Rokoko (juga ditulis dalam bahasa-bahasa Eropa rococo atau roccoco; diucapkan [rəˈkoʊkoʊ], [roʊkəˈkoʊ]) juga berarti "Barok Akhir" ("Late Baroque") adalah gaya abad 18 yang berkembang ketika seniman Barok meninggalkan gaya simetris dan mulai menambahkan bunga, tanaman dan permainan lainnya. Ruang-ruang rokoko dirancang sebagai karya seni total dengan perabotan elegan bermotif bunga dan tanaman, patung-patung kecil, cermin penuh ornamen, dan permadani melengkapi arsitektur, relief, dan cat dinding penuh warna. Gaya ini banyak digantikan oleh gaya Neoklasik. Tahun 1835 pada Dictionary of the French Academy menuliskan kata Rococo "biasanya meliputi jenis ornamen, gaya dan desain yang berhubungan dengan pemerintahan Louis XV dan awal dari Louis XVI". Termasuk di dalamnya, segala jenis karya seni yang dibuat pada pertengahan abad 18 di Prancis.

Sepasang kekasih dari porselen Nymphenburg, sekitar 1760, dibuat oleh Franz Anton Bustelli
Karya Rokoko Basilika di Ottobeuren (Bavaria): ruang arsitektural mengalir bersama kehangatan kehidupan

Kata Rokoko berasal dari kombinasai kata Prancis rocaille, yang artinya batu, dan coquilles, yang artinya kerang, karena keterikatan dengan benda-benda asal motif dekorasinya.[1] Istilah Rokoko juga bisa diartikan sebagai kombinasi kata "barocco" (bentuk teratur dari mutiara, kemungkinan berasal dari kata "baroque") dan kata Prancis "rocaille" (bentuk populer dari ornamen taman dan interior menggunakan kerang dan kerikil hias), dan juga bisa dipakai untuk menjelaskan gaya yang halus dan indah yang menjadi mode di Eropa selama abad ke-18.[2] Karena gaya Rokoko suka dan fokus pada seni dekoratif, beberapa kritikus menggunakan istilah ini untuk merendahkan secara tidak langsung bahwa gaya itu sembrono atau sekadar modis saja. Ketika istilah ini mulai digunakan di Inggris pada sekitar tahun 1836, ini menjadi ucapan sehari-hari yang artinya "ketinggalan zaman". Faktanya, gaya ini menerima kritik keras, dan bagi sebagian orang sebagi sesuatu yang dangkal dan berselera rendah,[3][4] dan sejak pertengahan abad 19, istilah ini diterima oleh para ahli sejarah seni. Meskipun demikian masih ada debat masalah pengaruh sejarah dari seni ini secara umum, Rokoko kini dikenal luas sebagai periode besar dalam perkembangan seni Eropa.

Perkembangan sejarah

sunting

Rokoko berkembang awal dari seni dekoratif rancangan interior. Suksesi Louis XIV membawa perubahan pada lingkungan seniman dan gaya umum kesenian. Pada akhir masa pemerintahan panjang raja, rancangan bernuansa Barok memberikan elemen-elemen yang lebih ringan degan banyak lengkung dan pola-pola alami. Elemen-elemen ini terlihat jelas pada rancangan arsitektural Nicolas Pineau. Selama masa Régence, gaya kehidupan istana berpindah dari Istana Versailles dan perubahan artistik ini menjadi mapan, pertama di lingkungan istana dan kemudian ke seluruh kehidupan tingkat tinggi Prancis. Kenikmatan dan suasana menyenangkan rancangan Rokoko seiring dengan ekses pemerintahan Louis XV.[5]

Tahun 1730-an menampilkan perkembangan puncak dari Rokoko di Prancis. Gaya ini menyebar di antara rancangan arsitektur dan perabotan sampai ke lukisan dan patung, diperlihatkan pada karya-karya Antoine Watteau dan François Boucher. Rokoko masih memelihara citarasa Barok untuk bentuk-bentuk yang kompleks dan motif yang rumit, namun dari titi ini, mulai menggabungkan variasi karakteristik, termasuk gaya rancagan Oriental dan komposisi asimetris.

