DHL Supply Chain
DHL Supply Chain adalah sebuah divisi dari Deutsche Post DHL dan terafiliasi dengan DHL.
Divisi | |
Industri | Logistik |
Kantor pusat | Bonn, Jerman |
Tokoh kunci | Oscar de Bok, CEO[1] |
Pendapatan | €14 milyar (2016)[2] |
Pemilik | Deutsche Post DHL |
Karyawan | 200.000 |
Situs web | www.dhl.com |
Pada tahun 2016, DHL Supply Chain membagi bisnisnya ke tiga sektor, yakni Ilmu Kehidupan & Perawatan Kesehatan, Otomotif, serta Teknologi. Sektor Otomotif, yang menawarkan jasa Logistik Pihak Keempat, telah bergeser ke Tiongkok, India, dan Meksiko, karena negara-negara tersebut kini menjadi produsen kendaraan dan suku cadang yang penting.[3] Di Kanada dan Amerika Serikat, DHL Supply Chain beroperasi dengan nama Exel hingga bulan Januari 2016.
Pada tahun 2016, pendapatan DHL Supply Chain menurun sebesar 11,6% menjadi €14,0 milyar, namun laba operasionalnya meningkat sebesar 27,4% menjadi €572 juta.[2]
Sejarah
sunting- 1969 – DHL didirikan oleh Adrian Dalsey, Larry Hillblom dan Robert Lynn di San Francisco.
- 1971 – DHL mengembangkan jaringan pengiriman kilatnya secara cepat dan berhasil menjadi mitra kepercayaan sejumlah perusahaan. DHL juga berekspansi ke Timur Jauh dan Lingkar Pasifik.
- 1972 – DHL berekspansi ke Jepang, Hong Kong, Singapura, dan Australia.
- 1974 – DHL membuka kantor pertamanya di Britania Raya, tepatnya di London. Secara global, DHL telah memiliki 3.052 klien dan 314 staf.
- 1976–1978 – DHL berekspansi ke Timur Tengah, Amerika Latin, dan Afrika.
- 1977 – DHL membuka kantor pertamanya di Jerman, tepatnya di Frankfurt.
- 1979 – DHL mengembangkan bisnisnya ke pengantaran paket. Hanya jasa pengantaran dokumen yang tersedia sampai saat ini
- 1983 – DHL merupakan perusahaan ekspedisi muatan udara pertama yang melayani Eropa Timur. DHL juga membuka pusat distribusi internasional di Cincinnati, Amerika Serikat.
- 1985 – DHL membuka sebuah Pusat distribusi canggih di Brussels. Lebih dari 165.000 kiriman ditangani di sana tiap malam.
- 1986 – DHL mengadakan kerja sama operasi dengan Republik Rakyat Tiongkok dan menjadi penyedia jasa pengiriman kilat pertama di Tiongkok.
- 1990 – DHL membentuk aliansi strategis dengan Lufthansa, Japan Airlines, dan Nissho Iwai.
- 1991 – DHL menjadi penyedia jasa pengiriman kilat internasional pertama yang kembali beroperasi di Kuwait pasca terjadinya Perang Teluk.
- 1993 – DHL berinvestasi sebesar 60 juta dolar untuk membangun sebuah pusat distribusi baru di Bahrain.
- 1998 – Deutsche Post menjadi salah satu pemegang saham DHL.
- 2002 – Deutsche Post World Net menjadi pemegang mayoritas saham DHL mulai tanggal 1 Januari. Pada akhir tahun, perusahaan tersebut telah memegang 100% saham DHL.[4]
- 2003 – Deutsche Post, DHL, dan Postbank mulai menerapkan arsitektur grup yang masih dipakai hingga saat ini. DHL bertindak sebagai merek eksklusif untuk semua aktivitas logistik dan pengiriman kilat. DHL juga mengubah warna perusahaannya dari merah dan putih menjadi kuning dan merah. Pada bulan April, transformasi visual dari semua kendaraan, bahan pengemasan, dan bangunan milik DHL mulai dilakukan.
