Rumpun bahasa Japonik Kepulauan
Rumpun bahasa Japonik Kepulauan adalah cabang utama dari rumpun bahasa Japonik yang dituturkan di Kepulauan Jepang dan Ryukyu, selain Japonik Semenanjung yang pernah dituturkan di Semenanjung Korea. Penggolongan ini diusulkan oleh Aleksandr Vovin, dan diterima oleh mayoritas pakar linguistik.[1]
Japonik Kepulauan | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Wilayah | Kepulauan Jepang dan Ryukyu | ||||||||
Penutur | |||||||||
| |||||||||
Kode bahasa | |||||||||
ISO 639-3 | – | ||||||||
Lokasi penuturan | |||||||||
Peta penyebaran rumpun bahasa Japonik Kepulauan | |||||||||
Portal Bahasa | |||||||||
Sejarah
suntingSebagian besar peneliti setuju bahwa bahasa Japonik dibawa ke Kepulauan Jepang pada abad ke-7 SM hingga ke-3 SM oleh para pembudidaya padi basah oleh para Yayoi di Kyushu bagian utara, menggantikan penduduk asli Jomon yang terasimilasi atau menyingkir ke timur laut.[2] Toponim menunjukkan bahwa bahasa Ainu atau kerabatnya pernah digunakan di Jepang bagian timur.[3][4][5] Kemudian para penutur bahasa Japonik juga berpindah ke Kepulauan Ryukyu.[2]
Secara linguistik, ada ketidaksepakatan tentang kapan dan di mana Japonik terpisah menjadi dua cabang utama (Semenanjung dan Kepulauan). Robbeets (2020, 2021) berpendapat bahwa dua cabang Japonik terpisah ketika penuturnya berpindah dari Shandong sekitar 1500 SM ke Semenanjung Korea bagian tengah dan selatan. Menurutnya, penutur Japonik mulai berpindah ke Kepulauan Jepang pada sekitar 700 SM. Beberapa tetap tinggal di kekuasaan Konfederasi Mahan bagian selatan dan Byeonhan.[6] Teori tersebut kurang didukung. Vovin dan Whitman malah mengklaim bahwa Japonik Kepulauan terpisah dari Japonik Semenanjung setelah tiba di Kyushu antara 1000 hingga 800 SM.[7]
Ada juga ketidaksepakatan lain mengenai pemisahan bahasa Jepang Kuno dan Ryukyu. Satu teori menunjukkan bahwa dengan mempertimbangkan inovasi dalam bahasa Jepang Kuno yang tidak dimiliki oleh bahasa Ryukyu, kedua cabang Japonik Kepulauan ini pastinya telah terpisah sebelum abad ke-7,[8] maka bahasa Ryukyu bermigrasi dari Kyushu bagian selatan ke Kepulauan Ryukyu dengan perluasan Kebudayaan Gusuku pada sekitar abad ke-10 hingga ke-11 Masehi.[9] Bahasa Jepang Kuno berkembang selama Zaman Nara. Robbeets berpendapat keterpisahannya kedua cabang dalam Japonik Kepulauan dimulai pada abad ke-1 SM.[10] Boer mengusulkan bahwa bahasa Ryūkyū adalah turunan dari bahasa Jepang Kuno dialek Kyushu.[11] Sebuah teori juga menyatakan bahwa bahasa Ryukyu tetap ada di Kyushu hingga abad ke-12.[12]
Penggolongan dalam
suntingKeterkaitan antara bahasa Jepang dan Ryukyu ditetapkan pada abad ke-19 oleh Basil Hall Chamberlain,[13] dalam perbandingannya antara bahasa Okinawa dan Jepang.[14]
Penggolongan mapan
suntingPenggolongan di bawah ini adalah yang paling banyak digunakan. Vovin menggolongkan bahasa Tamna yang pernah dituturkan di Jeju sebagai bagian dari Japonik Kepulauan.[15][16] Hachijo dituturkan di Kepulauan Izu dan Daito sangat berbeda dari bahasa Jepang modern sehingga kadang-kadang dianggap sebagai bahasa tersendiri.[17] Robbeets (2020) memperlakukan dialek Fukuoka dan Kagoshima sebagai bahasa tersendiri.[18]
- Japonik Kepulauan
- Jepang Kuno†[19]
- T'amna†
- Jepang Kuno Kyushu†
