Kota Makassar
5°9′28.4″S 119°19′14.9″E / 5.157889°S 119.320806°E
Kota Makassar
Ujung Pandang | |
---|---|
Transkripsi bahasa daerah | |
• Lontara Makassar | ᨆᨀᨔᨑ |
• Lontara Bugis | ᨆᨃᨔ |
• Jawi Melayu | ماكاسسار |
Julukan: | |
Motto: Sekali layar terkembang, pantang biduk surut ke pantai Ketika suatu keputusan telah diambil, maka seharusnya tidak ada lagi keragu-raguan | |
Koordinat: 5°07′59″S 119°24′49″E / 5.1331°S 119.4136°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Sulawesi Selatan |
Tanggal berdiri | 9 November 1607 4 Juli 1959[1] |
Dasar hukum | UU No. 29 Tahun 1959[1] |
Hari jadi | 9 November 1607 |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | Mohammad Ramdhan Pomanto |
• Wakil Bupati | Fatmawati Rusdi |
Luas | |
• Total | 175,77 km2 (67,87 sq mi) |
Populasi | |
• Total | 1.571.814 |
• Kepadatan | 8,900/km2 (23,000/sq mi) |
Demografi | |
• Agama | Islam 87,19% Kristen 11,00% - Protestan 8,17% - Katolik 2,83% Buddha 1,27% Hindu 0,14% Konghucu 0,02% Lainnya 0,38%[3] |
• Bahasa | Indonesia, Makassar, Bugis, Toraja, Mandar, Melayu Makassar, Tae, Jawa, Tionghoa |
• IPM | 83,12 (2022) ( Sangat Tinggi )[4] |
Zona waktu | UTC+08:00 (WITA) |
Kode pos | |
Kode BPS | |
Kode area telepon | +62 411 |
Kode ISO 3166 | ID-SN |
Pelat kendaraan | DD xxxx |
Kode Kemendagri | 73.71 |
Kode SNI 7657:2023 | MKS |
APBD | Rp 4.766.440.000.000,00- (2023)[6] |
PAD | Rp 2.360.630.000.000,00- (2023)[6] |
DAU | Rp 1.383.437.987.000,00- (2023) |
DAK | Rp 495.927.815.000,00- (2023) |
Situs web | makassarkota.go.id |
Makassar (Lontara Makassar: ᨀᨚᨈ ᨆᨀᨔᨑ, transliterasi: Kota Mangkasara' , Lontara Makassar: ᨀᨚᨈ ᨍᨘᨇᨉ, transliterasi: Kota Jumpandang; Lontara Bugis: ᨀᨚᨈ ᨆᨃᨔ, transliterasi: Kota Mangkasa' ; Lontara Bugis: ᨀᨚᨈ ᨍᨘᨄᨉ, transliterasi: Kota Juppandang) adalah ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Sebelumnya, kota yang sejak 1971 hingga 1999 dikenal secara resmi sebagai Ujung Pandang[1] ini merupakan kota terbesar di wilayah Indonesia Timur dan pusat kota terbesar ketujuh di Indonesia dari jumlah penduduk setelah Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, dan Palembang.[7][8][9] Kota ini terletak di pesisir barat daya pulau Sulawesi, menghadap Selat Makassar. Sebagian besar penduduk yang mendiami kota ini adalah Suku Makassar atau Tu Mangkasaraʼ dan Suku Bugis atau To Ugi'.
Menurut Bappenas, Makassar adalah salah satu dari empat pusat pertumbuhan utama di Indonesia, bersama dengan Medan, Jakarta, dan Surabaya.[10][11] Dengan memiliki wilayah seluas 175,77 km² dan jumlah penduduk lebih dari 1,4 juta jiwa, kota ini berada di urutan ketujuh kota terbesar di Indonesia dari jumlah penduduk setelah Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Semarang, dan Palembang.[9][12][13] Makanan khas Makassar yang umum dijumpai di pelosok kota adalah Coto Makassar, Roti Maros, Jalangkote, Bassang, Kue Tori, Pallu butung, Pisang Ijo, Sop Saudara dan Sop Konro.
Sejarah
Raja Gowa ke-9 Tumaparisi Kallonna (1510-1546) diperkirakan adalah tokoh pertama yang benar-benar mengembangkan kota Makassar.[14] Ia memindahkan pusat kerajaan dari pedalaman ke tepi pantai, mendirikan benteng di muara Sungai Jeneberang, serta mengangkat seorang syahbandar untuk mengatur perdagangan.[14]
Pada abad ke-16 hingga abad ke-17, Makassar menjadi pusat perdagangan yang dominan di Indonesia Timur, sekaligus menjadi salah satu kota terbesar di Asia Tenggara. Raja-raja Makassar menerapkan kebijakan perdagangan bebas yang ketat, di mana seluruh pengunjung ke Makassar berhak melakukan perniagaan di sana dan menolak upaya VOC (Belanda) untuk memperoleh hak monopoli di kota tersebut.
Selain itu, sikap yang toleran terhadap agama berarti bahwa meskipun Islam semakin menjadi agama yang utama di wilayah tersebut, pemeluk agama Kristen dan kepercayaan lainnya masih tetap dapat berdagang di Makassar. Hal ini menyebabkan Makassar menjadi pusat yang penting bagi orang-orang Melayu yang bekerja dalam perdagangan di Kepulauan Maluku dan juga menjadi markas yang penting bagi pedagang-pedagang dari Eropa dan Arab. Semua keistimewaan ini tidak terlepas dari kebijaksanaan Raja Gowa-Tallo yang memerintah saat itu (Sultan Alauddin, Raja Gowa, dan Sultan Awalul Islam, Raja Tallo).
