Teologi Yohanes Calvin
Teologi Yohanes Calvin telah berpengaruh dalam perkembangan sistem kepercayaan yang sekarang dikenal sebagai Calvinisme dan dalam pemikiran Protestan pada umumnya. Telah terjadi perselisihan pendapat di antara pakar mengenai sejauh mana Calvinisme yang belakangan sesuai dengan teologi Calvin sendiri.
Bagian dari seri |
Kalvinisme |
---|
Portal Kristen |
The Encyclopedia of Christianity mengatakan bahwa
Pentingnya teologi terkait erat dengan upaya sistematisasi doktrin Kristen. Dalam doktrin predestinasi; dalam pembedaannya yang sederhana dan berdasarkan pada eskatologinya antara yang karya keselamatan yang imanen dan yang transenden, yang bertumpu pada Kristologi dan sakramen-sakramen; dan penekanannya pada pekerjaan Roh Kudus dalam menghasilkan ketaatan iman dalam regenerasi (tertius usus., atau apa yang disebut penggunaan hukum yang ketiga), dia memaparkan ortodoksi yang kelak memiliki dampak yang kekal atas teologi Hervormd.[1]
Publikasi
suntingCalvin mengembangkan teologinya dalam tafsiran-tafsiran Alkitabnya serta khotbah-khotbah dan risalah-risalahnya, tapi ungkapan pandangannya yang paling padat ditemukan dalam magnum opus-nya, Institutio: Pengajaran Agama Kristen. Ia memaksudkan buku ini dapat digunakan sebagai ringkasan dari pandangannya tentang teologi Kristen dan bahwa buku itu dapat dibaca dalam hubungannya dengan tafsiran-tafsirannya.[2] Berbagai edisi dari karya ini merentang hampir sepanjang kariernya sebagai seorang pembaharu, dan revisi berturut-turut dari buku ini menunjukkan bahwa teologinya tidak banyak berubah sejak masa mudanya hingga kematiannya.[3] Edisi pertama tahun 1536 hanya terdiri dari enam bab. Edisi kedua, yang diterbitkan pada 1539, tiga kali panjangnya karena ia menambahkan bab-bab pada pokok-pokok yang muncul dalam karya Melanchthon Loci Communes. Pada tahun 1543, ia kembali menambahkan bahan baru dan memperluas bab tentang Pengakuan Iman Rasuli. Edisi terakhir dari Institutio muncul pada tahun 1559. Saat itu, karyanya terdiri dari empat buku dengan delapan puluh bab, dan masing-masing buku itu diberi nama sesuai dengan pernyataan dari Pengakuan Iman Rasuli: Buku 1 tentang Allah Sang Pencipta, Buku 2 tentang Sang Penebus di dalam Kristus, Buku 3 tentang menerima Anugerah Kristus melalui Roh Kudus, dan Buku 4 tentang Masyarakat Kristus atau Gereja.[4]
Tema
suntingKitab suci
suntingPernyataan pertama dari Institutio mengakui tema utamanya. Dikatakan bahwa keseluruhan hikmat manusia terdiri dari dua bagian: pengetahuan tentang Allah dan tentang diri kita sendiri.[5] Calvin berpendapat bahwa pengetahuan Allah tidak melekat pada manusia ataupun dapat ditemukan dengan mengamati dunia ini. Satu-satunya cara untuk mendapatkannya adalah dengan mempelajari Kitab Suci. Calvin menulis, "Siapa pun yang ingin sampai kepada Allah sang Pencipta, ia membutuhkan Kitab Suci sebagai Panduan dan Gurunya."[6] Calvin tidak mencoba untuk membuktikan otoritas Kitab Suci melainkan menjelaskannya sebagai autopiston atau membuktikan dirinya sendiri. Ia membela pandangan tentang Allah yang trinitarian dan dalam sebuah polemik yang keras melawan Gereja Katolik, ia berpendapat bahwa gambar-gambar Allah akan membawa kepada penyembahan berhala.[7]
Calvin menganggap Kitab Suci itu megah namun juga sederhana. Menurut Ford Lewis Battles, Calvin telah menemukan bahwa "keagungan gaya dan keagungan pemikiran tidaklah sama."[8]
Pemeliharaan ilahi
suntingDi akhir buku pertama dari Institutio, ia mengemukakan pandangannya tentang pemeliharaan ilahi, katanya, "Dengan Kuasa-Nya Allah menghargai dan menjaga Dunia yang Ia ciptakan dan dengan Pemeliharaan-Nya ia mengatur Bagian-bagian individunya.[9] Manusia tidak dapat sepenuhnya memahami mengapa Allah melakukan tindakan tertentu, tetapi hal apa pun yang baik atau jahat yang mungkin orang lakukan, upaya mereka pada akhirnya akan menghasilkan pelaksanaan kehendak dan penghakiman Allah."[10]
