Korps Marinir Republik Indonesia

Pasukan Infanteri TNI Angkatan Laut

Korps Marinir TNI Angkatan Laut (atau disingkat Kormar TNI AL) adalah sebuah unit Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut yang menyelenggarakan operasi amfibi, pertahanan pantai, pengamanan pulau terluar, pembinaan potensi maritim, serta pembina kekuatan dan kesiapan operasi satuan Marinir. Kormar RI memiliki kedudukan sebagai Komando Utama Operasi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut dan Komando Utama Pembinaan pada Markas Besar TNI Angkatan Laut. [1]

Korps Marinir TNI AL
Lambang Korps Marinir TNI AL
Aktif15 November 1945
NegaraIndonesia Indonesia
Tipe unitMarinir
PeranPeperangan amfibi
Jumlah personelRahasia
Bagian dariTNI Angkatan Laut
MarkasJakarta Pusat
JulukanHantu Laut
"Baret Ungu"
MotoJalesu Bhumyamca Jayamahe
"Di darat dan di laut kita jaya"
Baret UNGU 
HimneMars:Jalesu Bhumyamca Jayamahe
Hymne:Gagah derap langkah
MaskotKeris Samudera
Pertempuran
Situs webmarinir.tnial.mil.id
Tokoh
KomandanMayor Jenderal TNI (Mar) Widodo Dwi Purwanto
Wakil KomandanBrigadir Jenderal TNI (Mar) Endi Supardi
InspekturBrigadir Jenderal TNI (Mar) Cecep Ruhiat
Komandan Pasukan Marinir 1Brigadir Jenderal TNI (Mar) Hermanto
Komandan Pasukan Marinir 2Brigadir Jenderal TNI (Mar) Suherlan, S.E., M.M., M.Sc., CHRMP.
Komandan Pasukan Marinir 3Brigadir Jenderal TNI (Mar) Y. Rudy Sulistyanto

Korps Marinir dipimpin oleh seorang Komandan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Panglima TNI. Markas Korps Marinir terletak di Jalan Prajurit KKO Usman dan Harun, Kwitang, Jakarta Pusat.[2][3][4][5] Pada saat ini, Korps Marinir terdiri dari tiga divisi, yaitu Pasukan Marinir 1 di Marunda, Cilincing, Jakarta Utara; Pasukan Marinir 2 di Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur; dan Pasukan Marinir 3 di Klaurung, Sorong, Papua Barat.

Sejarah

Awal Pembentukan

Cikal bakal Korps Marinir bermula dari tanggal 15 November 1945, di mana nama Corps Mariniers tercantum dalam Pangkalan IV ALRI Tegal sehingga tanggal ini dijadikan sebagai hari lahir Korps Marinir. Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertahanan No. A/565/1948 pada tanggal 9 Oktober 1948 ditetapkan adanya Korps Komando di dalam jajaran Angkatan Laut. Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL) kembali menggunakan nama Korps Marinir sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Laut No. Skep/1831/XI/1975 tanggal 15 November 1975.[6]

Usai Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945 maka di seluruh pelosok Nusantara terbentuklah Badan-Badan perjuangan yang bertujuan mempertahankan kemerdekaan. Di bidang kelautan, para pejuang laut yang terdiri dari para pemuda pelayaran, nelayan, bekas K.M, Kaigun, Heiho membentuk satuan-satuan di pangkalan seluruh Indonesia seperti Marine Keamanan Rakyat, Tentara Keamanan Rakyat, Corps Marinier, Pasukan Laut dan Korps Keamanan Pantai.

