Masjid Istiqlal, Jakarta
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. (Juni 2018) |
Masjid Istiqlal (arti harfiah: Masjid Merdeka) adalah masjid nasional negara Republik Indonesia yang terletak di bekas Taman Wilhelmina, di timur laut Lapangan Medan Merdeka yang di tengahnya berdiri Monumen Nasional (Monas), di pusat ibu kota Jakarta. Masjid ini merupakan salah satu dari 10 masjid terbesar kapasitasnya di dunia yang dapat menampung lebih dari 200.000 jemaah. Di seberang timur masjid ini berdiri Gereja Katedral Jakarta. Ketua Harian Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI) sekaligus Imam Besar Masjid Istiqlal adalah Prof. Dr. Nasaruddin Umar, M.A.[5][6] [7]
مسجد الاستقلال Masjid Istiqlal | |
---|---|
Masjid Istiqlal | |
Agama | |
Afiliasi | Islam |
Cabang/tradisi | Islam Sunni |
Kepemilikan | Sekretaris Negara Indonesia dengan Menteri Agama Republik Indonesia |
Kepemimpinan |
|
Lokasi | |
Lokasi | Jakarta, Indonesia |
Koordinat | 6°10′11″S 106°49′51″E / 6.169804°S 106.830921°E |
Arsitektur | |
Arsitek | Friedrich Silaban |
Tipe | Masjid |
Gaya arsitektur | Internasional |
Kontraktor | Indonesia |
Didirikan | 1978 (direnovasi tahun 1999) |
Peletakan batu pertama | 24 Agustus 1961 |
Rampung | 22 Februari 1978 |
Biaya konstruksi | Rp 7 miliar (US$ 484 Ribu)[4] |
Spesifikasi | |
Kapasitas | 200,000 jemaah |
Kubah | 2 |
Diameter luar kubah | 45 m (148 ft) |
Menara | 1 |
Tinggi menara | 9.666 meter or 31.713 kaki; 6.666 m or 21.870 ft struktur yang dilapisi batu, ditambah 30 m or 98 ft puncak baja anti karat. |
Bahan bangunan | Struktur baja dan konkret, susunan batu pada lantai, dinding dan kubah, lantai keramik, ornamen baja tahan karat dan kerajinan besi. |
Situs web | |
istiqlal |
Pembangunan masjid ini diprakarsai oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, Ir. Soekarno. Peletakan batu pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan Masjid Istiqlal dilakukan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1961. Arsitek Masjid Istiqlal adalah Frederich Silaban, seorang arsitek yang beragama Kristen Protestan dan juga anak kelima dari pendeta gereja Lutheran injili tradisional yang berasal dari Huria Kristen Batak Protestan yang bernama Pdt. Jonas Silaban.[8]
Masjid ini memiliki gaya arsitektur modern dengan dinding dan lantai berlapis marmer, dihiasi ornamen geometrik dari baja antikarat. Bangunan utama masjid ini terdiri dari lima lantai dan satu lantai dasar. Bangunan utama itu dimahkotai satu kubah besar berdiameter 45 meter yang ditopang 12 tiang besar. Menara tunggal setinggi total 96,66 meter menjulang di sudut Selatan selasar masjid. Masjid ini mampu menampung lebih dari 200.000 jemaah.[9]
Selain digunakan sebagai aktivitas ibadah umat Islam, masjid ini juga digunakan sebagai kantor berbagai organisasi Islam di Indonesia, aktivitas sosial, dan kegiatan umum. Masjid ini juga menjadi salah satu daya tarik wisata yang terkenal di Jakarta. Kebanyakan wisatawan yang berkunjung umumnya wisatawan domestik di samping sebagian wisatawan asing yang beragama Islam. Masyarakat non-Muslim juga dapat berkunjung ke masjid ini setelah sebelumnya mendapat pembekalan informasi mengenai Islam dan Masjid Istiqlal, meskipun bagian yang boleh dikunjungi kaum non-Muslim terbatas dan harus didampingi pemandu.
Pada tiap hari besar Islam seperti Ramadan, Idulfitri, Iduladha, Tahun Baru Hijriyah, Maulid Nabi Muhammad serta Isra Mikraj, Presiden Republik Indonesia selalu mengadakan kegiatan keagamaan di masjid ini yang disiarkan secara langsung melalui televisi nasional (TVRI) dan sebagian televisi swasta.
Nama masjid
Masjid Istiqlal [10] merupakan masjid negara Indonesia, yaitu masjid yang mewakili umat muslim Indonesia. Karena menyandang status terhormat ini maka masjid ini harus dapat menjadi kebanggaan bangsa Indonesia sekaligus menggambarkan semangat perjuangan dalam meraih kemerdekaan. Masjid ini dibangun sebagai ungkapan dan wujud dari rasa syukur bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam, atas berkat dan rahmat Allah SWT yang telah menganugerahkan nikmat kemerdekaan, terbebas dari cengkraman penjajah. Karena itulah masjid ini dinamakan "Istiqlal" yang dalam bahasa Arab berarti "Merdeka".[11][12]
Sejarah
Setelah perang kemerdekaan Indonesia, mulai berkembang gagasan besar untuk mendirikan masjid nasional. Ide pembangunan masjid tercetus setelah empat tahun proklamasi kemerdekaan. Gagasan pembangunan masjid kenegaraan ini sejalan dengan tradisi bangsa Indonesia yang sejak zaman kerajaan purba pernah membangun bangunan monumental keagamaan yang melambangkan kejayaan negara. Misalnya pada zaman kerajaan Hindu-Buddha bangsa Indonesia telah berjaya membangun candi Borobudur dan Prambanan. Karena itulah pada masa kemerdekaan Indonesia terbit gagasan membangun masjid agung yang megah dan pantas menyandang predikat sebagai masjid negara berpenduduk muslim terbesar di dunia.[13]
Perencanaan
Pada tahun 1950, KH. Wahid Hasyim yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Agama Republik Indonesia dan H. Anwar Tjokroaminoto dari Partai Syarikat Islam mengadakan pertemuan dengan sejumlah tokoh Islam di Deca Park, sebuah gedung pertemuan di jalan Merdeka Utara, tidak jauh dari Istana Merdeka. Pertemuan dipimpin oleh KH. Taufiqurrahman, yang membahas rencana pembangunan masjid. Gedung pertemuan yang bersebelahan dengan Istana Merdeka itu, kini tinggal sejarah. Deca Park dan beberapa gedung lainnya tergusur saat proyek pembangunan Monumen Nasional (Monas) dimulai.[14][15]
Pada pertemuan di gedung Deca Park tersebut, secara mufakat disepakati H. Anwar Tjokroaminoto sebagai ketua Yayasan Masjid Istiqlal. Dia juga ditunjuk secara mufakat sebagai ketua panitia pembangunan Masjid Istiqlal meskipun dia terlambat hadir karena baru kembali ke tanah air setelah bertugas sebagai delegasi Indonesia ke Jepang membicarakan masalah pampasan perang saat itu.
Pada tahun 1953, Panita Pembangunan Masjid Istiqlal, melaporkan rencana pembangunan masjid itu kepada kepala negara. Presiden Soekarno menyambut baik rencana tersebut, bahkan akan membantu sepenuhnya pembangunan Masjid Istiqlal. Kemudian Yayasan Masjid Istiqlal disahkan dihadapan notaris Eliza Pondaag pada tanggal 7 Desember 1954.
Presiden Soekarno mulai aktif dalam proyek pembangunan Masjid Istiqlal sejak dia ditunjuk sebagai Ketua Dewan Juri dalam Sayembara maket Masjid Istiqlal yang diumumkan melalui surat kabar dan media lainnya pada tanggal 22 Februari 1955. Melalui pengumuman tersebut, para arsitek baik perorangan maupun kelembagaan diundang untuk turut serta dalam sayembara itu.
Terjadi perbedaan pendapat mengenai rencana lokasi pembangunan Masjid Istiqlal. Ir. H. Mohammad Hatta (Wakil Presiden RI) berpendapat bahwa lokasi yang paling tepat untuk pembangunan Masjid Istiqlal tersebut adalah di Jl. Moh. Husni Thamrin yang kini menjadi lokasi Hotel Indonesia. Dengan pertimbangan lokasi tersebut berada di lingkungan masyarakat Muslim dan waktu itu belum ada bangunan di atasnya.
Sementara itu, Ir. Soekarno (Presiden RI saat itu) mengusulkan lokasi pembangunan Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina, yang di dalamnya terdapat reruntuhan benteng Belanda dan dikelilingi oleh bangunan-bangunan pemerintah dan pusat-pusat perdagangan serta dekat dengan Istana Merdeka. Hal ini sesuai dengan simbol kekuasaan keraton di Pulau Jawa dan daerah-daerah di Indonesia bahwa masjid harus selalu berdekatan dengan kraton atau dekat dengan alun-alun,[4] dan Taman Medan Merdeka dianggap sebagai alun-alun Ibu Kota Jakarta. Selain itu Soekarno juga menghendaki masjid negara Indonesia ini berdampingan dengan Gereja Katedral Jakarta serta Gereja Immanuel Jakarta untuk melambangkan semangat persaudaraan, persatuan dan toleransi beragama sesuai berlandaskan ideologi Pancasila.
Pendapat H. Moh. Hatta tersebut akan lebih hemat karena tidak akan mengeluarkan biaya untuk penggusuran bangunan-bangunan yang ada di atas dan di sekitar lokasi. Namun, setelah dilakukan musyawarah, akhirnya ditetapkan lokasi pembangunan Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina. Untuk memberi tempat bagi masjid ini, bekas benteng Belanda yaitu benteng Prins Frederick yang dibangun pada tahun 1837 dibongkar.[16]
Sayembara rancang bangun masjid
Dewan Juri sayembara rancang bangun Masjid Istiqlal, terdiri dari para Arsitek dan Ulama terkenal. Susunan Dewan Juri adalah Presiden Soekarno sebagai ketua, dengan anggotanya Ir. Roosseno Soerjohadikoesoemo, Ir. Djoeanda Kartawidjaja, Ir. Suwardi, Ir. R. Ukar Bratakusumah, Rd. Soeratmoko, H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), H. Aboebakar Atjeh, dan Oemar Husein Amin.
