Tarekat (Islam)
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Bagian dari seri |
Islam |
---|
Bagian dari sebuah serial tentang Islam Sufisme dan Tarekat |
---|
Portal |
Tarekat (Arab: طريقة, transliterasi: Tharīqah) merupakan sebuah istilah yang merujuk kepada aliran-aliran dalam dunia tasawuf atau sufisme Islam. Secara bahasa berarti "jalan" atau "metode", dan secara konseptual bermakna "jalan kering di tengah laut"[butuh rujukan] ini juga di anggap[siapa?] "merujuk kepada sebuah ayat dalam Alquran": "Dan sungguh, telah Kami wahyukan pada Musa, ‘Tempuhlah perjalanan di malam hari bersama para hamba-hamba-Ku, [dan] buatlah untuk mereka jalan kering di tengah laut'." (Q.S. Thāhā [20]: 77).[butuh rujukan]
Pemimpin sebuah tarekat biasa disebut sebagai Mursyīd (dari akar kata rasyada, yang artinya: "penuntun"). Adapun para pengikut tarekat biasa disebut sebagai Murīd (dari akar kata arāda, yang artinya: "yang menginginkan"), yang bermakna orang yang menginginkan untuk mendekat kepada Tuhan; atau Sālik (dari akar kata salaka, yang artinya "yang memasuki"), yang bermakna orang yang memasuki atau menempuh jalan menuju Tuhan.[butuh rujukan]
Metafora tarekat sebagai "jalan" harus dipahami secara khusus, sehubungan dengan istilah syariat yang juga memiliki arti "jalan". Dalam hal ini tarekat bermakna sebagai jalan yang khusus atau individual, yang merupakan fase kedua dari skema umum tahapan perjalanan keagamaan: syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat.[butuh rujukan]
Ada banyak aliran tarekat yang berkembang di dunia Islam, beberapa diantaranya lahir dan besar di Indonesia.[butuh rujukan]
Arti Tarekat
suntingKata tarekat atau tharīqah (Arab: طريقة) berasal dari kata tharīq (Arab: طريق) yang memiliki bebeberapa arti: (1) jalan atau petunjuk jalan atau cara, (2) metode atau sistem (uslub), (3) mazhab, aliran, atau haluan (mazhab), (4) keadaan (halah), (5) tiang tempat berteduh, tongkat, atau payung (‘amud al-mizalah). Menurut Mulyadi Kartanegara, dalam konteks tradisi Arab, kata "tarekat" dimaknai sebagai: jalan kecil (jalan pintas) menuju wadi (oase) di gurun dan sulit dilalui karena terkadang sudah tertutup pasir.[1]
Dalam konteks agama, Alwi Shihab mendefinisikan tarekat merupakan suatu metode tertentu yang ditempuh seseorang secara kontinyu untuk membersihkan jiwanya dengan mengikuti jalur dan tahapan-tahapan dalam upayanya mendekatkan diri kepada Allah Swt.[2] Hal ini senada dengan pendapat Al-Jurjani ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali (740-816 M) bahwa tarekat ialah metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah Ta’ala melalui berbagai maqamat (tahapan-tahapan).
Dengan demikian tarekat memiliki dua pengertian: pertama, merupakan metode pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri dengan Tuhan; dan kedua, tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi (sufi brotherhood) yang ditandai dengan adanya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah.
Bila ditinjau dari sisi lain, tarekat itu mempunyai tiga sistem, yaitu: sistem kerahasiaan, sistem kekerabatan (persaudaraan), dan sistem hierarki seperti khalifah tawajjuh atau khalifah suluk, syekh atau mursyid, wali atau qutub. Kedudukan guru tarekat diperkokoh dengan ajaran wasilah dan silsilah. Keyakinan berwasilah dengan guru dipererat dengan kepercayaan karamah, barakah atau syafa’ah atau limpahan pertolongan dari guru.
Pengertian di atas menunjukkan Tarekat sebagai cabang atau aliran dalam paham tasawuf. Pengertian itu dapat ditemukan pada berbagai tarekat yang ada, seperti al-Ahadiyyah, Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Rifa'iah, Samaniyah, dan lain-lain. Untuk di Indonesia ada juga yang menggunakan kata tarekat sebagai sebutan atau nama paham mistik yang dianutnya, dan tidak ada hubungannya secara langsung dengan paham tasawuf yang semula atau dengan tarekat besar dan kenamaan.
