Seputar Indonesia adalah program berita pertama yang diproduksi oleh stasiun televisi swasta di Indonesia mulai dari RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia). Pada awalnya Seputar Indonesia didisain dengan pendekatan 'newsfeature' sehingga memberikan bentuk tayangan informasi yang berbeda dengan berita yang ada di TVRI (Televisi Republik Indonesia) saat itu seperti Berita Nasional dan Dunia Dalam Berita dengan slogannya adalah "Pertama dan Tetap yang Terbaik".

Seputar Indonesia
PembuatArief Suditomo
Putra Nababan
PengembangRCTI News Team
SutradaraArief Suditomo
PresenterArief Suditomo
Putra Nababan
PemeranArief Suditomo
Putra Nababan
Pengisi suaraArief Suditomo
Putra Nababan
NaratorArief Suditomo
Putra Nababan
Penggubah lagu temaAndi Rianto
Lagu pembukaSeputar Indonesia
Lagu penutupSeputar Indonesia
Penata musikAndi Rianto
Negara asal Indonesia
Bahasa asliBahasa Indonesia
Produksi
Produser eksekutifAtika Suri
Yogi Nugraha
Ahmad Setiono
Avida Virya
Deden Kuswondo
ProduserArief Suditomo
Putra Nababan
Lokasi produksiJakarta
PenyuntingArief Suditomo
Putra Nababan
Pengaturan kameraMulti-kamera
Durasi60-180 menit
Rumah produksiRCTI
SCTV
TVTL
WCTR Talk Radio FM
Radio Independence FM
Radio 1 FM
MNC International (mulai dari Singapura dengan StarHub TV)
Jak TV
Radio Trijaya Network FM
RTB TV1
RTB TV5
RTB TV8
Radio Nasional FM
Radio Bandar Seri Begawan FM
Radio Berita FM
Televisyen Nasional Malaysia
Televisyen Ibu Kota Kuala Lumpur
Televisyen Negeri Selangor
Radio Nasional Malaysia FM
Radio Ibu Kota Kuala Lumpur FM
Radio Negeri Selanggor FM
Radio Suara Malaysia FM
MediaCorp TV12 Suria
StarHub TV Preview Channel
Radio Berita Singapura FM
Radio Nasional Singapura FM
DistributorRCTI
SCTV
TVTL
WCTR Talk Radio FM
Radio Independence FM
Radio 1 FM
MNC International (mulai dari Singapura dengan StarHub TV)
Jak TV
Radio Trijaya Network FM
RTB TV1
RTB TV5
RTB TV8
Radio Nasional FM
Radio Bandar Seri Begawan FM
Radio Berita FM
Televisyen Nasional Malaysia
Televisyen Ibu Kota Kuala Lumpur
Televisyen Negeri Selangor
Radio Nasional Malaysia FM
Radio Ibu Kota Kuala Lumpur FM
Radio Negeri Selanggor FM
Radio Suara Malaysia FM
MediaCorp TV12 Suria
StarHub TV Preview Channel
Radio Berita Singapura FM
Radio Nasional Singapura FM
Rilis asli
JaringanRCTI
SCTV
TVTL
WCTR Talk Radio FM
Radio Independence FM
Radio 1 FM
MNC International (mulai dari Singapura dengan StarHub TV)
Jak TV
Radio Trijaya Network FM
RTB TV1
RTB TV5
RTB TV8
Radio Nasional FM
Radio Bandar Seri Begawan FM
Radio Berita FM
Televisyen Nasional Malaysia
Televisyen Ibu Kota Kuala Lumpur
Televisyen Negeri Selangor
Radio Nasional Malaysia FM
Radio Ibu Kota Kuala Lumpur FM
Radio Negeri Selanggor FM
Radio Suara Malaysia FM
MediaCorp TV12 Suria
StarHub TV Preview Channel
Radio Berita Singapura FM
Radio Nasional Singapura FM
Format gambar480i Standard Definition Television (SDTV)
Format audioStereo
Dolby Digital 5.1
Rilis15 November 1990 –
sekarang

Sejarah

Berita Lokal

Pemberitaan

TVRI menampilkan Programma 2 dengan biaya setahun Rp 14,6 milyar waktu itu. Agar penduduk Jakarta dan sekitarnya punya pilihan (di samping TVRI Programa 1 dan Rajawali Citra Televisi Indonesia). Juga untuk mendorong pemirsa membayar iuran. Seorang Warga Jakarta berbahagialah. Sejak awal 24 Agustus 1962 TVRI telah menambah channel baru dengan sebutan Programa 2. Siaran TVRI Programa 2 ini (sebenarnya hanya hasil ganti nama dari Saluran 2 TVRI yang mengudara sejak tahun 1962), yang berlangsung menjelang pukul 18.50 sampai 22.10 WIB, memberi suasana segar.

