Sumber Group

perusahaan otobus asal Indonesia

PT Selamat Sugeng Rahayu (menjalankan bisnis sebagai Sumber Group) adalah perusahaan otobus Indonesia asal Jawa Timur yang berbasis di Kecamatan Krian, Sidoarjo. Kantor pusat dan garasi utama perusahaan ini terletak di Jalan Raya Surabaya-Ngawi KM 25, Desa Sidorejo, Kecamatan Krian, Sidoarjo.

PT Selamat Sugeng Rahayu
Bus Cepat Sugeng Rahayu yang melintasi Jalan Raya Yogyakarta–Solo
Didirikan1981; 43 tahun lalu (1981)
PendiriSetyaki Sasongko
Mulai beroperasi1981, sebagai Sumber Kencono
2011, sebagai Sumber Selamat dan Sugeng Rahayu
Kantor pusatJalan Raya Surabaya-Ngawi KM 25, Sidorejo, Krian, Sidoarjo, Indonesia
Wilayah layananJawa
Jenis layanan
Kelas
ArmadaHino dan Mercedes-Benz
Rute terpendekSurabayaYogyakarta
Rute terpanjangJember-Tasikmalaya-Cimahi
Jenis bahan bakarSolar
CEOSetyaki Sasongko
Situs webwww.sumbergroupbus.com

Perusahaan ini lahir dari sebuah perusahaan otobus tunggal yang diberi nama Sumber Kencono, dibentuk tahun 1981. Sejak 2011, perusahaan ini meluncurkan dua merek baru sebagai regenerasi kasus-kasus kecelakaan dan insiden yang menimpa perusahaan otobus ini. Sejak saat itu, usahanya kemudian dikembangkan sebagai Sumber Group dengan menggunakan nama bus seperti Sumber Selamat, Sugeng Rahayu, Golden Star dan SR Express. Dua yang pertama ini berjalan sebagai bus antarkota, sedangkan Golden Star berjalan sebagai bus pariwisata dan SR Express sebagai jasa ekspedisi pengiriman barang.[1]

Sejarah

sunting

Sumber Kencono

sunting

Sumber Kencono pertama kali dibentuk pada 1981 oleh seorang pengusaha transportasi bernama Setyaki Sasongko. Sasongko menjalankan perusahaan ini dengan bermodalkan 6 unit bus dengan trayek SurabayaYogyakarta serta beroperasi pada kelas ekonomi.[2] Tercatat Sumber Kencono memiliki kompetitor yang cukup sengit, seperti PO Flores, terutama dari jumlah armadanya. Namun peristiwa tabrakan PO Flores dengan kereta api pada 6 Mei 1981 menjadi titik balik bagi Sumber Kencono. PO Flores terkena sanksi dilarang menjalankan angkutan antarkota antarprovinsi (AKAP) di wilayah Solo, sehingga Sumber Kencono mengambil alih okupansi trayek tersebut. Selama dekade 1980-an, bus ini makin diminati karena bus tersebut tersedia 20 menit sekali, di samping ketersediaan armadanya yang sangat cukup.[3]

Suharno menyatakan bahwa secara harfiah, Sumber Kencono berarti "sumber emas", maksudnya Sasongko menjadikan perusahaan otobusnya sebagai mesin uang. Dengan pangsa pasarnya yang cukup besar serta selalu melaju kencang menjadikan bus ini dijuluki sebagai "raja jalanan" di Tanah Jawa.[4]

Bus-bus Sumber Kencono beroperasi sebagai kelas ekonomi non-AC serta AC tarif murah, yang biasa dikenal dengan sebutan "AC tarif biasa". Hingga tahun 2011, Sumber Kencono memiliki 255 armada, dengan perincian 230 reguler dan 22 cadangan.[5] Namun sayangnya, kelajuan bus yang cukup tinggi tersebut tidak diimbangi dengan kepatuhan berkendara para pengemudi, seperti ugal-ugalan atau melanggar batas kecepatan, sehingga sering mengalami kecelakaan. Bahkan sempat ada yang menyindir dengan memplesetkan nama bus ini menjadi “Sumber Bencono' atau bahkan mengecapnya sebagai 'bus pencabut nyawa'.[4][6]

Antara tahun 2009 hingga 2011, terjadi 51 kecelakaan dengan total 129 korban dan 36 meninggal dunia. Terakhir, bus Sumber Kencono mengalami kecelakaan pada 12 September 2011.[7] Sebagai tanggapan atas peristiwa tersebut, Soekarwo selaku Gubernur Jawa Timur melayangkan rekomendasi kepada Dinas Perhubungan untuk mencabut izin trayek sekaligus izin perusahaan Sumber Kencono; serta memeriksa SIM dari masing-masing pengemudi.[5] Sanksi administratif akhirnya dijatuhkan oleh Kementerian Perhubungan kepada perusahaan otobus tersebut: Sumber Kencono dipangkas jumlah armadanya yang beroperasi hingga 40%.[8]

