Olimpiade
Pertandingan Olimpiade (bahasa Prancis: les Jeux olympiques, JO)[1] adalah ajang olahraga internasional empat tahunan yang mempertandingkan cabang-cabang olahraga musim panas dan musim dingin serta diikuti oleh ribuan atlet yang berkompetisi dalam berbagai pertandingan olahraga. Olimpiade merupakan kompetisi olahraga terbesar dan terkemuka di dunia, dengan lebih dari 200 negara berpartisipasi.
Moto | Citius, Altius, Fortius |
---|---|
Acara pertama | 1896 di Athena, Yunani (Olimpiade Musim Panas) 1924 di Chamonix, Prancis (Olimpiade Musim Dingin) |
Terjadi setiap | Empat tahun |
Acara terakhir | 2018 di Pyeongchang, Korea Selatan (Olimpiade Musim Dingin) 2016 di Rio de Janeiro, Brasil (Olimpiade Musim Panas) |
Markas besar | Lausanne, Swiss |
Acara berikutnya | 2022 di Beijing, Tiongkok (Olimpiade Musim Dingin) 2020 di Tokyo, Jepang (Olimpiade Musim Panas) |
Situs | www.olympic.org |
Olimpiade |
---|
Topik utama |
Pertandingan |
Awalnya, Olimpiade hanya berlangsung di Yunani kuno sampai akhirnya pada tahun 393 M Olimpiade kuno ini dihentikan oleh Kaisar Romawi, Theodosius. Olimpiade kemudian dihidupkan kembali oleh seorang bangsawan Prancis bernama Pierre Frèdy Baron de Coubertin pada tahun 1896. Dalam kongres pada tahun 1894 yang diselenggarakan di Paris, didirikanlah Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan ibu kota Yunani, Athena dipilih sebagai tuan rumah Olimpiade modern pertama tahun 1896. Selanjutnya, sejak tahun 1896 sampai sekarang, setiap empat tahun sekali Olimpiade Musim Panas senantiasa diadakan kecuali tahun-tahun pada masa Perang Dunia II. Edisi khusus untuk olahraga musim dingin; Olimpiade Musim Dingin, mulai diadakan pada tahun 1924. Awalnya Olimpiade Musim Dingin diadakan pada tahun yang sama dengan Olimpiade Musim Panas, namun sejak tahun 1994 Olimpiade Musim Dingin diadakan setiap empat tahun sekali, dengan selang waktu dua tahun dari penyelenggaraan Olimpiade Musim Panas.
Evolusi yang dilakukan oleh IOC selama abad ke-20 dan 21 telah menyebabkan beberapa perubahan pada penyelenggaraan Olimpiade. Beberapa penyesuaian dilakukan, termasuk penciptaan Olimpiade Musim Dingin untuk olahraga es dan salju, Paralimpiade untuk atlet dengan kekurangan fisik dan Olimpiade Remaja untuk para atlet remaja. Dalam perkembangannya, Olimpiade telah menghadapi berbagai tantangan, seperti pemboikotan, penggunaan obat-obatan, penyuapan dan terorisme. Olimpiade juga merupakan kesempatan besar bagi kota dan negara tuan rumah untuk menampilkan diri kepada dunia.
Gerakan Olimpiade terdiri dari Federasi Olahraga Internasional (IF), Komite Olimpiade Nasional (NOC), dan Komite Pengorganisasian Olimpiade (OCOG). Sebagai badan pembuat keputusan, IOC bertanggung jawab untuk memilih kota tuan rumah untuk setiap Pertandingan, serta mengatur dan mendanai Olimpiade sesuai dengan Piagam Olimpiade. IOC juga menentukan program Olimpiade, yang terdiri dari cabang olahraga yang akan dipertandingkan di Olimpiade. Ada beberapa ritual dan simbol Olimpiade, seperti bendera dan obor Olimpiade, serta upacara pembukaan dan penutupan. Lebih dari 13.000 atlet bersaing di Olimpiade Musim Panas dan Musim Dingin di 33 olahraga yang berbeda dan hampir 400 pertandingan. Para pemenang pertama, kedua, dan ketiga di masing-masing pertandingan menerima medali Olimpiade: emas, perak, dan perunggu, masing-masing.
Di Indonesia, Olimpiade yang sering dikenal dan secara rutin diikuti adalah Olimpiade Musim Panas. Indonesia sendiri pertama kali berpartisipasi pada Olimpiade Helsinki 1952 di Finlandia, dan tak pernah absen berpartisipasi pada tahun-tahun berikutnya, kecuali pada tahun 1964 dan 1980.[2].
Olimpiade kuno
Pertandingan Olimpiade kuno adalah festival keagamaan dan atletik yang diadakan setiap empat tahun di tempat suci Zeus di Olympia, Yunani. Kompetisi adalah di antara perwakilan dari beberapa negara-kota dan kerajaan Yunani Kuno. Permainan ini terutama menampilkan olahraga atletik tetapi juga olahraga seperti gulat dan perlombaan, balap kuda dan kereta kuda. Telah banyak ditulis bahwa selama Olimpiade, semua konflik di antara negara-negara kota yang berpartisipasi ditunda sampai Olimpiade selesai. Penghentian permusuhan ini dikenal sebagai perdamaian atau gencatan senjata Olimpiade. Ide ini adalah mitos modern karena orang-orang Yunani tidak pernah menangguhkan perang mereka. Gencatan senjata itu memungkinkan para peziarah religius yang sedang melakukan perjalanan ke Olympia untuk melewati wilayah yang berperang tanpa gangguan karena mereka dilindungi oleh Zeus. Asal usul Olimpiade diselimuti misteri dan legenda; salah satu mitos paling populer mengidentifikasi Heracles dan ayahnya Zeus sebagai nenek moyang dari Olimpiade . Menurut legenda, Heracles lah yang pertama kali menyebut pertandingan "Olimpiade" dan menetapkan kebiasaan penyelenggaraannya setiap empat tahun. Mitos berlanjut bahwa setelah Heracles menyelesaikan dua belas kerjanya, dia membangun Stadion Olimpiade sebagai suatu kehormatan bagi Zeus. Setelah selesai, ia berjalan dalam garis lurus untuk 200 langkah dan menyebut jarak ini sebagai "stadion" (bahasa Yunani: στάδιον, Latin: stadion, "panggung"), yang kemudian menjadi jarak yang jauh. Tanggal awal yang paling banyak diterima untuk Olimpiade Kuno adalah 776 SM; ini didasarkan pada prasasti, ditemukan di Olympia, daftar pemenang lomba lari kaki yang diadakan setiap empat tahun dimulai pada 776 SM. Pertandingan Olimpiade kuno menampilkan acara lari, pentathlon (terdiri dari acara melompat, lempar cakram dan lempar lembing, perlombaan kaki, dan gulat), tinju, gulat, pankrasi, dan berkuda. Tradisi mengatakan bahwa Coroebus, juru masak dari kota Elis, adalah juara Olimpiade pertama.
Sejak ribuan tahun lalu bangsa Yunani sudah mengenal olahraga dalam arti yang paling sederhana. Mereka melakukannya untuk kepentingan pasukan perang atau kemiliteran. Dengan berolahraga diharapkan para prajurit akan tangkas dan sigap dalam bertempur. Olimpiade yang paling awal konon sudah diselenggarakan bangsa Yunani kuno pada tahun 776 Sebelum Masehi. Kegiatan itu diikuti seluruh bangsa Yunani dan dilangsungkan untuk menghormati dewa tertinggi mereka, Zeus. Zeus bermukim di Gunung Olimpus yang kemudian dipakai sebagai nama Olimpiade hingga sekarang. Olimpiade kuno juga diselenggarakan setiap empat tahun, para olahragawan terbaik dari seluruh Yunani berdatangan ke arena di sekitar Gunung Olimpus. Mereka bertanding secara perorangan, bukan atas nama tim. Para atlet yang akan bertanding terlebih dulu berlatih keras selama sepuluh bulan di daerah masing-masing. Dulu, di Yunani sering terjadi perang saudara, namun ketika pesta olahraga berlangsung, pihak yang bertikai melakukan gencatan senjata. Siapa yang melanggar konsensus akan dikenakan denda. Bangsa Sparta pernah diharuskan membayar denda karena melanggar gencatan senjata selama Perang Peloponnesus. Menjelang pertandingan, panitia pelaksana menyembelih babi kurban.[3][4]
Saat ini di wilayah Olympia, Yunani terdapat sekelompok bangunan kecil dan gelanggang di alam terbuka. Sisa-sisa puing gelanggang latihan itu merupakan peninggalan arkeologis yang dilestarikan pemerintah Yunani. Pada pesta Olimpiade kerap terjadi perjanjian perdamaian atau persekutuan antar bangsa. Juga timbul berbagai kegiatan transaksi. Barang-barang yang dijajakan antara lain anggur, makanan, jimat, dan benda-benda ibadah. Olimpiade kuno mempertandingkan cabang-cabang atletik seperti lari, loncat, dan lempar. Ada juga pacuan kuda dan pacuan kereta. Karena aturannya belum baku, para penonton sering terkena lemparan batu atau ditabrak kereta kuda para peserta.[5][6][7]
Di Olympia juga masih dijumpai batu-batu yang merupakan pijakan olahraga lari. Pijakan batu itu disusun sedemikian rupa agar para pelari bisa mendapat ruang gerak ke kiri dan ke kanan. Pada saat start para pelari harus menempatkan telapak kaki pada batu-batu pijakan itu. Ada pula panel-panel tentang lomba lari khusus membawa perisai. Lomba ini banyak disukai penonton karena dianggap lucu.[8] Pembukaan Olimpiade selalu diwarnai lomba kereta dengan empat kuda. Sekitar 40 kereta dijajarkan dalam kandang di gerbang keluar. Jarak yang ditempuh hampir 14 km, yakni 12 kali pulang pergi antara dua tiang batu yang ditancapkan di tanah. Berbeda dengan Olimpiade modern, dulu mahkota kemenangan tidak diberikan kepada sais atau joki, melainkan kepada pemilik kereta dan kuda yang umumnya orang-orang kaya. Orang kaya yang haus kehormatan biasanya mengirim paling sedikit tujuh kereta kuda untuk mengikuti perlombaan.[9]
Berbagai pertandingan dalam Olimpiade kuno boleh dikatakan serba keras. Para pelari berpacu secepat-cepatnya tanpa memakai alas kaki. Para penunggang kuda berlomba habis-habisan tanpa pelana atau sanggurdi. Para peloncat membawa pemberat yang diayun-ayunkan untuk menambah dorongan maju. Olahraga yang terkeras adalah pankration, yakni perpaduan antara gulat dan tinju gaya tradisional.[10] Para atlet boleh menyepak atau mencekik lawan, yang tidak diperbolehkan adalah memijit mata, menggigit, dan mematahkan jari. Fairplay benar-benar diperhatikan para atlet. Beberaba artefak purba memperlihatkan adegan tinju antara dua atlet. Pemenang adu tinju adalah pihak yang dapat memukul kepala lawan. Pihak yang kalah harus mengacungkan jari tanda mengaku kalah.[11]
