Joko Widodo
Penyuntingan Artikel oleh pengguna baru atau anonim untuk saat ini tidak diizinkan. Lihat kebijakan pelindungan dan log pelindungan untuk informasi selengkapnya. Jika Anda tidak dapat menyunting Artikel ini dan Anda ingin melakukannya, Anda dapat memohon permintaan penyuntingan, diskusikan perubahan yang ingin dilakukan di halaman pembicaraan, memohon untuk melepaskan pelindungan, masuk, atau buatlah sebuah akun. |
Ir. H. Joko Widodo atau Jokowi (lahir 21 Juni 1961) adalah Presiden ke-7 Indonesia yang mulai menjabat sejak 20 Oktober 2014. Ia terpilih bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla dalam Pemilu Presiden 2014. Jokowi pernah menjabat Gubernur DKI Jakarta sejak 15 Oktober 2012 sampai dengan 16 Oktober 2014 didampingi Basuki Tjahaja Purnama sebagai wakil gubernur. Sebelumnya, dia adalah Wali Kota Surakarta (Solo), sejak 28 Juli 2005 sampai dengan 1 Oktober 2012 didampingi F.X. Hadi Rudyatmo sebagai wakil wali kota.[5] Dua tahun menjalani periode keduanya menjadi Wali Kota Solo, Jokowi ditunjuk oleh partainya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), untuk bertarung dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).[6]
| ||
---|---|---|
Media sosial | ||
Joko Widodo berasal dari keluarga sederhana, bahkan, rumahnya pernah digusur sebanyak tiga kali, ketika dia masih kecil,[7] tetapi ia mampu menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Setelah lulus, dia menekuni profesinya sebagai pengusaha mebel.[7] Karier politiknya dimulai dengan menjadi Wali Kota Surakarta pada tahun 2005.[8] Namanya mulai dikenal setelah dianggap berhasil mengubah wajah Kota Surakarta menjadi kota pariwisata, kota budaya, dan kota batik.[9] Pada tanggal 20 September 2012, Jokowi berhasil memenangi Pilkada Jakarta 2012. Kemenangannya dianggap mencerminkan dukungan populer untuk seorang pemimpin yang "muda" dan "bersih", meskipun umurnya sudah lebih dari lima puluh tahun.[10]
Semenjak terpilih sebagai gubernur, popularitasnya terus melambung dan menjadi sorotan media.[11][12] Akibatnya, muncul wacana untuk menjadikannya calon presiden untuk pemilihan umum presiden Indonesia 2014.[13] Ditambah lagi, hasil survei menunjukkan, nama Jokowi terus unggul.[14] Pada awalnya, Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri menyatakan bahwa ia tidak akan mengumumkan calon presiden dari PDI Perjuangan sampai setelah pemilihan umum legislatif 9 April 2014.[15] Namun, pada tanggal 14 Maret 2014, Jokowi menerima mandat dari Megawati untuk maju sebagai calon presiden, tiga minggu sebelum pemilihan umum legislatif dan dua hari sebelum kampanye.[16]
Masa kecil dan keluarga
Joko Widodo lahir dari pasangan Noto Mihardjo dan Sudjiatmi dan merupakan anak sulung dan putra satu-satunya dari empat bersaudara. Ia memiliki tiga orang adik perempuan bernama Iit Sriyantini, Ida Yati dan Titik Relawati[17]. Ia sebenarnya memiliki seorang adik laki-laki bernama Joko Lukito, namun meninggal saat persalinan. Sebelum berganti nama, Joko Widodo memiliki nama kecil Mulyono.[18] Ayahnya berasal dari Karanganyar, sementara kakek dan neneknya berasal dari sebuah desa di Boyolali.[19] Pendidikannya diawali dengan masuk SD Negeri 112 Tirtoyoso yang dikenal sebagai sekolah untuk kalangan menengah ke bawah.[20]
Dengan kesulitan hidup yang dialami, ia terpaksa berdagang, mengojek payung, dan jadi kuli panggul untuk mencari sendiri keperluan sekolah dan uang jajan sehari-hari. Saat anak-anak lain ke sekolah dengan sepeda, ia memilih untuk tetap berjalan kaki. Mewarisi keahlian bertukang kayu dari ayahnya, ia mulai bekerja sebagai penggergaji di umur 12 tahun[7][21]. Jokowi kecil telah mengalami penggusuran rumah sebanyak tiga kali. Penggusuran yang dialaminya sebanyak tiga kali pada masa kecil mempengaruhi cara berpikirnya dan kepemimpinannya kelak setelah menjadi Wali Kota Surakarta saat harus menertibkan permukiman warga.[22]
Setelah lulus SD, ia kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Surakarta.[23] Ketika ia lulus SMP, ia sempat ingin masuk ke SMA Negeri 1 Surakarta, namun gagal sehingga pada akhirnya ia masuk ke SMA Negeri 6 Surakarta.[24]
Jokowi menikah dengan Iriana di Solo, tanggal 24 Desember 1986, dan memiliki 3 orang anak, yaitu Gibran Rakabuming Raka (1988), Kahiyang Ayu (1991), dan Kaesang Pangarep (1995).
Masa kuliah dan berwirausaha
Dengan kemampuan akademis yang dimiliki, ia diterima di Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Kesempatan ini dimanfaatkannya untuk belajar struktur kayu, pemanfaatan, dan teknologinya. Ia berhasil menyelesaikan pendidikannya dengan judul skripsi "Studi tentang Pola Konsumsi Kayu Lapis pada Pemakaian Akhir di Kodya Surakarta". Selain kuliah, ia juga tercatat aktif sebagai anggota Mapala silvagama.
Setelah lulus pada 1985, ia bekerja di BUMN PT Kertas Kraft Aceh, dan ditempatkan di area Hutan Pinus Merkusii di Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah. Namun ia merasa tidak betah dan pulang menyusul istrinya yang sedang hamil tujuh bulan. Ia bertekad berbisnis di bidang kayu dan bekerja di usaha milik pamannya, Miyono, di bawah bendera CV Roda Jati. Pada tahun 1988, ia memberanikan diri membuka usaha sendiri dengan nama CV Rakabu, yang diambil dari nama anak pertamanya. Usahanya sempat berjaya dan juga naik turun karena tertipu pesanan yang akhirnya tidak dibayar. Namun pada tahun 1990 ia bangkit kembali dengan pinjaman modal Rp 30 juta dari Ibunya.[25]
Usaha ini membawanya bertemu Micl Romaknan, yang akhirnya memberinya panggilan yang populer hingga kini, "Jokowi". Dengan kejujuran dan kerja kerasnya, ia mendapat kepercayaan dan bisa berkeliling Eropa yang membuka matanya. Pengaturan kota yang baik di Eropa menjadi inspirasinya untuk diterapkan di Solo dan menginspirasinya untuk memasuki dunia politik. Ia ingin menerapkan kepemimpinan manusiawi dan mewujudkan kota yang bersahabat untuk penghuninya yaitu daerah Surakarta.[21]
Kiprah politik
Wali Kota Surakarta
Pada pilkada kota Solo pada tahun 2005, Jokowi diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk maju sebagai calon wali kota Surakarta. Ia berhasil memenangkan pemilihan tersebut dengan persentase suara sebesar 36,62%.[8] Setelah terpilih, dengan berbagai pengalaman pada masa muda, ia mengembangkan Solo yang sebelumnya buruk penataannya dan menghadapi berbagai penolakan masyarakat untuk ditertibkan. Di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami perubahan dan menjadi kajian di universitas dalam dan luar negeri.[9] Salah satunya adalah kemampuan komunikasi politik Jokowi yang berbeda dengan kebanyakan gaya komunikasi politik pemimpin lain pada masa itu, yang menjadi kajian riset mahasiswa pascasarjana Universitas Indonesia.[26]
Di bawah kepemimpinannya, bus Batik Solo Trans diperkenalkan,[27] berbagai kawasan seperti Jalan Slamet Riyadi dan Ngarsopuro diremajakan,[28] dan Solo menjadi tuan rumah berbagai acara internasional.[28] Selain itu, Jokowi juga dikenal akan pendekatannya dalam merelokasi pedagang kaki lima yang "memanusiakan manusia".[29] Berkat pencapaiannya ini, pada tahun 2010 ia terpilih lagi sebagai Wali Kota Surakarta dengan suara melebihi 90%.[30] Kemudian, pada tahun 2012, ia dicalonkan oleh PDI-P sebagai calon Gubernur DKI Jakarta.[6]
Gubernur DKI Jakarta
Pilkada 2012 putaran I
Jokowi diminta secara pribadi oleh Jusuf Kalla untuk mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta[31] pada Pilgub DKI tahun 2012. Karena merupakan kader PDI Perjuangan, maka Jusuf Kalla meminta dukungan dari Megawati Soekarnoputri, yang awalnya terlihat masih ragu. Sementara itu Prabowo Subianto juga melobi PDI Perjuangan agar bersedia mendukung Jokowi sebagai calon gubernur karena membutuhkan 9 kursi lagi untuk bisa mengajukan Calon Gubernur.[32] Pada saat itu, PDI Perjuangan hampir memilih untuk mendukung Fauzi Bowo dan Jokowi sendiri hampir menolak dicalonkan.[33] Sebagai wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama yang saat itu menjadi anggota DPR dicalonkan mendampingi Jokowi dengan pindah ke Gerindra karena Golkar telah sepakat mendukung Alex Noerdin sebagai Calon Gubernur.[34]
Pasangan ini awalnya tidak diunggulkan. Hal ini terlihat dari klaim calon pertama yang diperkuat oleh Lingkaran Survei Indonesia bahwa pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli akan memenangkan pilkada dalam 1 putaran.[35] Selain itu, PKS yang meraup lebih dari 42 persen suara untuk Adang Daradjatun di pilkada 2007 juga mengusung Hidayat Nur Wahid yang sudah dikenal rakyat sebagai Ketua MPR RI periode 2004-2009. Dibandingkan dengan partai lainnya, PDI-P dan Gerindra hanya mendapat masing-masing hanya 11 dan 6 kursi dari total 94 kursi, jika dibandingkan dengan 32 kursi milik Partai Demokrat untuk Fauzi Bowo, serta 18 Kursi milik PKS untuk Hidayat Nur Wahid.[36] Namun LP3ES sudah memprediksi bahwa Jokowi dan Fauzi Bowo akan bertemu di putaran dua.[37]
Hitung cepat yang dilakukan sejumlah lembaga survei pada hari pemilihan, 11 Juli 2012 dan sehari setelah itu, memperlihatkan Jokowi memimpin, dengan Fauzi Bowo di posisi kedua.[38] Pasangan ini berbalik diunggulkan memenangi pemilukada DKI 2012 karena kedekatan Jokowi dengan Hidayat Nur Wahid saat pilkada Wali Kota Solo 2010[39] serta pendukung Faisal Basri dan Alex Noerdin dari hasil survei cenderung beralih kepadanya.[40]
Pilkada 2012 putaran II
Jokowi berusaha menghubungi dan mengunjungi seluruh calon,[41] termasuk Fauzi Bowo,[42] namun hanya berhasil bersilaturahmi dengan Hidayat Nur Wahid[41] dan memunculkan spekulasi adanya koalisi di putaran kedua.[43] Setelahnya, Fauzi Bowo juga bertemu dengan Hidayat Nur Wahid.[44]
Namun keadaan berbalik setelah partai-partai pendukung calon lainnya di putaran pertama malah menyatakan dukungan kepada Fauzi Bowo.[45] Hubungan Jokowi dengan PKS juga memburuk dengan adanya tudingan bahwa tim sukses Jokowi memunculkan isu mahar politik Rp50 miliar.[46] PKS meminta isu ini dihentikan,[47] sementara tim sukses Jokowi menolak tudingan menyebutkan angka imbalan tersebut.[48] Kondisi kehilangan potensi dukungan dari partai-partai besar diklaim Jokowi sebagai fenomena "Koalisi Rakyat melawan Koalisi Partai".[49] Klaim ini dibantah pihak Partai Demokrat karena PDI Perjuangan dan Gerindra tetap merupakan partai politik yang mendukung Jokowi, tidak seperti Faisal Basri dan Hendrardji yang merupakan calon independen.[50] Jokowi akhirnya mendapat dukungan dari tokoh-tokoh penting seperti Misbakhun dari PKS,[51] Jusuf Kalla dari Partai Golkar,[52] Indra J Piliang dari Partai Golkar,[53] serta Romo Heri yang merupakan adik ipar Fauzi Bowo.[54]
Pertarungan politik juga merambah ke dunia media sosial dengan peluncuran Jasmev,[55] pembentukan media center,[56] serta pemanfaatan media baru dalam kampanye politik seperti Youtube.[57] Pihak Fauzi Bowo menyatakan juga ikut turun ke media sosial, namun mengakui kelebihan tim sukses dan pendukung Jokowi di kanal ini.[58]
Putaran kedua juga diwarnai berbagai tudingan kampanye hitam, yang antara lain berkisar dalam isu SARA,[59] isu kebakaran yang disengaja,[60] korupsi,[61] dan politik transaksional.[62]