Penyiar yang lebih santai, acara yang padat, hiburan yang ditata apik-plus film pendek atau acara olahraga yang dikemas dengan rapi. Juga ada kuis. Direktur Televisi, Ishadi Soetopo Kartosuro, tampaknya paham betul akan hukum dagang yang satu ini: barang yang bermutu akan dicari dan dibeli. Lewat Programa-2 itu, Ishadi menggebrak masyarakat Ibu Kota Jakarta, bahwa TVRI bisa memberi alternatif hiburan yang memadai, selain sebagai sarana pemberi informasi. Kalau masyarakat sudah menyadari hal itu dan merasakan ada manfaatnya menonton acara TVRI, yang diharapkan kemudian adalah mereka mau membayar iuran.

Di Jakarta dan sekitarnya, diperkirakan ada 1,5 sampai 2 juta pesawat televisi yang ditonton tidak termasuk yang dijual. Dari jumlah itu baru sekitar 35% yang membayar iuran. "Dengan adanya Programa-2, saya yakin bisa mengejar target iuran televisi di Jakarta," kata Ishadi. Dasar pemikirannya, acara yang semakin baik akan merangsang orang membayar iuran. Semakin banyak orang membayar iuran, semakin besar dana untuk mengelola TVRI.

"Kalau saja 100% pemilik televisi di Jakarta membayar iuran, itu akan sangat membantu pengadaan dana yang kami butuhkan," ujar Ishadi lagi. Selain merangsang iuran, ada pertimbangan lain lagi. Masalah keadilan. Selama itu stasiun TVRI Jakarta hampir tak ada bedanya dengan Stasiun TVRI Pusat.

Sementara stasiun-stasiun di daerah sudah lama menyelenggarakan Programa Daerah, Stasiun Jakarta waktu itu belum memulai. Dengan Programa-2, yang tak lain dari Programa Daerah Ibu Kota, "Masyarakat Jakarta pun mempunyai dua pilihan," kata Ishadi. Bersamaan dengan diperkenalkannya Programa-2 untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya, acara TVRI (Stasiun Pusat) pun mengalami perubahan.

Selama itu banyak pemirsa yang mengeluhkan acara TVRI pada pukul 18.50 hingga 22.10 WIB, yang terlalu didominasi "siaran kata-kata". Nah acara seperti itu per 1962 penayangannya lebih awal, antara pukul 18.00 dan 19.00 WIB. Setelah acara TVRI Evening News in English at 19:30 PM program berita berita dalam membaca Bahasa Inggris yang dirangkai dengan Negeri Tercinta Nusantara yang disiarkan sentral, Programa-1 Jakarta menyiarkan hiburan atau film seri, misalnya Aneka Ria Safari, Sketsa Pop, Musik Pop Daerah, Aneka Keroncong. Tadinya acara ini ditayangkan setelah Berita Nasional, Dunia Dalam Berita/Laporan Khusus dan Berita Terakhir. Dengan begitu, ada berbagai pilihan hiburan.

Di daerah-daerah pun masyarakat bisa memilih apakah mengikuti hiburan dari pusat (Programa-1 atau mengubah channel ke saluran lokal. Untuk masyarakat Jakarta dan sekitarnya, di sinilah tempatnya Programa-2 berkiprah. Di saat-saat itu Programa-2 banyak menampilkan wajah Jakarta, seperti acara Berita Ibu Kota dan Agenda Jakarta dan berbagai informasi palayanan kota. Acara ini diramu dengan musik khas Suku Betawi, lawak atau kuis. Sebagai selingan, kadang ada film atau olahraga.

Semua itu berlangsung hingga Programa-2 kembali menggabungkan diri dengan siaran pusat tepat pukul 22.00 WIB, mengikuti Dunia Dalam Berita dan Berita Terakhir, ada tiga acara penutup yang sejak 24 Agustus 1962.

Gaya di depan kamera juga mulai acara yang berisi wawancara dengan tokoh dan sering dianggap menjemukan, sejak itu diselingi visualisasi. Dengan demikian diharapkan, "Acara-acara yang menuntut perhatian juga ditonton orang," kata Ishadi. Atau dengan kata lain, takkan terjadi lagi orang mematikan pesawat TV-nya pada jam-jam seperti itu, dan menghidupkannya kembali pada saat siaran Dunia Dalam Berita dan Berita Terakhir.

Untuk perubahan-perubahan itu, TVRI membutuhkan dana besar. Biaya operasi membengkak. Bagaimana tidak, menurut Ishadi, penyiar yang baru direkrut saja berjumlah 17 orang. Mereka ini datang dari berbagai perguruan tinggi, dan wajah-wajah segar yang masih sedap dipandang. Untuk sekali siaran Programa-2 yang sekitar 5 jam itu, dibutuhkan biaya Rp 40 juta. Atau sekitar Rp 14,6 milyar setahun.

