Kota Medan

ibu kota Provinsi Sumatera Utara, Indonesia
Revisi sejak 4 Mei 2008 11.02 oleh Borgxbot (bicara | kontrib) (Robot: Cosmetic changes)


Kota Medan (dahulu daerah tingkat II berstatus kotamadya) adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara. . Medan adalah pintu gerbang bagi menuju kota wisata Brastagi di daerah dataran tinggi Karo, objek wisata Orangutan di Bukit Lawang, serta Danau Toba, yang terkenal sebagai tempat wisata.

Kota Medan
Daerah tingkat II
Motto: 
?
Peta
Peta
Kota Medan di Sumatra
Kota Medan
Kota Medan
Peta
Kota Medan di Indonesia
Kota Medan
Kota Medan
Kota Medan (Indonesia)
Koordinat: 3°35′22″N 98°40′26″E / 3.5894°N 98.6739°E / 3.5894; 98.6739
Negara Indonesia
ProvinsiSumatera Utara
Tanggal berdiri1 Juli 1590
Jumlah satuan pemerintahanDaftar
Pemerintahan
 • BupatiAbdillah
Luas
 • Total265,10 km² km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi)
Populasi
 • Total2,036,018
Demografi
 • AgamaIslam, Kristen, Buddha, Hindu
 • BahasaIndonesia, Batak, Jawa, Melayu Medan, Hokkien
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
1275 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon061
Kode Kemendagri12.71 Edit nilai pada Wikidata
Situs webhttp://www.pemkomedan.go.id


Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah barat, timur, dan selatan dan dengan Selat Malaka di sebelah utara. Penduduk asli kota ini adalah orang Karo dan Melayu, tetapi saat ini kota ini merupakan kota multi etnis yang menarik.

Mayoritas penduduk kota Medan sekarang adalah suku Jawa dan Batak, tetapi di kota ini banyak tinggal pula orang keturunan India dan Tionghoa. Komunitas Tionghoa di Medan cukup besar, sekitar 25% jumlah total.

Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah masjid, gereja dan vihara Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh kota. Daerah di sekitar Jalan Zainul Arifin bahkan dikenal sebagai Kampung Keling (Kampung India).

sebuah bandara internasional, Polonia. Bahkan sebentar lagi, kota Medan akan memiliki sebuah bandar udara baru yang bernama Kuala Namu, yang sekarang sedang dalam tahap pengerjaan dan akan rampung pada Oktober 2009 nanti.

Sejarah

Kota Medan berkembang dari sebuah kampung bernama Kampung Medan Putri, yang didirikan oleh Guru Patimpus sekitar tahun 1590-an. Guru Patimpus adalah seorang putra Karo bermarga Sembiring Pelawi dan beristrikan seorang putri Datuk Pulo Brayan. Dalam bahasa Karo, kata "Guru" berarti "Tabib" ataupun "Orang Pintar", kemudian kata "Pa" merupakan sebutan untuk seorang Bapak berdasarkan sifat atau keadaan seseorang, sedangkan kata "Timpus" berarti bundelan, bungkus, atau balut. Dengan demikian, maka nama Guru Patimpus bermakna sebagai seorang Tabib yang memiliki kebiasaan membungkus sesuatu dalam kain yang diselempangkan di badan untuk membawa barang bawaannya. Hal ini dapat diperhatikan pada Monumen Guru Patimpus yang didirikan di sekitar Balai Kota Medan.

Asal-usul nama

Berkas:Tirtanadi Tower.JPG
Menara Tirtanadi, merupakan salah satu maskot kota Medan