Dosa
suntingBuku kedua dari Institutio meliputi beberapa esai tentang dosa asal dan kejatuhan manusia, yang secara langsung merujuk kepada Agustinus, yang mengembangkan doktrin-doktrin ini. Ia sering mengutip para Bapa Gereja untuk membela perjuangan reformasi terhadap tuduhan bahwa para reformator menciptakan teologi baru.[11] Dalam pandangan Calvin, dosa dimulai dengan kejatuhan Adam dan menyebar ke seluruh umat manusia. Dominasi dosa ini sempurna hingga semua orang didorong kepada kejahatan.[12] Dengan demikian manusia yang telah jatuh ke dalam dosa memang membutuhkan penebusan yang dapat ditemukan di dalam Kristus. Tapi sebelum Calvin menguraikan doktrin ini, ia menggambarkan situasi khusus dari orang-orang Yahudi yang hidup pada masa Perjanjian Lama. Allah membuat perjanjian dengan Abraham, menjanjikan kedatangan Kristus. Oleh karena itu, Perjanjian yang Lama itu tidak bertentangan dengan Kristus, melainkan merupakan kelanjutan dari janji Allah. Calvin kemudian menjelaskan Perjanjian yang Baru dengan menggunakan bagian dari Pengakuan Iman Rasuli yang menggambarkan Kristus menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus dan akan kembali lagi untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Bagi Calvin, seluruh ketaatan Kristus kepada Bapa menghapuskan perselisihan antara manusia dan Allah.[13]
Pendamaian
suntingR. T. Kendall telah berpendapat bahwa pandangan Calvin tentang pendamaian berbeda dengan pandangan kaum Calvinis di kemudian hari, terutama kaum Puritan. Kendall menafsirkan bahwa Calvin percaya bahwa Kristus mati untuk semua orang, tapi hanya bersyafaat untuk mereka yang terpilih.
Tesis Kendall telah dibantah oleh Paul Helm, yang berpendapat bahwa "baik Calvin maupun kaum Puritan mengajarkan bahwa Kristus mati bagi orang-orang pilihan dan bersyafaat untuk orang-orang pilihan."[14]
Persatuan dengan Kristus
suntingDalam buku ketiga dari Institutio, Calvin menjelaskan bagaimana persatuan rohani Kristus dengan umat manusia dicapai. Ia pertama-tama mendefinisikan iman sebagai pengetahuan yang kukuh dan pasti tentang Allah dalam Kristus. Efek langsung dari iman adalah pertobatan dan pengampunan dosa. Hal ini diikuti oleh pembaharuan rohani, yang memulihkan keadaan orang percaya kepada keadaan kudus sebelum pelanggaran oleh Adam. Namun, kesempurnaan sempurna tidak dapat dicapai dalam kehidupan ini, dan orang-orang percaya terus-menerus berjuang melawan dosa.[15] Beberapa bab kemudian membahas tema pembenaran oleh iman saja. Calvin mendefinisikan pembenaran sebagai "penerimaan oleh Allah yang dengannya Ia memandang kita sebagai orang benar yang telah Ia terima ke dalam anugerah."[16] Dalam definisi ini, jelas bahwa Allah-lah yang memulai dan menyelesaikan tindakan itu dan bahwa manusia tidak memainkan peran apapun; Allah sepenuhnya berdaulat dalam keselamatan.[17] Menurut Alister McGrath, Calvin memberikan jawaban kepada masalah Reformasi tentang bagaimana masalah bagaimana pembenaran berkaitan dengan pengudusan. Calvin menyatakan bahwa keduanya berasal dari persekutuan dengan Kristus. McGrath mencatat bahwa sementara Martin Bucer menyarankan bahwa pembenaran itu menyebabkan pembaharuan (moral), Calvin berpendapat bahwa "baik pembenaran maupun pembaharuan adalah hasil dari persekutuan orang percaya dengan Kristus melalui iman."[18]
Predestinasi