Sayembara berlangsung mulai tanggal 22 Februari 1955 sampai dengan 30 Mei 1955. Sambutan masyarakat sangat menggembirakan, tergambar dari banyaknya peminat hingga mencapai 30 peserta. Dari jumlah tersebut, terdapat 27 peserta yang menyerahkan sketsa dan maketnya, dan hanya 22 peserta yang memenuhi persyaratan lomba.
Setelah dewan juri menilai dan mengevaluasi, akhirnya ditetapkanlah 5 (lima) peserta sebagai nominator. Lima peserta tersebut adalah:
- Pemenang Pertama: Fredrerich Silaban dengan disain bersandi Ketuhanan[17]
- Pemenang Kedua: R. Utoyo dengan disain bersandi Istighfar
- Pemenang Ketiga: Hans Gronewegen dengan disain bersandi Salam
- Pemenang Keempat: 5 orang mahasiswa ITB dengan disain bersandi Ilham
- Pemenang Kelima: adalah 3 orang mahasiswa ITB dengan disain bersandi Khatulistiwa dan NV. Associatie dengan sandi Lima Arab
Pada tanggal 5 Juli 1955, Dewan Juri menetapkan F. Silaban sebagai pemenang pertama. Penetapan tersebut dilakukan di Istana Merdeka, sekaligus menganugerahkan sebuah medali emas 75 gram dan uang Rp. 25.000. Pemenang kedua, ketiga, dan keempat diberikan hadiah. Dan seluruh peserta mendapat sertifikat penghargaan.
Pembangunan
Pemancangan tiang pertama dilakukan oleh Presiden Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1961 bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, disaksikan oleh ribuan umat Islam.[18]
Selanjutnya pelaksanaan pembangunan masjid ini tidak berjalan lancar. Sejak direncanakan pada tahun 1950 sampai dengan 1965 tidak mengalami banyak kemajuan. Proyek ini tersendat, karena situasi politik yang kurang kondusif. Pada masa itu, berlaku demokrasi parlementer, partai-partai politik saling bertikai untuk memperjuangkan kepentingannya masing-masing. Kondisi ini memuncak pada tahun 1965 saat meletus peristiwa G30S/PKI, sehingga pembangunan masjid terhenti sama sekali. Setelah situasi politik mereda, pada tahun 1966, Menteri Agama KH. Muhammad Dahlan mempelopori kembali pembangunan masjid ini. Kepengurusan dipegang oleh KH. Idham Chalid yang bertindak sebagai Koordinator Panitia Nasional Pembangunan Masjid Istiqlal.[18]
Tujuh belas tahun kemudian, Masjid Istiqlal selesai dibangun. Dimulai pada tanggal 24 Agustus 1961, dan diresmikan penggunaannya oleh Presiden Soeharto pada tanggal 22 Februari 1978,[19] ditandai dengan prasasti yang dipasang di area tangga pintu As-Salam. Biaya pembangunan diperoleh terutama dari APBN sebesar Rp. 7.000.000.000,- (tujuh miliar rupiah) dan US$. 12.000.000 (dua belas juta dollar AS).[20]
Peristiwa kontemporer
Karena Masjid Istiqlal adalah masjid nasional Republik Indonesia, setiap upacara atau peringatan hari besar Islam senantiasa digelar di masjid ini. Misalnya Hari raya Idul Fitri, Idul Adha, Isra Mi'raj, dan Maulid Nabi digelar di masjid ini dan diliput televisi nasional. Untuk turut memeriahkan perhelatan Visit Indonesia Year 1991 digelarlah Festival Istiqlal yang pertama pada tahun 1991. Festival ini digelar untuk memamerkan seni dan kebudayaan Islam Indonesia, turut hadir perwakilan negara sahabat berpenduduk muslim seperti Iran, Arab Saudi, dan perwakilan muslim China dari Uighur. Festival Istiqlal yang kedua digelar pada tahun 1995 untuk memperingati 50 tahun kemerdekaan Republik Indonesia.
Pada pukul 15.20 WIB hari Senin, 19 April 1999 bom meledak di lantai dasar Masjid Istiqlal. Letusan ini meretakkan tembok dan memecahkan kaca beberapa kantor organisasi Islam yang berkantor di Masjid Istiqlal, termasuk kantor Majelis Ulama Indonesia. Dua orang terluka akibat ledakan ini.[21] Pada bulan Juni 1999 Polisi mengumumkan tujuh orang pengamen tersangka pelaku pengeboman Masjid Istiqlal yang telah ditangkap. Ketujuh orang ini adalah pelaksana yang menempatkan bom di Masjid Istiqlal, meskipun demikian siapakah otak perencana di balik pengeboman ini masih belum terungkap jelas.[22]
Karena letak Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta yang bedampingan, maka kedekatan ini menjadi simbol keharmonisan antarumat beragama di Indonesia. Kendaraan umat Katolik yang merayakan misa hari besar keagamaan Katolik diperkenankan menggunakan lahan parkir Masjid Istiqlal.[23]
Pengunjung
Sebagai masjid terbesar di Kawasan Timur Asia (Asia Tenggara dan Asia Timur), Masjid Istiqlal menarik perhatian wisatawan dalam dan luar negeri, terutama wisatawan muslim yang datang dari berbagai penjuru Indonesia ataupun wisatawan Muslim dari luar negeri. Pengunjung muslim dapat langsung masuk dan berbaur dengan jemaah untuk menunaikan salat berjemaah. Wisatawan non-Muslim diperbolehkan berkunjung dan memasuki masjid ini, setelah sebelumnya mendapat pembekalan informasi mengenai Islam dan Masjid Istiqlal. Pengunjung non-Muslim harus mengikuti tata cara mengunjungi masjid seperti melepaskan alas kaki serta mengenakan busana yang sopan dan pantas. Misalnya pengunjung tidak diperkenankan mengenakan celana pendek atau pakaian yang kurang pantas (busana lengan pendek, kaus kutang atau tank top). Pengunjung yang mengenakan celana pendek biasanya dipinjamkan sarung, sedangkan pengunjung wanita diminta mengenakan kerudung. Meskipun demikian bagian yang boleh dikunjungi kaum non-Muslim terbatas dan harus didampingi pemandu. Misalnya pengunjung non-Muslim (kecuali tamu negara atau VVIP) tidak diperkenankan memasuki lantai pertama ruang utama tempat mihrab dan mimbar, tetapi diperbolehkan melihat bagian dalam ruangan ini dari balkon lantai kedua. Selebihnya pengunjung non-Muslim boleh mengunjungi bagian lain seperti pelataran terbuka, selasar, kaki menara dan koridor masjid.
Setelah presiden Amerika Serikat Barack Obama didampingi istrinya mengunjungi Masjid Istiqal pada November 2010, makin banyak wisatawan asing yang berkunjung ke masjid ini, rata-rata sekitar 20 wisatawan asing mengunjungi masjid ini tiap harinya. Kebanyakan berasal dari Eropa.[24] Para tokoh penting asing terkenal yang pernah mengunjungi Masjid Istiqlal antara lain; Bill Clinton Presiden Amerika Serikat pada tahun 1994, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Libya Muammar Gaddafi, Pangeran Charles dari Britania Raya, Li Yuanchao wakil ketua Partai Komunis China, Presiden Cile Sebastián Piñera, Heinz Fischer Presiden Austria, dan Jens Stoltenberg Perdana Menteri Norwegia,[25] Kanselir Jerman Angela Merkel pada tahun 2012,[26] dan Raja Salman dari Arab Saudi saat kunjungannya ke Indonesia pada Maret 2017[27]
Arsitektur
Sebagai masjid negara Indonesia, Masjid Istiqlal diharapkan dapat menampung jamaah dalam jumlah yang besar. Karena itu arsitekturnya menerapkan prinsip minimalis, dengan mempertimbangkan keberadaannya di kawasan beriklim tropis. Masjid dirancang agar udara dapat bebas bersirkulasi sehingga ruangan tetap sejuk, sementara jemaah terbebas dari panas matahari dan hujan. Ruangan salat yang berada di lantai utama dan terbuka sekelilingnya diapit oleh plaza atau pelataran terbuka di kiri-kanan bangunan utama dengan tiang-tiang dengan bukaan lowong yang lebar di antaranya, dimaksudkan untuk memudahkan sirkulasi udara dan penerangan yang alami.[28]
Gaya arsitektur
Masjid ini bergaya arsitektur Islam modern internasional, yaitu menerapkan bentuk-bentuk geometri sederhana seperti kubus, persegi, dan kubah bola, dalam ukuran raksasa untuk menimbulkan kesan agung dan monumental. Bahannya pun dipilih yang besifat kokoh, netral, sederhana, dan minimalis, yaitu marmer putih dan baja antikarat (stainless steel). Ragam hias ornamen masjid pun bersifat sederhana namun elegan, yaitu pola geometris berupa ornamen logam krawangan (kerangka logam berlubang) berpola lingkaran, kubus, atau persegi. Ornamen-ornamen ini selain berfungsi sabagai penyekat, jendela, atau lubang udara, juga berfungsi sebagai unsur estetik dari bangunan ini. Krawangan dari baja ini ditempatkan sebagai jendela, lubang angin, atau ornamen koridor masjid. Pagar langkan di tepi balkon setiap lantainya serta pagar tangga pun terbuat dari baja antikarat. Langit-langit masjid dan bagian dalam kubah pun dilapisi kerangka baja antikarat. Dua belas pilar utama penyangga kubah pun dilapisi lempengan baja antikarat.[29]
Karena bangunan yang begitu besar dan luas, jika memanfaatkan seluruh permukaan lantai di semua bagian bangunan, masjid ini dapat menampung maksimal sekitar 200.000 jamaah, meskipun demikian kapasitas ideal masjid ini adalah sekitar 120.000 jamaah. Masjid ini mempunyai arsitektur yang bergaya modern. Jamaah dan wisatawan yang berkunjung ke masjid ini dapat melihat konstruksi kokoh bangunan masjid yang didominasi oleh batuan marmer pada tiang-tiang, lantai, dinding dan tangga serta baja antikarat pada tiang utama, kubah, puncak menara, plafon, dinding, pintu krawangan, tempat wudhu, dan pagar keliling halaman.
Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Istiqlal juga merupakan objek wisata religi, pusat pendidikan, dan pusat aktivitas syiar Islam. Dengan berkunjung ke masjid ini, jamaah dan wisatawan dapat melihat keunikan arsitektur masjid yang merupakan perpaduan antara arsitektur Indonesia, Timur Tengah, dan Eropa. Arsitektur Indonesia tampak pada bangunan yang bersifat terbuka dengan memungkinkan sirkulasi udara alami sesuai dengan iklim tropis serta letak masjid yang berdekatan dengan bangunan pusat pemerintahan. Kemudian pada bagian dalam kubah masjid yang berhiaskan kaligrafi merupakan hasil adopsi arsitektur Timur Tengah. Masjid ini juga dipengaruhi gaya arsitektur Barat, sebagaimana terlihat dari bentuk tiang dan dinding yang kokoh.
Arsitektur Masjid Istiqlal juga menampilkan pendekatan yang unik terhadap berbagai serapan budaya dalam komposisi yang harmonis. Perpaduan itu menunjukkan kuatnya pemahaman yang menghargai berbagai budaya dari masyarakat yang berbeda, yang ditempatkan sebagai potensi untuk membangun harmoni dan toleransi antar umat beragama, dalam rangka membina kesatuan dan persatuan bangsa.[29]
Beberapa kalangan menganggap arsitektur Islam modern Timur Tengah masjid Istiqlal berupa kubah besar dan menara terlalu bersifat Arab dan modern, sehingga terlepas dari kaitan harmoni dan warisan tradisi arsitektur Islam Nusantara tradisional Indonesia. Mungkin sebagai jawabannya mantan presiden Suharto melalui Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila menyeponsori pembangunan berbagai masjid beratap limas tingkat tiga bergaya tradisional masjid Jawa.[29]
Simbolisme
Rancangan arsitektur Masjid Istiqlal mengandung angka dan ukuran yang memiliki makna dan perlambang tertentu. Terdapat tujuh gerbang untuk memasuki ruangan dalam Istiqlal yang masing-masing dinamai berdasarkan Al-Asmaul-Husna, nama-nama Allah yang mulia dan terpuji. Angka tujuh melambangkan tujuh lapis langit dalam kosmologi alam semesta Islam, serta tujuh hari dalam seminggu. Tempat wudhu terletak di lantai dasar, sementara ruangan utama dan pelataran utama terletak di lantai satu yang ditinggikan. Bangunan masjid terdiri atas dua bangunan; bangunan utama dan bangunan pendamping yang lebih kecil. Bangunan pendamping berfungsi sebagai tangga sekaligus tempat tambahan untuk beribadah. Bangunan utama ini dimahkotai kubah dengan bentang diameter sebesar 45 meter, angka "45" melambangkan tahun 1945, tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Kemuncak atau mastaka kubah utama dimahkotai ornamen baja antikarat berbentuk Bulan sabit dan bintang, simbol Islam.[20]
Kubah utama ini ditopang oleh 12 tiang ruang ibadah utama disusun melingkar tepi dasar kubah, dikelilingi empat tingkat balkon. Angka "12" yang dilambangkan oleh 12 tiang melambangkan hari kelahiran Nabi Muhammad yaitu tanggal 12 Rabiul Awwal, juga melambangkan 12 bulan dalam penanggalan Islam (juga penanggalan Masehi) dalam satu tahun. Empat tingkat balkon dan satu lantai utama melambangkan angka "5" yang melambangkan lima Rukun Islam sekaligus melambangkan Pancasila serta melambangkan Shalat Lima Waktu. Tangga terletak di keempat sudut ruangan menjangkau semua lantai. Pada bangunan pendamping dimahkotai kubah yang lebih kecil berdiameter 8 meter.[20]
Adanya dua bangunan masjid; yaitu bangunan utama dan bangunan pendamping (berfungsi sebagai tangga, ruang tambahan dan pintu masuk Al Fattah), serta dua kubah yaitu kubah utama dan kubah pendamping, melambangkan angka "2" atau dualisme yang saling berdampingan dan melengkapi; langit dan bumi, kepentingan akhirat dan kepentingan duniawi, bathin dan lahir, serta dua bentuk hubungan penting bagi Muslim yaitu Hablum minallah (hubungan manusia dengan Tuhannya) dan Hablum minannaas (hubungan manusia dengan sesamanya). Hal ini sesuai dengan sifat agama Islam yang lengkap, mengatur baik urusan keagamaan maupun sosial kemasyarakatan. Islam tidak semata-mata bertitik berat pada masalah ibadah dan akhirat saja tetapi juga memperhatikan urusan duniawi; kesejahteraan, keadilan dan kepedulian sosial, ekonomi, hukum, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan kehidupan sehari-hari umat Muslim.[20]
Rancangan interior masjid ini sederhana, minimalis, dengan hiasan minimal berupa ornamen geometrik dari bahan baja antikarat. Sifat gaya arsitektur dan ragam hias geometris yang sederhana, bersih dan minimalis ini mengandung makna bahwa dalam kesederhanaan terkandung keindahan.[30] Pada dinding utama yang menghadap kiblat terdapat mihrab dan mimbar di tengahnya. Pada dinding utama terdapat ornamen logam bertuliskan aksara Arab Allah di sebelah kanan dan nama Muhammad di sebelah kiri, di tengahnya terdapat kaligrafi Arab Surah Ta Ha ayat ke-14. Semua ornamen logam baja antikarat didatangkan dari Jerman. Pada awalnya direncanakan menggunakan bahan marmer impor dari Italia seperti Monumen Nasional. Akan tetapi untuk menghemat biaya dan mendukung industri mamer lokal maka bahan marmer akhirnya diambil dari Tulungagung di Jawa Timur.[31]
Struktur bangunan utama dihubungkan dengan emper dan koridor yang mengelilingi pelataran terbuka yang luas. Teras besar terbuka ini berukuran seluas 29.800 meter persegi, berupa pelataran berlapis tegel keramik berwarna merah bata yang disusun sesuai shaff salat, terletak di sisi dan belakang gedung utama. Teras ini berfungsi menampung jemaah pada saat salat Idul Fitri dan Idul Adha. Koridor di sekeliling teras pelataran menghubungkan bangunan utama dengan menara masjid. Tidak seperti masjid dalam arsitektur Islam Arab, Persia, Turki, dan India yang memiliki banyak menara, Istiqlal hanya memiliki satu menara yang melambangkan Keesaan Allah. Struktur menara berlapis marmer berukuran tinggi 66,66 meter (6.666 cm), melambangkan 6.666 ayat dalam persepsi tradisional dalam Alquran. Ditambah kemuncak yang memahkotai menara terbuat dari kerangka baja setinggi 30 meter melambangkan 30 juz' dalam Al Quran,[32] maka tinggi total menara adalah 96,66 meter. Selain koridor emper keliling terdapat pula koridor di tengah yang menghubungkan Gerbang Al Fattah dengan Gerbang Ar Rozzaq. Jika masjid sudah tentu berkiblat ke arah Mekkah,[33] penjuru koridor ini mengarah ke Monumen Nasional, hal ini untuk menunjukkan bahwa masjid ini adalah masjid nasional Republik Indonesia.[33]
Di masjid ini juga terdapat bedug raksasa yang terbuat dari dari sebatang pohon kayu meranti merah asal pulau Kalimantan yang berusia sekitar 300 tahun.
Masjid Istiqlal dikenal dengan kemegahan bangunannya. Luas bangunannya hanya mencapai 26% dari kawasan seluas 9.32 hektare, yang selebihnya adalah halaman dan pertamanan. Pada taman masjid di sudut barat daya terdapat kolam besar dengan air mancur yang dapat menyemburkan air setinggi 45 meter. Air mancur ini hanya diaktifkan tiap hari Jumat menjelang salat Jumat atau pada hari raya dan hari penting keagamaan Islam seperti Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi, dan Isra Miraj.[19]
Lingkungan sekitar
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. |
Pada tahun 1950, keadaan dan kondisi kawasan Taman Wilhelmina yang berada di depan Lapangan Banteng merupakan tempat yang sepi, gelap, kotor, dan tak terurus. Reruntuhan tembok bekas bangunan Benteng Prins Frederick di taman itu penuh dengan lumut, dan ditumbuhi ilalang di mana-mana.
Pada tanggal 21 Mei 1961, dalam rangka peringatan Hari Kebangkitan Nasional di tempat yang sama, sekitar 50.000 orang dari berbagai unsur lapisan masyarakat, termasuk pegawai negeri dan swasta, alim ulama, tentara, dan lain-lain bekerja bakti membersihkan taman Wilhelmina yang tak terurus itu, sebagai persiapan lokasi pembangunan Masjid yang diawali dengan pidato Menteri Jaksa Agung.
Beberapa bulan kemudian, tepatnya tanggal 24 Agustus 1961, telah menjadi tanggal yang paling bersejarah bagi kaum Muslimin di Jakarta khususnya, dan Indonesia pada umumnya, untuk pertama kalinya di bekas taman itu, kota Jakarta akan memiliki sebuah masjid besar dan monumental. Maka dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim Presiden RI Ir. Soekarno meresmikan permulaan pembangunan Masjid Istiqlal diatas area seluas 9.32 Ha. Yang ditandai dengan pemasangan tiang pancang disaksikan oleh ribuan ummat Islam. Sebuah masjid yang akan menjadi simbol kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.
Kompleks Masjid Istiqlal juga mempunyai daya tampung parkir untuk 800 kendaraan.