Disebabkan letaknya yang berada di Tanah Deli, Kampung Medan juga sering dikenal sebagai Medan-Deli. Lokasi asli Kampung Medan adalah sebuah tempat di mana Sungai Deli bertemu dengan Sungai Babura. Terdapat berbagai kerancuan dari berbagai sumber literatur mengenai asal-usul kata "Medan" itu sendiri. Dari catatan penulis-penulis Portugis yang berasal dari awal abad ke-16, disebutkan bahwa Kota Medan berasal dari nama "Medina", sedangkan dari sumber lainnya menyatakan bahwa Medan Berasal dari bahasa India "Meiden", yang lebih kacau lagi bahwa ada sebagian masyarakat yang menyatakan bahwa disebutkannya kata "Medan" karena kota ini merupakan tempat atau area bertemunya berbagai suku sehingga disebut sebagai medan pertemuan. Adapula yang mengatakan ketika para saudagar arab yang kebetulan melihat tanah medan sekarang mereka mengatakan Median yang berarti datar atau rata, dan memang pada kenyataan nya medan memiliki kontur tanah yang rata mulai pantai belawan sampai ke daerah pancur batu. dan bila dilihat dari ketinggian maka terlihat medan seperti hamparan tanah yang datar

Namun demikian, ada baiknya kita kembalikan pengertian istilah Medan itu sendiri pada tempat yang semestinya. Bila kita menilik dari sumber-sumber sejarah bahwa kota Medan pertama sekali didiami oleh suku Karo, tentunya kata "Medan" itu haruslah berasal dari bahasa Karo.

Dalam salah satu Kamus Karo-Indonesia yang ditulis oleh Darwin Prinst SH: 2002, bahwa Kata "Medan" berarti "menjadi sehat" ataupun "lebih baik". Hal ini memang berdasarkan pada kenyataan bahwa Guru Patimpus benar adanya adalah seorang tabib yang dalam hal ini memiliki keahlian dalam pengobatan tradisional Karo pada masanya.

Medan pertama kali ditempati oleh orang-orang Suku Karo. Hanya setelah penguasa Aceh, Sultan Iskandar Muda, mengirimkan panglimanya, Gocah Pahlawan Bergelar Laksamana Khoja Bintan untuk menjadi wakil Kerajaan Aceh di Tanah Deli, barulah Kerajaan Deli mulai berkembang. Perkembangan ini ikut mendorong pertumbuhan dari segi penduduk maupun kebudayaan Medan. Di masa pemerintahan Sultan Deli kedua, Tuanku Panglima Parunggit (memerintah dari 1669-1698), terjadi sebuah perang kavaleri di Medan. Sejak saat itu, Medan menjadi pembayar upeti kepada Sultan Deli.

Sebelum masa kolonial dan datangnya Belanda

Berkas:Guru Patimpus.jpg
Monumen Guru Patimpus

Di luar Pulau Jawa, Medan merupakan contoh perkembangan kota yang pesat. Medan semula hanya bernama Kampung Medan, terletak di pertemuan sungai Deli dan sungai Babura. Guru Patimpus, seorang Karo mulai merintis pemukiman Medan pada tahun 1590. Tembakau kemudian mengubah Kampung Medan menjadi pusat perdagangan sejak 1642.

John Anderson, seorang pegawai Kerajaan Inggris dari Penang, dalam kunjungannya ke Medan pada tahun 1823 menemukan bahwa Medan saat itu masih merupakan sebuah kampung kecil berpenduduk sekitar 200 orang. Belanda menguasai Tanah Deli sejak tahun 1858, setelah Sultan Ismail, penguasa Kerajaan Siak Sri Indrapura, memberikan beberapa bekas tanah kekuasaannya, Deli, Langkat dan Serdang.

Dibukanya perkebunan tembakau

Medan tidak mengalami perkembangan pesat hingga tahun 1860-an, ketika penguasa-penguasa Belanda mulai membebaskan tanah untuk perkebunan tembakau. Jacob Nienhuys, Van der Falk, dan Elliot, pedagang tembakau asal Belanda memelopori pembukaan kebun tembakau di Tanah Deli. Nienhuys yang sebelumnya berbisnis tembakau di Jawa, pindah ke Deli diajak seorang Arab Surabaya bernama Said Abdullah Bilsagih, Saudara Ipar Sultan Deli, Mahmud Perkasa Alam Deli. Nienhuys pertama kali berkebun tembakau di tanah milik Sultan Deli seluas 4.000 Bahu di Tanjung Spassi, dekat Labuhan. Maret 1864, Nienhuys mengirim contoh tembakau hasil kebunnya ke Rotterdam, Belanda untuk diuji kualitasnya. Ternyata, daun tembakau itu dianggap berkualitas tinggi untuk bahan cerutu. Melambunglah nama Deli di Eropa sebagai penghasil bungkus cerutu terbaik.

