Geomorfologi
Bagian dari seri |
Ilmu Pengetahuan |
---|
Geomorfologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang bentuk alam dan proses yang membentuknya. Para ahli geomorfologi mencoba untuk memahami kenapa sebuah bentang alam terlihat seperti itu, untuk memahami sejarah dan dinamika bentang alam, dan memprediksikan perubahan pada masa depan dengan menggunakan kombinasi pengamatan lapangan, percobaan dan pemodelan. Geomorfologi dipejari di geografi, geologi, geodesi, arkeologi, dan teknik kebumian.
Ruang lingkup kajian
Pada dasarnya ruang lingkup kajian dari geomorfologi adalah bentuk permukaan Bumi. Dalam pembahasan ilmiah, bentuk permukaan Bumi ini meliputi penemuan dan pengenalan bentuk lahan dan faktor-faktor pembentuknya. Geomorfologi juga membahas tentang sejarah dan asal-usul bentuk lahan. Selain itu, geomorfologi juga membahas tentang penemuan dan pengenalan aspek-aspek pembentuk bentang lahan dari bentang alam konstruksional maupun bentang alam destruksional.[1]
Bentang alam
Bentang alam destruksional
Bentang alam destruksional disebut juga sebagai bentang alam eksogenik. Pembentukan bentang alam destruksional dikendalikan oleh gaya eksogen.[2] Gaya eksogen merupakan gaya yang dihasilkan oleh pengaruh gaya dari energi surya dan gravitasi. Jenis gaya eksogen meliputi pelapukan, erosi, pemborosan massal dan sedimentasi.[2]
Bentang alam konstruksional
Bentang alam konstruksional disebut juga sebagai bentang alam endogenik. Pembentukan bentang alam destruksional dikendalikan oleh gaya ekdogen.[2] Gaya endogen mencakup semua jenis gaya yang berasal dari Bumi. Secara umum, gaya endogen meliputi aktivitas tektonik, aktivitas magmatik dan aktivitas vulkanik. Aktivitas tektonik disebabkan oleh pergeseran lempeng dan pembentukan pegunungan. Aktivitas magmatik meliputi semua intrusi magma yang menuju ke permukaan Bumi atau berada di dekat permukaan Bumi. Sedangkan aktivitas vulkanik meliputi pembentukan gunung berapi dan letusan gunung berapi.[2]
Proses Pembentuk Alam
Proses pembentuk utama yang bertanggung jawab terhadap pembentukan topografi adalah angin, ombak, cuaca, pergerakan tanah, aliran air, gletser, tektonik, dan vulkanik.[butuh rujukan]
Proses fluvial
Proses fluvial adalah proses pembentukan alam yang berhubungan dengan pergerakan sedimen, erosi dan endapan di sungai.[butuh rujukan]
Proses aeolian
Proses aeolian adalah proses yang berhubungan dengan angin yang sebagai sumber pembentuknya. Angin dapat mengikis, membawa dan mengumpulan material.[butuh rujukan]
Proses pelerengan
Tanah dan berbatuan bergerak ke bawah dengan adanya gaya gravitasi.[butuh rujukan]
Proses glasial
Pergerakan es dan gletser dapat mengakibatkan abrasi dan memindahkan bebatuan.[butuh rujukan]
Proses tektonik
Proses tektonik terjadi karena aktivitas tektonik.[butuh rujukan]
Proses Igneous
Proses igneous sangat mempengaruhi terhadap geomorfologi, baik yang berasaal dari vulkanik maupun dari tektonik.[butuh rujukan]
Proses biologikal
Interaksi antara makhluk hidup dan bentuk alam dapat mempengaruhi proses pembentukan geomorfologi.[butuh rujukan]
Jenis-jenis
Geomorfologi karst
Morfologi Makro
Di bawah ini adalah beberapa bentuk morfologi permukaan karst dalam ukuran meter sampai kilometer:[butuh rujukan]
- Swallow hole: Lokasi di mana aliran permukaan seluruhnya atau sebagian mulai menjadi aliran bawah permukaan yang terdapat pada batu gamping. Swallow hole yang terdapat pada polje sering disebut ponor. Pengertian ini dipergunakan untuk menandai tempat di mana aliran air menghilang menuju bawah tanah.
- Sink hole: disebut juga doline, yaitu bentukan negatif yang dengan bentuk depresi atau mangkuk dengan diameter kecil sampai 1000 m lebih.
- Vertical shaft: pada bentuk ideal, merupakan silinder dengan dinding vertikal merombak perlapisan melawan inklinasi perlapisan.
- Collapse: runtuhan
- Cockpit: bentuk lembah yang ada di dalam cone karst daerah tropik yang lembap. Kontur cockpit tidak melingkar seperti pada doline tetapi seperti bentuk bintang dengan sisi-sisi yang identik, yang menunjukkan bahwa formasi cone merupakan faktor penentunya.
- Polje: depresi aksentip daerah karst, tertutup semua sisi, sebagian terdiri dari lantai yang rata, dengan batas-batas terjal di beberapa bagian dan dengan sudut yang nyata antara dasar/ lantai dengan tepi yang landai atau terjal itu.
