Sungai Opak

sungai di Provinsi Yogyakarta

Sungai Opak (bahasa Jawa: ꦏꦭꦶꦲꦺꦴꦥꦏ꧀, translit. Kali Opak) adalah nama sungai yang mengalir di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.[1] Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Hulu sungai ini berada di Gunung Merapi, lalu mengalir ke selatan dengan muara menghadap ke Samudra Hindia di Pantai Samas. Sungai ini melintas sisi barat Taman Wisata Candi Prambanan dan pernah menjadi batas alami wilayah Kesultanan Yogyakarta dengan Kasunanan Surakarta.

Sungai Opak
ꦏꦭꦶꦲꦺꦴꦥꦏ꧀
Sungai Opak dilihat dari Jetis, Bantul Yogyakarta
Sungai Opak di Jawa
Sungai Opak
Lokasi mulut sungai
Sungai Opak di Indonesia
Sungai Opak
Sungai Opak (Indonesia)
PetaKoordinat: 8°1′S 110°17′E / 8.017°S 110.283°E / -8.017; 110.283
Lokasi
NegaraIndonesia
ProvinsiDaerah Istimewa Yogyakarta
Ciri-ciri fisik
Hulu sungaiGunung Merapi
Muara sungaiSamudra Hindia
Panjang65 km (40 mi)
Daerah Aliran Sungai
Sistem sungaiDAS Opak
Luas DASDAS: 63.889 km2 (24.668 sq mi)
Pengelolaan sungaiBPDAS Serayu-Opak-Progo; BBWS Serayu-Opak
Informasi lokal
Zona waktuWIB (UTC+7)
GeoNames1633566

Hidrologi

sunting
 
Pemandangan Sungai Opak tempo dulu.

Sungai Opak memiliki panjang sungai sekira 65 km (40 mi)[2] dimulai dari hulu melewati wilayah KapanewonCangkringan, Ngemplak, Kalasan, Prambanan, dan Berbah di Kabupaten Sleman. Kemudian KapanewonPiyungan, Pleret, Jetis, Imogiri, Pundong dan berakhir di Kapanewon Kretek. Debit air rata rata bulanan Sungai Opak sekitar 12,35 m3/s (436 cu ft/s) dengan debit maksimum sebesar 83,2 m3/s (2.940 cu ft/s) dan minimum sebesar 1,89 m3/s (67 cu ft/s).

Anak sungai

sunting

Sungai Opak memiliki beberapa anak sungai yang cukup besar, di antaranya:

  1. Sungai Gendol
  2. Sungai Tepus
  3. Sungai Kuning
  4. Sungai Code
  5. Sungai Gajahwong
  6. Sungai Belik
  7. Sungai Tambakbayan
  8. Sungai Nongko
  9. Sungai Oyo
  10. Sungai Winongo

Kondisi sungai

sunting

Dari hasil penelitian parameter kualitas air yang diukur meliputi fisik (suhu, salinitas, kedalaman), kimia (amonia, nittrat, fosfat), dan mokrobiologi (total koliform). Dari hasil yang diketahui kualitas air muara Sungai Opak parameter amoniak berkisar antara 0,02-0.06 mg/L, parameter nitrat berkisar antara 0,34-0,81 mg/L, parameter fosfat berkisar antara 0,06-0,46 mg/L, dan total koliform antara 30.825 koloni/100mL. Dengan demikian status mutu kualitas muara Sungai Opak tercemar sedang.

Geografi

sunting

Sungai ini mengalir di wilayah selatan pulau Jawa yang beriklim muson tropis (kode: Am menurut klasifikasi iklim Köppen-Geiger).[3] Suhu rata-rata setahun sekitar 22 °C. Bulan terpanas adalah Oktober, dengan suhu rata-rata 26 °C, dan terdingin Januari, sekitar 18 °C.[4] Curah hujan rata-rata tahunan adalah 2970 mm. Bulan dengan curah hujan tertinggi adalah Januari, dengan rata-rata 537 mm, dan yang terendah September, rata-rata 22 mm.[5]

Flora dan fauna

sunting

Air Sungai Opak tergolong keruh, tetapi tidak berarti sangat tercemar karena makhluk hidup yang tinggal di situ lumayan banyak dan bervariasi. Variasi makhluk hidup tersebut salah satunya di daerah saluran irigasi Sungai Opak yang melintasi sepanjang jalan menuju ke Pantai Parangtritis terdapat macam-macam ikan, antara lain ikan sapu-sapu (Hypostomus plecostomus), ikan-ikan kecil sejenis tawes Kepek (wader kepek), Lele Jawa (Clarias batracus), ikan gabus, ikan Nilem (Osteochillus hasselti), dan ikan Beles. Pada daerah tersebut Lele Jawa mulai terancam kepunahannya sejak adanya Lele Dumbo, karena perkembangbiakan Lele Dumbo lebih cepat. Orang-orang di sekitar daerah tersebut jarang mau membudidayakan Lele Jawa. Di pinggiran sungai terdapat tanaman eceng gondok yang berjumlah ratusan.