Perjanjian tembakau ditandatangani Belanda dengan Sultan Deli pada tahun 1865. Selang dua tahun, Nienhuys bersama Jannsen, P.W. Clemen, dan Cremer mendirikan perusahaan De Deli Maatschappij yang disingkat Deli Mij di Labuhan. Pada tahun 1869, Nienhuys memindahkan kantor pusat Deli Mij dari Labuhan ke Kampung Medan. Kantor baru itu dibangun di pinggir sungai Deli, tepatnya di kantor PTPN II (eks PTPN IX) sekarang. Dengan perpindahan kantor tersebut, Medan dengan cepat menjadi pusat aktivitas pemerintahan dan perdagangan, sekaligus menjadi daerah yang paling mendominasi perkembangan di Indonesia bagian barat. Pesatnya perkembangan perekonomian mengubah Deli menjadi pusat perdagangan yang mahsyur dengan julukan het dollar land alias tanah uang. Mereka kemudian membuka perkebunan baru di daerah Martubung, Sunggal pada tahun 1869, serta sungai Beras dan Klumpang pada tahun 1875.

Seperti yang dituliskan oleh Tengku Luckman Sinar, kuli-kuli perkebunan itu umumnya orang-orang Tionghoa yang didatangkan dari Jawa, Tiongkok, Singapura, atau Malaysia. "Belanda menganggap orang-orang Karo dan Melayu malas serta melawan sehingga tidak dapat dijadikan kuli" tulis Tengku Luckman Sinar dalam bukunya.

Menjadi pusat pemerintahan

Medan yang tumbuh dari kota dagang berkembang sebagai pusat pemerintahan. Pada 1 Maret 1887, ibu kota Karesidenan Sumatera Timur dipindahkan dari Bengkalis ke Medan. Setelah selesainya pembangunan Istana Maimun pada 18 Mei 1891, Sultan Makmun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah memindahkan istananya dari Kampung Bahari, Labuhan. Sejak saat itu, ibu kota Kesultanan Deli resmi pindah ke Medan.

Pada tahun 1907 dibuka bank pertama di Medan, yaitu De Javasche Bank (kini Bank Indonesia. Pada tahun 1915, Medan secara resmi menjadi ibu kota provinsi Sumatra Utara, dan pada tahun 1918 resmi menjadi sebuah kotapraja.

Masa pendudukan Belanda di Tanah Deli berakhir pada 1942, ketika bala tentara Jepang mendarat di tanjung Tiram, Asahan. Di masa pendudukan Jepang, perekonomian rakyat Deli menjadi curat-marut. Masa keemasan Deli pun berakhir, hingga kemudian berkembang lagi di masa kemerdekaan. Tetapi, kemasyuran tembakau Deli yang wangi yang sempat merajai pusat lelang tembakau dunia di Bremen, Jerman, kini tak terdengar lagi. (Majalah Gatra, Edisi Khusus: 2005)

1990-an dan 2000-an

Pada tahun 1998, dari 4 hingga 7 Mei, Medan dilanda kerusuhan besar yang menjadi titik awal kerusuhan-kerusuhan besar yang kemudian terjadi di sepanjang Indonesia, termasuk Peristiwa Mei 1998 di Jakarta seminggu kemudian. Dalam kerusuhan yang terkait dengan gerakan "Reformasi" ini, terjadi pembakaran, perusakan, maupun penjarahan yang tidak dapat dihentikan aparat keamanan.

Saat ini kota Medan telah kembali berseri. Pembangunan sarana dan prasarana umum gencar dilakukan. Meski jumlah jalan-jalan yang rusak, berlobang masih ada, namun jika dibandingkan dahulu, sudah sangat menurun.[butuh rujukan] Kendala klasik yang dihadapi kota modern seperti Medan adalah kemacetan akibat jumlah kenderaan yang meningkat pesat dalam hitungan bulan, tidak mampu diimbangi dengan peningkatan sarana jalan yang memadai.