- 2004/2005 – Pasca tsunami di Asia Selatan, DHL dengan lebih dari 40 kantor yang tersebar di wilayah yang terdampak bencana, menanggapi secara cepat permintaan dari pemerintah dan organisasi amal. DHL ikut membantu dengan menyediakan penerbangan sewaan gratis untuk membawa pasokan sembako, transportasi darat, serta donasi dalam bentuk uang. Pegawai DHL dari seluruh dunia pun meluncurkan kampanye donasi. Tim Tanggap Bencana DHL juga didirikan untuk mendukung upaya tanggap bencana dari PBB dan komunitas internasional.
- 2005 – Deutsche Post World Net mengakuisisi Exel, sebuah perusahaan logistik asal Britania Raya, pada bulan Desember dengan harga 5,5 milyar euro.
- 2007 – Pusat Inovasi DHL dibuka di dekat Bonn. Sebagai pusat riset dan pengembangan, misinya adalah untuk mengembangkan produk yang inovatif dan dapat dipasarkan, sesuai tren logistik di masa depan. Proyek organisasi ini direalisasikan melalui kemitraan inovasi dengan dunia bisnis dan kemitraan riset.
- 2008 – DHL membuka pusat distribusi kargo udara baru untuk Eropa, tepatnya di Bandar Udara Leipzig/Halle, Jerman. Pusat tersebut diharapkan dapat mengembangkan jaringan internasional DHL dan menyediakan konektivitas yang lebih besar, serta memungkinkan DHL untuk meningkatkan layanannya pada klien secara umum.
- 2009 – Deutsche Post mempresentasikan Strategy 2015 dan mengubah namanya menjadi Deutsche Post DHL.[5]
Kantor pusat
suntingDHL Supply Chain didaftarkan sebagai badan hukum di Bonn, Jerman sebagai bagian dari kantor pusat global Deutsche Post DHL. Gedung utama DHL adalah Post Tower. Terletak di bekas kompleks pemerintahan dan dibangun dengan banyak kaca, gedung tersebut merupakan salah satu contoh arsitektur modern. Menara tersebut memiliki tinggi 162 meter (531,5 kaki), panjang 82 meter (269 kaki), dan lebar 41 meter (134,5 kaki).[6]
Merger dan akuisisi
suntingDeutsche Post resmi mengakuisisi penyedia jasa logistik asal Swiss, Danzas dan penyedia jasa kargo udara internasional terbesar di Amerika, Air Express International (AEI) pada tahun 1999. Didirikan pada tahun 1815, Danzas dianggap sebagai salah satu perusahaan logistik terkemuka di dunia. Dengan sekitar 29.000 pegawai saat diakuisisi, Danzas memiliki jaringan logistik yang kuat di semua benua.[6]
Akuisisi terhadap AEI juga mirip. AEI memiliki cabang di 135 negara. Selain logistik terintegrasi dan transportasi multimoda, AEI menawarkan pergudangan, distribusi, pemrosesan bea, dan jasa logistik berbasis teknologi informasi. AEI kemudian diintegrasikan ke dalam divisi Antarbenua dari Danzas. Sebagai sebuah penyedia layanan penuh, gabungan antara kedua perusahaan tersebut memberi Deutsche Post jaringan transportasi yang luas serta portofolio layanan nilai tambah yang banyak.[6]
Kemitraan dengan DHL International, yang dimulai dengan pembelian saham minoritas pada tahun 1998, diperkuat pada tahun 2000. Negosiasi kemudian dilakukan, sehingga Deutsche Post dapat menjadi pemegang saham mayoritas mulai tanggal 1 Januari 2002. Pada bulan Juli 2002, Deutsche Post mengakuisisi 25% saham DHL dari Lufthansa Cargo, sehingga Deutsche Post resmi memegang 75% saham DHL.[6]
Pada saat itu, DHL Worldwide Express telah memiliki lebih dari 71.000 pegawai di seluruh dunia. Sebagai pelopor di bisnis pengapalan kilat global, jaringan internasional DHL menghubungkan lebih dari 220 negara dan teritori. DHL resmi menjadi anak usaha Deutsche Post pada bulan Desember 2002 setelah Deutsche Post mengakuisisi sisa saham DHL yang dipegang oleh dua investment fund dan Japan Airlines.[6]
