) dari pedalaman Kalimantan.
  • 4 April 1954, pembentukan Panitia Penuntutan Kabupaten Barabai di rumah Asisten Wedana Abdul Muis Ridhani, ditunjuk sebagai ketua adalah A. Zaini.
  • 1955–1957, masa Gubernur Raden Tumenggung Arya Milono.
  • 7 Desember 1956, terbentuknya Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu gabungan dari Kotawaringin, Dayak Besar, Daerah Banjar dan Federasi Kalimantan Tenggara.
  • 1957–1959, masa Gubernur Syarkawi.
  • 23 Mei 1957, wilayah Kotawaringin dan Dayak Besar membentuk provinsi Kalimantan Tengah.
  • 1958, musyawarah masyarakat Tapin di Balai Rakyat menghasilkan Badan Musyawarah Penuntut Kabupaten Tapin, yang diketuai H Isbat
  • 15 Maret 1958, pembentukan Panitia Penuntutan Kabupaten Tabalong dengan ketua Juhri.
  • 11 November 1958, pengangkatan kerangka Pangeran Antasari di Bayan Begak, Puruk Cahu untuk dimakamkan di Kompleks Makam Pahlawan Perang Banjar di Banjarmasin.
  • 1959 – 1963, masa Gubernur Maksid.
  • 24 Desember 1959, pembentukan Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
  • 4 Januari 1960, pembentukan Kabupaten Barito Kuala.
  • 22 Agustus 1960, pembekuan kegiatan PKI dan ormasnya oleh Kepala Penguasa Perang Daerah Kalimantan Selatan, Brigjen Hasan Basry.
  • 3 Juni 1961, pembentukan Panitia Penuntutan Kabuapaten Tanah Laut (Panitia 17) dengan ketua Soeparjan.
  • 1-2 Juli 1961, musyawarah besar Tanah Laut menghasilkan pembentukan Panitia Penyalur Hasrat Rakyat Tuntutan Daswati II Tanah Laut yang diketuai H.M.N. Manuar.
  • 1963–1963, masa Gubernur Abu Jahid Bustami.
  • 1963–1968, masa Gubernur Aberani Sulaiman.
  • 30 November 1965, pembentukan Kabupaten Tapin.
  • 1 Desember 1965, pembentukan Kabupaten Tabalong.
  • 2 Desember 1965, pembentukan Kabupaten Tanah Laut.

Tahun 1968-2010

  • 1968–1970, masa Gubernur Jasmani.
  • 23 Maret 1968, pemberian Gelar Pahlawan Nasional untuk Pangeran Antasari.
  • 1970–1980, masa gubernur Subarjo Sosroroyo.
  • 10 November 1974 - Oktober 1979, pembangunan Masjid Raya Sabilal Muhtadin.
  • 15 Januari 1979, wafatnya Ir. Pangeran M. Noor, Gubernur Kalimantan pertama dimakamkan di Jakarta.
  • 1980–1984, masa Gubernur Mistar Cokrokusumo.
  • 1984–1995, masa Gubernur Ir. H.M. Said.
  • 15 Juli 1984, wafatnya Brigjen Hasan Basry, dimakamkan di Liang Anggang, Banjarbaru.
  • 10 November 1991, peresmian Museum Wasaka oleh Gubernur Kalimantan Selatan Ir. H. Muhammad Said.
  • 23 April 1997, peresemian Jembatan Barito oleh Presiden Soeharto.
  • 23 Mei 1997, peristiwa Jum'at Kelabu di Banjarmasin, kampanye pemilu yang berakhir kerusuhan bernuansa SARA/partai.
  • 1995–2000, masa Gubernur Gusti Hasan Aman.
  • 2000–2005, masa Gubernur Syahriel Darham.
  • 20 April 2000, pembentukan Kota Banjarbaru.
  • 3 November 2001, pemberian gelar Pahlawan kemerdekaan untuk Brigjen Hasan Basry.
  • 15 Desember 2004, banjir besar di Amuntai, korban mencapai 200 jiwa.
  • 8 April 2006, pembentukan Kabupaten Balangan dan Tanah Bumbu.
  • 21 Desember 2006, peresmian Taman Siring di sempadan Sungai Martapura dengan panjang 320 meter.
  • 2005-2010, masa Gubernur Rudy Ariffin - H.M. Rosehan NB.
  • 25 April 2008, peresmian Jembatan Rumpiang oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono di Barito Kuala.
  • Oktober 2008, dimulainya pembangunan runway Bandara Syamsudin Noor menuju Bandara Internasional.
  • 11 Februari 2009, pemancangan tiang pembangunan Kantor Gubernur di Banjarbaru.
  • 26 Februari 2009, dimulainya pembangunan PLTU di Asam-asam dengan kekuatan 2 x 65 megawatt.
  • 27 Mei 2009, pembukaan alur Sungai Barito bebas dari lumpur untuk jalur pelayaran dan pelabuhan.
  • 2010-2015, masa Gubernur Rudy Ariffin - Rudy Resnawan.
  • 1 Januari 2010, pemberlakuan Perda Pendidikan Al Qur'an bagi seluruh jenjang sekolah di Kalimantan Selatan.
  • 24 Juli 2010, pemberian gelar Pangeran kepada Ir. Gt. Khairul Saleh sebagai keputusan Musyawarah Tinggi Adat Banjar.
  • 12 Desember 2010, penobatan Ir. Gt. Khairul Saleh sebagai Raja Muda Keseultanan Banjar dengan gelar Pangeran Khairul Saleh.

