Latto-latto

mainan berupa dua bola yang diikat oleh tali

Latto-latto (aksara Lontara: ᨒᨈᨚ – ᨒᨈᨚ dalam bahasa Makassar; pengucapan bahasa Makassar: [lat:oʔ lat:oʔ], Latto' dalam bahasa Makassar adalah detak, sehingga masyarakat suku makassar menamainya Latto' Latto', berdetak juga dikenal dalam bahasa daerah lainnya sebagai katto-katto, etek-etek, nok-nok, toki-toki, dan sejumlah ragam nama lainnya), adalah sebuah mainan berupa dua buah bola plastik berbobot padat keras dan permukaan halus yang diikat seutas tali dengan cincin jari di tengah. Permainan ini adalah jenis permainan ketangkasan dengan mengandalkan keterampilan fisik. Mainan ini dimainkan dengan cara diayunkan baik secara lambat maupun secara cepat hingga saling berbenturan dan menghasilkan bunyi khas. Benturan dua bandul bola pada latto-latto yang mengeluarkan bunyi khas tersebut sebagai daya tarik yang membuat pemainnya ketagihan untuk mengulangi secara berulang-ulang. Permainan ini berasal dari Amerika Serikat dengan nama clackers balls toys pada akhir era 1960-an, dan kemudian kian populer pada awal era 1970-an.[1]

Latto-latto
Katto-katto dalam kemasannya merk Ker-Bangers, tahun 1978 buatan Amerika Serikat
Katto-katto dalam kemasannya merk Ker-Bangers, tahun 1978 buatan Amerika Serikat
Latto-latto dalam kemasannya merk Ker-Bangers, tahun 1978 buatan Amerika Serikat
Nama lainEtek-etek, kletokan, katto-katto, nok-nok, toki-toki, tok-tak
TipeMainan
(mainan keterampilan fisik; mainan perorangan; mainan anak)
PenemuScott Lee; Marvin Glass
PerusahaanScotti, Inc. (Spatz Fiberglass Products, Inc.); Marvin Glass and Associates (MGA)
NegaraAmerika Serikat
Keberadaan
Musim 1960-an
Amerika Serikat, Britania Raya

Musim 1970-an
Amerika Serikat, Belanda, Belgia, Britania Raya (1971), Indonesia, Irlandia, Italia (1970), Kanada, Prancis, Swiss

Musim 1980-an
Amerika Serikat (1985), Argentina.


Brasil (2012),

Mesir (2017)
Makassar, Indonesia (1990an)–sekarang

Karakteristik
Warna
Hijau jeruk nipis, merah, merah jingga, kuning, jingga tua, merah tua, merah muda dalam, putih

Varian
Latto' Latto' biasa; Latto' latto jumbo; Latto' lattotidak berbunyi; Latto' latto menyala

Tipe
Kontak fisik
BahanBola dari plastik, tali dari nilon, cincin dari logam/plastik
Representasi sejarah dari suku Indian Uruguay di Río de la Plata (Hendrick Ottsen, 1603)

Sejarah

 
Latto-latto kuno dari bahan kaca temper

Sejarah lahirnya mainan latto-latto memiliki beragam versi sejarah. Permainan ini dikaitkan berasal dari Amerika Serikat yang terinspirasi oleh eskimo yo-yo, yakni mainan tradisional budaya asli Alaska. Versi lainnya, dikaitkan dengan terinspirasi dari senjata berburu di Amerika Selatan. Pada awal 1970-an, latto-latto begitu populer hingga sampai penduduk provinsi kecil di Italia Utara, Calcinatello. Awalnya, bola pada latto-latto terbuat dari kaca temper. Bahan kaca membuat sifatnya bisa pecah saat dimainkan dan serpihan kacanya bisa menimbulkan cedera parah. Oleh karena itu, pihak pemerintah Amerika Serikat akhirnya melarang penjualan permainan latto-latto di negaranya.[2]

Asal usul

Latto-latto merupakan permainan yang asalnya dari Amerika Serikat. Salah seorang penemu mainan hebat di era latto-latto adalah Marvin Glass asal Chicago, Amerika Serikat.[butuh rujukan] Dia adalah seorang pengusaha mainan terkenal dan tersukses pada masanya dengan perusahaan besarnya Marvin Glass and Associates (MGA), perusahaan desain dan rekayasa mainan yang berbasis di Chicago, Amerika Serikat.[3] Mainan latto-latto juga dibuat oleh perusahaan Scotti, Inc., sebuah divisi dari perusahaan Spatz Fiberglass Products, Inc., yang berbasis di Yorklyn, Delaware, Amerika Serikat. Scott Lee selaku pimpinan perusahaan Scotti mengatakan bahwa mainan latto-latto buatan perusahannya aman digunakan dengan tali nilon yang tidak bisa putus dan serat kaca anti pecah. Namun itu diberikan peringatan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) pada tahun 1971 atas keamanan produk. Permainan ini mulai muncul pada era 1960-an hingga makin populer pada awal 1970-an. Saat itu orang-orang menyebutnya mulai dari clackers, click-clacks, knockers, ker-bangers, dan clankers, penamaan ini kebanyakan berdasarkan dengan merek dan nama yang telah diberikan oleh pabrik pembuatnya masing-masing. Ketika permainan ini mulai masuk ke Indonesia, clackers balls toys disebut latto-latto[4]. Di Indonesia, kebanyakan nama permainan ini hanyalah proses asimilasi dan penamaan dari warga lokal di berbagai daerah. Latto-latto ini muncul setelah puluhan tahun silam pernah populer di Sulsel.[butuh rujukan]

Bahan dan jenis

Pada tahun 1968, muncul latto-latto dengan bahan yang terbuat dari kaca temper. Akan tetapi, mainan dengan bahan tersebut mudah pecah sehingga dapat melukai pemain dan siapa saja yang ada di sekitarnya. Akibatnya, mainan ini sempat ditarik dari pasar Amerika Serikat dan Kanada karena banyak yang terluka saat memainkannya.[butuh rujukan] Latto-latto masuk ke pasar dunia pada akhir tahun 1960-an dan bertahan hingga awal tahun 1970-an. Dua buah bolanya terbuat dari bahan baku berupa akrilik atau kaca yang dapat membahayakan pemainnya dan juga orang-orang di sekitarnya karena cara memainkannya pun dengan dibanting, di atas terdapat tali dengan cincin atau pegangan kecil di tengahnya. Tujuannya adalah untuk membuat kedua bola saling mengklik. Jika pemain latto-latto memiliki keterampilan yang handal, maka pemain tersebut dapat melakukan trik-trik luar biasa pada latto-latto tersebut, seperti membangun momentum sampai latto-latto tersebut mengenai bagian atas dan bawah dalam busur dan menghasilkan bunyi yang dapat memekakkan telinga. Anak-anak menyukainya dan latto-latto semakin digilai negara barat pada musim panas 1971. Tetapi, di lain sisi para dokter dan guru tidak begitu terkesan dengan mainan latto-latto setelah serangkaian kecelakaan serius yang menakutkan dari mainan latto-latto. Latto-latto diduga memiliki efek buruk untuk menghancurkan atau meledak dalam serpihan seperti pecahan peluru dan saat itu segera dilarang di setiap sekolah di negara-negara barat. Tetapi semua anak mengganggap sebagai konspirasi dari orang dewasa karena mereka membenci suara yang mereka buat. Kesamaan antara mainan yang sangat populer ini dan senjata berburu Amerika Selatan yang disebut bolas tidak luput dari kebanyakan remaja laki-laki. Dalam kapasitas ini, mereka terbukti sangat efektif. Setelah serangkaian kejadian lengan dan mata hitam yang memar secara nasional, latto-latto ditarik dari penjualan. Pada tahun 1980-an, perusahaan baru memproduksi versi chintzy dengan bola plastik ringan dengan batang plastik yang terhubung dengannya untuk menahannya di tempatnya. Pemain dapat memainkannya dengan mudah, walaupun sama sekali tidak membutuhkan keahlian dan membosankan setelah beberapa menit. Tapi itu jauh lebih aman.[5]

Awalnya, dua buah bola pada permainan clackers balls toys terbuat dari kaca. Ketika dua buah bola pecah, hal itu bisa membahayakan pemainnya. Karena itulah, dua bola pada Clackers Balls Toys diubah menjadi bahan plastik yang memiliki tektur keras dan padat yang berbentuk bulat dengan permukaan halus.[6] Warna pada bola adalah warna mencolok dengan tujuan terlihat menarik. Selain itu, clackers balls toys dilengkapi tali dari nilon dan sebuah cincin. Tali nilon[7] dan dua bola plastik keras dihubungkan dalam sebuah cincin bertujuan membuat bola berputar 180 derajat (masing-masing ke sisinya sendiri) dan bertabrakan satu sama lain (yang menghaslkan bunyi) dan berulang terus-menerus dan cepat, dan bertabrakan sebanyak mungkin.[8] Pemain juga dapat meningkatkan tingkat kesulitan dan melakukan atraksi dalam beberapa manuver, naik-turun, atau bergerak dengan gaya tanpa menghentikan mainan.[8] Ada yang terbuat dari plastik sederhana, tetapi yang asli terbuat dari bahan yang lebih keras, sehingga banyak anak-anak bahkan orang dewasa yang terluka.

