Kereta api ekonomi adalah kelas kereta penumpang di bawah kelas bisnis. Sama halnya dengan kereta kelas bisnis, kini hampir semua kereta kelas ekonomi telah dilengkapi dengan Air Conditioner (AC) seiring dengan pelayanan PT Kereta Api Indonesia yang semakin berkembang.

Berkas:K3-85526 ml.jpg
Penomoran kereta terletak di bagian bawah kereta.
Interior kereta api ekonomi PSO, seperti pada kereta api Kamandaka.
Interior kereta api ekonomi non-PSO, seperti pada Jayabaya

Kereta ekonomi yang ada di Indonesia dibagi menjadi dua: kereta kelas ekonomi AC PSO dan Non-PSO. PSO (public service obligation) adalah kebijakan Pemerintah dalam hal subsidi moda transportasi bagi masyarakat. Kereta ekonomi PSO ini memiliki ciri-ciri berupa striping (livery) jingga orange-biru bergaris kuning-orange, dengan logo Kemenhub di dekat pintu kiri dan logo PT KAI di dekat pintu kanan, serta merupakan produk impor sejak masa PJKA maupun buatan PT Inka. Sedangkan kereta ekonomi non-PSO diproduksi oleh PT Inka dan berwarna biru muda bermotif gelombang warna biru tua dengan logo Kemenhub saja.

Pada kereta ekonomi PSO juga terdapat Livery lain berupa warna orange-hijau bermotif daun dengan logo Kemenhub dan PT KAI, yang merupakan produk dari PT Inka. Selain itu, ada juga kereta ekonomi yang livery-nya khas seperti yang dipergunakan Penataran dan Jayabaya. Namun semua kereta kedepannya akan disamakan liverynya seperti KA Jayabaya dan KA Jaka Tingkir, dengan pintu berwarna orange. Tetapi pada beberapa KA termasuk KA Jayabaya dan KA Jaka Tingkir itu sendiri, terdapat kesalahan pengecatan warna pintu, yang seharusnya warna orange malah menjadi warna biru, yang seharusnya untuk kelas eksekutif.

Kereta ekonomi PSO pada umumnya ditarik lokomotif besar seperti CC201, CC203, atau CC204. Terkadang CC206 dioperasikan untuk menggantikan ketiga jenis lokomotif tersebut. Kemudian, kereta ekonomi AC non-PSO hampir selalu ditarik CC206.

Pada Januari 2015 subsidi PSO untuk kereta ekonomi AC jarak jauh dan jarak menengah dihapus. Tidak ada lagi nama dan istilah "tarif flat" untuk semua jurusan dan tarif dibatasi oleh tarif batas atas (TBA) dan tarif batas bawah (TBB), dan ini serupa dengan kereta bisnis maupun eksekutif. Pada 1 Maret 2015, kontrak PSO ditandatangani[1], namun mengalami penundaan karena pada 1 April 2015 tarif kereta api jarak jauh dan menengah dinaikkan hingga dua kali lipatnya.

Pengoperasian

Satu kereta penumpang ekonomi berkapasitas 106 orang dengan formasi tempat duduk 3-2, sedangkan untuk satu kereta penumpang ekonomi AC Inka atau ekonomi lokal Daop 1 Jakarta (kursi plastik) berkapasitas 80 orang dengan formasi tempat duduk 2-2. Terdapat juga kereta kelas ekonomi eks-KRD MCW 301 dan MCW 302. Kereta eks KRD masih ada yang tidak ber-AC. Unit AC yang digunakan pada kereta ekonomi biasa adalah 6 unit AC split (seperti di gedung atau rumah), dan pada KA ekonomi AC Inka baru menggunakan AC seperti di kereta eksekutif.

Kereta ini menjadi idaman para penumpang pada saat hari raya ataupun hari libur. Walapupun dalam setiap perjalanan, kereta ini harus berhenti untuk "mengalah" (bersilang) dengan kereta api kelas atasnya. Harga tiket kereta api kelas ekonomi pun sangat terjangkau. Dalam setiap rangkaian kereta ekonomi jarak jauh, terdapat 1 gerbong kereta makan dan pembangkit (KMP). Semua KA ekonomi ber-AC, kecuali KRD non-AC, dan KA Langsam (K3 eks KRD MCW 301/302).

