Hubungan luar negeri Indonesia

Hubungan Indonesia dengan kancah internasional

Hubungan luar negeri Indonesia adalah kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Republik indonesia dalam berhubungan secara diplomatik dengan negara disekitarnya. Prinsip bebas aktif telah mengantarkan negara ini kedalam perhatian Internasional, dimana sejak berbagai negara mulai mengakui keberadaan Indonesia secara de facto dan de jure, Indonesia telah menghasilkan berbagai konsensus komunitas internasional tidak dalam level regional, tetapi dalam level antar benua. Sejak tahun 1950an, Indonesia dengan Presiden Soekarno telah menggugah dan membakar semangat akan kemandirian, kemerdekaan dan kemajuan bagi semua negara didunia, terutama di Asia dan Afrika yang masih dalam bayang-bayang imperialisme dan kolonialisme, namun idealisme tentunya perlu diimbangi dengan upaya menerjemahkan kata-kata tersebut menjadi langkah. Turunnya Presiden Soekarno akibat kemewahan kegiatan politiknya, menjadi kesempatan Jenderal Soeharto untuk mengembalikan situasi diplomatik indonesia yang saling bermusuhan, merusak dan membahayakan keamanan dalam negeri. Sebagaimana perbaikan terus dibina dan kualitas kerjasama antar negara mulai meningkat. Indonesia mulai mampu mengangkat puluhan juta dari warga kemiskinan dan meningkatkan kualitas dan jumlah angkatan kerja untuk terekrut dalam industri dan jasa sebagaimana keterhubungan Indonesia dalam ekonomi dunia meningkat. Namun, euforia tersebut harus berakhir dengan buruk, dimana Presiden Soeharto turun akibat kegagalannya dalam menghasilkan ekonomi yang berkualitas berupa kurangnya pengawasan pada sektor keuangan yang minim pembinaan dan penegakkan hukum. Setelah mengalami proses transisi lanskap demokrasi dan politik serta perekonomian, Indonesia kini telah memiliki fondasi yang kuat untuk mempertajam visinya untuk "Indonesia yang mendunia" dengan tetap berpegang teguh pada prinsip bebas aktif dengan meningkatkan kerjasama pada kawasan regional Asia Selatan, Timur Tengah-Sub Sahara, Afrika dan Amerika Selatan.

Sejarah Aktif Indonesia dalam Komunitas Internasional

Terinspirasi dari doktrin yang dicetuskan oleh Mohammad Hatta dengan konsep "bebas dan aktif". Indonesia mencoba memposisikan diri sebagai pihak yang mampu menjadi pemecah masalah dalam dinamika komunitas yang ada dan menjaga hubungan kekuatan-kekuatan internasional lainnya. Kebijakan yang kemudian diterapkan oleh Departemen Luar Negeri Indonesia pada masa Presiden Soekarno ini diterjemahkan dengan adanya Konferensi Asia–Afrika di Bandung, Jawa Barat yang mengajak 29 partisipan negara untuk memerdekakan diri dari kekuatan kolonialisme dan imperialisme, serta menggalang kekuatan baru yang bernama New Emerging Forces untuk mengimbangi dinamika perang dingin yang terjadi saat itu, namun kebijakan ini sendiri seiring pada perkembangannya dilanggar oleh Presiden Soekarno yang saat itu mulai menunjukkan kecenderungannya pada negara-negara blok timur dan beraliran kekirian dengan membentuk poros Jakarta-Phnom Penh-Hanoi-Beijing-Pyongyang serta mengambil langkah konfrontatif dengan negara tetangganya Malaysia dengan melancarkan gerakan ganyang Malaysia. Kebijakan bebas aktif rasa konfrontasi ini berlanjut pada saat penyelenggaraan acara olahraga berskala internasional, Games of New Emerging Forces di Jakarta pada tahun 1963, untuk menyaingi Olimpiade Tokyo 1964, dimana ditemukan unsur politis yang melatarbelakangi Komite Olimpiade Internasional melarang Indonesia untuk ikut dalam Olimpiade di Tokyo tahun 1964 atas upaya Indonesia melarang masuk atlet Israel dan Taiwan untuk mengikuti penyelenggaraan Asian Games 1962, pada akhirnya kebijakan luar negeri Indonesia yang konfrontatif ini setelah munculnya peristiwa G30S pada tahun 1965 yang berujung pada penurunan Soekarno sebagai Presiden.