Gaya Rokoko menyebar bersama seniman-seniman Prancis dan publikasi karya-karyanya. Kemudian segera diterima sebagian Katolik di Jerman, Bohemia, dan Austria, di mana ia menyatu dengan tradisi kehidupan Barok Jerman. Rokoko Jerman dipergunakan dengan antusias untuk gereja-gereja dan istana-istana, umumnya di daerah selatan, sementara Rokoko Frederisian berkembang di Kerajaan Prusia. Arsitek-arsitek sering menambahkan ornamen interior mereka dengan awan-awan dari semen halus putih. Di Italia, gaya Barok akhir dari Borromini dan Guarini memberikan sentuhan Rokoko di Turin, Venesia, Naples dan Sisilia, sementara seni-seni di Toscana dan Roma tetap setia dengan gaya Barok.

 
François Boucher, Le Déjeuner, (1739, Louvre), menunjukkan interior rocaille dari keluarga borjuis Prancis pada abad 18. Patung-patung porselen dan vas memberi sentuhan tambahan chinoiserie.

Di Britania Raya, Rokoko selalu dianggap sebagai "citarasa Prancis" dan tidak pernah diadopsi sebagai gaya arsitektural, meskipun pengaruhnya sangat kuat terasa pada produksi perak, porselen, dan sutra, dan Thomas Chippendale mengubah rancangan perabotan Inggris melalui adaptasi dan penghalusan gaya Rokoko. William Hogarth juga membantu mengembangkan dasar teoretis keindahan Rokoko. Meski tidak secara khusus memberi penekanan pada perubahan gaya itu, ia berpendapat pada Analysis of Beauty (Analisis Keindahan) (1753) bahwa garis-garis bergelombang dan lengkungan S yang terkandung di gaya Rokoko adalah dasar dari rahmat dan keindahan alam (tidak seperti garis lurus atau lingkaran pada Klasisisme). Perkembangan Rokoko di Britania Raya dianggap terkait dengan Kebangkitan Gotik dengan keterkaitan pada arsitektur Gotik di awal abad ke-18.

Dimulainya masa akhir Rokoko datang pada awal tahun 1760-an ketika tokoh seperti Voltaire dan Jacques-François Blondel mulai menyuarakan kritik terhadap pendangkalan dan degenerasi seni. Blondel mencela dengan menyebut "kekonyolan dalam campur aduk antara kerang-kerangan, naga-naga, buluh-buluh, pohon-pohon kelapa dan tanaman-tanaman" di interior kontemporer.[6]

Sejak 1785, Rokoko telah habis masanya di Prancis, digantikan oleh tatanan dan keseriusan seniman-seniman Neoklasik seperti Jacques Louis David. Di Jerman, akhir abad ke-18 Rokoko ditertawakan sebagai Zopf und Perücke ("rambut kepang dan rambut palsu"), dan fase ini kadang disebut sebagai Zopfstil. Rokoko tetap populer di beberapa provinsi dan di Italia, sampai fase kedua neoklasisisme, "Gaya kekaisaran", tiba dengan pemerintahan Napoleon dan Rokoko tersingkirkan.

Terdapat pembaruan ketertarikan pada gaya Rokoko antara tahun 1820 dan 1870. Inggris termasuk yang mengawali kebangkitan "gaya Louis XIV" sebagai sebutan salah pada awalnya, serta membayar harga-harga yang melambung tinggi terhadap barang-barang bekas mewah Rokoko yang bisa diperoleh di Paris. Namun seniman yang menonjol seperti Delacroix dan pelanggannya seperti Eugénie de Montijo juga membangkitkan kembali nilai-nilai agung dan menyenangkan dari seni dan rancangan Rokoko.

Rokoko pada gaya artistik berbeda

sunting

Objek perabotan dan dekorasi

sunting
 
Cermin Rokoko dan pekerjaan plesteran di Schloss Ludwigsburg menampilkan karakter serta cara penggabungan material dan bentuk yang anti-arsitektural

Tema-tema rancangan ringan dan rumit dari Rokoko muncul sangat baik dan dalam skala yang lebih intim dibanding arsitektur Barok dan patung-patungnya yang terkesan memaksa. Tidak mengherankan jika karya seni Rokoko Prancis kemudian mengisi rumah-rumah. Produk logam, patung-patung porselen dan khususnya perabotan berkembang dan diminati dalam golongan orang kaya Prancis untuk menghiasi rumah-rumah mereka dalam gaya yang baru.