Pada bulan Desember 2005, Deutsche Post mengakuisisi perusahaan logistik asal Britania Raya, Exel dengan harga 5,5 milyar euro. Pada saat itu, Exel mempekerjakan sekitar 111.000 orang di 135 negara.[6] Exel pun menutup semester pertama tahun 2005 dengan peningkatan laba sebesar 55% menjadi 172 juta poundsterling (251 juta euro).[6]
Pada tahun 2006, Deutsche Post membeli mayoritas saham Williams Lea, sebuah penyedia jasa alih daya proses bisnis yang fokus pada manajemen dokumen dan jasa pos.[7]
Pada bulan Juli 2011, DHL mengakuisisi Tag Worldwide, sebuah penyedia jasa produksi dan eksekusi pemasaran internasional.[8]
Pada tahun 2017, DHL menjual Williams Lea Tag ke Advent International.[9]
Pada bulan Mei 2018, DHL Supply Chain memperkuat eksistensinya di Amerika Latin dengan mengakuisisi perusahaan logistik asal Kolombia, Suppla Group. Pada saat diakuisisi, Suppla mempekerjakan lebih dari 4.500 orang di 25 kota di Kolombia.[10]
Wilayah dan sektor
suntingDHL Supply Chain terorganisasi menjadi enam wilayah, yakni Amerika Utara; Amerika Selatan; Asia Pasifik; Tiongkok; Eropa Daratan; Timur Tengah, dan Afrika; serta Britania Raya dan Irlandia. Merek Exel tetap dipertahankan di Amerika Utara (Amerika Serikat dan Kanada), dengan kantor pusat regional di Westerville, Ohio. Pada tahun 2016, merek Exel mulai digantikan merek DHL Supply Chain. DHL Supply Chain berbisnis di enam sektor utama, yakni Otomotif, Rekayasa, Manufaktur, Kimia, dan Energi; Konsumen; Ritel; Teknologi; Logistik Jasa; serta Ilmu Kehidupan dan Perawatan Kesehatan.
Konsumen dan ritel
suntingKonsumen dan Ritel adalah dua sektor terbesar DHL Supply Chain. Keduanya menawarkan potensi pertumbuhan besar untuk divisi ini, karena DHL mengelola rantai pasok mulai dari pengadaan bahan baku hingga pengantaran ke konsumen. Jasa yang ditawarkan di sektor ini meliputi logistik bahan baku internasional serta jasa gudang dan transportasi, hingga pengemasan dan layanan nilai tambah lainnya.
Teknologi
suntingPada sektor Teknologi, portofolio jasa DHL Supply Chain meliputi jasa bahan baku sampai produksi, serta jasa gudang dan transportasi, hingga pengemasan terintegrasi, manajemen pengembalian, dan jasa teknis.
Ilmu Kehidupan & Perawatan Kesehatan
suntingPada tahun 2011, DHL Supply Chain mengakuisisi Eurodifarm, sebuah penyedia jasa distribusi farmasi dan produk diagnostik yang suhunya harus terkendali. Akuisisi tersebut dilakukan untuk memperkuat kepemimpinan pasar DHL Supply Chain di Italia di sektor tersebut.
Di Inggris, DHL Supply Chain mengoperasikan NHS Supply Chain untuk National Health Service hingga bulan April 2019.[11] Divisi ini memegang kontrak untuk jasa transportasi pasien di North London. Namun menuai kritik karena waktu tanggap yang lama dan karena menolak permintaan penyandang disabilitas untuk membawa pendamping. Sementara Royal Free London NHS Foundation Trust mengawasi pusat panggilan.[12]
Otomotif
suntingIndustri otomotif merupakan salah satu sektor global dari DHL Supply Chain. Divisi ini memiliki eksistensi kuat di negara berkembang, seperti Tiongkok, India, dan Brazil.
Energi
suntingPada sektor energi yang berkembang cepat, divisi ini menyediakan jasa logistik untuk fase pembangunan dari proyek energi besar, maupun saat telah dioperasikan.