Pemerintahan

Kota Medan dipimpin oleh seorang walikota, yang saat ini dijabat oleh Abdillah (periode 2005-2010). Wilayah Kota Medan kemudian dibagi lagi menjadi 21 kecamatan dan 151 kelurahan.

Kecamatan-kecamatan tersebut adalah:

Kecamatan

Daftar Walikota Medan

No. Nama Masa jabatan
1 Luat Siregar 3 Oktober 1945 - 10 November 1945
2 M. Yusuf 10 November 1945 - Agustus 1947
3 Djaidin Purba 1 November 1947 - 12 Juli 1952
4 A.M. Jalaludin 12 Juli 1952 - 1 Desember 1954
5 Muda Siregar 6 Desember 1954 - 14 Juni 1958
6 Madja Purba 3 Juli 1958 - 28 Februari 1961
7 Basyrah Lubis 28 Februari 1961 - 30 Oktober 1964
8 P.R. Telaumbanua 10 Oktober 1964 - 28 Februari 1965
9 Aminurrasyid 28 Agustus 1965 - 26 September 1966
10 Sjoerkani 26 September 1966 - 3 Juli 1974
11 A.M. Saleh Arifin 3 Juli 1974 - 31 Maret 1980
12 H.A.S. Rangkuti 1 April 1980 - 31 Maret 1990
13 Bachtiar Djafar 1 April 1990 - 31 Maret 2000
14 Abdillah 1 April 2000 - sekarang

Geografi

Koordinat geografis kota Medan adalah 3º 30' - 3º 43' LU dan 98º 35' - 98º 44' BT. Permukaan tanahnya cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 m di atas permukaan laut.

Kota Medan berbatasan dengan Selat Malaka di sebelah utara, sedangkan di sebelah barat, selatan dan timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. Kota Medan sendiri menjadi kota induk dari beberapa kota satelit di sekitarnya seperti Kota Binjai, Lubuk Pakam, Deli Tua dan Tebing Tinggi.

Luas Kota Medan saat ini adalah 265,10 km². Sebelumnya hingga tahun 1972 Medan hanya mempunyai luas sebesar 51,32 km², namun kemudian diedarkan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1973 yang memperluas wilayah Kota Medan dengan mengintegrasikan sebagian wilayah Kabupaten Deli Serdang.

Sungai

Sedikitnya ada 8 sungai yang melintasi kota ini:

Demografi

Tahun Penduduk
2001 1.926.052
2002 1.963.086
2003 1.993.060
2004 2.006.014
2005 2.036.018

Sumber: BPS Kota Medan

Populasi Medan didominasi beberapa suku: Melayu, Jawa, Batak, dan Tionghoa. Pada tahun 2005, penduduknya berjumlah 2.036.018 jiwa. Pada siang hari, jumlah ini bisa meningkat hingga sekitar 2,5 juta jiwa dengan dihitungnya jumlah penglaju (komuter). Sebagian besar penduduk Medan berasal dari kelompok umur 0-19 dan 20-39 tahun (masing-masing 41% dan 37,8% dari total penduduk).

Kecamatan Medan Deli mempunyai penduduk terbanyak, disusul kecamatan Medan Helvetia dan Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat di kecamatan Medan Baru, Medan Maimun dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi diperoleh di kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area dan Medan Timur. Pada tahun 2004, angka harapan hidup bagi laki-laki adalah 69 tahun sedangkan bagi wanita adalah 71 tahun.

Secara historis, pada tahun 1918 tercatat Medan dihuni 43.826 jiwa. Dari jumlah tersebut, 409 orang berketurunan Eropa, 35.009 berketurunan Indonesia, 8.269 berketurunan Tionghoa, dan 139 lainnya berasal dari ras Timur lainnya.