suntingMenjelang bagian akhir Institutio, Calvin menjelaskan dan membela doktrin predestinasi, sebuah doktrin yang dikemukakan oleh Agustinus yang melawan ajaran Pelagius. Sesama teolog yang mengikuti tradisi Augustinian pada titik ini termasuk Thomas Aquinas dan Martin Luther,[19] meskipun rumusan Calvin tentang doktrin ini melangkah lebih jauh daripada tradisi yang berkembang sebelumnya.[20] Prinsipnya, dalam kata-kata Calvin, adalah bahwa "Semuanya tidak diciptakan dalam tingkat yang sama, namun sebagian ada yang ditakdirkan kepada hidup kekal, sementara yang lainnya kepada kebinasaan kekal; dan, dengan demikian, karena masing-masing telah diciptakan dengan satu tujuan atau yang lainnya dari keduanya, kita dapat mengatakan bahwa ia telah predestinasikan kepada kehidupan atau maut."[21]
Doktrin predestinasi "tidak berdiri pada awal sistem dogmatis seperti yang terjadi pada Zwingli atau Beza", tapi, menurut Fahlbusch, "doktrin itu cenderung hancur melalui kerangka soteriologis-Kristologis."[22] Berbeda dengan beberapa Reformator Protestan lainnya, Calvin mengajarkan predestinasi ganda. Bab 21 dari Buku III Institutio ini disebut "Tentang pemilihan yang kekal, yang dengannya Allah telah menetapkan sebagian kepada keselamatan, dan yang lainnya kepada kehancuran".
Eklesiologi dan sakramen-sakramen
suntingBuku terakhir dari Institutio menjelaskan apa yang ia anggap sebagai Gereja yang sejati dan pelayanannya, wewenang, dan sakramen-sakramen. Ia membantah klaim paus yang menyatakan dirinya memiliki keutamaan dan tuduhan bahwa para reformator itu skismatik. Bagi Calvin, Gereja didefinisikan sebagai tubuh orang-orang percaya yang menempatkan Kristus sebagai kepalanya. Menurut definisi ini, hanya ada satu Gereja yang "katolik" atau "universal". Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa para reformator "harus meninggalkan mereka, supaya kita bisa datang kepada Kristus."[23] Para pendeta Gereja digambarkan dari sebuah perikop dari Surat Efesus, dan mereka terdiri dari para rasul, nabi, penginjil, gembala, dan pujangga gereja. Calvin menganggap yang ketiga jabatan yang pertama bersifat sementara, dibatasi keberadaannya di masa Perjanjian Baru. Dua jabatan yang terakhir ditetapkan di gereja di Jenewa. Meskipun Calvin menghargai karya konsili-konsili ekumenis, ia menganggap semua itu harus taat kepada Firman Allah di dalam Alkitab. Dia juga percaya bahwa kekuasaan sipil dan gereja harus terpisah dan tidak saling mencampuri.[24]
Calvin mendefinisikan sakramen sebagai tanda duniawi yang berhubungan dengan janji dari Allah. Ia menerima hanya dua sakramen yang sah di bawah perjanjian yang baru: baptisan dan Perjamuan Tuhan (melawan Katolik yang menerima tujuh sakramen). Ia sama sekali menolak doktrin Katolik tentang transubstansiasi dan perlakukan terhadap Perjamuan sebagai pengurbanan. Ia juga tidak bisa menerima doktrin Lutheran tentang kesatuan sakramental di mana Kristus berada "di dalam, bersama, dan di bawah" unsur-unsur sakramen. Pandangannya sendiri dekat dengan pandangan simbolik Zwingli, tapi tidak identik. Bukannya menganggap sakramen semata-mata bersifat simbolik, Calvin mengatakan bahwa dengan partisipasi dari Roh Kudus, iman itu dipelihara dan diperkuat oleh sakramen. Dalam kata-katanya, ritus ekaristi adalah "rahasia yang terlalu luhur untuk saya pahami dengan pikiran saya atau untuk diungkapkan dengan kata-kata saya. Saya mengalaminya dan bukan memahaminya."[25] Keith Mathison coined the word "suprasubstantiation" (in distinction to transubstantiation or consubstantiation) to describe Calvin’s doctrine of the Lord's Supper.[26][27]
Sama dengan para Reformator Protestan lainnya, Calvin percaya bahwa hanya ada dua sakramen, yakni baptisan dan Perjamuan Tuhan. Calvin juga mengakui bahwa penahbisan juga bisa disebut sakramen, tetapi menyarankan bahwa itu adalah "ritual khusus untuk fungsi tertentu."[28]
Calvin percaya akan baptisan anak-anak, dan menghabiskan satu bab dalam bukunya Institutio untuk membahas masalah ini.
