Pengguna:FelixJL111/Test4

Revisi sejak 12 November 2019 02.24 oleh FelixJL111 (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi '<!--{{pp-semi-indef|small=yes}}--> {{Infobox airport | name = Bandar Udara Internasional<br />Sultan Hasanuddin | nativename = <small>{{lang|en|Sultan Hasanu...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Bandar Udara Internasional
Sultan Hasanuddin

Sultan Hasanuddin
International Airport
Informasi
JenisPublik
PemilikPemerintah Indonesia
PengelolaPT. Angkasa Pura I
MelayaniMakassar
LokasiKabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia
Maskapai penghubung
Ketinggian dpl14 mdpl
Koordinat5°03′42″S 119°33′15″E / 5.06167°S 119.55417°E / -5.06167; 119.55417
Situs webhttp://www.hasanuddin-airport.co.id
Peta
Sulawesi daerah di Indonesia
Sulawesi daerah di Indonesia
UPG di Makassar
UPG
UPG
Lokasi di Makassar
UPG di Sulawesi
UPG
UPG
Lokasi di Sulawesi
UPG di Indonesia
UPG
UPG
Lokasi di Indonesia
UPG di Asia Tenggara
UPG
UPG
Lokasi di Asia Tenggara
Landasan pacu
Arah Panjang Permukaan
m kaki
13/31 2.500 8.202 Aspal
03/21 3.100 11.482 Aspal
Statistik (2018)
Penumpang13,537,770 (Kenaikan 13.0%)

Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin (bahasa Inggris: Sultan Hasanuddin International Airport) (IATA: UPGICAO: WAAA), adalah bandar udara yang melayani penerbangan domestik dan internasional untuk daerah Makassar dan sekitarnya. Bandara ini terletak sekitar 20 km dari pusat Kota Makassar, Sulawesi Selatan, dan dapat diakses baik menggunakan jalan tol maupun jalan raya. Bandara ini mempunyai dua landasan pacu berbahan aspal. Landasan pacu pertama (landasan pacu 13/31) berukuran 3100 m × 45 m sedangkan yang kedua (landasan pacu 03/21) berukuran 2500 m × 45 m . Bandara ini adalah "pintu penghubung" antara Indonesia bagian barat dan bagian timur, dilihat dari pesawat-pesawat domestik dari bandara-bandara barat yang melakukan transit untuk menuju ke bandara-bandara timur. Nama dari bandara ini diambil dari tokoh pahlawan nasional Indonesia, Sultan Hasanuddin, yang berperang melawan VOC pada abad ke-17. Bandara ini dioperasikan oleh PT. Angkasa Pura I.

Sejarah

 
Bagian depan Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin
 
Travelator di ruang keberangkatan
 
Layar informasi penerbangan
 
Pesawat DC-3 milik maskapai penerbangan Skyways International di bandar udara Makassar (tahun 1948)

Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin pertama kali dibangun pada tahun 1935 oleh Pemerintah Hindia Belanda. Terminal bandara tersebut, yang saat ini merupakan lokasi dari terminal lama Bandara Sultan Hasanuddin yang sudah tidak beroperasi, terletak sekitar 22 km di sebelah utara kota Makassar. Bandara ini pada awalnya menggunakan konstruksi lapangan terbang berbahan rumput, dengan landasan rumput tunggal yang berukuran 1600 m × 45 m dengan nomor 08/26. Bandara ini diresmikan pada tanggal 27 September 1937 dengan nama Lapangan Terbang Kadieng (bahasa Belanda: Kadieng Vliegveld).[1] Peresmian tersebut ditandai dengan dibukanya rute penerbangan komersial Surabaya–Makassar, menggunakan pesawat berjenis Douglas D2/F6 yang dimiliki oleh perusahaan penerbangan Hindia Belanda, KNILM (Koninklijk Nederlandsch-Indische Luchtvaart Maatschappij).[2][3][4]

Pada tahun 1942 di masa pendudukan Jepang, pemerintah saat itu meningkatkan landasan tersebut menggunakan tenaga dari tahanan perang Romusha. Mereka memperbaiki konstruksi landasan tersebut menjadi berbahan beton dan memperluas landasan pacu hingga berukuran 1600 m × 45 m. Sementara itu, nama bandara ini juga diubah menjadi Lapangan Terbang Mandai (Jepang: マンダイ飛行場; bahasa Belanda: Mandai Vliegveld).[1][2][3][4]