Olimpiade kuno hanya boleh ditonton dan diikuti oleh para pria. Sebab para atlet harus bertanding dengan tubuh telanjang, kecuali untuk kesempatan khusus, seperti lomba kereta kuda. Mereka berbusana beraneka ragam untuk menunjukkan status sosial si pemilik kereta dan kuda. Bagi orang Yunani telanjang merupakan cara paling sesuai untuk berolahraga. Mereka bangga kalau memiliki tubuh yang atletis.[12] Pemenang pertandingan mendapatkan mahkota dedaunan, seperti daun zaitun liar sebagai pengganti medali. Kadang-kadang sang juara diarak masuk kota melalui sebuah lubang yang dibuat khusus pada tembok kota. Mereka dielu-elukan di jalan kota dan disambut pembacaan puisi.[13] Penghargaan lain kepada olahragawan berprestasi berupa pembebasan dari pajak dan mendapat makanan gratis. Beberapa kota juga memberikan bonus uang dalam jumlah besar. Bahkan di kota kediaman pemenang didirikan patung mereka. Banyak patung batu dan perunggu masih tersisa sampai kini dan itulah hadiah paling abadi milik sang juara. Salah satu bagian cabang atletik yang masih tetap dikenal hingga kini adalah maraton, yakni perlombaan lari sejauh kira-kira 42 km.[14]
Olimpiade mencapai puncaknya pada abad ke-6 dan ke-5 SM, tetapi kemudian secara bertahap mengalami penurunan seiring jatuhnya Yunani ke tangan Romawi. Tidak ada konsensus yang menyatakan secara resmi mengenai berakhirnya Olimpiade, namun teori yang paling umum dipegang saat ini adalah pada tahun 393 M, saat Kaisar Romawi, Theodosius menyatakan bahwa semua budaya praktik-praktik kuno Yunani harus dihilangkan.[15] Kemudian, pada tahun 426 M, Theodosius II memerintahkan penghancuran semua kuil Yunani. Setelah itu, Olimpiade tidak diadakan lagi sampai akhir abad ke-19.[16]
Olimpiade modern
Pelopor
Berbagai penggunaan istilah "Olimpiade" untuk menggambarkan kejadian atletik di era modern telah didokumentasikan sejak abad ke-17. Acara pertama tersebut adalah Olimpiade Cotswold atau "Cotswold Olimpick Games", sebuah pertemuan tahunan di dekat Chipping Campden, Inggris, melibatkan berbagai olahraga. Ini pertama kali diselenggarakan oleh pengacara Robert Dover antara 1612 dan 1642, dengan beberapa perayaan berlanjut hingga hari ini. Asosiasi Olimpiade Britania Raya, dalam tawarannya untuk Olimpiade 2012 di London, menyebutkan Olimpiade ini sebagai "yang pertama dari awal Olimpiade Inggris". Ajang olahraga pertama yang pelaksanaannya serupa dengan Olimpiade kuno adalah L'Olympiade de la République, sebuah festival olahraga nasional yang diadakan pada tahun 1796 sampai 1798 selama masa Revolusi Prancis.[17] Dalam pelaksanaannya, ajang ini mengadopsi beberapa peraturan-peraturan yang berlaku dalam Olimpiade kuno. Ajang ini juga menandai diterapkannya sistem metrik ke dalam cabang-cabang olahraga.[17] Pada tahun 1834 dan 1836 Olimpiade diadakan di Ramlösa (Swedia) dan ditambah di Stockholm (Swedia) 1843, semuanya diselenggarakan oleh Gustaf Johan Schartau dan lainnya. Sebanyak 25.000 penonton menyaksikan permainan.
Pada tahun 1850 sebuah Kelas Olimpiade didirikan oleh Dr. William Penny Brookes di Much Wenlock, Shropshire, Inggris. Selanjutnya, pada tahun 1859, Dr. Brookes mengganti nama Kelas Olimpiade menjadi Olimpiade Wenlock. Ajang tersebut tetap diadakan hingga hari ini.[18] Tanggal 15 November 1860, Dr. Brookes membentuk Perkumpulan Olimpiade Wenlock.[19] . . Antara tahun 1862 dan 1867, di Liverpool diadakan ajang Grand Olympic Festival. Ajang ini dicetuskan oleh John Hulley dan Charles Melly dan merupakan ajang olahraga pertama yang bersifat internasional, meskipun atlet-atlet yang berpartisipasi kebanyakan merupakan "atlet amatir".[20][21] Penyelenggaraan Olimpiade modern pertama di Athena pada tahun 1896 hampir identik dengan Olimpiade Liverpool.[22] Pada tahun 1865, Hulley, Dr. Brookes dan EG Ravenstein mendirikan Asosiasi Olimpiade Nasional di Liverpool, yang merupakan cikal bakal terbentuknya Asosiasi Olimpiade Britania Raya. Selanjutnya, pada tahun 1866, sebuah ajang bernama Olimpiade Nasional Britania Raya diselenggarakan di London untuk pertama kalinya.[23]
Kebangkitan
Semangat bangsa Yunani untuk menghidupkan kembali Olimpiade dimulai seiring dengan berlangsungnya Perang Kemerdekaan antara Yunani dengan Kekaisaran Ottoman pada tahun 1821. Ide untuk membangkitkan Olimpiade pertama kali dicetuskan oleh seorang penyair dan editor majalah bernama Panagiotis Soutsos lewat puisinya yang berjudul "Dialogue of the Dead" yang diterbitkan pada tahun 1833.[19] Evangelis Zappas, seorang pengusaha Yunani-Rumania adalah orang yang pertama kali menulis kepada Raja Otto, menawarkan untuk mendanai kebangkitan Olimpiade.[19] Zappas mensponsori penyelenggaraan Olimpiade pada tahun 1859 yang diselenggarakan di pusat kota Athena. Atlet-atlet yang berpartisipasi dalam ajang tersebut berasal dari Yunani dan Kekaisaran Ottoman. Zappas juga mendanai perenovasian Stadion Panathinaiko kuno agar dapat dipakai sebagai tempat penyelenggaraan Olimpiade pada tahun-tahun berikutnya.[19]
Stadion Panathinaiko digunakan sebagai tempat penyelenggaraan Olimpiade tahun 1870 dan 1875.[19] Sekitar Tiga puluh ribu penonton menghadiri Olimpiade pada tahun 1870 namun tidak ada catatan kehadiran resmi yang tersedia untuk penyelenggaraan Olimpiade tahun 1875.[19] Pada tahun 1890, setelah menghadiri Olimpiade Wenlock, seorang sejarawan Prancis bernama Baron Pierre de Coubertin terinspirasi untuk mendirikan Komite Olimpiade Internasional (International Olympic Committee/IOC).[24] Coubertin punya ide untuk menyelenggarakan suatu ajang Olimpiade internasional setiap empat tahun sekali berdasarkan ajang Olimpiade Yunani yang dibangkitkan oleh Brookes dan Zappas.[24] Dia mempresentasikan ide ini dalam kongres pertama IOC yang berlangsung pada tanggal 16-23 Juni 1894 di Universitas Sorbonne, Paris. Pada hari terakhir kongres, diputuskan bahwa penyelenggaraan Olimpiade internasional berada di bawah naungan IOC dan penyelenggaraan pertamanya akan dilangsungkan di Athena, Yunani pada tahun 1896.[25] Hasil kongres juga memutuskan bahwa penulis Demetrius Vikelas dari Yunani terpilih sebagai presiden IOC pertama.[19]
Olimpiade 1896
Olimpiade pertama yang diadakan di bawah naungan IOC berlangsung di stadion Panathinaiko, Athena, pada tahun 1896. Olimpiade pertama ini diikuti oleh 14 negara dengan total 241 atlet yang berlaga dalam 43 pertandingan.[26] Seperti janjinya pada Pemerintah Yunani, Zappas dan sepupunya, Konstantinos Zappas turut membantu membiayai penyelenggaraan Olimpiade 1896.[19][27][28] George Averoff, seorang pengusaha Yunani bersedia untuk mendanai perenovasian stadion dalam rangka persiapan Olimpiade.[19] Pemerintah Yunani juga turut menyediakan dana, berharap dana tersebut dapat diperoleh kembali melalui penjualan tiket dan dari penjualan set prangko peringatan Olimpiade pertama.[19]
Sebagian besar atlet yang berpartisipasi dalam Olimpiade Athena 1896 berasal dari Yunani, Jerman, Prancis, dan Britania Raya. Negara-negara tersebut juga menguasai perolehan medali.[19] Pada saat itu, wanita tidak boleh berpartisipasi. Penyelenggara menyebut kesertaan mereka tidak praktis, tidak menarik, dan tidak tepat. Sekitar 80.000 penonton hadir, termasuk Raja George I dari Yunani.[29]
Meskipun Yunani tidak berpengalaman dalam menyelenggarakan ajang olahraga internasional dan awalnya juga mempunyai masalah keuangan, namun akhirnya berhasil mempersiapkan segalanya tepat waktu. Jumlah atlet yang berpartisipasi juga terbilang kecil jika dibandingkan dengan ukuran saat ini, namun Olimpiade 1896 merupakan keikutsertaan internasional terbesar untuk ajang olahraga pada masanya. Olimpiade tersebut pun terbukti sukses bagi rakyat Yunani.[19]
Perubahan dan adaptasi
Setelah kesuksesan Olimpiade 1896, Olimpiade memasuki masa-masa stagnasi yang mengancam keberlangsungan ajang tersebut. Olimpiade Paris 1900 dan Olimpiade St. Louis 1904 adalah buktinya. Olimpiade Paris tidak memiliki stadion, namun ini adalah Olimpiade di mana pertama kalinya wanita diizinkan ikut serta dalam pertandingan. Olimpiade St. Louis tahun 1904 diikuti oleh 650 atlet, namun 580 di antaranya berasal dari Amerika Serikat. Hal-hal di atas menjadi dasar bagi IOC untuk melakukan perubahan pada Olimpiade.[30] Olimpiade ditata ulang setelah diadakannya Olimpiade Interkala (disebut demikian karena Olimpiade ini adalah Olimpiade ketiga yang diadakan sebelum waktu penyelenggaraan Olimpiade ketiga) pada tahun 1906 di Athena. Olimpiade Interkala ini tidak diakui secara resmi oleh IOC dan tidak pernah diselenggarakan lagi sejak saat itu. Namun, Olimpiade Interkala yang diselenggarakan di Stadion Panathinaiko, Athena ini telah menarik minat banyak peserta secara internasional dan menghasilkan kepentingan publik yang besar, menandai kenaikan popularitas dan ukuran dari Olimpiade itu sendiri.[31]
Olimpiade Musim Dingin
Olimpiade Musim Dingin (pertama kali diadakan di Chamonix, Prancis, pada tahun 1924) diciptakan untuk memperlombakan cabang-cabang olahraga musim dingin seperti seluncur es dan ski yang tidak bisa diperlombakan dalam Olimpiade Musim Panas. Seluncur es (tahun 1908 dan 1920) serta hoki (tahun 1920) pernah diperlombakan dalam ajang Olimpiade Musim Panas. IOC ingin memperluas daftar tersebut dengan ikut memperlombakan cabang-cabang olahraga untuk musim dingin lainnya. Pada kongres Olimpiade tahun 1921 di Lausanne, diputuskan untuk menyelenggarakan versi musim dingin dari Olimpiade. Acara bertajuk Pekan Olahraga Musim Dingin diadakan pada tahun 1924 di Chamonix, Prancis. Acara ini menjadi penyelenggaraan Olimpiade Musim Dingin pertama.[32]