Pagar dan pintu gerbang
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. |
Komplek Masjid Istiqlal dikelilingi pagar setinggi empat meter, terdiri dari tembok setinggi satu meter dan diatasnya berdiri pagar setinggi tiga meter yang terbuat dari bahan stainless steel, baja anti karat sepanjang 1.165 meter.[butuh rujukan]
Semula pagar ini meski dibuat dari bahan baja antikarat dan cukup kokoh, namun tingginya hanya sekitar 1,2 meter ditambah 1 meter tembok sehingga memudahkan keluar masuknya orang-orang yang tidak bertanggung jawab dengan cara melompati pagar tersebut, ditambah lagi dengan pintu gerbang yang sangat mudah dilewati meski pintu tersebut dalam keadaan terkunci.[butuh rujukan]
Sebagai solusinya maka mulai tahun 2007 pagar diganti menjadi lebih tinggi dan indah seperti yang disaksikan sekarang. Pintu gerbangpun diubah dan dipercantik dengan menggunakan alumunium cor dan dirancang memiliki celah-celah yang rapat yang tidak mungkin dilewati oleh manusia.[butuh rujukan]
Saat ini untuk masuk ke wilayah Masjid Istiqlal baik menggunakan kendaraan ataupun berjalan kaki harus melalui pintu gerbang yang terbuka yang masing-masing mempunyai gardu jaga. Pintu-pintu gerbang tersebut terletak di sebelah utara, timur, tenggara dan selatan. Salah satu dari pintu gerbang tersebut diperuntukkan khusus untuk VIP yaitu RI 1 dan RI 2.[butuh rujukan]
Terdapat lima pintu gerbang masuk menuju kompleks Masjid Istiqlal, beberapa gerbang masuk ini dihubungkan ke masjid oleh jembatan yang dibawahnya mengalir sungai Ciliwung dan di kiri kanannya terdapat lapangan parkir yang luas, sedangkan dua buah lainnya di bagian utara tidak dihubungkan dengan jembatan. Gerbang masjid ini terdapat di ketiga sisi kompleks masjid, yaitu sisi utara menghadap pintu air dan jalan Veteran, sisi timur menghadap Gereja Katedral Jakarta dan jalan Katedral, dan sisi tenggara-selatan menghadap jalan Perwira dan kantor pusat Pertamina. Sementara di sepanjang sisi barat terdapat rel kereta api yang menghubungkan Stasiun Gambir dan Stasiun Juanda, di sisi barat ini tidak terdapat pintu gerbang.[butuh rujukan]
- Sisi Utara dari arah Pintu Air terdapat satu pintu gerbang yang langsung diarahkan menuju pintu As-Salam. Pada acara kenegaraan biasanya hanya dibuka untuk dilalui para undangan VIP setingkat pejabat negara, para menteri, duta-duta besar perwakilan negara sahabat, pejabat legislatif, pejabat daerah, dan undangan VIP lainnya.
- Sisi Timur Laut dari arah Katedral terdapat satu buah pintu gerbang berhadapan dengan bangunan gereja Katedral. Pintu gerbang inilah yang dibuka setiap harinya untuk keluar masuk area Masjid Istiqlal dan mulai pada pertengahan tahun 2008 perparkiran menggunakan sistem Check Point.
- Sisi Tenggara-Selatan dari arah Kantor Pusat Pertamina dan jalan Perwira terdapat tiga pintu gerbang, satu pintu gerbang ujung selatan tepat di pertigaan Jalan Merdeka Timur dan jalan Perwira searah dengan gedung kantor pusat Pertamina dan Stasiun Gambir, satu pintu di sisi tenggara dekat jembatan Ciliwung, dan satu lagi dekat pertigaan Lapangan Banteng searah dengan gedung Kementerian Agama Pusat. Gerbang tenggara dekat jembatan Ciliwung biasanya dibuka untuk umum hanya pada saat salat Jumat, sedangkan pintu gerbang ujung selatan khusus diperuntukkan bagi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia beserta rombongan bila menghadiri acara keagamaan yang diselenggarakan secara kenegaraan di Masjid Istiqlal, seperti peringatan hari-hari besar Islam seperti Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Seluruh pintu gerbang ini dibuka setiap acara resmi kenegaraan, sedangkan untuk hari-hari biasa pintu gerbang yang dibuka hanya pintu dari arah Katedral yang langsung menuju pintu Al-Fattah.[butuh rujukan]
Sedangkan pada bangunan Masjid Istiqlal terdapat 7 buah pintu gerbang yand dinamakan berdasarkan Asmaul Husna.[butuh rujukan]
Taman, parkir, jembatan, dan air mancur
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. |
Halaman di sekitar Masjid Istiqlal sebelah utara, selatan dan timur seluas 6,85 Ha terdari dari:
Pertamanan seluas 4,15 Ha, dibagi menjadi 23 lokasi dan masing-masing diberi nama sesuai dengan nama pepohonan yang dominan berada di lokasi tersebut. Misalnya Taman Kamboja dan lain-lain. Rindangnya pertamanan berfungsi juga sebagai hutan kota, dihidupi pula dengan beberapa jenis unggas untuk menambah keindahan komplek Masjid Istiqlal. Dengan demikian menjadikan suasana masjid terasa sejuk sehinnga akan menambah kekhusyuan beribadah bagi para jamaah.
Perparkiran seluas 2,15 Ha, yang dapat menampung kurang lebih 800 kendaraan sekaligus melalui 7 buah pintu gerbang yang ada. Kualitas pengaspalan untuk halaman, parkir dan jalan dibuat dengan methode pengaspalan kelas satu. Sungai Ciliwung mengalir membelah kompleks Masjid Istiqlal. Karena halaman Masjid Istiqlal dikelilingi oleh sungai, maka dibangun pula tiga buah jembatan besar yang lebarnya 18,6 meter dan panjang sekitar 21 sampai 25 meter. Ditambah satu buah jembatan kecil untuk pejalan kaki, kerangka dari jembatan-jembatan ini juga terbuat dari bahan stainless steel. Tepat di taman ini aliran sungai Ciliwung bercabang dua, cabang ke barat mengarah ke Harmoni, Jalan Gajah Mada-Hayam Wuruk, dan kawasan Kota Tua Jakarta, sedangkan cabang ke timur mengarah ke Pasar Baru, Gunung Sahari dan Ancol. Di sisi utara cabang barat terdapat pintu air yang dibangun pada zaman kolonial Hindia Belanda.
Untuk menambah indahnya panorama kompleks Masjid Istiqlal, di halaman bagian selatan dilengkapi dengan kolam air mancur yang ditempatkan di tengah-tengah, taman air mancur ini seluas 2.803 meter persegi, dan kolam air mancur seluas 8.490 meter persegi, jadi luas keseluruhannya 11,293 meter persegi. Pada bagian tengah kolam dibuat ring penampung air bersih bergaris tengah 45 meter, jumlah nozel pemancar air mancur sebanyak: 1 buah tegak lurus di tengah-tengah cawan air mancur, 17 buah di lingkar luar, dan 8 buah buah di lingkar dalam pada kolam penampungan air bersih. Air mancur ini dapat memancarkan air setinggi 45 meter.
Gedung utama dan gedung pendukung
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. |
Masjid Istiqlal berdaya tampung jamaah sebanyak 200.000 orang yang terdiri dari:[butuh rujukan]
- Ruang salat utama dan balkon serta sayap memuat 61.000 orang.
- Ruang pada bangunan pendahuluan memuat 8.000 orang.
- Ruang teras terbuka di lantai 2 memuat 50.000 orang.
- Semua koridor dan tempat lainnya memuat 81.000 orang.
Pintu masuk
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. |
Terdapat tujuh pintu gerbang masuk ke dalam Masjid Istiqlal. Masing-masing pintu itu diberi nama berdasarkan Asmaul Husna. Dari ketujuh pintu ini tiga pintu yaitu Al Fattah, As Salam dan Ar Rozzaq adalah pintu utama. Ketujuh pintu itu adalah:
- Al-Fattah (Gerbang Pembuka): pintu utama yang terletak sisi timur laut berhadapan dengan Gereja Katedral. Pintu ini adalah pintu untuk masyarakat umum yang senantiasa terbuka dan terletak di bangunan pendamping dengan kubah kecil diatasnya.
- Al-Quddus (Gerbang Kesucian): pintu yang terletak di sisi timur laut terdapat di sudut bangunan utama masjid.
- As-Salam (Gerbang Kedamaian): salah satu pintu utama ini terletak di ujung utara pada sudut bangunan utama. Pintu ini langsung menuju dekat shaf terdepan barisan salat, sehingga pintu ini digunakan untuk tamu penting VIP, seperti ulama, tamu asing, duta besar dari negara muslim, dan tamu penting lainnya pada acara keagamaan penting.
- Al-Malik (Gerbang Raja): pintu VVIP di sisi barat pada sudut bangunan utama masjid. Seperti pintu As Salam pintu ini juga langsung menuju dekat shaf terdepan barisan salat, sehingga pintu ini digunakan untuk tamu penting VVIP seperti presiden dan wakil presiden Indonesia serta tamu negara yang berkunjung.
- Al-Ghaffar (Gerbang Ampunan): pintu ini terletak di ujung selatan pada bangunan selasar pelataran, tepat di bawah menara masjid Istiqlal. Pintu ini adalah yang paling dekat gerbang tenggara sekaligus yang terjauh dari mihrab masjid.
- Ar-Rozzaq (Gerbang Rezeki): salah satu pintu utama ini terletak di tengah-tengah sisi selatan selasar pelataran Istiqlal. Dari pintu ini terdapat koridor yang lurus menghubungkannya dengan pintu Al Fatah di sisi timur laut.
- Ar-Rahman (Gerbang Pengasih): pintu ini terletak di sudut barat daya bangunan selasar masjid, dekat pintu Al Malik.
Gedung utama
- Tinggi: 60 meter
- Panjang: 100 meter
- Lebar: 100 meter
- Tiang pancang: 2.361 buah
Masjid Istiqlal yang megah ini adalah bangunan berlantai dua. Lantai pertama untuk perkantoran, ruang pertemuan, instalasi AC sentral dan listrik, kamar mandi, toilet dan ruang tempat wudhu. Lantai dua, untuk salat yang terdiri dari ruang salat utama dan teras terbuka yang luas guna untuk menampung jemaah yang melimpah terutama pada saat salat Idul Fitri dan Idul Adha.