Pada era Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto, Indonesia memulai proses normalisasi hubungan bilateral dengan Malaysia dengan menunjuk Thailand sebagai mediator perdamaian antara kedua belah pihak yang menghasilkan Perjanjian Bangkok 1966 yang menjadi dasar perbaikan kembali hubungan dan Indonesia juga mulai membubarkan organisasi internasional era orde lama yang terlalu membebani kebijakan luar negeri Indonesia. Pada masa ini, Indonesia sangat berperan aktif dan bebas dibanding Presiden terdahulu dengan adanya pemetaan prioritas kebijakan luar negeri dengan nama lingkaran konsentris. Pemetaan prioritas ini bertujuan untuk mengetahui mana saja negara yang termasuk dalam radar regional hubungan luar negeri Indonesia, hal ini dilakukan agar dapat mewujudkan kepentingan nasional bangsa Indonesia, sekaligus sebagai strategi untuk dapat mewujudkan kepentingan nasional melalui menjalin kerjasama dengan negara yang ada di dunia.[1] Hal ini diwujudkan dengan adanya organisasi multilateral seperti ASEAN yang beranggotakan Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina. Indonesia tidak hanya menyeru, tetapi bahkan berperan dalam berbagai diplomasi perdamaian internasional berupa pelibatan TNI sebagai pasukan penjaga perdamaian PBB di Kamboja, Vietnam, Sudan dan Libanon, tidak hanya itu saja, Indonesia sekaligus juga menjadi mediator perdamaian antara MNLF dan pemerintah Filipina. kebijakan luar negeri Indonesia berkembang signifikan pada sektor perekonomian, dimana Indonesia berhasil mengadakan kerjasama ekonomi bilateral yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dari sektor ekspor yang kemudian diperkuat dengan pencetusan APEC.

Namun, kebijakan luar negeri yang dijalankan oleh presiden Soeharto juga sempat melenceng ketika Indonesia diminta oleh Amerika Serikat berserta negara-negara lain di blok barat untuk menginvasi Timor Timur melalui operasi seroja pada tahun 1975 untuk membendung kebangkitan Fretilin didaerah itu yang berujung pada lepasnya Timor Timur menjadi negara merdeka dibawah keputusan Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie seusai diumumkannya referendum tidak dapat dielakkan karena sejak awal Timor Timur tidak mengehndaki adanya aneksasi sebagaimana kekuatan blok barat tersebut inginkan dan menguaknya Sengketa Sipadan dan Ligitan serta penjualan aset negara berupa BUMN dibawah kesepakatan antara IMF dan pemerintah Indonesia ke publik seusai turunnya Presiden Soeharto akibat kegagalannya dalam menangani krisis monenter tahun 1997 ditambah dengan keterpaksaan Indonesia untuk dibail out oleh IMF dengan syarat tidak membiayai proyek seperti N-250 dan mobnas, menjadi bahan konsumsi publik yang liar dengan tidak didasari atas kredibilitas informasi yang dapat dipertanggungjawabkan yang mengakibatkan munculnya misinterpretasi masyarakat terhadap Presiden Indonesia ke 5 saat itu, Megawati Soekarnoputri dituduh oleh "fakta" bahwa Ia telah menjual BUMN dan kedua pulau tersebut sebagai dasar untuk membenarkan "ketiadagunaan reformasi" yang digerakkan oleh jajaran anti-reformasi yang masih berada dalam pos pemerintahan. Padahal, dalam kenyataannya sengketa tersebut awalnya muncul akibat perbedaan landasan hukum atas kedua aturan alur batas laut ketika batas landas kontinen dibahas oleh kedua negara tersbeut pada tahun 1976, dengan menggunakan aturan dari jaman kolonialisme Inggris terhadap Malaysia dan Belanda terhadap Indonesia. Hal ini kemudian disinggung oleh Presiden Soeharto yang saat itu masih menjabat dengan mengadakan kunjungannya ke Malaysia pada tahun 1997 untuk bertemu dengan PM Malaysia saat itu, Mahathir Mohamad untuk menyapakati membawa kasus tersebut ke Mahkamah Internasional dengan membuat perjanjian yang nantinya diratifikasi oleh kedua belah pihak, dimana 5 tahun kemudian diputuskan oleh Mahkamah Internasional bahwa kedua pulau tersebut berhak dimiliki oleh Malaysia. Sementara itu, Presiden Soeharto dan Presiden IMF saat itu, Michael Camdessus menyepakati penjualan BUMN sebagai syarat pembayaran atas pinjaman IMF, karena tidak layaknya APBN saat itu untuk membayar pinjaman tersebut.