Regenerasi

sunting
 
Bus Ekonomi Sumber Selamat tujuan Surabaya–Yogyakarta

Dengan pengakuan Sasongko atas kesalahan manajemen, seperti waktu istirahat pengemudi serta kecakapan pengemudi, ia memutuskan merombak seluruh manajemen perusahaan dan meregenerasi perusahaan tersebut. Pada 14 Juli 2011, dua bulan sebelum kecelakaan bus Sumber Kencono yang terakhir, 80 armada bus Sumber Kencono diganti namanya menjadi Sumber Selamat, yang diharapkan dapat memberi nasib baik, sekaligus mengajarkan pentingnya keselamatan dalam perjalanan bus. Pada 9 Februari 2012, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat memutuskan tidak akan mencabut izin trayek Sumber Kencono, karena Hubdat menilai Sumber Kencono telah dikelola secara profesional.[9][10]

Setelah regenerasi, Sasongko mulai tegas dalam masalah keselamatan dan mengancam akan menjatuhkan teguran tertulis tingkat tiga kepada setiap pengemudi yang masih berlaku ugal-ugalan. Untuk memantau perilaku mereka, bus-bus Sumber Selamat dipasangi GPS yang diintegrasikan dengan pemantau kecepatan bus.[11]

Sebagai pendamping Sumber Selamat, pada 2013, diluncurkan bus dengan nama Sugeng Rahayu. Sugeng Rahayu, yang bermakna "sejahtera", atau "jauh dari musibah", tampil dengan skema warna yang berbeda yakni merah dan kuning. Merek dagang tersebut akhirnya dipegang oleh perusahaan tunggal dengan nama legal PT Selamat Sugeng Rahayu.[11]

Di awal operasinya, Sugeng Rahayu juga tak luput dari insiden. Pada 27 Desember 2013, bus Sugeng Rahayu menabrak sepeda motor di Jalan Raya Perak, Jombang, yang berimbas pembakaran bus tersebut. Catatan Kepala Dinas Perhubungan dan LLAJ Jawa Timur, menunjukkan bahwa bus tersebut hanya melaju pada kecepatan 32 km/jam.[12]

Pada tahun 2014, Sugeng Rahayu memulai perjalanan patas pertamanya di rute Surabaya-Yogyakarta. Hadirnya kelas cepat ini bertujuan untuk memberikan kenyamanan ekstra bagi para penumpang, terlihat dari fasilitas yang ditawarkan lebih unggul daripada kelas AC tarif biasa. Kelas cepat Sugeng Rahayu ini juga melayani trayek-trayek yang lebih jauh, seperti Surabaya-Yogyakarta-Bandung, Jember-Cilacap, Surabaya-Purwokerto-Bobotsari, dan Surabaya-Solo-Semarang-Indramayu.[13]

Trayek

sunting
  1. Jember-Probolinggo-Surabaya-Madiun-Ngawi-Solo-Yogyakarta-Kebumen-Sampang-Cilacap/Purwokerto/Bumiayu (Patas)
  2. Surabaya-Madiun-Ngawi-Solo-Yogyakarta (ATB)
  3. Surabaya-Madiun-Ngawi-Solo-Semarang (ATB, Patas)
  4. Surabaya-Madiun-Ngawi-Solo-Semarang-Cirebon-Jatibarang-Indramayu (Patas)
  5. Surabaya-Madiun-Ngawi-Solo-Semarang-Cirebon-Karangampel-Indramayu (Patas)
  6. Surabaya-Madiun-Ngawi-Solo-Semarang-Cirebon-Kuningan (Patas)
  7. Surabaya-Madiun-Ngawi-Solo-Bawen-Temanggung-Wonosobo-Banjarnegara-Purwokerto (Patas)
  8. Surabaya-Madiun-Ngawi-Solo-Yogyakarta-Magelang-Temanggung-Wonosobo-Banjarnegara-Bobotsari/Purwokerto (Patas)
  9. Surabaya-Madiun-Ngawi-Solo-Yogyakarta-Purwokerto-Tasikmalaya-Garut-Bandung (ATB, Patas)
  10. Surabaya-Madiun-Ngawi-Solo-Yogyakarta-Purwokerto-Tasikmalaya-Garut-Bandung-Cimahi (ATB, Patas)
  11. Surabaya-Madiun-Ngawi-Solo-Yogyakarta-Kebumen-Buntu-Purwokerto (Patas)
  12. Surabaya-Madiun-Ngawi-Solo-Yogyakarta-Kebumen-Buntu-Purwokerto-Bumiayu (ATB, Patas)

