Zaman Sengoku
Halaman ini sedang dipersiapkan dan dikembangkan sehingga mungkin terjadi perubahan besar. Anda dapat membantu dalam penyuntingan halaman ini. Halaman ini terakhir disunting oleh Abiedestar (Kontrib • Log) 416 hari 1174 menit lalu. Jika Anda melihat halaman ini tidak disunting dalam beberapa hari, mohon hapus templat ini. |
Bagian dari seri artikel mengenai |
Sejarah Jepang |
---|
Zaman Sengoku (戦国時代 , sengoku jidai, zaman negara-negara berperang) (Abad ke-15 - Abad ke-16) adalah salah satu pembagian periode dalam sejarah Jepang yang dimulai sekitar tahun 1493 Peristiwa Meiōnoseihen (pergolakan di dalam klan Ashikaga untuk menentukan pewaris jabatan shogun) sampai shogun ke-15 Ashikaga Yoshiaki ditaklukkan oleh Oda Nobunaga yang menandai akhir zaman Muromachi dan mengawali zaman Azuchi Momoyama. Zaman Sengoku adalah akhir dari zaman Muromachi. Ada juga pendapat yang mengatakan zaman Azuchi Momoyama atau disebut juga zaman Shokuhō (織豊時代 , shokuhō jidai, zaman Oda Nobunaga-Toyotomi Hideyoshi-Akechi Mitsude) sudah dimulai sejak Oda Nobunaga mulai bertugas di Kyoto sebagai pengikut Ashikaga Yoshiaki.
Ringkasan
Selama zaman Sengoku, walaupun Kaisar Jepang secara resmi merupakan penguasa negeri dan seluruh bangsawan telah bersumpah setia kepadanya, Kaisar seringkali hanyalah dianggap sebagai tokoh seremonial, marginal, dan keagamaan yang mendelegasikan kekuasaannya kepada Syogun, seorang bangsawan yang kurang lebih setara dengan seorang general. In the years preceding this era, the shogunate gradually lost influence and control over the daimyōs (local lords). Although the Ashikaga shogunate had retained the structure of the Kamakura shogunate and instituted a warrior government based on the same socio-economic rights and obligations established by the Hōjō with the Jōei Code in 1232,[butuh klarifikasi] it failed to win the loyalty of many daimyō, especially those whose domains were far from the capital, Kyoto. Many of these lords began to fight with each other for control over land and influence over the shogunate. As trade with Ming China grew, the economy developed, and the use of money became widespread as markets and commercial cities appeared. Combined with developments in agriculture and small-scale trading, this led to the desire for greater local autonomy throughout all levels of the social hierarchy. As early as the beginning of the 15th century, the suffering caused by earthquakes and famines often served to trigger armed uprisings by farmers weary of debt and taxes.[butuh rujukan]
Historians most often consider the Ōnin War (1467–1477), a ten-year conflict wrought by political turmoil, to be the trigger for what would come to be known as the Sengoku period. This civil war would clearly exemplify the Ashikaga Shogunate’s waned authority over its shogunal administration, the provincial daimyo and Japan as a whole; thereby a wave of unbridled conflict would spread across Japan and consume the states in an age of war. It is suggested by both scholars and authors that “these succession disputes still might not have led to war were it not for the shōgun’s lack of leadership.”[1][2]
The Ōnin War, which devastated two-thirds of Kyoto, was an event that rippled disarray across Japan.[1] In addition to the military confrontations between separate states, there was also domestic fallout. In contempt of the shogunate, the daimyo who were subjected to remain in Kyoto instead returned to their provinces. Consequentially, some of these daimyo found that their designated retainers or shugodai, representatives of their states appointed in a daimyo’s absence, rose in power either to seize control of the domain or proclaim independence as a separate domain.[2]
Furthermore, weariness of war, socioeconomic unrest and poor aristocratical treatment invoked the wrath of the peasant class. Farmers, craftsmen, merchants and even villages would organize uprisings (known as “ikki”) against the ruling class. An extraordinary example of this can be observed in the Kaga Rebellion, in which the local ikki had staged a large-scale revolt with the support of the True Pure Land sect (thereby establishing the term ikkō ikki) and assumed control of the entire province of Kaga.[2][3]
The period culminated with a series of three warlords – Oda Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi, and Tokugawa Ieyasu – who gradually unified Japan. After Tokugawa Ieyasu's final victory at the siege of Osaka in 1615, Japan settled down into over 200 years of peace under the Tokugawa shogunate.