Untunglah, sebagaimana halnya Siaran Daerah Jakarta di berbagai stasiun lain, Pemda DKI Jakarta membantu Programa-2 ini. Malah, kabarnya, Pemda DKI yang paling gencar mendesak agar TVRI segera menyelenggarakan siaran khusus Ibu Kota. Alasannya, ya, supaya seperti daerah lain, ada pilihan. Menurut Ishadi lagi, 40% biaya Programa-2 ditanggung Pemda DKI. Sisanya diambil dari kocek TVRI sendiri.

Jika setelah itu iuran televisi tetap seret, tak mustahil seluruh biaya TVRI Programa-2 yang mengudara untuk Jabodetabek di channel 38 UHF ini tentu ditanggung Pemda DKI. Padahal. menurut Ishadi, "kalau 80% saja pemilik televisi di Indonesia membayar iuran, tanpa iklan (komersial) dan tanpa bantuan Pemda pun TVRI bisa menghidupi diri sendiri". Soal kekurangan biaya operasi dan seretnya iuran televisi memang bukan cerita baru. Itu sudah pernah dikeluhkan secara terbuka oleh Dirjen Radio Televisi bulan 17 Agustus 1962.

Saat itu sedang dipikirkan bagaimana sebaiknya badan usaha yang mengelola TVRI itu. Agar ada kelonggaran dalam penyelenggaran siaran dan penggunaan dana, TVRI akan dikelola di bawah satu atap dengan RRI. Mungkin bentuknya seperti Tokyo NHK General TV, TBS Tokyo, Fuji TV Tokyo, NTV Tokyo, TV Asahi Tokyo, TV Tokyo, CCTV-1 Beijing, TV1 Kuala Lumpur, TV2 Kuala Lumpur, TV3 Kuala Lumpur, TV4 Kuala Lumpur, London Thames Television dan BBC1 London" Padahal idealnya, "Setiap pendapatan yang masuk, seperti iuran televisi itu, bisa langsung digunakan untuk biaya operasi. TVRI sudah membaik, tinggal lagi Anda. apakah masih tetap enggan membayar iuran, yang hanya sepersepuluh dari iuran televisi swasta waktu itu: hanya ada RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia).

Pada tanggal 24 Agustus 1989, Presiden Republik Indonesia oleh Soeharto meresmikan televisi swasta pertama, yang dikelola oleh PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), di Jakarta. Setiap pelanggannya membayar iuran Rp. 30.000 sebulan dan uang jaminan untuk dekoder. Jangkauan siarannya terbatas, hanya di sekitar radius 60 kilometer. Sebagian besar mata acaranya, berupa cerita seri atau musik video yang diimpor dari Amerika Serikat. Setahun kemudian, pemerintah mencabut ketentuan keharusan memakai dekorder sehingga penduduk di sekitar Jakarta yang mempunyai televisi warna dapat menikmati tayangan RCTI (RCTI menggunakan saluran 43 yang tergolong dalam ban UHF (Ultra High Frequency). Pemilik Televisi hitam-putih, karena hanya menerima siaran UHF (Ultra High Frequency), dapat menyaksikan siaran tersebut setelah memodifkasi rangkaian penala pada pesawat penerima.

Tepat pada hari ulang tahun RCTI, 24 Agustus 1990, mengudara pula siaran televisi swasta yang kedua, yang diselenggarakan oleh PT SCTV (Surabaya Central Televisi Indonesia yang kemudian berubah nama menjadi Surya Citra Televisi Indonesia) di Kota Surabaya. RCTI kemudian juga mengadakan siaran di Kota Bandung, Kota Batam serta Kota Palembang dan sekitarnya yang siaran percobaannya mulai pada tanggal 1 Maret 1991. Setelah itu direncanakan pula pembangunan PT SPTSU (Stasiun Penyiaran Televisi Swasta Umum) di Kota Denpasar. Hal ini sejalan dengan keinginan pemerintah agar di setiap ibukota provinsi didirikan stasiun swasta.

Pada tahun 1990, pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan baru di bidang penyiaran televisi. Perusahaan swasta PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (CTPI) diberi izin untuk menyiarkan mata acara khusus pendidikan dengan nama Televisi Pendidikan Indonesia (TPI). Karena menyangkut bidang pendidikan, materi siarannya harus dikonsultasikan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayan. Siaran pendidikan yang diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia oleh Soeharto pada tanggal 23 Januari 1991, mulai mengudara keesokan harinya. TPI mengudara pada pagi hari dan diselingi dengan iklan yang tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan. Peralatannya mula-mula menggunakan perlengkapan milik TVRI dan acaranya disiarkan melalui studio TVRI Pusat Jakarta, sebelum TPI menyelesaikan pembangunan gedung studio dan pemancarnya sendiri. Jangkauan siaran TPI sarna seperti TVRl, yaitu ke seluruh pelosok Nusantara. Kini muncul banyak televisi swasta. Setelah RCTI, SCTV, TPI, ANTeve dan Indosiar.

