Kereta api Progo

layanan kereta api di Indonesia
(Dialihkan dari Kereta api Empu Jaya)

Kereta api Progo merupakan layanan kereta api penumpang kelas ekonomi[1] yang dioperasikan oleh Kereta Api Indonesia (KAI) dengan melayani relasi LempuyanganPasar Senen melalui lintas tengah Jawa. Nama Progo berasal dari nama salah satu sungai yang membelah Kabupaten Bantul, Kulon Progo, dan Sleman, DI Yogyakarta yaitu, Kali Progo.

Kereta api Progo

Papan kereta api Progo sebelum menggunakan rangkaian generasi terbaru dan masih digunakan untuk petunjuk KA di setiap peron stasiun saja.
Kereta api Progo pada Februari 2021
Informasi umum
Jenis layananKereta api antarkota
StatusBeroperasi
PendahuluSenja Ekonomi
Empu Jaya
Mulai beroperasi4 Juni 2002
Operator saat iniKereta Api Indonesia
Lintas pelayanan
Stasiun awalLempuyangan
Jumlah pemberhentianLihatlah di bawah
Stasiun akhirPasar Senen
Jarak tempuh512 km
Waktu tempuh rerata8 jam 32 menit [1]
Frekuensi perjalananSatu kali keberangkatan tiap hari [1]
Jenis relRel berat
Pelayanan penumpang
KelasEkonomi[1]
Pengaturan tempat duduk72 tempat duduk disusun 2-2; kursi dapat direbahkan dan diputar secara arah perjalanan KA.
Fasilitas restorasiAda
Fasilitas observasiKaca dupleks bertirai
Fasilitas hiburanAda
Fasilitas lainToilet, tabung pemadam, penyejuk udara
Teknis sarana dan prasarana
Lebar sepur1.067 mm
Kecepatan operasional70 s.d 90 km/jam
Pemilik jalurDitjen KA, Kemenhub RI
Nomor pada jadwal247-248

Sejarah dan pengoperasian

sunting

Kereta api ini pertama kali beroperasi sekitar tahun 1970-an sebagai salah satu layanan kereta api Senja.[butuh rujukan] Setelah dilakukan penataan ulang, kereta api ini mengalami perubahan nama menjadi Senja Ekonomi Yogya pada 1980-an dengan rute YogyakartaGambir. Rute kereta api ini kemudian diubah menjadi LempuyanganPasar Senen.[per kapan?]

Seiring dengan penggantian rangkaian kereta secara keseluruhan, kereta api ini kembali mengalami perubahan nama menjadi Empu Jaya, merupakan singkatan dari "Lempuyangan–Jakarta".[per kapan?] Pada 4 Juni 2002, nama kembali diubah menjadi Progo seiring dengan banyaknya kasus kecelakaan pada kereta api Empu Jaya.[2]

Dahulu kereta api ini pernah mendapat subsidi public service obligation (PSO) dari pemerintah hingga April 2016. Sejak subsidi tarifnya dicabut, kereta api ini pernah beberapa kali ditambahkan kelas eksekutif untuk menambah kapasitas penumpang meskipun terbilang jarang.

Sejak berlaku grafik perjalanan kereta api (Gapeka 2021), mulai 10 Februari 2021, kereta api Progo sempat dipindahkan operasionalnya dari Daerah Operasi VI Yogyakarta menjadi Daerah Operasi I Jakarta, serta rangkaian keretanya dimutasi ke Depo Kereta Jakarta Kota (JAKK). Namun, per 1 Juni 2023, dimulai dengan pemberlakuan grafik perjalanan kereta api (Gapeka 2023), operasional kereta api ini dikembalikan ke Daerah Operasi VI Yogyakarta dan rangkaian keretanya kembali dimutasi ke Depo Induk Yogyakarta.[1]

Mulai 15 Oktober 2024, kereta api ini resmi menggunakan kereta ekonomi generasi terbaru berbahan baja nirkarat buatan PT INKA Madiun.[3] Rangkaian kereta api ini terdiri dari delapan kereta kelas ekonomi, satu kereta makan kelas eksekutif, dan satu kereta pembangkit.

Insiden

sunting

Pada 25 Desember 2001 bertepatan Hari Natal, sekitar pukul 04.33 WIB, Kereta api Empu Jaya dengan nomor perjalanan 146 menabrak Kereta api Gaya Baru Malam Selatan dengan nomor perjalanan 153 yang sedang menunggu bersilangan di jalur 3 emplasemen Stasiun Ketanggungan Barat, Brebes. Tabrakan tersebut terjadi dikarenakan KA 146 melanggar sinyal masuk stasiun Ketanggungan Barat yang beraspek merah (tanda bahwa kereta harus berhenti). Peristiwa ini mengakibatkan 31 orang tewas dan 53 lainnya luka berat termasuk masinis dari KA 146.[4]

Pada 3 Juli 2009, kereta api Progo menabrak mobil di perlintasan tanpa pintu di Gambarsari, Kebasen, Banyumas saat mobil sedang mogok. Ketiga orang berhasil menyelamatkan diri.[5]

Terjadi pembakaran jalan rel oleh dua orang pelajar di km 302+01 pada 9 April 2015. Dua remaja tersebut ditangkap petugas PT KAI di sekitar Stasiun Linggapura. Kejadian tersebut dilaporkan oleh seorang masinis dan asisten saat berdinas kereta api Progo.[6]

Galeri

sunting

Lihat Pula

sunting

Referensi

sunting

Pranala luar

sunting