Pada tahun 1945 setelah pendudukan Jepang, pihak sekutu di Indonesia yang dipimpin oleh Belanda membangun ulang landasan baru, menggantikan landasan sebelumnya, dengan konstruksi onderlaag berukuran 1745 m × 45 m dan bernomor 13/31, dengan mengerahkan 4000 orang bekas tahanan perang Romusha.[2][3][4]

Pada tahun 1950, bandara ini diambil alih oleh Pemerintah Indonesia di bawah pengelolaan Jawatan Pekerjaan Umum Seksi Lapangan Terbang. Pada masa tersebut bandara ini telah menjadi salah satu bandara tersibuk karena menghubungkan Indonesia bagian barat dan timur. Lima tahun setelahnya, pengelolaan kembali mengalami pengalihan dan dipegang oleh Jawatan Penerbangan Sipil (saat ini bernama Direktorat Jenderal Perhubungan Udara). Pada tahun ini pula, landasan pacu 13/31 kembali diperpanjang hingga menjadi 2345 m × 45 m. Nama bandara ini pun kembali diubah menjadi Pelabuhan Udara Mandai.[1][3][4]

Memasuki tahun 1980, landasan pacu 13/31 diperpanjang menjadi 2500 m × 45 m dan nama bandara ini diganti menjadi Pelabuhan Udara Hasanuddin,[1]. Mulai saat itu, nama Sultan Hasanuddin terus dipakai sebagai nama bandara tersebut hingga hari ini. Setahun kemudian, bandara ini mulai difungsikan sebagai pelabuhan udara untuk melakukan embarkasi dan disembarkasi jemaah haji ke Jeddah.[5] Dan empat tahun setelah itu, bandara ini kembali berganti nama menjadi Bandar Udara Hasanuddin.[4]

Mulai tanggal 3 Maret 1987, pengelolaan bandara dipindahkan dari pemerintah melalui Direktorat Jenderal Transportasi Udara ke Perum Angkasa Pura I yang merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), berdasarkan PP No. 1/1987 yang dikeluarkan 9 Januari 1987.[6] Enam tahun setelahnya, tepatnya pada tanggal 1 Januari 1993 nama perusahaan pengelola diubah menjadi PT Angkasa Pura I (Persero).

Pada tanggal 3 Oktober 1994, Menteri Perhubungan mengeluarkan Kepmenhub No. KM 61/1994.[7] Melalui keputusan tersebut, bandara ini secara bertahap berganti nama menjadi Bandara Udara Internasional Hasanuddin,[3] dan berganti status sebagai bandara internasional.[4] Meskipun begitu, bandara ini secara teknis sudah melayani penerbangan internasional sejak ditetapkan sebagai bandara embarkasi jemaah haji pada tahun 1981. Pada tanggal 7 Januari 1995, pengoperasian Bandara Internasional Hasanuddin sebagai bandara internasional diresmikan oleh Gubernur Sulawesi Selatan saat itu, Zainal Basri Palaguna. Sebagai penanda, penerbangan internasional dengan rute Makassar–Kuala Lumpur dibuka pada tanggal 28 Maret 1995 oleh maskapai Malaysia Airline System (MAS), disusul oleh penerbangan dengan rute Makassar–Singapura oleh maskapai Silk Air.

Hal yang mengejutkan terjadi selama beberapa waktu, yaitu dari tanggal 28 Oktober 2006 hingga 25 Juli 2008, di mana hampir tidak ada rute internasional kecuali penerbangan haji menuju Jeddah setelah penerbangan rute internasional terakhir, MakassarSingapura ditutup Garuda Indonesia karena merugi.[3] Sebelumnya, Silk Air dan Malaysia Airlines telah terlebih dahulu menutup rute penerbangan internasional mereka ke bandara ini.[8][9] Air Asia membuka kembali rute Makassar–Kuala Lumpur mulai 25 Juli 2008, disusul oleh Garuda Indonesia yang membuka kembali penerbangan langsung Makassar–Singapura mulai tanggal 1 Juni 2011.