Pada tanggal 15 Nopember 1945 di Pangkalan IV ALRI Tegal tercantum Nama Corps Mariniers yang merupakan cikal bakal terbentuknya Korps Marinir TNI AL. Pada tanggal 9 Oktober 1948 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertahanan Nomor: A/565/1948 ditetapkan adanya Korps Komando di dalam Angkatan Laut sehingga seluruh satuan kelautan tersebut dilebur menjadi Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL). Korps Marinir pada periode perang kemerdekaan merupakan komponen terbesar dalam tubuh ALRI (TNI AL). Hal tersebut disebabkan situasi perjuangan bangsa yang mengharuskan lebih banyak mengadakan kegiatan-kegiatan dan tugastugas operasi di darat dari pada di laut. Khusus untuk Corps Marinier (CM) yang terdapat di Pangkalan IV Tegal mempunyai tujuh (7) batalyon yang bermarkas di Tegal dengan Komandan yang pertama Mayor Agoes Soebekti. Persenjataan dan perlengkapan yang semula bervariasi disempurnakan dengan senjata jenis Johnson dari FN (Belgia). M Pada tahun 1955-1959 KKO-AL mengalami perubahan dalam bidang organisasi. Pembinaan personil dan material pada periode ini juga mengalami kemajuan-kemajuan di antaranya melalui bidang pendidikan.

 
Prajurit Yonmarhanlan VIII Bitung melaksanakan Ziarah ke Makam Letkol Mar (Ant) Arthur Solang di Taman Makam Pahlawan Kairagi Weru, Paal Dua kota Manado, Sulawesi Utara
 
Prajurit Yonmarhanlan VI Makassar melaksanakan Ziarah ke Taman Makam Pahlawan Palopo di Kota Palopo, Sulawesi Selatan.

Pada masa ini KKO-AL menghadapi situasi dan kondisi Trikora, Dwikora dan G.30.S/PKI. Untuk Susunan organisasi terdiri atas Markas Besar KKO-AL Komando Utama KKO-AL, Pastermar, Paskohanmarnas dan Unsur-unsur Pelayanan Kotama. Pada era Orde Baru (1966-1998) terjadi reorganisasi di mana Paskoarma I dan II serta Pasinko dilebur menjadi Paskoarma dengan kekuatan 2 Brigade. Sesuai Renstra Hankam I tahun 1974-1978 bidang TNI-AL, dilaksanakan pula penyederhanaan struktur organisasi KKO-AL yang kemudian diikuti dengan likuidasi Batalyon 6, 8, dan 10 di wilayah Barat (Jakarta) serta Batalyon 7 dan 9 di wilayah Timur (Surabaya). Bagi para anggota dari Batalyon Batalyon yang terkena likuidasi tersebut, sebagian dimasukkan kedalam Batalyon yang masih aktif dan sebagian lagi disalurkan ke dalam Depatransit dan Lembagalembaga pemerintah lainnya di wilayah Barat dan Timur. Pada tahun 1975 terjadilah suatu peristiwa yang penting bagi keberadaan Korps dimana nama Korps Komando Angkatan Laut yang telah digunakan sejak tahun 1950 dikembalikan lagi menjadi Korps Marinir sesuai dengan sejarah lahirnya Korps sejak tahun 1945.