- Jepang Kuno Barat†
- Jepang Inti
- Kreol Yilan[20]
- Jepang Modern
- Kyushu Modern
- Jepang Modern Barat
- Jepang Modern Timur
- Izu
- Kanto-Echigo
- Kanto
- Kanto Barat
- Jepang Okinawa
- Jepang Amami
- Jepang Hokkaido Pedalaman
- Jepang baku Modern
- Kanto Timur
- Kanto Barat
- Echigo
- Kanto
- Tōkai-Tōsan/Chūbu
- Gifu-Aichi
- Ngano-Yamanashi-Shizuoka
- Tohoku
- Tohoku Selatan
- Tohoku Utara
- Jepang Hokkaido Pesisir
- Jepang Inti
- Jepang Kuno Timur†
- Ryukyu
- Ryukyu Utara
- Amami
- Amami Utara
- Naze
- Sani[21]
- Amami Selatan
- Kikai
- Onotsu[21]
- Tokunoshima
- Kametsu[21]
- Amami Utara
- Kunigami Raya
- Bahasa Yoron
- Kunigami
- Nago[21]
- Okinoerabu
- Okinoerabu Barat
- Okinoerabu Timur[21]
- Okinawa
- Kudaka
- Naha
- Shuri
- Torishima[21]
- Amami
- Ryukyu Selatan
- Ryukyu Utara
- Jepang Kuno†[19]
Penggolongan lain
suntingPenggolongan berdasarkan aksen tinggi rendah intonasi (pitch accent) telah diusulkan.[23] Menurut penggolongan ini, bahasa Jepang bersifat parafilitik dalam Japonik Kepulauan[11]
- Japonik Kepulauan
- Jepang Kuno Timur
- Jepang Izu
- Hachijo / Jepang Kepulauan Izu Selatan
- Jepang Kepulauan Izu Utara
- Jepang Kantō-Echigo
- Jepang Kantō
- Jepang Echigo
- Jepang Nagano-Yamanashi-Shizuoka
- Jepang Izu
- Jepang Kuno Tengah
- Jepang Ishikawa-Toyama
- Jepang Gifu-Aichi
- Jepang Kinki-Totsukawa
- Jepang Shikoku
- Jepang Chūgoku
- Jepang Izumo-Tohoku
- Jepang Izumo-Tōhoku Konservatif
- Jepang Shimokita / Iwate Timur
- Jepang Izumo Pinggiran
- Jepang Izumo-Tōhoku Inovatif
- Jepang Tōhoku
- Jepang Izumo Tengah
- Jepang Izumo-Tōhoku Konservatif
- Kyūshū-Ryūkyū
- Jepang Kyūshū Timur Laut
- Jepang Kyūshū Tenggara
- Kyūshū Selatan-Ryūkyū Barat
- Jepang Kyūshū Barat
- Kyūshū Selatan-Ryūkyū
- Jepang Kuno Timur
Perbandingan Jepang dan Ryukyu
suntingTabel perbandingan angka ini diambil berdasarkan sebuah video.[24].
Kosakata angka |
Proto-Japonik Kepulauan |
Jepang Kuno | Jepang baku (Kunyomi) |
Hachijo | Proto-Ryukyu | Okinawa | Miyako |
---|---|---|---|---|---|---|---|
satu (1) | *pitə | pitötu | hito(tsu) | tetsu | *pito | tiːtɕi | pi̥tiitsɿ |
dua (2) | *puta | putatu | futa(tsu) | ɸu̥tatsu | *puta | taːtɕi | fu̥taatsɿ |
tiga (3) | *mi(t) | mitu | mit(tsu) | mittsu | *mi | miːtɕi | miitsɿ |
empat (4) | *jə | yötu | yon, yot(tsu) | jottsu | *yo | juːtɕi | juutsɿ |
lima (5) | *itu, *etu | itutu | itsu(tsu) | itsutsu | *etu | itɕitɕi | itsɿtsɿ |
enam (6) | *mu(t) | mutu | mut(tsu) | muttsu | *mu | muːtɕi | mmtsɿ |
tujuh (7) | *nana | nanatu | nana(tsu) | nanatsu | *nana | nanatɕiː | nanatsɿ |
delapan (8) | *ja | yatu | yat(tsu) | jattsu | *ya | jaːtɕi | jaatsɿ |
sembilan (9) | *kəkənə | kökönötu | kokono(tsu) | kokonotsu | *kokono | kukunutɕi | ku̥kunutsɿ |
sepuluh (10) | *təwə | tö | tō | tou | *towa | tuː | tuu |
Catatan penjelas
sunting- ^ kemungkinan Japonik Semenanjung
Referensi
suntingCatatan kaki
sunting- ^ Vovin 2017.
- ^ a b Serafim 2008, hlm. 98.
- ^ Patrie 1982, hlm. 4.
- ^ Tamura 2000, hlm. 269.
- ^ Hudson 1999, hlm. 98.
- ^ Robbeets & Alexander 2020, hlm. 4.
- ^ Whitman 2011, hlm. 157.
- ^ Pellard 2015, hlm. 21-22.
- ^ Pellard 2015, hlm. 30-31.
- ^ Shibatani 1990, hlm. 119.
- ^ a b de Boer 2020, hlm. 52.
- ^ Pellard 2015.
- ^ Chamberlain 1895, hlm. 23.
- ^ Bentley 2015, hlm. 39-60.