Pembuatan

Tahun 1953, 1954, 1964, 1965, 1966, 1968, 1973, 1975, 1976, 1978, 1980, 1985, 1993, 1994, 1995, 1996, 1997, 1998, 1999, 2000, 2001, 2002, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, dan 2015

Penomoran

Format penomoran untuk kereta kelas eksekutif yaitu K3-xxyzz ddd. Artinya, K3 adalah gerbong ekonomi, xx adalah tahun mulai operasi, y adalah jenis bogie, dan zz (nomor urut), serta ddd merupakan kepemilikan dipo. Misalnya: K3-65590 artinya kereta kelas 3 (ekonomi) yang mulai dinas tahun 1965 dengan jenis bogie '5' urutan ke-90 ditambah dua atau tiga alfabet yang artinya kereta itu milik dipo tertentu.

Dengan berlakunya Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 45 Tahun 2010, penomoran diubah. Semua gerbong menggunakan format penomoran K3 x yy zz. Artinya, K3 adalah gerbong ekonomi, x adalah jenis penarik: 0 untuk lokomotif, 1 untuk Kereta Rel Listrik, 2 untuk Kereta Rel Diesel Elektrik, serta 3 untuk Kereta Rel Diesel Hidraulik; yy adalah tahun operasi, dan zz adalah nomor urut operasi. Contoh: K3 0 06 01, artinya gerbong ekonomi yang ditarik lokomotif (0) mulai dinas tahun 2006 (06), dan memiliki nomor urut 01 dan diikuti dua atau tiga huruf alfabet yang menandakan kepemilikan dipo.

Kereta api kelas ekonomi di Indonesia

Layanan kereta api kelas ekonomi AC non-PSO di Pulau Jawa

Nama kereta api Jurusan Dipo induk
Bogowonto Pasar Senen - Lempuyangan Yogyakarta (YK)
Krakatau Ekspres Merak - Kediri Rangkasbitung (RK)
Gajah Wong Pasar Senen - Lempuyangan Yogyakarta (YK)
Majapahit Pasar Senen - Malang Malang (ML)
Menoreh 1 dan 2 Pasar Senen - Semarang Tawang Semarang Poncol (SMC)
Jayabaya Pasar Senen-Surabaya Pasar Turi-Malang Jakarta Kota (JAKK)
Jaka Tingkir Pasar Senen - Purwosari Solo Balapan (SLO)
Joglokerto Ekspres Purwokerto - Yogyakarta - Solo Balapan Solo Balapan (SLO)

Layanan kereta api kelas ekonomi AC PSO / KRD / KA Lokal di Pulau Jawa

Nama kereta api Jurusan Dipo induk
Kalimaya Tanah Abang - Merak Rangkasbitung (RK)
Lokal Bandung Raya Padalarang - Cicalengka Bandung (BD)
Kamandaka Purwokerto - Semarang Tawang Purwokerto (PWT)
Kalijaga Purwosari - Semarang Poncol Solo Balapan (SLO)
Kutojaya Utara Pasar Senen - Kutoarjo Kutoarjo (KTA)
Gaya Baru Malam Pasar Senen - Surabaya Gubeng Jakarta Kota (JAKK)
Brantas Pasar Senen - Kediri Madiun (MN)
Matarmaja Pasar Senen - Malang Malang (ML)
Kertajaya Pasar Senen - Surabaya Pasar Turi Surabaya Pasar Turi (SBI)
Lokal Purwakarta Jakarta Kota - Cikampek, Purwakarta Jakarta Kota (JAKK)
Progo Pasar Senen - Lempuyangan Yogyakarta (YK)
Tawang Jaya Pasar Senen - Semarang Poncol Semarang Poncol (SMC)
Tegal Arum Jakarta Kota - Tegal Semarang Poncol (SMC)
Serayu Jakarta Kota - Kroya Purwokerto (PWT)
Bengawan Pasar Senen - Purwosari Solo Balapan (SLO)
Langsam Angke - Rangkasbitung Rangkasbitung (RK)
Kahuripan Kiaracondong - Kediri Madiun (MN)
Kutojaya Selatan Kiaracondong - Kutoarjo Kutoarjo (KTA)
Pasundan Kiaracondong - Surabaya Gubeng Sidotopo (SDT)
Logawa Purwokerto - Jember Purwokerto (PWT)
Sri Tanjung Lempuyangan - Banyuwangi Banyuwangi (BW)
Tawang Alun Malang - Banyuwangi Banyuwangi (BW)
Penataran Surabaya Gubeng - Blitar Sidotopo (SDT)
Rapih Dhoho Surabaya Gubeng - Blitar Sidotopo (SDT)
Tegal Ekspres Pasar Senen - Tegal Yogyakarta (YK)