Calvin percaya akan kehadiran rohani yang nyata dari Kristus di dalam Ekaristi.[29] Bagi Calvin, kesatuan dengan Kristus berada di tengah-tengah Perjamuan Tuhan.
Menurut Brian Gerrish, ada tiga interpretasi yang berbeda tentang Perjamuan Tuhan dalam teologi Protestan non-Lutheran:
- Simbolis memorialisme, ditemukan dalam Zwingli, yang menganggap unsur-unsur sakramen hanya sebagai tanda yang menunjuk ke peristiwa masa lalu;
- Simbolis paralelisme, yang dicirikan oleh Bullinger, yang melihat tanda itu menunjuk kepada "suatu peristiwa yang terjadi secara bersamaan pada masa kini" bersama-sama dengan tanda itu sendiri; dan
- Simbolis instrumentalisme, pandangan Calvin, yang menyatakan bahwa Ekaristi adalah "peristiwa yang terjadi sekarang yang benar-benar dihadirkan melalui tanda-tandanya."[30]
Teologi sakramental Calvin dikritik para penulis Reformasi generasi selanjutnya. Salah satu contohnya adalah Robert L. Dabney yang menyebutkan bahwa teologi Calvin "not only incomprehensible but impossible. (tidak dapat dimengerti, bahkan mustahil.)"[31]
Kontroversi
suntingTeologi Calvin bukan tanpa kontroversi. Pierre Caroli, seorang pendeta Protestan di Lausanne menuduh Calvin serta Viret dan Farel menganut Arianisme pada tahun 1536. Calvin membela keyakinannya tentang Trinitas dalam Confessio de Trinitate propter calumnias P. Caroli.[32] Pada tahun 1551 Jérôme-Hermès Bolsec, seorang dokter di Geneva, menyerang doktrin predestinasi Calvin dan menuduhnya membuat Allah sebagai penyebab dosa. Bolsec diusir dari kota itu, dan setelah kematian Calvin, ia menulis sebuah biografi yang sangat menjelek-jelekkan karakter Calvin.[33] Pada tahun berikutnya, Joachim Westphal, seorang pendeta Gnesio-Lutheran di Hamburg, mengutuk Calvin dan Zwingli sebagai bidat karena menolak doktrin ekaristi tentang persatuan tubuh Kristus dengan unsur-unsur sakramen. Tulisan Calvin Defensio sanae et orthodoxae doctrinae de sacramentis (Pembelaan atas yang Doktrin yang Sadar dan Ortodoks mengenai Sakramen) adalah tanggapannya pada tahun 1555.[34] Pada tahun 1556 Justus Velsius, seorang pembangkang Belanda, menggelar perdebatan terbuka dengan Calvin selama kunjungannya ke Frankfurt. Di situ Velsius membela kehendak bebas melawan doktrin predestinasi Calvin. Setelah hukuman matis atas Servetus, seorang rekan dekat dari Calvin, Sebastian Castellio, memisahkan diri dengan dia karena perlakuannya terhadap para bidat. Dalam tulisan Castellio Risalah Bidah (1554), ia menuntut agar perhatian difokuskan kepada ajaran moral Kristus dan bukan pada kesia-siaan teologi,[35] dan ia kemudian mengembangkan teori toleransi yang didasarkan pada prinsip-prinsip alkitabiah.[36]
Calvin dan orang-orang Yahudi
suntingPara pakar telah memperdebatkan pandangan Calvin tentang orang-orang Yahudi dan Yudaisme. Sebagianberpendapat bahwa Calvin adalah orang yang paling terbuka terhadap orang Yahudi di antara semua reformis dari masanya, terutama bila dibandingkan dengan Martin Luther.[37] Yang lainnya berpendapat bahwa Calvin jelas-jelas berada di kelompok anti-semit.[38] Namun para pakar sepakat bahwa penting kita membedakan antara pandangan Calvin tentang orang Yahudi di Alkitab dan sikapnya terhadap orang-orang Yahudi kontemporer. Dalam teologinya, Calvin tidak membedakan antara perjanjian Allah dengan Israel dan Perjanjian yang Baru. Dia menyatakan, "semua anak-anak perjanjian, yang dilahirkan kembali dari Allah, telah mematuhi perintah iman yang bekerja melalui kasih, tergolong kepada Perjanjian yang Baru sejak dunia dimulai."[39] Namun demikian, dia adalah seorang supersesionis dan berpendapat bahwa orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang ditolak yang harus menerima Yesus untuk masuk kembali ke dalam perjanjian.[40]
