Kebingungan (Buddhisme)

(Dialihkan dari Kegelisahan (Buddhisme))

Kebingungan atau kegelisahan (Pali: uddhacca; Sanskerta: auddhatya) adalah suatu faktor mental yang biasanya dikategorikan sebagai tidak baik. Dalam aliran Theravāda, uddhacca didefinisikan sebagai faktor mental yang ditandai dengan adanya keresahan, seperti air yang dicambuk oleh angin.[1] Dalam aliran Mahāyāna, auddhatya didefinisikan sebagai faktor mental yang menyebabkan pikiran kita terbang dari suatu objek dan mengingat sesuatu yang lain.[2][3]

Terjemahan dari
kebingungan
Indonesiakebingungan; kegelisahan
Inggrisexcitement
restlessness
ebulience
flightiness of mind
Paliuddhacca
Sanskertaauddhatya
Tionghoa掉擧
Tibetanརྒོད་པ།
(Wylie: rgod pa;
THL: göpa
)
Myanmarဥဒ္ဓစ္စ
VietnamTrạo cử
Khmerឧទ្ធច្ចៈ
(UNGEGN: udthorch-chak)
Daftar Istilah Buddhis

Kebingungan diidentifikasi dalam konteks:

Definisi

sunting

Theravāda

sunting

Bhikkhu Bodhi menyatakan:

Kebingungan (atau kegelisahan) memiliki karakteristik gelisah, seperti air yang dihempas angin. Fungsinya adalah membuat batin tidak tenang, seperti angin yang membuat riak pada spanduk. Kebingungan ini terwujud sebagai kekacauan. Penyebab langsungnya adalah perhatian yang tidak bijaksana terhadap kegelisahan mental.[1]

Kitab Visuddhimagga (II, Bagian IX, Bab I, 250) memberikan definisi uddhacca sebagai berikut:

...Ia memiliki gairah mental sebagai ciri khas, seperti air yang terombang-ambing oleh angin; goyangan sebagai fungsi, seperti bendera yang berkibar tertiup angin; berputar sebagai manifestasi seperti abu yang berserakan dihantam batu; pikiran yang tidak sistematis karena kegembiraan mental sebagai penyebab langsung; dan kebingungan harus dianggap sebagai gangguan mental atas suatu objek yang menggairahkan.[5]

Nina van Gorkom menjelaskan:

Kitab-kitab komentar menggambarkan dengan perumpamaan bahwa ketika ada uddhacca, tidak ada keteguhan, tidak ada kondisi yang stabil, ketenangan, dari kusala (kebaikan). Ketika ada uddhacca, ada kelupaan akan kusala, sedangkan ketika ada perhatian (sati), maka ada kewaspadaan, tidak melupakan kusala, baik itu kemurahan hati, moralitas, pengembangan meditasi ketenangan (samatha) atau pandangan-terang (vipassanā). Perhatian-penuh (sati) adalah kewaspadaan sehingga kesempatan untuk kusala tidak terbuang sia-sia.
Uddhacca tidak sama dengan apa yang kita maksud dengan “kegelisahan” (restlessness dan agitation) dalam bahasa konvensional. Ketika kita menggunakan kata "kegelisahan", kita biasanya berpikir tentang kebencian dan perasaan tidak menyenangkan. Akan tetapi, uddhacca muncul bersama setiap akusala citta (kesadaran yang tidak baik), tidak hanya dengan citta yang berakar pada kebencian (dosa-mūla-citta), tetapi juga dengan citta yang berakar pada keserakahan (lobha-mūla-citta), dan citta yang berakar pada delusi/kebodohan batin (moha-mūla-citta). Ketika ada uddhacca, kita menjadi lupa akan kusala, kita tidak mampu menerapkan diri kita pada jenis kusala apa pun. Bahkan, ketika ada perasaan menyenangkan, misalnya, ketika kita melekat pada tempat yang tenang, ada kegelisahan, uddhacca, yang muncul bersama dengan lobha-mūla-citta. Kita mungkin berpikir bahwa kita tenang pada saat seperti itu, tetapi sebenarnya kita memiliki “kegairahan mental”.[5]

Mahāyāna

sunting

The Abhidharma-samuccaya menyatakan:

Apa itu auddhatya? Kegelisahan batin yang dikaitkan dengan hawa nafsu (rāga) yang melibatkan hal-hal yang dianggap menyenangkan. Fungsinya adalah untuk menghalangi ketenangan.[2]

Mipham Rinpoche menyatakan:

Kebingungan adalah ketertarikan terhadap suatu objek yang menarik dan termasuk dalam kategori nafsu-keinginan. Kebingungan adalah ketidakmampuan mental karena batin bergerak ke arah suatu objek, dan menimbulkan rasa bingung. Kebingungan merupakan hambatan untuk ketenangan.[3]

Alexander Berzin menjelaskan:

Kebingungan batin (rgod-pa) merupakan bagian dari nafsu yang mendamba (rāga). Kesadaran tambahan lah yang menyebabkan perhatian kita melayang dari objeknya, dan sebaliknya mengingat atau memikirkan sesuatu yang menarik yang pernah kita alami sebelumnya. Dengan demikian, kebingungan menyebabkan kita kehilangan kedamaian batin.[6]

B. Allan Wallace menyatakan:

Kebingungan merupakan istilah teknis yang secara khusus berkaitan dengan meditasi: batin menjadi gelisah karena secara kompulsif tertarik pada suatu objek keinginan.[7]

Referensi

sunting
  1. ^ a b Bhikkhu Bodhi (2003), hlm. 83
  2. ^ a b Guenther (1975), Kindle Locations 953-954.
  3. ^ a b Kunsang (2004), hlm. 29.
  4. ^ "AN.10.13". agama.buddhason.org. Diakses tanggal 2023-05-24. 
  5. ^ a b Gorkom (2010), Definition of Ignorance, Shamelessness, Recklessness and Restlessness Diarsipkan 2013-02-09 di Wayback Machine.
  6. ^ Berzin (2006)
  7. ^ Goleman (2008), Kindle Locations 2481-2482

Daftar pustaka

sunting
  • Berzin, Alexander (2006), Primary Minds and the 51 Mental Factors
  • Bhikkhu Bodhi (2003), A Comprehensive Manual of Abhidhamma, Pariyatti Publishing
  • Goleman, Daniel (2008). Destructive Emotions: A Scientific Dialogue with the Dalai Lama. Bantam. Kindle Edition.
  • Guenther, Herbert V. & Leslie S. Kawamura (1975), Mind in Buddhist Psychology: A Translation of Ye-shes rgyal-mtshan's "The Necklace of Clear Understanding" Dharma Publishing. Kindle Edition.
  • Kunsang, Erik Pema (translator) (2004). Gateway to Knowledge, Vol. 1. North Atlantic Books.
  • Nina van Gorkom (2010), Cetasikas, Zolag