Setelah Soeharto mengundurkan diri tahun 1998, pemerintah Indonesia tetap menjalankan garis besar kebijakan luar negeri Soeharto yang moderat dan independen. Banyaknya masalah di dalam negeri, semapat membuat beberapa Presiden tidak mampu memanfaatkan momentum yang terjadi di komunitas internasional. Namun, dibawah pemerintahan Presiden RI ke 7, Joko Widodo. Indonesia merubah cara pendekatannya terhadap dunia internasional dengan memprioritaskan 3 hal, pertama, penguatan kedaulatan wilayah dengan penetapan Indonesia sebagai poros maritim dunia yang menjadikan Indonesia sebagai pusat kemaritiman dunia abad 21 yang menjadikan indoensia sebagai hub untuk penelitian-pegembangan, fabrikasi produk kemaritiman dan berbagai hal terkait yang didukung oleh kestabilan dan keamanan wilayah yang didukung oleh peningkatan armada militer dan pembangunan wilayah ekonomi baru didarah 3T (Terdepan, Terluar dan Tertinggal), memperdalam kualitas dan memperluas pengawasan serta perlindungan terhadap warga negara Indonesia di luar negeri dengan meningkatkan pos kekonsuleran diplomatik dan terakhir, meningkatkan kerjasama ekonomi secara bilateral dan kawasan dengan memprioritaskan kerjasama ekonomi dan sektor lainnya dikawasan non tradisional dengan disepakatinya Kerjasama Ekonomi Komprehensif Indonesia-Chili, Kerjasama Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia, memulai negosiasi Kerjasama Ekonomi Komprehensif Indonesia-Turki, Kerjasama Ekonomi Komprehensif Indonesia-Peru dan Perdagangan Bebas Indonesia-Eurasian Economic Union, serta menyelesaikan negosiasi Kerjasama Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa, Kerjasama Ekonomi Komprehensif Indonesia-Kawasan Perdagangan Bebas Eropa dan RCEP. Indonesia juga tetap menegaskan solidaritasnya terhadap Palestina dengan membebaskan biaya masuk dan keluar barang dari dan ke Palestina serta membangun rumah sakit Indonesia di Palestina dan Muslim Rohingya dengan mengirim berbagai bantuan kemanusiaan di kamp pengungsian Cox Bazaar di Bangladesh maupun di Distrik Rakhine, Myanmar. Sekaligus menjadi fasilitator perdamaian perang saudara di Afghanistan bersama dengan Pemerintah Afghanistan, sebagaimana permintaan Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani saat berkunjung ke Indonesia tahun lalu.[2]

Proyeksi Geopolitik Luar Negeri Indonesia

ASEAN (Asia Tenggara)

Sebagai salah satu pendiri ASEAN, Indonesia membentuk ASEAN sebagai wadah bersama negara-negara di Asia Tenggara untuk menghasilkan kerjasama kawasan yang menguntungkan dengan ditopang oleh keamanan dan keberlangsungan kegiatan ekonomi yang terus berkembang yang mengedepankan pembangunan kepercayaan antar anggota kawasan menjadikan ASEAN sebagai tolak ukur kebijakan luar negeri Indonesia melalui penerapan kekuatan regionalnya dan pengaruhnya yang damai dan konstruktif di antara negara ASEAN.

IORA (Lingkar Samudera India)

Seiring dengan meningkatnya upaya kekuatan negara tertentu untuk menjadi hegemoni geopolitik di Asia, Indonesia sebagai kekuatan regional ditengah 2 samudera besar, Samudera India dan Samudera Pasifik, mengambil langkah startegis dalam diplomasi internasionalnya dengan memperluas cakupan kawasan prioritasnya dari ASEAN menjadi Lingkar Samudera India yang menjadi pintu masuk Indonesia untuk meningkatkan kerjasama dengan negara-negara di Afrika. Konsep geopolitik Indo-Pasifik yang telah dimaterialisasi Indonesia ini bertujuan untuk mengajak negara-negara yang terletak di lingkar Samudera India untuk berpartisipasi nyata dalam membangun arsitektur geopolitik Indo-Pasifik yang didasari atas rasa percaya, keterbukaan, transparansi dan mengedepankan budaya dialog sebagai solusi atas meningkatnya proksi kekuasaan wilayah geopolitik dan mewujudkan perdamaian yang menghasilkan kesejahteraan. Indonesia mengangkat pentingnya pendekatan regional Indo-Pasifik sebagai strategi untuk mewujudkan perdamaian dan meningkatkan perekonomian negara di lingkar Samudera India dalam Konferensi Tingkat Tinggi pertama negara-negara Asosiasi Lingkar Samudera India. KTT yang diselenggarakan pada bulan Maret 2017 ini dimanfaatkan oleh Indonesia untuk mengajak anggota sesama asosiasi untuk bekerjasama membangun dan mengusung konsep arsitektural regional di kawasan Indo-Pasifik. [3]

Asia

Asia Timur

Republik Rakyat Tiongkok

  Tiongkok

Hubungan Indonesia dengan Republik Rakyat Tiongkok resmi dibentuk pada tanggal 13 April 1950. Sejak pengukuhannya, Indonesia dan Tiongkok mengadakan berbagai pertukaran kerjasama dari sektor pertanian, pertambangan hingga kerjasama peningkatan kualitas militer dari segi ketentaraan hingga kemiliteran. Namun kerjasama inis empat dihentikan total pada tanggal 30 Oktober 1967, karena terjadi peristiwa 30 September 1965.