- Uvala: cekungan karst yang luas, dasarnya lebar tidak rata: lembah yang memanjang kadang-kadang berkelak-kelok, tetapi pada umumnya dengan dasar yang menyerupai cawan.
- Dry valley: terlihat seperti halnya lembah yang lainnya namun tidak ada aliran kecuali kadang-kadang setelah adanya es yang hebat diikuti oleh pencairan es yang cepat.
- Jendela karst: lubang pada atap gua sebagai tempat masuknya cahaya matahari yang terbentuk akibat runtuhnya dinding gua.
Pulau Jawa memiliki kawasan karst yang cukup spesifik yaitu karst Gunung Sewu, di mana bentukan bukit-bukit seperti cawan terbalik dan kerucut begitu sempurna dengan lembah-lembahnya. Bukit merupakan residu erosi dan lembahnya adalah merupakan daerah diaman terjadi erosi aktif dari dulu sampai sekarang. Bagian-bagian depresi atau cekungan merupakan titik terendah dan menghilangnya air permukaan ke bawah permukaan. Erosi memperlebar struktur (lihat geologi gua dan teori terbentuknya gua), kekar, sesar, dan bidang lapisan, dan membentuk gua-gua, baik vertikal maupun horisontal. Gua-gua juga dapat terbentuk karena adanya mata air karst.[butuh rujukan]
Mata air karst ini ada beberapa jenis:[butuh rujukan]
- Bedding spring, mata air yang terbentuk pada tempat di mana terjadi pelebaran bidang lapisan,
- Fracture spring, mata air yang terbentuk pada tempat di mana terjadi pelebaran bidang rekahan,
- Contact spring, mata air yang terbentuk karena adanya kontak antara batu gamping dan batu lain yang impermiabel.
Disamping itu secara khusus ada jenis mata air yang berada di bawah permukaan air laut disebut dengan vrulja.
Morfologi mikro
Ada kawasan karst dengan sudut dip yang kecil dan permukaannya licin. Area ini dipisah-pisahkan dalam bentuk blok-blok oleh joint terbuka, disebut dengan grike-Bhs. Inggris, atau Kluftkarren-Bhs. Jerman. Bentukan-bentukan minor ini dalam bahasa Jerman memiliki akhiran karren. Sering permukaan blok itu terpotong menjadi sebuah pola dendritic dari runnel dengan deretan dasar dipisahkan oleh deretan punggungan yang mengeringkannya kedalam grike terlebih dahulu. Juga terkadang mereka memiliki profil panjang yang hampir mulus. Bentukan ini disebut Rundkarren. Tipe lain adalah Rillenkarren yang memiliki saluran yang tajam, ujung punggungan dibatasi oleh deretan saluran berbentuk V. Biasanya tampak pada permukaan yag lebih curam daripada rundkarren, dengan saluran sub-paralel dan beberapa cabang. Microrillenkarren merupakan bentuk gabungan tetapi hanya memiliki panjang beberapa centimeter dan lebarnya 10–20 mm. Pseudo karren, memiliki bentuk sama dengan rundkarren dan rinnenkarren. Namun, hanya terjadi pada granit di daerah tropik yang lembap.[butuh rujukan]
Penafsiran
Sungai sebsekuen
Penafsiran geomorfologi dapat dipermudah dengan pemahaman mengenai sungai subsekuen. Sungai subsekuen adalah sungai yang terbentuk di sepanjang suatu garis atau zona yang resisten. Letak sungai ini secara umum berada pada sungai yang alirannnya mengalir di sepanjang jalur perlapisan batuan. Lapisan batuan ini memiliki resistensi terhadap erosi. Salah satu jenis lapisan batuan ini adalah lapisan batu pasir.[3]
Keterkaitan dengan ilmu lain
Geomorfologi geografi
Geomorfologi memiliki keterkaitan dengan geografi. Kedua jenis keilmuan ini saling membutuhkan satu sama lain. Keterkaitan antara geomorfologi dan geografi berkaitan dengan ilmu geografi yang disebut geomorfologi geografi. Ruang lingkup ilmunya meliputui hubungan antara geomorfologi dengan objek material dalam geografi. Kajian geomorfologi geografi menghasilakn ilmu bentang lahan, bentang alam dan bentang geografi.[4]
Lihat juga
Referensi
Catatan kaki
- ^ Suharjo, dkk. 2017, hlm. 1-2.
- ^ a b c d Noor 2012, hlm. 164.
- ^ Noor 2012, hlm. 142.
- ^ Suharjo, dkk. 2017, hlm. 2.
Daftar pustaka
- Noor, Djauhari (2012). Pengantar Geologi (edisi ke-2). Pakuan University Press.
- Suharjo, dkk. (2017). Geomorfologi Dasar: Dinamika Permukaan Bumi dan Dampaknya terhadap Manusia di Berbagai Lingkungan Bentang Lahan. Surakarta: Muhammadiyah University Press. ISBN 978-602-361-072-3.