Kondisi dan Sumber Daya Alam

Keanekaragaman Hayati

Sumber Daya Alam

Kawasan hutan di daerah ini meliputi:

  • Hutan tetap seluas 139.315 ha
  • Hutan produksi seluas 1.325.024 ha
  • Hutan lindung seluas 139.315 ha
  • Hutan konvensi seluas 348.919 ha

Sementara areal perkebunan meliputi:

  • Perkebunan negara seluas 229.541 ha

Bahan-bahan galian yang ada di daerah ini antara lain:[9]

  • Batu bara
  • Minyak bumi
  • Pasir kuarsa
  • Biji besi

Sosial Kemasyarakatan

Suku Bangsa

Kelompok etnik di Kalimantan Selatan menurut Museum Lambung Mangkurat, antara lain:[10]

  1. Orang Banjar Kuala, di daerah Banjarmasin sampai Martapura
  2. Orang Banjar Batang Banyu, di daerah Margasari sampai Kelua
  3. Orang Banjar Pahuluan, di daerah Tanjung sampai Pelaihari (luar Martapura)
  4. Suku Barangas, di daerah Berangas, Ujung Panti, Lupak, Aluh Aluh
  5. Suku Bakumpai, di daerah Bakumpai, Marabahan, Kuripan, Tabukan
  6. Suku Maanyan, di daerah Dayak Warukin, Pasar Panas, Dayak Balangan,Dayak Samihim
  7. Suku Abal, di daerah Kampung Agung sampai Haruai
  8. Suku Dusun Deyah, di daerah Muara Uya, Gunung Riut, Upau
  9. Suku Lawangan, di daerah Muara Uya Utara
  10. Suku Bukit, di daerah Awayan (Dayak Pitap), Haruyan, Hantakan, di daerah Loksado, Piani, Paramasan, Bajuin, Riam Adungan, Sampanahan, Hampang
  11. Orang Madura Madurejo, di daerah Pengaron, Mangkauk
  12. Orang Jawa Tamban, di daerah Purwosari
  13. Orang Cina Parit, di daerah Pelaihari
  14. Suku Bajau, di daerah Kotabaru, Tanjung Batu
  15. Orang Bugis Pagatan, di daerah Pagatan
  16. Suku Mandar, di daerah pulau Laut dan pulau Sebuku

Delapan etnik terbanyak di Kalimantan Selatan (dalam sensus belum disebutkan beberapa suku kecil yang merupakan penduduk asli), yaitu:[11]

Nomor Suku Bangsa Jumlah
1 Suku Banjar 2.271.586
2 Suku Jawa 391.030
3 Suku Bugis 73.037
4 Suku Madura 36.334
5 Suku Bukit (Dayak Meratus) 35.838
6 Suku Mandar 29.322
7 Suku Bakumpai 20.609
8 Suku Sunda 18.519
9 Suku-suku lainnya 99.165