Secara rinci, latto-latto di Indonesia telah mengalami modifikasi pada asal usulnya. Tali yang digunakan tidak setebal tali clackers sehingga akselerasi yang dihasilkannya lebih cepat. Begitu pula dengan varian ukuran bola ada yang lebih kecil atau lebih besar pada umumnya. Terdapat pula jenis latto-latto dengan efek menyala. Sehingga jika dimainkan pada tempat gelap atau malam hari terlihat menarik.

Jenis biasa

Jenis atau varian latto-latto ini memiliki dua buah bola yang kurang lebih seukuran telur ayam atau bebek. Jenis latto-latto ini menjadi standar umum untuk ukuran latto-latto. Dua buah bola yang padat dan keras ini turut mempengaruhi bunyi yang dihasilkan dan juga kecepatannya saat diayunkan. Dalam memainkan latto-latto jenis ini harus berhati-hati agar jari-jari tangan tidak cedera terkena bolanya.

Jenis jumbo

Jenis atau varian latto-latto ini memiliki dua buah bola yang berukuran lebih besar daripada umumnya yang hampir sebesar ukuran jeruk bali. Walau bolanya lebih besar, tapi bola ini ringan dan tidak padat. Keunggulan jenis latto-latto ini adalah ringan dimainkan, bagus untuk pemula karena tidak menyakiti jika mengenai jari-jari atau tangan, dan mudah dimainkan. Kekurangannya lebih repot untuk dibawa, kecepatannya lebih lambat, dan lebih mudah rusak atau pecah.

Jenis menyala

Jenis atau varian latto-latto ini dapat memberikan efek menyala pada tempat gelap. Kedua buah bolanya terbuat dari bahan fosfor. Nyala cahaya yang dihasilkan berasal dari sinar yang diberikan dari senter Handphone atau benda pengantar cahaya lainnya. Varian latto-latto ini lazim juga disebut latto-latto senter. Keunggulan jenis latto-latto ini adalah terlihat lebih menarik dan estetik karena ayunan bolanya yang menyala.

Jenis Pakujut nok-nok

Jenis atau varian latto-latto ini memiliki empat buah bola dan ketika diayunkan keempat buah bola tersebut akan saling berbenturan dan menghasilkan bunyi. Varian latto-latto ini diperkenalkan oleh masyarakat Sunda dan Ridwan Kamil menamakan varian latto-latto ini Pakujut nok-nok.[9]

Jenis matik (matic)

Jenis atau varian latto-latto ini memiliki stick gagang atau pegangan. Jenis ini diklaim anti gagal dan disebut lebih aman dimainkan sebab ketika dimainkan akan cenderung seimbang. Bukan diikat dengan tali, latto-latto matik ini dilengkapi dengan tongkat plastik. Pergerakan dari latto-latto lebih teratur sehingga meminimalisir permainan tersebut melukai pemainnya.[10]

Senjata berburu di Amerika Selatan

 
Ilustrasi latto-latto dikaitkan mirip dengan bolas, senjata berburu oleh para gaucho di Amerika Selatan

Latto-latto dikaitkan mirip dengan bolas, senjata berburu yang digunakan oleh para gaucho Amerika Selatan, yang digunakan dengan cara dilempar dan akan mengikat pada kaki atau bagian yang diinginkan dari hewan buruan.

Fenomena

Di Italia

Pada tahun 1971, di Italia, mainan latto-latto yang sebelumnya dikenal bising yang mengganggu berubah menjadi olahraga yang diakui. Pada tahun tersebut permainan berisik ini dianggap tak mengganggu dalam negeri Italia bahkan menjadi olahraga yang diakui. Pada Agustus 1971, Italia menyelenggarakan kejuaraan dunia latto-latto pertama yang diadakan di Desa Calcinatello, dekat kota industri utara Brescia.[11]

Perlombaan ini diselenggarakan oleh mantan petinju dan pastor paroki, menarik penggemar latto-latto dari seluruh negeri Italia. Selain tuan rumah Italia, lomba ini diikuti peserta dari Belanda, Prancis, Belgia, Kanada, Swiss, dan Inggris. Setelah kompetisi yang menegangkan dan memekakkan telinga, Gualtiero Panegalli, seorang restorer furnitur berusia 19 tahun asal Italia, menjadi juara latto-latto dunia pertama. Tidak ada piala atau medali untuk para pemenang, tetapi hadiahnya termasuk claret lokal, salami, domba hidup, ayam, keju, dan sekeranjang buah.[11]

Permainan seperti dua pendulum ini bergerak berlawanan arah dan saling berbenturan baik pada bagian bawah maupun ketika momentum terbentuk pada bagian atas. Kunci suksesnya adalah gerakan tangan yang tepat ke atas dan ke bawah untuk menjaga agar senar tetap lurus dan secara bertahap meningkatkan osilasi. Tujuannya adalah untuk mempertahankan bunyi yang stabil selama mungkin. Struktur latto-latto terdiri dari seutas tali dengan bola seukuran kenari di setiap ujungnya. Pemain memegang bagian tengah senar, terkadang dibantu oleh cincin logam atau tongkat kecil, dan mencoba untuk menyatukan kedua bola tersebut.[11]

Permainan ini menjadi menonjol di Italia, adegan dengan kompetisi "Golden Click‐Clack" yang diadakan pada 30 Juli di Isorelli di Savignone, dekat Milan. Kontes itu juga diselenggarakan oleh pastor paroki, bertindak dalam fungsinya sebagai pemimpin komunitas kecil Italia yang mencoba meningkatkan moral, meningkatkan pendapatan paroki dan perdagangan lokal serta meningkatkan kedudukan gereja. Pemenangnya, Roberto Maliberti, berusia 24 tahun setelah tampil tanpa henti selama satu setengah jam.[11]

Kala itu latto-latto belum mendapatkan persetujuan secara nasional, meskipun telah banyak dijual secara luas dan dalam perdagangan ekspor. Ada kecaman dimana-mana terhadap "bola kecil neraka" (latto-latto) dan surat protes dari pers. Resor-resor pantai cukup terganggu. Pulau Ischia di Teluk Naples yang indah dan sebuah tempat di Trieste telah melarang permainan tersebut. Resor Trieste mengutip undang-undang tentang larangan. Pers di Italia telah menyebut permainan latto-latto awalnya berupa obsesi hingga menjadi "fenomena menular yang berisiko menjadi mania" dan "benda paling tidak berguna dan ketinggalan zaman". Surat kabar Roma pro-Komunis Paese Sera, mengomentari kejuaraan tersebut, bertanya: "Apakah latto-latto hanyalah mania yang tidak bersalah di era tujuh puluhan atau apakah itu mewakili salah satu produk terburuk dari masyarakat yang makmur?"[11]