Empat Fase Perjalanan
suntingKaum sufi berpendapat bahwa terdapat empat tingkatan spiritual umum dalam Islam, yaitu syari'ah (syariat), tariqah (tarekat), haqiqah (hakikat), dan ma'rifah (makrifat). Tingkatan keempat dianggap merupakan inti dari wilayah hakikat, sebagai esensi dari seluruh tingkatan kedalaman spiritual beragama tersebut. Dalam kitab Sirr al-Asrar, Syeikh Abdul Qadir al-Jailani memberikan penjelasan seraya mengutip sebuah hadits dan ayat berikut:
Rasulullah saw pernah bersabda: "Tidurnya orang alim jauh lebih mulia daripada ibadahnya orang bodoh." ... Firman-Nya: "Allah mewafatkan jiwa-jiwa ketika ajalnya tiba; adapun bagi yang belum sampai ajalnya, (Allah mewafatkannya) dalam tidur mereka. Kemudian Dia menahan jiwa-jiwa yang ajalnya telah tiba, dan membebaskan jiwa-jiwa yang lain (yang belum sampai ajalnya) hingga batas waktu yang telah ditentukan." (Q.S. Az-Zumar: 42). Inilah yang dimaksud orang alim dalam hadits Nabi s.a.w. di atas. Mereka termasuk insan ruhani, manusia khusus, yang sekalipun ajal belum tiba tetapi mereka sudah kembali ke negeri asali sang jiwa, yakni negeri hakikat di semesta al-qurbah yang dekat dengan Allah Ta'ala. Negeri ini tidak akan dapat dicapai oleh mereka yang masih hidup kecuali dengan Ilmu Hakikat; dan ilmu ini tidak dapat diperoleh kecuali dengan menempuh jalan Syariat, Thariqat, dan Makrifat.[3]
Di dalam kitab tersebut Syeikh Abdul Qadir al-Jailani juga mengutip sebuah hadits: "(Ilmu) syariat itu pohon, rantingnya thariqat, daunnya makrifat, dan buahnya hakikat".[3]
Mempelajari tarekat
suntingSyarat
suntingMuhammad Hasyim Asy'ari sebagaimana dikutip oleh Mohammad Sholikhin, seorang penganalisis tarekat dan sufi, mengatakan bahwa ada delapan syarat dalam mempelajari tarekat:[4]
- Qashd shahih, menjalani tarekat dengan tujuan yang benar. Yaitu menjalaninya dengan sikap ubudiyyah, dan dengan niatan menghambakan diri kepada Tuhan.
- Shidq sharis, haruslah memandang gurunya memiliki rahasia keistimewaan yang akan membawa muridnya ke hadapan Ilahi.
- Adab murdhiyyah, orang yang mengikuti tarekat haruslah menjalani tata-krama yang dibenarkan agama.
- Ahwal zakiyyah, bertingkah laku yang bersih/sejalan dengan ucapan dan tingkah-laku Nabi Muhammad SAW.
- Hifz al-hurmah, menjaga kehormatan, menghormati gurunya, baik ada maupun tidak ada, hidup maupun mati, menghormati sesama saudaranya pemeluk Islam, hormat terhadap yang lebih tua, sayang terhadap yang lebih muda, dan tabah atas permusuhan antar-saudara.
- Husn al-khidmah, mereka-mereka yang mempelajari tarekat haruslah mempertinggi pelayanan kepada guru, sesama, dan Allah SWT dengan jalan menaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
- Raf' al-himmah, orang yang masuk tarekat haruslah membersihkan niat hatinya, yaitu mencari khashshah (pengetahuan khusus) dari Allah, bukan untuk tujuan duniawi.
- Nufudz al-'azimah, orang yang mempelajari tarekat haruslah menjaga tekad dan tujuan, demi meraih makrifat khashshah tentang Allah.