Produk
suntingPada bisnis Rantai Pasok, DHL Supply Chain menyediakan jasa logistik untuk klien di sejumlah sektor industri di seluruh rantai pasoknya, mulai dari perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan, dan pengantaran hingga logistik pengembalian dan layanan nilai tambah – untuk memastikan logistik tetap mengalir.[13]
DHL Supply Chain menawarkan jasa pergudangan, distribusi, transportasi terkendali, dan layanan nilai tambah, serta alih daya proses bisnis, manajemen rantai pasok, dan konsultansi. Tujuan DHL Supply Chain adalah untuk memastikan bahwa produk dan informasi dari kliennya sampai ke pasar secepat dan seefisien mungkin, sehingga menciptakan keunggulan kompetitif.[13]
Produk utama DHL Supply Chain antara lain Logistik Pihak Keempat, Jasa Pengemasan, Pengadaan Logistik Terintegrasi, Jasa Teknis, Logistik Suku Cadang, Pemrosesan Pesanan Secara Elektronik, dan Bisnis Penerbangan.[13]
Posisi pasar
suntingDHL Supply Chain dulu merupakan pemimpin pasar global di bidang logistik kontrak dengan pangsa pasar 8,3% (2010). Di pasar yang sangat terfragmentasi tersebut, sepuluh penyedia jasa logistik kontrak terbesar hanya menguasai sekitar 23% dari total pasar, yang total nilainya diperkirakan mencapai €147 milyar. DHL Supply Chain merupakan pemimpin pasar di regional Amerika Utara, Eropa, dan Asia Pasifik, serta memiliki posisi yang kuat di wilayah yang cepat tumbuh, seperti Brazil, India, Tiongkok, dan Meksiko.
Hasil keuangan
suntingDHL Supply Chain, sebagai bisnis logistik kontrak dari Deutsche Post DHL, menghasilkan pertumbuhan yang menguntungkan pada tahun 2011. Pendapatan dan labanya lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Divisi ini mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 1,2% menjadi EUR 13,2 milyar (2010: EUR 13,1 milyar). Sebagai hasil dari penyesuaian portofolio yang dilakukan pada tahun 2011, seperti divestasi anak usaha di Amerika Serikat yang tidak menjadi bagian dari bisnis inti divisi, sehingga hasil tersebut hanya mencerminkan sebagian performa operasi dari divisi ini. Disesuaikan dengan efek konsolidasi dan nilai tukar, pendapatan divisi ini naik hampir 6%, atau lebih dari EUR 700 juta, pada tahun 2011.[14]
Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh pertumbuhan pesat di wilayah Asia Pasifik serta di sektor Ilmu Kehidupan & Perawatan Kesehatan serta Otomotif. Kontrak tambahan senilai EUR 1,3 milyar berhasil diselesaikan pada tahun 2011, meningkat sekitar EUR 200 juta dari tahun sebelumnya. Dibarengi dengan peningkatan operasional dan manajemen biaya yang ketat, peningkatan aktivitas bisnis ikut meningkatkan laba divisi ini pada tahun 2011. Dengan EUR 362 juta, laba operasional divisi ini 56,7% lebih tinggi daripada laba operasional tahun sebelumnya yang hanya EUR 231 juta.
Referensi
sunting- ^ "DHL Supply Chain appoints Oscar de Bok as new CEO for Mainland Europe, Middle East and Africa". www.dhl.com. 28 June 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-10-17. Diakses tanggal 2020-10-16.
- ^ a b [1]
- ^ "SUPPLY CHAIN Division 2016".
- ^ [2]
- ^ [3] Diarsipkan 28 December 2018 di Wayback Machine., DHL Website-Company Portrait
- ^ a b c d e f g [4] Diarsipkan 1 September 2011 di Wayback Machine., DPDHL Website – History
- ^ [5], DPDHL Website – Press Release 2006
- ^ Nias, Simon (12 July 2011). "Williams Lea to acquire Tag Worldwide". Print Week. Diakses tanggal 2 January 2017.
- ^ Editorial, Reuters. "Deutsche Post sells British unit Williams Lea to Advent". U.S. (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-11-29.
- ^ "DHL strengthens Latin America presence by acquiring Suppla Company in Colombia" (Siaran pers). dpdhl.com. May 22, 2018. Diakses tanggal May 22, 2018.
- ^ "DHSC awards £730m NHS logistics contract following High Court victory". Health Service Journal. 5 September 2018. Diakses tanggal 8 October 2018.
- ^ "Healthwatch chief waits over an hour for transport company to answer call". Health Service Journal. 29 November 2019. Diakses tanggal 2 December 2019.
- ^ a b c "DPDHL Annual Report 2011" (PDF).
- ^ [6], DPDHL Annual Earnings 2011 Press Release