Partai Keadilan Sejahtera
Partai Keadilan Sejahtera (bahasa Inggris: Prosperous Justice Party, PKS), sebelumnya bernama Partai Keadilan (PK), adalah sebuah partai politik berbasis Islam di Indonesia.
Partai Keadilan Sejahtera ڤرتاي کعاديلن سجهترا | |
---|---|
Nama dalam bahasa Inggris | Prosperous Justice Party |
Presiden | Anis Matta |
Sekretaris Jenderal | Taufik Ridho |
Dibentuk | 20 April 2002 |
Digabungkan dari | Partai Keadilan dan PK Sejahtera |
Sayap pemuda | Pandu Keadilan, Gerakan Muda dan Profesi, dan Garuda Keadilan |
Ideologi | Pancasila |
Agama | Islam Sunni |
Kursi di DPR | 40 / 560
|
Situs web | |
pks.or.id |
Sejarah
Gerakan dakwah kampus
Asal-usul PKS dapat ditelusuri dari gerakan dakwah kampus yang menyebar di universitas-universitas Indonesia pada 1980-an. Gerakan ini dapat dikatakan dipelopori oleh Muhammad Natsir, mantan Perdana Menteri Indonesia dari Masyumi (dibubarkan pada 1960) yang mendirikan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) pada 1967. Lembaga ini awalnya fokus kepada usaha mencegah kegiatan misionari Kristen di Indonesia.[1] Peran DDII yang paling krusial adalah kelahiran Lembaga Mujahid Dakwah yang berafiliasi dengan DDII, dipimpin Imaduddin Abdulrahim yang aktif melakukan pelatihan keagamaan di Masjid Salman, Institut Teknologi Bandung.[2]
Pada 1985, rezim Orde Baru mewajibkan seluruh organisasi massa menjadikan Pancasila sebagai asasnya. Ini membuat sejumlah tokoh Islamis berang dan menyebut rezim Soeharto telah memperlakukan politik Islam sebagai kutjing kurap.[2] Pada saat yang sama, Jamaah Tarbiyah meraih momentumnya di kalangan mahasiswa kader Rohis dan aktivis dakwah di kampus-kampus.[3] Pada tahun 1993, Mustafa Kamal, seorang kader Jamaah Tarbiyah, memenangi pemilihan mahasiswa untuk Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, kader Jamaah pertama yang memegang kekuasaan di level universitas. Setahun kemudian, Zulkieflimansyah, juga kader Jamaah Tarbiyah, menjadi Ketua Senat Mahasiswa di universitas yang sama.[3]
Para anggota Jamaah Tarbiyah kemudian mendirikan Lembaga Dakwah Kampus, yang kemudian menjadi unit-unit kegiatan mahasiswa yang resmi di berbagai kampus sekuler di Indonesia, seperti di Universitas Indonesia, terutama oleh para aktivis Forum Studi Islam.