Gedung utama dengan ruang salat utama mengarah ke kiblat (Mekkah),[18] sedangkan teras terbuka yang luas mengarah ke Monumen Nasional (Monas).
Lantai utama yang disediakan untuk ruang sholat baik Rawatib ataupun sholat sunnat lainnya terletak di gedung utama dengan daya tampung 61.00 orang jamaah. Di bagian depan terdapat Mihrab tempat di mana imam memimpin sholat jamaah, dan disebelah kanan mihrab terdapat mimbar yang ditinggikan. Lantainya ditutupi karpet merah sumbangan seorang dermawan dari Kerajaan Arab Saudi.[33]
Kubah besar
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. |
Dengan diameter 45 m, terbuat dari kerangka baja antikarat dari Jerman Barat dengan berat 86 ton, sementara bagian luarnya dilapisi dengan keramik. Diameter 45 meter merupakan simbol penghormatan dan rasa syukur atas kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tahun 1945 sesuai dengan nama Istiqlal itu sendiri. Bagian bawah sekeliling kubah terdapat kaligrafi Surat Yassin yang ditulis oleh K.H Fa'iz seorang Khatthaath senior dari Jawa Timur.
Dari luar atap bagian atas kubah dipasang penangkal petir berbentuk lambang Bulan dan Bintang yang terbuat dari stainless steel dengan diameter 3 meter dan berat 2,5 ton. Dari dalam kubah di topang oleh 12 pilar berdiameter 2,6 meter dengan tinggi 60 meter, 12 buah pilar ini merupakan simbol angka kelahiran nabi Muhammad SAW yaitu 12 Rabiul Awal tahun Gajah atau 20 April 571 M.
Seluruh bagian di gedung utama ini dilapisi marmer yang didatangkan langsung dari Tulungagung seluas 36.980 meter persegi.
Gedung pendahuluan
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. |
- Tinggi: 52 meter
- Panjang: 33 meter
- Lebar: 27 meter
Bagian ini memiliki lima lantai yang terletak di belakang gedung utama yang diapit dua sayap teras. Luas lantainya 36.980 meter persegi, dilapisi dengan 17.300 meter persegi marmer. Jumlah tiang pancangnya sebanyak 1800 buah. Di atas gedung ini ada sebuah kubah kecil, fungsi utama dari gedung ini yaitu setiap jamaah dapat menuju gedung utama secara langsung. Selain itu juga bisa dimanfaatkan sebagai perluasan tempat salat bila gedung utama penuh.
Teras raksasa
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. |
Teras raksasa terbuka seluas 29.800 meter terletak di sebelah kiri dan di belakang gedung induk. Teras ini berlapis tegel keramik berwarna merah kecoklatan yang disusun membentuk shaf salat. Teras ini dibuat untuk menampung jamaah pada saat salat Idul Fitri dan Idul Adha. Selain itu teras ini juga berfungsi sebagai tempat acara-acara keagamaan seperti MTQ dan pada emper tengah biasa digunakan untuk peragaan latihan manasik Haji, teras raksasa ini dapat menampung sekitar 50.000 jamaah.
Emper keliling dan koridor
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. |
- Panjang: 165 meter
- Lebar : 125 meter
Emper atau koridor ini mengelilingi teras raksasa dan koridor tengah yang sekelilingya terdapat 1800 pilar guna menopang bangunan emper. Di bagian tengah terdapat koridor tengah yang menghubungkan pintu Al Fattah di timur laut dengan pintu Ar Rozzaq di barat daya. Arah poros koridor ini mengarah ke Monumen Nasional menandakan masjid ini adalah masjid nasional.
Menara
- Tinggi tubuh menara marmer: 6.666 cm = 66.66 meter
- Tinggi kemuncak (pinnacle) menara baja antikarat: 30 meter
- Tinggi total menara: sekitar 90 meter
- Diameter menara 5 meter
Bangunan menara meruncing ke atas ini berfungsi sebagai tempat Muadzin mengumandangkan adzan. Di atasnya terdapat pengeras suara yang dapat menyuarakan adzan ke kawasan sekitar masjid.
Menara megah tersebut melambangkan keagungan Islam, dan kemuliaan kaum muslimin. Keistimewaan lainnya, menara yang terletak di sudut selatan masjid, dengan ketinggian 6.666 cm ini dinisbahkan dengan jumlah ayat-ayat Al-Quran.[34] Pada bagian ujung atas menara, berdiri kemuncak (pinnacle) dari besi baja yang menjulang ke angkasa setinggi 30 meter sebagai simbol dari jumlah Juz dalam Al-Quran. Menara dan kemuncak baja ini membentuk tinggi total menara sekitar 90 meter.
Puncak menara yang meruncing dirancang berlubang-lubang terbuat dari kerangka baja tipis. Angka 6.666 merupakan simbol dari jumlah ayat yang terdapat dalam Alquran, seperti yang diyakini oleh sebahagian besar ulama di Indonesia.
Lantai dasar dan tangga
Ruangan salat terdapat di lantai pertama tepat di atas lantai dasar, sedangkan lantai dasar terdapat ruang wudhu, kantor Masjid Istiqlal, dan kantor berbagai organisasi Islam. Lantai dasar Masjid Istiqlal seluruhnya ditutupi oleh marmer seluas 25.000 meter persegi dipersiapkan untuk sarana perkantoran, sarana penunjang masjid, dan ruang serbaguna. Gagasan semula tempat ini akan dibiarkan terbuka yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan, misalnya pada saat penyelenggaraan Festival Istiqlal I tahun 1991 dan Festival Istiqlal II tahun 1995 ruangan-ruangan serbaguna di lantai dasar dan pelataran halaman Masjid dijadikan ruang pameran seni Islam Indonesia dan bazaar. Namun pasca terjadinya pengeboman di Masjid Istiqlal pada tanggal 19 April 1999[35][36] maka dilakukanlah pemagaran dan pembuatan pintu-pintu strategis pada tahun 1999.
Jumlah tangga menuju lantai salat utama sebanyak 11 unit. Tiga diantaranya memiliki ukuran besar dan berfungsi sebagai tangga utama yaitu: satu unit berada disisi utara gedung induk, satu unit berada pada gedung pendahuluan yang dapat dipergunakan langsung menuju lantai lima, dan satu unit lainnya berlokasi di emper selatan menuju lantai utama, tangga-tangga ini memiliki lebar 15 meter.
Disamping itu terdapat 4 unit tangga dengan ukuran lebar 3 meter berlokasi pada tiap-tiap pojok gedung utama yang langsung menuju lantai lima dan di sudut-sudut teras raksasa.
Sarana dan fasilitas
Ruang salat utama luasnya satu hektare dapat menampung jamaah lebih dari 16.000 orang. Ruang tersebut ditambah balkon 4 tingkat dan sayap disebelah timur, selatan, dan utara sehingga luas seluruhnya menjadi 36.980 meter persegi atau sama dengan hampir 4 hektare yang berarti dapat menampung jamaah sekitar 61.000 orang.
Di sebelah barat ruang salat utama terletak mimbar yang diapit sebelah kiri dan kanannya oleh tembok berlapiskan marmer di mana terpajang kaligrafi Arab yang indah berbunyi: "Allah" (sebelah utara), "Laa Ilaha Illa Allah, Muhammad ar Rasulu Allah" (tengah), dan "Muhammad" (sebelah selatan).
Sarana peribadatan
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. |
- Karpet
Seluruh lantai utama masjid ditutupi oleh karpet merah sumbangan dari seorang dermawan Arab Saudi bernama Sheikh Esmail Abu Daud yang diserah terimahkan pada tanggal 3 Juni 2005. Karpet sebanyak 103 gulung ini berwarna merah terbuat dari bahan dasar wol.
Perawatan karpet tersebut dikerjakan secara manual, setiap hari dibersihkan dengan menggunakan alat vacum cleaner. Jumlah karpet penutup lantai utama 18 lembar, setiap lembarnya berukuran: panjang 25 meter dan lebar 4 meter, rata-rata beratnya 250 kg.
- Rak Al-Quran
Masjid Istiqlal juga menyediakan mushaf Al-Qur'an untuk dibaca oleh para jama'ah yang ditempatkan pada rak yang melingkar di 12 tiang yang terdapat pada lantai utama, setiap rak berbentuk setengah lingkaran yang terdiri dari dua tingkat terbuat dari bahan stainless steel.
Setiap rak dapat menampung 100 sampai 150 buah mushaf yang disediakan oleh BPPMI serta waqaf dari jamaah.
- Sketsel
Untuk pembatas antara tempat salat bagi jamaah pria dan wanita dan batas area sholat rawatib, di lantai utama Masjid Istiqlal juga disediakan sketsel yang terbuat dari 20 modul dengan bahan stainless steel dan dari bahan kayu 20 modul dengan ukuran masing-masing 2 meter x 80 cm. Sketsel tersebut bersifat knock down yang bisa dipasang sesuai kebutuhan.
Sarana olahraga
Untuk mendukung berbagai macam program yang ada, BPPMI menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung seperti sarana olahraga yang representatif berstandar nasional dan internasional yang dibangun di pojok kiri bagian timur Masjid.
Pusat kegiatan olahraga ini berupa lapangan terbuka terdiri dari lapangan futsal,[37] bulu tangkis,[38] bola voli[39] dan bola keranjang. Lapangan olahraga ini berukuran 420 meter persegi, diresmikan penggunaannya oleh ibu Menteri Agama RI pada Tanggal 17 Januari 2009 M/20 Muharram 1430 H.