Armada

sunting

AC Tarif Biasa (bumel)

sunting

Di Provinsi Jawa Timur, kelas AC Tarif Biasa (ATB) populer diartikan sebagai kelas ekonomi atau kelas bumel. Kelas ini memiliki fasilitas seperti penyejuk udara (bahasa Inggris: air conditioner (AC)), televisi, bangku (seat) konfigurasi 2-3, Lampu interior LED, APAR dan palu pemecah kaca darurat. Bus berkelas ATB mudah dikenali dari liverynya, abu-abu strip merah dan biru tua (untuk Sumber Selamat) dan abu-abu kombinasi biru dan merah dengan gambar lumba-lumba (untuk Sugeng Rahayu). Umumnya bus ATB ini ditopang oleh sasis bus Hino AK8 A215, Mercedes-Benz OF 1623 RF

 
cabin interior of sugeng rahayu economy class w7129up

Cepat (patas)

sunting

Di Provinsi Jawa Timur, kelas Cepat populer diartikan sebagai kelas eksekutif patas/non bumel. Kelas Cepat memiliki fasilitas yang lebih dari kelas AC Tarif Biasa, seperti penyejuk udara (AC), televisi, bangku (seat) berkonfigurasi 2-2, termasuk fasilitas air mineral dalam kemasan botol, toilet bus, dan servis makan. Kelas ini dilayani oleh Sugeng Rahayu dengan livery khasnya berwarna merah dengan corak pegunungan dan bintang, didukung oleh armada bersasis Hino R260, Hino RN285 dan Mercedes-Benz OH 1626 yang telah dilengkapi dengan suspensi udara (air suspension).

 
cabin interior of sugeng rahayu executive class Mercedes Benz oh1626 euro4

Galeri

sunting
 
Bus Sumber Selamat rute Surabaya—Purwokerto melintas di depan Terminal Lama Jombang, Desa Mojongapit, Kecamatan Jombang, Jombang.

Referensi

sunting
  1. ^ a b "SR Express". Diakses tanggal Oktober 2018. 
  2. ^ Media, Kompas Cyber (2021-03-23). "Sejarah PO Sumber Kencono, Kerap Kecelakaan Berubah Jadi Sugeng Rahayu Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2022-11-06. 
  3. ^ GridOto.com. "Ngeri! Ternyata Ini Alasan Bus Sumber Kencono Disebut Sebagai Bus Hantu, Simak Kisahnya - Semua Halaman - GridOto.com". www.gridoto.com. Diakses tanggal 2022-11-06. 
  4. ^ a b Suharno (2022). 91 Tip Jitu UMKM Naik Kelas. Purwokerto: Pena Persada. hlm. 10–11. ISBN 9786234552485. 
  5. ^ a b "Kisah Ihwal Bus Sumber Kencono". Tempo (dalam bahasa Inggris). 2011-09-12. Diakses tanggal 2022-11-06. 
  6. ^ Media, Kompas Cyber (2011-09-12). "Bus Sumber Kencono Dipelesetkan Jadi "Sumber Bencono"". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2022-11-06. 
  7. ^ VIVA, PT VIVA MEDIA BARU- (2011-09-12). "Sejarah Panjang Bus Maut Sumber Kencono". www.viva.co.id. Diakses tanggal 2022-11-06. 
  8. ^ "SUMBER KENCONO: Operasional dikurangi 40%". Bisnis.com. 2012-01-05. Diakses tanggal 2022-11-06. 
  9. ^ "SUROYO: KALAU MANAJEMEN SALAH, TIDAK USAH DIMINTA AKAN SAYA CABUT". dephub.go.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-11-06. 
  10. ^ Media, Kompas Cyber (2011-07-14). ""Sumber Kencono" Jadi "Sumber Selamat"". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2022-11-06. 
  11. ^ a b detikJatim, Tim. "Menilik Sebab Bus 'Gesit' Sumber Kencono Dua Kali Ganti Nama". detikjatim. Diakses tanggal 2022-11-06. 
  12. ^ "Dishub Jatim: Kecepatan Bus Sugeng Rahayu Saat Kecelakaan 32 Km/Jam". detiknews. Diakses tanggal 2022-11-06. 
  13. ^ Estikhamah, F.; Utomo, N. (2019). "Analisis Faktor Tingkat Kepuasan Pelanggan Bus Cepat Sugeng Rahayu Dengan Menggunakan Metode Customer Satisfication Index (CSI)". Kern. 5 (2): 23–28. doi:10.33005/kern.v5i2.19. 

Pranala luar

sunting