- ^ Vovin 2013, hlm. 236–237.
- ^ Vovin 2010, hlm. 24–25.
- ^ Iannucci 2019, hlm. 100–120.
- ^ Robbeets & Alexander 2020, hlm. 6.
- ^ Shibatani 1990, hlm. 187 & 189.
- ^ Chien, Yuehchen; Sanada, Shinji (2010). "Yilan Creole in Taiwan". Journal of Pidgin and Creole Languages. 25 (2): 350–357. doi:10.1075/jpcl.25.2.11yue.
- ^ a b c d e f g h "Family: Japonic" (dalam bahasa Inggris). .
- ^ Pellard 2015, hlm. 18-20.
- ^ Shimabukuro 2008, hlm. 2, 41–43.
- ^ "JAPONIC LANGUAGES". Diakses tanggal 2022-06-28.
Daftar pustaka
sunting- Bentley, John (2015), "Proto-Ryukyuan", dalam Patrick Heinrich, Shinsho Miyara, dan Michinori Shimoji, Handbook of the Ryukyuan Languages, Berlin: De Mouton Gruyter, doi:10.1515/9781614511151.39, ISBN 9781614511618
- Chamberlain, Basil Hall (1895), Transactions of the Asiatic Society of Japan, Yokohama: Kelly & Walsh
- de Boer, Elisabeth (2020), "The classification of the Japonic languages", dalam Martine Robbeets & Alexander Savelyev, The Oxford Guide to the Transeurasian Languages (dalam bahasa Inggris), Oxford University Press, hlm. 40–58, ISBN 978-0-19-880462-8, diakses tanggal 9 Agustus 2022
- Hudson, Mark J. (1999), Ruins of Identity: Ethnogenesis in the Japanese Islands (dalam bahasa Inggris), University of Hawai'i Press, ISBN 978-0-8248-2156-2
- Iannucci, David J. (2019), The Hachijō Language of Japan: Phonology and Historical Development (dalam bahasa Inggris), Mānoa: University of Hawai'i PressPh.D. Thesis.
- Patrie, James (1982), The Genetic Relationship of the Ainu Language, Oceanic Linguistics Special Publications (dalam bahasa Inggris), University of Hawai'i Press, ISBN 978-0-8248-0724-5, JSTOR 20006692
- Pellard, Thomas (2015), "The linguistic archeology of the Ryukyu Islands", dalam Patrick Heinrich, Shinsho Miyara, dan Michinori Shimoji, Handbook of the Ryukyuan Languages: History, Structure, and Use (dalam bahasa Inggris), De Gruyter Mouton, hlm. 13–37, doi:10.1515/9781614511151.13, ISBN 978-1-61451-161-8
- Robbeets, Martine; Alexander, Savelyev (2020), The Oxford Guide to the Transeurasian Languages (dalam bahasa Inggris), Oxford University Press, doi:10.1093/oso/9780198804628.003.0005, ISBN 978-0-19-880462-8, diakses tanggal 9 Agustus 2022
- Serafim, Leon A. (2008), "The uses of Ryukyuan in understanding Japanese language history", dalam Bjarne Frellesvig et John Whitman, Proto-Japanese: Issues and Prospects (dalam bahasa Inggris), John Benjamins, hlm. 79–99, ISBN 978-90-272-4809-1
- Shibatani, Masayoshi (1990), The Languages of Japan (dalam bahasa Inggris), Cambridge University Press, ISBN 978-0-521-36918-3.
- Shimabukuro, Moriyo (2008), "A reconstruction of proto-Japanese accent for disyllabic nouns", dalam Frellesvig, Bjarne; Whitman, John, Proto-Japanese: Issues and Prospects, John Benjamins, ISBN 978-90-272-4809-1.
- Tamura, Suzuko (2000), The Ainu Language (dalam bahasa Inggris), Tokyo: ICHEL Linguistic Studies, ISBN 978-4-385-35976-2
- Vovin, Alexander (2010), Korea-Japonica: A Re-Evaluation of a Common Genetic Origin (dalam bahasa Inggris), University of Hawaii Press, ISBN 978-0-8248-3278-0, JSTOR j.ctt6wqz03.
- —— (2013), "From Koguryo to Tamna: Slowly riding to the South with speakers of Proto-Korean", Korean Linguistics (dalam bahasa Inggris), 15 (2): 222–240, doi:10.1075/kl.15.2.03vov.
- —— (2017), "Origins of the Japanese Language", Oxford Research Encyclopedia of Linguistics (dalam bahasa Inggris), Oxford University Press, doi:10.1093/acrefore/9780199384655.013.277 .
- Whitman, John (2011), "Northeast Asian Linguistic Ecology and the Advent of Rice Agriculture in Korea and Japan", Rice (dalam bahasa Inggris), 4 (3-4): 149–158, doi:10.1007/s12284-011-9080-0 .