Garis waktu
Perang Ōnin pada tahun 1467 umumnya dianggap sebagai titik awal zaman Sengoku. Terdapat beberapa peristiwa yang dapat dianggap sebagai akhir zaman sengoku: Masuknya Nobunaga ke Kyoto (1568)[4] atau dibubarkannya Keshogunan Muromachi (1573)[5] atau Nobunaga memasuki Istana Azuchi (1576), Pengesahan Sōbujirei oleh Hideyoshi (ja) yang merupakan aturan yang melarang perang antar klan (1587), Pengepungan Odawara (1590), Pertempuran Sekigahara (1600), dibentuknya Keshogunan Tokugawa (1603), Pengepungan Osaka (1615), atau penindasan Pemberontakan Shimabara (1638).[6][7]
Tahun | Peristiwa |
---|---|
1467 | Dimulainya Perang Ōnin |
1477 | Akhir Perang Ōnin. Kemerdekaan Iga ikki resmi diakui |
1485 | Pemberontakan Yamashiro menghasilkan pembentukan Yamashiro Ikki |
1487 | Pertempuran Magari: Rokkaku Takayori, membantu para ninja Iga dan Kōka ikki dalam mengalahkan Ashikaga Yoshihisa |
1488 | Pemberontakan Kaga membentuk Kaga ikki |
1493 | Hosokawa Masamoto menjadi pimpinan klan dalam Kudeta Meio |
Hōjō Sōun merebut Provinsi Izu | |
Keshogunan Ashikaga menghancurkan Yamashiro ikki | |
1507 | Awal dari Perang Ryo Hosokawa (perselisihan penerus dalam keluarga Hosokawa) |
1520 | Hosokawa Takakuni mengalahkan Hosokawa Sumimoto |
1523 | Tiongkok menghentikan seluruh hubungan dagang dengan Japan dikarenakan konflik |
1531 | Hosokawa Harumoto mengalahkan Hosokawa Takakuni |
1535 | Pertempuran Idano: Pasukan Matsudaira mengalahkan pemberontak Masatoyo |
1543 | Orang Portugis berlabuh di Tanegashima, menjadi orang Eropa pertama yang datang ke Jepang, dan memperkenalkan Senapan sundut ke dalam peperangan Jepang |
1546 | Pengepungan Istana Kawagoe: Hojo Ujiyasu mengalahkan Klan Uesugi dan menjadi penguasa WIlayah Kantō |
1549 | Miyoshi Nagayoshi mengkhianati Hosokawa Harumoto |
Jepang secara resmi mengakhiri pengakuan atas hegemoni kawasan Tiongkok dan membatalkan pemberian upeti lebih lanjut | |
1551 | Insiden Tainei-ji: Sue Harukata mengkhianati Ōuchi Yoshitaka, mengambil alih kendali Honshu Barat |
1554 | perjanjian tripartit antara Takeda, Hōjō dan Imagawa ditanda tangani |
1555 | Pertempuran Itsukushima: Mōri Motonari mengalahkan Sue Harukata dan kemudian menggantikan Ōuchi sebagai daimyo terkemuka di Honshu barat |
1560 | Pertempuran Okehazama: Oda Nobunaga yang kalah jumlah mengalahkan dan membunuh Imagawa Yoshimoto dalam sebuah serangan kejutan |
1561 | Pertempuran Kawanakajima keempat: Pertempuran melegenda antara Takeda Shingen dan Uesugi Kenshin |
Kapal Portugis menggempur Moji atas permintaan Otomo Sorin, yang gagal merebut wilayah tersebut dalam sebuah pengepungan. | |
1562 | Omura Sumitada memeluk agama Kristen, menjadi Daimyo pertama yang menganut agama tersebut. |
1565 | Kapal Portugis dan Jepang milik klan Matsura bentrok pada Pertempuran Teluk Fukuda. |