Pertama kali baru program berita Seputar Jakarta

Seputar Indonesia pertama kali muncul sebagai Seputar Jakarta sebagai program berita ibu kota pertama di Jakarta berbasis di Jakarta Pusat di RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia) pada tanggal 15 November 1989 sebagai Seputar Jakarta mulai pukul jam 18.30 WIB petang selama 30 menit mulai program berita ibu kota bersama pembaca penmyiar berita seorang jurnalis wartawan pemimpin redaksi oleh Adolf Posumah mulai siaran langsung jam 18.30 WIB petang dan siaran ulang jam 21.30 WIB malam. maka adalah program berita pagi pertama yang disiarkan stasiun RCTI pada tahun 2 Oktober 1989. Seputar Jakarta diproduksi oleh anak perusahaan RCTI dan merupakan adaptasi dari program TVRI Programma-2 yang berisikan berita-berita ibu kota dari Jabodetabek membasis kota di Jakarta dan sekitarnya. Pada saat itu para penyiar berita RCTI membacakan kembali berita-berita Berita Ibu Kota dan Agenda Jakarta yang direkam di Studio Prgorama 2 TVRI Siaran DKI Jakarta untuk kemudian disiarkan kembali pada petang harinya pukul 16.00 WIB oleh stasiun RCTI dari Jakarta.

Berita Nasional

=Pertama kali sekarang baru program berita Seputar Indonesia

Kemudian pada tanggal 15 November 1990 berganti berubah nama sekarang menjadi Seputar Indonesia setelah RCTI diizinkan untuk melepas dekoder dan melakukan siaran Nasional. Pada awalnya Seputar Indonesia didisain dengan pendekatan 'newsfeature' sehingga memberikan bentuk tayangan informasi yang berbeda dengan berita yang ada di TVRI (Televisi Republik Indonesia) saat itu seperti Berita Nasional dan Dunia Dalam Berita siap mulai membaca Dari Studio 5 RCTI, kawasan Kebon Jeruk di Jakarta, Inilah SEPUTAR INDONESIA.