Menjelang putaran kedua, berbagai survei kembali bermunculan yang memprediksi kemenangan Jokowi, antara lain 36,74% melawan 29,47% oleh SSSG,[63] 72,48% melawan 27,52% oleh INES,[64] 45,13% melawan 37,53% dalam survei elektabilitas oleh IndoBarometer,[65] dan 45,6% melawan 44,7% oleh Lembaga Survei Indonesia.[66]
Setelah pemungutan suara putaran kedua, hasil penghitungan cepat Lembaga Survei Indonesia memperlihatkan pasangan Jokowi - Ahok sebagai pemenang dengan 53,81%. Sementara rivalnya, Fauzi Bowo - Nachrowi Ramli mendapat 46,19%.[67] Hasil serupa juga diperoleh oleh Quick Count IndoBarometer 54.24% melawan 45.76%,[68] dan lima stasiun TV.[69] Perkiraan sementara oleh metode Quick Count diperkuat oleh Real Count PDI Perjuangan dengan hasil 54,02% melawan 45,98%,[70] Cyrus Network sebesar 54,72% melawan 45,25%.[71] Dan akhirnya pada 29 September 2012, KPUD DKI Jakarta menetapkan pasangan Jokowi - Ahok sebagai gubernur dan wakil gubernur DKI yang baru untuk masa bakti 2012-2017 menggantikan Fauzi Bowo - Prijanto.[72][73]
Sebelum dan sesudah Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta, ia berjanji bahwa ia akan menambah 1000 unit bus Transjakarta, lalu ia bisa dihubungi wartawan 24 jam, bahwa ia akan bekerja 1 jam di kantor dan sisanya tinjau pelayanan publik. Ia juga berkata bahwa dirinya tidak akan menggusur Pedagang Kaki Lima (PKL), dan juga akan membangun kampung susun yang bukan apartemen; lalu ia akan memperbaiki sistem pendidikan dan kesehatan, memberikan penghargaan ke semua ketua RT dan RW, dan ia juga menjanjikan akan menambah ruang publik bagi remaja DKI.[74] Pada saat terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta, permasalahan mulai berdatangan, dan semenjak musim hujan melanda Jakarta dan masalah macet tidak usai, publik DKI mulai pesimis dan meragukan kemampuan Jokowi dalam mengatasi masalah ibukota.[75]
Pasca Pilkada 2012
Setelah resmi menang di perhitungan suara, Jokowi masih diterpa isu upaya menghalangi pengunduran dirinya oleh DPRD Surakarta, namun dibantah oleh DPRD.[76] Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi juga menyatakan akan turun tangan jika masalah ini terjadi,[77] karena pengangkatan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta tidak dianggap melanggar aturan mana pun jika pada saat mendaftar sebagai Calon Gubernur sudah menyatakan siap mengundurkan diri dari jabatan sebelumnya jika terpilih, dan benar-benar mengundurkan diri setelah terpilih.[78] Namun setelahnya, DPR merencanakan perubahan terhadap Undang-Undang No. 34 tahun 2004, sehingga setelah Jokowi, kepala daerah yang mencalonkan diri di daerah lain, harus terlebih dahulu mengundurkan diri dari jabatannya pada saat mendaftarkan diri sebagai calon.[79]
Atas alasan administrasi terkait pengunduran diri sebagai Wali Kota Surakarta dan masa jabatan Fauzi Bowo yang belum berakhir, pelantikan Jokowi tertunda[80] dari jadwal awal 7 Oktober 2012 menjadi 15 Oktober 2012.[81] Acara pelantikan diwarnai perdebatan mengenai biaya karena adanya pernyataan Jokowi yang menginginkan biaya pelantikan yang sederhana.[82] DPRD kemudian menurunkan biaya pelantikan menjadi Rp 550 juta, dari awalnya dianggarkan Rp 1,05 miliar dalam Perubahan APBD. Acara pelantikan juga diramaikan oleh pedagang kaki lima yang menggratiskan dagangannya.[83]
Sehari usai pelantikan, Jokowi langsung dijadwalkan melakukan kunjungan ke masyarakat.[84]
Kebijakan Selama Menjadi Gubernur
Kebijakan Joko Widodo selama menjabat Gubernur DKI Jakarta banyak yang bersifat populis, seperti Kampung Deret, Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar. Namun beberapa juga mendatangkan keberatan masyarakat, seperti dalam perbaikan saluran air, peremajaan bus kecil, dan sterilisasi jalur busway.
Di awal menjabat, ia mendahulukan program bantuan sosial melalui Kartu Jakarta Sehat[85] dan Kartu Jakarta Pintar[86], dan setelah mendapat kendali atas APBD, menjalankan pembenahan saluran air di DKI Jakarta melalui program JEDI. Beberapa program transportasi warisan pemerintahan sebelumnya seperti 6 Ruas Tol dan Monorel terhambat. Sebaliknya, ia berkonsentrasi kepada transportasi massal MRT Jakarta, penambahan armada Transjakarta, dan peremajaan bus kecil. Ia juga mengupayakan pengambilalihan pengelolaan Sumber Daya Air melalui akuisisi Aetra dan Palyja.
Ia berperan dalam mengurangi diskriminasi dan nepotisme dalam jenjang karier Pegawai Negeri Sipil di DKI Jakarta melalui penerapan lelang jabatan. Sebagai salah satu dampaknya adalah terpilihnya pejabat dari kalangan minoritas yang mendapat penolakan masyarakat. Misalnya dalam kasus Lurah Susan.[87] Jokowi menyatakan dukungan bagi Lurah Susan.[87]
Pada masa pemerintahannya pula, DKI Jakarta mengadakan beberapa event kreatif seperti Jakarta Night Festival[88], Pesta rakyat[89], dan Festival Keraton Sedunia.[90] Ia juga memperbaiki kebersihan lingkungan di Jakarta, antara lain dengan melarang atraksi Topeng Monyet.[91]
Kepresidenan
Pencalonan awal
Setelah terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta, popularitas Jokowi melejit berkat rekam jejaknya yang baik dan pendekatannya yang membumi dan pragmatis, seperti yang ditunjukkan melalui program "blusukan" untuk memeriksa keadaan di lapangan secara langsung.[11] Akibatnya, Jokowi merajai survei-survei calon presiden dan menyingkirkan kandidat lainnya,[14] sehingga muncul wacana untuk menjadikannya calon presiden.[13] Namun, selama berbulan-bulan wacana tersebut menjadi tidak pasti karena pencalonan Jokowi di PDI-P harus disetujui oleh Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, dan ia menegaskan baru akan menentukan calon setelah pemilihan umum legislatif pada bulan April.[15] Namun, pada tanggal 14 Maret 2014, Megawati akhirnya menulis langsung surat mandat kepada Jokowi untuk menjadi calon presiden, dan Jokowi mengumumkan bahwa ia bersedia dan siap melaksanakan mandat tersebut untuk maju sebagai calon presiden Republik Indonesia dalam pemilihan umum presiden Indonesia 2014.[92] Ia juga mengungkapkan kesiapannya sembari mengucap "bismillah" dan mencium bendera merah putih di rumah Si Pitung.[92] Selepas pengumuman ini, indeks IHSG melesat 152,47 poin menjadi 4.878,64,[93] sementara nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat menguat hingga angka 11,386.[94] Pencalonan Jokowi juga diperkirakan dapat mendongkrak suara PDI-P hingga 30% dalam pemilu legislatif.[95] Namun, hasil hitung cepat menunjukkan bahwa suara PDI-P gagal mencapai 20%.[96]
Lima hari setelah deklarasinya, pada tanggal 19 Maret 2014 Joko Widodo digugat oleh Tim Advokasi Jakarta Baru di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Ia dinilai melanggar hukum perdata karena meninggalkan jabatannya sebagai gubernur sebelum merealisasikan janji-janjinya untuk melaksanakan program kerakyatan.[97] Namun, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi mengkonfirmasi bahwa pencapresan Jokowi tidaklah melanggar hukum. Ia berhak maju dan akan dengan mudah mendapat izin dari Presiden tanpa harus mengundurkan diri karena sudah diatur dalam Undang Undang No 47 Tahun 2008 mengenai Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Seorang kepala daerah yang hendak maju dalam Pemilihan Presiden harus mengajukan surat permintaan izin kepada Presiden dan Gamawan Fauzi tidak merasa memiliki alasan untuk menghalanginya.[98]
Pada tanggal 19 Mei 2014, Jokowi mengumumkan bahwa Jusuf Kalla akan menjadi calon wakil presidennya.[99] Pengumuman sekaligus deklarasi tersebut berlangsung di Gedung Joeang 45 di Menteng, Jakarta.[99] Pencalonan tersebut didukung oleh koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai NasDem, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Hanura.[99] Pada hari yang sama, Jokowi dan Jusuf Kalla secara resmi mendaftar di Komisi Pemilihan Umum.[100]
Menjelang pemilihan umum presiden, terdapat berbagai macam kampanye hitam yang dialamatkan kepada Jokowi, seperti isu capres boneka,[101] keislaman Jokowi yang diragukan,[102] tuduhan bahwa Jokowi adalah orang Tionghoa yang merupakan putra dari Oei Hong Leong,[103] hingga klaim bahwa ia adalah antek asing dan bahkan zionis.[102]
Kebijakan
Jokowi memulai masa kepresidenannya dengan meluncurkan Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, dan Kartu Keluarga Sejahtera. Upaya ini oleh partai oposisi dianggap untuk meredam sementara kenaikan harga BBM.[104] Jokowi dikritik karena meluncurkan program yang tidak memiliki payung hukum dan melanggar tertib anggaran[105] , namun hal ini dibantah oleh Jusuf Kalla, dengan argumen bahwa program kartu tersebut sebenarnya kelanjutan dari program yang sudah ada sehingga anggarannya pun mengikuti program tersebut.[106]
Mulai tanggal 8 November, ia mengikuti beberapa konferensi tingkat tinggi, seperti APEC, Asian Summit, dan G20. Jokowi menuai kontroversi setelah presentasinya di depan pengusaha di APEC. Sebagian mencerca presentasi ini sebagai upaya menjual negara kepada kepentingan asing[107], sementara di lain pihak pidatonya dipuji karena dianggap tepat pada sasaran, dibanding presiden negara lain yang hanya memberi ceramah yang mengambang[108]. Dari APEC, Jokowi berhasil membawa komitmen investasi senilai Rp300 Triliun.[109]
Sekembalinya dari luar negeri, ia menunjuk Faisal Basri sebagai ketua Tim Pemberantasan Mafia Migas, melantik Basuki Tjahaja Purnama sebagai Gubernur DKI Jakarta, dan mengumumkan kenaikan BBM dari Rp6.500 menjadi Rp8500. Kebijakan ini sempat diikuti demonstrasi di berbagai daerah di Indonesia.[110][111] Jokowi ingin mengalihkan dana subsidi tersebut untuk pembangunan infrastruktur dan kesehatan.[112] Di bidang kelautan, Jokowi menginstruksikan perlakuan keras terhadap pencuri ikan ilegal. Selain meminta diadakannya razia, ia juga berharap kapal pelanggar aturan ditenggelamkan.[113] Di bidang pertanian, Jokowi membagikan 1099 unit traktor tangan di Subang dengan harapan menggenjot produksi petani.[114] Ia juga mendorong terjadinya reformasi agraria dengan mendorong petani mendapat sertifikat sehingga dapat menggarap tanah dengan status legal. Ia juga mendorong hak penguasaan adat dan pengolahan hutan untuk kepentingan rakyat dengan konsep perhutanan sosial.[115]
Jokowi mendapat sambutan hangat dan pujian ketika menyampaikan pidato di hadapan peserta peringatan ke 60 tahun Konferensi Asia Afrika pada 22 April 2015. Jokowi menyampaikan perlunya mereformasi PBB dan badan internasional lainnya. Ia dipandang berani mengkritik lembaga prestisius dunia seperti PBB, Dana Moneter Internasional, dan Bank Dunia. Jokowi pun menuai kritik dari peneliti Amerika Serikat karena ia dipandang tidak konsisten dalam mengajak investor asing untuk masuk ke Indonesia.[116]
Di bidang infrastruktur, Jokowi telah memulai banyak proyek pembangunan untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dalam sektor ini, di antaranya adalah melakukan Jalan Tol Trans-Sumatera[117], Tol Solo-Kertosono[118], pelabuhan Makassar[119], meresmikan operasional terminal Teluk Lamong sebagai bagian dari Greater Surabaya Metropolitan Port[120], dan lain sebagainya.