Kontrol penguasa Makassar semakin menurun seiring semakin kuatnya pengaruh Belanda di wilayah tersebut dan menguatnya politik monopoli perdagangan rempah-rempah yang diterapkan Belanda melalui VOC. Pada tahun 1669, Belanda, bersama dengan La Tenri Tatta Arung Palakka dan beberapa kerajaan sekutu Belanda Melakukan penyerangan terhadap kerajaan Islam Gowa-Tallo yang mereka anggap sebagai Batu Penghalang terbesar untuk menguasai rempah-rempah di Indonesia timur. Setelah berperang habis-habisan mempertahankan kerajaan melawan beberapa koalisi kerajaan yang dipimpin oleh belanda, akhirnya Gowa-Tallo (Makassar) terdesak dan dengan terpaksa menanda tangani Perjanjian Bongaya.
Meningkatnya penghuni kota di Indonesia, maka timbul kebutuhan untuk menerapkan pembentukan Kotapraja seperti yang berlaku di Negeri Belanda. Kebutuhan nampak dalam peraturan desentralisasi tahun 1903 yang memungkinkan terbentuknya Kotapraja (Gemeente) setelah tahun 1905.
Realisasi dari keinginan pembentukan pemerintahan Kotapraja itu akhirnya berhasil diwujudkan. Makassar pada waktu itu merupakan pelabuhan terpenting di kawasan timur Indonesia yang juga ibu kota Gouvernement Celebes en Onderhoorigheden dan akhirnya mendapat kedudukan sebagai daerah Kotapraja (gemeente) pada tahun 1906.
Menurut catatan sejarah, cikal bakal lahirnya Kota Makassar berawal dari 1 April 1906. Saat itu pemerintah Hindia Belanda membentuk dewan pemerintahan Gemeentee di Kampung Baru, yang terletak di kawasan Pantai Losari dan Benteng Fort Rotterdam. Kawasan ini yang berkembang menjadi kota Makassar hingga kini disebut hari kebudayaan makassar, sebelumnya merupakan hari jadi Kotamadya Ujung Pandang.[15][16]
Nama Makassar sendiri sempat diganti menjadi Ujung Pandang di masa pemerintahan Orde Baru, tepatnya pada 31 Agustus 1971. Meski begitu, sebutan Ujung Pandang sudah dikenal sejak tahun 1950-an.
Usaha perluasan wilayah pemerintahan Kotamadya Makassar akhirnya berhasil dapat diwujudkan pada tahun 1971, dari luas wilayah 21 km² menjadi 175 km² berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1971 tanggal 1 September 1971. Perluasan wilayah ini diikuti pula dengan perubahan nama Kotamadya Makassar menjadi Kotamadya Ujung Pandang.
Perlu diketahui bahwa perubahan nama Kotamadya, Makassar menjadi Kotamadya Ujung Pandang yang berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1971 itu, sesungguhnya pada tahun 1964 oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotong Royong Kotapraja Makassar telah disetujui pergantian nama Kotapraja Makassar menjadi Kotapraja Ujung Pandang yang dituangkan dalam Surat Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotong Royong Kotapraja Makassar Nomor 29/DPRD-GR tanggal 24 September 1964.
Nama Kota Ujung Pandang yang diresmikan pemakaiannya pada tanggal 14 September 1971, berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 1971 yang dinyatakan berlaku tanggal 1 September 1971, merupakan perubahan nama dari Kota Makassar yang telah diperluas.
Dengan perubahan nama Makassar menjadi Ujung Pandang telah mendapat tanggapan dari berbagai tokoh tokoh masyarakat di Sulawesi Selatan. Salah satu tanggapan mengenai pengembalian nama Makassar, pada tanggal 17 Juli 1976 diajukan petisi yang ditandatangani oleh Prof. Dr. A. Zainal Abidin Farid S. H., Dr. Mattulada, dan Drs. H. Dg Mangemba, tiga budayawan terkemuka Makassar menuntut pengembalian nama Makassar. Usaha-usaha pengembalian nama Makassar terus bergulir, pada tanggal 21 Agustus 1995, Walikotamadya Ujung Pandang, H. Malik B. Masry, SE, MS mengadakan seminar yang hasil rekomendasi untuk pengembalian nama Kota Makassar.
Selanjutnya pada tanggal 21 Agustus 1999 diterbitkan Keputusan Pimpinan Dewan perwakilan Rakyat Daerah Kotamadya Ujung Pandang Nomor 05/Pim/DPRD/VIII/1999 yang memuat persetujuan DPRD Kotamadya Ujung Pandang atas rencana perubahan nama Ujung Pandang menjadi Makassar yang diusulkan oleh Walikota Drs. H. Baso Amiruddin Maula, S.H, M.Si. Akhirnya pada tanggal 13 Oktober 1999, diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 1999 yang menetapkan pengembalian nama Kotamadya Ujung Pandang menjadi Kota Makassar dalam wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.[17]
Geografi
Makassar adalah Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan, yang terletak di bagian Selatan Pulau Sulawesi yang dahulu disebut Ujung Pandang, terletak antara 119º24’17’38” Bujur Timur dan 5º8’6’19” Lintang Selatan yang berbatasan sebelah Utara dengan Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Kecamatan Liukang Tupabiring), sebelah Timur Kabupaten Maros (Kecamatan Mocongloe) dan Kabupaten Gowa (Kecamatan Pattallassang), sebelah selatan Kabupaten Gowa (Kecamatan Somba Opu dan Barombong) dan Kabupaten Takalar (Kecamatan Galesong Utara), serta sebelah Barat dengan Selat Makassar. Kota Makassar memiliki topografi dengan kemiringan lahan 0-2°(datar) dan kemiringan lahan 3-15° (bergelombang). Luas Wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 km persegi.