Hal ini berdasarkan Surat Keputusan Kasal No. Skep/1831/XI/1975 tanggal 14 Nopember 1975. Pada tahun 1984 Korps Marinir kembali mengadakan reorganisasi kekuatan. Kekuatan yang dimiliki saat itu adalah 2 Brigade Infanteri Korps Marinir, 1 Resimen Bantuan Tempur Korps Marinir, 1 Resimen Bantuan Administrasi Korps Marinir, 1 Komando Latihan Korps Marinir dan 2 Pangkalan Korps Marinir di Jakarta dan Surabaya. Selanjutnya sebelum era reformasi, kekuatan tersebut ditambah dengan masuknya satuan Detasemen Jala Mangkara dan Rumah Sakit TNI AL Marinir Cilandak sebagai Komando Pelaksana Korps Marinir Pada Era Reformasi (1998), Prajurit-prajurit Korps Marinir tercatat memiliki peran yang cukup besar dalam meredam dan mengeliminasi dampak dari kerusuhan-kerusuhan tersebut. Korps Marinir, bukan saja berhasil dalam menangani dan meredam gerakan dan aksi massa tetapi juga Prajurit-prajurit Korps Marinir telah mampu menjadi bagian penting penyelamat bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara di negeri ini. Demikian juga dalam mengatasi kerusuhan bernuansa SARA yang terjadi di Maluku dan Maluku Utara, Korps Marinir telah mampu menunjukkan dirinya sebagai prajurit profesional. Dengan pendekatan yang persuasif, Prajurit-prajurit Korps Marinir bisa diterima menjadi mediator dan penengah bagi kelompok-kelompok yang bertikai. Bahkan lebih dari itu keberadaan Prajurit-prajurit Korps Marinir di daerah konflik itu mampu menjadi motivator dan dinamisator bagi rekonsiliasi dan perdamaian. Dalam rangka meningkatkan pembinaan dan standardisasi kemampuan tempur pasukan Marinir, Kepala Staf TNI AL mengeluarkan keputusan Nomor. Kep/08/III/2001 tanggal 12 Maret 2001 tentang likuidasi Brigif-1 Marinir, Brigif-2 Marinir, Menbanpurmar dan Menbanminmar selanjutnya membentuk Pasukan Marinir-1 (Pasmar-1) dan Brigade Marinir Berdiri Sendiri (Brigmar BS).

Dengan demikian Satuan-Satuan Komando Pelaksana Korps Marinir terdiri dari Pasukan Marinir-1 di Surabaya, Lanmar Surabaya, Kolatmar di Surabaya, Brigmar BS di Jakarta, Denjaka di Jakarta, Lanmar Jakarta dan Rumkitalmar Cilandak di Jakarta. Kekuatan Pasmar-1 terdiri dari Brigade Infanteri Marinir, Resimen Kavaleri Marinir, Resimen Artileri Marinir, Resimen Bantuan Tempur Marinir, Batalyon Intai Amfibi serta 4 Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan. Sedangkan Kekuatan Brigade Marinir BS terdiri dari 3 Batalyon Infanteri Marinir, Detasemen Bantuan Tempur, Detasemen Kavaleri, Detasemen Artileri, Detasemen Intai Amfibi dan 2 Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan. Pada tahun 2004 terjadi pula reorganisasi kekuatan di tubuh Korps Marinir dengan terbentuknya Pasmar-2 hasil likuidasi Brigmar BS. Kekuatan yang dimiliki Korps Marinir saat itu adalah Pasmar-1 yang membawahi Brigif-1 Marinir, Menkav-1 Marinir, Menart-1 Marinir, Menbanpur-1 Marinir, Yon Taifib-1 Marinir dan 4 Yonmarhanlan. Pasmar-2 yang membawahi Brigif-2 Marinir, Menkav-2 Marinir, Menart-2 Marinir, Menbanpur-2 Marinir, Yon Taifib 2 Marinir dan 4 Yonmarhanlan. Selanjutnya terdapat pula Brigif-3 Marinir yang membawahi Yonif-7, 8 dan 9 Marinir. Komando Pelaksana lain berupa 2 Lanmar Jakarta dan Surabaya, Kolatmar, Denjaka dan Rukitalmar Cilandak. Marinir ke depan Seiring dengan rencana validasi organisasi TNI Angkatan Laut yang akan dikembangkan menjadi Komando Armada RI dengan membawahi 3 Komando Wilayah Laut, maka organisasi Korps Marinir pun akan mengalami validasi dengan adanya pengembangan kekuatan menjadi 3 Pasmar. Validasi yang terjadi di jajaran Korps Marinir adalah Likuidasi Resimen Artileri, Resimen Kavaleri, Resimen Bantuan Tempur Pasmar 2, Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan (Yonmarhanlan) III Jakarta dan Yonmarhanlan V Surabaya, perubahan Yonmarhanlan menjadi Yonif & diregrouping dalam hubungan Brigade Infanteri, pembentukan Dinas Pemeliharaan dan Perbaikan Korps Marinir, Satuan Intai Para Amfibi Korps Marinir dan Detasemen Zeni Korps Marinir.