Mulai tahun 2004 hingga 2008, terjadi proses perluasan dan pengembangan bandara, termasuk pembangunan terminal penumpang yang baru. Pada tanggal 20 Agustus 2008 terminal baru tersebut diresmikan dan dibuka secara umum, menggantikan terminal lama yang kemudian diberikan ke TNI Angkatan Udara. Terminal baru tersebut berkapasitas 7 juta penumpang per tahun, dengan apron (lapangan parkir pesawat) baru yang berkapasitas tujuh pesawat berbadan lebar, landasan pacu kedua yang baru, serta landasan gelinding (taxiway) baru.[10] Pengoperasian terminal baru dimulai pada tanggal 4 Agustus 2008, dengan hanya menggunakan satu landasan pacu karena landasan pacu baru masih sedang dalam tahap pembangunan saat itu. Tambahan pula, nama bandara ini kembali diperbarui menjadi Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin, dengan penambahan kata "Sultan" yang bermaksud untuk memperjelas tokoh pahlawan yang digunakan sebagai nama bandara ini.[1] Pada tahun 2010, landasan pacu baru yang berukuran 3100 m × 45 m dengan nomor 03/21 itu diresmikan dan dioperasikan. Hal ini membuat Bandara Internasional Sultan Hasanuddin sebagai salah satu dari sedikit bandara dengan jumlah landasan pacu lebih dari satu.

Pada tanggal 14-15 Agustus 2016 dini hari, gedung terminal lama bandara ini terbakar dan menghanguskan seluruh bangunan. Tidak ada korban jiwa dari insiden ini. Penyebab kebakaran sampai saat ini masih belum diketahui.[11]

Terminal

Sebelumnya, bandara ini memiliki terminal lama yang terletak di utara terminal saat ini. Terminal tersebut kemudian tidak difungsikan sama sekali, lalu diberikan ke TNI Angkatan Udara, dan akhirnya hanya dijadikan gudang penyimpanan. Pada tahun 2016, terminal lama tersebut terbakar habis, dan sampai saat ini masih dibiarkan terbengkalai.

Hingga saat ini, Bandara Internasional Sultan Hasanuddin hanya memiliki satu terminal yang beroperasi secara penuh. Terminal ini dibuka pada tahun 2008. Terminal ini memiliki kapasitas maksimum 7 juta penumpang, dan enam garbarata. Terminal ini berukuran lima kali lebih besar dari terminal lama. Terminal ini merupakan terminal bandara pertama di Indonesia yang dirancang dengan gaya arsitektur berteknologi tinggi.

Saat ini, sedang dilaksanakan proyek perluasan terminal bandara yang rencananya akan rampung pada tahun awal tahun 2021 sebelum memasuki musim mudik Idul Fitri 2021.[12][13]