Hubungan bilateral mulai menunjukkan arah perbaikan kembali, dimana Presiden Cina saat itu, Jiang Zemin memulai reformasi ekonomi dan politik nasional Cina. Hal tersebut ditandai dengan kunjungan marathon Menteri Luar Negeri Cina, Qian Qichen pada tahun 1989 ke berbagai negara, termasuk Indonesia untuk menyampaikan situasi terkini di Cina, sekaligus memulai perbaikan hubungan bilateral dengan bertemu dengan Presiden Soeharto yang didampingi oleh Menteri Luar Negeri Ali Alatas. Proses perbaikan hubungan bilateral ini diperkuat dengan keberadaan komite normalisasi hubungan bilateral yang telah menyelesaikan susunan kerangka perbaikan hubungan dan keberlanjutan serta perkembangan hubungan bilateral pada bulan Desember 1989. Menlu Ali Alatas menerima undangan Pemerintah Cina pada tanggal Juli 1990 dan mereka membicarakan perjanjan penyelesaian obligasi utang Indonesia ke Cina dan komunike kelanjutan hubungan diplomatik antar kedua negara. Kedua negara meresmikan "Komunike Restorasi Hubungan Diplomatik Antar Kedua Negara".

Premier Li Peng menerima undangan Indonesia tanggal 6 Agustus 1990. Dalam diskusinya dengan Presiden Soeharto, kedua pihak mengekspresikan keinginannya untuk meningkatkan hubungan antar kedua negara atas dasar Pancasila dan Dasasila Bandung. Tanggal 8 Agustus, Menlu Cina dan Indonesia atas nama pemerintah negaranya masing-masing menandatangani nota kesepahaman mengenai kelanjutan hubungan diplomatik. Kedua pihak menyatakan secara resmi melanjutkan hubungan diplomatik antara Cina dan Indonesia pada hari itu.

Indonesia merupakan salah satu daerah tujuan investasi terbesar Cina ke 3 di Asia Tenggara setelah Singapura dan Malaysia. Investasi terbanyak RRT di Indonesia saat ini terfokuskan di sektor keuangan, teknologi dan infrastruktur. Sejak terpilihnya Presiden Joko Widodo, yang menjanjikan kemudahan berusaha di indonesia bagi investor dari seluruh dunia untuk berinvestasi di Indonesia, menggugah minat investor untuk dari Cina untuk berpartisipasi dalam program pembangunan pemerintahan dan pemerintah maupun program pembangunan non pemerintahan.

Korea Selatan

  Korea Selatan

  • Indonesia memiliki kedutaan besar di Seoul.
  • Korea Selatan memiliki kedutaan besar di Jakarta.
  • Skala perdagangan bilateral antara kedua negara bernilai US$14,88 miliar.
  • Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Korea Selatan telah meningkatkan hubungan dengan Indonesia
  • Indonesia dan Korea Selatan telah berinvestasi dalam berbagai proyek pengembangan militer bersama, termasuk pesawat jet tempur KFX/IFX
  • Firma Korea Selatan, Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME), menjalani negosiasi kontrak final untuk menjual tiga kapal selam Type-209 ke Indonesia. Ini akan menjadi persetujuan pertahanan bilateral terbesar antar kedua negara dengan nilai USD1,1 miliar.

Jepang

  Jepang

  • Indonesia dan Jepang memiliki hubungan baik selama lebih dari 60 tahun (1958-2018).
  • Indonesia memiliki kedutaan besar di Tokyo dan konsulat di Osaka. Jepang memiliki kedutaan besar di Jakarta dan konsulat di Medan, Denpasar, Surabaya, dan Makassar.
  • Kedua negara adalah anggota ekonomi besar G20 dan APEC.
  • Jepang adalah mitra ekspor terbesar Indonesia.
  • Indonesia juga menawarkan bantuan saat terjadi gempa bumi dan tsunami di Jepang pada tahun 2011.

