Hud

Nabi dan Rasul dalam Islam

Hud (bahasa Arab: نوح, translit. Hūd) adalah seorang tokoh yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Dia merupakan seorang rasul yang diutus untuk berdakwah kepada Kaum 'Ad. Salah satu surah dalam Al-Qur'an, yakni surah kesebalas, dinamakan dengan namanya. Dalam daftar 25 nabi, Hud biasanya ditempatkan di urutan keempat, setelah Nuh dan sebelum Shaleh.

Hud
هود
MakamHadramaut
Gelar
KerabatKaum 'Ad

Ayat

"Dan kepada kaum 'Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud. Dia berkata,
'Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. (Selama ini) kamu hanyalah mengada-ada.'"

— Hud (11): 50

Kisah

Nama Hud disebutkan tujuh kali dalam Al-Qur'an. Kisah Hud dan/atau kaum 'Ad disebutkan dalam Al-Qur'an surah Al-A'raf (07): 65-72, Hud (11): 50-60, Al-Mu'minun (23): 31-41, Asy-Syu'ara' (26): 123-140, Fushshilat (41): 15-16, Al-Ahqaf (46): 21-25, Adz-Dzariyat (51): 41-42, An-Najm (53): 50-55, Al-Qamar (54): 18-22, Al-Haqqah (69):6-8, dan Al-Fajr (89): 6-14. Sebagian dari surah dan ayat tersebut hanya menjelaskan terkait kaum 'Ad tanpa menyebutkan Hud.

Latar belakang

Al-Qur'an tidak menjelaskan mengenai silsilah Hud, sedangkan para ulama memiliki beberapa pendapat terkait masalah ini, di antaranya:[1]

Dakwah

Disebutkan dalam Al-Qur'an bahwa kaum 'Ad merupakan penguasa pengganti kaum Nuh.[2] Ibnu Katsir menyatakan bahwa kaum 'Ad adalah kaum pertama yang menyembah berhala setelah banjir besar zaman Nuh. Mereka menyembah berhala yang diberi nama Shamad, Shamud, dan Huran.[3] Disebutkan bahwa mereka memiliki bangunan-bangunan yang tinggi[4], juga membangun istana-istana yang megah dan benteng-benteng.[5] Mereka juga dikenal suka menyiksa dengan bengis.[6] Kaum 'Ad juga memiliki perawakan dan tubuh yang kuat.[7] Mereka juga disebut menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang dan durhaka.[8]

Hud menyeru kaum 'Ad agar bertakwa kepada Allah.[9] Dia juga menegaskan tidak meminta imbalan pada mereka atas dakwahnya.[10][11] Hud mengingatkan mereka akan nikmat Allah yang dikaruniakan kepada mereka, seperti binatang-binatang ternak, keturunan, kebun-kebun, dan mata air.[12]

Meski demikian, banyak dari anggota kaum 'Ad yang tidak mengikuti seruan Hud. Mereka merasa heran bahwa utusan Allah hanyalah manusia biasa. Kaum 'Ad juga meragukan Hud karena dia tidak menunjukkan mukjizat. Bahkan mereka mengatakan bahwa Hud terkena penyakit gila yang diberikan oleh sebagian berhala kaum 'Ad.

Pembalasan Allah atas kaum 'Aad

Pembalasan Tuhan terhadap kaum 'Aad yang kafir dan tetap membangkang itu diturunkan dalam dua tahap. Tahap pertama berupa kekeringan yang melanda ladang dan kebun mereka. Dalam keadaan demikian Nabi Hud masih berusaha meyakinkan mereka bahwa kekeringan itu adalah suatu permulaan siksaan dari Allah yang dijanjikan dan bahwa Allah masih memberi kesempatan kepada mereka untuk sadar akan kesesatan dan kekafiran mereka dan kembali beriman kepada Allah dengan meninggalkan persembahan mereka yang batil untuk kemudian bertaubat dan memohon ampun kepada Allah agar segera hujan turun kembali dan menghindari mereka dari bahaya kelaparan yang mengancam. Akan tetapi mereka tetap belum mau percaya dan menganggap janji Nabi Hud itu adalah janji kosong. Mereka bahkan pergi menghadap berhala-berhala mereka memohon perlindungan dari musibah yang mereka hadapi.

Tentangan mereka terhadap janji Allah yang diwahyukan kepada Nabi Hud segera mendapat jawaban dengan datangnya pembalasan tahap kedua yang dimulai dengan terlihatnya gumpalan awan dan mega hitam yang tebal di atas mereka yang disambutnya dengan sorak-sorai gembira, karena mengira bahwa hujan akan segera turun membasahi ladang dan menyirami kebun mereka yang sedang mengalami kekeringan. Melihat sikap kaum 'Aad yang sedang bersuka ria itu berkatalah Nabi Hud dengan nada mengejek: Mega hitam itu bukanlah mega hitam dan awan rahmat bagi kamu tetapi mega yang akan membawa kehancuran kamu sebagai pembalasan Allah yang telah kujanjikan dan kamu ternanti-nanti untuk membuktikan kebenaran kata-kataku yang selalu kamu sangkal dan kamu dusta.

Sejurus kemudian menjadi kenyataan apa yang diramalkan oleh Nabi Hud itu bahwa bukan hujan yang turun dari awan yang tebal itu tetapi angin topan yang dahsyat dan kencang disertai bunyi gemuruh yang mencemaskan yang telah merusakkan bangunan rumah dari dasarnya, membawa beterbangan semua perabotan dan harta benda serta melempar jauh binatang-binatang ternak. Keadaan kaum 'Aad menjadi panik, mereka berlari kesana-sini, hilir-mudik mencari perlindungan.

Adapun Nabi Hud dan para sahabatnya yang beriman telah mendapat perlindungan Allah dari bencana yang menimpa kaumnya. Setelah keadaan cuaca kembali menjadi tenang dan tanah Al-Ahqaf sudah menjadi sunyi senyap dari kaum 'Aad pergilah Nabi Hud meninggalkan tempatnya berhijrah ke Hadramaut, dimana ia tinggal menghabiskan sisa hidupnya sampai ia wafat dan dimakamkan di sana. Hingga sekarang makamnya yang terletak di atas sebuah bukit, di suatu tempat lebih kurang 50 km dari kota Siwun selalu dikunjungi para peziarah yang datang dari sekitar daerah itu, terutama pada bulan Syaaban.

Kisah Hud dalam Al-Qur'an

Kisah Nabi Hud diceritakan dalam 68 ayat dari 10 surah yang di antaranya adalah Surat Hud, ayat 50 hingga 60, Surat Al Mu’minuun ayat 31 sehingga ayat 41, Surat Al Ahqaaf ayat 21 sehingga ayat 26 dan Surat Al Haaqqah ayat 6,7 dan 8. Berikut adalah rincian kisah Nabi Hud disurat-surat yang lain:

Rujukan

  1. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 135.
  2. ^ Al-A'raf (07): 69
  3. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 136-137.
  4. ^ Al-Fajr (89): 7
  5. ^ Asy-Syu'ara' (26): 128-129
  6. ^ Asy-Syu'ara' (26): 130
  7. ^ Al-A'raf (07): 69
  8. ^ Hud (11): 59
  9. ^ Asy-Syu'ara' (26): 126
  10. ^ Hud (11): 51
  11. ^ Asy-Syu'ara' (26): 127
  12. ^ Asy-Syu'ara' (26): 133-134

Daftar pustaka

Pranala luar