Pada awalnya, IOC memutuskan untuk menyelenggarakan Olimpiade Musim Dingin pada tahun yang sama dengan penyelenggaraan Olimpiade Musim Panas.[33] Tradisi ini bertahan sampai Olimpiade Musim Dingin 1992 di Albertville, Prancis. Setelah itu, sejak tahun 1994 Olimpiade Musim Dingin diadakan setiap dua tahun berselang setelah penyelenggaraan Olimpiade Musim Panas.[32] Jumlah negara yang berpartisipasi dalam Olimpiade Musim Dingin juga lebih sedikit dibandingkan Olimpiade Musim Panas, karena negara-negara yang berada di ekuator tidak mengenal olahraga musim dingin dan juga tidak memiliki fasilitas untuk olahraga tersebut.[32]
Paralimpiade
Pada tahun 1948, Sir Ludwig Guttmann, yang bertekad untuk mempromosikan rehabilitasi prajurit yang cacat akibat Perang Dunia II menyelenggarakan pertandingan olahraga antar rumah sakit bertepatan dengan penyelenggaraan Olimpiade London 1948. Pertandingan tersebut dikenal sebagai Stoke Mandeville Games dan selanjutnya diselenggarakan setiap tahunnya selama dua belas tahun. Kemudian, dalam Olimpiade Roma 1960, Guttman membawa 400 atlet untuk berlaga dalam ajang Olimpiade Paralel, yang kemudian dikenal sebagai Paralimpiade pertama. Sejak itu, Paralimpiade telah diselenggarakan di setiap tahun penyelenggaraan Olimpiade. Dalam Olimpiade 1988, Seoul sebagai kota tuan rumah juga menjadi tuan rumah untuk penyelenggaraan Paralimpiade.[34] Pada tahun 2001, Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan Komite Paralimpiade Internasional (IPC) menandatangani perjanjian yang menjamin bahwa kota tuan rumah Olimpiade juga akan dikontrak untuk menjadi tuan rumah Paralimpiade.[35][36] Perjanjian ini mulai diberlakukan dalam penyelenggaraan Olimpiade Musim Panas Beijing 2008 dan Olimpiade Musim Dingin Vancouver 2010. Ketua panitia Olimpiade Musim Panas London 2012, Lord Coe, menyatakan soal penyelenggaraan Olimpiade dan Paralimpiade 2012 di London:
Kami ingin mengubah sikap publik terhadap kecacatan, merayakan kehebatan olahraga Paralimpik dan untuk menegaskan bahwa dua pertandingan ini adalah satu keseluruhan yang utuh.[37]
Olimpiade Remaja
Pada tahun 2010, Olimpiade menambah daftar pertandingannya dengan menyertakan Olimpiade Remaja ke dalam penyelenggaraan Olimpiade. Olimpiade Remaja ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada atlet yang berusia antara 14 sampai 18 tahun untuk berkompetisi dalam Olimpiade. Olimpiade Remaja sebenarnya sudah dicetuskan oleh Presiden IOC, Jacques Rogge pada tahun 2001 dan baru disetujui dalam Kongres IOC ke 119 pada tahun 2007.[38][39] Olimpiade Remaja Musim Panas pertama diselenggarakan di Singapura pada tanggal 14-26 Agustus 2010, sedangkan Olimpiade Remaja Musim Dingin pertama diselenggarakan di Innsbruck, Austria pada bulan Januari 2012.[40] Waktu penyelenggaraan Olimpiade Remaja ini akan lebih singkat dibanding Olimpiade yang lainnya; versi musim panasnya berlangsung selama dua belas hari, sedangkan versi musim dinginnya berlangsung selama sembilan hari.[41] IOC mengizinkan 3.500 atlet dan 875 ofisial untuk berpartisipasi dalam Olimpiade Remaja Musim Panas, serta 970 atlet dan 580 ofisial di Olimpiade Remaja Musim Dingin.[42][43] Cabang olahraga yang diperlombakan akan disesuaikan dengan Olimpiade yang lainnya, namun akan ada variasi pada beberapa cabang olahraga, misalnya tim negara campuran dan tim gender campuran serta dikuranginya beberapa cabang dan peraturan pertandingan.[44]
Olimpiade masa kini
Dengan 241 atlet yang mewakili 14 negara pada tahun 1896, peserta Olimpiade terus tumbuh sepanjang tahun. Pada Olimpiade Beijing 2008, terhitung sebanyak 10.500 atlet dari 204 negara turut berkompetisi dalam Olimpiade.[45] Sedangkan ruang lingkup dan skala dari Olimpiade Musim Dingin lebih kecil. Dalam Olimpiade Musim Dingin 2006 di Turin, Italia, cuma sekitar 2.508 atlet dari 80 negara yang berpartisipasi.[46] Selama Olimpiade berlangsung, para atlet dan ofisial mereka tinggal di sebuah lokasi yang dinamakan "desa Olimpiade". Desa ini dimaksudkan untuk menjadi sebuah lokasi mandiri bagi semua peserta Olimpiade. Lokasi tersebut juga dilengkapi dengan kafetaria, klinik kesehatan dan tempat ibadah.[47]
IOC memperbolehkan pembentukan Komite Olimpiade Nasional (NOC) yang mewakili negara-negara yang tidak berdaulat namun diakui secara internasional. Akibatnya, negara-negara koloni, teritori dan dependensi diizinkan untuk berlaga di Olimpiade. Negara-negara ini termasuk wilayah seperti Puerto Riko, Bermuda, Palestina dan Hong Kong, yang semuanya berkompetisi membawa nama negara mereka sendiri meskipun secara hukum merupakan bagian dari negara lain.[48] Pada tahun 2011, terdapat 206 NOC yang mewakili negara berdaulat dan daerah geografis lainnya. Kesemua 192 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa mempunyai Komite Olimpiade Nasional beserta 14 teritori lainnya. Sedangkan NOC lainnya yang belum diakui oleh IOC meliputi Catalan[49], Gibraltar Britania[50], Polinesia Prancis[51], Niue[52], Kosovo[53], Somaliland[54], Kaledonia Baru[55], Kurdistan Irak[56][57], Siprus Utara[58], Abkhazia [59], Kepulauan Faroe[60], Anguilla, Montserrat, dan Kepulauan Turk & Caicos[61]
Komite Olimpiade Internasional
Gerakan Olimpiade terdiri dari sejumlah besar organisasi dan federasi olahraga nasional dan internasional, termasuk mitra media beserta atlet, ofisial, juri serta setiap orang dan lembaga yang setuju untuk mematuhi aturan dari Piagam Olimpiade.[62] Sebagai organisasi payung dari Gerakan Olimpiade, Komite Olimpiade Internasional (IOC) bertanggung jawab untuk memilih kota tuan rumah, mengawasi perencanaan dan pelaksanaan Olimpiade, memperbaharui dan menyetujui cabang-cabang olahraga yang dipertandingkan dan bernegosiasi dengan sponsor serta pemberian hak siar pada media.[63] Komite Olimpiade Internasional terdiri dari tiga badan utama, yaitu:
- Federasi Internasional (International Federations/IF): merupakan badan yang mengawasi olahraga di tingkat internasional. Sebagai contoh: Federasi Internasional Sepak Bola (FIFA) adalah IF untuk olahraga sepak bola, Federasi Bola Voli Internasional (FIVB) adalah IF untuk olahraga bola voli. Saat ini ada 35 IF dalam Gerakan Olimpiade, mewakili masing-masing cabang olahraga yang dipertandingkan dalam Olimpiade.[64]
- Komite Olimpiade Nasional (National Olympic Committees/NOC): merupakan organisasi yang mengatur Gerakan Olimpiade di masing-masing negara. Sebagai contoh: Komite Olimpiade Amerika Serikat (USOC) adalah NOC Amerika Serikat, Komite Olimpiade Indonesia adalah NOC Indonesia, dan sebagainya. Saat ini ada 206 NOC yang diakui oleh IOC.[45]
- Komite Pengorganisasian Olimpiade (Organizing Committees for the Olympic Games/OCOG): merupakan komite sementara yang bertanggung jawab untuk perayaan saat Olimpiade berlangsung. OCOG dibubarkan setelah Olimpiade berakhir dan setelah laporan akhir dikirim ke IOC.[45]
Bahasa Prancis dan bahasa Inggris merupakan bahasa resmi dari Gerakan Olimpiade. Bahasa lain yang digunakan pada setiap Olimpiade adalah bahasa negara tuan rumah. Setiap acara proklamasi (pengumuman nama-nama negara peserta dalam upacara pembukaan) diucapkan dalam tiga atau dua bahasa, tergantung pada negara tuan rumah; apakah negara tersebut menggunakan bahasa Inggris atau Prancis.[65]
Kritik
IOC sering dikritik dan dicap sebagai "organisasi yang keras kepala" dengan para pemimpin yang penuh kontroversi. Avery Brundage dan Juan Antonio Samaranch adalah dua Presiden IOC yang paling kontroversial. Brundage adalah presiden yang menjabat lebih dari 20 tahun, dan selama masa jabatannya, Brundage melarang dan melindungi Olimpiade dari keterlibatan politik.[66] Dia juga dituduh rasisme karena melarang delegasi dari Afrika Selatan bergabung dalam IOC.[67] Sedangkan Di bawah pemerintahan Samaranch, IOC terpuruk kedalam kasus nepotisme dan korupsi.[68] Hubungan antara Samaranch dengan rezim Franco di Spanyol juga menjadi sumber kritik.[69]
Pada tahun 1998, terungkap bahwa beberapa anggota IOC telah menerima suap dari anggota komite Salt Lake City untuk menjadikan kota tersebut sebagai tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2002. Atas peristiwa ini, empat orang anggota IOC mengundurkan diri dan enam lainnya dipecat. Skandal ini telah memicu dilakukannya reformasi lebih lanjut mengenai pemilihan kota-kota yang akan menjadi tuan rumah Olimpiade untuk menghindari terjadinya kasus serupa pada masa mendatang.[70]
Sebuah film dokumenter BBC berjudul Panorama: Buying the Games ditayangkan pada bulan Agustus 2004. Film ini menyelidiki tentang adanya dugaan suap dalam prosesi pemilihan London sebagai tuan rumah Olimpiade Musim Panas 2012.[71] Disebutkan bahwa anggota Komite Olimpiade Britania Raya kemungkinan besar menyuap IOC setelah London kalah tipis dari Paris dalam pemilihan kota tuan rumah untuk penyelenggaraan Olimpiade Musim Panas 2012.[72] Wali kota Paris, Bertrand Delanoë menuduh Perdana Menteri Inggris, Tony Blair dan anggota Komite Olimpiade London (yang diketuai oleh mantan juara Olimpiade Sebastian Coe) telah melakukan kecurangan dalam pemilihan kota tuan rumah Olimpiade Musim Panas 2012, namun tuduhan itu tidak pernah benar-benar diselidiki. Dia mengutip Presiden Prancis Jacques Chirac sebagai saksi; Chirac memberi wawancara dengan keterlibatannya.[73] Pemilihan Turin, Italia sebagai tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2006 juga penuh kontroversi. Seorang anggota IOC terkemuka bernama Marc Hodler menduga telah terjadi kasus suap oleh anggota panitia Turin terhadap anggota IOC. Tuduhan ini menyebabkan penyelidikan luas dan dari hasil penyelidikan, terbukti bahwa sebagian besar anggota IOC menolak pencalonan Sion, Swiss sebagai kota tuan rumah supaya Turin bisa mendapatkan status tersebut.[74]