Tenaga listrik
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. |
Tenaga listrik di Masjid Istiqlal difungsikan untuk:
- Penerangan
- Tenaga Hydrofour
- Pendingin udara
- Sound system
- Air Mancur
- Televisi
- Komputer
Penggunaan listrik untuk kebutuhan penerangan diseluruh areal Masjid Istiqlal baik di gedung ataupun di taman dan halaman serta pagar menggunakan layanan listrik dari PLN. Suplai listrik yang diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan satu gardu tersendiri yang menyiapkan central box berkapasitas 2.000 KVA.[butuh rujukan]
Sebagai cadangan bila terjadi pemadaman dari pihak PLN, disiapkan juga dua buah mesin diesel atau generator berkekuatan 825 KVA dan 500 KVA. Selain untuk penerangan tenaga listrik ini juga dipergunakan untuk mesin-mesin Hydrofour dan AC di ruang perkantoran yang terdapat di lantai dasar masjid, rata-rata konsumsi listrik setiap bulannya adalah 1.750 KVA.[butuh rujukan]
Sistem suara dan multimedia
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. |
Untuk keperluan ibadah dan sarana informasi Masjid Istiqlal menggunakan sistem suara yang dikendalikan secara terpusat yang terletak pada ruang kaca bagian belakang lantai dua, dengan jumlah speaker sebanyak 200 saluran yang tersebar pada lantai utama.
Jumlah speaker yang terdapat pada koridor, gedung penghubung dan gedung pendahuluan sebanyak 158 channel. Sound system dikendalikan oleh 26 amplifier dan 5 (lima) buah mixer dan diawasi oleh enam orang yang bertugas secara bergantian baik siang ataupun malam hari.
Untuk mendukung kelancaran komunikasi pada waktu pelaksanaan ibadah dan kegiatan, di lantai utama juga telah dipasang system TV plasma sehingga akses informasi dpat diikuti secara merata oleh para jamaah yang berada diseluruh area ruang utama Masjid.
Pendingin udara
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. |
AC difungsikan secara sentral yang meliputi seluruh perkantoran dan ruangan lain yang ada di lantai dasar. Untuk memenuhi kebutuhan AC ini didukung oleh empat buah mesin pendingin atau chiller.
Pendingin ruangan hanya digunakan bagi ruangan-ruangan kantor di lantai bawah dengan menggunakan sistem AC central dan AC split.
Untuk menambah kenyamanan beribadah bagi jamaah, sekarang ini ruang utama Masjid Istiqlal dilengkapi juga dengan 5 unit standing AC, masing-masing berkekuatan 5 PK dan sebelas unit AC celling berkekuatan masing-masing 5 PK, ditambah kipas angin berukuran besar.
Disamping itu pada ruangan perkantoran, ruang madrasah serta ruang VIP yang berada pada lantai dasar sistem pendinginnya juga menggunakan AC sentral yang digerakkan oleh empat unit mesin chiller dengan 300 buah fan coil unit yang tersebar pada setiap ruangan, karena termakan usia di beberapa ruangan ditemukan AC chiller sudah kurang berfungsi maka secara bertahap dilakukan penggantian dengan AC split.
Fasilitas air, ruang wudhu, kamar mandi, WC
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. |
Keperluan air untuk bersuci di Masjid Istiqlal pada awalnya dari Perusahaan Air Minum (PAM). Sebagai cadangan untuk mengantisipasi kekurangan dan kerusakan maka dibuatlah 6 buah sumur artesis dengan kedalaman 100 M, menggunakan mesin berkekuatan 3 PK dan 3 fase berkapasitas 600 liter permenit dan didistribusikan ke tempat-tempat wudhu.
Untuk kebutuhan air di tempat pembuangan air kecil digunakan delapa buah mesin Hydrofour, ditambah empat tangki Hydrofour berkapasitas 1400 liter. Mesin-mesin air tersebut menggunakan tenaga listrik sebanyak 15 PK.
Tempat wudhu terdapat di beberapa lokasi di lantai dasar yaitu di sebelah utara, timur maupun selatan gedung utama. Di setiap lokasi tersedia 100 unit tempat wudhu dengan kran air terbuat dari bahan stainless steel, tiap unitnya terdiri atas 6 buah kran maka jumlah kran seluruhnya sebanyak 600 buah. Berarti pada saat yang bersamaan dapat melayani 600 orang berwudhu sekaligus.
Sedangkan toilet terdapat di lantai dasar sebelah barat, selatan dan timur di bawah teras raksasa. Toilet ini sengaja dibangun terpisah dari tempat wudhu, hal ini dimaksudkan agar tempat yang bersih dan suci tidak berdekatan dengan tempat yang kotor. Disisi sebelah timur, dibawah emper masjid terdapat dua lokasi urinior yang berkapasitas 80 ruang.
Selain itu juga terdapat 52 kamar mandi dan WC, dengan rincian: 12 buah dibawah emper barat, 12 buah dibawah emper selatan dekat menara dan 28 buah dibawah emper sebelah timur. Keperluan air untuk wudhu, kamar mandi dan toilet ini setiap hari dipasok air dari PAM yaang berkapasitas 600 liter per menit.
Lift bagi penyandang difabel dan lansia
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. |
Dalam rangka melayani jamaah penyandang difabel dan lanjut usia, Masjid Istiqlal menyediakan lift yang terletak di bagian selatan. Fasilitas tersebut merupakan bantuan dari pemerintah DKI Jakarta. Dengan kapasitas 6 orang, lift dioperasikan pada waktu-waktu tertentu sesuai kebutuhan. Lift ini terdapat di pintu Ar-Rahman dan dapat diakses melalui pintu gerbang depan kantor pusat Pertamina.
Perpustakaan Islam
Perpustakaan Islam Istiqlal, walaupun belum bisa mewakili jumlah besarnya koleksi buku seperti perpustakaan-perpustakaan Islam yang besar lainnya, mewakili fungsinya sebagai pusat keilmuan Islam. Perpustakaan Islam sendiri sudah mulai berkembang di Indonesia. Hampir di setiap masjid-masjid besar di Ibukota, telah dilengkapi dengan sarana perpustakaan.[40]
Poliklinik
Ketika gubernur DKI Jakarta dijabat oleh Sumarno pada tahun 1968 di mana Masjid Istiqlal masih dalam proses pembangunan, untuk membantu karyawan dalam pemeriksaan kesehatan, Gubernur Sumarno meminta bantuan pihak RS. Gatot Soebroto untuk turut serta membantu dalam bidang pelayanan kesehatan bagi seluruh pekerja dan karyawan proyek pembangunan Masjid Istiqlal. Pihak RS mengirimkan bantuan empat orang tenaga mantri secara bergiliran yaitu H.Abd.Hamid Ipang, H.M.Sukiran, Suster Yuyun Rahayu, dan Suster Rosda. Setelah proyek pembangunan masjid diserahkan kepada Sekretaris Negara pada tahun 1984, tenaga medis yang menangani pelayanan kesehatan tinggal dua orang yaitu H. Abd. Hamid Ipang dan H.M. Sukiran.[41]
Sampai sekarang Masjid Istiqlal tetap menyediakan fasilitas berupa Poliklinik Umum. Poliklinik ini berada di bawah tanggung jawab dr. Khulushinnisak, MARS yang juga PNS Departemen Agama. Di klinik ini karyawan dan para jamaah Masjid Istiqla mendapatkan layanan kesehatan dengan berbagai kemudahan. Klinik Istiqlal bertempat di lantai dasar Masjid Istiqlal Jl. Taman Wijaya Kusuma No.1, Jakarta Pusat.
Pelayanan kesehatan yang diberikan berupa pemeriksaan dan konsultasi dokter umum serta obat-obatan generik. Bagi karyawan dan jamaah Masjid Istiqlal, dibebaskan biaya pemeriksanaan. Karyawan dan jamaah harus membawa kartu berobat (atau kartu identitas jika belum memiliki kartu berobat) agar dibebaskan dari biaya pemeriksaan dan konsultasi dokter.
Obat-obatan yang diberikan diutamakan dalam bentuk generik, dan bagi obat-obatan yang tidak ada dalam bentuk generik diutamakan penyediaan hasil produksi perusahaan farmasi nasional.
Sejak tahun 2003, poliklinik Masjid Istiqlal sudah dilengkapi oleh tiga orang tenaga dokter dan seorang paramedis, tiga orang tenaga dokter tersebut adalah dokter umum yang terdiri dari seorang dokter Pegawai Negeri Sipil Departemen Agama DPK, dua orang dokter Kememterian Agama dan seorang paramedis/mantri karyawan Masjid Istiqlal pensiunan dari RS Gatot Soebroto. Poliklinik Masjid Istiqlal juga dilengkapi alat untuk mengecek kadar gula darah dan kolestrol serta satu unit mobil ambulans.
Adapun obat-obatan yang tersedia di poliklinik ini adalah obat generik bagi penyakit ringan untuk membantu pada tahap pertolongan pertama, bila ada penyakit yang memerlukan pengobatan medis yang serius maka akan dirujuk ke RS. Gatot Soebroto atau RSCM.[41]
Madrasah
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. |
Masjid ini menjadi pedoman dan teladan pengelolaan masjid di Indonesia, sehingga harus menjadi contoh dan model dalam pengelolaan masjid secara nasional. Dalam konsep pengelolaan masjid yang ideal, masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga harus mejadi tempat pembinaan umat melalui berbagai macam kegiatan. Salah satu kegiatan yang sangat penting adalah pendidikan untuk pembinaan masyarakat atau umat baik pendidikan formal maupun non formal.[butuh rujukan] Telah diselenggarakan pendidikan formal di Masjid Istiqlal yang terdiri dari jenjang pendidikan: Kelompok bermain dan Raudhatul Athfal, Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs).[butuh rujukan]
Bedug raksasa
Pada waktu dulu masjid-masjid di Indonesia dilengkapi dengan bedug yang berfungsi sebagai tanda masuk waktu salat. Bedug dipukul ketika waktu untuk salat tiba, diikuti kumandang adzan.[42] atau ketika festival bernuasa Islam berlangsung.[43] Di Masjid Istiqlal bedug masih ada dan dilestarikan keberadaannya sebagai warisan budaya bangsa, saat ini bunyi bedug direkam kemudian diperdengarkan melalui pengeras suara sebelum adzan dikumandangkan. Bedug tersebut memiliki ukuran yang sangat besar, diletakkan di atas penyangga setinggi 3,80 meter, panjangnya 3,45 meter, dan lebarnya 3,40 meter. Semua terbuat dari kayu jati dari hutan Randu Blatung di Jawa Tengah.[44]
Bedug Masjid Istiqlal panjangnya 3 meter, dengan berat 2,30 ton, bagian depan berdiameter 2 meter, bagian belakang 1,71 meter, terbuat dari kayu meranti merah (shorea wood) dari sebuah pohon berumur 300 tahun, diambil dari hutan di Kalimantan Timur, diawetkan menggunakan bahan pengawet superwolman salt D (fluoride, clirome, dan arsenate)
Dulu bedug di Masjid Istiqlal tersebut dipukul setiap hari Jumat, mendahului adzan Jumat yang dikumandangkan melalui pengeras suara. Belakangan ini suara bedug direkam kemudian diperdengarkan melalui pengeras suara sebelum adzan dikumandangkan. Walaupun fungsi beduk sudah dapat digantikan oleh pengeras suara, dalam menentukan tanda masuk waktu salat, tetapi di Masjid Istiqlal, beduk masih dimanfaatkan. Beduk dipukul sebelum adzan. Selain itu beduk raksasa masjid ini juga berfungsi sebagai hiasan dan sekaligus melestarikan salah satu budaya Islam Indonesia.