Sebagian besar dari pernyataan Calvin tentang orang Yahudi di zamannya adalah polemik. Misalnya, Calvin pernah menulis, "Saya banyak bercakap-cakap dengan banyak orang Yahudi: saya belum pernah melihat baik setetes pun kesalehan atau sedikit pun kebenaran atau keluguan mereka – tidak, saya belum pernah menemukan akal sehat dalam diri setiap orang Yahudi."[41] Dalam hal ini, dia sedikit berbeda dengan para teolog Protestan lain dan teolog Katolik pada zamannya.[42] Di antara tulisan-tulisannya yang masih ada, Calvin hanya secara eksplisit membahas isu-isu kontemporer orang-orang Yahudi dan Yudaisme di salah satu risalah,[43] Menanggapi Pertanyaan dan Keberatan dari seorang Yahudi.[44] Dalam hal ini, ia berpendapat bahwa orang-orang Yahudi keliru membaca Kitab Suci mereka sendiri karena mereka kehilangan kesatuan dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.[45]
Lihat juga
suntingCatatan
sunting- ^ Erwin Fahlbusch et al., The Encyclopedia of Christianity, vol. 1 (Grand Rapids, MI: Wm. B. Eerdmans, 1999), 324
- ^ Hesselink 2004, hlm. 74–75; Parker 1995, hlm. 4–9
- ^ Bouwsma 1988, hlm. 9; Helm 2004, hlm. 6; Hesselink 2004, hlm. 75–77
- ^ Parker 1995, hlm. 4–10; De Greef 2004, hlm. 42–44; McGrath 1990, hlm. 136–144, 151–174; Cottret 2000, hlm. 110–114, 309–325; Parker 2006, hlm. 53–62, 97–99, 132–134, 161–164
- ^ Niesel 1980, hlm. 23–24; Hesselink 2004, hlm. 77–78; Parker 1995, hlm. 13–14
- ^ Parker 1995, hlm. 21
- ^ Steinmetz 1995, hlm. 59–62; Hesselink 2004, hlm. 85; Parker 1995, hlm. 29–34
- ^ Battles, Ford Lewis. "God Was Accommodating Himself to Human Capacity," in Donald McKim (ed.) Readings in Calvin's Theology (Grand Rapids: Baker, 1984), 38.
- ^ Hesselink 2004, hlm. 85; Parker 1995, hlm. 43
- ^ Niesel 1980, hlm. 70–79; Parker 1995, hlm. 47
- ^ Gerrish 2004, hlm. 290–291, 302. According to Gerrish, Calvin put his defence against the charge of novelty in the preface of every edition of the Institutes. The original preface of the first edition was addressed to the King of France, Francis I. The defence expressed his opinion that patristic authority favoured the reformers and that allegation of the reformers deviating from the patristic consensus was a fiction. See also Steinmetz 1995, hlm. 122–137.
- ^ Niesel 1980, hlm. 80–88; Parker 1995, hlm. 50–57
- ^ Parker 1995, hlm. 57–77
- ^ Helm, Paul (1982). Calvin and the Calvinists. Banner of Truth Trust. hlm. 81.
- ^ Niesel 1980, hlm. 126–130; Parker 1995, hlm. 78–86
- ^ Parker 1995, hlm. 97–98
- ^ Niesel 1980, hlm. 130–137; Parker 1995, hlm. 95–103
- ^ Alister E. McGrath, Reformation Thought: An Introduction (3rd ed; Oxford: Blackwell, 1999): 125.
- ^ Parker 1995, hlm. 114
- ^ Heron 2005, hlm. 243
- ^ Calvin 1989, Book III, Chapter 21, Par 5
- ^ Fahlbusch et al, 329.