Pada bulan Juli 2012, Liga Anti-Pencemaran Internasional menyebut penolakan terus menerus oleh Komite Olimpiade Internasional untuk mengadakan keheningan pada upacara pembukaan untuk sebelas atlet Israel yang dibunuh oleh teroris Palestina di Olimpiade Munich tahun 1972, "ketidakpekaan dan kecerobohan yang membandel untuk mengenang para atlet Israel yang terbunuh. "
Komersialisasi
IOC awalnya menolak pendanaan Olimpiade dari perusahaan sponsor. Namun, setelah presiden Avery Brundage pensiun pada tahun 1972, IOC mulai mengeksplorasi potensi media televisi dan pasar iklan yang akan menguntungkan mereka.[75] Di bawah kepemimpinan Juan Antonio Samaranch, Olimpiade mulai membuka diri terhadap sponsor-sponsor internasional yang ingin mendanai Olimpiade dan menciptakan produk-produk dagang dengan logo Olimpiade.[76]
Anggaran
Pada awal dan pertengahan abad ke-20, IOC dibiayai dengan anggaran yang kecil.[76][77] Avery Brundage, presiden IOC periode 1952-1972 menolak mengomersialisasikan IOC.[75] Brundage menganggap bahwa komersialisasi di tubuh IOC akan berdampak terhadap pengambilan keputusan dalam organisasi tersebut.[75] Brundage melarang perusahaan-perusahaan yang ingin mendanai Olimpiade dan menolak penggunaan logo Olimpiade untuk tujuan komersial.[75] Ketika Brundage pensiun tahun 1972, IOC hanya memiliki aset sebesar $2 juta. Delapan tahun kemudian, pundi-pundi IOC telah membengkak menjadi $45 juta.[75] Hal ini terutama sekali disebabkan oleh pergeseran ideologi IOC ke arah perluasan pendanaan Olimpiade melalui penarikan sponsor dan penjualan hak siar ke stasiun-stasiun televisi.[75] Saat Juan Antonio Samaranch terpilih sebagai presiden IOC pada tahun 1980, dia berkeinginan untuk menjadikan IOC sebagai organisasi yang mandiri secara finansial.[77]
Olimpiade Los Angeles 1984 merupakan Olimpiade yang paling menguntungkan dalam sejarah penyelenggaraan Olimpiade. Panitia Olimpiade Los Angeles yang dipimpin oleh Peter Ueberroth mampu menghasilkan surplus sebesar $ 225 juta, jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya pada waktu itu.[78] Surplus sebesar itu sukses diraup oleh panitia berkat menjual hak sponsor hanya kepada perusahaan-perusahaan terpilih.[78] IOC berusaha mengontrol hak-hak sponsor tersebut. Samaranch kemudian mendirikan The Olympic Program (TOP) pada tahun 1985 untuk menciptakan sebuah merek dagang Olimpiade.[76] Keanggotaan di TOP sangat eksklusif dan mahal. Biaya untuk masuk saja sebesar $50 juta untuk keanggotaan selama 4 tahun.[77] Perusahaan-perusahaan yang menjadi anggota TOP menerima hak eksklusif global untuk mengiklankan produk mereka dalam penyelenggaraan Olimpiade serta bebas menggunakan logo Olimpiade dalam publikasi dan iklan produk mereka.[79]
Pengaruh televisi
Olimpiade Berlin 1936 adalah Olimpiade pertama yang penyelenggaraannya disiarkan melalui televisi, meskipun hanya untuk penonton lokal.[80] Baru pada Olimpiade Musim Dingin 1956 di Cortina d'Ampezzo, Italia, acara Olimpiade disiarkan oleh televisi secara Internasional,[81] dan pada Olimpiade Musim Dingin berikutnya, untuk pertama kalinya hak siar Olimpiade dijual ke saluran televisi CBS, yang membayar sebesar $394.000 untuk hak siar di Amerika Serikat,[82] serta Uni Penyiaran Eropa (EBU) yang membayar sebesar $660.000 untuk hak siar di seluruh Eropa.[76] Pada dekade berikutnya, Olimpiade memanfaatkan Perang Dingin untuk mengeruk keuntungan. Negara adidaya saling berebut supremasi politik, dan IOC ingin mengambil keuntungan melalui media penyiaran.[82] Penjualan hak siar memungkinkan IOC untuk meningkatkan eksposur Olimpiade, sehingga menghasilkan keuntungan dan jumlah pemirsa yang lebih banyak, yang pada gilirannya akan menciptakan daya tarik bagi para pengiklan di televisi. Siklus ini memungkinkan IOC untuk menaikkan biaya penjualan hak siar Olimpiade.[82] Sebagai contoh, CBS merogoh $375 juta untuk membeli hak siar Olimpiade Musim Dingin 1998 di Nagano,[83] sedangkan NBC menghabiskan $3,5 miliar untuk mendapatkan hak siar seluruh pertandingan Olimpiade dari tahun 2000 sampai tahun 2012.[76]
Jumlah pemirsa yang menonton Olimpiade meningkat secara eksponensial dari tahun 1960 sampai akhir abad ini. Hal ini disebabkan oleh penggunaan satelit untuk menyiarkan siaran langsung di seluruh dunia pada tahun 1964 dan pengenalan televisi berwarna pada tahun 1968.[84] Perkiraan penonton global dalam Olimpiade Mexico City 1968 adalah 600 juta, sedangkan dalam Olimpiade Los Angeles 1984, jumlah penonton meningkat menjadi 900 juta. Jumlah ini terus membengkak menjadi 3,5 miliar pada Olimpiade Barcelona 1992.[85] Namun, pada Olimpiade Sydney 2000, NBC mencatatkan jumlah pemirsa terendah untuk setiap ajang Olimpiade sejak tahun 1968.[86] Hal ini antara lain disebabkan oleh dua faktor: meningkatnya persaingan dari saluran televisi kabel dan perkembangan internet, yang mampu menampilkan hasil dan video pertandingan secara tepat waktu. Sementara perusahaan televisi masih mengandalkan rekaman tunda pertandingan, suatu hal yang sangat ketinggalan di era informasi.[87] Penurunan jumlah pemirsa membuat saluran televisi harus mengurangi iklan yang berarti kurangnya pemasukan bagi mereka.[88] Dengan biaya yang tinggi untuk menyiarkan pertandingan ditambah dengan tekanan dari internet dan meningkatnya kompetisi dari TV kabel membuat perusahaan televisi pemegang hak siar menuntut konsesi dari IOC untuk meningkatkan jumlah pemirsa.[89] IOC menanggapinya dengan membuat sejumlah perubahan pada acara pertandingan Olimpiade. Pada Olimpiade Musim Panas, kompetisi cabang-cabang olahraga populer seperti senam, renang dan loncat indah ditayangkan pada jam-jam primetime, yaitu pukul 6 hingga 9 malam dan gala Champions ditambahkan untuk menarik minat pemirsa televisi.[90][90] Hasilnya beragam: jumlah pemirsa pada Olimpiade Musim Dingin 2006 di Turin secara signifikan lebih rendah dibanding dengan jumlah pemirsa dalam Olimpiade Musim Dingin 2002 di Salt Lake City, sementara terjadi peningkatan tajam jumlah pemirsa pada Olimpiade Beijing 2008.[88][91]
Biaya
Biaya Olimpiade (Musim Panas dan Musim Dingin) telah diteliti oleh sarjana Oxford, Bent Flyvbjerg dan Allison Stewart.[92] Mereka menemukan bahwa selama 50 tahun terakhir, penyelenggaraan Olimpiade dengan biaya paling mahal adalah Olimpiade Sochi 2014, yaitu US$ 51 miliar,[93][94] diikuti oleh Olimpiade Beijing 2008 ($44 miliar),[95] dan Olimpiade London 2012 ($14,8 miliar).[92] Biaya di sini hanya mencakup biaya yang berhubungan dengan olahraga, tidak termasuk biaya umum lainnya seperti konstruksi jalan, rel, infrastruktur bandara, atau biaya pribadi lainnya seperti akomodasi dan investasi bisnis yang terjadi dalam persiapan Olimpiade yang besarnya bervariasi, tergantung kondisi ekonomi kota tuan rumah dan sulit untuk membandingkannya secara konsisten.[92]
Flyvbjerg dan Stewart lebih lanjut menemukan bahwa cost overrun (pembengkakan biaya) merupakan masalah yang terus-menerus terjadi dalam penyelenggaraan Olimpiade:
- Pembengkakan biaya dalam penyelenggaraan Olimpiade mencapai angka 100 %. Tidak ada mega proyek yang bisa diprediksi pembengkakan biayanya. Biasanya, mega proyek seperti konstruksi, infrastruktur, bendungan dan ICT biayanya dianggarkan secara bertahap dari waktu ke waktu, namun hal seperti ini tidak berlaku dalam penyelenggaraan Olimpiade.[92]
- Dengan rata-rata pembengkakan biaya riil 179 % dan 324 % secara nominal, pembengkakan biaya dalam Olimpiade secara historis merupakan yang terbesar dibanding mega proyek lainnya di dunia.[92]
- Pembengkakan biaya terbesar dalam sejarah Olimpiade terjadi dalam penyelenggaraan Olimpiade Montreal 1976 (796%), Barcelona 1992 (417%) dan Lake Placid 1980 (321%).[92]
- Data menunjukkan bahwa kota dan negara yang memutuskan untuk menjadi tuan rumah Olimpiade harus siap menghadapi risiko finansial terburuk mereka. Sebagai contoh, pembengkakan biaya dalam Olimpiade 2004 menyebabkan Athena mengalami kebangkrutan dan harus berutang, secara substansial turut memperburuk kondisi keuangan negara dan menjadi salah satu penyebab krisis ekonomi Yunani 2008-2012. Sementara itu, Montreal membutuhkan waktu 30 tahun untuk melunasi utang akibat pembengkakan biaya yang terjadi dalam penyelenggaraan Olimpiade 1976.[92]
Pada akhirnya, Flyvbjerg dan Stewart menyimpulkan bahwa selama satu dekade terakhir, pembengkakan biaya dalam Olimpiade sudah mengalami penurunan. Untuk periode 2000-2010 rata-rata pembengkakan biaya adalah 47 %, padahal sebelum itu rata-ratanya mencapai 258 %. Namun, Olimpiade London 2012 telah mengembalikan tren ini dengan pembengkakan biaya yang dikeluarkannya yang menembus angka 101 persen; mengembalikannya ke angka tiga digit. Ke depannya, merupakan tantangan bagi para perencana dan pengelola Olimpiade untuk menurunkan kembali pembengkakan biaya tersebut.[92]
Simbol, motto dan maskot