Asia Selatan

India

  India

India merupakan salah satu sahabat alami Indonesia. Sejak mengakui kemerdekaan Indonesia, India telah berpartisipasi banyak dalam memperjuangkan dan mempertahnankan kemerdekaan Indonesia. Hubungan diplomatik India dan Indonesia pernah mengalami masa keemasan dibawah Perdana Menteri Jawaharlal Nehru dan Presiden Soekarno. Kedekatan dan keakraban kedua tokoh ini membawa kedua negara ini menjadi salah satu kekuatan geoplotik didunia ketiga dimasa perang dingin. Kedua pemimpin yang menginisiasi penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika di Bandung, 1955 dan Konferensi Gerakan Non-Blok di Beograd, 1961 berupaya untuk meredakan ketegangan kedua pemimpin adidaya saat itu, Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Pada konteks diplomatik kontemporer abad 21 ini, Indonesia selaku pemimpin ASEAN dengan negara anggota ASEAN lainnya mengajak India untuk berpartisipasi lebih banyak dalam menjaga stabilitas keamanan dan membangun ekonomi secara bersama-sama dengan negara-negara ASEAN. Dalam kunjungannya ke India untuk menghadiri konferensi ASEAN-India baru-baru ini, Presiden Joko Widodo mengajak Perdana Menteri Narendra Modi untuk bersama-sama dengan ASEAN mewujudkan kerjasama yang kelak mengantarkan kerjasama ASEAN-India menjadi salah satu mesin pertumbuhan ekonomi global. Indonesia juga sekaligus mengajak India sebagai anggota IORA (Asosiasi Negara Lingkar Samudera India) untuk berpartisipasi nyata dalam membangun arsitektur regional Indo-Pasifik yang diusung Indonesia yang mengedepankan keterbukaan, transparansi dan budaya dialog antar anggota untuk mencegah adanya proyeksi hegemoni kekuasan terhadap suatu kawasan.[4]

Pakistan

  Pakistan

Sebagai salah satu negara yang mendukung dan mengakui kemerdekaan Indonesia, keberadaan Pakistan tidak bisa dilupakan ketika Muhammad Ali Jinnah, Presiden pertama dan bapak bangsa Pakistan mengutus 600 prajurit muslimnya untuk keluar dari korps angkatan darat persemakmuran kerajaan Inggris dan berjihad membantu perjuangan mempertahanankan kemerdekaan Indonesia. Hubungan kedua negara berkembang dibawah kepemimpinan Presiden Ayub Khan, dimana Indonesia dan Pakistan bekerjasama secara mendalam untuk mengupayakan adanya perdamaian antara India, dimana pada saat itu India dan Pakistan berseteru akibat sengketa wilayah Kashmir. Pada kunjungan kenegaraanya, Presiden Joko Widodo bahkan disambut oleh Presiden Pakistan, Mamnoon Hussein di Bandara Internasional Benazir Bhutto, Islamabad. Dalam rangkaian kunjungan kenegaraannya, Presiden juga mengadakan pertemuan bilateral dengan Presiden dan Perdana Menteri Pakistan, Shahid Khaqan Abbasi. Pertemuan Presiden dengan kedua pemimpin pemerintahan dan negara tersebut menghasilkan kesepakatan kerjasama dibidang perdagangan berupa dimulai amandemen Indonesia-Pakistan Preferential Trade Agreement untuk menjadi Free Trade Agreement yang disahkan dengan dimulainya negosiasi antara kedua belah pihak dan energi berupa kerjasama Pertamina untuk memasok 1.5 Miliar Ton Gas Cair ke Pakistan selama 10 tahun dengan opsi tambahan 5 tahun dan pembangunan fasilitas regasifikasi gas dan pengembangan Energi Baru-Terbarukan di Pakistan dengan Pakistan State Oil dan Pakistan LNG, sekaligus pembangunan kawasan industri dan logistik bersama Indonesia-Pakistan untuk kelapa sawit di Port of Qasim sebagai titik produksi dan distribusi olahan kelapa sawit di Asia Selatan dan Tengah sekaligus mengajak Pakistan untuk menyelesaikan konflik saudara yang berkepanjangan di Afghanistan dengan membentuk panel ulama tiga negara yang terdiri dari Pakistan, Afghanistan dan Indonesia.[5]

Bangladesh

  Bangladesh

Indonesia telah membuka hubungan dengan Bangladesh sejak proklamasi kemerdekaannya dari Pakistan, sekaligus menandai Indonesia sebagai negara muslim non-arab pertama yang mengakui kemerdekaannya. Dalam kunjungan kenegaraannya ke Bangladesh, Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina sepakat untuk meningkatkan kerjasama dan berpartisipasi aktif dalam berbagai bidang, dari penganganan krisis kemanusiaan Rohingya yang ditandai dengan komitmen kedua negara untuk mengawasi proses pemulangan kembali pengungsi dan memberikan penanganan kemanusiaan lkepada pengungsi yang terletak di sub-distrik Cox Bazaar Bangladesh berupa perbaikan tempat tinggal, sanitasi, pasokan air bersih layak minum dan jaringan kelistrikan serta pendampingan trauma psikolohgi bagi pengungsi wanita dan anak-anak. Tidak hanya itu, kedua pemimpin negara menyepakati kerjasama dalam bidang energi dengan ditandatanganinya pembangunan infrastruktur Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) 1400 MW oleh Pertamina sebagai Independent Power Producer yang akan menyediakan pasokan listrik kepada Bangladesh Power Development Board, sekaligus dengan kesepakatan pengiriman gas ke Bangladesh oleh Pertamina dengan PetroBangla, serta dibidang perdagangan dengan memulai amandemen Indonesia-Bangladesh Preferential Trade Agreement dengan membentuk tim negosiasi untuk menghasilkan Free Trade Agreement. Indonesia dan Bangladesh juga sepakat untuk menjaga keamana dan bekerjasama secara intensif dalam kerjasama ekonomi antar negara Indo-Pasifik dengan mengembangkan kerjasama melawan kegiatan perikanan ilegal, tidak terlapor dan tidak teregulasi.[6]