Siaran Nasional

Hampir sama seperti TVRI nasib televisi swasta di Indonesia pasca SK Menpen No. 04/A /Kep/Menpen/93 juga menjadi kurang menentu. Bahkan TPI dan Indosiar pun pernah menyatakan seperti mendapat pukulan berat menanggapi kenyataan bahwa akhirnya ANTeve, RCTI dan SCTV akhirnya dapat Mencuri langkah untuk siaran nasional. Pada awalnya justru TPI dan Indosiar-lah yang sudah mendapatkan izin terlebih dahulu untuk siaran nasional ini. Tampak bahwa Akselerasi yang dilakukan oleh RCTI dan SCTV ini boleh disebut sebagai akselerasi yang Fantastis. TVRI yang sudah berusia sekitar empat sampai enam kali dari mereka seperti Dibabat habis. Meski sempat Diganjal sana-sini sebelum kelahirannya, Indosiar pun sudah mulai merangkak untuk mulai mendekati sukses RCTI & SCTV, sedangkan ANteve meski sudah sering mendapatkan Kucuran dana segar tetap terseok-seok secara finansial. Apalagi TPI yang konon memiliki masalah yang jauh lebih besar dari ANTeve (karena melibatkan pihak di luar TPI alias pihak TVRI). Bagaimana nasib calon televisi swasta lainnya yang pernah memperoleh izin prinsip. Masih terlalu banyak kendala yang harus mereka hadapi (meski secara normal kita dapat menyebutnya Sudah tak mungkin untuk dapat mengudara). Karena selain pembangunan fisik, izin prinsipnya masih harus disesuaikan dahulu dari Lokal menjadi Nasional. Sebab dengan bergerak lokal, pangsa pasar untuk programa dan iklannya menjadi sempit dan tidak menguntungkan. Produksi lokal SCTV pun (sebelum menjalin kerja sama dengan RCTI), juga tidak menguntungkan (seperti Kisah-Kisah Islami dan Dakwah Puasa tahun 1991), namun memiliki nilai jual setelah ditayangkan Siaran Nasional bersama RCTI. Sejak 25 Agustus 1993 lalu SCTV telah mencoba mandiri. Kalau sebelumnya hampir seluruh acara SCTV adalah acara RCTI juga (misalnya talkshow Dialog Jakarta, komedi Si Doel Anak Sekolahan, kartun Doraemon, film seri Law and Order hingga acara kuis Tak Tik Boom), sejak itu SCTV sudah tidak lagi menyiarkan acara [RCTI]] (kecuali program berita Nuansa Pagi, Buletin Siang, [[[Seputar Indonesia]] dan Buletin Malam). Sepintas memang timing-nya sudah tepat, tetapi apakah itu sesuai dengan Pasal 7 ayat 3 a s/d c SK Menpen No.04A/Kep/Menpen/1993, dimana SPTS yang berkedudukan di ibu kota daerah tingkat I/ propinsi hanya diperbolehkan melakukan siaran lokal ? Ini masalahnya, karena dengan demikian studio SCTV yang berada di Kota Surabaya-pun harus hijrah ke Jakarta, seperti ANTeve asal Kota Bandar Lampung, alias tidak sekadar memiliki kantor pusat di Jakarta seperti selama itu. Saudara kembar itu sudah pisah. SCTV (Surya Citra Televisi Indonesia) dan RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia) sejak 24 Agustus 1993 sudah berjalan sendiri-sendiri dan menentukan seleranya sendiri pula. Memang, SCTV waktu itu tetap mangkal di Kota Surabaya dan RCTI tetap bercokol di Jakarta. Tetapi, masyarakat Kota Surabaya, Kota Padang, Kota Pekanbaru, Kota Batam, Kota Tanjung Pinang, Kota Palembang, Kota Pontianak, Kota Banjarmasin, Kota Balikpapan, Kota Mataram, Kota Banda Aceh, Kota Bukittinggi, Kota Dumai, Kota Kupang, Kota Pangkal Pinang, Pulau Batam dan Kota Denpasar yang semula hanya menangkap TVRI, TPI (Televisi Publiksiaran Indonesia) dan SCTV dapat pula menangkap siaran RCTI dan penduduk Jakarta yang semula hanya menyaksikan TVRI Programa 1, TVRI Programa 2, RCTI, dan ANTeve (Cakrawala Andalas Televisi Indonesia), bisa dihibur SCTV. Suatu hal yang tak mungkin sebelumnya jika tak punya antena parabola. Adakah pengaruhnya pada program acara dan apa untungnya buat pemirsa? Tidak terlalu banyak. Program acara yang selama tiga tahun (1990-1993) ada di kedua televisi swasta: RCTI/SCTV, itu hampir diboyong semuanya ke RCTI. Sebut misal serial Mac Gyver dan Mission Impossible, dua film seri yang banyak peminatnya, sejak Agustus 1993, SCTV tidak lagi menyiarkan film seri itu. Acara-acara yang selama itu menjadi merek RCTI seperti Melodi Memori (musik) dan Salam Canda (talkshow) tentu menjadi monopoli RCTI. Bahkan, karena mengisi siaran yang lebih panjang selain menasional jam siaran bertambah karena dimulai sejak pagi acara seperti itu diputar ulang pagi harinya. Ada kesan keteteran mengisi jam siaran yang panjang itu. Ini berarti, di SCTV ada peluang program acara baru. Mereka membidik film-film impor yang diperkirakan bisa jadi unggulan. Misalnya film seri kisah mafia Italia terkenal, Al Capone, The Untouchables. Lalu film-film drama rumah tangga dari Meksiko (telenovela) untuk konsumsi ibu-ibu di siang hari. Termasuk pula komedi favorit khas Kota Surabaya, ludruk. Selebihnya, yang diputar adalah film-film lama yang sebelumnya sudah pernah diputar oleh RCTI/SCTV sendiri, ataupun film lama TVRI, tak beda jauh dengan RCTI. Untuk tampil menasional itu memang berat sekali kata Alex Kumara Wakil Presiden Direktur RCTI. Selain kedua stasiun ini harus berebut pemirsa di wilayah yang sama, membuat program acara sendiri-sendiri tidaklah gampang. Membeli program acara dari luar pun tak mudah karena stoknya terbatas. Karena stok terbatas dan tak mau dipermainkan soal harga, RCTI dan SCTV masih bersekutu dalam membeli film asing. Setelah dibeli baru dipilah-pilah, mana yang disalurkan ke RCTI dan mana ke SCTV. Di negara lain tradisinya tidak begitu. Di Amerika Serikat pun, pemutaran ulang suatu hal yang biasa. Problem lain setelah menasional ini adalah selera penonton di wilayah budaya yang berbeda. Ini tampak dari penelitian SRI (Survey Riset Indonesia) yang selama itu baru meneliti pemirsa di kawasan Jabodetabek serta Kota Surabaya dan sekitarnya. Dari penelitian itu bisa dilihat, misalnya, acara favorit. Di Jabodetabek, Mission Impossible dan Mac Gyver di RCTI menduduki peringkat tertinggi. Tetapi pemirsa di Surabaya dan sekitarnya ternyata saat itu lebih menggemari film Ramayana dan Saur Sepuh di TPI. Begitu pula dengan berbagai acara komedi buatan lokal yang oleh beberapa pihak dianggap konyol toh diterima dan disukai di banyak tempat. Dalam situasi saat itu rumah produksi (Video Production House) diuntungkan. Itu sungguh satu peluang dan juga masalah besar. Makin banyak stasiun mestinya akan memperbanyak alternatif siaran, sehingga pemirsa tak dibentuk oleh satu jenis siaran saja, kata Ali Shahab, Ketua Asosiasi Rumah Produksi Indonesia. Apakah rumah produksi di sini mampu menyajikan alternatif tayangan, apalagi yang bermutu, masih ditunggu jawabnya. Selama beberapa tahun setelah kemunculannya pertama, Seputar Indonesia juga ditayangkan secara simultan oleh stasiun SCTV yang saat itu masih dalam satu induk perusahaan dengan RCTI. Seputar Indonesia dan program-program berita RCTI lainnya sempat dikelola di bawah sebuah perseroan tersendiri yakni Sindo Citra Media dari tahun 1993, pernah juga memproduksi program berita pagi untuk stasiun SCTV bertajuk Buletin Pagi. Hal ini berlangsung sebelum stasiun SCTV mampu memproduksi berita secara mandiri di bawah bendera Liputan 6 SCTV pada tahun 1993 dengan stasiun studio secara televisi nasional siaran langsung mulai sejak tahun 1993 bersama SCTV akhirnya sejak pada bulan Agustus 1993 RCTI bersiaran secara nasional namun hal itu baru direalisasikan tahun 1993 saat meluncurkan RCTI Bandung yang bertugas merelay acara-acara RCTI di Jakarta hingga mendapat stasiun televisi siaran nasional membasis kota di Jakarta (merupakan ibu kota nasional negara di Indonesia) dengan stasiun televisi siaran nasional swasta pertama di Indonesia melalui Keputusan Menteri Penerangan RI No. 04A/1993. Satu tahun setelah izin tersebut keluar RCTI mengudara secara nasional pertama mulai sejak pada bulan Agustus 1993. RCTI termasuk stasiun televisi besar di Indonesia, tapi susunan acaranya berbeda. Setelah sukses dengan RCTI dari Bandung, akhirnya awal tahun 1993 RCTI bersiaran secara nasional pertama di Indonesia diantaranya Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) membasis kota di Jakarta (merupakan ibu kota nasional negara Indonesia), Bandung, Banda Aceh, Solo, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Palembang, Padang, Bandar Lampung, Pontianak, Banjarmasin, Makassar, Tanjung Balai, Rantau Prapat, Kediri, Tulungagung, Perbaungan, Simalungun, Panyabungan, Toba Samosir, Kabanjahe, Stabat, Gunungsitoli, Tarutung, Stabat, Boyolangu, Labo, Bintan, Tanjung Pinang, Gresik, Malang, Pekanbaru, Batam (Pulau Batam), Manado, Balikpapan, Lombok, Flores, Ambon, Jayapura, Binjai, Pemantang Siantar, Sibolga, Kupang, Lhokseumawe, Bukit Tinggi, Bengkulu, Meulaboh, Tarakan, Tanjung Pinang, Pangkal Pinang, Bontang, Jambi, Langsa, Sabang dan Mataram hingga akhirnya tahun 1993 RCTI sudah bisa disaksikan di seluruh Indonesia.