Gaya Rokoko menyenangkan karena asimetris, sebuah citarasa baru untuk gaya Eropa. Praktik ini menjadikan elemen-elemen dibuat tak seimbang untuk memberi efek yang disebut contraste.

Selama periode Rokoko, perabotan menjadi ringan baik secara fisik maupun visual. Ide mengenai perabotan berubah menjadi simbol status dan mengambil peran kenyamanan dan fleksibilitas. Perabotan menjadi mudah dipindahkan untuk pertemuan misalnya, dan bentuk-bentuk khusus bermunculan seperti kursi sofa (fauteuil), kursi berbantal (voyeuse chair), dan kursi jenis bergère. Perubahan rancangan kursi-kursi ini bervariasi dari model bantalan lengan terpisah, perpanjangan bantalan belakang (dikenal juga dengan istilah hammerhead) dan model bantal lepasan. Perabotan juga berdiri sendiri, di mana sebelumnya menyatu ke dinding, untuk mengesankan atmosfer ringan dan fleksibilitas dari tiap jenis perabot. Kayu mahogani banyak digunakan untuk membuat konstruksi perabotan karena kekuatannya, mengakibatkan hilangnya bagian penguat seperti yang terlihat pada banyak jenis kursi pada masa itu. Juga penggunaan cermin yang digantung di atas perabotan dinding menjadi makin populer seiring dengan perkembangan kaca berlapis untuk cermin.

 
Rancangan meja oleh Juste-Aurèle Meissonnier, Paris sekitar tahun 1730

Pada rancangan penuh Rokoko, seperti Table d'appartement (sekitar 1730) oleh perancang Jerman J. A. Meissonnier (lihat gambar), yang bekerja di Paris, segala pengaruh bentuk masif hilang: bahkan permukaan marmer pun dibentuk. Celemek, kaki-kaki, penopang semuanya dirancang menyatu kedalam bentukan lengkung-c dan "rocaille" (bentuk susunan bebatuan). Simpul (noeud) penopang diperlihatkan asimetris secara menyolok ("contraste") dan itulah inovasi Rokoko.

Umumnya gaya ini dikagumi dan ditampilkan dalam skala "minor" dan sebagai seni dekoratif saja, para pengkritik menyatakan bahwa kecenderungan dimulai dari menyamarkan bentuk tradisional yang diakui. Struktur yang dihiasi gaya ini tidak sesuai untuk proyek skala besar dan dikeluarkan dari gaya arsitektural sepenuhnya.

 
Gaya Rokoko pada kayu lapis dirancang oleh Joseph Anton Feuchtmayer 1750. Sekarang di gereja paroki St Martin, Seefeld (kota Uhldingen-Mühlhofen)

Dinasti orang-orang Paris ébénistes, beberapa di antaranya kelahiran Jerman, mengembangkan gaya permukaan lengkung dalam tiga dimensi (bombé), yang sesuai dengan penggunaan di kayu lapis bervernis (veneer atau marqueterie) atau disebut juga vernis martin suatu pemberian vernis hitam (japanning) yang sesuai jika ditambahi warna emas-perunggu ("ormolu"). Di antaraseniman ini yang terkemuka adalah: Antoine Gaudreau, Charles Cressent, Jean-Pierre Latz, Jean-François Oeben, Bernard II van Risamburgh.

 
Dekorasi Rokoko abstrak dan asimetris: plesteran langit-langit di Neues Schloss, Tettnang

Perancang Prancis seperti François de Cuvilliés, Nicholas Pineau dan Bartolomeo Rastrelli mempopulerkan gaya Paris keluar Prancis secara perseorangan seperti ke Munich dan Saint Petersburg, sementara perancang Jerman Juste-Aurèle Meissonier justru berkarya di Paris. Roh yang mempengaruhi pengembangan Rokoko Parisian adalah sekelompok kecil dari pedagang permadani (marchands-merciers), pelopor penghias ruang modern yang dipimpin oleh Simon-Philippe Poirier.