Di Argentina

Selama tahun 1980-an permainan ini ramai dimainkan di Argentina. Sebagian masyarakat Argentina keluar rumah memadati dekat sudut-sudut jalan atau trotoar untuk menonton turnamen dan kompetisi latto-latto. Beberapa institusi turut terlibat mensponsori juga perusahaan-perusahaan besar, program televisi, dan bahkan sekolah. Semuanya mengelilingi di sekitar arena kejuaraan latto-latto. Selain itu, beberapa pemain latto-latto profesional dari tim kejuaraan latto-latto mendatangi sekolah-sekolah untuk melakukan demonstrasi latto-latto. Mereka memperlihatkan pelbagai atraksi dan trik dalam memainkan latto-latto. Mereka disponsori oleh perusahaan soda. Kemudian kompetisi dimainkan di acara-acara TV yang memiliki banyak penonton. Pada tahun 1990-an, kembali bangkit ketika saluran televisi kabel "Magic Kids" Argentina menyelenggarakan kejuaraan kompetisi latto-latto untuk masyarakat umum. Satu-satunya syarat untuk mengikuti kompetisi tersebut adalah membeli latto-latto yang asli, yang memiliki ciri pegangan berubah warna saat basah. Pemenang dari kejuaraan ini akan diberikan “El tiki-taka de plata”, sebuah piala asli untuk menghiasi rak, dengan bola yang terbuat dari bahan transparan.[12]

Di Brasil

Di Brasil, latto-latto biasa disebut bate-bate atau teco-teco. Permainan ini telah dimainkan oleh anak-anak Brasil pada era 1960-an, 1970-an, 1980-an, dan 1990-an. Pada tahun 2012, permainan ini kembali viral dan digemari oleh anak-anak Brasil, terutama anak-anak sekolah walau saat itu telah menjadi era perkembangan dari permainan video. Permainan ini kembali viral tahun 2012 di seluruh negara bagian Brasil setelah grup musik terkenal asal Brasil LevaNóiz sukses melambungkannya melalui lagu hitsnya berjudul "bolimbolacho", mainan yang dikenal sebagai "bate-bate" (latto-latto). Permainan ini kembali muncul di Brasil setelah sekitar dua dekade menghilang. Di Ubatã, Bahia, mainan ini sudah menjadi tren dan dijual di beberapa tempat komersial di kota. Para penjual bate-bate cukup terkejut karena dagangannya cepat habis dengan 100 bumper permainan bate-bate dalam waktu kurang dari 5 jam. Setiap mainan berharga sekitar R$2,50 di pasaran. Permintaan bate-bate sangat tinggi.[13]

Permainan ini dikarenakan sederhana, mudah ditemukan di kios-kios, dan harganya murah. Permainan ini banyak dimainkan di sekitar jalan pada sore hari, terutama di Distrik Limão, São Paulo dan Salvador, Bahia.[13][14] Tidak heran bila banyak yang mengeluhkan suara bising pada permainan ini. Selain itu, lengan dari anak-anak banyak yang mengalami memar karena terlalu banyak bermain. Hingga pada akhirnya, guru-guru mereka melarang mereka memainkannya.[7]

Di Indonesia

Di Indonesia, latto-latto sebagai mainan tradisional anak-anak telah dikenal dan dimainkan serta menjadi tren mode pada era 1970-an, 1980-an, 1990-an, dan 2002-2003 oleh anak-anak Makassar dan beberapa daerah di Pulau Jawa. Meski sempat hilang atau redup permainan latto-latto atau latto-latto ini ramai kembali dibicarakan dan dimainkan oleh semua kalangan baik anak-anak hingga remaja di berbagai daerah belakangan ini. Latto-latto terakhir pernah ramai dimainkan oleh anak-anak Indonesia pada tahun 2002-2003, terutama bagi yang tinggal di wilayah pedesaan. Permainan latto-latto kembali viral belakangan ini melalui tayangan-tayangan di berbagai media sosial. Menariknya, permainan ini seakan bisa menyampingkan ponsel pintar yang menjadi permainan anak milenial masa kini. Banyak orang yang mencoba menunjukkan keahlian dan kelincahannya memainkan latto-latto melalui video yang mereka unggah di media sosial. Banyak juga orang yang mengaku bernostalgia, karena latto-latto ini adalah permainan tempo dulu yang kini kembali viral.[2]

Pada November 2022 hingga saat ini, latto-latto kembali populer dan menjadi permainan yang digandrungi bukan hanya anak-anak. Tapi juga orang dewasa dan orang tua. Fenomena ini tidak hanya marak di wilayah Pulau Sulawesi, tetapi juga di beberapa daerah di Indonesia, seperti di Pulau Jawa, Maluku, Lombok, dan Pulau Kalimantan.[butuh rujukan]

Di Sulawesi Selatan, setiap hari suara bising dari latto-latto terdengar di mana-mana. Bahkan fenomena latto-latto ini pun marak dilombakan[2], seperti di Bulukumba, Palopo, Soppeng, Sinjai, Pinrang, Jeneponto, Bone, Makassar, dan daerah lainnya. Selain karena harganya murah, mainan ini dapat dengan mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional, toko-toko kelontong ataupun di toko-toko mainan di berbagai wilayah Sulawesi Selatan.[butuh rujukan]

Demam latto-latto

Fenomena permainan latto-latto saat ini tengah digandrungi banyak kalangan. Tak hanya anak-anak, orang dewasa pun tertarik untuk bermain latto-latto. Seperti yang diketahui, latto-latto merupakan permainan zaman dahulu, namun kini menjadi permainan favorit bagi banyak orang.

Kalangan pejabat
Kalangan selebriti

Implikasi dari mainan tradisional latto-latto tengah viral di berbagai media sosial terlebih di media sosial TikTok. Dengan viralnya mainan tersebut, sejumlah artis atau selebriti tercatat turut ketagihan dan mencoba keterampilannya dalam memainkan latto-latto. Mereka diantaranya adalah Nissa Sabyan, Wika Salim, Atta Halilintar, Furry Setya Raharja, Denny Caknan, Fadil Jaidi, Arie Kriting, Andmesh Kamaleng, Fildan Rahayu, Amanda Manopo, Rian Ekky Pradipta, Denny Cagur, Indah Permatasari, Sitha Marino, Raffi Ahmad, Nagita Slavina, Rafathar Malik Ahmad, Rizky Febian, Arsy Hermansyah, dan lainnya. Aksi-aksi unjuk kebolehan bakat dan keterampilan mereka dalam memainkannya ditampilkan dalam bentuk video di media sosial mereka masing-masing, seperti YouTube, Instagram, Twitter, dan TikTok. Ada yang mampu memainkannya secara cekatan dan ada juga yang gagal memainkannya saat mengayunkan mainan tersebut. Ada selebriti memainkan latto-latto yang tidak lazim, seperti main latto-latto sambil main gitar dari Fildan Rahayu dan nyanyi sambil main latto-latto sebagai instrumen musiknya dari Andmesh Kamaleng.[15][16][17][18][19][20]

Kalangan akademisi

Pro dan kontra

Dampak perekonomian

Viralnya mainan latto-latto faktanya mampu mendatangkan pundi-pundi rupiah bagi pedagang mainan hingga platform belanja online. Ekhel Chandra Wijaya, Kepala Komunikasi Eksternal Tokopedia merilis hasil penjualan mainan latto-latto di lokapasar Tokopedia naik hingga 57 kali lipat. Tokopedia mencatat antusiasme tinggi dari masyarakat dalam berbelanja daring membeli mainan latto-latto selama pergantian tahun[21]. Kehadiran dan kepopuleran mainan latto-latto bisa meningkatkan omzet pedagang eceran latto-latto. Sebagai mainan yang digemari anak kecil hingga orang dewasa belakangan ini, latto-latto membawa berkah tersendiri bagi para pedagang eceran mainan di penjuru Indonesia, salah satunya di Pandeglang[22][23]. Mainan latto-latto memberikan efek domino terhadap perkembangan ekonomi masyarakat. Dengan harga yang terjangkau, banyak orang-orang menjualnya. Bukan hanya penjual mainan yang menjual latto-latto, tapi pedagang makanan sampai ke tukang sayuran keliling ada yang nyambi menjual latto-latto[24][25].