Gerakan Olimpiade menggunakan simbol untuk mewakili cita-cita yang terkandung dalam Piagam Olimpiade. Simbol Olimpiade- yang lebih dikenal dengan nama cincin Olimpiade- terdiri dari lima buah cincin yang saling berkait dan merupakan kesatuan dari lima benua yang ada di bumi (Amerika, Afrika, Asia, Australasia dan Eropa). Versi berwarna dari simbol itu berupa cincin-cincin yang berwarna biru, kuning, hitam, hijau dan merah dengan latar berwarna putih yang membentuk bendera Olimpiade. Warna-warna ini dipilih karena setiap negara setidaknya memiliki satu dari warna-warna tersebut dalam bendera nasionalnya. Bendera ini diadopsi pada tahun 1914 tetapi baru dikibarkan pertama kali dalam Olimpiade Antwerpen 1920 di Belgia. Setelah itu, bendera ini selalu berkibar dalam perayaan Olimpiade setiap tahunnya.[96]
Moto Olimpiade adalah "Citius, Altius, Fortius", yang merupakan ungkapan dalam bahasa Latin yang berarti "Faster, Higher, Stronger" (bahasa Inggris) atau "Lebih cepat, Lebih tinggi, Lebih kuat" (bahasa Indonesia). Kutipan Coubertin selanjutnya dinyatakan dalam kredo Olimpiade, yang berbunyi:
"Hal terpenting dalam Olimpiade bukanlah untuk menang, tetapi untuk berpartisipasi. Seperti juga hal yang paling penting dalam hidup bukanlah kemenangan, tetapi perjuangan. Hal terpenting bukannya karena telah berhasil mengalahkan, namun karena telah berjuang dengan baik."[96]
Sebulan sebelum perayaan Olimpiade dimulai, api Olimpiade menyala di Olympia, Yunani dalam sebuah upacara ritual yang mencerminkan budaya Yunani kuno. Seorang pendeta wanita yang bertindak sebagai imam membakar obor dengan menempatkannya di dalam cermin parabola yang memfokuskan sinar matahari, ia kemudian menyalakan obor pembawa estafet pertama, yang akan memulai estafet obor Olimpiade ke berbagai kota di dunia dan berakhir di stadion di kota tuan rumah penyelenggara Olimpiade.[97] Meskipun api telah menjadi simbol Olimpiade sejak tahun 1928, estafet obor baru diperkenalkan dalam Olimpiade Berlin 1936 sebagai bagian dari upaya pemerintah Jerman saat itu untuk mempromosikan ideologi Sosialis Nasionalis-nya.[96]
Maskot Olimpiade biasanya berupa binatang atau sosok manusia yang mewakili warisan budaya negara tuan rumah dan mulai diperkenalkan pada tahun 1968. Pemilihan maskot ini berperan penting dalam mempromosikan identitas Olimpiade pada penyelenggaraan Olimpiade Moskwa 1980 di Rusia saat beruang Misha, maskot Olimpiade saat itu, mencapai ketenaran internasional.[98] Maskot dari Olimpiade Beijing 2008 adalah Fuwa, lima makhluk yang mewakili lima fengshui; unsur penting dalam kebudayaan Tiongkok.[99] Sedangkan maskot untuk Olimpiade London 2012 bernama Wenlock dan Mandeville; dua karakter animasi yang menggambarkan dua tetes baja dari industri baja di Bolton.[100]
Perayaan
Pembukaan
Sebagaimana yang diamanatkan oleh Piagam Olimpiade, berbagai elemen pertunjukan dilakukan dalam upacara pembukaan Olimpiade.[101][102] Tata cara penyelenggaraan upacara pembukaan Olimpiade ditetapkan dalam Olimpiade Antwerpen 1920 di Belgia.[103] Upacara pembukaan biasanya dimulai dengan pengibaran bendera dan pengumandangan lagu kebangsaan negara tuan rumah.[101][102] Negara tuan rumah kemudian menampilkan pertunjukan tari, musik, nyanyian dan teater yang memperlihatkan identitas lokal mereka.[103] Pertunjukan artistik ini telah menjadi ajang prestise sendiri bagi negara-negara tuan rumah Olimpiade untuk menyajikan pembukaan yang lebih meriah dan lebih memorable dari negara tuan rumah sebelumnya. Upacara pembukaan Olimpiade Beijing 2008 dilaporkan menelan biaya sebesar $100 juta, sebagian besar terpakai untuk sesi pertunjukan artistik.[104]
Setelah sesi pertunjukan artistik, para atlet berparade ke dalam stadion yang dikelompokkan menurut negaranya masing-masing. Yunani secara tradisional ditetapkan sebagai negara pertama yang berparade untuk menghormati asal usul Olimpiade. Selanjutnya, masing-masing negara berparade sesuai dengan urutan abjad dan negara tuan rumah menjadi negara terakhir yang berparade. Pada Olimpiade Athena 2004, bendera Yunani diparadekan pertama kali memasuki stadion, sementara kontingen Yunani berparade paling terakhir. Kemudian, obor Olimpiade dibawa masuk ke dalam stadion dan diteruskan sampai mencapai tempat penyalaan obor -biasanya dibawa oleh atlet Olimpiade terkenal dari negara tuan rumah- untuk selanjutnya dinyalakan, yang menandai berakhirnya sesi upacara pembukaan Olimpiade.[101][102]
Penutupan
Upacara penutupan Olimpiade berlangsung setelah semua pertandingan olahraga selesai. Pembawa bendera dari masing-masing negara memasuki stadion, diikuti oleh keseluruhan kontingen secara bersama-sama tanpa adanya pengelompokkan berdasarkan negara. Tiga bendera nasional dikibarkan bersamaan dengan pengumandangan lagu kebangsaan negara tuan rumah: bendera Yunani; untuk menghormati tempat kelahiran Olimpiade, bendera negara tuan rumah saat ini, dan bendera negara tuan rumah penyelenggara Olimpiade berikutnya.[105] Ketua panitia penyelenggara dan Presiden IOC petahana berpidato untuk menyatakan Olimpiade secara resmi ditutup kemudian diikuti dengan pemadaman obor Olimpiade.[106] Dalam sesi upacara penutupan Olimpiade Antwerpen 1920, wali kota tuan rumah menyerahkan bendera Olimpiade kepada presiden IOC kemudian diteruskan kepada wali kota tuan rumah Olimpiade berikutnya.[107] Setelah upacara penutupan, negara tuan rumah secara singkat memperkenalkan dirinya dengan menampilkan seni tari dan teater yang mewakili budaya mereka.[105]
Penyerahan medali
Upacara penyerahan medali diadakan setelah hasil dari masing-masing pertandingan diputuskan. Peringkat pertama, kedua dan ketiga dari masing-masing cabang olahraga berdiri di atas podium bertingkat tiga untuk selanjutnya dikalungkan medali.[108] Setelah medali dikalungkan oleh salah seorang pejabat IOC, bendera nasional dari ketiga negara pemenang dikibarkan diiringi dengan pengumandangan lagu kebangsaan negara peraih medali emas.[109] Kesukarelaan warga negara tuan rumah juga diperlukan dalam prosesi penyerahan medali untuk membantu para pejabat yang mengalungkan medali dan mengibarkan bendera negara pemenang.[110] Dalam setiap perayaan Olimpiade, upacara penyerahan medali biasanya diadakan setelah hasil pertandingan diputuskan. Untuk cabang olahraga maraton putra, pertandingan biasanya diadakan pada pagi hari terakhir pelaksanaan Olimpiade dan penyerahan medalinya diadakan pada malam upacara penutupan.[105]
Cabang olahraga
Olimpiade terdiri dari 35 cabang olahraga, 30 disiplin dan hampir 400 pertandingan. Sebagai contoh, gulat adalah olahraga Olimpiade Musim Panas yang terdiri dari dua disiplin: Greco-Roman dan Freestyle. Masing-masing disiplin diperlombakan ke dalam empat belas pertandingan untuk pria dan empat pertandingan untuk wanita, masing-masing mewakili kelas berat yang berbeda.[111] Olimpiade Musim Panas mempertandingkan 26 cabang olahraga, sedangkan Olimpiade Musim Dingin hanya menawarkan 15 cabang olahraga untuk diperlombakan.[112] Atletik, renang, anggar dan senam artistik adalah cabang-cabang olahraga yang tidak pernah absen diperlombakan dalam Olimpiade Musim Panas. Sedangkan ski lintas alam, seluncur indah, hoki dan seluncur es merupakan cabang-cabang olahraga yang rutin diperlombakan dalam Olimpiade Musim Dingin. Bulu tangkis, bola basket dan bola voli pada awalnya dipertandingkan sebagai cabang olahraga demonstrasi, kemudian dipromosikan sebagai cabang olahraga Olimpiade tetap. Beberapa cabang olahraga seperti tarik tambang, polo dan golf pernah dipertandingkan dalam Olimpiade sebelumnya, namun tidak dilanjutkan pada Olimpiade baru-baru ini.[113]
Olahraga Olimpiade diatur oleh Federasi Olahraga Internasional (IF) yang dikelola oleh IOC. Saat ini terdapat 35 IF dalam Gerakan Olimpiade, mewakili masing-masing cabang olahraga yang dipertandingkan dalam Olimpiade.[112] Ada cabang olahraga yang diakui oleh IOC tapi tidak termasuk dalam program Olimpiade seperti rugbi dan boling. Olahraga ini tidak di klasifikasikan sebagai olahraga Olimpiade, namun dapat di promosikan ke status ini.[114][115] Beberapa cabang olahraga yang sama sekali belum pernah dipromosikan sebagai olahraga Olimpiade antara lain catur dan selancar.[116]
Kongres IOC ke-112 pada tahun 2002 membatasi cabang olahraga dalam Olimpiade maksimal 28 cabang olahraga, 301 pertandingan dan 10.500 atlet.[117] Tiga tahun kemudian, dalam kongres IOC ke-117, revisi dilakukan, yang mengakibatkan tersingkirnya sofbol dan bisbol dari daftar cabang olahraga dalam Olimpiade London 2012. Karena tidak ada kesepakatan untuk mempromosikan dua olahraga tersebut, Olimpiade London berlangsung dengan hanya mempertandingkan 26 cabang olahraga.[117] Pada pelaksanaan Olimpiade Rio de Janeiro 2016 nanti, Olimpiade akan kembali ke sistem maksimum 28 cabang olahraga dengan menambahkan rugbi dan golf ke dalam daftar.[118]
Kontroversi
Pemboikotan
Prancis, Britania Raya dan Swiss adalah negara-negara yang tidak pernah absen mengirimkan delegasinya pada ajang Olimpiade sejak 1896. Sebagian besar negara melewatkan Olimpiade karena kurangnya atlet yang berkualitas, namun beberapa negara memilih untuk memboikot perayaan Olimpiade karena alasan tertentu. Pada Olimpiade London 1908, Irlandia memboikot negaranya sendiri, Britania Raya, setelah Britania Raya menolak memberikan kemerdekaan pada Irlandia.[119] Irlandia juga memboikot Olimpiade Berlin 1936 karena IOC membatasi tim yang boleh berpartisipasi hanya dari Negara Bebas Irlandia, bukannya dari Kepulauan Irlandia.[120] Ada tiga peristiwa pemboikotan dalam Olimpiade Melbourne 1956; Belanda dan Spanyol menolak berpartisipasi karena keterlibatan Uni Soviet dalam Revolusi Hongaria, Kamboja, Mesir, Irak dan Lebanon memboikot Olimpiade Melbourne karena Krisis Suez, sedangkan Tiongkok (Republik Rakyat Tiongkok) juga ikut-ikutan memboikot karena keikutsertaan Taiwan (Republik Tiongkok) dalam Olimpiade.[119] Pada Olimpiade Tokyo 1964, Indonesia dan Korea Utara mencabut diri dari Olimpiade, setelah beberapa atlet mereka didiskualifikasi karena mengikuti Pesta Olahraga Negara-Negara Berkembang (GANEFO) di Jakarta. Pada waktu itu, GANEFO dianggap sebagai pertandingan saingan Olimpiade.[119]