Kelompok etnik berdasarkan urutan keberadaannya di Kalimantan Selatan adalah:

  1. Austrolo-Melanosoid (sudah punah)
  2. Dayak (rumpun Ot Danum)
  3. Suku Dayak Bukit
  4. Suku Banjar (1526)
  5. Suku Bajau, Suku Bugis (1750) dan Suku Mandar
  6. Suku Jawa dan Suku Madura
  7. Etnis Tionghoa-Indonesia dan Etnis Arab-Indonesia
  8. Etnis Eropa (1860-1942), umumnya sudah kembali ke Eropa

Seni dan Budaya

Bahasa Daerah

Pemerintahan

Daftar Kabupaten dan Kota

 
Kantor Gubernur Kalimantan Selatan dengan motif Rumah Bubungan Tinggi. Kawasan ini dahulu lokasi rumah Residen Belanda yang dinamakan Kampung Amerongan

Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan dibagi menjadi 11 kabupaten dan 2 kota, yaitu:

No. Kabupaten/kota Ibu kota Bupati/wali kota Luas wilayah (km2)[12] Jumlah penduduk (2020)[12] Kecamatan Kelurahan/desa Lambang
 
Peta lokasi
1 Kabupaten Balangan Paringin Abdul Hadi 1.878,30 130.355 8 3/154
 
 
2 Kabupaten Banjar Martapura Saidi Mansyur 4.668,00 565.635 20 13/277
 
 
3 Kabupaten Barito Kuala Marabahan Dinansyah (Pj.) 2.996,46 313.021 17 6/195
 
 
4 Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kandangan Endri (Pj.) 1.804,94 228.006 11 4/144
 
 
5 Kabupaten Hulu Sungai Tengah Barabai Aulia Oktafiandi 1.472,00 258.721 11 8/161
 
 
6 Kabupaten Hulu Sungai Utara Amuntai Zakly Aswan (Pj.) 892,70 226.727 10 5/214
 
 
7 Kabupaten Kotabaru Kotabaru Sayed Jafar Alaydrus 9.482,73 325.622 21 4/198
 
 
8 Kabupaten Tabalong Tanjung Hamida Munawarah (Pj.) 3.766,97 253.305 12 10/121
 
 
9 Kabupaten Tanah Bumbu Batulicin Zairullah Azhar 5.006,96 322.646 10 5/144
 
 
10 Kabupaten Tanah Laut Pelaihari Syamsir Rahman (Pj.) 3.631,35 348.966 11 5/130
 
 
11 Kabupaten Tapin Rantau M. Syarifuddin (Pj.) 2.700,82 189.475 12 9/126
 
 
12 Kota Banjarbaru - Aditya Mufti Ariffin 371,00 253.442 5 20/-
 
 
13 Kota Banjarmasin - Ibnu Sina 72,00 657.663 5 52/-
 
 

Dewan Perwakilan Daerah

Anggota Dewan Perwakilan Daerah yang berasal dari Kalimantan Selatan adalah:

  • Gusti Farid Hasan Aman
  • Adhariani
  • Habib Hamid Abdullah
  • Mohammad Sofwat Hadi

Daftar gubernur

Berikut adalah daftar orang yang pernah menjabat Gubernur Kalimantan Selatan. Jabatan ini merupakan warisan dari Gubernur Provinsi Kalimantan yang menjabat antara 1945 dan 1957 yang beribu kota di Kota Banjarmasin, hingga akhirnya dipindah ke Kota Banjarbaru.