Pada masanya, tercatat telah terjadi swasembada beras, jagung, bawang merah, dan cabai[121], dengan membandingkan angka produksi yang lebih besar dari kebutuhan. Namun masih ditandai dengan beberapa kali impor untuk alasan memenuhi cadangan dan kepentingan kebutuhan beras dan jagung khusus yang tidak bisa disediakan petani. Indonesia.
Di depan Joko Widodo dalam pembukaan forum kerja sama ekonomi negara-negara Asia-Pasifik (APEC) di Da Nang, Vietnam, Donald Trump secara khusus memuji Indonesia sebagai contoh negara yang berhasil mengangkat diri dari keterpurukan melalui institusi domestik dan demokratis.[122]
Kebijakan di Papua
Jokowi memberikan perhatian khusus bagi Papua. Terlihat dari frekuensi kunjungan yang terhitung sangat sering dibanding presiden sebelumnya, dan banyaknya pembangunan infrastruktur di Papua. Di antaranya adalah pembangunan pasar tradisional dan jalan lintas Papua[123]. Banyak bandara perintis dibangun atau dibenahi sehingga terlihat lebih baik dan kapasitasnya lebih besar. Ia juga menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2017 tentang Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada 11 Desember 2017.[124]
Pada kunjungannya ke Papua bulan Mei 2015, Jokowi membebaskan 5 tahanan politik OPM dan membebaskan wartawan asing untuk melakukan peliputan di Papua seperti halnya daerah lain di Indonesia. Jokowi beralasan bahwa Indonesia sudah harus berpikir positif dan saling percaya[125]. Kebijakan Jokowi ini menuai pro dan kontra, terutama di kalangan DPR RI yang menyatakan bahwa kebijakan tersebut dapat membuat isu Papua dipolitisir ke dunia luar, karena masalah Papua yang sangat sensitif.[126]
Agama
Jokowi memeluk agama Islam dan bercerita bahwa ia pertama kali naik haji pada tahun 2003, dan sesudahnya umrah minimal empat kali.[127] Namun, menjelang pemilihan umum presiden 2014, muncul berbagai tudingan yang mempertanyakan keislaman Jokowi, sehingga pada tanggal 24 Mei 2014 Jokowi menyatakan bahwa ia adalah bagian dari "Islam yang rahmatan lil alamin, Islam yang hidup berketurunan dan berkarya di negara RI yang memegang teguh UUD 45."[128] Ia juga menyatakan bahwa ia bukan bagian dari kelompok Islam yang "sesuka hatinya mengafirkan saudaranya sendiri", "menindas agama lain", "arogan dan menghunus pedang di tangan dan di mulut", "suka menjejerkan fustun-fustunnya", "menutupi perampokan hartanya, menutupi pedang berlumuran darah dengan gamis dan serban", atau "membawa ayat-ayat Tuhan untuk menipu rakyat".[128]
Ideologi
Sebagai Presiden Indonesia terpilih, Jokowi menegaskan sikap politiknya untuk memimpin Indonesia dengan kekayaan manusia, budaya, dan pluralitasnya supaya tidak kehilangan arah dalam mengejawantahkan isi UUD 1945 dan makna Pancasila. Sikap ini menurutnya juga dipandang perlu diimplementasikan oleh setiap pemimpin pada semua level pemerintahan baik kota hingga skala nasional. Jokowi memilih memaknai lewat ajaran trisakti Bung Karno yakni berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian nasional di bidang kebudayaan.[129]
"Saya sebagai seorang Presiden juga harus punya ideologi jelas, apa itu? Berdaulat, berdikari dan berkepribadian. Ideologi kita sama, Pancasila, tetapi cara penerapannya berbeda. Ada yang lewat gerakan perubahan restorasi Indonesia, ada yang lewat cara cara lain. Seorang pemimpin baik di kota, kabupaten, gubernur provinsi, tingkat nasional, memimpin itu harus punya ideologi. Harus ada ideologinya. Tanpa itu kita tak punya arah." [129]
Penghargaan
Atas prestasinya, oleh Majalah Tempo, Joko Widodo terpilih menjadi salah satu dari "10 Tokoh 2008".[130] Kebetulan di majalah yang sama pula, Basuki Tjahaja Purnama, atau akrab dengan panggilan Ahok pernah terpilih juga dalam "10 Tokoh 2006" atas jasanya memperbaiki layanan kesehatan dan pendidikan di Belitung Timur. Ahok kemudian menjadi pendampingnya di Pilgub DKI tahun 2012.[131]
Ia juga mendapat penghargaan internasional dari Kemitraan Pemerintahan Lokal Demokratis Asia Tenggara (Delgosea) ini atas keberhasilan Solo melakukan relokasi yang manusiawi dan pemberdayaan pedagang kaki lima.[132]
Pada tanggal 12 Agustus 2011, ia juga mendapat penghargaan Bintang Jasa Utama untuk prestasinya sebagai kepala daerah mengabdikan diri kepada rakyat.[133] Bintang Jasa Utama ini adalah penghargaan tertinggi yang diberikan kepada warga negara sipil.[134] Pada Januari 2013, Joko Widodo dinobatkan sebagai wali kota terbaik ke 3 di dunia atas keberhasilannya dalam memimpin Surakarta sebagai kota seni dan budaya, kota paling bersih dari korupsi, serta kota yang paling baik penataannya.[135] Oleh KPK, dia diberi penghargaan atas keberaniannya melaporkan berbagai barang gratifikasi yang diterima.[136]
Atas kemampuannya mensosialisasikan program-progam pemerintah sehingga mendapat dukungan masyarakat banyak, ia diganjar sebagai Marketer of The Year 2012 oleh Markplus Conference 2013, Marketing: Into Innovation and Technology.[137]
No | Penghargaan dari | Kategori / Nama Penghargaan | Keterangan |
---|---|---|---|
1 | Presiden Republik Indonesia | Bintang Jasa Utama | Kepala daerah yang mengabdi kepada rakyat |
2 | Presiden Republik Indonesia | Piala Citra Bhakti Abdi Negara 2008, 2009 dan 2010 | Pelayanan Publik dan Piala Citra Bidang Pelayanan Prima Tingkat Nasional (2008), Kinerja Kota dalam Penyediaan Sarana Pelayanan Publik, Kebijakan Deregulasi, Penegakan Disiplin dan Pengembangan Manajemen Pelayanan (2009) dan Inovasi Pelayanan Prima (2010) |
3 | Dompet Dhuafa | Agent of change Kemandirian | Perhatian atas anak-anak yang kurang beruntung |
4 | RMOL | Democracy Award: Manusia Bintang | Bersama-sama Fauzi Bowo menyemarakkan kompetisi demokrasi di Pilkada DKI |
5 | Men's Obsession | Decade Award: Rising Leader | Penghargaan untuk tokoh lintas bidang yang terpilih |
6 | Kemkominfo | e-government | Keberhasilan penerapan e-government |
7 | Kemenpera | Adiupaya Puritama | Pembangunan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan program kampung deret |
8 | Delgosea | Best City Award | Berhasil dalam melakukan pendekatan kepada warganya di Solo, agar mau memahami dan menaati kebijakan pemerintah kota |
9 | Bank Indonesia | Pengendali inflasi | Berhasil mengendalikan inflasi di Solo |
10 | Kementrian PU | Tata ruang terbaik kedua se-Indonesia | pembangunan di Solo sudah mencapai 80 persen kesesuaiannya dengan konsep penataan ruang yang ideal. |
11 | Fortune | Top 50 Leaders | Pemimpin no 37 terbaik atas jasanya membersihkan kota dan menyingkirkan korupsi |
12 | Kemennaker | Penghargaan Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan (IPK) | Pembangunan bidang ketenagakerjaan di Jakarta sepanjang tahun 2013. |
13 | Meutia Hatta | Bung Hatta Anti Corruption Award | Tokoh yang Berperan dalam Pemberantasan Korupsi |
14 | Komisi Pemberantasan Korupsi | Anti Gratifikasi | Pemerintah daerah yang paling banyak melaporkan gratifikasi. |
15 | UNICEF | Program Perlindungan Anak | Dianugerahkan pada tahun 2006 |
16 | The City Mayors Foundation | Wali Kota No 3 Terbaik Dunia | Keberhasilannya mengubah Surakarta dari kota yang banyak tindak kriminal menjadi pusat seni dan budaya |
17 | Majalah Marketing dan Frontier Consulting Group | Social Media Award | Tokoh yang aktif menggunakan media sosial dalam berinteraksi dengan masyarakat dan mendapatkan sentimen positif |
18 | Tempo | 10 Tokoh Pilihan 2008 | Memanusiakan warganya dengan pemindahan PKL yang tanpa konflik |
18 | Lembaga Pemilih Indonesia | Tokoh Pluralis 2013 | Mampu Menjaga Kesetaraan Etnis, Agama, dan kelompok lainnya |
19 | Anugerah Seputar Indonesia | Tokoh Seputar Indonesia 2013 | Diserahkan langsung oleh Hary Tanoe |
20 | Soegeng Soerjadi | Good Governance Award | Dianugerahkan 20 September 2012, jelang Pilkada |
21 | Bappenas | Pencapaian target MDGs | Untuk program KJP dan KJS |
22 | Bappenas | Pangripta Nusantara Utama | Provinsi dengan perencanaan terbaik |
23 | Brunei | Darjah Kerabat Laila Utama Yang Amat Dihormati | |
24 | Jokowi Receives King Abdul Azis Medal | Star of the Order of King Abdulaziz Al-Saud Medal |
Lain-lain
Gaya kepemimpinan
Jokowi dikenal akan gaya kepemimpinannya yang pragmatis dan membumi. Ia seringkali melakukan "blusukan" atau turun langsung ke lapangan untuk melihat langsung permasalahan yang ada dan mencari solusi yang tepat. "Blusukan" juga dilakukan untuk menemui lan.