- ^ Parker 1995, hlm. 134; Niesel 1980, hlm. 187–195
- ^ Parker 1995, hlm. 135–144
- ^ Potter & Greengrass 1983, hlm. 34–42; McDonnell 1967, hlm. 206; Parker 1995, hlm. 147–157; Niesel 1980, hlm. 211–228; Steinmetz 1995, hlm. 172–173
- ^ Mathison, Keith (2002). Given for You. Reclaiming Calvin's Doctrine of the Lord's Supper. P&R. hlm. 279.
- ^ Salkeld, Brett (2019). Transubstantiation: Theology, History, and Christian Unity. Baker Academic. hlm. 177. ISBN 9781493418244. Diakses tanggal 16 September 2022.
- ^ Institutes IV.xix.28.
- ^ Ralph Cunnington, "Calvin's Doctrine of the Lord's Supper: A blot upon his labors as a public instructor?"
- ^ B. A. Gerrish, "Sign and reality: The Lord's Supper in the reformed confessions" in The Old Protestantism and the New (Edinburgh: T &T Clark 1982) pp. 118-30.
- ^ Robert L. Dabney, Lectures in Systematic Theology, p. 811.
- ^ Gamble 2004, hlm. 199; Cottret 2000, hlm. 125–126
- ^ Gamble 2004, hlm. 198–199; McGrath 1990, hlm. 16–17; Cottret 2000, hlm. 208–211
- ^ Gamble 2004, hlm. 193–196; Parker 1975, hlm. 163
- ^ Cottret 2000, hlm. 227–233
- ^ Ganoczy 2004, hlm. 17–18
- ^ See Daniel J. Elazar, Covenant and Commonwealth: Europe from Christian Separation through the Protestant Reformation, Volume II of the Covenant Tradition in Politics (New Brunswick: Transaction Publishers, 1995)
- ^ Pater 1987, hlm. 256–296; Baron 1972, hlm. 343–344
- ^ Lange van Ravenswaay 2009, hlm. 144 quoting from Calvin, Institutes II.11.10
- ^ Pak, G. Sojin. John Calvin and the Jews: His Exegetical Legacy. Reformed Institute of Metropolitan Washington, 2009, p. 25.
- ^ Calvin's commentary of Daniel 2:44–45 translated by Myers, Thomas.
- ^ Detmers 2006, hlm. 199; Lange van Ravenswaay 2009, hlm. 143–146; Pak 2009, hlm. 177
- ^ Pak 2009, hlm. 3
- ^ Ad Questiones et Obiecta Iudaei cuisdam Responsio Ioannis Calvini in CR 37:653–74 and translated by R. Susan Frank in M. Sweetland Laver, Calvin, Jews, and Intra-Christian Polemics (PhD diss, Temple University, Philadelphia, 1987), pp. 220–61.
- ^ Pak 2009, hlm. 27
Referensi
sunting- Balserak, Jon (2014), John Calvin as Sixteenth-Century Prophet, Oxford: Oxford University Press, ISBN 978-0-19-870325-9 More than one of
|ISBN=
dan|isbn=
specified (bantuan) . - Baron, Salo (1972), "John Calvin and the Jews", dalam Feldman, Leon A., Ancient and Medieval Jewish History, New Brunswick, New Jersey: Rutgers University Press, OCLC 463285878 More than one of
|oclc=
dan|OCLC=
specified (bantuan) (aslinya terbit pada 1965). - Bouwsma, William James (1988), John Calvin: A Sixteenth-Century Portrait, New York: Oxford University Press, ISBN 0-19-504394-4 More than one of
|ISBN=
dan|isbn=
specified (bantuan) . - Calvin, John (1989) [1564], Institutio Christianae religionis (dalam bahasa Latin), Translated by Henry Beveridge, Grand Rapids, MI: Wm. B. Eerdmans Publishing Company
- Cottret, Bernard (2000) [1995], Calvin: Biographie (dalam bahasa French), Translated by M. Wallace McDonald, Grand Rapids, Michigan: Wm. B. Eerdmans, ISBN 0-8028-3159-1 More than one of
|ISBN=
dan|isbn=
specified (bantuan) * De Greef, Wulfert (2004), "Calvin's writings", dalam McKim, Donald K., The Cambridge Companion to John Calvin, Cambridge: Cambridge University Press, ISBN 978-0-521-01672-8 More than one of|ISBN=
dan|isbn=