Yang menarik untuk dikunjungi

 
Mesjid Raya Medan

Ada banyak bangunan-bangunan tua di Medan yang masih menyisakan arsitektur khas Belanda. Contohnya: Gedung Balai Kota lama, Kantor Pos Medan, Menara Air (yang merupakan ikon kota Medan), dan Titi Gantung - sebuah jembatan di atas rel kereta api.

Selain itu, masih ada beberapa bangunan bersejarah, antara lain Istana Maimun, Mesjid Raya Medan, dan juga rumah Tjong A Fie di kawasan Jl. Jend. Ahmad Yani (Kesawan).

Daerah Kesawan yang menyisakan bangunan-bangunan tua (misalnya bangunan PT. London Sumatra) dan ruko-ruko tua seperti yang bisa ditemukan di Penang, Malaysia dan Singapura kini telah disulap menjadi sebuah pusat jajanan makan yang ramai pada malam harinya.

Saat ini Pemerintah Kota Medan merencanakan Medan sebagai Kota Pusat Perbelanjaan dan Makanan. Diharapkan dengan adanya program ini menambah arus kunjungan dan lama tinggal wisatawan ke kota ini.

Di daerah Kesawan ini, terdapat Kantor Notaris/PPAT Hj. Chairani Bustami, S.H. yang merupakan salah satu Notaris tertua di Medan, setelah Alm. A.P. Parlindungan, S.H. Saat ini Hj. Chairani telah pensiun dan aktif mengajar di Universitas Sumatera Utara. Aktivitas kantor ini kemudian digantikan oleh putra-putri beliau yang juga meneruskan profesi orang tuanya sebagai Notaris.

Transportasi

 
Tampak dua becak motor sedang melintas di jalanan Medan.

Keunikan Medan terletak pada becak bermotornya ("becak motor") yang dapat ditemukan hampir di seluruh Medan. Berbeda dengan becak biasa ("becak dayung"), becak motor dapat membawa penumpangnya ke hampir mana pun di dalam kota. Selain becak, dalam kota juga tersedia angkutan umum berbentuk minibus (angkot/"oplet") dan taksi.

Akan tetapi bagi penduduk Medan, sebutan paling khas untuk angkutan umum adalah Sudako. Angkutan umum ini (Sudako) pada awalnya menggunakan minibus Daihatsu S38 dengan mesin 2 tak kapasitas 500cc. Bentuknya merupakan modifikasi dari mobil pick up. Pada bagian belakangnya diletakkan dua buah kursi panjang sehingga penumpang duduk saling berhadapan dan sangat dekat sehingga bersinggungan lutut dengan penumpang di depannya. Ongkosnya pun relatif murah, yaitu Rp 1.000 per 10 km untuk para pelajar, dan Rp 2.500 per km untuk penumpang umum.

Trayek yang pertama kali bagi sudako ini adalah Lin 01, (Lin sama dengan trayek) yang menghubungkan antara daerah Pasar Merah (Jl. HM. Joni), Jl. Amaliun dan terminal Sambu, yang merupakan terminal pusat pertama angkutan penumpang ukuran kecil dan sedang. Saat ini Daihatsu S38 500 cc sudah tidak digunakan lagi karena faktor usia dan berganti dengan mobil-mobil baru seperti Toyota Kijang, Isuzu Panther dan Daihatsu Zebra maupun Espass, yang sering disebut Jumbo, karena memuat penumpang lebih banyak. Istilahnya 68 (maksudnya 6 penumpang duduk di bagian kiri, 8 penumpang duduk di bagian kanan).

Selain itu, masih ada lagi angkutan lainnya yaitu bemo, yang berasal dari India. Beroda 3 dan cukup kuat menanjak dengan membawa 11 penumpang. Bemo kemudian digantikan oleh Bajaj yang juga berasal dari India, yang di Medan dikenal dengan nama Toyoko. Sekarang, Toyoko pun kabarnya akan digantikan dengan kendaraan baru yaitu Kancil.