Gaya mebel Prancis tetap agak berbeda, yang mana ornamennya kebanyakan dari kayu, atau selain gaya ukiran kayu, sedikit terkesan tidak kokoh dan lebih mengarah naturalistik serta sedikit lebih berani dalam mencampur elemen alam dan bentuk buatan dari segala jenis (contohnya motif tanaman, representasi stalaktitis, fantastis, topeng, penerapan berbagai profesi, lencana, pengecatan, batu adi).[7]

Gaya Rokoko Inggris lebih teratur. Rancangan mebel Thomas Chippendale mempertahankan lengkung dan rasa, namun berhenti pada imajinasi Prancis yang tinggi. Contoh pembuat gaya Rokoko Inggris yang paling berhasil mungkin Thomas Johnson seorang pemahat berbakat dan perancang mebel yang bekerja di London pada pertengahan abad ke-18.

Kata 'Rokoko' berasal dari kata Prancis "rocaille", sebuah kata yang digunakan untuk mendeskripsikan karya bebatuan dan kerang dari gua-gua Versailles. Banyak pahatan mebel berasal dari abad ke-18, bingkai cermin dari bebatuan, kerang dan komposisi air menetes, kebanyakan diasosiasikan dengan patung-patung China dan pagoda.[8]

Rancangan taman

sunting
 
Istana Catherine di Tsarskoye Selo adalah salah satu bangunan Rokoko di daerah paling utara
 
Istana Queluz National di Portugal adalah bangunan Rokoko terakhir yang dibangun di Eropa.
Utama: Taman gaya Prancis

Contoh-contoh rancangan karya André Le Nôtre:

Arsitektur

sunting

Arsitektur Rokoko, adalah terkesan ringan, lebih anggun, juga merupakan versi rumit dari arsitektur Barok, yang lebih berornamen dan berkesan kokoh sederhana. Meski gayanya mirip, namun ada beberapa perbedaan jelas antara arsitektur Rokoko dan Barok, salah satunya adalah masalah simetri,[9] karena Rokoko menekankan pada bentuk-bentuk asimetri,[9] sementara Barok sebaliknya.[10] Gaya-gaya ini meski sama-sama penuh dekorasi, juga berbeda temanya; Barok sekilas lebih serius, menempatkan pengaruh agama, dan sering merupakan karakter dari tema-tema Kristen[11] (kenyataannya, Barok dimulai di Roma sebagai respon atas Reformasi Protestan);[12] arsitektur Rokoko yang berasal dari abad ke-18, lebih sekuler, mengadaptasi Barok dengan karakter yang lebih riang dan tema-tema yang tidak serius.[11] Elemen-elemen lain dalam gaya arsitektur Rokoko temasuk banyaknya lengkung dan dekorasi, juga penggunaan warna-warna pucat.[13]

Terdapat banyak contoh bangunan bergaya Rokoko juga para arsiteknya. Di antarayang terkenal termasuk Istana Catherine, di Rusia, Istana Negara Queluz di Portugal, Istana Augustusburg dan Falkenlust di Brühl, Rumah Cina di Potsdam, Istana Charlottenburg tiga terakhir di Jerman, juga elemen-elemen dari Château de Versailles di Prancis. Para arsitek yang dikenal hasil karyanya menggunakan gaya ini termasuk Francesco Bartolomeo Rastrelli, seorang arsitek Italia yang bekerja di Rusia[14] dan dikenal karena karya-karyanya yang royal dan mewah, Philip de Lange, yang bekerja di arsitektur Rokoko Denmark dan Belanda, atau Matthäus Daniel Pöppelmann, yang bekerja pada masa akhir gaya Barok dan mempunyai peran pada rekonstruksi kota Dresden di Jerman.

Arsitektur Rokoko juga membawa perubahan besar pada pembangunan gedung-gedung, memberi penekanan pada hal-hal bersifat pribadi dibanding suasana publik terbuka yang agung dari arsitektur Barok, juga meningkatkan struktur bangunan untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat.[13]

Desain interior

sunting
 
Interior Rokoko di Gatchina.

Istana Solitude di Stuttgart dan Istana China di Oranienbaum, Rusia, gereja Wies di Bavaria dan Sanssouci di Potsdam adalah beberapa contoh bagaimana Rokoko masuk dalam arsitektur Eropa.