Kota Makassar adalah kota yang terletak dekat dengan pantai yang membentang sepanjang koridor barat dan utara dan juga dikenal sebagai “Waterfront City” yang di dalamnya mengalir beberapa sungai seperti Sungai Tallo, Sungai Jeneberang, dan Sungai Pampang) yang kesemuanya bermuara ke dalam kota. Kota Makassar merupakan hamparan daratan rendah yang berada pada ketinggian antara 0-25 meter dari permukaan laut.[18]
Batas wilayah
Secara administratif, batas wilayah Kota Makassar adalah sebagai berikut:
Utara | Kabupaten Maros dan Pangkajene dan Kepulauan |
Timur | Kabupaten Maros dan Kabupaten Gowa |
Selatan | Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar |
Barat | Selat Makassar |
Letak Kota Makassar adalah di bagian selatan dari Pulau Sulawesi. Perkembangan wilayah Kota Makassar dimulai di sepanjang pesisir pantai yang berada di antara dua sungai besar, yaitu sungai Jeneberang dan sungai Tallo. Perbatasan Makassar bagian utara merupakan pedalaman yang didiami suku Bugis sedangkan perbatasan selatan didiami oleh suku Makassar. Perkembangan kota Makassar sebagai kota perdagangan dan kota pelabuhan ditunjang oleh wilayah utara. Wilayah pedalaman membawa komoditas sumber daya alam ke Makassar untuk dijual ke pasar. Bagian barat dari kota Makassar adalah selat Makassar dan terdapat sejumlah pulau kecil.
Pulau-pulau ini digunakan sebagai penunjang perkembangan kota, yakni sebagai pelindung dan memenuhi kebutuhan kota Makassar. Keberadaan pulau-pulau kecil digunakan sebagai pencegah gangguan badai dan ombak yang mengganggu perahu atau kapal-kapal yang melakukan perdagangan di pelabuhan Makassar. Masyarakat kota Makassar di pulau-pulau kecil ini sebagian besar dihuni oleh orang-orang suku Makassar yang mata pencahariannya berhubungan dengan laut.[19]
Iklim
Kota Makassar memiliki kondisi iklim tropis yang bertipe iklim tropis muson (Am), hal tersebut ditandai dengan kontrasnya jumlah rata-rata curah hujan di musim penghujan dan musim kemarau. Musim hujan biasanya berlangsung sejak bulan November hingga bulan Maret dan musim kemarau berlangsung dari bulan Mei hingga bulan September. Wilayah Kota Makassar memiliki suhu udara rata-rata berkisar antara 26,°C sampai dengan 29 °C. Rata-rata curah hujan per tahun di wilayah ini berkisar antara 2700–3200 milimeter.
Data iklim Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bulan | Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Agt | Sep | Okt | Nov | Des | Tahun |
Rekor tertinggi °C (°F) | 37 (99) |
32 (90) |
36 (97) |
38 (100) |
41 (106) |
42 (108) |
39 (102) |
37 (99) |
37 (99) |
38 (100) |
37 (99) |
35 (95) |
42 (108) |
Rata-rata tertinggi °C (°F) | 30.7 (87.3) |
31 (88) |
31.3 (88.3) |
32 (90) |
32.1 (89.8) |
32.5 (90.5) |
33.4 (92.1) |
34.3 (93.7) |
34.8 (94.6) |
34.6 (94.3) |
33.5 (92.3) |
31.3 (88.3) |
32.63 (90.77) |
Rata-rata harian °C (°F) | 26.9 (80.4) |
26.9 (80.4) |
27.3 (81.1) |
27.8 (82) |
27.8 (82) |
27.7 (81.9) |
27.1 (80.8) |
27.2 (81) |
28 (82) |
28.1 (82.6) |
28.1 (82.6) |
27.1 (80.8) |
27.5 (81.47) |
Rata-rata terendah °C (°F) | 23.2 (73.8) |
22.7 (72.9) |
23.3 (73.9) |
23.6 (74.5) |
23.4 (74.1) |
22.9 (73.2) |
21.7 (71.1) |
20.1 (68.2) |
21.2 (70.2) |
21.7 (71.1) |
22.7 (72.9) |
23 (73) |
22.46 (72.41) |
Rekor terendah °C (°F) | 20 (68) |
21 (70) |
21 (70) |
17 (63) |
20 (68) |
18 (64) |
17 (63) |
17 (63) |
19 (66) |
19 (66) |
20 (68) |
21 (70) |
17 (63) |
Presipitasi mm (inci) | 694 (27.32) |
554 (21.81) |
370 (14.57) |
213 (8.39) |
86 (3.39) |
60 (2.36) |
35 (1.38) |
10 (0.39) |
24 (0.94) |
73 (2.87) |
226 (8.9) |
649 (25.55) |
2.994 (117,87) |
Rata-rata hari hujan | 22 | 19 | 15 | 11 | 6 | 5 | 3 | 1 | 2 | 5 | 12 | 21 | 122 |
% kelembapan | 88 | 86 | 85 | 83 | 81 | 79 | 74 | 68 | 66 | 71 | 80 | 87 | 79 |
Rata-rata sinar matahari harian | 3.7 | 4.5 | 6.4 | 7.3 | 7.8 | 7.9 | 8.4 | 9.1 | 8.7 | 7.8 | 5.6 | 4.9 | 6.84 |
Sumber #1: Climate-Data.org[20] & Weatherbase[21] | |||||||||||||
Sumber #2: Weather2travel[22] & BMKG[23] |
Pemerintahan
Wali Kota
No | Wali Kota | Mulai Menjabat | Akhir Jabatan | Prd. | Wakil Wali Kota | |
---|---|---|---|---|---|---|
Ir. H. Mohammad Ramdhan Pomanto |
Dewan Perwakilan
Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Makassar sejak pembentukannya pada tahun 1952.