Saat itu, kata usrah yang sering dipakai untuk menyebut kelompok-kelompok kecil pengajian di LDK mulai diasosiasikan dengan kelompok Islam radikal seperti Darul Islam, yang menggunakan sistem sel ala Ikhwanul Muslimin untuk merekrut kader.[4]
Meskipun adanya berbagai faksi dan kubu di dalam tubuh LDK, semuanya sepakat membentuk Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) pada 1986.[5]. Pertemuan tahunan ke-10 FSLDK di Malang pada 1998 dimanfaatkan untuk deklarasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).[6]
Partai Keadilan
KAMMI muncul sebagai salah satu organisasi yang paling vokal menyuarakan tuntutan reformasi melawan Soeharto, dipimpin oleh Fahri Hamzah.[3] Sejurus setelah mundurnya Soeharto pada 21 Mei 1998, para tokoh KAMMI telah mempertimbangkan berdirinya sebuah partai Islam. Partai tersebut kemudian diberi nama Partai Keadilan (disingkat PK). Kendati tokoh elit KAMMI memiliki kontribusi dalam pembentukan PK, KAMMI dan PK secara tegas menyatakan bahwa tidak memiliki hubungan formal.[2]
Partai Keadilan dideklarasikan di Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta, pada 20 Juli 1998, dan mengangkat Nurmahmudi Isma'il sebagai presiden pertamanya. Di pemilihan umum legislatif Indonesia 1999, PK mendapat 1,436,565 suara, sekitar 1,36% dari total perolehan suara nasional dan mendapat tujuh kursi di Dewan Perwakilan Rakyat.[7] Meskipun demikian, PK gagal memenuhi ambang batas parlemen sebesar dua persen, sehingga memaksa partai ini melakukan stembus accord dengan delapan partai politik berbasis Islam lainnya pada Mei 1999.[2][8]
Nurmahmudi kemudian, ditawarkan jabatan Menteri Kehutanan di Kabinet Persatuan Nasional bentukan presiden Abdurrahman Wahid pada Oktober 1999. Ia menyetujui tawaran tersebut dan menyerahkan jabatan presiden partai kepada Hidayat Nur Wahid, seorang doktor lulusan Universitas Islam Madinah, sejak 21 Mei 2000.[2]
Karena kegagalan PK memenuhi ambang batas parlemen di pemilihan umum selanjutnya, menurut regulasi pemerintah, mereka harus mengganti nama. Pada 2 Juli 2003, Partai Keadilan Sejahtera menyelesaikan seluruh proses verifikasi Departemen Hukum dan HAM di tingkat Dewan Pimpinan Wilayah (setingkat provinsi) dan Dewan Pimpinan Daerah (setingkat kabupaten dan kota). Sehari kemudian, PK resmi berubah nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera.[9]
Partai Keadilan Sejahtera
Dengan bergantinya PK menjadi PKS, partai ini kembali bertanding di pemilihan umum legislatif Indonesia 2004. PKS meraih total 8,325,020 suara, sekitar 7.34% dari total perolehan suara nasional. PKS berhak mendudukkan 45 wakilnya di DPR dan menduduki peringkat keenam partai dengan suara terbanyak, setelah Partai Demokrat.[10] Presiden partai, Hidayat Nur Wahid, terpilih sebagai ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan 326 suara, mengalahkan Sutjipto dari PDIP dengan 324 suara.[11] Hidayat menyerahkan jabatan presiden kepada Tifatul Sembiring, juga seorang mantan aktivis kampus dan pendiri PKS.[3]
Jaringan
PKS, lewat bidang Kepanduan dan Olahraga yang berada sejajar dengan bidangt teritorial dan badan-badan lainnya di bawah presiden, telah mengembangkan berbagai organisasi kepanduan yang berfungsi sebagai "sayap partai" yang berafiliasi secara formal dengan partai, seperti Garda Keadilan,[12] organisasi pemuda Gema Keadilan, Yayasan Pemuda dan Pelajar Asia Pasifik (YPPAP), serta Gugus Tugas Dakwah Sekolah (GTDS).[2]
Bidang Kebijakan Publik mengurusi teritorial politik dan berhubungan dengan kelompok pemikir yang berafiliasi formal atau tidak formal dengan PKS, antara lain Serikat Pekerja Keadilan (SPK)[12] Perhimpunan Petani Nelayan Sejahtera Indonesia (PPNSI),[12] Central for Indonesian Reform (CIR), Pusat Advokasi Hukum dan Hak Asasi Manusia (PAHAM), Institute for Economics Studies (INFES), Institute of Students and Youth for Democracy (INSYD) dan Yayasan Pengembangan Sumber Daya Pemuda (CYFIS).[2]