Insiden

Ragam nama

Daerah luar negeri

Pada awal masa kejayaan latto-latto tahun 1970-an, nama mainan ini mengacu pada nama merk dan pabriknya. Salah satu kendala utama saat itu dalam menemukan mainan ini adalah mengetahui apa namanya. Banyak merk baik yang asli maupun tiruannya dalam produksi dan distribusi. Nama-nama berdasarkan merk tersebut antara lain Bangers, Bonkers, Clack Clacks, Clackers, Clack-clacks, Click-clacks, Crackers, K-nokkers, Ker-knockers, Ker-bangers, Klackers, Klick-klacks, Knockers, K-Nokkers, Mini Poppers, Moon Rocks, Popper Knockers, Poppers, Rockers, Super Clackers, Quick Klacks, Quick Clacks, Quick Wacks, Whack'os, Wackers, Whackers, Whak Kos, dan Zonkers.[5][26]

Kini mainan ini memiliki banyak sekali nama tergantung daerah masing-masing. Di Amerika Serikat, permainan ini dinamai clackers balls toys, Britania Raya menyebutnya clackers atau clackers knockers, Kanada menyebutnya click clacks, Spanyol menyebutnya tiki-taka, Portugal dan Brasil menyebutnya bolimbolacho, bate-bate, bate-bag atau teco-teco, Belanda menyebutnya klikklak atau klik-klaks, Jerman menyebutnya klick-klack-kugeln, Polandia menyebutnya riki-tiki atau klik-klak, Prancis menyebutnya tac-tac, Yunani menyebutnya taka-taka (Τάκα-tάκα), Brasil, Argentina, Uruguay, Paraguay, dan Chili mengenalnya bolas, dan Mesir menyebutnya sisi.[butuh rujukan]

Nama Bahasa Negara Referensi
Bolimbolacho Bahasa Portugis
Clackers Bahasa Inggris
Klick-klack-kugeln Bahasa Jerman
Tac-tac Bahasa Prancis
Tiki-taka Bahasa Spanyol
sisi
taka-taka
klikklak
تق تقه (taq tiq)
Amerikankurakkā (アメリカンクラッカー)
Klik-klak (riki-tiki)

Daerah Indonesia

Sejumlah daerah di Indonesia memiliki istilah berbeda dan menjadi kearifan lokal untuk menyebut latto-latto berdasarkan onomatope, merujuk pada bunyi yang dihasilkan pada mainan tersebut dan kebanyakan berciri khas kata reduplikasi. Masyarakat Sulawesi Selatan umumnya mendengarkan bunyi seperti taktok-taktok, sehingga mereka menyebut katto-katto, latto-latto, ketto-ketto, atau letto-letto sesuai kebiasaan pelafalan mereka. Masyarakat Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara menyebutnya katto-katto/latto-latto (oleh suku Makassar & Mandar) atau ketto-ketto/letto-letto (oleh suku Bugis & Luwu). Masyarakat daerah Jawa menamainya etek-etek (ethek-ethek) atau tak-tik-tok, masyarakat Sasak di Pulau Lombok dan Sumbawa mengenalnya toktak, masyarakat di Pulau Kalimantan, terutama Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur mengenalnya kletokan, masyarakat Betawi di Jakarta mengenalnya tek-tek, Buol, Palu Sulawesi Tengah dan Maluku menyebutnya tok-tok, Sulawesi Utara menyebutnya toki-toki, sedangkan masyarakat Sunda di Jawa Barat dan masyarakat Banggai, Sulawesi Tengah disebut nok-nok. Nama a'katto-katto/makatto-katto atau malletto-letto juga dikenal masyarakat Sulawesi Selatan. Tambahan a-/ma- pada nama tersebut merupakan prefiks baik dalam bahasa Makassar maupun dalam bahasa Bugis yang bermakna melakukan/memainkan.[butuh rujukan]

Nama Bahasa Daerah Referensi
Etek-etek Bahasa Jawa, Bahasa Madura Bangkalan, Lumajang, Mojokerto, Pamekasan, Sampang, Sumenep, Surabaya, Jawa Tengah, Jawa Timur [27][28][29]
Ethek-ethek Bahasa Jawa Kabupaten Kediri, Kota Kediri, Malang, Semarang [30][31][32][33]
Ethek-ethekan Bahasa Osing Banyuwangi [34]
Gétto-gétto Bahasa Bugis
Katto-katto Bahasa Mandar, Bahasa Makassar Bantaeng, Jeneponto, Makassar, Maros, Polman, Takalar, Sulawesi Tenggara
Kétto-kétto Bahasa Bugis Bone
Kelotokan Bahasa Banjar, Bahasa Kutai, Bahasa Bali Paser, Kutai Kartanegara, Penajam Paser Utara, Balikpapan, Bontang, Samarinda, Denpasar, Bali, Banjarmasin, Banjarbaru, Kotabaru
Kletokan Bahasa Banjar, Bahasa Dayak Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur
Latto-latto Bahasa Luwu, Bahasa Makassar Bantaeng, Luwu, Luwu Timur, Luwu Utara, Maros, Makassar, Maros, Pangkep, Takalar, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara
Létto-létto Bahasa Bugis Barru, Bone, Maros, Soppeng
Nok-nok Bahasa Gorontalo, Bahasa Sunda Bandung, Ciamis, Cimahi, Ende, Kupang, Sikka, Subang, Sumedang, Gorontalo, Parigi Moutong, Palu [35]
Tak-tok
Tek-tek Bahasa Betawi Jakarta, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, Sukabumi
Tek-tekan Bahasa Bali, Bahasa Jawa Jembrana, Trenggalek [36][37]
Tekotek Bahasa Sasak Lombok
Tok-tak Bahasa Sasak Lombok, Sumbawa
Tok-tok Bahasa Ambon, Bahasa Ternate, Bahasa Kaili, Bahasa Manado Banggai Laut, Buol, Kotamobagu, Manado, Palu, Tolitoli, Ternate, Ambon, Maluku, Mimika, Papua [38][39]
Toki-toki Bahasa Manado, Bahasa Buton Bitung, Buol, Palu, Sulawesi Utara, Baubau, Buton, Buton Selatan, Buton Tengah, Buton Utara

Cara memainkan

Teknik memainkan latto-latto dengan memegang pada jempol jari
Teknik memainkan latto-latto dengan cincin jari tengah

Teknik pertama yang biasa digunakan pada saat ingin memulai memainkan latto-latto adalah jari dijepit bagian tengah tali, dan diayunkan hingga dua bola di ujung saling bertabrakan dan kalau bisa, membentuk sebuah lingkaran vertikal sempurna. Pada dasarnya, permainan latto-latto ini dilakukan dengan menggerakkan tangan untuk menyeimbangkan kedua bola agar dapat berbenturan. Nantinya, benturan yang terjadi antara kedua bola tersebut akan menciptakan bunyi yang khas. Meski cara bermainnya terlihat sederhana dan mudah, namun permainan latto-latto ini cukup susah untuk dimainkan oleh para pemula. Selain itu, para pemain juga harus berhati-hati karena kedua bola latto-latto bisa saja mengenai tangan para pemain, jika cara memainkannya salah.

 
Ilustrasi ayunan dua buah bola latto-latto yang saling berbenturan

Latto-latto pada dasarnya adalah dua buah bola atau kelereng besar yang diikat dengan tali yang kuat dengan cincin di tengahnya. Itu diletakkan jari pada cincin jari di atas cincin sehingga kelereng atau bola menggantung di bawah. Di sinilah kesenangan dimulai. Tujuannya adalah untuk membuat kedua bola saling mengetuk (atau berdentang jika pemain suka) dengan menarik cincin secara perlahan. Setelah menguasainya, kita bisa mengontrolnya bergerak lebih cepat dan lebih cepat sampai mereka saling berbenturan di atas dan di bawah tangan dalam lengkungan yang menakjubkan. Cara main latto-latto sebenarnya bukan sesuatu yang sulit. Pemain hanya perlu menggoyangkan tangan untuk menyeimbangkan dua bola latto-latto sehingga saling beradu atau berbenturan. Benturan antara kedua bola ini akan menimbulkan bunyi atau suara yang unik dan khas. Latto-latto terlihat memang mudah untuk dimainkan. Padahal, permainan ini cukup sulit dimainkan oleh pemula. Sebab, kalau dimainkan dengan cara yang salah, bola latto-latto justru akan mengenai tangan dan akan melukainya. Oleh karena itu, terutama bagi anak-anak harus berhati-hati dalam memainkannya dan minta dampingan orang dewasa.