Tujuan
suntingTujuan tarekat adalah membersihkan jiwa dan menjaga hawa-nafsu untuk melepaskan diri dari pelbagai bentuk ujub, takabur, riya', hubbud dunya (cinta dunia), dan sebagainya. Tawakal, rendah hati/tawadhu', ridha, mendapat makrifat dari Allah, juga menjadi tujuan tarekat.[4]
Tanggapan
suntingAda yang menganggap mereka yang menganggap orang-orang sufi dan tarekat sebagai orang yang bersih (shafa) dari kekotoran, penuh dengan pemikiran "dan yang baginya sama saja antara nilai emas dan batu-batuan," tulis Muhammad Sholikhin dalam bukunya. Ada pula yang menganggap mereka mencapai makna orang yang berkata benar, semulia-mulianya manusia setelah para Nabi sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nisa (4):69.[4] Namun, Ibnu Taimiyah mengatakan pendapat ini salah sama sekali. Yang benar, adalah "orang-orang yang berijtihad dalam ketaatannya kepada Allah."[4]
Tarekat-tarekat di Indonesia
suntingBerikut ini adalah tarekat-tarekat utama yang ada dan berkembang di Indonesia:
Untuk mengkaji ribuan tarekat yang ada dan berkembang di seluruh dunia, seorang Pakar Ilmu Tarekat Shohibul Faroji Al-Azhmatkhan [5] dengan karyanya Tafsir Midadurrahman sebanyak 115 jilid dan menjadi mufassir yang mendapatkan penghargaan MURI sebagai Penulis tafsir terpanjang dan tertebal di seluruh dunia. Mengkaji penafsiran ayat-ayat Al-Qur'an dengan perspektif ribuan tarekat. Dengan metode Sanadi.[6]
Menurut Shohibul Faroji Al-Azhmatkhan, nama-nama Tarekat [7] yang berkembang di seluruh dunia adalah : [8]
1. Tarekat Adamiyyah
2. Tarekat Adliyyah
3. Tarekat Af'aliyyah
4. Tarekat Afuwiyyah
5. Tarekat Adawiyyah Mahabatiyyah
6. Tarekat Adhamiyyah
7. Tarekat Ahadiyyah
8. Tarekat Ahlulbaitiyyah
9. Tarekat Ahrariyyah
10. Tarekat Ahzabiyyah
11. Tarekat Ajamiyyah
12. Tarekat Akasiyyah
13. Tarekat Akbariyyah
14. Tarekat Akhiriyyah
15. Tarekat Alawiyyah
16. Tarekat Alimaaniyyah
17. Tarekat Alimiyyah
18. Tarekat Aliyyah
19. Tarekat Al-Aminiyyah
20. Tarekat Anfusiyyah
21. Tarekat Anshariyyah
22. Tarekat Arsyiyyah
23. Tarekat Asmaiyyah
24. Tarekat Asyrafiyyah
25. Tarekat Auradiyyah
26. Tarekat Awwaliyyyah
27. Tarekat Awariful Awarif
28. Tarekat Ayyubiyyah
29. Tarekat Azhimiyyah
30. Tarekat Aziziyyah
31. Tarekat Azhmatkhaniyyah
32. Tarekat Baaqiyyah
33. Tarekat Badawiyyah
34. Tarekat Badi'iyyah
35. Tarekat Bahrudiniyyah
36. Tarekat Bahruddiniyyah Syadziliyah
37. Tarekat Bairamiyyah
38. Tarekat Baitsiyyah
39. Tarekat Baktasiyyah
40. Tarekat Baqoiyyah
41. Tarekat Bari'iyyah
42. Tarekat Barkaatiyyah
43. Tarekat Barriyyah
44. Tarekat Baashiraaniyyah
45. Tarekat Bashariyyah
46. Tarekat Bashiiriyyah
47. Tarekat Bashriyyah
48. Tarekat Bashithiyyah
49. Tarekat Bathiniyyah
50. Tarekat Bunniyyah