Di dalam konteks Kontinental di mana Rokoko sangat berpengaruh, bentuk-bentuk sportif, fantastis dan pahatan lain diekspresikan dengan ornamen abstrak seperti nyala api, dedaunan atau tekstur seperti kerang dalam sapuan asimetris dan lengkungan-lengkungan patah; interior Rokoko yang intim menyembunyikan bagian arsitektonis (ciri khas arsitektural) dari bingkai pintu/jendela (architrave), dekorasi dinding dan hiasan batas dinding ke langit-langit (cornice) kedalam bentukan yang indah, rapi, dan juga terkadang janggal, diekspresikan dengan bahan yang mudah dibentuk seperti kayu yang dipahat dan paling banyak dengan plesteran (seperti pada karya di Sekolah Wessobrunner). Dinding-dinding, langit-langit, mebel, dan barang dari logam serta porselen menampilkan bentuk yang menyatu. Warna Rokoko adalah ringan dan lebih pucat dibanding warna-warna primer yang tegas dan cenderung gelap dalam citarasa Barok.

 
Penggabungan ukiran, plesteran dan lukisan dinding (fresco) gaya rokoko di Zwiefalten

Dari sedikit yang sebelumnya anti-arsitektural berubah berkembang dengan cepat menjadi sepenuhnya gaya Rokoko pada akhir 1720-an dan mulai mempengaruhi interior dan seni dekorasi ke seluruh Eropa. Bentuk-bentuk yang kaya dengan gaya Rokoko Jerman ada di Katolik Jerman (lihat ilustrasi di samping).

Pekerjaan plesteran Rokoko dari seniman pendatang dari Italia-Swiss seperti Bagutti dan Artari ditampilkan di rumah-rumah karya James Gibbs, dan Franchini bersaudara yang bekerja di Irlandia setara dengan segala yang berusaha masuk di Britania Raya.

Peresmian beberapa ruangan di Versailles, membuka tabir kemegahan di beberapa bangunan Paris (khususnya Hôtel Soubise). Di Jerman, seniman-seniman Prancis dan Jerman (Cuvilliés, Neumann, Knobelsdorff, dll.) mempengaruhi perlengkapan penting dari wisma Amalienburg dekat Munich, dan istana-istana Würzburg, Potsdam, Charlottenburg, Brühl, Bruchsal, Solitude (Stuttgart), dan Schönbrunn.

Di Britania Raya, satu rangkaian lukisan Hogarth menampilkan kisah moral melodramatis berjudul Marriage à la Mode, dibuat tahun 1745, memperlihatkan suasana ruang-ruang di sebuah rumah di London yang penuh gaya, yang mana hanya gaya rokoko di seluruh hiasan plester langit-langit.

Arsitektur Palladian adalah sesuatu yang terkontrol (simetris, bentuk sederhana seperti bangunan Yunani kuno). Namun di rak atas perapian (mantel) Kentian, pot-pot dan hiasan lain diletakkan dan dibuat dengan kesan menyinggung arsitektur ini, dan jam dinding Rokoko adalah sebuah penggambaran campur-aduknya ranting dedaunan dalam gayanya.

Secara umum, Rokoko adalah gaya interior, karena kaum kaya dan aristokrat yang kembali ke Paris dari Versailles. Paris sudah terbangun sehingga daripada menambah perubahan besar pada arsitektur bangunan, mereka biasanya merenovasi interior dari bangunan yang sudah ada dengan gaya Rokoko.

Lukisan

sunting
 
Antoine Watteau, Ziarah di pulau Cythera (1717, Louvre) menangkap kesan sembarangan yang memancing penikmat dari lukisan gaya Rokoko.