- Bedug
- Garis tengah bagian depan : 2 meter
- Garis tengah bagian belakang : 1,71 meter
- Panjang : 3 meter
- Berat : + 2,30 ton
- Jenis kayu : Meranti Merah (Shorea) dari Kalimantan Timur [45]
- Umur pohon : + 300 tahun.
- Kaki bedug (Jagrag)
- Tinggi : 3,80 meter
- Panjang : 3,45 meter
- Lebar : 3,40 meter
- Volume kayu : + 3,10 meter kubik
- Jenis kayu : jati (tectona grandis) dari Randublatung Jawa Tengah.[46]
- Ukiran : Jepara.
- Ukiran pada Jagrag
Tulisan "Allah" di dalam segilima pada 4 tempat. Segi-lima melambangkan : 5 rukun Islam dan 5 waktu sholat.
Tulisan "Bismillahirrahmanirrahim" pada 2 tempat. Tulisan Kalimah Sahadat pada 4 tempat. Surya Sengkala (tahun Matahari) : 1978 dalam seni kaligrafi yang berbunyi :
- Angesti = angka 8
- Suwara = angka 7
- Kusumaning = angka 9
- Samadi = angka 1
Pada bagian-bagian jagrag seluruhnya terdapat 27 (dua puluh tujuh) ukiran Surya sengkala.
"Nanasan" dengan dua susun kelopak daun, masing-masing menunjukkan Angka 7 dan 8 (daun).
- Ukiran pada bedug
Ukiran surya Sengkala (tahun matahari) : 1978 dalam seni kaligrafi dengan pengertian sama dengan No.4. Pada kayu bedug terdapat 2 (dua) ukiran Surya Sengkala dilingkari segi lima. Dua buah kendit/sabuk dari logam kuningan terukir berfungsi sebagai hiasan. Pada kedua kendit terdapat 11 (sebelas) ukiran Surya Sengkala.[47]
- Bahan kayu
Kayu jagrag berbahan jati (tectona grandis) dari Randublatung Jawa Tengah. Bahan kayu bedug dari jenis Meranti Merah (Shorea) dari Kalimantan Timur, umur pohon diperkirakan 300 tahun, sumbangan dari Badan Pelaksana Pembangunan dan Pengelolaan Pengusahaan Proyek Taman Mini Indonesia Indah dan merupakan potongan batang pohon dari koleksi Taman Mini Indonesia Indah.
- Bahan kulit
Bagian depan adalah kulit sapi jantan dari daerah Jawa Timur. Bagian belakang adalah kulit sapi betina jenis Santa Gertrudis, umur 2 tahun, sumbangan PT. Redjo Sari Bumi, Tapos, Bogor.
- Bahan lainnya
- Kendit/Sabuk : dari logam kuningan.
- Gantungan : dari besi baja yang di verchroom.
- Band penguat : (pada kedua ujung) dari baja anti karat (stainless steel).
- Paku kulit : dari kayu sonokeling, 90 buah pada bagian depan dan 80Â buah pada bagian belakang.
- Obat pengawet : Superwolmansalt D (fluoride, chrome, arsenate), konsentrasi larutan kl. 4%, masa rendam 6 (enam) hari.
- Pemukul bedug : 4 (empat) buah dari kayu jati terukir.
Jagrag/kaki dikerjakan dalam waktu 25 hari, sedangkan bedug dalam 60 hari.[48]
Koperasi Karyawan dan Jamaah Masjid Istiqlal
Usaha Pengembangan KOSTIQ (Koperasi karyawan dan Jamaah Masjid Istiqlal), selain dapat memakmurkan masjid, juga sangat diharapkan mampu menciptakan dan meningkatkan kesejahtraan karyawan dan jamaah Masjid Istiqlal.[49]
KOSTIQ telah diakui keberadaannya oleh badan hukum yang telah disahkan oleh Kementerian Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil dan Menengah pada tanggal 19 Mei 1997 nomor 171/BHKWK.9/V/1997 serta anggaran rumah tangga yang disahkan pada Rapat Anggota Tahunan (RAT) tanggal 31 Maret 2004. Pendirian Kostiq dimotori oleh para pengurus BPPMI, dalam rangka pemberdayaan potensi yang dimiliki oleh Masjid Istiqlal.[49]
Salah satu tujuan KOSTIQ adalah ikut serta meningkatkan citra baik Masjid Istiqlal melalui kegiatan-kegiatan sosial masyarakat. Saat ini KOSTIQ telah banyak dimanfaatkan oleh para karyawan dan jamaah Masjid Istiqlal.[49]
Pada awal berdirinya KOSTIQ mensepakati usaha yang dijalankan adalah pengadaan barang-barang kebutuhan sehari-hari, usaha yang sudah berjalan hingga saat ini adalah penjualan sembako. Untuk kebutuhan lainnya seperti barang-barang elektronik KOSTIQ menerapkan sistem kredit jangka pendek maksimun 12 bulan.[49]
Disamping itu konsentrasi utama KOSTIQ adalah:
- Usaha simpan pinjam
- Usaha perdagangan umum
- Usaha toko sembako dan elektronik serta usaha cetak foto yang sangat dibutuhkan oleh para pengunjung di Masjid Istiqlal
- Usaha kerjasama khusus
- Usaha jasa boga
Kegiatan KOSTIQ dipusatkan di kamar 58 Masjid Istiqlal, sebagai pusat administrasi usaha. Untuk toko penjualan semilan bahan pokok (sembako) selama ini dipusatkan di pintu air sebelah utara Masjid Istiqlal sementara usaha warung telepon dan fotokopi di area parkir timur pintu utama Masjid Istiqlal.[49]
Koperasi Istiqlal mempekerjakan 6 (enam) orang tenaga staf yang terdiri dari tenaga bantuan dan tenaga staf penuh, jumlah angota sampai dengan 31 Desember 2008 adalah 261 orang. Pengurus Kostiq selalu berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan pembinaan administrasi melalui pemanfaatan potensi pegawai dan saran perkantoran dengan segala keterbatasannya.[49]
Imam dan Muadzin
Video Khutbah dari Quraish Shihab di Masjid Istiqlal pada Idulfitri tahun 2017 atau 1438 H |
Masjid Istiqlal mempunyai seorang imam besar,[50] seorang wakil imam besar, dan tujuh orang imam. Sampai saat ini, Masjid Istiqlal memiliki empat imam besar. Imam Besar bertugas untuk mengawasi peribadatan di Masjid Istiqlal sesuai Syari'at Islam dan memberikan layanan konsultasi agama. Mereka adalah K. H. A. Zaini Miftah (1970-1980), K. H. Mukhtar Natsir (1980-2004), K. H. Nasrullah Djamaluddin (2004-2005) dan Imam Besar saat ini yang dijabat oleh Mantan Wakil Menteri Agama RI yaitu Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A menggantikan Prof. Dr. K. H. Ali Musthafa Ya'qub, M. A.[51], pengasuh Pondok Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darus Sunnah di Ciputat, Jakarta Selatan. Wakil Imam Besar dijabat Drs. KH. Syarifuddin Muhammad, M. M. Dia adalah mantan Ketua Ikatan Penghafal al-Qur'an. Tujuh imam lainnya adalah:
- H. Muhammad Salim Ghazali, SQ
- H. Ahmad Husni Isma'il, MA
- H. Ahmad Muzakkir Abdurrahman, Lc, MA
- H. Martomo Malaing AS, MA
- H. Ahmad Rofi'uddin Mahfudz, MA
- Drs. KH. Hasanuddin Sinaga, MA
- H. Ahmad Anshorudddin, MA
Selain itu, Masjid Istiqlal juga memiliki tujuh orang muadzin yang bertugas mangumandangkan adzan dan memberikan pengajaran tentang Al-Qur'an dan agama Islam. Mereka adalah:
- H. Qadarasmadi Rasyid, S.Hum.
- H. Abdullah Sengkang, SQ
- H. Ahmad Achwani S.Ag.
- M. Syawal Mubarak
- H. Muhdori Abdur Razzaq , M.Pd.I.
- H. Saiful Anwar al-Bintani, S.Pd.I
- Ilham Mahmuddin, S.Pd.I
Pengelolaan
Penyelenggaraan pengelolaan dan pemanfaatan Masjid Istiqlal dilaksanakan oleh Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI) berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 38 Tahun 1994 tentang Pengelolaan Masjid Istiqlal. BPMI (Badan Pengelola Masjid Istiqlal) diketuai oleh Menteri Agama dan bertanggungjawab kepada Presiden serta pelaksana operasionalnya oleh BPMI (Badan Pengelola Masjid Istiqlal).[52] Sehubungan dengan adanya Peraturan Presiden (Perpres) yang baru, strukturnyapun mengalami sedikit perubahan.[53]
Lihat pula
Bacaan lanjutan
- Sekretariat Negara Republik Indonesia (1995), 40 Tahun Indonesia Merdeka 3 hlm. 1035, ISBN 979-8300-06-8
- Travel Jakarta, Indonesia: illustrated guide, phrasebook and maps. MobileReference. 2010. ISBN 9781607789628. Diakses tanggal 2013-05-13.