51. Tarekat Burhaniyyah
52. Tarekat Busthamiyyah
53. Tarekat Chistiyyah
54. Tarekat Chistiyyah Khizriyyah
55. Tarekat Chistiyyah Nizhamiyyah
56. Tarekat Chistiyyah Sabiriyyah
57. Tarekat Darqawiyyah
58. Tarekat Dasuqiyyah
59. Tarekat Dawudiyyah
60. Tarekat Dhaarriyyah
61. Tarekat Dhuhaiyyah
62. Tarekat Dinariyyah
63. Tarekat Dinawariyyah
64. Tarekat Dzatiyyah
65. Tarekat Dzulkifliyyah
66. Tarekat Fadhiliyyah
67. Tarekat Faqih Muqaddam
68. Tarekat Fanaiyyah Wal Baqaiyyah
69. Tarekat Fathimiyyah
70. Tarekat Fattahiyyah
71. Tarekat Firdausyiyyah
72. Tarekat Ghaffariyyah
73. Tarekat Ghafuriyyah
74. Tarekat Ghaniyyah
75. Tarekat Ghazaliyyah
76. Tarekat Haadiyyah
77. Tarekat Hafizhiyyah
78. Tarekat Hakamiyyah
79. Tarekat Hakimiyyah
80. Tarekat Hallajiyyah
81. Tarekat Halimiyyah
82. Tarekat Hamidiyyah
83. Tarekat Haqiqiyyah
84. Tarekat Haqqiyyah
85. Tarekat Haruniyyah
86. Tarekat Hasanatiyyah
87. Tarekat Hasaniyyah
88. Tarekat Hasibiyyah
89. Tarekat Hayaatiyyah
90. Tarekat Hayyaaniyyah
91. Tarekat Hayyiyyah
92. Tarekat Hijjiyyah
93. Tarekat Hikmatiyyah
94. Tarekat Hiraiyyah
95. Tarekat Hudiyyah
96. Tarekat Hurairiyyah
97. Tarekat Husainiyyah
98. Tarekat Husnaiyyah
99. Tarekat Ibrahimiyyah
100. Tarekat Idrisiyyah
101. Tarekat Ilmiyyah
102. Tarekat Ilyasaiyyah
103. Tarekat Ilyasiyyah
104. Tarekat Iradatiyyah
105. Tarekat Isawiyyah
106. Tarekat Ishaqiyyah
107. Tarekat Ismailiyyah
108. Tarekat Isti’adatiyyah
109. Tarekat Itsbatiyyah
110. Tarekat Ittihadiyyah
111. Tarekat Iyadhiyyah
112. Tarekat Jabbariyyah
113. Tarekat Ja’fariyyah
114. Tarekat Jalaliyyah Ikramiyyah
115. Tarekat Jaliliyyah
116. Tarekat Jami'iyyah
117. Tarekat Jannatiyyah
118. Tarekat Jenariyyah
119. Tarekat Junaidiyyah
120. Tarekat Kabiriyyah
121. Tarekat Kadisiyyah
122. Tarekat Kahfiyyah
123. Tarekat Kalamiyyah
124. Tarekat Karimiyyah
125. Tarekat Karkariyyah
126. Tarekat Karkhiyyah
127. Tarekat Khabiriyyah
128. Tarekat Khafidhiyyah
129. Tarekat Khairiyyah
130. Tarekat Khaliqiyyah
131. Tarekat Khalwatiyyah
132. Tarekat Khalwatiyyah Qasimiyyah
133. Tarekat Khalwatiyyah Sammaniyyah Thayyibiyyah Qaribiyyah
134. Tarekat Kharaqaniyyah
135. Tarekat Khatamiyyah Mirghiniyyah
136. Tarekat Khatamun Nubuwwah
137. Tarekat Khwajagan
138. Tarekat Khidiriyyah
139. Tarekat Khusnul Khatimah
140. Tarekat Kubrawiyyah
141. Tarekat Kutubillah
142. Tarekat Lathifiyyah
143. Tarekat Liqoiyyah
144. Tarekat Luqmaniyyah
145. Tarekat Luthfiyyah
146. Tarekat Madyaniyyah
147. Tarekat Mahabbatillah
148. Tarekat Mahdiyyah
149. Tarekat Maajidiyyah
150. Tarekat Majiidiyyah
151. Tarekat Malakutiyyah
152. Tarekat Malamatiyyah
153. Tarekat Malikiyyah
154. Tarekat Malikiyyatil Mulkiyyah
155. Tarekat Mani'iyyah
156. Tarekat Ma'rifatillah