Korps Marinir pernah Terpisah dari TNI AL

berawal dari dibentuknya Corps Mariniers (CM), cikal bakal Marinir pada 15 November 1945 di Pangkalan IV ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia) Tegal. Corps Mariniers ini dibentuk awalnya sebagai “pendidikan” para pelaut Indonesia yang tergabung di ALRI, agar bisa bertempur di darat dalam keadaan darurat. Kebanyakan, instruktur Corps Mariniers ini berasal dari lulusan sekolah pelayaran. Tapi setidaknya ada satu di antara mereka yang pernah mengenyam pendidikan tempur di darat. Salah satu instruktur yang punya pengalaman pendidikan pertempuran di darat itu adalah Tatang Rusmaja. Seorang jebolan PETA (Pembela Tanah Air). Yang dilatih bukan hanya para personel ALRI dan pemuda asal Tegal, tapi juga dari luar kota. Sebagaimana pasukan ALRI lainnya di berbagai daerah, Corps Mariniers juga pada akhirnya terpaksa ikut bergerilya di darat karena minus alutsista laut. Di tempat-tempat lain, pasukan ALRI ini banyak dikenal sebagai “ALRI Gunung” karena memang lebih sering bertempur di pedalaman hutan dan kaki gunung, ketimbang di laut. Tapi mereka belum termasuk Corps Mariniers karena korps anyar ini baru eksis di Pangkalan IV ALRI di Tegal, belum ada di pangkalan lainnya. Khusus para personel Corps Mariniers asal Pangkalan IV Tegal, sekiranya 25 kali mereka mengirim pasukan ke front Semarang di masa revolusi, untuk ikut Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Angkatan Darat mempersempit gerak pasukan Belanda. Di tengah-tengah masa revolusi, tepatnya pada 17 Maret 1948 sempat terjadi yang namanya “Re-Ra” alias Reorganisasi dan Rasionalisasi. Saat itu karena Corps Mariniers dari Pangkalan Tegal ini sudah banyak pengalaman tempur di darat, maka pemerintah memutuskan untuk memisahkannya dari TNI AL.

Corps Mariniers kemudian dileburkan ke dalam TNI AD Divisi Diponegoro dengan nama Resimen Samudera yang terbagi menjadi lima batalion. Sedangkan tentara laut yang ingin tetap berada di TNI AL, harus mengajukan surat permohonan kepada Menteri Pertahanan dan Panglima Besar Angkatan Perang Mobil. Baru pada 9 Oktober 1948, keluar Surat Keputusan No. A/565/1948 dari Menteri Pertahanan, di mana surat itu menetapkan pembentukan Korps Komando di lingkungan TNI AL. Kendati begitu, penerimaan personelnya baru dilakukan pasca-Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 1949. Seleksi penerimaannya dihelat di Pangkalan Utama Surabaya pasca-diserahkan pada Indonesia sebagai dampak KMB. Sekira 1.200 personel yang terpilih akan jadi Pasukan Amfibi TNI AL.