Pemanfaatan

sunting
 
Sebuah perahu mengarungi Sungai Opak.

Sungai Opak dimanfaatkan warga sekitar di beberapa daerah misalnya di Kembangsongo Jetis Bantul, warga memanfaatkan Sungai Opak sebagai mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti mencari pasir untuk dijual sebagai bahan bangunan dan tidak sedikit warga yang memancing di sungai ini. Selain itu, warga juga mencari kayu yang berasal dari daerah hulu yang terbawa arus banjir untuk bahan bakar. Selain itu terdapat kerusakan di beberapa daerah sekitar sungai. Salah satunya pada alur sungai di daerah Sanden, Selomartani, Kalasan mengalami kerusakan parah akibat penambangan liar. Sungai yang dulu lebarnya 40 meter sekarang menjadi 50 meter lebih. Kerusakan tersebut sepanjang satu kilo meter di alur wilayah tersebut. Di beberapa titik, bibir sungai yang asli telah bergeser hingga 15 meter ke arah samping.

Selain itu, penambangan tersebut menyebabakan warga kehilangan lahan pertanian lebih dari 500 meter. Kemarau panjang juga mengakibatkan debit air Sungai Opak turun sekitar 40 persen. Hal tersebut terjadi karena semakin minimnya daerah tangkapan air dan daerah tangkapan air tidak berfungsi optimal. Contoh daerah tangkapan air tersebut antara lain kawasan perbukitan Dieng di Wonosobo yang mengalami kerusakan cukup berat dan lereng Gunung Merapi yang rusak akibat erupsi 2010 tetapi sekarang berangsur pulih setelah diadakan reboisasi di daerah aliran sungai.

Di muara Sungai Opak terdapat kawasan hutan mangrove yang terletak di desa Tirtohargo, kecamatan Kretek, kabupaten Bantul. Dusun Baros merupakan kawasan perintis hutan bakau pada salah satu area di muara Sungai Opak sehingga kawasan hutan mangrove tersebut sering disebut Kawasan Mangrove Baros. Tanaman mangrove tumbuh lebat, di dekatnya terdapat hamparan rumput yang digunakan oleh petani untuk pakan ternak. Terdapat sampah yang hanyut dari hulu sungai dan tersangkut di kawasan muara ketika air pasang sehingga membuat air laut dan tepi pantai tampak kotor. Kawasan ini berhasil mengembangkan hutan bakau yang sebelumnya diprediksi tidak dapat tumbuh dengan kondisi tanah dan lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan. Usaha penanaman mangrove merupakan salah satu usaha untuk menyelamatkan kawasan pesisir pantai dari abrasi ombak laut selatan.

Di daerah Muara Baros, sampah dari hulu yang hanyut terbawa arus ke muara menyebabkan daerah muara tampak kotor dan tercemar. Bila hal ini dibiarkan terus menerus dan dalam jangka waktu lama (puluhan tahun) akan menimbulkan kerusakan lingkungan di muara tersebut. Selain itu, jumlah variasi makhluk hidup akan berkurang dan sumber dayanya juga berkurang. Maka dari itu, perlu adanya pelestarian lingkungan yang tidak hanya di muara saja, tetapi yang lebih penting adalah di hulunya. Karena sumber limbah berawal dari hulu. Selain itu, penambangan liar yang terus menerus dilakukan akan menimbulkan pelebaran sungai. Akibatnya warga kehilangan lahan pertanian yang berada di sekitar sungai. Sehingga penghasilan dan sumber makanan warga sekitar berkurang. Hal tersebut sangat merugikan dan perlu dihentikan. Saat gempa bumi melanda wilayah Yogyakarta 27 Mei 2006, pihak Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menyatakan pusat gempa (episentrum) berada di kawasan Pantai Samas atau tepatnya di muara Sungai Opak, pada koordinat 8,007 derajat Lintang Selatan, 110,286 derajat Bujur Timur.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Kali Opak at Geonames.org (cc-by); Last updated 2013-06-04; Database dump downloaded 2015-11-27
  2. ^ "Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Progo-Opak-Serang". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-11-05. Diakses tanggal 2016-11-07. 
  3. ^ Peel, M C; Finlayson, B L; McMahon, T A (2007). "Updated world map of the Köppen-Geiger climate classification". Hydrology and Earth System Sciences. 11: 1633–1644. doi:10.5194/hess-11-1633-2007. Diakses tanggal 30 January 2016. 
  4. ^ "NASA Earth Observations Data Set Index". NASA. 30 January 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-04-26. Diakses tanggal 2019-01-03. 
  5. ^ "NASA Earth Observations: Rainfall (1 month - TRMM)". NASA/Tropical Rainfall Monitoring Mission. 30 January 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-19. Diakses tanggal 2018-11-28. 

8°00′35″S 110°16′59″E / 8.00972°S 110.28306°E / -8.00972; 110.28306

Pranala luar

sunting