Kereta api menghubungkan Medan dengan Tanjungpura di sebelah barat laut, Belawan di sebelah utara, dan Binjai-Tebing Tinggi-Pematang Siantar dan Tebing Tinggi-Kisaran-Rantau Prapat di tenggara.

Pelabuhan Belawan terletak sekitar 20 km di utara kota. Bandara Internasional Polonia yang terletak tepat di jantung kota, menghubungkan Medan dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia seperti Banda Aceh , Padang , Pekanbaru , Batam , Palembang , Jakarta , Gunung Sitoli serta Kuala Lumpur, Penang, Ipoh, Alorstar di Malaysia, Singapura, Taipeh di Taiwan. Bahkan, sebentar lagi akan dibuka rute baru ke Madras di India, dan Amsterdam di Belanda oleh sebuah maskapi penerbangan. Sebuah bandara internasional baru di Kuala Namu di kabupaten Deli Serdang sedang dalam pembangunan.

Jalan tol Belmera menghubungkan Medan dengan Belawan dan Tanjung Morawa. Jalan tol Medan-Lubuk Pakam dan Medan-Binjai juga sedang direncanakan pembangunannya.

Kota kembar

Beberapa kota di Asia telah mendorong pembentukan Persatuan Kota Kembar, antara Kota Medan dengan:

Forum ini telah menjadi ajang saling tukar-menukar informasi dan perundingan untuk membincangkan berbagai masalah ekonomi dan perkotaan.

Berbagai kerangka kerjasama antara kota bersaudara, kenyataannya terus berkembang dalam bidang-bidang yang semakin luas, baik sosial maupun pendidikan. Di bidang sosial, misalnya Ichikawa memanfaatkan forum ini untuk membantu pengadaan alat bantu pendengaran untuk melengkapi kemudahan kesehatan Kota Medan. Di bidang pengembangan sumber daya manusia, Ichikawa juga memberikan bantuan latihan bagi Pemerintah Kota Medan dalam bentuk magang, termasuk mengadakan program pertukaran pelajar diantara kedua kota.

Hal yang sama juga berlangsung antara Kota Medan dengan Kota kembar lainnya, baik Kwangju maupun Pulau Pinang. Di bidang perdagangan, forum ini telah menguruskan Pameran Perdagangan Kota Kembar ("Sister City Trade Fair") yang bertaraf internasional, sehingga mampu mendorong pertemuan pengusaha-pengusaha kota masing-masing. Dengan nyata, hal ini mampu mendorong peningkatan perdagangan dan pelaburan di kota masing-masing di samping memberikan kepastian dan perluasan pasaran produk yang dihasilkan. Keberkesanan forum ini juga telah memunculkan minat kota-kota lainnya di Asia seperti Chennai, India untuk memasuki persatuan ini.

Tokoh

Tokoh terkenal yang berasal dari Kota Medan antara lain:

Stasiun televisi

Stasiun televisi yang ada di Kota Medan antara lain adalah TVRI Medan, Deli TV,Space Toon dan DAAI TV saat ini juga telah mengudara dalam masa percobaan siaran televisi Bahana TV.

Karena memiliki nilai berita yang sangat tinggi, seluruh stasiun TV Swasta nasional memiliki koresponden juga biro di kota Medan. Stasiun TV yang mendirikan biro di kota ini adalah Metro TV dan akan menyusul Lativi. Metro TV bahkan secara khusus menempatkan mobil Satelitte News Gathering (SNG) agar dapat bergerak cepat dan realtime dalam menyiarkan berita dari kota Medan.