Srilanka

  Srilanka

Sebagai salah satu satu negara yang mengakui kemerdekaan Indonesia, Srilanka telah bertisipasi dan bekerjasama secara intensif dengan Indonesia dari bidang kekonsuleran hingga ekonomi. Dalam kunjungan kenegaraannya ke Sri Lanka, Presiden Joko Widodo menawarkan kerjasama ekonomi dibidang infrastruktur, berupa pembangunan jembatan "New Kelani-Rajagiriya Bridge" oleh Wijaya Karya[7] dan produksi alat transportasi kereta api, berupa 60 gerbong kereta buatan Industri Kereta Api[8] sekaligus dengan usulan amandemen Indonesia-Sri Lanka Preferential Trade Agreement menjadi Free Trade Agreement. Penawaran kerjasama ini disepakati oleh Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe dan Presiden Sri Lanka, Maithripala Sirisena yang menginginkan Indonesia untuk terlibat dalam pembangunan infrastruktur dengan skema KPBU atau lebih sering dikenal sebagai "Public-Private Partnership". Tidak hanya itu saja, Indonesia dan Sri Lanka selaku anggota IORA sepakat untuk mengembangkan blue-economy dan kerjasama yang sesuai Jakarta Accord yang dihasilkan pada Konferensi Tingkat Tinggi ke 1 IORA di Jakarta tahun lalu.

Timur Tengah

Arab Saudi

  Saudi Arabia

Republik Islam Iran

  Iran

Uni Emirat Arab

  UEA

Qatar

  Qatar

Turki

  Turki

Palestina

  Palestina

Oseania

Australia

  Australia

Sejak kemerdekaan Indonesia, kedua negara telah memiliki hubungan diplomatik, kerja sama formal (khususnya dalam bidang konservasi ikan, penegakan hukum, dan keadilan), kerja sama keamanan, perluasan hubungan perjanjian, keanggotaan bersama di forum regional, dan keanggotaan bersama di sejumlah perjanjian multilateral. Perdagangan antara kedua negara terus tumbuh setiap tahun.

Pada tahun-tahun terakhir, komitmen bantuan Australia semakin besar untuk Indonesia, dan Australia telah menjadi destinasi pendidikan populer bagi pelajar Indonesia.[12]

Pada tahun 2008-09, Indonesia merupakan penerima bantuan terbesar Australia dengan nilai AUD462 juta.[13]

Timor Leste

  Timor Leste

Timor Leste (resminya Republik Demokratik Timor-Leste) dan Indonesia berbagi pulau Timor. Indonesia menyerbu bekas koloni Portugal ini pada tahun 1975 dan menganeksasinya tahun 1976, sehingga menjadikannya sebagai provinsi ke-27 dengan nama Timor Timur sampai diadakannya referendum dukungan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1999. Dalam referendum tersebut, rakyat Timor Leste memilih merdeka. Setelah pemerintahan sementara PBB, Timor Leste merdeka penuh pada tahun 2002.

Meski masa lalu yang buruk, hubungan dengan Indonesia masih sangat baik. Indonesia sejauh ini merupakan rekan dagang terbesar Timor Leste (sekitar 50% impor pada tahun 2005) dan terus meningkatkan pangsa pasarnya.

Masalah yang perlu diselesaikan meliputi pertemuan Komite Perbatasan Timor Leste-Indonesia untuk menyurvei dan menetapkan perbatasan darat; dan Indonesia sedang mencari solusi atas pengungsi Timor Leste di Indonesia.

Papua Nugini

  Papua Nugini

Indonesia memiliki perbatasan sepanjang 760-kilometer (470 mi) dengan Papua Nugini melalui provinsi Papua dan Papua Barat. Perbatasan bersama ini telah memunculkan ketegangan dan masalah diplomatik selama beberapa dasawarsa.[14]

Indonesia memiliki kedutaan besar di Port Moresby dan konsulat di Vanimo.