Ia juga mendapat penghargaan internasional dari Kemitraan Pemerintahan Lokal Demokratis Asia Tenggara (Delgosea) ini atas keberhasilan Solo melakukan relokasi yang manusiawi dan pemberdayaan pedagang kaki lima.gsung warga dan mendengar keluh kesah mereka. Gaya yang unik ini dijuluki The New York Times sebagai "demokrasi jalanan".[138] Jokowi juga dianggap unik dari pemimpin lainnya karena tidak sungkan untuk bertanya langsung kepada warga dan mendekati mereka bila akan melancarkan suatu program.[139] Namun, gaya ini juga menuai kritik. Misalnya, ketua Dewan Perwakilan Daerah Irman Gusman menyatakan bahwa "blusukan" hanya menghabiskan waktu dan energi, sementara yang dibutuhkan adalah kebijakan langsung dan bukan sekadar interaksi.[140] Anies Baswedan juga menilai "blusukan" merupakan pencitraan belaka tanpa memberikan solusi.[141]
Selain "blusukan", kepemimpinan Jokowi juga dikenal akan transparansinya. Misalnya, Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama sama-sama mengumumkan jumlah gaji bulanan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kepada umum.[142][143] Ia juga memulai sejumlah program yang terkait dengan transparansi seperti online tax, e-budgeting, e-purchasing, dan cash management system.[142] Selain itu, semua rapat dan kegiatan yang dihadiri oleh Jokowi dan Basuki direkam dan diunggah ke akun "Pemprov DKI" di YouTube.[144]
Gaya kampanye
Gaya berkampanye Jokowi untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta menekankan pendekatan langsung kepada masyarakat dengan mendatangi mereka langsung daripada mengumpulkan orang di lapangan.[145] Jokowi mengklaim bahwa ia menghindari pemasangan spanduk, poster, stiker, dan baliho di taman kota atau jalan karena menurutnya dapat mengotori kota, sehingga ia secara langsung mencopot spanduk di depan bioskop Megaria, Jalan Diponegoro.[146] Selama kampanye pilkada Jakarta, Jokowi juga dikenal akan baju kotak-kotaknya, yang menurutnya dibeli satu jam sebelum berangkat ke Komisi Pemilihan Umum Daerah dan dikatakan mewakili "warna-warni Jakarta yang harus diakomodasi".[147]
Salah satu kekuatan Jokowi dalam berkampanye adalah penggunaan media sosial. Selama kampanye pilkada Jakarta, ia meluncurkan Jasmev atau Jokowi Ahok Social Media Volunteer, yang merupakan jaringan antar kelompok sukarelawan tanpa bayaran.[55] Selain itu, Jokowi juga membentuk media center[56] dan mampu memanfaatkan Youtube sebagai wadah kampanye baru.[57] Pihak Fauzi Bowo sendiri mengakui keunggulan Jokowi di kanal ini.[58]
Berdasarkan hasil audit Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta pada Agustus 2012, pemasukkan dana kampanye pasangan Jokowi-Basuki tercatat sebesar Rp 16,31 miliar, sementara pengeluarannya mencapai Rp 16,09 miliar.[148] Sebagian besar dana dialokasikan untuk spanduk, alat peraga, dan bahan kampanye, dengan biaya penyebaran bahan kampanye sebesar Rp 4,2 miliar, alat peraga sebesar Rp 2,6 miliar, dan rapat umum sebesar Rp 2,1 miliar.[148] Biaya iklan cetak sendiri tercatat sebesar Rp 729 juta, sementara biaya iklan radio mencapai Rp 516 juta.[148] Jokowi mengklaim bahwa sebagian besar dana digunakan untuk kampanye "murah" dengan sasaran rakyat kecil.[148] Sebagai perbandingan, pengeluaran kampanye Fauzi Bowo tercatat sebesar Rp 62,57 miliar, sementara pemasukkan dana kampanyenya mencapai Rp 62,63 miliar.[148]
Citra politik
Berkat kampanyenya selama pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2012 yang menjanjikan "Jakarta Baru", ia melejit menjadi tokoh nasional yang dikenal bersih, merakyat, dan mampu menyelesaikan masalah.[149] Popularitasnya meroket hingga ia merajai survei-survei calon presiden seperti yang digambarkan pada tabel berikut:
Sumber | Tanggal | Calon |
---|---|---|
United Data Centre | 3–18 Januari 2013 | Joko Widodo 21,2%, Prabowo Subianto 17,1%, Megawati Soekarnoputri 11,5%, Rhoma Irama 10,4%, Aburizal Bakrie 9,4%, Jusuf Kalla 7,1% |
Jakarta Survey Institute | 9–15 Februari 2013 | Joko Widodo 18,1%, Prabowo Subianto 10,9%, Wiranto 9,8%, Jusuf Kalla 8,9%, Aburizal Bakrie 8,7%, Megawati Soekarnoputri 7,2%, Mahfud MD 5,4%, Dahlan Iskan 3,6%, Hatta Rajasa 2,9%, Surya Paloh 2,5%, Rhoma Irama 1,7%, Muhaimin Iskandar 1,1% nama lain 0,8% |
Centre for Strategic and International Studies (CSIS) | 9–16 April 2013 | Joko Widodo 28,6%, Prabowo Subianto 15,6%, Aburizal Bakrie 7%, Megawati Soekarnoputri 5,4%, Jusuf Kalla 3,7%, Mahfud MD 2,4%, Hatta Rajasa 2,2% belum memutuskan 28,0% |
Indonesian Institute of Sciences | 10–31 Mei 2013 | Joko Widodo 22,6%, Prabowo Subianto 14,2%, Aburizal Bakrie 9,4%, Megawati Soekarnoputri 9,3%, Jusuf Kalla 4,2%, Rhoma Irama 3,5%, Wiranto 3,4%, Mahfud MD 1,9%, Hatta Rajasa 1,2%, Hamengku Buwono X 1,2%, Surya Paloh 1,2% |
Indonesian Research Centre | Mei 2013 | Joko Widodo 24,8%, Prabowo Subianto 14,8%, Aburizal Bakrie 7,9%, Megawati Soekarnoputri 5,5%, Wiranto 3,9%, Mahfud MD 3,7%, Dahlan Iskan 3,5%, Rhoma Irama 2,7%, Hary Tanoesodibjo 2,3%, Kristiani Herawati 2% |
United Data Center | 8–11 Juni 2013 | Joko Widodo 29,57%, Prabowo Subianto 19,83%, Megawati Soekarnoputri 13,08%, Aburizal Bakrie 11,62% Jusuf Kalla 5,47%, Wiranto 3,59%, Mahfud MD 1,2%, Hatta Rajasa 1,2%, Dahlan Iskan 1,11%, Chairul Tanjung 0,43%, Marzuki Alie 0,26%, Djoko Suyanto 0,09%, Pramono Edhie Wibowo 0,09% |
Soegeng Sarjadi Syndicate | 3–22 Juli 2013 | Joko Widodo 25,48%, Prabowo Subianto 10,52%, Jusuf Kalla 5,69%, Aburizal Bakrie 4,23%, Dahlan Iskan 4,18%, Mahfud MD 2,72, Megawati Soekarnoputri 2,68%, Wiranto 1,18%, Hidayat Nur Wahid 1,02%, Hatta Rajasa 0,81%, Chairul Tanjung 0,53%, Surya Paloh 0,33%, Hamengkubuwana X 0,33%, Sri Mulyani Indrawati 0,2%, Kristiani Herawati 0,2%, Pramono Edhie Wibowo 0,12% |
Indonesian Research Centre | 8-11 Juli 2013 | Joko Widodo 32,0%, Prabowo Subianto 8,2%, Wiranto 6,7%, Dahlan Iskan 6,3%, Megawati Soekarnoputri 6,1%, Jusuf Kalla 3,7%, Aburizal Bakrie 3,3%, Mahfud MD 2,8%, |
Kompas | Juli 2013 | Joko Widodo 32,5%, Prabowo Subianto 15,1%, Aburizal Bakrie 8,8%, Megawati Soekarnoputri 8,0%, Jusuf Kalla 4,5%, nama lain 18,2%, belum memutuskan 12,9% |
Political Climatology Institute | 12–18 Agustus 2013 | Joko Widodo 19,6%, Wiranto 18,5%,Prabowo Subianto 15,4%, Jusuf Kalla 7,6%, Aburizal Bakrie 7,3%, Megawati Soekarnoputri 6,1%, Dahlan Iskan 3,4%, Rhoma Irama 3,4%, Mahfud MD 3,3%, Hatta Rajasa 2,5%, Surya Paloh 2,4%, nama lain 1,3%, belum memutuskan 9,1% |
Alvara Research Centre | 15–23 Agustus 2013 | Joko Widodo 22,1%,Prabowo Subianto 17,0%, Jusuf Kalla 7,4%, Megawati Soekarnoputri 7,0%, Dahlan Iskan 6,9%, Aburizal Bakrie 6,2%, Wiranto 4,6%, Mahfud MD 4,0%, Surya Paloh 2,0%, Hatta Rajasa 1,0%, Hamengkubuwana X 0,9%, nama lain 1,0%, belum memutuskan 19,0% |
Cyrus Network | 23–28 Agustus 2013 | Joko Widodo 27,1%, Prabowo Subianto 14,4%, Aburizal Bakrie 12,0%, Wiranto 7,5%, Megawati Soekarnoputri 4,9%, Jusuf Kalla 3,2% |
Soegeng Sarjadi Syndicate | 25 Agustus–9 September 2013 | Joko Widodo 45,8%, Jusuf Kalla 9,0%, Dahlan Iskan 7,5%, Prabowo Subianto 6,8%, Mahfud MD 5,8%, Wiranto 3,6%, Aburizal Bakrie 2,4%, Megawati Soekarnoputri 1,8%, Chairul Tanjung 1,6%, Hatta Rajasa 1,0%, Hidayat Nur Wahid 0,7%, Surya Paloh 0,5%, Hamengkubuwana X 0,5%, Sri Mulyani Indrawati 0,4%, Kristiani Herawati 0,4%, Pramono Edhie Wibowo 0,4%, nama lain 1,0%, belum memutuskan 10,8% |
Cyrus Network | 12–14 September 2013 | Joko Widodo 43,7%, Prabowo Subianto 14,0%, Aburizal Bakrie 12,5%, Wiranto 7,3%, Megawati Soekarnoputri 4,9%, Jusuf Kalla 4,6% |
United Data Centre | 21–24 September 2013 | Joko Widodo 36,0%, Prabowo Subianto 6,6%, Dahlan Iskan 5,5%, Wiranto 4,6%, Jusuf Kalla 4,0% |