1568 | Oda Nobunaga bergerak menuju Kyoto, memaksa Matsunaga Danjo Hisahide melepas kendali kota. |
1570 | Pertempuran Anegawa dan awal dari Perang Ishiyama Hongan-ji |
1571 | Nagasaki didirikan sebagai pelabuhan perdagangan bagi para saudagar Portugis, dengan izin dari daimyo Ōmura Sumitada |
1573 | Akhir dari Keshogunan Ashikaga |
1574 | Klan Rokkaku dan Kōka ikki menyerah kepada Oda Nobunaga |
1575 | Pertempuran Nagashino: Oda Nobunaga dan Tokugawa Ieyasu mengalahkan kavaleri klan Takeda dengan taktik senapan sundut inovatif |
1577 | Pertempuran Tedorigawa: Pertempuran besar antara Uesugi Kenshin melawan Oda Nobunaga |
1578 | Kekaisaran menobatkan Oda Nobunaga sebagai Menteri Besar Negara (Daijo daijin) |
1580 | Akhir dari Perang Ishiyama Hongan-ji. Oda Nobunaga menyatukan wilayah Jepang tengah di bawah kekuasaannya |
1581 | Perang Tenshō Iga berakhir dengan hancurnya Iga ikki. |
1582 | Akechi Mitsuhide membunuh Oda Nobunaga pada Insiden Honnoji; Hashiba Hideyoshi mengalahkan Akechi pada Pertempuran Yamazaki |
1583 | Chosokabe Motochika memperluas kekuasaannya ke seluruh Pulau Shikoku |
1584 | Shimazu Yoshihisa menjadi penerus daimyo untuk Wilayah Kyushu |
1585 | Hashiba Hideyoshi diberikan gelar Kampaku, menetapkan otoritas dominannya; Ia diberi nama keluarga Toyotomi setahun setelahnya. |
1587 | Toyotomi Hideyoshi mengumumkan dekrit anti-Kristen yang pertama. |
1590 | Pengepungan Odawara (1590): Toyotomi Hideyoshi mengalahkan klan Hōjō, menyatukan Jepan di bawah kekuasaannya |
1592 | Invasi Korea Pertama |
1597 | Invasi Korea Kedua |
1598 | Toyotomi Hideyoshi meninggal |
1600 | Pertempuran Sekigahara: Pasukan Timur di bawah Tokugawa Ieyasu mengalahkan Pasukan Barat yang terdiri dari loyalis Toyotomi. |
1603 | Tokugawa Ieyasu menyatukan seluruh Jepang di bawah kekuasaannya dan membentuk Keshogunan Tokugawa |
1614 | Agama Katolik secara resmi dilarang dan seluruh penginjil diperintahkan untuk meninggalkan Jepang |
1615 | Siege of Osaka: Oposisi Toyotomi terakhir terhadap Keshogunan Tokugawa ditumpaskan |
Gekokujō
Pergolakan pada zaman Sengoku mengakibatkan semakin melemahnya otoritas pemerintah pusat, dan di seluruh Jepang, penguasa daerah, yang disebut daimyō, bangkit untuk mengisi kekosongan tersebut. Selama peralihan kekuasaan ini, klan-klan besar seperti Takeda dan Imagawa, yang memerintah di bawah kekuasaan bakufu Kamakura dan Muromachi, mampu memperluas wilayah pengaruh mereka. Namun banyak juga yang posisinya terkikis dan akhirnya diambil alih oleh klan yang lebih kuat. Fenomena meritokrasi sosial ini, di mana bawahan yang mampu menolak status quo dan dengan paksa menggulingkan aristokrasi yang dibebaskan, dikenal sebagai gekokujō (下克上 ), yang berarti "yang rendah mengalahkan yang tinggi".[8]