Fiji

  Fiji

Selandia Baru

  Selandia Baru


Eropa

Eropa Timur

Bulgaria

  Bulgaria

  • Bulgaria termasuk di antara negara yang mengakui kemerdekaan Indonesia setelah Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. Hubungan diplomatik dibentuk tanggal 21 September 1956.
  • Bulgaria memiliki kedutaan besar di Jakarta sejak Oktober 1958
  • Indonesia memiliki kedutaan besar di Sofia sejak 1960.[15]

Rumania

  Rumania

  • Indonesia memiliki kedutaan besar di Bukares[16]
  • Romania memiliki kedutaan besar di Jakarta

Rusia

  Rusia

  • Indonesia dan Rusia adalah anggota APEC.
  • Russia memiliki kedutaan besar di Jakarta.[17]
  • Indonesia memiliki kedutaan besar di Moskow dan konsulat jenderal di Saint Petersburg.[18]
  • Pada awal Perang Dingin, kedua negara memiliki hubungan erat melalui kunjungan presiden Indonesia Soekarno ke Moskwa dan pemimpin Soviet Nikita Khrushchev ke Jakarta. Ketika Soekarno digulingkan oleh Jenderal Soeharto, hubungan antar kedua negara tidak sedekat pada masa Soekarno.
  • Pada akhir 2007, Indonesia membeli senjata militer dari Rusia dengan pembayaran jangka panjang. Kedua negara juga merupakan anggota G20 dan APEC

Ukraina

  Ukraina

  • Indonesia mengakui kemerdekaan Ukraina tahun 1992 dan membentuk hubungan diplomatik tahun 1993. Indonesia memiliki kedutaan besar di Kiev.[19]
  • Ukraina memiliki kedutaan besar di Jakarta.[20]

Eropa Utara

Denmark

  Denmark

Finland

  Finlandia

  • Indonesia dan Finlandia memiliki hubungan dekat. Nokia memiliki pangsa pasar yang besar pada pasar telepon genggam Indonesia.

Swedia

  Swedia

Norwegia

  Norwegia

Eropa Barat

Britania Raya

  Britania Raya

Britania Raya dan Indonesia telah memiliki hubungan erat sejak 1949.[21] Indonesia memiliki kedutaan besar di London,[22] Britania Raya memiliki kedutaan besar di Jakarta.[23]

Kementerian Budaya dan Pariwisata Indonesia meluncurkan kampanye untuk meningkatkan jumlah wisatawan dari Britania Raya ke Indonesia.[22] Pada tahun 2009, 160.000 wisatawan Britania mengunjungi Indonesia. Tujuan kampanye ini adalah meninkatkan jumlahnya hingga 200.000 orang.[22]

Pada tahun 2006, mantan PM Britania Raya Tony Blair bertemu Susilo Bambang Yudhoyono dan setuju "mendirikan Indonesia-UK Partnership Forum yang diketuai oleh Menteri Luar Negeri kedua negara untuk mempromosikan dialog strategis dalam masalah bilateral, multilateral, dan global".[21] Forum Indonesia-Britania Raya pertama diadakan tahun 2007 dan diketuai oleh Menlu Britania Raya Margaret Beckett dan Menlu Indonesia Hassan Wirajuda.[21]

Bulan Maret 2010, anggota House of Lords memuji Indonesia atas kemajuannya dalam menciptakan demokrasi masyarakat, kebebasan media, dan perlindungan lingkungan.[24] Dalam pertemuan dengan Anggota DPR Indonesia Hayono Isman, House of Lords menyatakan bahwa mereka ingin meningkatkan hubungan antar kedua negara.[24]

Perancis

  Perancis

  • Indonesia memiliki kedutaan besar di Paris
  • France memiliki kedutaan besar di Jakarta

Jerman

  Jerman

  • Indonesia memiliki kedutaan besar di Berlin
  • Germany memiliki kedutaan besar di Jakarta

Belanda

  Belanda

  • Hubungan Indonesia–Belanda sudah dimulai sejak perdagangan rempah ketika Belanda mendirikan pos dagang di wilayah Indonesia sebelum menjadikannya koloni Hindia Belanda.
  • Militer Indonesia kadang membeli perlengkapan militer dari Belanda

Portugal

  Portugal Pada tahun 1999, Indonesia dan Portugal memulihkan hubungan diplomatik yang putus setelah invasi Indonesia ke Timor Leste tahun 1975

  • Indonesia memiliki kedutaan besar di Lisbon[25]
  • Portugal memiliki kedutaan besar di Jakarta [26]