Latto-latto dimainkan tidak terbatas pada gender dan usia bagi pemainnya. Semua kalangan dapat memainkan permainan ini. Permainan ini sangat alamiah dan bisa dilakukan di ruang terbuka atau tertutup, duduk atau berdiri. Cara memainkan latto-latto cukup mudah bagi yang mengetahui teknik bermainnya. Cukup dengan mengayunkan dua bola di bawah dan atas tangan sehingga kedua bola selalu bertubrukan tanpa meleset dan menghasilkan bunyi. Permainan latto-latto membutuhkan kelincahan dan keahlian menyeimbangkan dua bola pada seutas tali. Meski terlihat sepele cara memainkannya, permainan latto-latto tidak boleh ragu-ragu dalam mengayunkannya serta membutuhkan konsentrasi/fokus, keterampilan/teknik tinggi, dan kesabaran. Permainan ini memiliki risiko tangan atau jari dapat menjadi memar jika tak piawai memainkannya.

Ilustrasi gerakan ayunan bandul bola yang dapat terjadi pada mainan latto-latto
Ilustrasi gerakan ayunan bandul bola yang dapat terjadi pada mainan latto-latto
Ilustrasi gerakan ayunan bandul bola yang dapat terjadi pada mainan latto-latto

Perlombaan

Permainan latto-latto telah banyak diadopsi sebagai sebuah ajang perlombaan atau turnamen di pelbagai daerah, terutama di Pulau Sulawesi. Permainan ini dijadikan ajang perlombaan pada acara pesta rakyat, perayaan hari besar, bahkan di acara pernikahan dan acara lainnya. Jenis perlombaan yang umum dipertandingkan berupa durasi memainkan latto-latto, kategori kelompok umur, free style, dengan teknik dan gaya yang ditentukan juri.[40][41]

Linguistik

Nama katto-katto atau ditulis katto'-katto' (ᨀᨈᨚ – ᨀᨈᨚ) maupun nama latto-latto atau ditulis latto'-latto' (ᨒᨈᨚ – ᨒᨈᨚ) berasal dari bahasa Makassar (basa Mangkasara' )[42], sementara dalam bahasa Bugis (basa Ogi/Ugi) disebut kétto-kétto atau ditulis kétto'-kétto' (ᨀᨙᨈᨚ – ᨀᨙᨈᨚ) maupun nama létto-létto atau ditulis létto'-létto' (ᨒᨙᨈᨚ – ᨒᨙᨈᨚ). Penamaan dalam kedua bahasa tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Pada persamaan, segi pengucapan terdapat geminasi konsonan tt [t:] dan hentian glotal [ʔ]. Baik dalam bahasa Makassar maupun dalam bahasa Bugis, penamaan didasarkan pada onomatope dengan merujuk pada suara atau bunyi yang dihasilkan pada mainan tersebut bunyi seperti to'-to' (berdetak-detak)[42]. Baik dalam bahasa Makassar maupun dalam bahasa Bugis, penamaan adalah hasil reduplikasi[42] atau pengulangan penuh, yakni kata dasar "katto" menjadi reduplikasi penuh "katto-katto", kata dasar "latto" menjadi reduplikasi penuh "latto-latto", kata dasar "kétto" menjadi reduplikasi penuh "kétto-kétto", dan kata dasar "létto" menjadi reduplikasi penuh "létto-létto". Pada perbedaan, dalam bahasa Makassar terdapat vokal fonem /a/, sedangkan dalam bahasa Bugis terdapat vokal fonem /é/ (e talin terbuka). Dalam bentuk kata kerja (verba), orang Bugis menyebut malletto'-letto' atau makkétto'-kétto' sedangkan orang Makassar menyebut akkatto'-katto' atau allatto'-latto' . Tambahan a-/ma- pada nama tersebut merupakan prefiks baik dalam bahasa Makassar maupun dalam bahasa Bugis yang bermakna melakukan/memainkan latto-latto. Beberapa kesalahan penyebutan atau penulisan, seperti lato-lato, yang mana dalam bahasa Bugis dan bahasa Makassar memiliki definisi sebutan perempuan atau lelaki yang sudah tua (kakek-kakek/nenek-nenek)[43][44].

Fonologi

Geminasi konsonan

Morfologi

Reduplikasi

Semantik

Generalisasi

Efek

Efek positif

Prof. Hamdan Juhannis, MA, Ph.D. yang merupakan rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar memberikan tanggapan mengenai sisi positif dari viralnya permainan latto-latto. Dalam tulisannya yang telah terpublikasi di berbagai media dengan judul "Latto-latto Melawan Game Online", Hamdan mengutarakan bahwa kehadiran latto-latto secara signifikan dapat mengurangi seseorang pada ketergantungan memegang HP main game online dan nonton beragam sajian di telepon genggam. Latto-latto menjadi alat komunikasi di antara anak-anak. Mereka bisa memainkan bersama-sama, saling memperlihatkan inovasi bunyi yang dikuasainya. Berbeda tentunya dengan anak-anak yang bermain dengan HPnya, selalu sibuk sendiri. Efek buruk yang ditimbulkan pada game online pada HP, mulai dari sikap asosial, pemahaman yang distortif tentang kehidupan nyata, sampai pada gangguan penglihatan.[45] Seorang kolumnis Brasil, Rodrigo Dias mengutarakan pendapatnya mengenai kemunculan kembali permainan latto-latto di tengah era digital sebagai memorial dan nostalgia mengenang masa lalu. Ia menambahkan permainan ini sesuatu yang harus dipelajari bahkan di perguruan tinggi.[13]

Dalam artikel Liputan6.com, memainkan latto-latto bisa melatih kesabaran dan meningkatkan rasa percaya diri pada anak walaupun berupa permainan sederhana, karena saat bermain mereka bisa menambah kecepatan ayunan. Memang terlihat gampang, namun itu perlu beberapa tips dan trik agar bisa memainkannya dengan mudah. Hal ini karena di awal permainan harus bisa menyeimbangkan bola agar tetap berjalan secara konstan dan menimbulkan bunyi tek-tok. Permainan latto-latto dapat melatih sistem motorik, keseimbangan, dan ketenangan pikiran pada anak.[46] Liputan6.com telah merangkum beberapa manfaat bermain latto-latto terutama pada perkembangan anak sebagai berikut:

  1. Melatih kemampuan dasar sistem motorik dengan lebih baik lagi dari pada sebelumnya, bermain latto-latto dapat membantu melatih kemampuan motorik anak, karena memainkannya perlu menggunakan gerakan tangan. Tentu menggerakkan tangan dengan bermain latto-latto lebih disarankan dibanding hanya bermain handphone seharian.
  2. Memiliki dan meningkatkan kepercayaan diri saat berbaur bersama teman-temannya untuk dapat melakukan sesuatu hal, ketika anak sudah mampu menguasai bermain latto-latto, tentu hal tersebut dapat meningkatkan rasa kercayaaan diri saat memainkannya. Sebab, banyak orang mengaku kesulitan bermain permainan ini lantaran butuh keahlian khusus yang perlu dilatih terlebih dahulu.
  3. Demokratis, saat bermain bersama, maka sikap demokratis anak akan keluar dan anak akan belajar secara pelahan-lahan dengan teman temannya untuk lebih baik lagi. Jadi sikap anak yang belajar demokratis ini akan tetap bisa dia lakukan saat sudah dewasa nanti.
  4. Mencerdaskan anak, dalam satu permainan, tentu menuntut anak untuk menggunakan strategi untuk bisa menang dari lawannya. Contoh permainan ini salah satunya adalah latto-latto. Biasanya anak yang main latto-latto, akan mengayunkan bola dengan cara ke atas dan ke bawah dan membuat bola beradu dengan cepat.
  5. Mengendalikan emosi, permainan tradisional ini juga banyak berfungsi untuk mengendalikan emosi anak. Untuk memenangkan permainan ini, maka anak harus menjaga emosi dan suasana hati saat menyeimbangkan ayunan bola yang sedang beradu dengan konstan. Jika emosi tidak bisa diolah dengan baik, kemungkinan anak akan kalah dalam permainan
  6. Melatih keseimbangan gerak otot tangan
  7. Melatih keseimbangan tubuh, keseimbangan sangat diperlukan pemain latto-latto karena jika tidak seimbang saat bermain, maka bola akan melenceng dan berujung sulit untuk saling dibenturkan.
  8. Meringankan stres
  9. Memberikan ketenangan pikiran, bermain latto-latto juga dapat memberikan ketenangan dalam diri seseorang. Hal itu dikarenakan ketika bermain latto-latto menghasilkan ketukan yang suaranya senada. Biasanya, ketukan senada dan berulang-ulang dapat memberikan ketenangan. Tapi, untuk mendapat ketukan senada pemainnya harus tahu dulu cara bermain latto-latto yang benar.
  10. Sarana edukasi, latto-latto termasuk jenis mainan edukasi terutama kalangan penggemar fisika untuk mempelajari hukum kekekalan momentum dan kekekalan energi. Mainan ini menjelaskan hukum ketiga Newton mengenai aksi dan reaksi.
  11. Membangun jiwa sportivitas, beragam lomba bertajuk turnamen dengan instrumen latto-latto ini dapat mengajarkan jiwa sportivitas karena ketika lomba dan gagal memainkan latto-latto, maka pemain akan sadar menerima kekalahannya dan meninggalkan arena permainan.
  12. Melatih kesabaran, karena bermain latto-latto butuh banyak latihan. Bermain latto-latto tentu membutuhkan kesabaran yang luar biasa. Sebab, tidak mudah untuk memainkan agar bola bisa saling berbenturan dan menghasilkan suara yang senada.[2][46]

Efek negatif

Tidak sedikit dari permainan latto-latto menimbulkan efek negatif. Permainan ini dapat memberikan sisi buruk dan bahaya, terutama bagi penggunanya jika tidak mahir memainkannya, akan mengalami kesalahan yang akan mengakibatkan cedera atau memar di sekujur pergelangan tangan. Beberapa kasus tertentu seperti bola yang lepas dari tali dan mengenai wajah atau dahi anak-anak yang memainkan atau orang yang ada di dekatnya[8]. Suaranya juga menimbulkan kebisingan apalagi jika dimainkan bersama-sama pada sebuah kelompok. Hal tersebut kadang-kadang membuat orang tua lanjut usia terganggu.

Pada 1970-an di Amerika Serikat, permainan ini sempat dilarang untuk dimainkan oleh pejabat sekolah New Bedford Amerika Serikat karena berbahaya. Bahkan salah satu portal ternama di Amerika Serikat menerbitkan tulisan tentang fenomena clackers di kalangan anak Amerika Serikat. Pengguna terkadang membanting clackers begitu keras hingga pecah, membuat pecahan plastik beterbangan, seperti pecahan peluru ke segala arah. Saat itu banyak set clackers asli terbuat dari kaca temper dua inci, membuatnya lebih rentan pecah, sehingga beralih ke plastik akrilik. Di Amerika Serikat, mainan ini dihentikan oleh Food and Drug Administration (FDA) yang kira-kira semacam Badan POM (Pengawas Obat-obatan dan Makanan). Bahkan Departemen Sekolah New Bedford mengetuk palu untuk menghentikannya.

Kontroversi

Larangan produksi dan penjualan di Brasil

Mainan latto-latto pernah dilarang dijual pada akhir 1980-an di Brasil, karena terlalu berbahaya. Hal tersebut disebabkan banyaknya kejadian para pemainnya mengalami luka pada jarinya. Baru pada tahun 2012, permainan ini kembali eksis dan populer di Brasil karena sebuah lagu dari grup musik Bahian LevaNóiz. Permainan ini diproduksi secara luas oleh perusahaan Luka Plasticos dengan bola yang lebih aman terbuat dari plastik, tidak lagi terbuat dari besi atau keramik seperti dulu, sehingga mainan tersebut tidak terlalu berbahaya. Selain itu, sekarang dijual dengan tali pelindung pergelangan tangan.[13][14]

Terlibat kontroversi politik di Mesir

Terlepas dari berbagai hal menarik dari permainan ini, sayangnya untuk anak-anak yang memainkan clackers di Mesir sekitar tahun 2017 harus merasakan campur tangan isu politik yang bahkan menyebabkan pelarangan. Hal ini bermula ketika para warga setempat sering menyebut permainan tersebut dengan "Sisi's balls" atau "Bolanya Sisi", kata ini mengacu pada buah zakar milik Presiden Mesir saat itu Abdel Fattah el-Sisi. Tentu saja, begitu "Sisi's balls" menjadi populer, polisi mulai menangkap penjual dan menyita ribuan pasang mainan tersebut hanya untuk beberapa alasan aneh, yaitu mereka dianggap menyinggung pemerintah.

Larangan di Amerika Serikat

Di negara asalnya Amerika Serikat, Departemen Sekolah New Bedford telah melarang penggunaan Clackers Balls Toys karena anak-anak di Amerika Serikat memainkannya dengan keras hingga bola pecah dan pecahannya beterbangan. Food and Drug Administration (FDA) saat itu, juga melarang penjualan latto-latto. Di Amerika Serikat, latto-latto secara resmi dilarang pada tahun 1985 dan bergabung dalam daftar "10 Mainan Anak-Anak Terlarang Paling Berbahaya Amerika Serikat Sepanjang Masa". Kebetulan, pemenang ulasan tidak resmi dari kebahayaan bagi kaum muda ini adalah Lab Energi Atom U-238, dirilis pada tahun 1951 oleh Albert Gilbert (penemu perangkat erektor), yang menyertakan bahan radioaktif asli.[47]

Larangan di Britania Raya

Pada awal tahun 1970-an, ratusan pembuat mainan telah menjual jutaan latto-latto di seluruh dunia. Pada tahun 1971, mainan latto-latto menjadi puncak tren, menjadi suatu kesenangan dan sangat membuat ketagihan di kalangan anak-anak di Torquay, Inggris. Namun, latto-latto memiliki desain yang mirip dengan boleadoras, senjata pilihan untuk gaucho/koboi Argentina. Seperti yang diketahui, jika sesuatu menyerupai senjata, itu akan sering digunakan sebagai salah satu kekerasan di taman bermain. Maka tidak lama kemudian ada serangkaian kejadian anak-anak yang terluka, beberapa di antaranya sengaja dilukai, yang mendorong banyak sekolah untuk melarang latto-latto. Ada juga kesalahan desain dasar, yang terbuat dari plastik akrilik keras, yang kadang-kadang dapat meledak dan menyebabkan sejumlah cedera saat pecah dan pecahan tersebut terbang dari tali yang menyerupai kabel. Pengguna lain menemukan bahwa mempercepat bola plastik keras sebenarnya bisa mematahkan tulang muda. Menanggapi kekhawatiran dalam negeri, pada tahun 1971 Departemen Dalam Negeri Britania Raya meluncurkan penyelidikan apakah latto-latto harus dilarang sepenuhnya. Tentu saja, berada di garis depan kegemaran anak muda, Torquay terjebak dalam kepanikan yang melanda negara. Pada tahun 1971, koran Torquay Times menyelidiki dan memuat berita pada halaman depannya tentang bahaya latto-latto bagi masa mudanya anak-anak Torquay. Petugas Keamanan Publik Torquay menghimbau semua orang tua untuk mencegah anak-anak mereka menggunakan mainan tersebut. Berbagai kecelakaan telah terjadi dan itu menjadi gangguan. Dengan menggunakannya, anak-anak menciptakan gangguan dan membiarkan diri mereka rentan terhadap kecelakaan. Pada pihak produsen latto-latto di Torquay membela produknya dan mengatakan bahwa jenis yang harganya lebih murahlah yang berbahaya, menurutnya produknya anti pecah dan terbuat dari polistiren yang keras dan tidak ada gelembung udara di dalamnya. Itu kuat dan kokoh walaupun itu dipukul dengan palu. Talinya dari tali nilon. Terkait dari potensi kerusakan dan kebisingan karena mengeluarkan suara yang memekakkan telinga yang akan ditimbulkannya, latto-latto kemudian dilarang di sekolah-sekolah lokal, terutama di sekolah Torquay Boys Grammar School dan sekolah Audley Park School (sekarang Akademi Torquay). Pada sisi lain, pihak kaum liberal dan filosofis dari elit skolastik lokal menanggapi bahwa kejadian ini adalah risiko dalam kehidupan sehari-hari yang harus diterima. Namun, tepat ketika masyarakat tampak kacau, ancaman itu memudar dan kaum muda beralih untuk menerima tantangan lain terhadap hukum, moralitas, dan akal sehat secara umum. Para penggemar latto-latto bahwa tidak ada lagi yang bisa dilakukan dengan latto-latto. Karenanya, pada tahun 1972 kegemaran itu berakhir dengan tiba-tiba. Departemen Dalam Negeri mengumumkan larangan dan produsen latto-latto utama, James of England, dipaksa untuk memberhentikan 170 pekerja dan tersisa 400.000 latto-latto di gudang mereka.[47]