Salah satu contoh dari gekokujo tersebut adalah Hōjō Sōun, yang berasal dari keluarga sederhana dan pada akhirnya menguasai Provinsi Izu di tahun 1493. Melanjutkan pencapaian Sōun, klan Hōjō menjadi kekuatan besar di wilayah Kantō sampai mereka ditundukkan oleh Toyotomi Hideyoshi pada akhir zaman Sengoku. Beberapa contoh terkenal lainnya adalah pergantian kekuasaan dari klan Hosokawa oleh klan Miyoshi, klan Toki oleh klan Saitō, dan klan Shiba oleh klan Oda, yang kemudian digantikan oleh bawahannya, Toyotomi Hideyoshi yang merupakan putra dari seorang petani tanpa nama keluarga.[9]
Kelompok agama yang terorganisasi dengan baik juga memperoleh kekuatan politik saat ini dengan menyatukan para petani dalam perlawanan dan pemberontakan melawan kekuasaan daimyō. Para biksu Buddha dari sekte Buddha Tanah Murni Kebenaran membentuk beberapa Ikkō-ikki, yang paling berhasil yaitu di provinsi Kaga, merdeka selama hampir 100 tahun.
Penyatuan
Setelah hampir satu abad mengalami peperangan dan ketidakstabilan politik, Jepang berada di ambang penyatuan oleh Oda Nobunaga yang muncul dari ketidakjelasan di provinsi Owari (kini Prefektur Aichi) untuk mendominasi Jepang tengah. Pada tahun 1582, ketika berdiam di kuil di Honnō-ji, Oda Nobunaga melakukan seppuku ketika kuil tersebut diinvasi oleh salah satu jenderal Oda, Akechi Mitsuhide, untuk membunuh Oda. Kejadian tersebut membuka kesempatan bagi Toyotomi Hideyoshi untuk memantapkan dirinya sebagai penerus Oda setelah naik pangkat dari ashigaru (prajurit kaki) untuk menjadi salah satu jenderal paling tepercaya Oda. Toyotomi akhirnya mengkonsolidasikan kendalinya atas para daimyō yang tersisa tetapi memerintah sebagai Kampaku (Tetua Kekaisaran) karena statusnya yang lahir dari orang biasa menghalanginya mendapatkan gelar Sei-i Taishōgun. Selama masa kepemimpinannya yang singkat sebagai Kampaku, Toyotomi mencoba menginvasi Korea sebanyak dua kali. Pada percobaan pertama, yang berlangsung dari tahun 1592 sampai 1596, awalnya berjalan sukses namun mengalami kemunduran oleh Angkatan Laut Joseon dan berakhir buntu. Percobaan kedua di mulai di tahun 1597 namun kembali gagal karena Korea, terutama angkatan laut mereka yang dipimpin oleh Laksamana Yi Sun-Sin, telah siap sejak invasi pertama. Di tahun 1598, Toyotomi memerintahkan mundur dari Korea sebelum kematiannya.
Tanpa meninggalkan pewaris tahta yang mumpuni, Jepang kembali masuk ke masa kekacauan politik, dan Tokugawa Ieyasu mengambil kesempatan dari keadaan tersebut.[10]
Di ranjang kematiannya, Toyotomi menunjuk sekelompok bangsawan terkuat di Jepang—Tokugawa, Maeda Toshiie, Ukita Hideie, Uesugi Kagekatsu, dan Mōri Terumoto—untuk memerintah sebagai Dewan Lima Tetua sampai bayi laki-lakinya, Hideyori, mencapai usia dewasa. Perdamaian yang tidak menentu berlangsung hingga kematian Maeda pada tahun 1599. Setelah itu sejumlah tokoh tinggi, terutama Ishida Mitsunari, menuduh Tokugawa tidak setia kepada rezim Toyotomi.