Memulai pada tahun 1997 secara nasional dengan logo lama (Juli 1997-Oktober 2000) dan logo baru (Oktober 2000 sampai Agustus 2001) dengan "Seputar Indonesia" dan mulai pada bulan Agustus 2002 kedua proyektor menjadi "Seputar Indonesia" logo pada tahun 1997.

Diresmikan memulai sejak tahun 2005 pada tanggal Sabtu, 1 Januari 2005 secara memulai dimiliki oleh Media Nusantara Citra kelompok perusahaan media yang juga memiliki Global TV dan MNCTV. RCTI memiliki hak siar atas ajang sepak bola Euro 2008 bersama Global TV dan MNCTV. RCTI juga mengudara di Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Filipina dan Timor-Leste. Direktur Utama RCTI saat ini adalah Hary Tanoesoedibjo yang juga Presiden Direktur dan CEO dari Media Nusantara Citra (MNC) dan Global Mediacom RCTI-pun menggandeng JakTV (Jakarta Televisi) disingkat nama Jakarta TV stasiun televisi siaran lokal membasis kota di Jakarta, untuk bergabung dalam satu manajemen yaitu Media Nusantara Citra (MNC) pada tahun 2005 yang lalu.

Pada bulan Agustus 2006, logo ini berubah lagi menjadi bola merah berlambang depan RCTI yang memakai huruf R yang berada di posisi kanan, logo itu terus digunakan hingga pada bulan Februari 2009.

Relaunch 2009

Pada hari Senin tanggal 9 Februari 2009, RCTI meluncurkan Satu Seputar Indonesia. Program Nuansa Pagi menjadi Seputar Indonesia pagi, Buletin Siang menjadi Seputar Indonesia siang dan Buletin Malam menjadi Seputar Indonesia malam. Sementara program berita Seputar Indonesia yang hadir setiap pukul lima sore akan tetap dipertahankan namanya sebagai Seputar Indonesia untuk mengingatkan kembali dari nama itulah semuanya berasal. Peluncuran Satu Seputar Indonesia bukan hanya sekedar upaya untuk membuat brand Seputar Indonesia lebih solid, tetapi hal ini juga akan dibarengi dengan peningkatan kualitas isi siaran dan standar jurnalistik yang signifikan. dengan banyaknya stasiun televisi swasta yang ada di Indonesia, maka menuntut adanya inovasi yang dilakukan secara terus menerus supaya bisa tetap bertahan di kancah pertelevisian. Termasuk bagi Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) yang merupakan stasiun televisi swasta pertama di Indonesia. Agar program beritanya tidak kalah bersaing dengan program berita stasiun televisi swasta lainnya, mulai hari ini RCTI membangun brand baru dengan menghadirkan Satu Seputar Indonesia.