Sistem kaderisasi
PKS menggunakan modus operandi Jamaah Tarbiyah untuk memperbesar peluang mendapatkan kader baru.[13] PKS memakai dua strategi dalam merekrut kader. Yang pertama adalah pola rekrutmen individual (al-da'wah al-fardhiyyah), atau bentuk pendekatan orang per orang, meliputi komunikasi personal secara langsung.[2] Calon kader yang akan direkrut diajak berpartisipasi dalam forum-forum pembinaan rohani yang diorganisir PKS seperti usrah (keluarga), halaqah (kelompok studi), liqa (pertemuan mingguan), rihlah (rekreasi), mukhayyam (perkemahan), daurah (pelatihan intelektual) dan nadwah (seminar).[2] Sistem yang digunakan PKS ini mirip dengan sistem rekrutmen gerakan Islamis di Mesir.[14] Yang kedua adalah pola rekrutmen institusional (al-da'wah al'amma). PKS berafiliasi dengan berbagai organisasi sayap yang berstatus formal atau tidak formal, sehingga partai dapat memanfaatkan institusi-institusi ini untuk meraup kader potensial.[2]
PKS mewajibkan kadernya terlibat aktif dalam pelatihan hierarkis yang disebut marhalah. Pelatihan ini mencakup proses pembelajaran (ta'lim), pelatihan keorganisasian (tandzim), pembinaan karakter (taqwin) dan evaluasi (taqwim).[13]
Dalam sumpahnya sebagai anggota PKS, kader harus mengucapkan baiat secara lengkap dengan membaca dua kalimat syahadat. Dengan demikian, sistem sumpah ini tidak memungkinkan non-Muslim menjadi kader PKS.[2] Namun sesuai hasil Munas 2010 di Jakarta, PKS membedakan antara kader dan anggota. Kader adalah anggota yang terikat oleh sistem kaderisasi, sehingga sudah pasti seorang Muslim. Sementara anggota adalah siapa saja yang terikat kepada organisasi dan bersifat lebih umum dan terbuka.
Internasional
Kader PKS di seluruh dunia tercatat sebanyak 7,000 orang dan 22 Pusat Informasi dan Pelayanan (PIP) yang tersebar di 22 negara. Jumlah ini merupakan jumlah kader partai politik Indonesia terbesar yang berada di luar negeri. Banyaknya jumlah kader di luar Indonesia ini dimanfaatkan partai untuk menayasar satu kursi DPR.[15]
Mesir
PK dan PKS telah lama dikaitkan dengan Ikhwanul Muslimin yang berbasis di Mesir, disebabkan beberapa pendirinya bersekolah di sekolah-sekolah Ikhwan[16] Beberapa indikasi yang terlihat adalah saat Mardani Ali Sera, juru bicara PKS, membenarkan bahwa beberapa karya pendiri Ikhwan, Hasan al-Banna, menjadi bacaan dan juga rujukan dalam proses pengkaderan partai.[17] PKS juga diklaim ikut serta dalam Revolusi Mesir 2011, meskipun kabar tersebut kemudian dibantah dan menegaskan bahwa para kader partai (yang diberitakan sebanyak 600 orang, sebagian besar berstatus mahasiswa) di Mesir hanya berperan menyalurkan logistik kepada warga negara Indonesia yang terjebak di Mesir.[18]. Namun, PKS menyatakan "berduka" atas penggulingan presiden Mesir dari Ikhwanul Muslimin, Muhammad Mursi pada Juli 2013, sekaligus menyerukan kepada pemerintah Indonesia untuk menekan militer Mesir.[19]
Keterkaitan PKS dan Ikhwanul Muslimin juga dibenarkan oleh Yusuf al-Qaradawi, salah satu tokoh Ikhwan yang berpengaruh,[20] dan juga oleh pendiri PK, Yusuf Supendi, yang mengakui bahwa 90% pendanaan PK untuk pemilihan umum pada 1999 didanai oleh partai-partai seideologi di Timur Tengah.[21] Namun, Ketua Dewan Syariah PKS, Surahman Hidayat, menegaskan bahwa mereka hanya mempunyai "hubungan cita-cita" dengan Ikhwanul Muslimin dan menolak klaim bahwa PKS adalah perwujudan lain dari organisasi tersebut. Surahman justru menyatakan bahwa PKS secara substantif adalah pelanjut perjuangan Masyumi.[22]
Turki