Hal ini memicu krisis yang menyebabkan Pertempuran Sekigahara pada tahun 1600, di mana Tokugawa dan sekutunya mengalahkan pasukan anti-Tokugawa. Umumnya dianggap sebagai konflik besar terakhir pada zaman Sengoku, kemenangan Tokugawa di Sekigahara menjadikannya sebagai kekuatan utama di dalam rezim Toyotomi, sisa-sisa terakhir rezim Toyotomi akhirnya dihancurkan dalam pengepungan Osaka pada tahun 1615.
Tokoh terkenal
Tiga pemersatu Jepang
Lihat juga
- Daftar daimyo dari zaman Sengoku
- Daftar pertempuran Jepang
- Kuda dalam peperangan Asia Timur
- Zaman Negara-negara Berperang – zaman serupa dalam sejarah Tiongkok
- Krisis Abad Ketiga – zaman serupa dalam sejarah Romawi
- Kabukimono
Catatan
Referensi
- ^ a b Streich, Philip. "Ōnin War (1467–1477)." Japan at War: An Encyclopedia, edited by Louis G. Perez, ABC-CLIO, 2013, pp. 296-297. Gale eBooks, link.gale.com/apps/doc/CX2789100191/GVRL?u=psucic&sid=bookmark-GVRL&xid=56a79408. Accessed 21 Mar. 2023.
- ^ a b c Streich, Philip. "Civil Wars, Sengoku Era (1467–1570)." Japan at War: An Encyclopedia, edited by Louis G. Perez, ABC-CLIO, 2013, pp. 53-55. Gale eBooks, link.gale.com/apps/doc/CX2789100045/GVRL?u=psucic&sid=bookmark-GVRL&xid=3f87bd69. Accessed 21 Mar. 2023.
- ^ Thornton, Sybil. "Ikkō Ikki." Japan at War: An Encyclopedia, edited by Louis G. Perez, ABC-CLIO, 2013, pp. 138-140. Gale eBooks, link.gale.com/apps/doc/CX2789100096/GVRL?u=psucic&sid=bookmark-GVRL&xid=b19f37eb. Accessed 21 Mar. 2023.
- ^ Mypaedia 1996.
- ^ Hōfu-shi Rekishi Yōgo-shū.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamajp191129
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamajk061222
- ^ "Sengoku period". Encyclopedia of Japan. Tokyo: Shogakukan. 2012. OCLC 56431036. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-08-25. Diakses tanggal 2012-08-15.
- ^ Turnbull, Stephen (2010). Toyotomi Hideyoshi . Oxford: Osprey Publishing. hlm. 6. ISBN 978-1-84603-960-7.
- ^ "誕". Kokushi Daijiten (dalam bahasa Jepang). Tokyo: Shogakukan. 2012. OCLC 683276033. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-08-25. Diakses tanggal 2012-08-15.
Pranala luar
- Warring-States Japan Battle Dataset – 2,889 pertempuran yang terjadi di Jepang selama zaman Sengoku
- Zaman Sengoku - World History Encyclopedia
- Halaman Samurai Archives Japanese History
- (dalam bahasa Jepang) Sengoku Expo: Japanese Design, Culture in the Age of Civil Wars diadakan di Prefektur Gifu, 2000–2001
- (dalam bahasa Jepang) Daftar Daimyo Sengoku
Didahului oleh: Zaman Nanboku-chō (1334–1392) (Zaman Muromachi) |
Sejarah Jepang Zaman Sengoku 1467–1573 (Zaman Muromachi) |
Diteruskan oleh: Zaman Azuchi–Momoyama 1573–1603 |