Golongan/Partai Politik | Jumlah Kursi dalam Periode | ||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1952–1955 | 1955–1959 | 1959–1961a[24] | 1961–1966b | 1966–1971b | 1971–1977 | 1977–1982[25] | 1982–1987[26] | 1987–1992[27] | 1992–1997[28] | 1997–1999[29] | 1999–2004[30] | 2004–2009[31] | 2009–2014 | 2014–2019[32][33][34][35] | 2019–2024[36] | ||
Buruh | (baru) 1 | ||||||||||||||||
Pemuda Demokrat | (baru) 1 | ||||||||||||||||
PKR | 4 | ||||||||||||||||
PIR | 1 | ||||||||||||||||
PSI | 0 | ||||||||||||||||
LIM | 2 | ||||||||||||||||
LISS | 2 | ||||||||||||||||
Parkindo | 2 | 1 | |||||||||||||||
Masyumi | 7 | ||||||||||||||||
Parindra | 1 | ||||||||||||||||
Katolik | 0 | 1 | |||||||||||||||
PSII | 1 | 2 | |||||||||||||||
0 | 7 | ||||||||||||||||
(baru) 3 | |||||||||||||||||
Perti | 0 | 0 | 1 | ||||||||||||||
PKB | (baru) 1 | 0 | 0 | 0 | 1 | ||||||||||||
Gerindra | (baru) 3 | 5 | 5 | ||||||||||||||
PDI-P | (baru) 5 | 4 | 2 | 4 | 6 | ||||||||||||
Golkar (termasuk Golongan Karya Non Partai) | (baru) | 17 | 19 | 18 | 22 | 22 | 22 | 16 | 11 | 8 | 5 | ||||||
NasDem | (baru) 5 | 6 | |||||||||||||||
Berkarya | (baru) 1 | ||||||||||||||||
PKS (termasuk PK) | (baru) 1 | 5 | 5 | 5 | 5 | ||||||||||||
Perindo | (baru) 2 | ||||||||||||||||
PPP | (baru) 13 | 13 | 10 | 4 | 6 | 5 | 3 | 5 | 5 | ||||||||
PAN | (baru) 2 | 5 | 5 | 4 | 5 | ||||||||||||
Hanura | (baru) 3 | 5 | 3 | ||||||||||||||
Demokrat | (baru) 4 | 9 | 7 | 6 | |||||||||||||
PBB | (baru) 2 | 0 | 1 | 1 | 0 | ||||||||||||
PKPI (termasuk PKP) | (baru) 1 | 1 | 1 | 1 | 0 | ||||||||||||
PDK (termasuk PPDK) | (baru) 5 | 5 | |||||||||||||||
PDS | (baru) 0 | 1 | |||||||||||||||
PBR | (baru) 0 | 1 | |||||||||||||||
PDI | (baru) 1 | 1 | 4 | 5 | 0 | ||||||||||||
ABRI | 8 | 6 | 6 | 9 | 9 | 5 | 5 | ||||||||||
Golongan Nasionalis (Fusi PNI, Murba, dan Partindo) | (baru) | ||||||||||||||||
Golongan Islam (Fusi PSII, Perti, dan NU) | (baru) | ||||||||||||||||
Golongan Kristen (Fusi Parkindo dan Partai Katolik) | (baru) | ||||||||||||||||
PKI (termasuk Golongan Komunis) | 0 | 1 | |||||||||||||||
Non ABRI/Sipil/Madani | 3 | 2 | |||||||||||||||
Jumlah Anggota | 25 | 35 | 40 | 39 | 40 | 45 | 45 | 36 | 45 | 45 | 50 | 50 | 50 | ||||
Jumlah Golongan/Partai | 10 | 8 | 4 | 5 | 4 | 4 | 9 | 8 | 13 | 11 | 12 | ||||||
Keterangan: aDPRD Kotapraja Makassar bPeriode ini merupakan periode DPRD Gotong Royong (DPRD-GR) implikasi dari dikeluarkannya Dekrit Presiden Republik Indonesia 1959. |
Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Makassar dalam tiga periode terakhir.
Partai Politik | Jumlah Kursi dalam Periode | |||
---|---|---|---|---|
2014–2019 | 2019–2024 | 2024–2029 | ||
PKB | 0 | 1 | 5 | |
Gerindra | 5 | 5 | 6 | |
PDI-P | 4 | 6 | 5 | |
Golkar | 8 | 5 | 6 | |
NasDem | (baru) 5 | 6 | 8 | |
PKS | 5 | 5 | 6 | |
Hanura | 5 | 3 | 2 | |
PAN | 4 | 5 | 3 | |
PBB | 1 | 0 | 0 | |
Demokrat | 7 | 6 | 3 | |
Perindo | (baru) 2 | 1 | ||
PPP | 5 | 5 | 5 | |
Berkarya | (baru) 1 | |||
PKPI | 1 | 0 | ||
Jumlah Anggota | 50 | 50 | 50 | |
Jumlah Partai | 11 | 12 | 11 |
Kecamatan
Kota Makassar terdiri dari 15 kecamatan dan 153 kelurahan. Pada tahun 2017, jumlah penduduk sebesar 1.663.479 jiwa dengan luas wilayah 199,26 km² dan tingkat kepadatan penduduk sebesar 8.348 jiwa/km².[37][38]
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Makassar, adalah sebagai berikut:
Kode Kemendagri |
Kecamatan | Jumlah Kelurahan |
Daftar Kelurahan |
---|---|---|---|
73.71.11 | Biringkanaya | 11 | |
73.71.06 | Bontoala | 12 | |
73.71.15 | Kepulauan Sangkarrang | 3 | |
73.71.03 | Makassar | 14 | |
73.71.02 | Mamajang | 13 | |
73.71.12 | Manggala | 8 | |
73.71.01 | Mariso | 9 | |
73.71.09 | Panakkukang | 11 | |
73.71.13 | Rappocini | 11 | |
73.71.07 | Tallo | 15 | |
73.71.14 | Tamalanrea | 8 | |
73.71.10 | Tamalate | 11 | |
73.71.04 | Ujung Pandang | 10 | |
73.71.08 | Ujung Tanah | 9 | |
73.71.05 | Wajo | 8 | |
TOTAL | 153 |
Demografi
Penduduk
Makassar merupakan kota yang multi etnis Penduduk Makassar kebanyakan dari Suku Makassar dan Suku Bugis, sisanya berasal dari Toraja, Mandar, Buton, Tionghoa, Jawa dan sebagainya.