Indonesia Research Centre (IRC) | 25 September 2013 | Joko Widodo 34,5%, Wiranto 10,6%, Aburizal Bakrie 8,1%, Jusuf Kalla 6,2%, Megawati Soekarnoputri 6%, Surya Paloh 3,3%, Rhoma Irama 3,2%, Dahlan Iskan 2,8%, Mahfud MD 2%, Hidayat Nur Wahid 1,5%, Hatta Rajasa 1,3%, Suryadharma Ali 1,2% Yusril Ihza Mahendra 0,9%, Pramono Edhie Wibowo 0,9%, Gita Wirjawan 0,4%, Irman Gusman 0,2%, Nama lain 0,4%, belum memutuskan 6,9%, secret answer 1% |
Pol Tracking Institute | 13 September - 11 Oktober 2013 | Joko Widodo 37,6%, Prabowo Subianto 11,73%,Aburizal Bakrie 11,67%%, Jusuf Kalla 6,12%, Wiranto 5,78%, Megawati Soekarnoputri 3,31%, Mahfud MD2,17 %, Hidayat Nur Wahid 1,5%, Hatta Rajasa 1,33%, Surya Paloh 1,17%, Dahlan Iskan 1,09%, belum memutuskan 14,52% |
Alvara Research Centre | Oktober 2013 | Joko Widodo 24,5%, Prabowo Subianto 9,1%, Aburizal Bakrie 7,4%, Wiranto 6,8%, Megawati Soekarnoputri 6,7%,Jusuf Kalla 4,2%, Dahlan Iskan 2,7%, Rhoma Irama 1,9%, Mahfud MD 1,2%, Surya Paloh 2,0%, Hatta Rajasa 1,1%, nama lain 3,8%, belum memutuskan 30,6% |
Roy Morgan Research | Oktober 2013 | Joko Widodo 37%,Prabowo Subianto 15%, Aburizal Bakrie 14%, Megawati Soekarnoputri 6%, Dahlan Iskan 6%, Jusuf Kalla 5%, Mahfud MD 3%, Hatta Rajasa 2%, nama lain 12% |
Indikator Politik Indonesia | 10–20 Oktober 2013 | Joko Widodo 35,9%, Prabowo Subianto 11,4%, Aburizal Bakrie 11,4%, Wiranto 7,8%,Megawati Soekarnoputri 5,9%,Jusuf Kalla 3,9%, Mahfud MD 1,2%, Dahlan Iskan 1,0% |
Indikator Politik Indonesia - 4 way race | 10–20 Oktober 2013 | Joko Widodo 47,4%, Prabowo Subianto 15,8%, Aburizal Bakrie 12,6%, Dahlan Iskan 3,7% |
Charta Politika | 28 November – 6 Desember 2013 | Joko Widodo 34,8%, Prabowo Subianto 11,2%, Aburizal Bakrie 8,3%, Jusuf Kalla 5,4%, Wiranto 5,2%, Megawati Soekarnoputri 2,8%, |
Kompas | 27 November – 11 Desember 2013 | Joko Widodo 43,5%, Prabowo Subianto 11,1%, Aburizal Bakrie 9,2%, Wiranto 6,3%,Megawati Soekarnoputri 6,1%,Jusuf Kalla 3,1%,nama lain 9,8%, belum memutuskan 10,9% |
Indo Barometer | 4–15 Desember 2013 | Joko Widodo 25,2%, Aburizal Bakrie 10,5%, Prabowo Subianto 9,7%, Wiranto 6,1%, Megawati Soekarnoputri 6%, |
Roy Morgan Research | Februari 2014 | Joko Widodo 40%, Prabowo Subianto 17%, Aburizal Bakrie 11%, Wiranto 7%, Jusuf Kalla 5%, Megawati Soekarnoputri 4%, Dahlan Iskan 4%, Mahfud MD 3%, Hatta Rajasa 2%, nama lain 7% |
Cyrus Network dan CSIS | 9 April 2014 | Joko Widodo-Jusuf Kalla 41,1%, Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama 39,81% |
Saiful Muljani Research and Consulting | 20-24 April 2014 | Joko Widodo-Mahfud MD 47,6%, Joko Widodo-Jusuf Kalla 46,1%, Joko Widodo-Dahlan Iskan 44,6%, Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama 44,1%, Joko Widodo-Ryamizard Ryacudu 41,8% |
Lembaga Survei Indonesia | 1-9 Mei 2014 | Joko Widodo-Jusuf Kalla 35,42%, Prabowo-Hatta Rajasa 22,75% |
Namun, menjelang pemilihan umum presiden Indonesia 2014, dugaan keterlibatan Joko Widodo dalam kasus TransJakarta dikatakan mengganjal elektabilitas Joko Widodo.[150] Selain itu, akibat gencarnya kampanye hitam, menurut Saiful Mujani Research and Consulting tren kesukaan masyarakat terhadap Jokowi menurun hingga 8% sampai April 2014.[151]
Kontroversi
Mantan tim sukses Jokowi diduga terlibat dalam kasus busway berkarat, dan bahkan keluarga Jokowi dituduh menerima aliran dana busway berkarat; namun, Jokowi membantah hal tersebut,[152][153][154] dan Jaksa Agung Basrief Arief menegaskan bahwa kasus ini "belum atau boleh dikatakan tidak menyangkut kepada Jokowi".[155] Jokowi juga dikritik karena tidak mematuhi janjinya untuk menyelesaikan masa jabatannya sebagai gubernur Jakarta,[156] walaupun Jokowi sendiri menyatakan bahwa bila ia menjadi presiden, akan lebih mudah mengurus Jakarta karena memiliki wewenang terhadap proyek pemerintah pusat di ibukota.[157] Ada anggapan bahwa Jokowi termasuk gagal mengatasi banjir dan macet.[158][159] Anggapan bahwa Jokowi gagal dalam mengatasi banjir dan macet di Jakarta membuat popularitasnya menurun.[160] Data dari BPS juga menunjukkan angka kemiskinan di Solo naik saat Jokowi menjadi wali kota Solo.[161] Melesatnya popularitas Jokowi juga dikritik sebagai pengaruh media yang kerap menonjolkan kebaikan Jokowi sementara kelemahannya ditutupi.[162][163] Selain itu, Jokowi didapati menaiki pesawat jet pribadi untuk berkampanye dari Banjarmasin ke Kota Malang, yang dianggap bertentangan dengan gaya hidup sederhana.[164] Sementara itu, Guru Besar Ekonomi Universitas Indonesia Taufik Bahauddin mengkhawatirkan kontroversi yang terjadi pada pemerintahan Megawati seperti skandal BLBI, penjualan BUMN, penjualan kapal tanker VLCC Pertamina dan penjualan gas murah ke China akan terulang pada pemerintahan Jokowi.[165]
Dia kembali menuai kontroversi setelah menunjuk HM Prasetyo sebagai Jaksa Agung. HM Prasetyo dinilai tidak punya pengalaman cukup baik di kejaksaan dan dianggap sebagai titipan partai politik.[166]
Dia juga dinilai tidak konsisten karena mengangkat Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Golkar sebagai Menteri Perindustrian, setelah awalnya meminta menteri tidak rangkap jabatan sebagai pengurus partai politik.[167] Sebelumnya Puan Maharani juga menjabat Ketua DPP PDIP beberapa waktu saat menjabat sebagai Menteri Koordinator Pengembangan Manusia dan Kebudayaan.
Kemunculan nama Jokowi pada soal Ujian Nasional[168] dan kedatangan Jokowi di kampus ITB[169] juga menuai kontroversi karena dinilai sebagai tindakan politisasi.
Pada masa kepresidenannya, Jokowi juga menuai kecaman setelah salah menyebutkan kota tempat kelahiran Presiden RI pertama Ir. Soekarno dalam pidatonya di alun-alun Kota Blitar pada tanggal 1 Juni 2015. Jokowi menyebutkan Soekarno lahir di Blitar, namun secara sejarah Soekarno dilahirkan di Jalan Pandean, Peneleh, Kota Surabaya. Beragam kritik pun dialamatkan kepada bawahannya seperti Setneg dan Tim Komunikasi Presiden akibat memberikan bahan yang salah kepada Presiden.[170]
Jokowi kembali menuai kontroversi dan protes luas dari berbagai elemen masyarakat ketika mengajukan calon tunggal Kapolri Komisaris Jenderal Polisi Budi Gunawan ke DPR pada pertengahan Januari 2015. Budi dianggap sebagai calon Kapolri yang tidak bersih oleh publik serta pernah menjadi ajudan mantan Presiden Megawati Soekarnoputri yang dianggap sebagai politik balas jasa. Sehari sebelum disahkan sebagai calon Kapolri oleh DPR, Budi Gunawan ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK atas kasus dugaan rekening gendut. Presiden Jokowi lalu memutuskan untuk menunda pelantikannya sebagai Kapolri hingga proses hukum yang membelit Budi Gunawan selesai serta menunjuk Wakapolri Komjen Pol Badrodin Haiti untuk melaksanakan tugas sehari-hari Kapolri.[171]. Pada akhirnya Badrodin Haiti resmi dilantik menjadi Kapolri oleh Presiden Jokowi pada tanggal 17 April 2015,[172] lalu digantikan Tito Karnavian, sementara Budi Gunawan menempati posisi Kepala BIN.
Presiden Jokowi juga kembali menuai kecaman keras setelah menandatangani Peraturan Presiden tentang Kenaikan Uang Muka Mobil Pejabat. Jokowi pun mengaku tidak tahu Perpres yang ditandatanganinya dan akhirnya mencabut Peraturan tersebut.[173] Namun terlanjur menghasilkan tertawaan "I Don't Read What I Sign". Jokowi juga membuat kontroversi saat memberikan kebijakan Bebas bersyarat kepada Abu Bakar Ba'Asyir tetapi hal itu mendapat tentangan dari Mentri Polhukam Wiranto yang menganggap Presiden Jokowi melakukan grasa grusu kekeliruan dalam mengambil keputusan pembebasan Abu Bakar Ba'asyir
Jokowi dalam budaya populer
Buku
- Majeed, Rushda. "The City With a Short Fuse." Foreign Policy. September 2012.
- Majeed, Rushda. "Defusing a Volatile City, Igniting Reforms: Joko Widodo and Surakarta, Indonesia, 2005-2011." Innovations for Successful Societies. Universitas Princeton. Dipublikasikan pada bulan Juli 2012.
- Endah, Alberthiene. 2012.Jokowi: Memimpin Kota Menyentuh Jakarta.
- Suroso, Gatotkoco. 2012. Jokowi: Si Tukang Kayu.
- Ambarita, Domu D.; Megawati Soekarnoputri (pengantar). 2012. Jokowi: Spirit Bantaran Kali Anyar.