Maskapai dan tujuan penerbangan

Penumpang sipil

MaskapaiTujuan
AirAsia Kuala Lumpur—Internasional
Airfast Indonesia Jakarta—Soekarno–Hatta, Surabaya, Timika
Aviastar Masamba, Palopo, Selayar, Tana Toraja
Batik Air Ambon, Gorontalo, Jakarta—Soekarno—Hatta, Jayapura, Jeddah, Kendari, Luwuk, Mamuju, Manokwari, Merauke, Palu, Samarinda, Sorong, Surabaya, Ternate, Timika
Citilink Ambon, Balikpapan, Biak, Denpasar/Bali, Gorontalo, Jakarta—Soekarno—Hatta, Jayapura, Jeddah, Kendari, Kuala Lumpur–Internasional, Manado, Manokwari, Palu, Samarinda, Sorong, Surabaya, Ternate, Timika, Yogyakarta–Adisutjipto
Flynas Charter: Jeddah
Garuda Indonesia Ambon, Balikpapan, Bau—Bau, Biak, Denpasar/Bali, Gorontalo, Jakarta—Soekarno—Hatta, Jayapura, Kendari, Kupang, Luwuk, Mamuju, Manado, Mataram—Lombok, Palopo, Palu, Raha, Samarinda, Semarang, Sorong, Surabaya, Ternate, Timika, Yogyakarta–Adisutjipto
Musiman: Jeddah[Note 1]
Gatari Air Service Tana Toraja
Indonesia Air Transport Soroako
Lion Air Ambon, Balikpapan, Banjarmasin, Denpasar/Bali, Gorontalo, Jakarta—Soekarno—Hatta, Jayapura, Kendari, Kertajati, Manado, Mataram—Lombok, Palu, Pontianak, Samarinda, Surabaya, Tanjung Pinang, Tarakan, Yogyakarta–Adisutjipto, Yogyakarta—Internasional
Musiman: Jeddah, Madinah
Malaysia AirlinesKuala Lumpur–Internasional
NAM Air Kupang
Saudia Musiman: Jeddah, Madinah
Scoot Singapura
Sriwijaya Air Balikpapan, Banjarmasin, Biak, Denpasar/Bali, Gorontalo, Jakarta—Soekarno—Hatta, Jayapura, Kendari, Langgur, Luwuk, Mamuju, Manokwari, Merauke, Semarang, Sorong, Surabaya, Ternate, Timika, Tobelo–Kao, Yogyakarta–Adisutjipto
Susi Air Masamba, Palopo, Tana Toraja
TransNusa Balikpapan, Kendari, Kolaka, Labuan Bajo, Maumere, Morowali, Palu, Selayar
Wings Air Batulicin, Bau—Bau, Bima, Kendari, Kolaka, Luwuk, Mamuju, Maumere, Morowali, Palangkaraya, Palopo, Poso, Raha, Selayar, Wangi—Wangi
Catatan
  1. ^ Transit di Medan

Pangkalan Udara TNI AU Sultan Hasanuddin

Pangkalan Udara TNI-AU Sultan Hasanuddin
 
Lambang Lanud
Negara  Indonesia
Cabang  TNI Angkatan Udara
Tipe unitPangkalan Udara Militer
Bagian dariKomando Operasi Angkatan Udara II
Moto"Prayatna Kerta Gegana"
Situs webwww.tni-au.mil.id

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b c d e Setiawan, Robi (12 Februari 2019). "Tahu Nggak? Bandara Sultan Hasanuddin Pernah Ganti Nama Empat Kali". detikTravel. Jakarta. Diakses tanggal 7 November 2019. 
  2. ^ a b c "Profil Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar". Bandara Online. 3 April 2011. Diakses tanggal 7 November 2019. 
  3. ^ a b c d e f Quraisy, M. Ibrahim (28 Maret 2017). "Sejarah Bandara Sultan Hasanuddin Dulu dan Sekarang". Bagooli. Media Buzzer Group. Diakses tanggal 7 November 2019. 
  4. ^ a b c d e f "Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar". Bandara Online. 8 Maret 2011. Diakses tanggal 7 November 2019. 
  5. ^ "Terbentuknya Lanud Hasanuddin". TNI Angkatan Udara. Dinas Penerangan TNI-AU. 25 Januari 2010. Diakses tanggal 7 November 2019. 
  6. ^ "Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1987" (PDF). 
  7. ^ "Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM. 61 Tahun 1994" (PDF). 
  8. ^ "Pelayanan Bandara Hasanuddin Dikeluhkan", KOMPAS, 13 Oktober 2006
  9. ^ "Garuda Tutup Rute Makassar-Singapura", TEMPO Interaktif, 6 Oktober 2006
  10. ^ "Bandara Baru Hasanuddin Dioperasikan", Metro TV, 4 Agustus 2008
  11. ^ Amri, Amri N. (16 Agustus 2019). "Kebakaran di Terminal Lama Bandara Makassar Masih Misterius". Warta Ekonomi. Makassar. Diakses tanggal 9 November 2019. 
  12. ^ Ismoyo, Bambang (4 November 2019). "Angkasa Pura I Terus Komitmen Kembangkan Bandara untuk Wujudkan Konektivitas Udara". Warta Ekonomi. Jakarta. Diakses tanggal 9 November 2019. 
  13. ^ Desfika, Thresa S. (4 November 2019). "Angkasa Pura I Kembangkan Empat Bandara". Berita Satu. Jakarta. Diakses tanggal 9 November 2019. 

Pranala luar