Satu Seputar Indonesia mulai diluncurkan hari ini bertepatan dengan Hari Pers Nasional ke-63 pertama mulai sejak tanggal Senin, 9 Februari 2009 pada pukul 16.00 WIB. Mulai hari ini RCTI akan mengubah semua program beritanya dengan nama Seputar Indonesia. Program berita Nuansa Pagi diubah menjadi Seputar Indonesia Pagi, program berita Buletin Siang diubah menjadi Seputar Indonesia Siang dan program berita Buletin Malam diubah menjadi Seputar Indonesia Malam. Sementara program berita Seputar Indonesia yang hadir setiap pukul 17.00 WIB tetap menggunakan nama Seputar Indonesia.

Sindo melalui program khusus selama satu jam peluncuran Satu Seputar Indonesia dipandu oleh 6 pembaca berita andalan RCTI yakni Arief Suditomo, Putra Nababan, Alyssa Soebandono, Cathy Sharon, Aiman Witjaksono dan Gustav Aulia. Dalam program khusus tersebut ditayangkan perjalanan Seputar Indonesia yang awalnya merupakan program Seputar Jakarta ditayangkan pula keberhasilan-keberhasilan yang pernah dicapai selama perjalanan Seputar Indonesia selama ini serta kejadian-kejadian menarik dibalik pencarian dan penyajian sebuah berita.

Hingga akhirnya mentalis Deddy Corbuzier beraksi dari Kawasan Monumen Nasional (Monas). Dengan menggunakan sebuah taksi awalnya Deddy Corbuzier minta diantarkan ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang berada di Jakarta Timur, namun Deddy Corbuzier mampu memanipulasi pikiran sopir taksi tersebut hingga menghantarkan Deddy Corbuzier sampai ke Studio RCTI di Kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Deddy Corbuzier pun kembali melakukan aksinya dengan ˜Melaunching˜ perubahan logo Seputar Indonesia yang baru. Dan kemudian muncul pembaca berita dari dalam mobil dengan logo baru Seputar Indonesia.

Setelah program khusus peluncuran Satu Seputar Indonesia usai, pada pukul 17.00 WIB Seputar Indonesia dengan tagline "Pertama dan Tetap yang Terbaik" sudah hadir dengan wajah baru. Dibawakan oleh Cathy Sharon dan Alyssa Soebandono langsung dari dapur redaksi Satu Seputar Indonesia.

Apa yang dilakukan RCTI dengan menyeragamkan nama program beritanya sebenarnya sudah dilakukan oleh semua stasiun televisi swasta yang ada di Indonesia. SCTV dengan Liputan 6 Pagi, Liputan 6 Siang, Liputan 6 Petang dan Liputan 6 Malam. ANTV dengan Topik Pagi, Topik Siang, Topik Petang dan Topik Malam. MNCTV dengan Lintas Pagi, Lintas Siang, Lintas Petang dan Lintas Malam. Indosiar dengan Berita Pagi, Berita Siang, Berita Nasional, Berita Mancanegara dan Berita Terakhir. Metro TV dengan Metro Pagi, Metro Siang, Metro Hari Ini dan Metro Malam. Trans 7 dengan Redaksi Pagi, Redaksi Siang, Redaksi Sore dan Redaksi Malam. Global TV dengan Global Pagi, Global Siang, Berita Global dan Global Malam. tv One dengan Kabar Pagi, Kabar Siang, Kabar Petang dan Kabar Malam. Trans TV dengan Reportase Pagi, Reportase Siang, Reportase Sore dan Reportase Malam.

Namun demikian, apa yang dilakukan RCTI patut diberi apresiasi tersendiri dan semoga tidak saja hanya sekedar mengubah nama program beritanya saja, namun lebih dari itu. Semoga Satu Seputar Indonesia akan dibarengi dengan peningkatan kualitas isi siaran dan standar jurnalistik yang signifikan seperti yang dijanjikannya sehingga masyarakat bisa mendapatkan informasi yang benar-benar akurat dan dapat dipercaya dengan slogan revamp dan motto nama tagline berjudul sebagai Pertama dan Tetap yang Terbaik.