Tahun | 1971 | 1980 | 1990 | 2000 | 2010 | 2021 |
---|---|---|---|---|---|---|
Jumlah penduduk | 434.766 | 708.465 | 944.372 | 1.130.384 | 1.338.663 | 1.427.619 |
Agama
Masyarakat kota Makassar menganut agama yang beragam, dengan mayoritas bergama Islam. Data pada Sensus Penduduk Indonesia 2010 mencatat, penduduk Makassar yang beragama Islam sebanyak 87,19%. Selanjutnya penduduk yang menganut agama Kekristenan sebanyak 11%, dengan rincian Protestan sebanyak 8,17%, dan katolik sebanyak 2,83%. Penganut agama Buddha sebanyak 1,27%, kemudian Hindu sebanyak 0,14%. Selebihnya sebanyak 0,40%, termasuk agama Konghucu, dan aliran kepercayaan.[3]
Bahasa
Bahasa resmi instansi pemerintahan di Kota Makassar adalah bahasa Indonesia. Menurut Statistik Kebahasaan 2019 oleh Badan Bahasa, terdapat tiga bahasa daerah di Kota Makassar,[39] yaitu bahasa Makassar, bahasa Bugis, dan bahasa Toraja.[40] Bahasa mayoritas yang dituturkan oleh masyarakat di kota Makassar adalah Bahasa Melayu Makassar yang banyak menyerap unsur-unsur bahasa Sulawesi Selatan yang dituturkan oleh sebagian besar masyarakat kota ini. Bisa dikatakan bahasa Melayu Makassar ini menjadi bahasa ibu bagi generasi yang lahir diatas tahun 1990-an, yang umum digunakan dalam pergaulan sehari-hari. Bahasa ini juga dituturkan diseluruh wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara dan sebagian wilayah Sulawesi tengah. Ciri khas bahasa ini adalah dengan adanya penggunaan kata ji, mi, ko, ja atau beberapa tambahan kata yang lain pada kalimat yang digunakan yang mana spesifik menujukkan kalimat perintah atau kata kerja yang hanya dipahami oleh orang di kota Makassar atau pendatang yang sudah menetap lama di kota ini.
Transportasi
Udara
Kota Makassar mempunyai sebuah bandara internasional, Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin yang pada tanggal 26 September 2008 diresmikan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono yang menandakan mulai pada saat itu Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin beroperasi secara penuh di mana sebelumnya telah beroperasi tetapi hanya sebagian. Bandara Hasanuddin juga memiliki taksi khusus Bandara dengan harga yang bervariasi sesuai dengan region dari daerah yang dituju serta shuttle bus khusus yang melayani jalur dari dan ke bandara baru. Bahkan banyak taksi-taksi yang gelap yang juga menawarkan jasa kepada penumpang yang baru tiba di Makassar. Pada tahun 2009 diharapkan landasan pacu yang baru telah rampung dan bisa digunakan.[41]
Darat
Pete-pete adalah sebutan angkot di Makassar dan sekitarnya.[42] Pete-pete merah adalah angkot yang berasal dari Kabupaten Gowa dan melayani pengangkutan antar kota, sedangkan pete-pete biru adalah angkot yang berasal dari Kota Makassar itu sendiri dan hanya melayani pengangkutan di wilayah Makassar saja. Sarana transportasi darat lain seperti bus, taksi, becak, bentor, dan ojek online juga tersedia di Makassar.
Laut
Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar, Soekarno-Hatta menjadi nama pelabuhan, khususnya pelabuhan untuk kapal penumpang dan terminal penumpang. Pelabuhan ini dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia IV (Pelindo IV). Di area pelabuhan penumpang ini terdapat Masjid Babussalam. Masjid ini diresmikan Presiden Megawati, berbarengan dengan peresmian Terminal Petikemas Makassar, pada 21 Juli 2001. Sementara di kawasan ujung utara pelabuhan, atau ujung jalan Nusantara, terdapat awal Jalan Tol Reformasi (tol lingkar Makassar) yang menghubungkan kawasan pelabuhan dengan pusat kota. Jalan tol yang hanya sepanjang 3,1 km ini dikelola oleh PT Nusantara Infrastructure Tbk. Perusahaan milik Bosowa Group ini juga jadi pengelola jalan tol Bintaro-Bumi Serpong Damai (Jakarta/Tangerang).
Paotere adalah suatu pelabuhan perahu yang terletak di Kecamatan Ujung Tanah, Makassar. Pelabuhan yang berjarak ± 5 km (± 30 menit) dari pusat Kota Makassar ini merupakan salah satu pelabuhan rakyat warisan tempo doeloe yang masih bertahan dan merupakan bukti peninggalan Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo sejak abad ke-14 sewaktu memberangkatkan sekitar 200 armada Perahu Pinisi ke Malaka. Pelabuhan Paotere sekarang ini masih dipakai sebagai pelabuhan perahu-perahu rakyat seperti Pinisi dan Lambo dan juga menjadi pusat niaga nelayan.