Pada Olimpiade München 1972 dan Olimpiade Montreal 1976, sebagian besar negara Afrika mengancam untuk memboikot Olimpiade sebelum IOC melarang Afrika Selatan dan Rhodesia untuk berpartisipasi karena rezim Apartheid mereka. Selandia Baru juga salah satu alasan pemboikotan Afrika, sebab tim nasional rugbi mereka yang telah bertandang ke Afrika Selatan untuk bertanding juga diperbolehkan ikut Olimpiade. IOC mengakui kasus yang pertama, namun menolak melarang Selandia Baru dengan alasan bahwa rugbi bukanlah bagian dari olahraga Olimpiade.[121] Memenuhi ancaman mereka, dua puluh negara Afrika beserta Guyana dan Irak mengundurkan diri dari Olimpiade Montreal 1976 setelah beberapa atlet mereka berlaga dalam pertandingan.[121][122] Taiwan juga memutuskan untuk memboikot Olimpiade Montreal karena RRT mengintimidasi panitia untuk melarang Taiwan berkompetisi menggunakan nama, bendera dan lagu kebangsaan Republik Tiongkok.[123] Taiwan tidak berpartisipasi lagi sampai Olimpiade Los Angeles 1984, di mana saat itu mereka berlaga di bawah nama Tiongkok Taipei serta menggunakan bendera dan lagu kebangsaan yang baru.[124]
Pada tahun 1980 dan 1984, negara-negara penentang Perang Dingin memboikot Olimpiade di Moskwa dan Los Angeles. Enam puluh lima negara menolak untuk berpartisipasi dalam Olimpiade Moskwa 1980 karena invasi Soviet ke Afghanistan. Pemboikotan ini mengurangi jumlah negara yang berpartisipasi menjadi 81 negara, jumlah terendah sejak tahun 1956. Amerika Serikat juga mengancam akan memboikot Olimpiade di Moskwa jika pasukan Soviet tidak segera mundur dari Afghanistan, dan boikot tersebut akhirnya terjadi pada tanggal 21 Maret 1980[125] Empat tahun kemudian, Uni Soviet dan negara-negara Blok Timur (kecuali Rumania) juga memboikot balik Olimpiade Los Angeles 1984, dengan alasan bahwa mereka tidak bisa menjamin keselamatan atlet mereka. Tanggal 8 Mei 1984, Uni Soviet mengeluarkan pernyataan pemboikotan yang berisi bahwa pemboikotan disebabkan oleh sentimen "anti-Soviet" yang muncul di AS pada saat itu.[126] Negara-negara Blok Timur yang memboikot Olimpiade Los Angeles kemudian menggelar pertandingan mereka sendiri yang bernama Pertandingan Persahabatan pada bulan Juli dan Agustus 1984.[127][128]
Beberapa ancaman pemboikotan juga terjadi dalam Olimpiade Beijing 2008 sebagai protes terhadap catatan Hak Asasi Manusia Tiongkok mengenai kekerasan yang dilakukan oleh pemerintah RRT terhadap etnis Tibet, meskipun pada akhirnya tidak satupun negara yang melakukan pemboikotan dalam Olimpiade Beijing 2008.[129][130] Pada bulan Agustus 2008, pemerintah Georgia menyatakan boikot terhadap Olimpiade Musim Dingin Sochi 2014 di Rusia sebagai bentuk protes atas keterlibatan Rusia dalam Perang Ossetia Selatan tahun 2008.[131][132]
Pada bulan Februari 2011, Iran mengancam akan memboikot Olimpiade London 2012 karena tampilan logo London 2012 yang tampak mengeja kata "Zion".[133] Iran mengirimkan keluhannya kepada Komite Olimpiade Internasional, sambil menyatakan logo ini "rasis" dan meminta logo tersebut ditarik dan desainernya "dikecam". IOC "diam-diam" menolak permintaan tersebut, dan Iran pada akhirnya mengumumkan bahwa mereka tidak jadi memboikot ajang tersebut.[134]
Politik
Sejak awal, Olimpiade telah digunakan sebagai ajang untuk mempromosikan ideologi politik. Nazi memanfaatkan Olimpiade Berlin 1936 sebagai propaganda untuk menunjukkan pada dunia bahwa Partai Sosialis Nasionalis itu baik hati dan cinta damai, meskipun pada kenyataannya mereka memanfaatkan Olimpiade untuk menunjukkan superioritas bangsa Arya.[135] Jerman dengan superioritas bangsa Arya-nya memang menjadi negara yang paling sukses dalam Olimpiade Berlin 1936, namun patut dicatat, kemenangan paling gemilang pada saat itu justru diraih oleh seorang atlet keturunan Afrika-Amerika bernama Jesse Owens, yang meraih 4 medali emas dan Ibolya Csák; seorang atlet Yahudi asal Hongaria.[136] Uni Soviet tidak berpartisipasi sampai Olimpiade Helsinki 1952. Sebaliknya, sejak tahun tahun 1928, Soviet menyelenggarakan ajang olahraga internasional sendiri bernama Spartakiad. Selama masa-masa perang tahun 1920-an dan 1930-an, organisasi komunis dan sosialis di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, berusaha menentang apa yang mereka sebut sebagai "Olimpiade Borjuis" dengan menyelenggarakan ajang tandingan bernama Olimpiade Pekerja.[137][138] Dalam Olimpiade Melbourne 1956, Uni Soviet berjaya dan muncul sebagai negara adidaya baru dalam dunia olahraga. Uni Soviet memanfaatkan publisitas yang muncul karena memenangkan Olimpiade dengan menyebarkan ideologi politiknya.[139] Beberapa atlet secara individu juga telah memanfaatkan Olimpiade untuk mempromosikan agenda politik mereka. Dalam Olimpiade Mexico City 1968, dua orang atlet atletik Amerika Serikat, Tommie Smith dan John Carlos, yang memenangkan tempat pertama dan ketiga dalam lari 200 meter, mengangkat tangan dan memberikan hormat yang diartikan sebagai salam orang kulit hitam (black power salute) di atas podium kemenangan. Runner-up saat itu, Peter Norman dari Australia mengenakan lencana bertuliskan "Proyek Olimpiade untuk Hak Asasi Manusia" untuk menunjukkan dukungannya pada Smith dan Carlos. Atas hal ini, Presiden IOC saat itu, Avery Brundage mengeluarkan dan mencabut gelar juara mereka karena salam rasis dan berbau politik tidak diperbolehkan dalam Olimpiade. Namun insiden ini mempunyai pengaruh kuat ke media.[140]
Baru-baru ini, dikabarkan bahwa pemerintah Iran mengambil langkah untuk menghindari segala macam bentuk pertandingan dengan atlet asal Israel. Seorang atlet judo asal Iran, Arash Miresmaeli, menolak untuk bertanding dengan atlet Israel dalam Olimpiade Athena 2004. Walaupun kemudian ia di diskualifikasi karena kelebihan berat badan, Miresmaeli malah dianugerahi hadiah uang sebesar $125.000 oleh pemerintah Iran, jumlah yang dibayarkan kepada semua atlet peraih medali emas di Iran. Miresmaeli dibebaskan dari tuduhan sengaja menghindari pertandingan oleh panitia namun tetap saja penerimaan hadiah uang tersebut menimbulkan kecurigaan.[141]
Penggunaan obat-obatan PED
Pada awal abad ke-20, para atlet Olimpiade mulai menggunakan Obat-obatan Peningkat Kinerja (Performance Enhancing Drugs/PED) untuk meningkatkan kemampuan atletik mereka. Sebagai contoh, pemenang maraton dalam Olimpiade St. Louis 1904; Thomas Hicks diberikan strychnine dan brendi oleh pelatihnya.[142] Kematian yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan terjadi dalam Olimpiade Roma 1960. Saat pertandingan balap sepeda, atlet sepeda Denmark; Knud Enemark Jensen jatuh dari sepedanya dan meninggal. Otopsi menemukan bahwa saat bertanding ia berada di bawah pengaruh amfetamin.[143] Atas peristiwa ini, IOC melarang penggunaan PED dalam Olimpiade.[144]
Atlet Olimpiade pertama yang dites positif menggunakan PED adalah Hans-Gunnar Liljenwall, seorang pelari Swedia dalam Olimpiade Mexico City 1968. Dia kehilangan medali perunggunya setelah terbukti positif menggunakan alkohol selama pertandingan.[145] Penggunaan PED dalam Olimpiade yang paling dipublikasikan adalah Ben Johnson, seorang pelari cepat Kanada yang memenangkan lari 100 meter dalam Olimpiade Seoul 1988, namun Johnson dinyatakan positif menggunakan stanozolol. Medali emasnya kemudian dicabut dan diberikan kepada runner-up; Carl Lewis.[146]
Pada tahun 1999, IOC mengambil inisiatif untuk berjuang dengan lebih terorganisir melawan penggunaan PED dengan membentuk World Anti-Doping Agency (WADA). Ada peningkatan tajam jumlah atlet yang positif menggunakan PED dalam tes yang dilakukan pada Olimpiade Sydney 2000 dan Olimpiade Musim Dingin Salt Lake City 2002. Beberapa peraih medali dalam cabang angkat besi dan ski lintas alam didiskualifikasi karena menggunakan PED. Dalam Olimpiade Musim Dingin Turin 2006, hanya satu atlet yang terbukti positif menggunakan PED. IOC membentuk rejimen pengujian obat-obatan (sekarang dikenal dengan Standar Olimpiade) yang menetapkan kadar obat-obatan yang diizinkan bagi para atlet.[147] Dalam Olimpiade Beijing 2008, sekitar 3.667 atlet diuji oleh IOC di bawah naungan WADA. Pengujian ini meliputi tes urin dan tes darah. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hanya tiga atlet yang terbukti menggunakan PED.[143][148]
Larangan Rusia dari Olimpiade Musim Dingin 2018
Komite Olimpiade Internasional (IOC) mengumumkan bahwa Rusia dilarang mengikuti Olimpiade Musim Dingin 2018, yang akan diselenggarakan di Pyeongchang, Korea Selatan, karena masalah doping pada tanggal Selasa, 6 Desember 2017
IOC telah membekukan Komite Olimpiade Rusia, namun para atlet Rusia masih akan diperbolehkan untuk berkompetisi di Olimpiade Musim Dingin 2018 asal mereka menggunakan seragam "Atlet Olimpiade dari Rusia" (bahasa Inggris: The Olympic Athletes from Russia) di bawah Bendera Olimpiade, dan Lagu Olimpiade akan dimainkan dalam upacara.
