Stasiun Jember

stasiun kereta api di Indonesia

Stasiun Jember (JR) adalah stasiun kereta api kelas besar tipe B yang terletak di Kelurahan Jemberlor, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember, Jawa Timur, pada ketinggian +89 meter. Stasiun ini merupakan stasiun utama di bawah pengelolaan Kereta Api Indonesia Daerah Operasi IX Jember; lokasinya tidak jauh dari Alun-Alun Jember. Stasiun ini juga merupakan salah satu stasiun penting di wilayah Tapal Kuda Jawa Timur. Stasiun ini mulai beroperasi pada tahun 1897, bersamaan dengan pembukaan jalur kereta api Klakah–Jember.

Stasiun Jember

Bagian depan Stasiun Jember pada tahun 2021
Lokasi
Koordinat8°10′4″S 113°42′10″E / 8.16778°S 113.70278°E / -8.16778; 113.70278
Ketinggian+89 m
Operator
Letak
Jumlah peron3 (satu peron sisi yang agak tinggi dan dua peron pulau yang cukup tinggi)
Jumlah jalur8 (jalur 2: sepur lurus)
LayananMutiara Timur, Ranggajati, Wijayakusuma, Logawa, Sri Tanjung, Tawang Alun, Probowangi, dan Pandanwangi
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah
Gaya arsitekturIndische Empire
Informasi lain
Kode stasiun
KlasifikasiBesar tipe B[2]
Sejarah
Dibuka1 Juni 1897[3]
Dibangun kembali2007-2008 dan 2015-2016
Nama sebelumnyaStation Djember
Perusahaan awalStaatsspoorwegen Oosterlijnen
Operasi layanan
Stasiun sebelumnya Layanan lokal/komuter Stasiun berikutnya
Terminus Pandanwangi
Jember–Ketapang, p.p.
Kalisat
menuju Ketapang
Fasilitas dan teknis
FasilitasParkir Parkir sepeda Cetak tiket mandiri Ruang/area tunggu Pemesanan langsung di loket Layanan pelanggan Pusat informasi Musala Toilet Tempat naik/turun Pos kesehatan Tempat bermain anak Galeri ATM Pertokoan/area komersial Ruang menyusui VIP Ruang kerja bersama Isi baterai Area merokok 
Tipe persinyalanMekanik tipe Siemens & Halske semiotomatis[4]
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Ke arah barat stasiun ini, sebelum Stasiun Mangli, terdapat Stasiun Kaliwates yang sudah tidak aktif dan bekas bangunan sudah hampir tidak terlihat. Stasiun Kaliwates dinonaktifkan karena letak yang kurang strategis dan jarak antarstasiun yang tidak terlalu jauh dengan Stasiun Jember.

Sejarah

 
Stasiun Jember sekitar tahun 1927–1929

Jalur kereta api ruas Klakah–Jember dibuka oleh perusahaan kereta api Staatsspoorwegen (SS) pada 1 Juni 1897, dibangun untuk memenuhi kebutuhan pengangkutan komoditas hasil perkebunan, khususnya gula, tembakau, dan karet di sekitar Jember ke Pelabuhan Panarukan yang akan diteruskan ke Rotterdam, Belanda.[3]

Stasiun ini merupakan saksi bisu tragedi gerbong maut Bondowoso. Korban yang meninggal akibat tragedi tersebut diperkirakan sebanyak 46 orang saat pemindahan tahanan dari Bondowoso ke Surabaya.[5][6] Pada saat gerbong berada di bawah terik matahari selama kira-kira 3 jam, tahanan di dalam gerbong maut tersebut mulai meronta-ronta meminta air dan udara untuk bertahan hidup.[7]

Riwayat renovasi

Meskipun bangunan tidak banyak mengalami perubahan secara sekilas, Stasiun Jember sebenarnya sudah mengalami beberapa kali renovasi. Dua terakhir dilakukan pada tahun 2007–2008 dan 2015–2016. Renovasi terakhir dilakukan dengan mengecat ulang kusen pintu dan jendela, mengecat ulang plafon kanopi, memasang penghubung kanopi peron 1 dan 2, serta menambahkan tempat penurunan pengunjung (drop-off zone) di bagian depan stasiun.[8]

Bangunan dan tata letak

 
Peron stasiun arah Surabaya
 
Peron stasiun arah Banyuwangi

Stasiun yang masih menggunakan sistem persinyalan mekanik ini memiliki delapan jalur kereta api dengan jalur 2 merupakan sepur lurus, ditambah satu jalur menuju Depo Lokomotif yang terletak di sebelah barat laut stasiun. Jalur 2 dan 3 digunakan untuk keberangkatan maupun kedatangan kereta api; jalur 1 digunakan juga sebagai jalur keberangkatan maupun kedatangan hanya jika jalur 2 dan/atau 3 ada kereta api; jalur 3–6 untuk parkir, langsir, maupun pencucian dan pengisian air rangkaian kereta api serta parkir dan langsir lokomotif dari dan ke depo lokomotif tersebut; serta jalur 7 dan 8 yang saat ini jarang sekali digunakan. Jalur 1, 3, dan 4 terhubung langsung dengan jalur utama.