Meski awalnya Rokoko adalah seni dekorasi murni, gayanya juga muncul dengan jelas pada lukisan. Para pelukis menggunakan citarasa pewarnaan dan bentuk-bentuk lengkung, memenuhi kanvas mereka dengan malaikat dan mitos cinta. Potret juga populer di pelukis-pelukis Rokoko. Beberapa karya memperlihatkan keusilan atau kenakalan perilaku dari subjek lukisan, memperlihatkan kecenderungan sejarah yang berubah dari orientasi gereja Barok. Lukisan lanskap biasanya dengan suasana pedesaan dan menggambarkan suasana tamasya yang santai dari pasangan aristokrat

Jean-Antoine Watteau (1684–1721) adalah pelukis Rokoko pertama yang diperhitungkan. Ia memberikan pengaruh yang besar pada pelukis-pelukis berikutnya termasuk François Boucher (1703–1770) dan Jean-Honoré Fragonard (1732–1806), dua tokoh pelukis di periode berikutnya. Juga sentuhan Thomas Gainsborough (1727–1788) dan kejeliannya menampilkan spirit Rokoko. Gaya lukisan Élisabeth-Louise Vigée-Le Brun's (1755–1842) juga memperlihatkan sentuhan pengaruh Rokoko, khususnya di lukisan potret Marie Antoinette. Pelukis Rokoko lainnya termasuk: Jean François de Troy (1679–1752), Jean-Baptiste van Loo (1685–1745), kedua anaknya Louis-Michel van Loo (1707–1771) dan Charles-Amédée-Philippe van Loo (1719–1795), adik termudanya Charles-André van Loo (1705–1765), dan Nicolas Lancret (1690–1743). Sementara Jean-Baptiste-Siméon Chardin (1699–1779) dan Jean-Baptiste Greuze (1725–1805) keduanya, adalah pelukis-pelukis Prancis penting pada era Rokoko yang dianggap sebagai Anti-Rokoko.

Selama era Rokoko, seni lukis potret adalah hal penting dalam lukisan di semua negara, namun khususnya di Britania Raya, di mana para pemimpin seperti William Hogarth (1697–1764), dalam gaya realis biasa, dan Francis Hayman (1708–1776), Angelica Kauffman (1741–1807) yang di Swiss, Thomas Gainsborough dan Joshua Reynolds (1723–1792), dalam gaya yang lebih menyanjung oleh Antony Van Dyck (1599–1641). Sementara di Prancis selama era Rokoko Jean-Baptiste Greuze adalah seorang pelukis favorit dari Denis Diderot (1713–1785),[15] dan Maurice Quentin de La Tour (1704–1788), juga Élisabeth Vigée-Lebrun adalah pencapai tertinggi pelukis potret dan pelukis sejarah.

Lukisan Rokoko

sunting

Lukisan François Boucher Le Déjeuner (atas) menampilkan situasi kehidupan dengan pengaruh Rokoko. Sopan santun bisa menjadi suatu "kemegahan" dalam kehidupan Borjuis, perilaku pria sangat sopan. Interior yang mewah, dekorasi informal yang intim dengan perilaku orang-orangnya, detail yang teliti dan menyenangkan dimana-mana, pandangan mata dari masing-masing objek, kemewahan menikmati minuman coklat: semuanya "galante".

Lukisan era Rokoko

sunting

Patung

sunting
 
Kupido membuat busurnya dari gada Herkules, oleh Edmé Bouchardon, 1747–50: Rokoko dalam pengerjaan subyek

Patung adalah seni lain di mana gaya Rokoko juga diadaptasi. Étienne-Maurice Falconet (1716–1791) adalah salah satu representasi Rokoko Prancis. Secara umum, gaya ini ditampilkan pada patung porselen dibanding pada patung-patung marmer. Falconet sendiri adalah direktur pabrik porselen terkenal di Sèvres. Tema cinta dan kegembiraan ditampilkan pada patung-patung, juga elemen alam, garis lengkung dan asimetri.

 
Patung makam dari Amalia Mniszech di Gereja St. Mary Magdalene di Dukla oleh Jan Obrocki, 1773: hanya detail kostum berpitanya yang Rokoko

Pematung Edmé Bouchardon menampilkan Kupido membuat peralatan panah cintanya dari gada Herkules (lihat gambar). Ini adalah simbol yang bagus untuk gaya Rokoko: setengah dewa yang dirupakan sebagai anak-anak, gada penghancur tulang berubah menjadi panah asmara, sama halnya marmer yang kemudian digantikan oleh plester bangunan. Dalam hubungan ini, pematung-pematung Prancis, Jean-Louis Lemoyne, Jean-Baptiste Lemoyne, Robert Le Lorrain, Michel Clodion, dan Pigalle hanya disebutkan secara sepintas kaitannya dengan Rokoko.