Tapi setelah ditelisik lebih jauh, ternyata 95 persen dari 1.200 orang yang diterima itu merupakan personel yang dahulunya Corps Mariniers Tegal juga. Dari semua personel Korps Komando Operasi Angkatan Laut (KKO AL) yang tercatat pada 1950, 90 persennya juga mantan Corps Mariniers Pangkalan IV Tegal. Maka dari itu, eksistensi Corps Mariniers yang dibentuk 15 November 1945 seperti yang disebutkan di paragraf-paragraf sebelumnya, bisa dibenarkan merupakan cikal bakal Korps Marinir TNI AL saat ini. Setelah pembentukan KKO TNI AL, para pembesarnya sempat meniatkan satuan khusus ini mengacu pada Korps Marinir Inggris dan Belanda. Kedua negara ini masih menyatukan Korps Marinir dengan Angkatan Laut. Tidak seperti Amerika Serikat yang Korps Marinirnya terpisah dari AL. Namun pada akhirnya, pendidikan angkatan pertama KKO ini diarahkan ke Amerika Serikat, selain juga ke Belanda. Sementara nama Korps Marinir baru kembali dipakai pasca keluar Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Laut No. Skep/1831/XI/1975 pada 15 November 1975.[7]

Kronologis

Tahun 1958, Warna ungu dipakai oleh Korps Marinir (ketika masih bernama KKO-AL) berupa pita sebagai kode pengamanan untuk mengadakan operasi pendaratan di Padang, Sumatra Barat dalam rangka Operasi 17 Agustus, Baret warna ungu untuk pertama kalinya dipergunakan oleh Batalyon-1 KKO-AL dalam Operasi Alugoro di Aceh. Selanjutnya baret tersebut dilengkapi dengan emblem. Pada awalnya emblem Korps Marinir berbentuk segi lima warna merah dengan lambang topi baja Romawi dan dua pedang bersilang ditengahnya. Pemasangan emblem di baret terletak di samping kiri depan. Tahun 1962, Bertepatan dengan HUT yang ke-17 KKO-AL, diadakan perubahan lambang emblem baret Keris Samudera dikelilingi oleh pita dengan tulisan “Jalesu Bhumyamca Jayamahe” dan terdapat tulisan “Korps Komando” di bawahnya. Di antara tulisan Korps dengan Komando terdapat angka 1945 yang menandakan Korps Marinir lahir. Seluruh lambang dan tulisan emblem tersebut terbuat dari kuningan yang beralaskan warna merah segi lima. 1968, Diadakan lagi sedikit perubahan yaitu dengan member garis pinggir “Kuning” dari segi lima merahnya. 1975, Berdasarkan Skep Kasal No. Skep/1831/XI/1975 tanggal 14 Nopember 1975 nama Korps Komando Angkatan Laut (KKO-AL) kembali berubah nama menjadi Korps Marinir sesuai dengan nama lahirnya Korps Marinir sejak tahun 1945. Tahun 1976, Kepala Staf Angkatan Laut mengeluarkan Surat Keputusan No. Skep/2084/X/1976 tanggal 20 Oktober 1976, tentang Perubahan Emblem Korps Marinir. Perubahan tersebut adalah dengan menambah Jangkar sebagai latar belakangnya, pita bertuliskan “Korps Komando” berubah menjadi “Korps Marinir” dan angka “1945” tetap sebagai tanda lahirnya. Emblem tersebut dipasang pada baret dengan ketentuan bahwa tengah-tengah dasar emblem terletak tepat di atas ujung luar kening mata kiri. Sehingga Emblem tersebut secara resmi mulai dipakai tepat pada peringatan HUT ke-31 Korps Marinir tanggal 15 November 1975.

  • Emblem KKO-AL Digunakan tahun 1960-1962 Berdasarkan Skep Komandan KKO AL Tanggal 04 Januari 1961 Nomor Skep: 02/KP/KKO/1961.
  • Emblem KKO-AL Digunakan tahun 1962-1976 Berdasarkan Skep Panglima Komando Tanggal 10 September 1962 Nomor Skep: 5030.6.
  • Emblem KORPS MARINIR Digunakan tahun 1976 - Sekarang Berdasarkan Skep KASAL Tanggal 20 Oktober 1976 Nomor Skep: Skep/2084/X/1976

Peristiwa

 
Pengangkatan jenazah di Lubang Buaya

Struktur Organisasi

Eselon Pimpinan

  1. Komandan Korps Marinir: Mayjen TNI (Mar) Widodo Dwi Purwanto
  2. Wakil Komandan Korps Marinir: Brigjen TNI (Mar) Endi Supardi, S.E., M.Tr. Opsla.