PKS juga disebut mempunyai kemiripan dengan Partai Keadilan dan Pembangunan pimpinan Abdullah Gül yang berkuasa di Turki. Surahman Hidayat juga membenarkan bahwa mereka juga sering mengunjungi kader AKP di Turki "untuk perbandingan".[23] Kedekatan ini juga diperkuat dengan banyaknya seminar dan silaturahim antara PKS dan AKP, salah satunya seperti saat para petinggi AKP berkunjung ke Jakarta pada Februari 2012.[24] PKS juga menggelar pertemuan kader sedunia di Istanbul pada April 2013. Meskipun presiden Anis Matta menyatakan bahwa pemilihan Istanbul adalah karena posisi strategik kota tersebut di tengah-tengah Asia, Eropa dan Afrika, Anis juga menjadwalkan pertemuan dengan petinggi AKP dan mengharapkan agar kader-kader dapat belajar dari kesuksesan AKP di Turki.[25]
Palestina
PKS dikenal sebagai salah satu partai yang paling vokal memperjuangkan kemerdekaan Palestina.[26] Beberapa aksi PKS untuk kemerdekaan Palestina antara lain dengan menempuh jalur demonstrasi, seperti yang dilakukan pada Maret 2010 di kompleks Monas.[27] Tak jarang pula PKS mengecam negara yang tidak mendukung upaya kemerdekaan Palestina, seperti pada November 2012, saat Amerika Serikat tidak menyetujui masuknya Palestina sebagai negara pemantau di forum Perserikatan Bangsa-Bangsa.[28] Demonstrasi PKS dikenal dengan mengorganisir puluhan ribu kader dan tak jarang pula umat non-Muslim ikut di dalamnya, seperti politisi PDI Perjuangan, Sabam Sirait, yang ikut berdemonstrasi bersama massa PKS pada Maret 2010.[29] Selain itu, PKS juga memanfaatkan massa kadernya yang besar untuk menggalang dana dalam jumlah yang besar, dan seringkali sumbangan tersebut disampaikan langsung lewat utusan khusus PKS ke Palestina, seperti saat penggalangan dana serentak seluruh DPW PKS di Indonesia pada bulan November 2012.[30][31]
Perolehan suara
Tahun | Suara | % | Kursi | % | +/− |
---|---|---|---|---|---|
1999 | 1,436,565 | 1.36 | 7 | 1.51 | n/a |
2004 | 8,325,020 | 7.34 | 45 | 8.18 | +38 |
2009 | 8,204,946 | 7.88 | 57 | 10.18 | +12 |
2014 | 8,480,204 | 6.79 | 40 | 7.14 | -17 |
Presiden
No | Foto | Nama | Dari | Sampai | Keterangan |
---|---|---|---|---|---|
1. | Berkas:Nurmahmudi.jpg | Nurmahmudi Isma'il | 9 Agustus 1998 | 16 April 2000 | Ditunjuk sebagai Menteri Kehutanan di Kabinet Persatuan Nasional |
2. | Hidayat Nur Wahid | 21 Mei 2000 | 11 Oktober 2004 | Terpilih sebagai Ketua MPR | |
3. | Tifatul Sembiring | 11 Oktober 2004 | 23 Oktober 2009 | Ditunjuk sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika di Kabinet Indonesia Bersatu II | |
4. | Luthfi Hasan Ishaaq | 23 Oktober 2009 | 20 Juni 2010 | Pejabat presiden (2009-10) | |
20 Juni 2010 | 1 Februari 2013 | Mengundurkan diri karena ditetapkan tersangka. | |||
5. | Anis Matta | 1 Februari 2013 | petahana |
Kontroversi
PKS Watch
Pada tahun 2010, muncul sebuah situs blog bernama PKSWatch yang mengkritik kebijakan-kebijakan PKS dan menuai reaksi keras dari simpatisan PKS, yang kemudian mendorong terbentuknya blog PKSWatch Watch. Situs ini bukanlah situs resmi PKS. Namun belakangan situs ini tidak kembali muncul ke publik karena merasa adanya perbedaan pandangan dengan PKS.[32]
Forum Kader Peduli
Forum Kader Peduli, berdiri pada September 2008 dan berpusat di Masjid Al Hikmah Mampang Prapatan, tempat PKS pertama kali dideklarasikan. Tokoh penting yang jadi pentolan di forum ini antara lain Yusuf Supendi, salah satu deklarator Partai Keadilan. Namun di balik Yusuf, ada lagi tokoh yang lebih berpengaruh yakni Syamsul Balda, mantan wakil presiden Partai Keadilan. Forum ini ditujukan untuk "membeberkan" "borok" para petinggi PKS saat itu.[33]
Ilusi Negara Islam
Pada 16 Mei 2009, sebuah buku bertajuk Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia diterbitkan oleh The Wahid Institute, Gerakan Bhinneka Tunggal Ika, Maarif Institute, dan Libforall Foundation.[34] Peluncuran buku ini dihadiri oleh mantan presiden, Abdurrahman Wahid, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif dan tokoh Nahdlatul Ulama, Mustofa Bisri.