Gaya Galante adalah persamaan dari Rokoko dalam sejarah musik, berada di antara Barok dan Klasik, dan sulit untuk mengartikan kata-katanya. Gaya musik Rokoko sendiri dikembangkan dari musik Barok, khususnya di Prancis. Bisa dijelaskan sebagai musik yang intim dengan penghalusan berbagai bentuk aransemennya. Contoh karya meliputi karya Jean Philippe Rameau dan Louis-Claude Daquin.

Istilah duniawi Rokoko dan Gereja Katolik Roma

sunting

Sebuah ilustrasi menarik dari perselisihan yang kadang ditimbulkan oleh masalah gaya (mirip dengan modernitas awal untuk gaya Viktoria) dapat ditemukan dalam pandangan kritis terhadap Rokoko diambil dari Ensiklopedia Katolik tahun 1913, terutama dari sifat dasar Rokoko yang tidak sesuai dengan konteks gerejawi.[16]

Galeri

sunting

Catatan

sunting
  1. ^ (Inggris) Monique Wagner, From Gaul to De Gaulle: An Outline of French Civilization. Peter Lang, 2005, pp. 139. ISBN 0-8204-2277-0
  2. ^ (Inggris) Marilyn Stokstad, ed. Art History. 4th ed. New Jersey: Prentice Hall, 2005. Print.
  3. ^ (Inggris) Ancien Regime Rococo Diarsipkan 2018-04-11 di Wayback Machine.. Bc.edu. Diakses pada 2011-05-29.
  4. ^ (Inggris) Rococo–Rococo Art. Huntfor.com. Diakses pada 2011-05-29.
  5. ^ (Inggris) Kleiner, Fred (2010). Gardner's art through the ages: the western perspective. Cengage Learning. hlm. 583–584. ISBN 9780495573555. Diakses tanggal 21 February 2011. 
  6. ^ [1] Diarsipkan 2011-05-10 di Wayback Machine. Diakses 2 Juni 2011
  7. ^ (Inggris) Antique Rococo Furniture Diarsipkan 2012-02-04 di Wayback Machine. Diakses 2 Juni 2011
  8. ^ (Inggris) Riley, Noël. "The Age of Rococo." World Furniture. Secaucus, NJ: Chartwell, 1989. Print.
  9. ^ a b (Inggris) Rococo Architecture–History of Rococo Architecture–Definition of Rococo Architecture Diarsipkan 2011-08-06 di Wayback Machine.. Architecture.about.com. Diakses pada 2011-05-29.
  10. ^ (Inggris) Characteristics of Baroque Architecture Diarsipkan 2011-05-01 di Wayback Machine.. Life123. Diakses pada 2011-05-29.
  11. ^ a b (Inggris) The Dizying Grandeur of Rococo/
  12. ^ (Inggris) Baroque architecture–Britannica Online Encyclopedia. Britannica.com. Diakses pada 2011-05-29.
  13. ^ a b (Inggris) Rococo Architecture Diarsipkan 2022-02-17 di Wayback Machine.. Artsz.org (2008-02-21). Diakses pada 2011-05-29.
  14. ^ (Inggris) Parquetry Floors Diarsipkan 2011-05-01 di Wayback Machine.. Datatest.buildingconservation.com. Diakses pada 2011-05-29.
  15. ^ (Inggris) Edmond & Jules de Goncourt, French Eighteenth-Century Painters. (Pelukis-pelukis Prancis abad ke-18.) Cornell Paperbacks, 1981, pp. 222–225. ISBN 0-8014-9218-1
  16. ^ (Inggris) Rococo Style–Catholic Encyclopedia. Newadvent.org (1912-02-01). Diakses pada 2011-05-29.

Referensi

sunting
  • (Inggris) Edmond and Jules de Goncourt. French Eighteenth-Century Painters. Cornell Paperbacks, 1981. ISBN 0-8014-9218-1.
  • (Inggris) Marilyn Stokstad, ed. Art History. 3rd ed. New Jersey: Prentice Hall, 2005. Print.

Bacaan selanjutnya

sunting

Pranala luar

sunting