157. Tarekat Masyisyiyyah
158. Tarekat Matiniyah
159. Tarekat Maulawiyah
160. Tarekat Midadiyyah
161. Tarekat Mi'rajiyyah
162. Tarekat Muakhkhiriyyah
163. Tarekat Mubdi'iyyah
164. Tarekat Mudzilliyyah
165. Tarekat Mughniyyah
166. Tarekat Muhaiminiyyah
167. Tarekat Muhajiriyyah
168. Tarekat Muhammadiyyah
169. Tarekat Muhammadiyyah Shufiyyah Kubra
170. Tarekat Muhshiyyah
171. Tarekat Muhyiyyah
172. Tarekat Mu'idiyyah
173. Tarekat Mu'izziyyah
174. Tarekat Mujibiyyah
175. Tarekat Mukhalafatiyyah
176. Tarekat Mu'miniyyah
177. Tarekat Mumitiyyah
178. Tarekat Muntaqimiyyah
179. Tarekat Muqaddimiyyah
180. Tarekat Muqithiyyah
181. Tarekat Muqsithiyyah
182. Tarekat Muqtadiriyyah
183. Tarekat Muridaniyyah
184. Tarekat Musawiyyah
185. Tarekat Mushawwiriyyah
186. Tarekat Muta'aliyyah
187. Tarekat Mutakabbiriyyah
188. Tarekat Mutakallimaniyyah
189. Tarekat Nabawiyyah
190. Tarekat Nafi'iyyah
191. Tarekat Naqsyabandiyah
192. Tarekat Naqsyabandiyah Abul Ulaiyyah
193. Tarekat Naqsyabandiyah Haqqaniyyah
194. Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyyah
195. Tarekat Naqsyabandiyah Mujaddidiyyah
196. Tarekat Naqsyabandiyah Mun'imiyyah
197. Tarekat Nassajiyyah
198. Tarekat Nuhiyyah
199. Tarekat Nuniyyah
200. Tarekat Nurbuwatiyyah
201. Tarekat Nur Muhammad
202. Tarekat Nur Nubuwwah
203. Tarekat Nuuriyyah
204. Tarekat Qabidhiyyah
205. Tarekat Qaadiraniyyah
206. Tarekat Qaadiriyyah
207. Tarekat Qadhaiyyah Qadariyyah
208. Tarekat Qadiriyyah
209. Tarekat Qadiriyyah Butasyisyah Shufiyyah
210. Tarekat Qadiriyyah Ja’aliyyah
211. Tarekat Qadiriyyah Kasanzaniyyah
212. Tarekat Qadiriyyah Mukasyafiyyah
213. Tarekat Qadiriyyah Naqsyabandiyyah
214. Tarekat Qadiriyyah Rifaiyyah Fadhiliyyah
215. Tarekat Qadiriyyah Ubaidiyyah
216. Tarekat Qaafiyyah
217. Tarekat Qahhariyyah
218. Tarekat Qawiyyah
219. Tarekat Qayyumiyyah
220. Tarekat Qidamiyyah
221. Tarekat Qiyamiyyah
222. Tarekat Quddusiyyah
223. Tarekat Qudratiyyah
224. Tarekat Qura'niyyah
225. Tarekat Rafi'iyyah
226. Tarekat Rahmaniyyah
227. Tarekat Rahimiyyah
228. Tarekat Raqibiyyah
229. Tarekat Rasyidiyyah
230. Tarekat Ratibiyyah
231. Tarekat Raufiyyah
232. Tarekat Razviyyah
233. Tarekat Razzaqiyyah
234. Tarekat Rifaiyyah
235. Tarekat Rifaiyyah Aliyyah
236. Tarekat Rudbariyyah
237. Tarekat Rumiyyah
238. Tarekat Ru'yatillah
239. Tarekat Sa’adatiyyah
240. Tarekat Safawiyyah
241. Tarekat Sakandariyyah
242. Tarekat Salamiyyah
243. Tarekat Salmaniyyah
244. Tarekat Sama’iyyah
245. Tarekat Sammaniyyah
246. Tarekat Sammaniyyah Khalwatiyyah Yaqutiyyah
247. Tarekat Sammaniyyah Thayyibiyyah Bashriyyah
248. Tarekat Sami’aniyyah
249. Tarekat Sami'iyyah
250. Tarekat Shabariyyah
251. Tarekat Shahabiyyah
252. Tarekat Shalatiyyah
253. Tarekat Shalawatiyyah