- Phillips, Douglas A. (2005). Southeast Asia. Infobase Publishing. ISBN 9781438104614. Diakses tanggal 2013-05-14.
- Fletcher, Banister; Cruickshank, Dan (1996) [1896]. Sir Banister Fletcher's a History of Architecture (edisi ke-20th). Architectural Press. ISBN 0-7506-2267-9.
- Yahya Abdullahi; Mohamed Rashid Bin Embi (2013). Evolution of Islamic geometric patterns. Frontiers of Architectural Research: Elsevier.
- Abdullahi Y.; Embi M. R. B (2015). Evolution Of Abstract Vegetal Ornaments On Islamic Architecture. International Journal of Architectural Research: Archnet-IJAR. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-01-21. Diakses tanggal 2017-06-29.
- Ali, Wijdan (1999). the arab contribution to islamic art: from the seventh to the fifteenth centuries. American Univ in Cairo Press. ISBN 978-977-424-476-6. Diakses tanggal 2013-03-17.
- Bloom, Jonathan M.; Blair, Sheila (2009). The Grove Encyclopedia of Islamic Art & Architecture. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-530991-1. Diakses tanggal 2013-03-15.
- Ettinghausen, Richard; Grabar, Oleg; Jenkins, Marilyn (2001). Islamic Art and Architecture: 650-1250. Yale University Press. ISBN 978-0-300-08869-4. Diakses tanggal 2013-03-17.
- Petersen, Andrew (2002-03-11). Dictionary of Islamic Architecture. Routledge. ISBN 978-0-203-20387-3. Diakses tanggal 2013-03-16.
Referensi
- ^ (Indonesia) Situs resmi Nasruddin Umar
- ^ "Prof. Dr. Nasaruddin Umar M.A.:"PRIBADI YANG LOW PROFILE" - Yayasan Tazakka[pranala nonaktif permanen]
- ^ (Inggris) Nasruddin Umar profile - themuslim500.com
- ^ a b "Sejarah Masjid Istiqlal". Situs Resmi Masjid Istiqlal. Diakses tanggal 17 March 2012.[pranala nonaktif permanen]
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-01. Diakses tanggal 2016-02-19.
- ^ Perlez, Jane (2002-08-23). "Jakarta Journal; A TV Preacher to Satisfy the Taste for Islam Lite". The New York Times. Diakses tanggal 2007-12-17.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-08-14. Diakses tanggal 2018-08-16.
- ^ Sekretariat Negara: Tanda Kehormatan Bintang Jasa Sipil[pranala nonaktif permanen]
- ^ "Fasilitas Masjid Istiqlal". Situs Resmi Masjid Istiqlal. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-04-25. Diakses tanggal 17 March 2012.
- ^ Perlez, Jane (2002-08-23). "Jakarta Journal; A TV Preacher to Satisfy the Taste for Islam Lite". The New York Times. Diakses tanggal 2007-12-17.
- ^ Definisi: Pengertian Istiqlal, diakses 24 Juni 2017
- ^ Rahasiaa: SEJARAH BERDIRI MASJID ISTIQLAL JAKARTA Diarsipkan 2017-06-17 di Wayback Machine., diakses 24 Juni 2017
- ^ Site Google: Sejarah Masjid Istiqlal Jakarta, diakses 24 Juni 2017
- ^ Archipost: Pembangunan Masjid Istiqlal Diarsipkan 2019-05-17 di Wayback Machine., diakses 24 Juni 2017
- ^ IamHouston: Kronologis dan Fase Pembangunan Masjid Istiqlal dan IAMC Center Diarsipkan 2017-07-12 di Wayback Machine., diakses 24 Juni 2017
- ^ "Citadel Prins Frederick". Ensiklopedi Jakarta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-09-27. Diakses tanggal 17 March 2012.
- ^ Nasional Kompas: Kisah Friedrich Silaban, Anak Pendeta yang Rancang Masjid Istiqlal, diakses 24 Juni 2017
- ^ a b c Dept of Foreign Affairs (1962), Indonesia 1962, Jakarta, No ISBN
- ^ a b Indonesian State Secretariat (1995), 40 Tahun Indonesia Merdeka, Jilid 3 (40 Years of Indonesian Independence, Volume 3), p1035, ISBN 979-8300-06-8
- ^ a b c d Nasional Kompas: Pesan Soeharto Saat Resmikan Penggunaan Masjid Istiqlal, diakses 24 Juni 2017
- ^ "Explosion rocks Istiqlal Mosque". The Jakarta Post. 20-04-1999. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-02-25. Diakses tanggal 18 March 2012.
- ^ "Police reveal arrests of mosque blast suspects". The Jakarta Post. 15-06-1999. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-12-09. Diakses tanggal 18 March 2012.
- ^ Imanuel More, Hertanto Soebijoto (25-04-2011). "Istiqlal dan Katedral Berbagi Parkiran". Kompas.com. Diakses tanggal 20 March 2012.
- ^ "More tourists visit Istiqlal after Obama visit". The Jakarta Post. 04-08-2011. Diakses tanggal 18 March 2012.
- ^ "Pesona Masjid Istiqlal di Mata Turis". Tempo Interaktif. 03-08-2011. Diakses tanggal 18 March 2012. [pranala nonaktif permanen]
- ^ German Chancellor visits Istiqlal Mosque
- ^ "Jokowi, King Salman pray at Istiqlal Mosque".
- ^ "The Philosophical Basis of Human Rights in Indonesia". Embassy of Republic of Indonesia, in London, United Kingdom. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-05-18. Diakses tanggal 2013-05-18.
- ^ a b c Crossette, Barbara (1987-07-05). "A Neighborhood Tour of Jakarta". The New York Times. Diakses tanggal 2007-12-17.
- ^ King, David A. (1999). World maps for finding the direction and distance to Mecca : innovation and tradition in Islamic science. Islamic philosophy, theology, and science. Brill Academic Publishers. ISBN 90-04-11367-3.
- ^ Data Consult, Investment Coordinating Board. "Marble Industry Still Attractive to Investors due to the Availability of Basic Materials". The Free Library. The Free Library. Diakses tanggal 8 April 2014.
- ^ "Obama Terima Oleh-oleh Buku Islam di Amerika". VIVA news. 10-10-2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-11-13. Diakses tanggal 18 March 2012.
- ^ a b c King, David (2005). "The Sacred Geography of Islam". Dalam Koetsier, Teun; Bergmans, Luc. Mathematics and the Divine: A Historical Study (edisi ke-1st). Amsterdam: Elsevier Science. hlm. 161–178. ISBN 0-444-50328-5.
- ^ Hixon, Lex (2003). The heart of the Qurʼan : an introduction to Islamic spirituality (edisi ke-2.). Quest. ISBN 9780835608220.
- ^ "Bom di Masjid Bukan Pertama Kali". Kompas.com. Diakses tanggal 18 March 2012.
- ^ "Istiqlal Mosque in Jakarta, Indonesia". About.com. Diakses tanggal 18 March 2012.
- ^ "Comparison between FUTSAL and SOCCER". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-29. Diakses tanggal 2007-03-02.
- ^ "badminton, n.", Oxford English Dictionary
- ^ "Volleyball". International Olympic Committee. Diakses tanggal 2007-03-21.
- ^ Elayyan, Ribhi Mustafa (1990). "The history of the Arabic-Islamic Libraries: 7th to 14th Centuries". International Library Review. 22 (2): 119–135. doi:10.1016/0020-7837(90)90014-7.
- ^ a b RSCM oleh BYM71
- ^ George, Kenneth M. (2010). Picturing Islam: Art and Ethics in a Muslim Lifeworld. John Wiley and Sons. hlm. 77. ISBN 978-1-4051-2957-2.
- ^ Rasmussen, Anne K. (2010). Women, the Recited Qur'an, and Islamic Music in Indonesia. University of California Press. ISBN 978-0-520-25549-4.
- ^ Muhaimin, Abdul Ghoffir (2006). The Islamic traditions of Cirebon: ibadat and adat among Javanese Muslims. ANU E Press. ISBN 978-1-920942-30-4.
- ^ LaFrankie, James V. Jr.; H. T. Chan (June 1991). "Confirmation of Sequential Flowering in Shorea (Dipterocarpaceae)". Biotropica. 23 (2): 200–203. doi:10.2307/2388308. JSTOR 2388308.
- ^ Herbison-Evans, Don (2007-09-06). "Hyblaea puera". University of Technology, Sydney. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-07-24. Diakses tanggal 2008-03-12.
- ^ Ricklefs, M.C. (1991). A History of Modern Indonesia since c.1300, 2nd Edition. London: MacMillan. p. 38. ISBN 0-333-57689-6.
- ^ "Virtual Instrument Museum". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-02-24. Diakses tanggal 2017-06-29.
- ^ a b c d e f "Warkom Koperasi Karyawan dan Jamaah Masjid Ist".[pranala nonaktif permanen]
- ^ "New Board of Executives of Masjid Istiqial for 2015 - 2020". Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia. 2016-01-22. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-01. Diakses tanggal 2016-03-14.
- ^ http://www.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=325170/ Diarsipkan 2016-05-31 di Wayback Machine. Menag Kukuhkan Imam Besar dan Pengurus BP2M Istiqlal, diakses 28 April 2016
- ^ "Keputusan Presiden Nomor 38 Tahun 1994 tentang Pengelolaan Masjid Istiqlal" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-10-20. Diakses tanggal 2016-01-29.
- ^ Peraturan Presiden Republik Indonesia, No. 64 Tahun 2019, Tentang Pengelolaan Masjid Istiqlal, ditetapkan 16 Oktober 2019 dan diundangkan 17 Oktober 2019, https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/122749/perpres-no-64-tahun-2019 diakses 07 Januari 2019