Alokasi

  • 1953
  1. K3 0 53 01 SLO
  2. K3 0 53 02 KTA
  3. K3 0 53 03 KTA (No AC: Aling-Aling)
  4. K3 0 53 04 MN (B 0 53 03 MN)
  5. K3 0 53 05 SMC
  6. K3 0 53 06 SMC
  7. K3 0 53 07 SLO
  8. K3 0 53 08 MN (B 0 53 04 MN)
  9. K3 0 53 09 ML
  10. K3 0 53 10 SMC
  11. K3 0 53 11 SMC
  12. K3 0 53 12 SMC
  13. K3 0 53 13 SMC
  14. K3 0 53 14 SMC
  15. K3 0 53 15 BD
  • 1954
  1. K3 0 54 01 SLO
  2. K3 0 54 02 ML (B 0 54 08)
  3. K3 0 54 03 ML (B 0 54 09)
  4. K3 0 54 04 MDN (No AC: Aling-Aling)
  5. K3 0 54 05 KTA (No AC: Aling-Aling)
  6. K3 0 54 06 KTA (No AC: Aling-Aling)
  7. K3 0 54 07 KTA
  8. K3 0 54 08 MDN
  9. K3 0 54 09 SMC
  10. K3 0 54 10 JAKK (B 0 54 07)
  11. K3 0 54 11 MDN
  12. K3 0 54 12 MDN
  13. K3 0 54 13 MDN
  14. K3 0 54 14 MDN
  15. K3 0 54 15 CN
  • 1968
  1. K3 0 68 01 CN
  2. K3 0 68 02 BD
  3. K3 0 68 03 BD
  4. K3 0 68 04 CN
  5. K3 0 68 05 BD
  6. K3 0 68 06 BD (B 0 68 13 MN)
  7. K3 0 68 07 BD (B 0 68 10 PWT)
  8. K3 0 68 08 BD
  9. K3 0 68 09 BD
  10. K3 0 68 10 SLO
  11. K3 0 68 11 KTA
  12. K3 0 68 12 PWT (B 0 68 08 PWT)
  13. K3 0 68 13 SLO
  14. K3 0 68 14 KTA (No AC: Aling-Aling)
  15. K3 0 68 15 BD
  16. K3 0 68 16 SLO
  17. K3 0 68 17 SLO
  18. K3 0 68 18 KIS
  19. K3 0 68 19 KIS
  20. K3 0 68 20 KIS
  21. K3 0 68 21 MDN
  22. K3 0 68 22 MDN
  23. K3 0 68 23 MDN (No AC: Aling-Aling)
  24. K3 0 68 24 KIS
  25. K3 0 68 25 KIS
  26. K3 0 68 26 SLO
  27. K3 0 68 27 BD (B 0 68 14 BD)
  28. K3 0 68 28 BD (B 0 68 12 KTA)
  29. K3 0 68 29 BD
  30. K3 0 68 30 JAKK
  31. K3 0 68 31 SMC (B 0 68 11 SMC)
  32. K3 0 68 32 ML (B 0 68 17 ML)
  33. K3 0 68 33 ML (B 0 68 18 SMC)
  34. K3 0 68 34 ML
  35. K3 0 68 35 SLO
  36. K3 0 68 36 SLO
  37. K3 0 68 37 SLO (B 0 68 16 SLO)
  38. K3 0 68 38 SMC
  39. K3 0 68 39 SMC
  40. K3 0 68 40 SMC
  41. K3 0 68 41 SMC
  42. K3 0 68 42 SMC
  43. K3 0 68 43 KTA
  44. K3 0 68 44 SMC
  45. K3 0 68 45 SMC
  46. K3 0 68 46 PD
  47. K3 0 68 47 PD
  48. K3 0 68 48 PD
  49. K3 0 68 49 SMC
  50. K3 0 68 50 PWT (B 0 68 09 KTA)
  51. K3 0 68 51 YK (B 0 68 36 YK)
  52. K3 0 68 52 MDN
  53. K3 0 68 53 MDN
  54. K3 0 68 54 PD
  55. K3 0 68 55 PD
  56. K3 0 68 56 PD
  57. K3 0 68 57 YK (B 0 68 15)
  58. K3 0 68 58 MDN (No AC: Aling-Aling)
  59. K3 0 68 59 SMC
  60. K3 0 68 60 PD
  61. K3 0 68 61 PD
  62. K3 0 68 62 PD
  63. K3 0 68 63 PD
  64. K3 0 68 64 PD
  65. K3 0 68 65 PD
  66. K3 0 68 66 PD
  67. K3 0 68 67 PD
  68. K3 0 68 68 PD
  69. K3 0 68 69 PD
  70. K3 0 68 70 PD
  71. K3 0 68 71 SMC
  72. K3 0 68 72 PD
  • 1973
  1. K3 0 73 01 SLO (B 0 73 01 SLO)
  2. K3 0 73 02 SLO
  3. K3 0 73 03 SLO

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Majalah KA Edisi Januari 2015

Pranala luar