254. Tarekat Shaumiyyah
255. Tarekat Sammaniyah
256. Tarekat Shaburiyyah
257. Tarekat Shalihiyyah
258. Tarekat Shamadiyyah
259. Tarekat Shidqiyyah
260. Tarekat Shiddiqiyyah
261. Tarekat Sufiyyah Ghautsiyyah Aliyyah
262. Tarekat Suhrawardiyyah
263. Tarekat Sulaimaniyyah
264. Tarekat Sunaniyyah
265. Tarekat Syadziliyah
266. Tarekat Syadziliyyah Alawiyyah
267. Tarekat Syadziliyyah Dasuqiyyah Burhaniyyah
268. Tarekat Syadziliyyah Syaikhiyyah
269. Tarekat Syahadatiyyah
270. Tarekat Syahawiyyah Burhamiyyah
271. Tarekat Syahidiyyah
272. Tarekat Syakuriyyah
273. Tarekat Syaqathiyyah
274. Tarekat Syattariyah
275. Tarekat Syibliyyah
276. Tarekat Syuaibiyyah
277. Tarekat Syukriyyah
278. Tarekat Tadabburiyyah
279. Tarekat Tafakkuriyyah
280. Tarekat Tahajjudiyyah
281. Tarekat Tahalliyyah
282. Tarekat Tajalliyyah
283. Tarekat Takhalliyyah
284. Tarekat Tasbihiyyah
285. Tarekat Tawwaabiyyah
286. Tarekat Thahiriyyah
287. Tarekat Thayyibiyyah
288. Tarekat Tijaniyah
289. Tarekat Tsuriyyah
290. Tarekat Ulil Azmiyyah
291. Tarekat Umariyyah
292. Tarekat Utsmaniyyah
293. Tarekat Waaliyyah
294. Tarekat Wadudiyyah
295. Tarekat Wafaiyyah
296. Tarekat Wahdaniyyah
297. Tarekat Wahdatus Syuhud
298. Tarekat Wahdatul Wujud
299. Tarekat Wahhabiyyah
300. Tarekat Wahidiyyah
301. Tarekat Wajidiyyah
302. Tarekat Wujudiyyah
303. Tarekat Wakiliyyah
304. Tarekat Walisongo
305. Tarekat Waliyyah
306. Tarekat Waqi’atiyyah
307. Tarekat Waritsiyyah
308. Tarekat Wasi'iyyah
309. Tarekat Yahyawiyyah
310. Tarekat Ya'qubiyyah
311. Tarekat Yasawiyyah
312. Tarekat Yasiniyyah
313. Tarekat Yunusiyyah
314. Tarekat Yusufiyyah
315. Tarekat Zahidiyyah
316. Tarekat Zaidiyyah
317. Tarekat Zakariyawiyyah
318. Tarekat Zakatiyyah
319. Tarekat Zarruqiyyah
320. Tarekat Zhahiriyyah
321. Tarekat Zuhudiyyah
Lihat pula
suntingReferensi
sunting- ^ Zaprulkhan (2016). Ilmu Tasawuf sebuah Kajian Tematik. Depok: PT. RajaGrafindo Persada. hlm. 87. ISBN 9789797699048.
- ^ Shihab, Alwi (2009). Akar Tasawuf di Indonesia: Antara Tasawuf Sunni dan Tasawuf Falsafi. Depok: Pustaka IMaN. hlm. 183.
- ^ a b Al-Jailani, Syekh Abdul Qadir (2021). Sirrul Asrar. Jakarta: Qaf Media Kreativa. ISBN 9786236219065.
- ^ a b c d {{Cite book|last=Sholikhin|first=Mohammad|date=2012|title=Mukjizat dan Misteri Lima Rukun Islam: Menjawab Tantangan Zaman|location=Yogyakarta|publisher=Al Barokah|isbn=9786027703476}l
- ^ Internasional, Asyraf. "Tentang Profil Shohibul Faroji".
- ^ MURI, Tafsir Midadurrahman. "Tentang Tafsir Midadurrahman".
- ^ di dunia, nama tarekat. "Nama dan Sejarah Tarekat Yang Berkembang Di Seluruh Dunia".
- ^ tarekat, Nama dan Sejarah tarekat Yang Berkembang Di Seluruh Dunia. "Nama dan Sejarah tarekat Yang Berkembang Di Seluruh Dunia".