Pada tahun 1990, logo Seputar Indonesia hanya tulisan polos bercetak tebal (SEPUTAR INDONESIA). Pada tahun 1997, logo Seputar Indonesia berisi bola bumi biru ditutup oleh cincin merah bertulis seputar INDONESIA (kata seputar di bagian atas memakai huruf kecil sedangkan kata INDONESIA di bagian bawah memakai huruf kapital), logo itu digunakan pada 1997 hingga 2001. Pada Agustus 2001, Seputar Indonesia mengganti logo menjadi bola biru ditutup cincin merah (seperti planet Saturnus) di posisi tengah (kata SEPUTAR memakai huruf bercetak tipis sedangkan kata INDONESIA memakai huruf bercetak tebal), itu digunakan hingga 2006. Pada bulan Agustus 2006, logo ini berubah lagi menjadi bola merah berlambang depan RCTI yang memakai huruf R yang berada di posisi kanan, logo itu terus digunakan hingga pada bulan Februari 2009. Pada bulan Februari 2009, logo berubah lagi dan digunakan sampai sekarang, logo itu berbentuk bola bumi mancanegara dunia internasional yang memakai huruf R yang terletak di posisi kanan, logo itu hampir mirip dengan logo Mozilla Firefox.

Jam tayang dari tahun ke tahun

Seputar Indonesia

Seputar Indonesia Pagi (Nuansa Pagi)

Seputar Indonesia Siang (Buletin Siang)

Seputar Indonesia Malam (Buletin Malam)

Penyiar

Mantan penyiar

Siaran internasional simultan rekaman relai stasiun media

Seputar Indonesia siaran media simultan relai rekaman oleh stasiun televisi seperti Jak TV (siaran lokal), MNC International (siaran kabel oleh Indovision mulai dari Singapura oleh StarHub TV), TVTL (siaran internasional dari Timor Leste), RTB TV1 (siaran internasional dari Brunei simultan relai rekaman oleh RTB TV5 dan RTB TV8), MediaCorp TV12 Suria (siaran internasional dari Singapura simultan relai rekaman oleh StarHub TV Preview Channel) dan Televisyen Nasional Malaysia (siaran internasional dari Malaysia simultan rekaman oleh Televisyen Ibu Kota Kuala Lumpur dan Televisyen Negeri Selangor) juga siaran radio seperti Radio Trijaya Network FM (siaran nasional), Radio Nasional FM (siaran internasional dari Brunei simultan relai rekaman oleh Radio Bandar Seri Begawan FM dan Radio Berita FM), Radio Nasional Malaysia FM (siaran internasional dari Malaysia simultan relai rekaman oleh Radio Ibu Kota Kuala Lumpur FM, Radio Negeri Selanggor FM dan Radio Suara Malaysia FM), Radio Berita Singapura FM (siaran internasional dari Singapura simultan relai rekaman oleh Radio Nasional Singapura FM), WCTR Talk Radio FM (siaran internasional dari Amerika Serikat), Radio Independence FM (siaran internasional dari Amerika Serikat) dan Radio 1 FM (siaran internasional dari Amerika Serikat).

Prestasi/Kemenangan

Berita ini mendapat penghargaan sebagai Berita Terfavorit pada Panasonic Gobel Awards 2011 oleh RCTI Seputar Indonesia, Presenter pembaca berita ini mendapat penghargaan sebagai Presenter Berita / Current Affairs Terfavorit pada Panasonic Gobel Awards 2011 oleh Putra Nababan dan Arief Suditomo, Berita televisi ini mendapat penghargaan sebagai Presenter Berita / Current Affairs Terfavorit pada Panasonic Gobel Awards 2011 oleh Putra Nababan dan Arief Suditomo, Lelaki presenter pembaca berita ini mendapat penghargaan sebagai Lelaki Presenter Berita / Lelaki Current Affairs Terfavorit pada Panasonic Gobel Awards 2011 oleh Putra Nababan dan Arief Suditomo, Perempuan presenter pembaca berita ini mendapat penghargaan sebagai Perempuan Presenter Berita / Perempuan Current Affairs Terfavorit pada Panasonic Gobel Awards 2011 oleh Kejora dan Dokter Prita, Direktur berita ini mendapat penghargaan sebagai Direktur Berita / Current Affairs Terfavorit pada Panasonic Gobel Awards 2011 oleh Putra Nababan dan Arief Suditomo, Majalah berita ini mendapat penghargaan sebagai Majalah Berita Terfavorit pada Panasonic Gobel Awards 2011 oleh RCTI Pulang Kampung Nih saya Barrack Obama bersama Putra Nababan dan Arief Suditomo dan Majalah Berita ini mendapat penghargaan sebagai Majalah Berita Terfavorit pada Panasonic Gobel Awards 2011 oleh Barrack Obama Eksklusif RCTI bersama Putra Nababan dan Arief Suditomo.

Di tahun 1997 mulai ini 2011, RCTI Seputar Indonesia merupakan berita dengan rating tertinggi dan memperoleh mendapatkan dua penghargaan dari Panasonic Awards 1997 mulai ini Panasonic Gobel Awards 2011 sebagai Berita Televisi, Presenter Berita / Current Affairs, Lelaki Presenter Berita / Lelaki Current Affairs, Perempuan Presenter Berita / Lelaki Current Affairs, Direktur Berita / Current AffairsProgram Berita, Program News Magazine dan Program Talkshow memulai 8 kategori penghargaan.

Lihat pula

Pranala luar

'