Ekonomi
Laju pertumbuhan ekonomi Kota Makassar berada di peringkat paling tinggi di Indonesia. Dalam lima tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Makassar di atas 9%. Bahkan pada tahun 2008, pertumbuhan ekonomi Kota Makassar mencapai angka 10,83%. Pesatnya pertumbuhan ekonomi saat itu, bersamaan dengan gencarnya pembangunan infrastruktur yang mendorong perputaran ekonomi, seperti pembangunan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, jalan tol dan sarana bermain kelas dunia Trans Studio di Kawasan Kota Mandiri Tanjung Bunga.[43]
Pada triwulan II tahun 2019 saja, Makassar mendapatkan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) masing-masing sebesar Rp601,1 Miliar dan Rp 1 Trilliun. Penanaman Modal ini diserap 5 sektor yaitu sektor pertambangan dengan nilai paling besar yaitu Rp484,3 Miliar diikuti oleh sektor industri mineral non logal sebesar Rp377,1 Miliar, jasa lainnya sebesar Rp169,2 Miliar, sektor listrik, gas & air sebesar Rp164,7 Miliar dan sektor industri makanan sebesar Rp100,7 Miliar.[44]
Selain investasi yang relatif besar, Makassar juga berhasil menciptakan usaha-usaha yang mengharumkan nama bangsa seperti PT CEPAT DAN BERSIH INDONESIA (QnC Laundry) yang berhasil membawa nama Indonesia ke panggung internasional melalui sebuah kompetisi laundry internasional di Milan pada tahun 2018 yang diadakan CINET, sebuah komite internasional untuk pemeliharaan tekstil.[45] Ada juga produk terkenal dari Makassar yang banyak orang tidak tahu berasal dari Makassar yaitu Minyak Tawon yang bisa dijadikan minyak gosok, pijat dan urut. Minyak tawon ini dapat ditemukan di pusat oleh-oleh seperti Jalan Somba Opu.[46] Ada juga Bugis Waterpark yang telah buka sejak tahun 2012 dan Jamesons Hardware Supermarket yang sudah menjamur ke seluruh Indonesia juga berasal dari Makassar.
Pendidikan
Data Badan Pusat Statistik Makassar mencatat jumlah Sekolah Dasar di kota ini sebanyak 473, kemudian jenjang Sekolah Menengah Pertama sebanyak 225, dan Sekolah Menengah Atas sederajat sebanyak 134.[47] Sementara, Angka Partisipasi Murni (APM) siswa setiap jenjang pada tahun 2022, tingkat SD sebanyak 99,62%, tingkat SMP sebanyak 83,05%,dan tingkat SMA sebanyak 59,64%, jumlah partisipasi SMA menurun dibanding tahun 2021, yakni 60%.[48]
Untuk jenjang perguruan tinggi, beberapa diantaranya yakni: Universitas Hasanuddin, Universitas Negeri Makassar, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Universitas Muhammadiyah Makassar, Universitas Muslim Indonesia, Universitas Fajar, Universitas Cokroaminoto, Universitas Atma Jaya Makassar, Universitas Kristen Indonesia Paulus, Universitas Bosowa Makassar, Universitas Pancasakti, Universitas Islam Makassar, Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar, Politeknik Kesehatan Makassar, Politeknik Negeri Ujung Pandang, Politeknik ATI Makassar, STKIP YPUP Makassar, Universitas Patria Artha, Universitas Pejuang Republik Indonesia, Universitas Sawerigading, Universitas Indonesia Timur Makassar, Universitas Teknologi Sulawesi, Universitas Karya Dharma, Universitas Pepabri, dan lainnya.[49]
Pendidikan formal | SD atau MI negeri dan swasta | SMP atau MTs negeri dan swasta | SMA, MA, SMK negeri dan swasta | Perguruan tinggi | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Jumlah satuan | 473 | 225 | 134 | 110 | ||||||||
Data sekolah di Kota Makassar T.A 2022 Sumber:[47] |
Kesehatan
Pariwisata
Tempat wisata
Makassar modern memiliki banyak tempat wisata yang digunakan untuk keperluan hiburan masyarakat Makassar maupun bagi wisatawan yang berasal dari kota maupun negara lain. Beberapa di antaranya yang paling digemari maayarakat makassar adalah:
- Pantai Losari
- Fort Rotterdam, merupakan salah satu benteng di Sulawesi Selatan yang boleh dianggap megah dan menawan. Benteng ini merupakan peninggalan sejarah Kesultanan Gowa, Kesultanan ini pernah berjaya sekitar abad ke-17 dengan ibu kota Makassar. Kesultanan ini sebenarnya memiliki 17 buah benteng yang mengitari seluruh ibu kota. Hanya saja, Benteng Fort Rotterdam merupakan benteng paling megah di antara benteng benteng lainnya dan keasliannya masih terpelihara hingga kini.
- Pantai Akarena
- Pulau Lae-Lae
- Pulau Khayangan
- Pulau Samalona
- Pantai Barombong
- Makam Raja-Raja Tallo
- Pelabuhan Paotere
- Taman Makam Pahlawan
- Trans Studio Mall (Indoor Theme Park terbesar di Indonesia)
- Desa Wisata Delta Lakkang
- Benteng Panyua, Dinding benteng ini kukuh menjulang setinggi 5 meter dengan tebal dinding sekitar 2 meter, dengan pintu utama berukuran kecil. Jika dilihat dari udara benteng ini berbentuk segi lima seperti penyu yang hendak masuk ke dalam pantai. Karena benteng ini bentuknya mirip penyu, kadang juga benteng ini juga dinamakan Benteng Panynyua (Penyu). Benteng ini mempunyai 5 Bastion, yaitu bangunan yang lebih kukuh dan posisinya lebih tinggi di setiap sudut benteng yang biasanya ditempatkan kanon atau meriam di atasnya.