Spanyol

Eropa Selatan

Italia

Yunani

  Yunani

Tahta Suci

  Tahta Suci

Amerika

Amerika Utara

Kanada

  Kanada

Amerika Serikat

  Amerika Serikat

Amerika Serikat memiliki kepentingan ekonomi, komersial, dan keamanan di Indonesia. Indonesia masih menjadi bagian penting dari keamanan kawasan karena lokasi strategisnya di antara selat-selat kunci internasional, terutama Selat Malaka. Hubungan antara Indonesia dan Amerika Serikat bersifat positif dan terus meningkat sejak terpilihnya Presiden Yudhoyono pada Oktober 2004. Amerika Serikat memainkan peran penting dalam kemerdekaan Indonesia pada akhir 1940-an dan memuji peran Indonesia sebagai negara anti-komunis saat Perang Dingin. Hubungan kerja sama masih berlangsung sampai sekarang, meski tidak ada perjanjian keamanan formal yang mengikat kedua negara. Amerika Serikat dan Indonesia memiliki tujuan yang sama dalam mempertahankan perdamaian, keamanan, dan stabilitas kawasan dan melakukan dialog mengenai ancaman keamanan kawasan. Kerja sama antara Amerika Serikat dan Indonesia dalam perlawanan terorisme meningkat stabil sejak 2002, setelah serangan teroris di Bali (Oktober 2002 dan Oktober 2005), Jakarta (Agustus 2003 dan September 2004) dan lokasi regional lainnya yang menunjukkan keberadaan organisasi teroris, terutama Jemaah Islamiyah di Indonesia. Amerika Serikat menyambut kontribusi Indonesia dalam keamanan regional, khususnya peran utama Indonesia dalam membantu mempertahankan demokrasi di Kamboja dan menengahi sengketa wilayah di Laut Cina Selatan.

Amerika Latin

Meksiko

  Meksiko

Peru

  Peru

Chili

  Chili

Argentina

  Argentina

Brazil

  Brazil

Kolombia

  Kolombia

Afrika

Kenya

  • Indonesia memulai negosiasi Preferential Trade Agreement dengan Kenya.

Maroko

  • Indonesia memulai negosiasi Preferential Trade Agreement dengan Maroko.

Mozambik

  • Indonesia memulai negosiasi Preferential Trade Agreement dengan Mozambik.

Mesir

  Mesir

Libya

  Libya

  • Indonesia memiliki kedutaan besar di Tripoli dan Libya memiliki kedutaan besar di Jakarta.
  • Kedua negara adalah anggota OKI dan GNB.

Nigeria

  Nigeria

Afrika Selatan

  Afrika Selatan

Organisasi internasional

Lihat pula

Catatan kaki

  1. ^ Asep Setiawan. Politik Luar Negeri Indonesia. [pdf] Online tersedia dalam: https://www.academia.edu/15831465/Politik_Luar_Negeri_Indonesia
  2. ^ http://www.thejakartapost.com/academia/2018/01/10/full-text-indonesia-partner-for-peace-security-prosperity.html
  3. ^ http://www.straitstimes.com/asia/se-asia/indonesia-takes-ownership-of-indo-pacific-geopolitics-the-jakarta-post-columnist
  4. ^ https://www.cnnindonesia.com/internasional/20180126074522-113-271697/jokowi-perkenalkan-konsep-indo-pasifik-di-ktt-asean-india
  5. ^ https://www.gatra.com/internasional/asia-oseania/305562-jokowi-bahas-ekonomi-hingga-palestina-saat-kunjungi-pm-pakistan
  6. ^ https://news.detik.com/berita/d-3837979/jokowi-ajak-pm-bangladesh-jaga-keamanan-di-samudera-hindia
  7. ^ https://www.cnnindonesia.com/internasional/20180125092141-113-271437/jokowi-dan-presiden-sri-lanka-bahas-kerja-sama-infrastruktur/
  8. ^ https://www.cnnindonesia.com/internasional/20180125102220-113-271448/sri-lanka-akan-beli-60-gerbong-kereta-api-indonesia
  9. ^ Reid, Anthony (2005), The Ottomans in Southeast Asia (PDF), ARI Working Papers, 36, Asia Research Institute, National University of Singapore 
  10. ^ Embassy of Indonesia in Turkey
  11. ^ Embassy of Turkey in Indonesia
  12. ^ http://www.dfat.gov.au/media/speeches/foreign/1996/austindo.html see reference to '12000 students' from Indonesia
  13. ^ http://www.dfat.gov.au/geo/indonesia/indonesia_brief.html
  14. ^ http://countrystudies.us/indonesia/100.htm
  15. ^ Official Website of the Embassy of the Republic of Indonesia in Sofia, Bulgaria.
  16. ^ Indonesian embassy in Bucharest
  17. ^ Russian embassy in Jakarta
  18. ^ Indonesian embassy in Moscow
  19. ^ Indonesian embassy in Kiev
  20. ^ Ukrainian embassy in Jakarta
  21. ^ a b c UK-Indonesia relations
  22. ^ a b c News-Indonesianembassy
  23. ^ Our embassy
  24. ^ a b Ministry of Foreign Affairs - Members of the UK’s House of Lords praised Indonesia’s achievements
  25. ^ Indonesian embassy in Lisbon
  26. ^ of Portugal
  27. ^ Indonesian embassy in Athens
  28. ^ Greek embassy in Jakarta

Pranala luar