- Thayrun, Yon. 2012. Jokowi: Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker
- Hari Prast (Illustrator), Yoga Adhitrisna (Goodreads Author), Satriyo Wibowo. 2014. DEMOKREATIF: Kisah Blusukan Jokowi
- Kristin Samah, Francisca Ria Susanti. 2014. Saya Sujiatmi, Ibunda Jokowi
- Kompasiana. 2013. Jokowi (Bukan) Untuk Presiden
- Syahirul A., Anas. 2013. Gado-Gado Kerikil Jokowi
- Yogaswara, A. 2012. Jokowi Ahok
- Sudarsono. Jokowi Effect
- Nugroho, Bimo. 2014. Indonesia Memilih Jokowi
- Nugroho, Bimo; Panca Setia, M. Yamin. 2014. Jokowi People Power
- Supriyono, Arif. 2012. Jokowi, Tokoh Perubahan
- Bimoseno, Arimbi. 2014. Jokowi Rapopo Jadi Presiden
- Nugroho, Bimo; Dwi Nugroho, Ajianto. Jokowi : Politik Tanpa Pencitraan
- Tim Relawan. 2014. Selamat Datang Presiden Jokowi
- Putra, Owen. Si Nyentrik yang Disukai: Jokowi
- Kompasiana. 2014. Presiden Jokowi: Harapan Baru Indonesia
- Aksan, Hermawan. 2014. Jokowi Aku Rapopo : pandangan seorang jurnalis
- Indradie, Andri. 2013. Rakyat Memantau Ibukota, Rakyat Memantau Jokowi - Basuki
- Suwiknyo, Dwi. 2012. Jokowi: Pemimpin Yang Rendah Hati
- Soeseno, Ki Nardjoko. 2013. Falsafah Jawa Soeharto & Jokowi : menjadi pemimpin kharismatis ala Soeharto dan Jokowi
- Sugiharto, R. Toto. 2012. Spirit Semut Ireng Jokowi: Muka Metal, Hati Keroncong
- Taufani, Bernard. 2012. Jokowi: From Zero to Hero: Kisah Nyata Anak Miskin Yang Menjadi Orang Besar
- H.M., Zaenuddin. 2013. Banjir Jakarta: Dari Zaman Jenderal J.P. Coen (1621) sampai Gubernur Jokowi (2013)
- Zaenuddin. 2012. Jokowi, Dari Jualan Kursi Hingga Dua Kali Mendapatkan Kursi: Kisah Wali Kota Yang Inspiratif
- Yazid, Husin. Berebut Kursi Jakarta Satu, Kenapa Foke & Jokowi?: Data Dan Analisis Putaran Pertama Pilkada DKI Jakarta
Film
- Jokowi (film), adalah film drama Indonesia tahun 2013. Film ini dibintangi oleh Teuku Rifnu Wikana dan Prisia Nasution. Film ini dirilis pada tanggal hari Kamis, 20 Juni 2013 untuk menyambut hari ulang tahun Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang ke-52 pada tanggal hari Jumat, 21 Juni 2013, bersamaan dengan perayaan ulang tahun Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang ke-486 pada tanggal hari Sabtu, 22 Juni 2013.
- Jokowi adalah Kita adalah film drama Indonesia yang mengisahkan tentang Joko Widodo. Film ini dibintangi oleh Ben Joshua, Sylvia Fully, dan Agustin Taidy. Film ini akan dirilis pada tanggal 20 November 2014.[174] Namun penayangannya mengalami penundaan karena keputusan pemerintah untuk menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).[175]
Lihat pula
Referensi
- ^ "Pelantikan Jokowi diundur, Mendagri tunjuk Sekda DKI jadi Plt". Merdeka.com. 4 Oktober 2012. Diakses tanggal 29 Maret 2014.
- ^ "Jokowi di mata anak sulungnya Gibran Rakabuming Raka". Merdeka. 22 September 2012. Diakses tanggal 30 Maret 2014.
- ^ a b "Jokowi Diunggulkan Jadi Presiden, Ini Kata Anak Bungsunya". Detik. 31 Januari 2014. Diakses tanggal 30 Maret 2014.
- ^ "Foto-foto Notomiharjo, Ayah Jokowi yang Sempat Jadi Perbincangan". 17 Januari 2017. Diakses tanggal 2 Agustus 2018.
- ^ "Diingatkan, Joko Widodo Urung Tampil - KPUD Diminta Fair". Suara Pembaruan. 13 Mei 2005. Diakses tanggal Juni 2007.
- ^ a b "Naik Kopaja, Jokowi - Ahok Daftar Jadi Cagub DKI". Tempo. 19 Maret 2012. Diakses tanggal 29 Maret 2014.
- ^ a b c "Jokowi Anak Tergusur Mau Jadi Gubernur". Beritasatu.com. 11 April 2012. Diakses tanggal 29 Maret 2014.
- ^ a b "Hasil Akhir, Jago PDI-P Unggul Pilkada di Solo dan Sukoharjo". Detik.com. 28 Juni 2005. Diakses tanggal 6 April 2014.
- ^ a b Majeed, Rushda. "Defusing a Volatile City, Igniting Reforms: Joko Widodo and Surakarta, Indonesia" (PDF). Innovations for Successful Societies. Princeton University. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 13 April 2014. Diakses tanggal 6 April 2014.
- ^ Nasir, Sudirman (18 Juli 2012). "The thirst for positive 'deviant' leaders". The Jakarta Post.
- ^ a b Lamb, Kate (14 March 2014). "Jokowi enters Indonesia's political race". Special Broadcasting Service. Diakses tanggal 15 March 2014.
- ^ "Purengage: Ini Sebabnya Jokowi Berhasil Jadi "Media Darling"". KOMPAS.com. 8 September 2013.
- ^ a b Hasits, Muhammad (6 February 2014). "Muncul gerakan di Facebook memaksa Jokowi nyapres 2014". Merdeka.com. Diakses tanggal 15 March 2014.
- ^ a b Waskita, Ferdinand (31 October 2013). "Jokowi Masih Merajai Survei Calon Presiden". Tribun News. Diakses tanggal 15 March 2014.
- ^ a b Harahap, Riza (10 Januari 2014). "PDI-P umumkan capres setelah Pemilu Legislatif". Antara. Diakses tanggal 15 March 2014.
- ^ Cochrane, Joe (14 Maret 2014). "Governor of Jakarta Receives His Party's Nod for President". The New York Times. Diakses tanggal 4 Desember 2016.
- ^ Anggriawan, Fiddy (20 September 2012). "Jokowi Kenalkan Adik dan Ibu Kandungnya ke Publik". Okezone.com. Diakses tanggal 29 Maret 2014.
- ^ Wawancara Jokowi di Satu Indonesia (menit ke 18) diakses dari situs archive video q391.ru
- ^ Daryono, Adhi M (26 Mei 2014). "Dihadapan Pimpinan Muhammadiyah, Jokowi Bantah Anti Islam". Metro TV News. Diakses tanggal 6 Desember 2016.
- ^ Anggi Kusumadewi (21 September 2012). "Meski Bukan dari Sekolah Elit, Jokowi Bisa Sukses". VIVA.co.id. Diakses tanggal 29 Maret 2014.
- ^ a b Segu, Vinsensiu (16 Juli 2012). "Dari Bantaran Kali Menuju DKI-1". Inilah.com. Diakses tanggal 29 Maret 2014.
- ^ "Jokowi Kecil, Rumah Digusur, Tiga Kali Pindah Kontrakan". Tribunnews. 21 September 2012. Diakses tanggal 29 Maret 2014.
- ^ Sunaryo, Arie (10 Agustus 2013). "Sejak SMP, Jokowi sudah dikenal pendiam tetapi pintar". Merdeka.com. Diakses tanggal 29 Maret 2014.
- ^ "Gagal Masuk SMA Favorit, Jokowi Sakit Tipus dan Pendiam". Tribunnews. 23 September 2012. Diakses tanggal 29 Maret 2014.
- ^ Samah, Kristin; Susanti, Fransisca Ria (2014). Saya Sujiatmi, Ibunda Jokowi. Gramedia Pustaka Utama. hlm. 43–49. ISBN 9786020304441.
- ^ Indrananto, Cahyadi (2012), Pemimpin Daerah Sebagai Agen: Dramaturgi dalam Komunikasi Politik Wali kota Solo Joko Widodo / Local Leaders as Agents: Dramaturgy on Political Communications of City Mayor Joko Widodo of Solo (abstrak dan PDF lengkap), Tesis Pascasarjana, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia.
- ^ Malik, Candra (30 Januari 2011). "Solo and Yogyakarta Point Way With 'Smart' Public Transportation". Jakarta Globe. Diakses tanggal 3 Desember 2016.
- ^ a b Poer, Blontank (26 Februari 2009). "Surakarta, on its way to being a MICE City". The Jakarta Post. Diakses tanggal 3 Desember 2016.
- ^ _____. Strategi Komunikasi Pemerintah Kota Solo dalam Pemindahan Pedagang Kaki Lima. Diakses dari librari eprint UNDIP pada 19 Maret 2014
- ^ Amarullah, Amril (4 Mei 2010). "PDI-P Menang Telak di Pilkada Solo". VIVA.co.id. Diakses tanggal 6 April 2014.
- ^ "JK Ternyata Yang Minta Jokowi ke Jakarta". Gatra.com. 6 Agustus 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 Agustus 2012. Diakses tanggal 3 Desember 2016.
- ^ Siregar, Zulhidayat (16 Maret 2012). "Dibenarkan, Prabowo Subianto Lobi Megawati untuk Dukung Jokowi". RMOL. Diakses tanggal 23 Oktober 2013.
- ^ Aco, Hasanuddin (12 Maret 2012). "PDI P Dukung Foke Jadi Gubernur DKI". Tribun News. Diakses tanggal 23 Oktober 2013.
- ^ Aziza, Kurnia Sari (17 September 2012). Joewono, Benny N., ed. "Basuki Bangga Dicalonkan Oleh PDI-P dan Gerindra". Kompas. Diakses tanggal 3 Desember 2016.
- ^ Kuwado, Fabian Januarius (1 Juli 2012). Soebijoto, Hertanto, ed. "LSI : Satu atau Dua Putaran, Foke-Nara Menang". Kompas. Diakses tanggal 3 Desember 2016.
- ^ Eko Huda S (19 Maret 2012). "6 Pasang Calon Berebut Kursi DKI 1". Viva.co.id. Diakses tanggal 3 Desember 2016.
- ^ Prima, Adri (3 Juli 2012). Nugraha, Pepih, ed. "Survei LP3ES, Foke-Nara dan Jokowi-Ahok Bertemu di Putaran Kedua". Kompas. Diakses tanggal 3 Desember 2016.
- ^ Jokowi-Ahok Menang di Real Count Versi Panwaslu DKI[pranala nonaktif]
- ^ Sikumbang, Zul (11 Juli 2012). "Hidayat isyaratkan dukung Jokowi". Antara News. Diakses tanggal 3 Desember 2016.
- ^ Suharman, Haryanto (16 September 2012). "Faisal Basri Supporters Move to Jokowi, Survey Reveals". Indonesia Today. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 September 2012. Diakses tanggal 3 Desember 2016.
- ^ a b Permana, Sukma Indah (11 Juli 2012). "Bertemu Hidayat, Jokowi : Ini Silaturahmi dengan Ustad Saya". detikNews. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 Februari 2014. Diakses tanggal 4 Desember 2016.
- ^ Afifah, Riana (13 Juli 2012). Margianto, Heru, ed. "Foke: (Jokowi) Tahu Enggak Nomor Telepon Saya?". Kompas. Diakses tanggal 4 Desember 2016.
- ^ Malau, Ita Lismawati F.; Ferri, Oscar (11 Juli 2012). "Usai Nyoblos, Hidayat Bertemu Jokowi". Vivanews. Diakses tanggal 4 Desember 2016.
- ^ "Setelah Jokowi, Giliran Foke Dekati Hidayat Nur Wahid". Kompas. 14 Juli 2012. Diakses tanggal 4 Desember 2016.
- ^ "Foke optimistis menang di putaran kedua". AntaraNews. 14 Agustus 2012. Diakses tanggal 4 Desember 2016.
- ^ Hidayat, Bagja; Megarani, Amandra; Primartantyo, Ukky (17 Agustus 2012). "PKS Dituding Minta Rp 50 M Untuk Dukung Jokowi". Tempo. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 Desember 2015. Diakses tanggal 4 Desember 2016.