Seni Budaya
- Atraksi permainan tradisional "Ma'raga", Adalah pertunjukan permainan bola raga yang dipindahkan dari kaki ke kaki atau ke tangan, pertunjukan ini dimainkan dengan suka cita. Para pemain menggunakan pakaian adat seperti passapu dan sarung, biasanya dimainkan oleh 6 orang pemain. Pertunjukan ini akan semakin menarik ketika para pemain mulai saling menopang hingga semakin tinggi dan tetap lihai memainkan bola dan tidak terjatuh ke tanah.
- Atraksi permainan rakyat "Mappadendang".
- Tarian magis "Pepe-pepeki ri Makka".
- Tarian ritual Bissu "Ma'giri".
- Pemain gendang "Gandrang Bulo".
- Tarian-tarian tradisional seperti Tari Pakarena.
Kota Kembar
Lihat Pula
Referensi
- ^ a b c "Pembentukan Daerah-Daerah Otonom di Indonesia s/d Tahun 2014" (PDF). www.otda.kemendagri.go.id. hlm. 25. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 12 Juli 2019. Diakses tanggal 31 Oktober 2021.
- ^ a b "Kota Makassar Dalam Angka 2022" (pdf). 25 Februari 2022. hlm. 9, 97. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-07. Diakses tanggal 7 September 2022.
- ^ a b "Penduduk Menurut KWilayah dan Agama Yang Dianut di Kota Makassar". www.sp2010.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-24. Diakses tanggal 7 September 2022.
- ^ "Metode Baru Indeks Pembangunan Manusia 2021-2022". www.bps.go.id. Diakses tanggal 11 Agustus 2023.
- ^ Ainun, Nur (4 Februari 2023). "Kode Provinsi Sulawesi Selatan Lengkap 24 Kabupaten/Kota". www.detik.com. Diakses tanggal 10 Agustus 2023.
- ^ a b Tim redaksi djpk.kemenkeu.go.id (2023). "APBD Tahun Anggaran 2023 Kota Makassar". djpk.kemenkeu.go.id. Diakses tanggal 10 Agustus 2023.
- ^ Ministry of Internal Affairs: Registration Book for Area Code and Data of 2013 Diarsipkan 2017-08-28 di Wayback Machine.
- ^ "Daftar 10 Kota Terbesar di Indonesia menurut Jumlah Populasi Penduduk". 16 September 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-17. Diakses tanggal 2016-03-30.
- ^ a b "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-05. Diakses tanggal 2023-02-24.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-07-05. Diakses tanggal 2019-05-16.
- ^ "Geografi untuk SMA/MA kelas XII, Amir Khosim, S.Pd dan Kun Marlina Lubis". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-26. Diakses tanggal 2019-05-16.
- ^ Kementrian Dalam Negeri:"Data jumlah penduduk dan luas wilayah" dalam Buku Induk Kode dan Data Wilayah 2013 Diarsipkan 2017-08-28 di Wayback Machine.
- ^ "Sepuluh kota berpenduduk terbesar di Indonesia". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-17. Diakses tanggal 2016-03-30.
- ^ a b Poelinggomang 2002, hlm. 22-23.
- ^ Pranata, Aan (1-4-2019). "1 April Jadi Hari Kebudayaan Makassar, Ini Alasannya". IDN Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-28. Diakses tanggal 28-8-2021.
- ^ "Namanya makassar, kata petisi itu" . Tempo.co. 31-12-1977. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-19. Diakses tanggal 19-07-2021.
- ^ Pranata, Aan (1-3-2023). "Mengapa Ujung Pandang Menjadi Makassar? Simak Ulasannya!". makassarkota. Archived from the original on 2023-03-28. Diakses tanggal 28-8-2021.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-30. Diakses tanggal 2020-08-25.
- ^ Kaunang, I.R.B, Haliadi, dan Rabani, L.O. (2016). Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi (PDF). Jakarta: Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 16. ISBN 978-602-1289-43-3. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2021-04-21. Diakses tanggal 2021-02-10.
- ^ "Makassar, Indonesia". Climate-Data.org. Diakses tanggal 21 Agustus 2020.
- ^ "MAKASSAR, INDONESIA". Weatherbase. Diakses tanggal 22 Agustus 2020.
- ^ "Makassar Climate Guide". Weather2travel. Diakses tanggal 21 Agustus 2020.
- ^ "Buku Peta Rata-Rata Curah Hujan Dan Hari Hujan Periode 1991-2020 Indonesia" (PDF). BMKG. hlm. 85 & 150. Diakses tanggal 21 Oktober 2024.
- ^ Pemerintahan Republik Indonesia (1959). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1959 (pdf) (dalam bahasa Indonesia). Jakarta: Pemerintahan Republik Indonesia.
- ^ Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Selatan (1981). Sulawesi Selatan Dalam Angka 1981 (pdf) (dalam bahasa Indonesia). Ujung Pandang: Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Selatan. hlm. 24.
- ^ Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Selatan (1982). Sulawesi Selatan Dalam Angka 1982 (pdf) (dalam bahasa Indonesia). Ujung Pandang: Kantor Sensus & Statistik Propinsi Sulawesi Selatan. hlm. 35.
- ^ Lembaga Pemilihan Umum RI (1988). Pemilihan Umum 1987 (Volume 5) (pdf) (dalam bahasa Indonesia). Jakarta: Lembaga Pemilihan Umum. hlm. 218.