Buku ini menuai kontroversi baik di dalam maupun luar negeri[35] karena melukiskan PKS dan Hizbut Tahrir Indonesia[36] sebagal kelompok garis keras Islam transnasional. Dalam buku ini, PKS dilukiskan melakukan infiltrasi ke sekolah dan perguruan tinggi negeri dan berbagai institusi yang mencakup pemerintahan dan organisasi kemasyarakatan Islam, antara lain Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.[37] Buku ini diklaim telah melanggar kode etik penelitian dan beberapa informasi yang sulit dipercaya, seperti dicantumkannya Gus Dur sebagai editor, padahal saat itu dia sedang mengalami gangguan penglihatan,[38] sampai gugatan tiga orang dosen IAIN Sunan Kalijaga karena merasa namanya dicatut sebagai tim peneliti.[39]
Keterbukaan
PKS menggelar musyawarah kerja nasional 2008 mereka di Hotel Inna Grand Beach, Sanur, Denpasar, Bali, pada 1 Februari 2008.[40] Sebagian elite partai mendeklarasikan PKS sebagai partai terbuka, yang berarti PKS akan menerima calon non-Muslim bertanding atas tiket partai tersebut.[41][42] Namun, pernyataan tersebut memicu konflik internal antara kalangan petinggi partai. Ketua Dewan Syariah Pusat, Surahman Hidayat menyatakan mendukung langkah tersebut.[43]
Keputusan ini ditentang habis-habisan oleh salah satu pendiri PK, Yusuf Supendi. Ia menuding Ketua Majelis Syura, Hilmi Aminuddin, dan sekretaris jenderal saat itu, Anis Matta (sekarang presiden) sebagai kalangan yang menginginkan PKS sebagai sebuah partai terbuka.[2][44]
Dalam Mukernas ke-2 di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, pada 16 Juni 2010, dibahas pula kemungkinan non-Muslim duduk di kepengurusan partai.[45] Namun, sampai saat ini masih belum ada realisasi dari kemungkinan tersebut, selain adanya beberapa calon legislatif non-Muslim yang bertanding menggunakan tiket PKS untuk pemilihan umum legislatif Indonesia 2014 di daerah pemilihan Indonesia Timur, seperti Nusa Tenggara Timur[46] Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Papua, dan Papua Barat.[47]
Kasus impor daging
Pada 30 Januari 2013, presiden PKS dan anggota DPR, Luthfi Hasan Ishaaq ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka kasus impor daging sapi[48][49] di Kementerian Pertanian, di mana menterinya, Suswono, merupakan kader PKS.[50] Kasus ini turut menyeret Ahmad Fathanah, seorang teman dekat Luthfi yang awalnya diduga juga seorang kader PKS, tetapi kemudian segera dibantah[51] oleh Anis Matta, saat itu sekretaris jenderal dan kemudian naik ke posisi presiden partai. Bantahan ini diulangi lagi oleh Fathanah sendiri di hadapan pengadilan.[52] Luthfi menjadi politikus PKS pertama yang menjadi tersangka KPK.[53]
Yenny Wahid dan Wahabi