  Gubernur Kalimantan Selatan  
No. Foto Gubernur
(lahir–wafat)
Mulai jabatan Akhir jabatan Masa Ket. Wakil Gubernur
Untuk daftar Gubernur Kalimantan, lihat Daftar Gubernur Kalimantan
1 Syarkawi
(1907–?)
1957 1959 1
2   Maksid
(1917–1996)
1959 1963 2
3 Aberani Sulaiman
(1925–2001)
1963 1968 3
4 Jamani
(?)
1968 1970 4 [13]
5   Subardjo Surosarojo
(1928–1999)
1970 1980 5
6
6 Mistar Cokrokusumo
(1926–1984)
1980 1984 7
7   Muhammad Said
(1936–2022)
1984 1995
8
9 Gusti Hasan Aman
(1992–95)
8   Gusti Hasan Aman
(l.1938)
1995 2000 10 Bachtiar Murad
9   Sjachriel Darham
(1945–2014)
2000 Maret 2005 11 Husin Kasah
10   Rudy Ariffin
(l.1953)
5 Agustus 2005 5 Agustus 2010 12 Rosehan Noor Bahri
5 Agustus 2010 5 Agustus 2015 13 Rudy Resnawan
11   Sahbirin Noor
(l.1967)
12 Februari 2016 12 Februari 2021 14
25 Agustus 2021 Petahana 15 Muhidin

Pejabat sementara

Pejabat Potret Partai Awal Akhir Periode Gubernur definitif Ref.
  Abu Jazid Bustomi
(Penjabat)
(1910–1987)
ABRI Mei 1963 September 1963 Transisi
  Tursandi Alwi
(Penjabat)
(l.1950)
Independen Maret 2005 9 Agustus 2005 Transisi
  Tarmizi Abdul Karim
(Penjabat)
(l.1956)
Independen 10 Agustus 2015 12 Februari 2016
  Rudy Resnawan
(pelaksana tugas)
(l.1961)
Independen 26 September 2020 5 Desember 2020 14 Sahbirin Noor
  Roy Rizali Anwar
(pelaksana harian)
Independen 12 Februari 2021 15 Februari 2021 Transisi
  Safrizal Z.A.
(penjabat)
(l.1970)
Independen 15 Februari 2021 25 Agustus 2021
  ABRI

Daerah Pemilihan DPR RI 2009

Daerah Pemilihan DPR RI tahun 2009 (Bahasa Melayu: Kawasan Parlemen) adalah:

Daerah Pemilihan Gabungan Kab/Kota Jumlah kursi
Kalimantan Selatan 1 Banjar, Barito Kuala, Tapin, Tabalong, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara 6 kursi
Kalimantan Selatan 2 Kota Banjarmasin, Banjarbaru, Tanah Laut, Tanah Bumbu, Kotabaru 5 kursi

Kalimantan Selatan 1:

  • Habib Aboe Bakar Alhabsyi[14]

Daerah Pemilihan DPRD Kalimantan Selatan 2009

Daerah Pemilihan DPRD Kalimantan Selatan (Bahasa Melayu: Dewan Undangan Negeri) adalah:

Nomor Daerah Jumlah kursi
Kalimantan Selatan 1 Banjarmasin 10 kursi
Kalimantan Selatan 2 Banjar, Banjarbaru 10 kursi
Kalimantan Selatan 3 Barito Kuala 5 kursi
Kalimantan Selatan 4 Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah 10 kursi
Kalimantan Selatan 5 Hulu Sungai Utara, Balangan, Tabalong 8 kursi
Kalimantan Selatan 6 Tanah Laut, Tanah Bumbu, Kotabaru 12 kursi

Seni dan Budaya

 
Gedung Sultan Suriansyah tempat pementasan budaya Kal-Sel.

Seni Karawitan

  1. Gamelan Banjar
  2. Musik Panting (suku Banjar)
  3. Musik Kangkurung/Kukurung (suku Dayak Bukit)
  4. Musik Bumbung
  5. Musik Kintung
  6. Musik Kangkanong
  7. Musik Salung
  8. Musik Suling
  9. Musik Bambang
  10. Musik Masukkiri (suku Bugis)

Teater tradisional dan wayang

Tarian

Tarian suku Banjar:

Tarian suku Dayak Bukit:

  • Tari Tandik Balian
  • Tari Babangsai (tarian ritual, penari wanita)
  • Tari Kanjar (tarian ritual, penari pria)

Lagu

Lagu Daerah suku Banjar antara lain:

Rumah Adat

Pakaian Adat

  • Pakaian Pengantin Suku Banjar ada 4 jenis, yaitu:
    • Pengantin Bagajah Gamuling Baular Lulut
    • Pengantin Baamar Galung Pancar Matahari
    • Pengantin Babaju Kun Galung Pacinan
    • Pangantin Babaju Kubaya Panjang
  • Pakaian Pemuda-pemudi ada 2 jenis, yaitu:

Pariwisata dan peninggalan sejarah

Banjarmasin

Banjarbaru

Banjar

Barito Kuala

Hulu Sungai Selatan

Hulu Sungai Tengah

Hulu Sungai Utara

Tapin

Kotabaru

Tanah Laut

Tanah Bumbu

Tabalong

Rujukan

  1. Feuilletau de Bruyn, W.K.H.; Bijdrage tot de kennis van de Afdeeling Hoeloe Soengai, (Zuider a Ooster Afdeeling van Borneo), 19--.
  2. Broersma, R.;Handel en Bedrijf in Zuiz Oost Borneo, S'Gravenhage, G. Naeff, 1927.
  3. Eisenberger, J.; Kroniek de Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo, Bandjermasin, Drukkerij Lim Hwat Sing, 1936.
  4. Bondan, A.H.K.; Suluh Sedjarah Kalimantan, Padjar, Banjarmasin, 1953.
  5. Ras, J.J.; Hikajat Bandjar, A study in Malay Histiography, N.V. de Ned. Boeken, Steen Drukkerij van het H.L. Smits S'Graven hage, 1968.
  6. Heekeren, C. van.; Helen, Hazen en Honden Zuid Borneo 1942, Den Haag, 1969.
  7. Riwut, Tjilik; Kalimantan Memanggil, Penerbit Endang, Djakarta.
  8. Saleh, Idwar; SEJARAH DAERAH TEMATIS Zaman Kebangkitan Nasional (1900-1942) di Kalimantan Selatan, Depdikbud, Jakarta, 1986.
  9. (Indonesia) M. P. Lambut, Kalimantan Selatan (Indonesia). Inspektorat, Mewujudkan good governance di Kalimantan Selatan: kumpulan pikiran urang Banua, PT LKiS Pelangi Aksara, 2007, ISBN 979-3381-26-4, 9789793381268

Pranala luar

Referensi

  1. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama A
  2. ^ a b (Belanda) Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia, Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Jilid 1, Lange & Co., 1853.
  3. ^ (Indonesia) J. U. Lontaan, Menjelajah Kalimantan, Penerbit Baru, 1985
  4. ^ (Inggris) The New American encyclopaedia: a popular dictionary of general knowledge, Volume 2, D. Appleton, 1865
  5. ^ (Indonesia) Rosihan Anwar, Sejarah kecil "petite histoire" Indonesia, Jilid 1, Penerbit Buku Kompas, 2004 ISBN 979-709-141-4, 9789797091415
  6. ^ (Indonesia) Th. van den End, Ragi Carita 1, Jilid 1 dari Ragi carita: sejarah gereja di Indonesia, BPK Gunung Mulia, 1987, ISBN 979-415-188-2, 9789794151884
  7. ^ http://bumibanjar.blogspot.com/2010/05/pertempuran-hambawang-pulasan-1.html
  8. ^ (Indonesia) Pramoedya Ananta Toer, Koesalah Soebagyo Toer, Ediati Kamil, Kronik revolusi Indonesia, Jilid 4, Kepustakaan Populer Gramedia, 1999, ISBN 979-9023-88-2, 9789799023889
  9. ^ Buku Pintar, Edisi 38
  10. ^ (Sumber: Peta alam dan foto kelompok etnik Kalimantan Selatan, Museum Lambung Mangkurat, nomor 11 s/d 16 adalah suku pendatang dari luar Kalimantan)
  11. ^ Sumber: Badan Pusat Statistik - Sensus Penduduk Tahun 2000
  12. ^ a b "Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Permendagri No.137-2017) - Kementerian Dalam Negeri - Republik Indonesia". www.kemendagri.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-29. Diakses tanggal 2018-07-11. 
  13. ^ "Silsilah Muhammad Yamani". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-03-17. Diakses tanggal 2010-01-08. 
  14. ^ www.aboebakar.info

3°13′S 115°55′E / 3.217°S 115.917°E / -3.217; 115.917