Diskriminasi gender
Atlet wanita pertama kalinya diijinkan untuk ikut serta dalam Olimpiade Paris 1900, namun dalam Olimpiade Barcelona 1992, sekitar tiga puluh lima negara masih mengirimkan semua kontingen pria ke Olimpiade.[149] Jumlah ini turun pesat selama tahun-tahun berikutnya. Pada tahun 1996, Lita Fariman adalah atlet wanita pertama yang mewakili Iran dalam Olimpiade lewat cabang olahraga menembak.[150] Dalam Olimpiade Sidney 2000, Bahrain mengirimkan dua atlet wanita untuk pertama kalinya ke ajang Olimpiade: Fatema Hameed Gerashi dan Mariam Mohamed Hadi Al Hilli.[151] Tahun 2004, Robina Muqim Yaar dan Friba Razayee mencatatkan diri sebagai atlet wanita pertama yang berlaga mewakili Afganistan dalam ajang Olimpiade.[152] Empat tahun berikutnya, Uni Emirat Arab juga mengirim atlet wanita ke Olimpiade Beijing untuk pertama kalinya: Maitha Al Maktoum (taekwondo) dan Latifa Al Maktoum (berkuda).[153]
Hingga tahun 2010, tercatat tiga negara yang sama sekali belum pernah mengirimkan atlet wanita ke ajang Olimpiade. Negara-negara tersebut adalah: Brunei, Arab Saudi dan Qatar. Brunei cuma pernah berpartisipasi dalam tiga perayaan Olimpiade, itupun dengan jumlah atlet yang sangat sedikit. Arab Saudi dan Qatar telah berpartisipasi dalam banyak ajang dan tetap konsisten mengirim kontingen pria ke Olimpiade. Tahun 2010, Komite Olimpiade Internasional menyatakan akan "menekan" negara-negara tersebut untuk memperbolehkan dan memfasilitasi keikutsertaan atlet-atlet wanita dalam Olimpiade London 2012. Anita DeFrantz, ketua Komisi Perempuan IOC menyarankan agar negara-negara yang mencegah keikutsertaan atlet-atlet wanita supaya dilarang untuk mengikuti Olimpiade. Tak lama kemudian, Komite Olimpiade Qatar mengumumkan bahwa mereka akan mengirim empat atlet wanita dari cabang menembak dan anggar pada Olimpiade London 2012. Di Arab Saudi, hukum nasional di negara tersebut secara eksplisit memang melarang wanita untuk berlaga dalam Olimpiade.[154][155]
Pada bulan Juni 2012, secara mengejutkan Kedutaan Arab Saudi di London mengumumkan akan mengirimkan atlet wanita untuk berkompetisi dalam ajang Olimpiade 2012 untuk pertama kalinya. Brunei juga mengumumkan kalau mereka akan mengirimkan atlet wanitanya ke ajang Olimpiade yang mulai berlangsung pada tanggal 27 Juli 2012 di London, Inggris.[156] Pada akhirnya, Arab Saudi mengirim dua atlet wanita ke London (Wodjan Ali Seraj Abdulrahim Shahrkhani; judo dan Sarah Attar; lari 800-meter); Qatar 4 atlet dan Brunei satu (Maziah Mahusin; rintangan 400m).[157] Dengan demikian, Olimpiade London 2012 menjadi Olimpiade pertama di mana kesemua negara peserta mengikutsertakan atlet perempuan dalam kontingennya.[158]
Cabang olahraga pada Olimpiade yang menampilkan pria dan wanita berlaga secara bersamaan adalah berkuda. Tidak ada istilah "olahraga wanita" atau "olahraga pria" dalam Olimpiade. Meskipun demikian, pada tahun 2008 cabang olahraga yang diperlombakan untuk atlet pria masih lebih banyak dibanding atlet wanita. Dengan penambahan cabang tinju wanita dalam Olimpiade London 2012, diharapkan para atlet wanita akan dapat bersaing di semua cabang olahraga yang sama dengan para atlet pria.[159]
Kekerasan
Tiga ajang Olimpiade tidak dirayakan karena peperangan: tahun 1916, Olimpiade dibatalkan karena Perang Dunia I, sedangkan Olimpiade Musim Panas dan Musim Dingin tahun 1940 dan 1944 tidak dirayakan karena Perang Dunia II. Perang Ossetia Selatan antara Rusia dan Georgia meletus pada hari pertama pembukaan Olimpiade Beijing 2008. Presiden Amerika Serikat, George W. Bush dan Perdana Menteri Rusia, Vladimir Putin sama-sama menghadiri pembukaan Olimpiade saat itu dan saling mengobrol tentang konflik tersebut pada acara jamuan makan malam yang diadakan oleh Presiden RRT, Hu Jintao.[160] Saat Nino Salukvadze dari Georgia memenangkan medali perunggu dari cabang menembak, dia berdiri di podium kemenangan berdampingan dengan Natalia Paderina, atlet menembak dari Rusia yang meraih medali perak. Dari apa yang dipublikasikan oleh media, dikabarkan kalau Salukvadze dan Paderina saling memeluk di podium setelah upacara penyerahan medali berakhir.[161]
Terorisme juga pernah menghantui penyelenggaraan Olimpiade. Dalam Olimpiade München 1972 di Jerman, sekelompok teroris dari Palestinian Black September berhasil memasuki kamp atlet Israel lalu menyandera dan membunuh 11 atlet Israel beserta seorang polisi Jerman. Tragedi tersebut dikenal sebagai Peristiwa München. Atas peristiwa ini, penyelenggaraan Olimpiade saat itu dijeda untuk memberi penghormatan pada para korban dan kemudian dilanjutkan kembali.[162] Dalam Olimpiade Atlanta 1996 di Amerika Serikat, sebuah bom diledakkan di Centennial Olympic Park, menewaskan 2 orang dan melukai 111 lainnya. Pengeboman tersebut di gembongi oleh Eric Robert Rudolph, seorang teroris domestik Amerika yang kemudian dijatuhi hukuman seumur hidup atas perbuatannya.[163] Tingkat pengamanan dalam perayaan Olimpiade juga semakin diperketat setelah terjadinya serangan 11 September 2001.[164]
Pemenang dan medali
Atlet atau tim yang berhasil menempati posisi pertama, kedua dan ketiga dalam Olimpiade masing-masing dianugerahi sebuah medali. Pemenang pertama dianugerahi medali emas, yang betul-betul terbuat dari emas murni sampai Olimpiade Stockholm 1912, setelah itu terbuat dari perak berlapis emas sampai sekarang. Setiap medali emas harus mengandung setidaknya enam gram emas murni.[165] Runner-up atau juara kedua dianugerahi medali perak dan juara ketiga mendapatkan medali perunggu. Dalam cabang olahraga yang memakai sistem gugur (terutama tinju), tempat ketiga biasanya tidak ditentukan dan kedua semifinalis akan mendapatkan medali perunggu. Dalam Olimpiade Athena 1896, hanya medali perak dan perunggu yang diberikan. Format tiga medali ini baru diperkenalkan dalam Olimpiade St. Louis 1904.[166] Sejak Olimpiade London 1948, urutan keempat, kelima, dan keenam diberi sertifikat, yang selanjutnya dikenal sebagai diploma kemenangan. Kemudian, dalam Olimpiade Los Angeles 1984, urutan ketujuh dan kedelapan juga diberi diploma kemenangan. Dalam Olimpiade Athena 2004, penerima medali emas, perak dan perunggu juga dikalungkan bunga zaitun.[167]
Berikut ini merupakan atlet-atlet peraih medali terbanyak berdasarkan perolehan medali emas sepanjang sejarah penyelenggaraan Olimpiade:
Atlet | Cabang olahraga | Periode | Total | |||
---|---|---|---|---|---|---|
Michael Phelps | Renang | 2004–2016 | 23 | 3 | 2 | 28 |
Larisa Latynina | Senam artistik | 1956–1964 | 9 | 5 | 4 | 18 |
Paavo Nurmi | Atletik | 1920–1928 | 9 | 3 | – | 12 |
Mark Spitz | Renang | 1968–1972 | 9 | 1 | 1 | 11 |
Carl Lewis | Atletik | 1984–1996 | 9 | 1 | – | 10 |
Marit Bjørgen | Ski lintas alam | 2002–2018 | 8 | 4 | 3 | 15 |
Ole Einar Bjørndalen | Biathlon | 1998–2014 | 8 | 4 | 1 | 13 |
Bjørn Dæhlie | Ski lintas alam | 1992–1998 | 8 | 4 | – | 12 |
Birgit Fischer | Dayung | 1980–2004 | 8 | 4 | – | 12 |
Sawao Kato | Senam artistik | 1968–1976 | 8 | 3 | 1 | 12 |
Jenny Thompson | Renang | 1992–2004 | 8 | 3 | 1 | 12 |
- Sumber: Situs resmi Olimpiade[168]
Mengenai perolehan medali, IOC memang tidak mengakui urutan global berdasarkan negara, tabulasi medali ditampilkan sekadar untuk informasi saja. Lebih lanjut, hasil-hasil yang ditampilkan merupakan hasil resmi dan diambil dari "Laporan Resmi" - sebuah dokumen yang diterbitkan untuk setiap Olimpiade oleh Komite Organisasi. Namun untuk Olimpiade-Olimpiade mula-mula hingga Olimpiade Antwerpen 1920, terdapat kesulitan dalam menghitung jumlah medali per negara, karena banyak tim yang mengikutsertakan atlet dari negara-negara lainnya. Tabulasi medali berdasarkan negara ini bersumber dari jumlah medali emas yang diperoleh, dengan medali emas mendapat prioritas lebih tinggi dari perak dan perunggu. Kemenangan beregu dianggap sebagai satu medali saja.[169] Dengan mengacu kepada data yang dirilis oleh Komite Olimpiade Internasional, berikut ini adalah sepuluh negara dengan perolehan medali emas terbanyak sepanjang sejarah penyelenggaraan Olimpiade (hingga tahun 2014), baik Musim Panas maupun Musim Dingin:
Peringkat | Negara | Jumlah Olimpiade yang diikuti |