Diminati kolektor

Mainan latto-latto, terutama latto-latto merk retro bahan kaca telah diminati oleh para kolektor. Latto-latto merk retro dianggap melegenda dan berharga. Latto-latto merk retro yang diproduksi tahun 1971 dan sebelumnya menjadi perburuan. Latto-latto pada era itu menjadi terbatas dan langka karena penghentian tiba-tiba dalam produksi dan distribusi pada tahun 1971. Penghentian produksi tersebut terkait perihal banyak anak-anak yang menderita cedera mata karena pecahan kaca pada bola yang rapuh. Tidak sedikit pihak yang menimbun saat penarikan saat itu untuk mengambil keuntungan lalu dijual dalam kisaran $10-$20 di pasar sekunder. Latto-latto merk retro bahan kaca perlahan digantikan dengan versi plastik seperti saat ini.[26]

Pada budaya populer

Cuplikan film Polygoonjournaal tahun 1971 mengenai kegemaran bermain latto-latto
 
Ilustrasi gaya permainan sepak bola tiki-taka terinspirasi penamaan dari mainan juggling latto-latto atau dalam bahasa Spanyol mainan tiki-taka pada tahun 2006
  • "Latto-latto" dalam film judul Polygoonjournaal tahun 1971.
  • "Latto-latto" dalam film judul Beware the Blob tahun 1972.
  • "Latto-latto" digunakan sebagai senjata oleh Joseph Joestar dalam serial manga JoJo's Bizarre Adventure tahun 1980-an.
  • "Latto-latto" adalah titik plot dalam episode "Love and Sausages" tahun 1993 dari serial TV The Kids in the Hall.
  • "Latto-latto" atau "ethek-ethekan" dalam bahasa Osing adalah judul lagu hits anak-anak tahun 2003 dari penyanyi Danang Pradana.[48][49]
  • "Latto-latto" atau "tiki-taka" dalam bahasa Spanyol disinyalir mengilhami istilah gaya permainan sepak bola tiki-taka Timnas Spanyol pada Piala Dunia FIFA 2006. Istilah tiki-taka berasal dari bunyi yang dihasilkan bola saat berbenturan. Juga dapat dimaknai turun-naik, tiki bermakna "turun" dan taka bermakna "naik".
  • "Latto-latto" atau "bolimbolacho" dalam bahasa Portugis adalah judul lagu hits tahun 2012 dari grup musik terkenal asal Brasil LevaNóiz.
  • "Latto-latto" atau "bolimbolacho" dalam bahasa Portugis adalah tari kontemporer di Brasil tahun 2012 yang dipopulerkan band LevaNóiz melalui video musik.
  • "Latto-latto" telah diadaptasikan menjadi beragam game online, seperti LattoLatto Game menjadi game online yang sangat populer ini mendapatkan rating 3,9 dan sudah diunduh lebih dari 100 ribu kali di PlayStore.
  • "Latto-latto" ditampilkan dalam acara televisi AS yang diproduksi oleh Dan Schneider, terutama di tahun 2007 Drake & Josh episode "Megan's First Kiss," dan dalam episode "Rumor of Love" tahun 2008 Zoey 101, yang mendeskripsikan mainan tersebut sebagai "mainan terpanas di Belanda", dan yang meningkatkan minat kontemporer terhadap mainan tersebut.
  • "Latto-latto" sebagai senjata yang digunakan oleh en:Joseph Joestar di Battle Tendency, alur cerita kedua dari serial manga tahun 1980-an JoJo's Bizarre Adventure; kemunculan mereka di sana adalah anakronistik, karena "Battle Tendency" terjadi pada tahun 1938. Mereka juga muncul kembali di cerita kedelapan manga, "Jojolion", di bab terakhir dirilis pada tahun 2021.