- ^ Lembaga Pemilihan Umum RI (1994). Pemilihan Umum 1992 Dari Daerah Ke Daerah (pdf) (dalam bahasa Indonesia). Jakarta: Lembaga Pemilihan Umum. hlm. 448.
- ^ Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan (2002). Sulawesi Selatan Dalam Angka 2002 (pdf) (dalam bahasa Indonesia). Makassar: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan. hlm. 22.
- ^ Haris, Syamsuddin (2005). Pemilu Langsung Di Tengah Oligarki Partai (Proses Nominasi dan Seleksi Calon Legislatif Pemilu 2004) (pdf) (dalam bahasa Indonesia). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm. 248. ISBN 979-22-1695-2.
- ^ Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan (2004). Sulawesi Selatan Dalam Angka 2004-2005 (pdf) (dalam bahasa Indonesia). Makassar: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan. hlm. 23–27.
- ^ Berita Bulukumba: [1] Diarsipkan 2016-10-12 di Wayback Machine., diakses 16 Juni 2016
- ^ KPU RI: [2][pranala nonaktif permanen], diakses 16 Juni 2016
- ^ ZAILANI, Akhmad. Wajah Parlemen Daerah di Indonesia. Jakarta: Sultan Pustaka, 2015. ISBN 219-42-5470-8]
- ^ Kemendagri: [3] Diarsipkan 2016-08-09 di Wayback Machine., diakses 17 Juni 2016
- ^ Perolehan Kursi DPRD Kota Makassar 2019-2024
- ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019.
- ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020.
- ^ Statistik Kebahasaan 2019. Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan. 2019. hlm. 11. ISBN 9786028449182. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-04-30. Diakses tanggal 2020-05-24.
- ^ "Bahasa di Provinsi Sulawesi Selatan". Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-13. Diakses tanggal 23 Mei 2020.
- ^ "Hasanuddin Airport". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-04-06. Diakses tanggal 2008-03-27.
- ^ "Kenapa Angkot Makassar Disebut Pete-Pete". sulsel.idntimes.com. Diakses tanggal 11 Agustus 2023.
- ^ ""Makassar Serap Investasi Besar"". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-07-28. Diakses tanggal 2020-07-28.
- ^ Agus, Rustam; Ristyaningrum, Andini (2019-07-31). Ristyaningrum, Andini; Agus, Rustam, ed. "5 Sektor Ini Serap Investasi Terbesar di Sulsel". Bisnis.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-07-28. Diakses tanggal 2020-07-28.
- ^ Ali, Muhammad Fadhly. "QnC Laundry Makassar Ikuti Kompetisi Laundri Dunia di Milan". Tribunnews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-07-28. Diakses tanggal 2020-07-28.
- ^ Kabarmakassar.com (2018-09-06). Nurdiarsih, Fadjriah; Hida, Ramdania El; Mahbub, Harun, ed. "Minyak Tawon Jadi Oleh-Oleh Wajib dari Makassar". Liputan6.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-07-28. Diakses tanggal 2020-07-28.
- ^ a b "Jumlah Sekolah SD, SMP, SMA". makassarkota.bps.go.id. Diakses tanggal 11 Agustus 2023.
- ^ "Angka Partisipasi Murni APM Menurut Jenjang Pendidikan". makassarkota.bps.go.id. Diakses tanggal 11 Agustus 2023.
- ^ "19 Universitas Terbaik di Kota Makassar Versi Lembaga UniRank 2022". makassar.terkini.id. Diakses tanggal 11 Agustus 2023.
- ^ "(Pakistan, Indonesia agree to declare Peshawar, Makassar as sister cities)". PPI - Pakistan Press International. 2008-05-29. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-28. Diakses tanggal 2013-10-14.
- ^ "Kota Kembar Makassar-Constantia". Ali Mochtar Ngabalin. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-12-15. Diakses tanggal 2010-01-25.
Bacaan Lanjutan
- Poelinggomang, Edward L. (2002). Makassar Abad XIX: Studi Tentang Kebijakan Perdagangan Maritim. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 9789799023810. Diakses tanggal 15 Agustus 2013.
- Reid, Anthony. 1999. Charting the shape of early modern Southeast Asia. Chiang Mai: Silkworm Books. ISBN 974-7551-06-3. hal. 100-154. (sejarah awal Makassar)
- Muljana, Slamet (2005). Menuju Puncak Kemegahan (Sejarah Kerajaan Majapahit). Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara. ISBN 9789798451355. Diakses tanggal 15 Agustus 2013.
Pranala luar
- (Indonesia) Makassar Informasi Turis Diarsipkan 2015-06-05 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Situs web resmi
- (Indonesia) Situs web informasi "Semua tentang Makassar"
- (Indonesia) Situs web Tanjung Bunga
Kota | Provinsi | Populasi | Kota | Provinsi | Populasi | |||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | Jakarta | Daerah Khusus Ibukota Jakarta | 11.135.191 | Kota Makassar |
7 | Makassar | Sulawesi Selatan | 1.477.861 | ||
2 | Surabaya | Jawa Timur | 3.017.382 | 8 | Batam | Kepulauan Riau | 1.294.548 | |||
3 | Bandung | Jawa Barat | 2.579.837 | 9 | Pekanbaru | Riau | 1.138.530 | |||
4 | Medan | Sumatera Utara | 2.539.829 | 10 | Bandar Lampung | Lampung | 1.073.451 | |||
5 | Palembang | Sumatera Selatan | 1.781.672 | 11 | Padang | Sumatera Barat | 939.851 | |||
6 | Semarang | Jawa Tengah | 1.699.585 | 12 | Malang | Jawa Timur | 885.271 | |||
Sumber: Data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (per 30 Juni 2024). Catatan: Tidak termasuk kota satelit. |