Bersama stasiun kereta api lainnya yang dibangun sebelum awal abad ke-20, stasiun ini bergaya Indische Empire dan Neoklasik, yang dicirikan dengan teras depan yang lebar, gevel menonjol, dan kolom-kolom yang dipengaruhi gaya Yunani.[9] Stasiun ini berupa bangunan tunggal sederhana yang memanjang dengan peletakan ruang-ruang secara linier yang sejajar dengan rel sehingga disebut sebagai stasiun satu sisi.[10]

Stasiun ini memiliki tiga peron. Terdapat perbedaan karakter peron yang cukup menonjol pada stasiun ini: peron pertama yang menjadi bagian dari bangunan utama atapnya berbentuk pelana menggunakan struktur pendukung berupa kolom kayu dengan bentuk konstruksi konsol seperti payung, sedangkan peron kedua yang terpisah berupa kanopi memanjang dengan atap berbentuk huruf V (butterfly shed) yang disangga struktur kantilever kolom tunggal dari baja (berbentuk huruf Y). Struktur kanopi ini juga digunakan pada peron Stasiun Jakarta Kota. Atap ketiga yang dibuat pada saat dilakukan renovasi tahun 2016 (pada beranda tempat penurunan pengunjung) memberi kesan modern dan tidak menonjolkan karakter kolonial.[11] Peron ketiga yang sebelumnya terbuka tanpa naungan telah ditambahkan kanopi pada tahun 2019.

Ornamen geveltoppen—hiasan kemuncak atap depan—pada atap hall dan sisi samping stasiun terbuat dari kayu jati, memberikan kesan megah dan anggun bagi bangunan. Dinding stasiun memiliki ketebalan kira-kira 30 cm dan masih merupakan peninggalan kolonial, kecuali ruang PPKA yang hanya memiliki ketebalan 15 cm. Dinding bercat putih dengan lis pada bagian atas jendela stasiun, sedangkan bagian bawahnya dilapisi dengan batu alam di bagian depan serta marmer pada emperan peron jalur 1 untuk mencegah keroposnya dinding saat terjadi banjir. Gevel merupakan letak pintu keberangkatan stasiun, memberikan pusat perhatian, yang dindingnya diberi jendela agar cahaya dapat memasuki stasiun. Jendela krepyak di bagian luar serta pintu dengan desain sederhana, masih terlihat asli.[11]

Stasiun ini kini juga telah dilengkapi papan penunjuk arah untuk menuju ruang/nomor jalur/fasilitas tertentu, penunjuk arah jalur disertai jarak tempuhnya, peron pulau beraspal, dan layar monitor informasi keberangkatan maupun kedatangan kereta api secara waktu nyata yang wujudnya terlihat seperti di bandara. Per tahun 2020, desain papan penunjuk arah jalur telah disesuaikan dengan standar ISO 7001:2007 sehubungan dengan angkutan Natal dan Tahun Baru tahun 2021.[12]

Jalur 8 Jalur badug untuk parkir rangkaian kereta api (jarang digunakan)
Jalur 7 Jalur badug untuk parkir rangkaian kereta api (jarang digunakan)
Jalur 6 Jalur badug untuk parkir rangkaian kereta api
Jalur 5 Jalur badug untuk parkir rangkaian kereta api
Jalur 4 Jalur parkir rangkaian kereta api
Memiliki jalur akses langsung dari dan ke Depo Lokomotif
Jalur 3   Sepur belok utama untuk jalur pemberhentian kereta api →

Jalur parkir rangkaian kereta api

Peron pulau
Jalur 2   Sepur lurus sekaligus jalur utama pemberhentian kereta api →
Peron pulau
Jalur 1   Sepur belok kedua untuk jalur pemberhentian kereta api →
Peron sisi
G Bangunan utama stasiun

Rencana pengembangan stasiun

Pengembangan yang dilakukan berkaitan dengan operasi stasiun ini antara lain perluasan lahan parkir, penambahan area komersial, dan masjid. Selain itu, jalan-jalan di sekitar area stasiun ditata ulang sehingga memudahkan akses transportasi umum dan juga kendaraan pribadi dari dan menuju stasiun. Pengembangan tersebut dilakukan seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penumpang di stasiun ini dari tahun ke tahun.[13]

Ciri khas

Mulai tahun 2018, stasiun ini memiliki ciri khas melodi penyambutan kereta api berupa lagu etnis Madura berjudul "Gelleng Sokoh" yang dimainkan secara instrumental dengan irama musik khas Jember, yaitu musik patrol. Sebelumnya, stasiun ini memiliki ciri khas penyambutan kereta api yang sama sekali tidak dimiliki oleh stasiun-stasiun lain hingga sekitar pertengahan tahun 2015. Ciri khas tersebut berupa bel kedatangan yang berbunyi dua nada seperti yang digunakan pada kereta mainan anak-anak dan lampu sirene kecil berwarna kuning yang terpasang dengan penanda jalur 1 dan 2 di langit-langit kanopi peron. Lampu sirene telah dicopot dan bunyi bel kedatangan sempat diganti dengan melodi keberangkatan seperti yang digunakan pada umumnya di stasiun KA lainnya (bernada "Westminster Quarters")