Pada April 2013, Yenny Wahid, putri mantan presiden Abdurrahman Wahid, melarang kader partainya, Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru, yang gagal lolos verifikasi KPU untuk pemilihan umum 2014, untuk bergabung dengan PKS atau PKB. Yenny menyatakan bahwa PKBIB mengusung visi ahlus sunnah wal jamaah, dan menyatakan bahwa kadernya tidak boleh bergabung ke partai yang tidak mengusung ideologi tersebut.[54] Menanggapi pernyataan tersebut, presiden Anis Matta juga menyatakan PKS mengusung ideologi ahlus sunnah,[55] dan ketua fraksi PKS di DPR, Hidayat Nur Wahid memprotes pernyataan tersebut.[56]
PKS sering pula dikaitkan dengan isu penganut aliran Wahabi, sebuah gerakan pembaharuan Islam. Isu ini dibantah langsung oleh presiden Anis Matta, yang mengklaim bahwa PKS tidak menganut aliran tertentu dan membuka pintu keanggotaan selebar-lebarnya bagi anggota-anggota ormas Islam lain.[57]
Kader terkenal
Ketua lembaga negara
- Hidayat Nur Wahid:
- Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat: 2004-2009,
- Ketua Fraksi Keadilan Sejahtera di DPR: 2009-2014.
- Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat: 2014-sekarang.
- Anis Matta:
- Wakil Ketua DPR: 2009-2013.
- Sohibul Iman:
- Wakil Ketua DPR: 2013-2014.
- Fahri Hamzah
- Wakil Ketua DPR: 2014-sekarang.
Menteri pemerintahan
- Nur Mahmudi Ismail:
- Menteri Kehutanan: 1999-2000,
- Wali Kota Depok: 2005-2010, 2010-sekarang.
- Anton Apriantono:
- Menteri Pertanian: 2004-2009.
- Adhyaksa Dault:
- Menteri Pemuda dan Olahraga: 2004-2009.
- Muhammad Yusuf Asy'ari
- Menteri Perumahan Rakyat: 2004-2009
- Tifatul Sembiring:
- Menteri Komunikasi dan Informatika: 2009-2014.
- Salim Segaf Al-Jufri:
- Menteri Sosial: 2009-2014.
- Suswono:
- Menteri Pertanian: 2009-2014.
- Suharna Surapranata:
- Menteri Riset dan Teknologi: 2009-2011.
Kepala daerah
- Ahmad Heryawan:
- Gubernur Jawa Barat: 2008-2013, 2013-sekarang.
- Abdul Ghani Kasuba:
- Gubernur Maluku Utara: 2014-sekarang.
- Gatot Pujo Nugroho:
- Gubernur Sumatera Utara: 2011-2013, 2013-sekarang.
- Irwan Prayitno:
- Gubernur Sumatera Barat: 2010-sekarang.
Referensi
- ^ Luth, Thohir (1999). M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Gema Insani. ISBN 978-979-561-551-4.
- ^ a b c d e f g h i j k l Muhtadi, Burhanuddin (2012). Dilema PKS: Suara dan Syariah. Jakarta, Indonesia: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG). ISBN 9789799104380.
- ^ a b c d Machmudi, Yon. 2008. Islamising Indonesia: The Rise of Jemaah Tarbiyah and the Prosperous Justice Party (PKS). Canberra: Australian National University Press. ISBN 9781921536250
- ^ Dijk, C. van (Cornelis). Rebellion under the banner of Islam : the Darul Islam in Indonesia. The Hague: M. Nijhoff, 1981. ISBN 90-247-6172-7
- ^ Sejarah awal FSDK di situs resmi LDK Insani Universitas Diponegoro
- ^ Richard Kraince. "The Role of Islamic Student Groups in the Reformation Struggle: KAMMI". Studia Islamika, vol. 7, no. 1, 2000
- ^ Ananta, Aris; Arifin, Evi Nurvidya & Suryadinata, Leo (2004), Indonesian Electoral Behaviour: A Statistical Perspective, Indonesia's Population Series, Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, ISBN 978-981-230-224-3, diakses tanggal 2009-06-06.