- ^ Muhammad, Djibril (8 Agustus 2012). "Hidayat Minta Jokowi tidak Sebarkan Fitnah Soal Dukungan". Republika. Diakses tanggal 4 Desember 2016.
- ^ Sinaga, Eri Komar (17 Agustus 2012). Widianto, Willy, ed. "Kubu Jokowi Bantah PKS Minta Mahar Rp 50 Miliar". TribunNews. Diakses tanggal 4 Desember 2016.
- ^ Revianur, Aditya (25 Agustus 2012). Wadrianto, Glori K., ed. "Jokowi: Koalisi Rakyat Akan Kalahkan Koalisi Parpol". Kompas. Diakses tanggal 4 Desember 2016.
- ^ "Foke Vs Jokowi, Ruhut: Koalisi Partai Vs Koalisi Rakyat Itu Bohong!". detikNews. 27 Agustus 2012. Diakses tanggal 4 Desember 2016.
- ^ Primartantyo, Ukky (6 September 2012). "Politikus PKS Misbakhun Dukung Jokowi". Tempo. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 Februari 2016. Diakses tanggal 4 Desember 2016.
- ^ Waskita, Ferdinand (6 Agustus 2012). Widianto, Willy, ed. "JK Dukung Jokowi-Ahok, Golkar Pecah?". TribunNews. Diakses tanggal 4 Desember 2016.
- ^ "Indra J. Piliang Secara Bulat Dukung Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama di Putaran Dua". Rakyat Merdeka Online. 15 Juli 2012. Diakses tanggal 4 Desember 2016.
- ^ Hasist, Mohamad (13 September 2012). "Pengakuan blak-blakan adik ipar Foke soal dukungan ke Jokowi". Merdeka.com. Diakses tanggal 4 Desember 2016.
- ^ a b Perdana, M. Andi (12 Agustus 2012). "Sukarelawan Jokowi-Ahok Luncurkan JASMEV". Tempo. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 November 2014. Diakses tanggal 4 Desember 2016.
- ^ a b Widjaya, Ismoko (21 September 2012). "Pasukan Komando "Bawah Tanah" Jokowi-Ahok". VivaNews. Diakses tanggal 4 Desember 2016.
- ^ a b Jokowi-Foke bertarung lewat video klip di YouTube, diakses dari situs MetroTVNews[pranala nonaktif]
- ^ a b Prabowo, Danang Setiaji (3 Oktober 2012). Guna, Anwar Sadat, ed. "Foke-Nara Akui Kekuatan Sosial Media Jokowi-Ahok". TribunNews. Diakses tanggal 4 Desember 2016.
- ^ Ruslan, Heri (1 Agustus 2012). "Kampanye SARA Merebak, Ini Sikap Tim Kampanye Jokowi-Basuki". Republika. Diakses tanggal 4 Desember 2016.
- ^ Waskita, Ferdinand (26 Agustus 2012). Widianto, Willy, ed. "KIMB Laporkan Timses Jokowi ke Panwaslu Soal Kebakaran". TribunNews. Diakses tanggal 4 Desember 2016.
- ^ Teresia, Ananda W. (29 Juli 2012). "Ahok Diserang Akun @cinta8168". Tempo. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 Februari 2016. Diakses tanggal 4 Desember 2016.
- ^ Hermawan, Bayu (8 Agustus 2012). "PKS: Tim Sukses Jokowi Lakukan Black Campaign". Inilah.com. Diakses tanggal 9 Desember 2016.
- ^ Amri, Arfi Bambani; Sukmawati, Nur Eka (14 September 2012). "Survei: Pilkada DKI, Cuma 8% Pilih Berdasar Agama". Vivanews. Diakses tanggal 9 Desember 2016.
- ^ "Survey INES, Jokowi Menangi Putaran Kedua". JPNN. 14 September 2012. Diakses tanggal 9 Desember 2016.
- ^ "PILKADA DKI: Survei Indo Barometer Sebut Jokowi-Ahok Bakal Unggul di Putaran II". Solopos. 13 September 2012. Diakses tanggal 4 Desember 2016.
- ^ Gatra, Sandro (16 September 2012). Margianto, Heru, ed. "Survei LSI-Tempo: Dukungan Foke-Jokowi Seimbang". Kompas. Diakses tanggal 9 Desember 2016.
- ^ Aziza, Kurnia Sari (20 September 2012). Joewono, Benny N, ed. "LSI: Jokowi-Basuki 53,81 persen, Foke-Nara 46,19 persen". Kompas. Diakses tanggal 9 Desember 2016.
- ^ "Jokowi-Ahok win in quick counts". AntaraNews. 20 September 2012. Diakses tanggal 9 Desember 2016.
- ^ "Quick Count Lima TV Sama, Jokowi-Ahok Jawara". JPNN. 11 Juli 2012. Diakses tanggal 9 Desember 2016.
- ^ Sinaga, Eri Komar (25 September 2012). Guna, Anwar Sadat, ed. "Real Count PDI-P Tempatkan Jokowi Pemenang Pilkada DKI". TribunNews. Diakses tanggal 4 Desember 2016.
- ^ Real Count Cyrus Network: Jokowi 54,72 Persen, diakses dari situs Tempo[pranala nonaktif]
- ^ Sinaga, Eri Komar (29 September 2012). Simanjuntak, Johnson, ed. "KPUD: Jokowi-Basuki Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Terpilih". TribunNews. Diakses tanggal 4 Desember 2016.
- ^ "Pengumuman resmi KPUD Jakarta mengenai hasil rekapitulasi suara Pilkada DKI Jakarta Putaran 2". KPUD Jakarta. 29 September 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 Oktober 2012. Diakses tanggal 4 Desember 2016.
- ^ Rahmadi, Dedi (15 Oktober 2012). "10 Janji Jokowi benahi DKI Jakarta". Merdeka.com. Diakses tanggal 4 Desember 2016.
- ^ Prabowo, Danang Setiaji (9 Februari 2014). Sawabi, Gusti, ed. "Warga Jakarta Mulai Ragukan Kinerja Jokowi Atasi Banjir dan Macet". TribunNews. Diakses tanggal 4 Desember 2016.
- ^ Yustiningsih, Rini, ed. (21 September 2012). "JOKOWI MENANG: DPRD Solo Pastikan Tak Halangi Jokowi". Solopos. Diakses tanggal 12 Desember 2016.
- ^ Suhendri, ed. (24 September 2012). "Gamawan: Jika Jokowi Dihalangi, Saya Turun Tangan". TribunNews. Diakses tanggal 13 Desember 2016.
- ^ Pitakasari, Ajeng Ritzki (25 September 2012). "Jokowi Harus Siap Undurkan Diri Sebagai Wali Kota". Republika. Diakses tanggal 13 Desember 2016.
- ^ Firdaus, Febriana (22 September 2012). "Antisipasi Tren Jokowi, DPR Segera Bahas RUU Pemda". Tempo. Diakses tanggal 13 Desember 2016.
- ^ Mulyana, Ade (2 Oktober 2012). "Pelantikan Jokowi Pasti Tertunda, Mendagri Harus Fokus Persiapkan Plt Gubernur". Rakyat Merdeka Online. Diakses tanggal 13 Desember 2016.
- ^ Nina Susilo (7 Oktober 2012). Robert Adhi Ksp, ed. "Pelantikan Jokowi-Basuki 15 Oktober". Kompas. Diakses tanggal 13 Desember 2016.
- ^ Bramantyo (25 September 2012). "Jokowi: Biaya Pelantikan Rp822 Juta Terlalu Tinggi". Okezone. Diakses tanggal 13 Desember 2016.
- ^ Prasetyo, Budi (15 Oktober 2012). "Makan Gratis di Acara Pelantikan Jokowi-Basuki". Yahoo News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 Januari 2013.
- ^ Masruroh, ed. (16 Oktober 2012). "Hari Pertama Kerja, Jokowi Blusukan ke Kampung Kumuh". Centroone. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 Mei 2015.
- ^ Wicaksono, Adi; Hazliansyah (10 November 2012). "Asyik, Jokowi Luncurkan Kartu Jakarta Sehat Hari Ini". Republika. Diakses tanggal 18 Desember 2013.
- ^ Ariwibowo, AA, ed. (1 Desember 2012). "Kartu Jakarta Pintar Diluncurkan". Antara. Diakses tanggal 15 Maret 2014.
- ^ a b Purnamasari, Deti Mega (26 September 2013). "Non-Muslim Ward Chief Stays On". The Jakarta Globe. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 Januari 2014. Diakses tanggal 15 Maret 2014.
- ^ Kurniawan, Hariyanto (29 Desember 2013). "Jakarta Night Festival: Pengaturan Lalu Lintas". Sindonews. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 Januari 2014. Diakses tanggal 15 Maret 2014.
- ^ Desyani, Anggrita (14 Juni 2013). "Jokowi: PRJ di Monas Itu Pesta Rakyat Jakarta". Tempo. Diakses tanggal 22 Maret 2014.
- ^ I Made Asdhiana, ed. (4 Desember 2013). "Festival Keraton Sedunia Digelar di Jakarta". Kompas. Diakses tanggal 15 Maret 2014.
- ^ "'Abused' Indonesian monkeys taken off Jakarta streets". BBC. 22 Oktober 2013. Diakses tanggal 18 Desember 2013.
- ^ a b Kuwado, Fabian Januarius. "Jokowi: Saya Siap Jadi Capres dari PDI-P". Kompas.com. Diakses tanggal 14 March 2014.
- ^ Melani, Agustina (14 March 2014). "Efek Jokowi Beri Tenaga ke Rupiah dan Bursa Saham". Liputan6. Diakses tanggal 15 March 2014.
- ^ RH, Priyambodo (14 March 2014). "Rupiah gains on Jokowi factor". Antara. Diakses tanggal 15 March 2014.
- ^ Dany Sutrisno, Elvan (14 March 2014). "Charta Politika: Deklarasi Jokowi Sebelum Pileg, PDI-P Bisa Tembus 30%". Detik. Diakses tanggal 15 March 2014.
- ^ Saragih, Bagus BT (9 April 2014). "'Jokowi effect' falls flat: Analyst". The Jakarta Post. Diakses tanggal 12 April 2014.
- ^ Amirullah. "Tim Advokasi Jakarta Baru Gugat Jokowi di PN Jakarta Pusat". Tempo.co. Diakses tanggal 5 April 2014.
- ^ Gamawan Fauzi Dipastikan Dapat Izin dari Presiden, Jokowi Tidak Perlu Mengundurkan Diri. Diakses dari situs berita Bengkulu Today pada 9 April 2014
- ^ a b c Jokowi: Cawapres Saya Jusuf Kalla, diakses di situs Kompas pada tanggal 25 Mei 2014
- ^ Jokowi dan JK daftar ke KPU, diakses di situs BBC Indonesia pada tanggal 25 Mei 2014.
- ^ Sindir Jokowi, Prabowo: Jangan Pilih Capres Boneka. Diakses dari situs berita Tempo pada 25 Mei 2014
- ^ a b 5 Kampanye Hitam Jokowi, dari Tak Bisa Wudhu Hingga Dikendalikan Zionis, diakses dari situs Solopos pada 25 Mei 2014.
- ^ Inilah Oei Hong Leong, Sosok yang Sering Dikaitkan dengan Jokowi, diakses dari situs Solopos pada 25 Mei 2014.