Layanan kereta api

 
Peron Stasiun Jember, 2017
 
Penanda lokasi stasiun di dekat jalur menuju depo lokomotif, terinspirasi dari stasiun besar Daop II Bandung dan Daop V Purwokerto

Semua kereta api yang melintasi jalur BangilKalisatBanyuwangi/jalur lintas timur Pulau Jawa pasti berhenti di Stasiun Jember. Kereta api penumpang yang berhenti di stasiun ini melayani berbagai jurusan di Jawa, antara lain Surabaya, Banyuwangi, Malang, Yogyakarta, Purwokerto, Cilacap, dan Cirebon. Kereta api yang perjalanannya berawal maupun berakhir di stasiun ini adalah KA Ranggajati, KA Logawa, dan KA Pandanwangi. KA Pandanwangi sendiri merupakan satu-satunya layanan kereta api lokal yang masih beroperasi di Daop IX dengan rute Jember - Ketapang.

Pada semua perjalanan kereta api dari maupun ke arah barat yang melewati Surabaya, terdapat aktivitas perpindahan posisi ataupun pergantian lokomotif di Stasiun Surabaya Gubeng, kecuali KA Probowangi yang perjalanannya memang berawal maupun berakhir di stasiun tersebut dan KA Sri Tanjung yang mana aktivitas tersebut dilakukan di Stasiun Surabaya Kota. Sementara itu, pada perjalanan KA Tawang Alun, aktivitas tersebut dilakukan di Stasiun Bangil.

Antarkota

Jalur Nama kereta api Kelas Tujuan akhir Keterangan
Lintas selatan Jawa Ranggajati Eksekutif dan bisnis Cirebon
Jember
Wijayakusuma Eksekutif dan ekonomi premium Cilacap
Ketapang
Mutiara Timur Eksekutif dan ekonomi Yogyakarta

Dijalankan pada hari tertentu


Ketapang
Logawa Bisnis dan ekonomi Purwokerto
Jember
Sri Tanjung Ekonomi Lempuyangan
Ketapang
Lintas timur Jawa Probowangi Surabaya Gubeng
Ketapang
Tawang Alun Malang Kotalama
Ketapang

Lokal

Nama kereta api Tujuan
Pandanwangi Ketapang
Jember

Galeri

Referensi

  1. ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  2. ^ a b Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020. 
  3. ^ a b Staatsspoorwegen (1921–1932). Verslag der Staatsspoor-en-Tramwegen in Nederlandsch-Indië 1921-1932. Batavia: Burgerlijke Openbare Werken. 
  4. ^ Sugiana, A.; Lee, Key-Seo; Lee, Kang-Soo; Hwang, Kyeong-Hwan; Kwak, Won-Kyu (2015). "Study on Interlocking System in Indonesia" (PDF). Nyeondo Hangugcheoldohaghoe Chungyehagsuldaehoe Nonmunjib (Korean Society for Railway) (46). 
  5. ^ "Kisah 'Gerbong Maut' di Bondowoso...". KOMPAS. Diakses tanggal 17 Mei 2021
  6. ^ "Tragedi Gerbong Maut Bondowoso: 46 Pejuang Republik Tewas Disekap". tirto.id. Diakses tanggal 17 Mei 2021
  7. ^ Kartomihardjo, P.; Saptono, P.; Soekarsono (1986). Monumen Perjuangan Jawa Timur. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 
  8. ^ "Pemugaran Stasiun Jember (2016) | UNIT PUSAT PELESTARIAN DAN DESAIN ARSITEKTUR". Heritage KAI. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-04-09. Diakses tanggal 2021-03-11. 
  9. ^ Handinoto 1999, hlm. 51.
  10. ^ Napitupulu, Reynold Parulian (2015-05-04). "Stasiun Jember". Heritage KAI. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-03-11. Diakses tanggal 2021-03-11. 
  11. ^ a b Meykalinda, Antariksa & Suryasari 2016.
  12. ^ "Sambut Libur Natal dan Tahun Baru, KAI Ubah Signager dan Hadirkan Ornamen Tambahan". beritatrans.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-12-11. 
  13. ^ Hidayatullah, Hayati & Kriswardhana 2017, hlm. 108.

Daftar pustaka

Pranala luar

(Indonesia) Situs resmi PT Kereta Api Indonesia (Persero)

Stasiun sebelumnya   Lintas Kereta Api Indonesia Stasiun berikutnya
Mangli
menuju Bangil
Bangil–Kalisat Arjasa
menuju Kalisat