- ^ Zein, Fathurin (2004). NU politik: Analisis wacana media. Jakarta, Indonesia: PT LKiS Pelangi Aksara. hlm. 284. ISBN 9789793381466.
- ^ Profil Partai Keadilan Sejahtera di Gatra
- ^ Sissener, Tone (2004). The Republic of Indonesia: General and Presidential Elections, April – September 2004 (PDF). Norwegian Centre for Human Rights. ISBN 978-82-90851-80-9. Diakses tanggal 9 June 2009.
- ^ Ananta, Aris; Arifin, Evi Nurvidya & Suryadinata, Leo (2005). Emerging Democracy in Indonesia. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies. ISBN 978-981-230-322-6.
- ^ a b c Rahmat, Imdadun (2008). Ideologi politik PKS: dari masjid kampus ke gedung parlemen (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: LKiS Pelangi Aksara. ISBN 9789791283762.
- ^ a b Damanik, Ali Said. Fenomena Partai Keadilan: Transformasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah di Indonesia. Jakarta: Teraju.
- ^ Wickham, Carrie Rosefsky. 2002. Mobilizing Islam: Religion, Activism and Political Change in Egypt. New York: Columbia University Press. ISBN 0-231-12573-9.
- ^ Syarifah Nur Aida, "Kumpulkan Kader di Turki, PKS Incar Satu Kursi di Luar Negeri". Detik.com, 22 April 2013
- ^ Sadanand Dhume, Indonesian democracy’s enemy within, YaleGlobal.
- ^ Sopyani, Yayan, "Jubir PKS: Kita Hanya Punya Hubungan Hati dengan Ikhwanul Muslimin di Mesir". Rakyat Merdeka Online, 4 Juli 2013
- ^ "PKS Bantah Terlibat Revolusi Mesir". Kompas, 6 Februari 2011
- ^ Indra Subagja, "PKS Berduka untuk Morsi, Desak Pemerintah RI Tekan Militer Mesir". Detik.com, 5 Juli 2013
- ^ Qaradhawi, DR. Yusuf (2001), Umat Islam Menyongsong Abad ke-21, Era Intermedia, Solo, ISBN 979-9183-56-1 pp. 92;
- ^ "Pendiri Akui PKS Memang Ikhwanul Muslimin". Tempo, 10 Februari 2013
- ^ Febriana Firdaus. "PKS dan Ikhwanul Muslimin Ada Hubungan Cita-Cita ". Yahoo! Indonesia, 11 Februari 2013
- ^ Febriana Firdaus, "PKS Mirip Partai Keadilan di Turki dan Mesir". Tempo, 11 Februari 2013
- ^ "PKS Pelajari Kemenangan ala Partai Keadilan & Pembangunan Turki". Republika, 24 Februari 2012
- ^ Rachmadin Ismail, "Presiden PKS Kumpulkan Pengurus PKS Sedunia di Turki". Detik.com, 24 April 2013
- ^ "Tifatul: Sejak Berdiri, PKS Selalu Bantu Palestina". Detik.com, 19 November 2012
- ^ "Siang Ini, 150 Ribu PKS Demo Bela Palestina". VIVA.co.id, 20 Maret 2010
- ^ Ya'cob Biliocta. "PKS kecam Amerika yang tak dukung kemerdekaan Palestina". Merdeka.com, 30 November 2011
- ^ "Ikut Demo PKS, Sabam Sirait Kutuk Israel". Okezone, 20 Maret 2010
- ^ "Sumbang Palestina, PKS Lelang Hiasan Meja". Kompas, 25 November 2012