- ^ Politisi Gerindra: Kartu Sakti Jokowi Hanya Redam Sementara Dampak Kenaikan Harga BBM. Diakses dari situs berita Kompas pada 19 November 2014
- ^ Anggaran Ketiga Kartu Jokowi Dipertanyakan. Diakses dari situs berita CNN Indonesia pada 19 November 2014
- ^ Anggaran Kartu Sakti Jokowi Sudah Ada di APBN 2014. Diakses dari situs berita MetroTVNews pada 19 November 2014
- ^ Pidato Jokowi Dikritik, Seperti Gadis Mengumbar Aurat. Diakses dari situs JPNN pada 19 November 2014
- ^ Dipuji, Jokowi Berani Pidato Tanpa Teks di Depan 1.500 CEO Dunia. Diakses dari situs berita Kompas pada 19 November 2014
- ^ Wow! Oleh-Oleh dari Jokowi dari APEC. Diakses dari situs Berita Unik Dunia pada 19 November 2014
- ^ Demo BBM, KAMMI Bakar Lambang Partai Pendukung Jokowi. Diakses dari situs berita tribunnews pada 19 November 2014
- ^ Reaksi Jokowi atas Demo Menolak Kenaikan Harga BBM. Diakses dari situs berita Vivanews pada 19 November 2014
- ^ http://www.tempo.co/read/news/2014/11/07/058620218/Alasan-Jokowi-Berani-Naikkan-Harga-BBM
- ^ Jokowi: Tenggelamkan Kapal Pencuri Ikan. Diakses dari situs berita Kompas pada 23 November 2014
- ^ Jokowi Serahkan 1099 Traktor Tangan kepada Petani di Subang. Diakses dari situs berita Kompas pada 3 Januari 2015
- ^ Presiden Jokowi Beberkan Tujuan Program Perhutanan Sosial. dari situs Antara
- ^ Presiden Jokowi Dikecam AS Karena Pidatonya di KAA 2015 Diakses dari situs berita Tribunnews pada 4 Juni 2015
- ^ Presiden Jokowi Ke Lampung Resmikan Tol Trans Sumatera Rp 40 T Diakses dari situs berita Detik pada 4 Juni 2015
- ^ Jokowi Bangun Tol Solo-Kertosono, Gubernur Soekarwo: Masyarakat Bersyukur Betul Diakses dari situs berita Detik pada 4 Juni 2015
- ^ Groundbreaking Pelabuhan Baru Makassar, Jokowi: Kita Harus Kembali Ke Laut Diakses dari situs berita Detik pada 4 Juni 2015
- ^ Presiden Jokowi Resmikan Pelabuhan Teluk Lamong di Surabaya Diakses dari situs berita VOA Indonesia pada 4 Juni 2015
- ^ Indonesia Akhirnya Swasembada Beras, Bawang, Jagung, dan Cabai. dari situs BeritaSatu
- ^ Di Depan Jokowi, Presiden Trump Puji Indonesia Berhasil Bangkit dari Kemiskinan. dari situs TribunNews
- ^ Jokowi Penuhi Janjinya Membangun Pasar di Papua Diakses dari situs berita Kompas pada 4 Juni 2015
- ^ Jokowi Terbitkan Inpres Percepatan Pembangunan Papua. dari situs Republika
- ^ Presiden RI Jokowi Membebaskan Jurnalis Asing Ke Papua Diakses dari situs berita Rakanews pada 4 Juni 2015
- ^ Pimpinan DPR Protes Soal Jokowi Izinkan Jurnalis Asing Ke Papua Diakses dari situs berita Okezone pada 4 Juni 2015
- ^ Jokowi Tanggapi Isu SARA: Semua Keluarga Saya Sudah Naik Haji, diakses di situs Liputan 6 pada 25 Mei 2014.
- ^ a b "Saya Jokowi, Bagian dari Islam yang Rahmatan Lil Alamin", diakses di situs Kompas pada tanggal 25 Mei 2014
- ^ a b Ray Jordan (21 September 2015). "Jokowi: Saya Sebagai Presiden Harus Punya Ideologi Jelas". detikNews. Diakses tanggal 22 September 2015.
- ^ Sedikit Orang Baik di Republik yang Luas Joko Widodo, Wali Kaki Lima Tempointeraktif edisi Luarbiasa Akhir Tahun 2008. Diakses 8 Januari 2009
- ^ Profil Basuki Tjahaja Purnama, diakses dari situs Merdeka.com
- ^ Jokowi Kembali Raih Penghargaan Internasional. Diakses dari situs berita Vivanews pada 19 Maret 2014
- ^ Bintang Jasa Ternyata Bebani Jokowi, diakses dari situs berita Tempo
- ^ Tanda Kehormatan Republik Indonesia, diakses dari situs Sekretariat Negara
- ^ Jokowi Dinobatkan Sebagai 'Wali kota Terbaik Ketiga Dunia'
- ^ Dapat Penghargaan KPK, Jokowi Lupa Berapa Kali Lapor Gratifikasi. Diakses dari situs berita merdeka pada 19 Maret 2014
- ^ 4 Penghargaan untuk Jokowi Selama Jadi Gubernur DKI. Diakses dari situs berita merdeka pada tanggal 19 Maret 2014
- ^ Cochrane, Joe (25 September 2013). "In Indonesia, a Governor at Home on the Streets". The New York Times. Diakses tanggal 15 March 2014.
- ^ Rosadi, Doddy (26 September 2013). "Ketika Media Internasional Memuji Gaya Kepemimpinan Jokowi". Portal KBR. Diakses tanggal 15 March 2014.
- ^ "Ketua DPD Kritik Blusukan Ala Jokowi". JPNN.com. 27 Oktober 2013. Diakses tanggal 15 March 2014.
- ^ Sholeh, Muhammad (19 Desember 2013). "Anies Baswedan sebut blusukan Jokowi cuma pencitraan". Merdeka.com. Diakses tanggal 15 March 2014.
- ^ a b "Menlu Inggris dukung transparansi Jokowi". BBC. 28 Januari 2014. Diakses tanggal 15 March 2014.
- ^ Jordan, Ray (14 Maret 2013). "Transparansi Jokowi, Ini Dia Poster APBD 2013". Detik. Diakses tanggal 15 March 2014.
- ^ Juwari, Ahmad (14 November 2012). "Ini Alasan Jokowi Setuju Rapat Pemprov DKI Ditampilkan di Youtube". Detik. Diakses tanggal 15 March 2014.
- ^ Cara Kampanye Jokowi Patut Ditiru di Pemilu 2014, diakses dari situs Kompas
- ^ Jokowi Copoti Spanduk Saat Kampanye, diakses dari situs Kompas
- ^ Mengapa Jokowi-Ahok Pilih Kemeja Kotak-kotak?, diakses dari situs Kompas
- ^ a b c d e Dana Kampanye Rp 16 Miliar, Ini Reaksi Jokowi, diakses dari situs Tempo
- ^ Schonhardt, Sara (21 May 2013). "The Meteoric Rise Of Joko Widodo". The Global Journal. Diakses tanggal 15 March 2014.
- ^ Prabowo Terganjal HAM, Jokowi Kasus Transjakarta, diakses dari situs tempo pada tanggal 25 Mei 2014.
- ^ Dihujani Kampanye Hitam, Tingkat Kesukaan Terhadap Jokowi Turun, diakses dari situs solopos pada tanggal 25 Mei 2014.
- ^ Ada eks tim sukses Jokowi bermain di Busway berkarat. Diakses dari situs berita tempo.com pada 5 Mei 2014
- ^ Desakan Usut Jokowi Untuk Korupsi Busway. Diakses dari situs berita kompas.com pada 5 Mei 2014
- ^ Jokowi bantah anaknya terima uang busway. Diakses dari situs berita tempo.com pada 5 Mei 2014
- ^ Kesal, Nama Jokowi "Dicokot" Terlibat Transjakarta. Diakses dari situs berita poskota pada 25 Mei 2014
- ^ Jokowi Ingkar Janji Kampanye Pilkada DKI. Diakses dari situs berita Republika pada 5 Mei 2014
- ^ Jokowi: Jika Jadi Presiden, Lebih Mudah Urus Transportasi. Diakses dari situs berita Republika pada 25 Mei 2014
- ^ Warga Jakarta Ragukan Kinerja Jokowi Atasi Banjir dan Macet. Diakses dari situs berita tribunnews.com pada 5 Mei 2014
- ^ Jokowi Biang Banjir Jakarta. Diakses dari situs berita Liputan6.com pada 5 Mei 2014
- ^ Banjir dan Macet Turunkan Elektabilitas Jokowi. Diakses dari situs berita tempo.com pada 5 Mei 2014
- ^ Kemiskinan di Solo naik saat periode Jokowi. Diakses dari situs berita megapolitan.com pada 5 Mei 2014
- ^ Popularitas Jokowi dikarbit media. Diakses dari situs berita kompas.com pada 5 Mei 2014
- ^ Jokowi diuntungkan media. Diakses dari situs berita republika.com pada 5 Mei 2014
- ^ Jokowi naik jet pribadi. Diakses dari situs berita rmolsumsel.com pada 5 Mei 2014
- ^ Kontroversi Mega bisa diulangi Jokowi. Diakses dari situs berita liputan6.com pada 5 Mei 2014
- ^ Tunjuk HM Prasetyo Jadi Jaksa Agung, Komitmen Jokowi Benahi Kejaksaan Diragukan. Diakses dari situs berita Kompas pada 21 November 2014
- ^ Diizinkan Rangkap Jabatan oleh Jokowi, Ini Reaksi Airlangga Hartarto. dari situs Kompas
- ^ Jokowi muncul di soal ujian nasional. Diakses dari situs berita Antara News pada 5 Mei 2014
- ^ Kedatangan Jokowi Ditolak Mahasiswa ITB. Diakses dari situs berita yahoo.com pada 5 Mei 2014
- ^ Jokowi dikecam sebut Soekarno lahir di Blitar. Diakses dari situs berita Fokus Bisnis pada 4 Juni 2015
- ^ Presiden Jokowi Tunda Pengangkatan Budi Gunawan Jadi Kapolri. Diakses dari situs berita metrotvnews pada 16 Februari 2015
- ^ Dilantik Jokowi, Badrodin Haiti Resmi Jadi Kapolri. Diakses dari situs berita Kompas pada 4 Juni 2015
- ^ Mensesneg: Presiden Jokowi Cabut Perpres Uang Muka Mobil Pejabat Diakses dari situs berita Kompas pada 4 Juni 2015
- ^ Jokowi adalah Kita di 21 Cineplex
- ^ Alit Bagus Ariyadi (21 November 2014). "Jadwal Tayang Film Jokowi Adalah Kita Ditunda". 21cineplex.com. Diakses tanggal 22 September 2015.
Pranala luar
Cari tahu mengenai Joko Widodo pada proyek-proyek Wikimedia lainnya: | |
Gambar dan media dari Commons | |
Kutipan dari Wikiquote | |
Teks sumber dari Wikisource | |
Buku dari Wikibuku |
- Joko Widodo di Twitter
- Joko Widodo di Instagram
- Presiden Joko Widodo di Facebook
- (Inggris) The Jakarta Post: Solo’s Mayor keeps his promises
- (Inggris) Interview: Yogyakarta and Surakarta mayors prove good governance sells
- (Indonesia) Joko Widodo di Pemilu.com
- (Indonesia) Suara Merdeka: Wawancara dengan Joko Widodo
Jabatan politik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Susilo Bambang Yudhoyono |
Presiden Indonesia 2014–sekarang |
Petahana |
Didahului oleh: Fauzi Bowo |
Gubernur DKI Jakarta 2012–2014 |
Diteruskan oleh: Basuki Tjahaja Purnama |
Didahului oleh: Slamet Suryanto |
Wali Kota Surakarta 2005–2012 |
Diteruskan oleh: F.X. Hadi Rudyatmo |