Galeri

Pranala luar

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Lerihardika, Erik (14 Desember 2022). "Mengenal Sejarah Katto-Katto alias Latto-Latto hingga Cara Memainkannya". www.halosultra.com. Diakses tanggal 16 Desember 2022. 
  2. ^ a b c d Gina, Fransiska Viola (20 Desember 2022). "Ramai di Media Sosial, Bagaimana Cara Memainkan Latto-Latto?". bobo.grid.id. Diakses tanggal 21 Desember 2022. 
  3. ^ Tim Redaksi www.theguardian.com (26 Juli 2001). "Working the web: Retro toys". www.theguardian.com. Diakses tanggal 19 Desember 2022. 
  4. ^ Tim Redaksi kumparan.com (30 November 2022). "Apa Itu Katto-Katto yang Viral di Medsos?". kumparan.com. Diakses tanggal 16 Desember 2022. 
  5. ^ a b Tim Redaksi nostalgiacentral.com (1998–2022). "KLACKERS/CLACKERS/KLICK-KLACKS". nostalgiacentral.com. Diakses tanggal 23 Desember 2022. 
  6. ^ Tim Redaksi www.lines.id (30 November 2022). "Viral! Permainan Katto-Katto Ramai di Desa Keang". www.lines.id. Diakses tanggal 16 Desember 2022. 
  7. ^ a b Italiani, Rafael (22 Juni 2012). "Brinquedo bate-bate vira a nova mania da criançada". agora.folha.uol.com.br. Diakses tanggal 19 Desember 2022. 
  8. ^ a b c Varani, Reinaldo. "Lembranças Souvenirs Anos 80". agora.folha.uol.com.br. Diakses tanggal 19 Desember 2022. 
  9. ^ Hidayah, Egista (28 Desember 2022). "Kala Jokowi Ikut Bermain Nok-nok Alias Latto-latto di Subang, Gubernur Jabar: Pak Presiden Gembira". www.pikiran-rakyat.com. Diakses tanggal 29 Desember 2022. 
  10. ^ Tim Redaksi www.sukabumiupdate.com (28 Desember 2022). "Viral Video Pria Mainkan Latto-latto Matik, Lebih Mudah dan Aman?". www.sukabumiupdate.com. Diakses tanggal 5 Januari 2023. 
  11. ^ a b c d e Howe, Marvine (14 Agustus 1971). "In Italy, the Noisy Clackers Have Gone From Nuisance to Recognized Sport". www.nytimes.com. Diakses tanggal 22 Desember 2022. 
  12. ^ Pascal, Dana (13 April 2021). "Nostalgia. ¿Te acordás del tiki-taka?". www.lanacion.com.ar. Diakses tanggal 22 Desember 2022. 
  13. ^ a b c d Tim Redaksi Redação Ubatã Notícias (12 Maret 2012). "Ubatã: O velho bate-bate…". ubatanoticias.com.br. Diakses tanggal 19 Desember 2022. 
  14. ^ a b Tim Redaksi g1.globo.com (23 Juni 2012). "Bate-bate volta à moda na Grande São Paulo". g1.globo.com. Diakses tanggal 19 Desember 2022. 
  15. ^ Fadilah, Sartika Rizki (9 Januari 2023). "Tak Hanya Anak-anak, 7 Artis Ini juga Kecanduan Main Lato-lato, Nissa Sabyan hingga Denny Caknan". cirebon.tribunnews.com. Diakses tanggal 10 Januari 2023. 
  16. ^ Firmansyah, Wahyu (9 Januari 2023). "Viral! Andmesh Kamaleng Nyanyi Lagu Si Kodok Sambil Main Lato-lato". www.intipseleb.com. Diakses tanggal 10 Januari 2023. 
  17. ^ Kumalasari, Intan (6 Januari 2023). "Deretan Artis Pamerkan Aksi Main Lato-lato, Terbaru Amanda Manopo". www.merdeka.com. Diakses tanggal 10 Januari 2023. 
  18. ^ Chiquita, Elizabeth (3 Januari 2023). "10 Potret Artis Main Lato-Lato, Punya Fadil Jaidi Sampai Mental!". www.idntimes.com. Diakses tanggal 10 Januari 2023. 
  19. ^ Tim Redaksi www.insertlive.com (8 Januari 2023). "Lengan Arsy Lebam Akibat Main Lato-lato, Ini Saran Kocak Atta Halilintar". www.insertlive.com. Diakses tanggal 10 Januari 2023. 
  20. ^ Kamilah, Lia (9 Januari 2023). "Raffi Ahmad Ikut Main Lato-lato, Sampai Kalahkan Lord Arnold, Sebut: Ini Lord Raffi!". www.inilahbandung.com. Diakses tanggal 10 Januari 2023. 
  21. ^ Tim Redaksi www.republika.id (10 Januari 2023). "Seberapa Laris Lato-Lato di Lokapasar?". www.republika.id. Diakses tanggal 10 Januari 2023. 
  22. ^ Putra, Rangga Eka (9 Januari 2023). "Demam lato-lato tingkatkan omzet pedagang eceran". www.antaranews.com/. Diakses tanggal 10 Januari 2023. 
  23. ^ Shofa, Jayanty Nada (5 Januari 2023). "Latto-Latto: How Toy Sellers Win Back Kids' Hearts in the Digital Age". jakartaglobe.id. Diakses tanggal 10 Januari 2023. 
  24. ^ Tanjung, Rahman (9 Januari 2023). "Dampak Positif 'Bergemanya' Lato-Lato di Indonesia". kumparan.com. Diakses tanggal 10 Januari 2023. 
  25. ^ Fauzy, Ahmad (4 Januari 2023). "Heboh! Pedagang Latto-latto Cuan Rp21 Juta, Padahal Cuma Jualan di Pinggir Jalan". www.indozone.id. Diakses tanggal 10 Januari 2023. 
  26. ^ a b Euphrates (2011). "Clackers "The original pendulum ball toy!"". www.brtb.com. Diakses tanggal 20 Desember 2022. 
  27. ^ Tim Redaksi lumajangsatu.com (1 Januari 2023). "Ananda Eka Mojosari Jawara Lomba Etek - Etek se Lumajang 2023". lumajangsatu.com. Diakses tanggal 9 Januari 2023. 
  28. ^ Hermansyah, Fendy (8 Januari 2023). "Demam Lato-Lato, Pedagang Pasar Benteng Pancasila Kota Mojokerto Panen Cuan". radarmojokerto.jawapos.com. Diakses tanggal 9 Januari 2023. 
  29. ^ Arifin, Samsul (31 Desember 2022). "Intip Keseruan Pemain Madura United Main Lato-lato, Rivaldy Bauwoh Juaranya Main Permainan Viral". madura.tribunnews.com. Diakses tanggal 9 Januari 2023. 
  30. ^ Riyanto (8 Januari 2023). "LATO LATO, Lintang Kemukus, Anggar, dan Ethek ethek". bacamalang.com. Diakses tanggal 9 Januari 2023. 
  31. ^ Tim Redaksi duta.co (9 Januari 2023). "Banaran Ethek-Ethek Festival Digelar di Kota Kediri". duta.co. Diakses tanggal 9 Januari 2023. 
  32. ^ Rekian (9 Januari 2023). "Memainkan Latto-Latto Tak Ubahnya Bernostalgia". radarkediri.jawapos.com. Diakses tanggal 9 Januari 2023. 
  33. ^ Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (2 April 2022). "Pedagang Dolanan Tradisional Ini Tak Menyangka Barangnya Diborong Ganjar". jatengprov.go.id. Diakses tanggal 9 Januari 2023. 
  34. ^ Ramadhan, Muhammad Syahrul (4 Januari 2023). "Akibat Lato-lato, Lagu Ethek-ethekan Danang DA Jadi Viral". www.msn.com. Diakses tanggal 8 Januari 2023. 
  35. ^ Pradana, Whisnu (17 Desember 2022). "Ngetren Lagi, Mainan Nok-nok 'Hipnotis' Anak-anak di Cimahi". www.detik.com. Diakses tanggal 8 Januari 2023. 
  36. ^ Budiastrawan, I Putu Adi (19 Desember 2022). "Demam Mainan Jadul 'Tek-tekan', Pedagang Dapat Cuan Rp 500 Ribu Per Hari". www.detik.com. Diakses tanggal 9 Januari 2023. 
  37. ^ Susilo, Trigus D. (25 Desember 2022). "Mainan Lato-Lato Kembali Populer Dimainkan, dari Anak-Anak sampai Orang Dewasa". kabartrenggalek.com. Diakses tanggal 9 Januari 2023. 
  38. ^ Punjadi, Pitos (20 Desember 2022). "Mainan Tek Tek Viral, Mama Muda Pun Ikut Main, Ini Cara Mainnya". pekanbaru.tribunnews.com. Diakses tanggal 9 Januari 2023. 
  39. ^ Rifay (1 Januari 2023). "Pemkab Balut Gelar Lomba Lato-Lato". media.alkhairaat.id. Diakses tanggal 9 Januari 2023. 
  40. ^ Suta, Ketut (7 Desember 2022). "Keseruan Anak-anak Di Kelurahan Nunu Palu Mengikuti Lomba Latto-latto". palu.tribunnews.com. Diakses tanggal 5 Januari 2023. 
  41. ^ Suta, Ketut (2 Januari 2023). "Lomba Latto-latto Meriahkan Peringatan Hari Amal Bhakti Kemenag di Morowali". palu.tribunnews.com. Diakses tanggal 5 Januari 2023. 
  42. ^ a b c Rustam, Rasmilawanti (3 Januari 2023). "Bahasa Makassar Latto-latto Viral Akibat Permainan Clakers Ball, Ini Artinya". www.detik.com. Diakses tanggal 8 Januari 2023. 
  43. ^ Prastya, Devana Dea (5 Januari 2023). "Apa Itu Lato Lato yang Viral? Arti Lato Lato Artinya Adalah, Lato Nama Permainan Anak dalam Bahasa Bugis". mediamagelang.pikiran-rakyat.com. Diakses tanggal 5 Januari 2023. 
  44. ^ Yuliani, Fitri (29 Desember 2022). "5 Fakta Tentang Lato-Lato, Mainan Jadul yang Kembali Viral". beritajatim.com. Diakses tanggal 5 Januari 2023. 
  45. ^ Juhannis, Hamdan (4 Desember 2022). "Latto-Latto Melawan Game Online". wartasulselnews.com. Diakses tanggal 17 Desember 2022. 
  46. ^ a b Subitmele, Silvia Estefina (19 Desember 2022). "8 Manfaat Main Latto-Latto, Permainan Jadul yang Lagi Viral". hot.liputan6.com. Diakses tanggal 19 Desember 2022. 
  47. ^ a b Dixon, Kevin (2013–2020). "1971: Klackers cause Torquay chaos". wearesouthdevon.com. Diakses tanggal 22 Desember 2022. 
  48. ^ Ramadhan, Muhammad Syahrul (4 Januari 2023). "Akibat Lato-lato, Lagu Ethek-ethekan Danang DA Jadi Viral". www.medcom.id. Diakses tanggal 6 Januari 2023. 
  49. ^ Prihatmoko, Ibnu Ikhsan (4 Januari 2023). "Lirik dan Terjemahan Lagu Etek Etekan Danang DA, Lagu Tentang Mainan Viral Latto Latto". klaten.pikiran-rakyat.com. Diakses tanggal 6 Januari 2023.