- ^ "PKS Madiun Galang Dana untuk Palestina". Tempo, 23 November 2012
- ^ "Blog yang Bikin Warga PKS 'Murka' Akhirnya Ditutup". Eramuslim, 21 Juni 2010
- ^ "Puncak Kemarahan Faksi Keadilan Pada Kesejahteraan". Detik.com, 24 Maret 2011
- ^ "Buku Ilusi Negara Islam Diluncurkan". Republika, 17 Mei 2009
- ^ "Mahasiswa Mesir Kritik Total Buku Ilusi Negara Islam". Eramuslim, 29 Juni 2009
- ^ Indra Subagja. "Hizbut Tahrir: Buku Ilusi Negara Islam Tak Toleran". Detik.com, 22 Mei 2009
- ^ Indra Subagja. "'Ilusi Negara Islam', Respons NU & Muhammadiyah Atas PKS & Hizbut Tahrir". Detik.com, 22 Mei 2009
- ^ Saiful Khaliq S. "Ethical Research Misconduct dalam ‘Ilusi Negara Islam’". Eramuslim, 20 Juni 2009
- ^ Indra Subagja. "Dicatut, Dosen UIN Yogyakarta Gugat 'Ilusi Negara Islam'". Detik.com, 27 Mei 2009
- ^ Arifin Asyhdad. "Tak Ada Gema Takbir di Pembukaan Mukernas PKS". Detik.com, 2 Februari 2008
- ^ Elvan Dany Sutrisno. "Yusuf Supendi dan Simpul Perpecahan PKS". Detik.com, 18 Maret 2011
- ^ "PKS Nyatakan Terbuka Menerima Kader Non-Muslim". Republika, 20 Juni 2010
- ^ "'PKS Terbuka Bukan Ikut-ikutan'". Diarsipkan dari Republika, 1 Februari 2008,
- ^ "Pendiri PKS Serang Anis Matta". Padang Ekspres, 4 Februari 2013
- ^ Andri Haryanto. "Munas II PKS Bahas Kemungkinan Non Muslim Jadi Pengurus Partai". Detik.com, 16 Juni 2010
- ^ Mohamad Taufik. "PKS NTT daftarkan 20 Caleg non-muslim". Merdeka.com, 22 April 2013
- ^ "Ada Pendeta Jadi Caleg PKS". Republika, 22 April 2013
- ^ "Jadi Tersangka, Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq Dijemput KPK" (html). Diakses tanggal 31 Januari 2012.
- ^ Moksa Hutasoit, "Kronologi Kasus Suap Daging Sapi Impor Terkait Anggota DPR Luthfi Hasan". Detik.com, 30 Januari 2013
- ^ "Menteri Suswono Bisa Terseret Kasus Daging Impor?". Tempo, 1 Februari 2013
- ^ Febriana Firdaus, "Anis: Fathanah Bukan Kader PKS, tapi Sahabat Luthfi". Tempo, 13 Mei 2013
- ^ Fajar Pratama, "Fathanah: Saya Calo, Saya Bukan Kader PKS, Saya Sahabat Luthfi". Detik.com, 17 Mei 2013
- ^ Ahmad Toriq, "Luthfi Hasan, Politikus PKS Pertama yang Jadi Tersangka KPK". Detik.com, 30 Januari 2013
- ^ Nur Khafifah, "Tetap di PKBIB, Yenny Larang Kader Merapat ke PKB dan PKS". Detik.com, 16 April 2013
- ^ "Tanggapi Yenny, Anis: PKS Juga Ahlu Sunnah". Republika, 17 April 2013
- ^ Syahrul Ansari, "PKS Protes Pernyataan Yenny Wahid". VIVA.co.id, 16 April 2013
- ^ Abdul Aziz, "PKS bantah beraliran Wahabi". Antara, 4 Juni 2013
Pranala luar
- (Indonesia) (Inggris) (Arab) Situs web resmi
- Situs resmi Fraksi PKS di DPR