Pusat perbelanjaan

  • Brastagi Plaza(sebelumnya dikenal dengan nama Mall The Club Store atau "Price Smart")
  • Deli Plaza, Sinar Plaza, Menara Plaza (di-merger menjadi satu dan akan segera direnovasi tahun 2008 dengan nama Deli Grand City)
  • Grand Palladium
  • Hong Kong Plaza - Hotel Soechi
  • Macan Group Macan Yaohan, Macan Syariah, Macan Mart, Macan Mart Syariah
  • Makro
  • Plaza Medan Fair
  • Medan Mall
  • Medan Plaza(Salah satu plaza tertua di Medan. Kendati dekat dengan Plaza Medan Fair namun masih bertahan. Plaza ini berhasil bertahan karena tetap mempertahankan tenant-tenant yang menyediakan beragam barang dan jasa yang ekonomis. Di Plaza ini terdapat grosir besar sepatu dan pakaian yang ekonomis tapi berkualitas)
  • Millenium Plaza (pusat penjualan telepon genggam, dulu bernama Tata Plaza namun akhirnya tutup karena sepi pengunjung. Tahun 1999 Tata Plaza berganti nama menjadi Millenium Plaza. Kali ini berhasil karena plaza ini berani segmented dalam membidik pasar, yakni Pasar Handphone. Millenium Plaza merupakan salah satu pusat penjualan Handphone terbesar dan teramai di luar Pulau Jawa)
  • Perisai Plaza (Sejak tahun 2006 Perisai Plaza mulai tutup pelan-pelan. Banyak tennant dan gerai yang hengkang. HIngga saat ini belum diketahui rencana selanjutnya plaza ini)
  • Sun Plaza(Salah satu Plaza modern di awal era 2000. Menjadi pionir bagi munculnya plaza dan Mal baru di kota Medan)
  • Thamrin Plaza
  • Yuki Pasar Raya
  • Yuki Simpang Raya (sudah ditutup)
  • Yanglim Plaza
  • Olympia Plaza Plaza tertua di Medan, bersebelahan dengan Medan Mall. Namun kini sudah tidak beroperasi sebagai pusat perbelanjaan modern. Olympia Plaza saat ini lebih sebagai tempat grosir pakaian, sepatu dan barang pecah belah.

Pasar

  • Pusat Pasar (Salah satu Pasar tradisional tua di Medan. Sudah ada sejak zaman kolonial. menyediakan beragam kebutuhan pokok dan sayur mayur)
  • Pasar Petisah (Mengalami renovasi sejak tahun 2000. Pemerintah kota menggabungkan pasar tradisional dan pasar modern. Tak heran jika sekarang tampilannya tidak kumuh dan becek seperti pasara tradisional umumnya. Pasar Petisah menjadi acuan berbelanja yang murah dan berkualitas )
  • Pasar Beruang
  • Pasar Simpang Limun Salah satu pasar tradisonal yang cukup tua dan menjadi trade mark kota Medan. Terletak di persimpangan Jalan Sisingamangaraja dan Jalan Sakti Lubis. Saat ini sedang dalam tahap penataan untuk mengatasi kemacetan lalulintas akibat kesibukan pasar ini.

Tempat jajan makanan yang menjadi ikon kota Medan

Terminal

  • Terminal Sambu Salah satu terminal tua di kota Medan.Berada persis di sebelah Pusat Pasar. Sejak zaman Kolonial hingga sekarang terminal ini tetap ramai. Bangunan bergaya kolonial masih bisa dijumpai di sekitar terminal ini. Seperti umumnya terminal di Medan, Terminal Sambu juga terkenal tinggi tingkat kriminalitasnya. Bagi pendatang, harap selalu mewaspadai tindak pencopetan, penodongan, aksi hipnotis, bahkan perampokan jika berada di terminal ini.

Terletak di Kecamatan Sunggal. Terminal ini melayani trayek ke berbagai kota, terutama yang berasal dan ke Nanggroe Aceh Darussalam.

Terletak di kecamatan Medan Amplas. Merupakan terminal terbesar di Medan, dan melayani trayek antar kota dan antar provinsi.

Olah raga

Beberapa klub olah raga yang terdapat di Medan antara lain PSMS Medan (sepak bola), Medan Jaya (sepak bola) dan Angsapura Sania (basket). Gelanggang olah raga yang terdapat di Medan antara lain Stadion Teladan, Stadion Kebun Bunga dan GOR Angsapura.

Lihat pula

Daftar pustaka

  • (Indonesia) Suti, Bayo Medan Menuju Kota Metropolitan (Yayasan Potensi Pengembangan Daerah, Medan, 1979)

Pranala luar