Eselon Pembantu Pimpinan

  1. Inspektur: Brigjen TNI (Mar) Cecep Ruhiat
  2. Inspektur Operasional dan Latihan: Kolonel Mar Nanang Purwoko
  3. Inspektur Umum: Kolonel Mar Encep Wahyu Gumelar, S.E., M.M.
  4. Inspektur Perbendaharaan: Letkol Mar Sunarto
  5. Koordinator Sahli: Kolonel Mar Chaerudin Toyib
  6. Sahli A Bidang Operasi: Kolonel Mar Rudi Harto Marpaung
  7. Sahli B Bidang Latihan: Kolonel Mar Ali Bahar Saragih, S.E.
  8. Sahli C Bidang Menejemen: -
  9. Sahli D Bidang Tekinfomil: Kolonel Mar Benny Leonardo Limbong, S.H.
  10. Sahli E Bidang Kersamil: Kolonel Mar Didiet Hendra Wijaya, M.MP.
  11. Sahli F Bidang Komsos & Potmar: Kolonel Mari Aris Setiawan,S.E.
  12. Asisten Perencanaan dan Anggaran: Kolonel Mar Asril Tanjung
  13. Asisten Intelijen: Kolonel Mar Ena Sulaksana
  14. Asisten Operasi: Kolonel Mar Ahmad Fajar
  15. Asisten Personel: Kolonel Mar Pangestu Widiatmoko, S.E.
  16. Asisten Logistik: Kolonel Mar Tri Subandiyana
  17. Asisten Potensi Maritim: Kolonel Mar Raja Erjan Hari Suwondo Girsang, S,E.
  18. Asisten Komunikasi dan Elektronika: Kolonel Mar Edy Cahyo Sumarno

Eselon Pelayanan

  1. Kepala Koordinator Administrasi: -
  2. Kepala Sekertarian Umum: Letkol Mar Wartono, M.Han.,
  3. Kepala Pusat Komando dan Pengendalian: -
  4. Kepala Akuntansi: Letkol Laut (S) Ferry Rinaldi
  5. Komandan Detasemen Markas: Kolonel Mar Bob Osianto Siregar, S.E.,

Eselon Pelaksana Pusat

  1. Kepala Dinas Informasi dan Pengolahan Data: Kolonel Mar Kristiyono
  2. Kepala Dinas Penerangan: Kolonel Mar Kakung priyambodo
  3. Kepala Dinas Administrasi dan Personel: Kolonel Mar Prasetyo Pinandito, M.M., M.Tr.Hanla.,
  4. Kepala Dinas Hukum: Kolonel Laut (KH) Alim Gunawan, S.H.
  5. Kepala Dinas Kesehatan: Kolonel Laut (K) dr. Sujoko Purnomo, SP.B.
  6. Kepala Dinas Provos: Kolonel Mar Edward Zaldy, M.Tr.(Hanla).
  7. Kepala Dinas Material: Kolonel Mar Agus Taruna Saputra, S.E.
  8. Kepala Dinas Pemeliharaan Material: Kolonel Mar Supriyadi, S.E., M.M.
  9. Kepala Dinas Komunikasi dan Peperangan Elektronika: Kolonel Mar Muhammad Nur R, S.E., M.M., M.Tr.Hanla.
  10. Kepala Keuangan Wilayah: Kolonel Laut (S) Dedy Junaidi, S.A.P.