specified (bantuan) * Detmers, Achim (2006), "Calvin, the Jews, and Judaism", dalam Bell, Dean Phillip; Burnett, Stephen G., Jews, Judaism, and the Reformation in Sixteenth-Century Germany, Leiden: Brill, ISBN 978-90-04-14947-2 More than one of|ISBN=
dan|isbn=
specified (bantuan) . - Gamble, Richard C. (2004), "Calvin's controversies", dalam McKim, Donald K., The Cambridge Companion to John Calvin, Cambridge: Cambridge University Press, ISBN 978-0-521-01672-8 More than one of
|ISBN=
dan|isbn=
specified (bantuan) * Ganoczy, Alexandre (2004), "Calvin's life", dalam McKim, Donald K., The Cambridge Companion to John Calvin, Cambridge: Cambridge University Press, ISBN 978-0-521-01672-8 More than one of|ISBN=
dan|isbn=
specified (bantuan) * Gerrish, R. A. (2004), "The place of Calvin in Christian theology", dalam McKim, Donald K., The Cambridge Companion to John Calvin, Cambridge: Cambridge University Press, ISBN 978-0-521-01672-8 More than one of|ISBN=
dan|isbn=
specified (bantuan) * Helm, Paul (2004), John Calvin's Ideas, Oxford: Oxford University Press, ISBN 0-19-925569-5 More than one of|ISBN=
dan|isbn=
specified (bantuan) . - Heron, Alasdair (2005), Lacoste, Jean-Yves, ed., "John Calvin", Encyclopedia of Christian Theology, New York: CRC Press.
- Hesselink, I. John (2004), "Calvin's theology", dalam McKim, Donald K., The Cambridge Companion to John Calvin, Cambridge: Cambridge University Press, ISBN 978-0-521-01672-8 More than one of
|ISBN=
dan|isbn=
specified (bantuan) * Lange van Ravenswaay, J. Marius J. (2009) [2008], "Calvin and the Jews", dalam Selderhuis, Herman J., Calvijn Handboek (dalam bahasa Dutch), Translated by Kampen Kok, Grand Rapids, Michigan: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., ISBN 978-0-8028-6230-3 More than one of|ISBN=
dan|isbn=
specified (bantuan) * McDonnell, Kilian (1967), John Calvin, the Church, and the Eucharist, Princeton: Princeton University Press, OCLC 318418 More than one of|oclc=
dan|OCLC=
specified (bantuan) . - McGrath, Alister E. (1990), A Life of John Calvin, Oxford: Basil Blackwell, ISBN 0-631-16398-0 More than one of
|author-link=
,|author-link=
, dan|authorlink=
specified (bantuan); More than one of|ISBN=
dan|isbn=
specified (bantuan) . - Niesel, Wilhelm (1980), The Theology of Calvin, Grand Rapids, Michigan: Baker Book House, ISBN 0-8010-6694-8 More than one of
|ISBN=
dan|isbn=
specified (bantuan) . - Pak, G. Sujin (2010), The Judaizing Calvin, Oxford: Oxford University Press, ISBN 978-0-19-537192-5 More than one of
|ISBN=
dan|isbn=
specified (bantuan) . - Parker, T. H. L. (1995), Calvin: An Introduction to His Thought, London: Geoffrey Chapman, ISBN 0-225-66575-1 More than one of
|ISBN=
dan|isbn=
specified (bantuan) . - Parker, T. H. L. (2006), John Calvin: A Biography, Oxford: Lion Hudson plc, ISBN 978-0-7459-5228-4 More than one of
|ISBN=
dan|isbn=
specified (bantuan) . - Pater, Calvin Augustus (1987), "Calvin, the Jews, and the Judaic Legacy", dalam Furcha, E. J., In Honor of John Calvin: Papers from the 1986 International Calvin Symposium, Montreal: McGill University Press, ISBN 978-0-7717-0171-9 More than one of
|ISBN=
dan|isbn=
specified (bantuan) . - Potter, G. R.; Greengrass, M. (1983), John Calvin, London: Edward Arnold (Publishers) Ltd., ISBN 0-7131-6381-X More than one of
|ISBN=
dan|isbn=
specified (bantuan) . - Steinmetz, David C. (1995), Calvin in Context, Oxford: Oxford University Press, ISBN 0-19-509164-7 More than one of
|ISBN=
dan|isbn=
specified (bantuan)