Eselon Komando Pelaksana Utama

  1. Komandan Pasukan Marinir 1: Brigjen TNI (Mar) Hermanto
  2. Komandan Pasukan Marinir 2: Brigjen TNI (Mar) Suherlan, S.E., M.M., M.Sc., CHRMP.
  3. Komandan Pasukan Marinir 3: Brigjen TNI (Mar) Y. Rudy Sulistyanto

Eselon Komando Pelaksana

  1. Komandan Brigif 4/Marinir: Kolonel Mar Harry Indarto
  2. Komandan Denjaka: Kolonel Mar -
  3. Komandan Komando Latih Marinir: Kolonel Mar I Made Sukada, S.E.
  4. Komandan Pangkalan Marinir Jakarta: Kolonel Mar Nasrudin, S.H., M.Sm., CFRA.
  5. Komandan Pangkalan Marinir Surabaya: Kolonel Mar Idi Rizaldi
  6. Komandan Pangkalan Marininr Sorong: Kolonel Mar Anom Widjaja
  7. Kepala Rumah Sakit Marinir Cilandak: Kolonel Laut (K) Ariyo Sakso Bintoro, SP.U.

Komandan

Saat ini, Korps Marinir di pimpin oleh seorang Komandan yang berpangkat Mayor Jenderal TNI Marinir. Saat ini jabatan Dankormar diduduki oleh Mayjen TNI (Mar.) Widodo Dwi Purwanto.

Warga Kehormatan

Warga kehormatan Korps Marinir merupakan bentuk atau wujud penghargaan Korps Marinir kepada Pemimpin TNI, atas kontribusi dan perhatiannya yang tulus kepada kemajuan dan perkembangan Korps Marinir TNI Angkatan Laut.

Pembagian Satuan

 
RM-70 Grad Korps Marinir

Saat ini kekuatan Korps Marinir TNI AL terbagi menjadi 3 Pasukan Marinir (Pasmar 1) di Jakarta, (Pasmar 2) di Sidoarjo dan (Pasmar 3) di Sorong yang masing-masing dipimpin oleh seorang Komandan Perwira Tinggi Marinir Bintang Satu (Brigjen TNI Marinir). Setiap Pasmar membawahi Brigade Infanteri Marinir (Brigifmar), Resimen Bantuan Tempur Marinir (Menbanpurmar), Resimen Artileri Marinir (Menartmar) dan Resimen Kavaleri Marinir (Menkavmar). Brigade Infanteri Marinir yang ada sekarang 4 Brigade melingkupi 11 Batalyon Infanteri Marinir.
Satuan elit Korps Marinir TNI AL dinamakan Intai Amfibi (Taifib) dan satuan anti-teror TNI Angkatan Laut dinamakan Detasemen Jala Mengkara (Denjaka).

Peralatan berat

Kendaraan Asal Jenis Versi Operasional Catatan
Tank Ringan
PT-76[13]   Rusia Tank Ringan PT-76B[14] 90 Diupgrade dengan meriam Cockerill MK3M kaliber 90mm
Kendaraan Tempur Infanteri
AMX-10P   Prancis IFV AMX-10 PAC 90

AMX-10P MARINE

100
BVP-2   Slowakia IFV BVP-2 40 [15]ditempatkan di Batalyon Pertahanan Udara.
BMP-3F[16]   Rusia IFV BMP-3F 54 Genap 54 unit.[17] Kemungkinan ditambah kembali.
Pengangkut Personel Lapis Baja
BTR-50   Uni Soviet APC BTR-50PK 190
BTR-80   Uni Soviet APC BTR-80A 12[18] Digunakan sebagai bagian dari UNIFIL
BTR-4M[19] Ukraine APC BTR-4M 5 Kemungkinan ditambah kembali.
Kendaraan Tempur Amfibi
PTS   Uni Soviet ATV PTS-M
LVTP-7   Amerika Serikat ATV LVT-P7A1 10 [20] Dimungkinkan ditambah hingga 35 unit
Peluncur Roket Multilaras
RM-70   Czechoslovakia MRL RM-70 Grad 7
Artileri
LG1   Prancis Howitzer LG1 Mark I 20

Peralatan ringan

 
FN Minimi

Referensi

Pranala luar