Total | Sumber | |||
---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | Amerika Serikat | 50 | 1127 | 907 | 793 | 2827 | [170] |
2 | Uni Soviet | 18 | 473 | 376 | 355 | 1204 | [171] |
3 | Jerman | 28 | 283 | 282 | 290 | 855 | [172] |
4 | Britania Raya | 51 | 274 | 299 | 310 | 883 | [173] |
5 | Prancis | 51 | 248 | 276 | 316 | 840 | [174] |
6 | Italia | 50 | 246 | 214 | 241 | 701 | [175] |
7 | RRT | 21 | 237 | 195 | 176 | 608 | [176] |
8 | Swedia | 50 | 202 | 216 | 234 | 652 | [177] |
9 | Rusia | 12 | 195 | 163 | 188 | 546 | [178] |
10 | Jerman Timur | 11 | 192 | 165 | 162 | 519 | [179] |
... | |||||||
61 | Indonesia | 15 | 7 | 13 | 12 | 32 | [2] |
- Bekas negara
Kota dan negara tuan rumah
Kota tuan rumah untuk Olimpiade biasanya dipilih tujuh tahun menjelang perayaan Olimpiade.[180] Proses seleksi dilakukan dalam dua tahap yang memakan waktu dua tahun. Calon kota tuan rumah mengajukan proposal ke NOC di negaranya. Jika terdapat lebih dari satu kota dari negara yang sama mengajukan proposal ke NOC nya, maka NOC di negara tersebut biasanya menggunakan seleksi internal, karena hanya satu kota per NOC yang dapat diajukan ke IOC sebagai nominasi kota tuan rumah. Setelah batas waktu pengajuan proposal kepada NOC tercapai, tahap pertama (aplikasi) dimulai dengan kota-kota pemohon diminta untuk mengisi kuesioner tentang kriteria utama yang terkait dengan penyelenggaraan Olimpiade.[181] Dalam tahap ini, kota pemohon harus memberikan jaminan bahwa mereka akan mematuhi Piagam Olimpiade dan peraturan lainnya yang ditetapkan oleh IOC.[180] Kuesioner yang telah diisi oleh kota pemohon di evaluasi oleh kelompok khusus yang ditugaskan oleh IOC. Dari hasil evaluasi ini, Dewan Eksekutif IOC memilih kota kandidat yang akan dilanjutkan ke tahap pencalonan.[181]
Setelah kota-kota kandidat tuan rumah Olimpiade terpilih, mereka akan di analisis oleh Komisi Evaluasi. Komisi ini akan mengunjungi kota-kota kandidat, mewawancarai pejabat setempat dan memeriksa tempat-tempat yang prospektif. Selama proses wawancara, kota kandidat juga harus menjamin bahwa mereka sanggup untuk mendanai Olimpiade. Berikutnya, Komisi Evaluasi melaporkan hasil analisisnya pada IOC sebulan sebelum keputusan akhir diputuskan.[180] Setelah tugas Komisi Evaluasi selesai, daftar calon dipresentasikan dalam sidang umum IOC. Sidang umum ini diselenggarakan di suatu negara yang tidak memiliki kota kandidat dalam pencalonan. Para anggota IOC memberikan masing-masing satu suara untuk memilih kota tuan rumah Olimpiade. Setelah terpilih, kota tuan rumah beserta NOC nya akan menandatangani kontrak dengan IOC dan secara resmi dinobatkan sebagai kota tuan rumah penyelenggara Olimpiade.[180]
Hingga tahun 2016, Olimpiade telah diselenggarakan oleh 44 kota di 23 negara, namun sebagian besarnya adalah kota-kota di Eropa dan Amerika Utara. Kota-kota di luar itu yang pernah menjadi tuan rumah Olimpiade terhitung hanya delapan kota. Sejak Olimpiade Seoul 1988 di Korea Selatan, Olimpiade telah diselenggarakan di Asia dan Oseania sebanyak empat kali, meningkat tajam dibandingkan dengan 92 tahun sebelumnya (cuma dua kota). Rio de Janeiro menjadi kota pertama di Amerika Selatan yang menjadi kota penyelenggara Olimpiade (2016). Sedangkan kota-kota di Afrika tidak ada yang berhasil lolos ke tahap pencalonan.[181]
Amerika Serikat telah menyelenggarakan empat Olimpiade Musim Panas dan empat Olimpiade Musim Dingin, paling banyak dibanding negara lain. Britania Raya telah menjadi tuan rumah dua Olimpiade Musim Panas, dan menjadi tuan rumah yang ketiga kalinya pada Olimpiade London 2012. Jerman, Australia, Prancis dan Yunani adalah negara-negara yang telah menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas sebanyak dua kali. Di antara kota-kota tuan rumah, hanya Los Angeles, Paris, Athena dan London yang pernah menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas lebih dari sekali (masing-masing dua kali). Dengan diselenggarakannya Olimpiade Musim Panas 2012 di London, kota ini memegang rekor baru sebagai satu-satunya kota yang telah menyelenggarakan Olimpiade Musim Panas sebanyak tiga kali.
Mengenai Olimpiade Musim Dingin, Prancis telah menjadi tuan rumah untuk tiga Olimpiade, sementara Swiss, Austria, Norwegia, Jepang dan Italia telah menyelenggarakan dua kali Olimpiade. Olimpiade Musim Dingin terakhir diadakan di Vancouver, Kanada, menjadi Olimpiade Musim Dingin kedua dan ketiga secara keseluruhan yang diselenggarakan di Kanada. Olimpiade Musim Dingin berikutnya akan diselenggarakan untuk pertama kalinya di Rusia pada tahun 2014.
Sumber: Encyclopædia Britannica.[182]
Partisipasi Indonesia
Indonesia pertama kali berpartisipasi dalam Olimpiade Helsinki 1952 di Finlandia. Setelah itu Indonesia sempat dua kali tidak ikut Olimpiade yaitu pada Olimpiade Tokyo 1964 dan Olimpiade Moskwa 1980 karena boikot sehubungan dengan perang Soviet-Afganistan. Sejak awal keikutsertaannya, tercatat Indonesia sudah mengumpulkan total 27 medali, dengan rincian: 7 medali emas, 13 medali perak dan 12 medali perunggu.[2] Berikut pencapaian Indonesia selama mengikuti Olimpiade:
- Olimpiade Seoul 1988: Atlet Indonesia meraih medali untuk pertama kalinya, yaitu ketika Nurfitriyana Saiman, Kusuma Wardhani, dan Lilies Handayani meraih medali perak dalam cabang panahan beregu putri.[2]
- Olimpiade Barcelona 1992: Medali emas pertama Indonesia diraih oleh Susi Susanti (bulu tangkis tunggal putri) dan Alan Budikusuma (bulu tangkis tunggal putra). Sedangkan medali perak diraih oleh Ardi B. Wiranata (bulu tangkis tunggal putra) dan Eddy Hartono-Rudy Gunawan (bulu tangkis ganda putra), disusul oleh Hermawan Susanto (bulu tangkis tunggal putra) yang meraih medali perunggu.[2]
- Olimpiade Atlanta 1996: Indonesia meraih 1 emas, 1 perak dan 2 perunggu. Semua medali untuk kontingen Indonesia dipersembahkan oleh tim bulu tangkis, dengan rincian medali emas diraih oleh: Rexy Mainaky-Ricky Subagja (ganda putra), medali perak: Mia Audina (tunggal puteri); medali perunggu: Susi Susanti (tunggal putri) dan Denny Kantono-Antonius B. Ariantho (ganda putra).[2]
- Olimpiade Sydney 2000: Indonesia meraih 1 emas, 3 perak dan 2 perunggu. Emas diraih oleh: Tony Gunawan-Chandra Wijaya (bulu tangkis ganda putra), medali perak diraih oleh: Hendrawan (bulu tangkis tunggal putra), Tri Kusharjanto-Minarti Timur (bulu tangkis ganda campuran) dan Raema Lisa Rumbewas (angkat berat putri 48 kg). Sedangkan medali perunggu diraih oleh: Sri Indriyani (angkat berat putri 48 kg) dan Winarni (angkat berat putri 53 kg).[2]
- Olimpiade Athena 2004: Indonesia meraih 1 emas dan 2 perunggu. Emas: Taufik Hidayat (bulu tangkis tunggal putra), perunggu: Soni Dwi Kuncoro (bulu tangkis tunggal putra) dan Flandy Limpele-Eng Hian (bulu tangkis ganda putra).[2]
- Olimpiade Beijing 2008: Indonesia mendapatkan emas pertama melalui cabang bulu tangkis lewat pasangan ganda putra Markis Kido-Hendra Setiawan. Sedangkan medali perak diraih oleh Nova Widianto-Lilyana Natsir (bulu tangkis ganda campuran), sementara itu medali perunggu diraih oleh Maria Kristin Yulianti (bulu tangkis tunggal putri), Eko Yuli Irawan (angkat besi 288 kg) dan Triyatno (angkat besi 298 kg).[2]
Pada Olimpiade London 2012, Indonesia mengirimkan 22 atlet, dengan rincian sembilan atlet berasal dari cabang bulu tangkis, kemudian diikuti oleh cabang angkat besi sebanyak enam atlet. Sementara cabang atletik meloloskan dua atlet. Sedangkan anggar, panahan, renang, judo dan menembak masing-masing meloloskan satu atlet.[183] Jumlah atlet kali ini lebih sedikit dibanding kontingen yang dikirim pada Olimpiade Beijing 2008. Di mana pada saat itu, Indonesia mengirimkan 24 orang atlet.[184][185] Dalam ajang ini, Indonesia berhasil meraih satu medali perak dan satu medali perunggu, di mana keduanya dipersembahkan oleh atlet dari cabang angkat besi (Triyatno; perak dan Eko Yuli Irawan; perunggu).
Pada Olimpiade Rio 2016, Indonesia mengirimkan 28 atlet yang terdiri dari cabang bulu tangkis, atletik, panahan, dayung, angkat besi, balap sepeda dan renang.[186]
Olimpiade Rio 2016: Indonesia mendapatkan emas pertama melalui cabang bulu tangkis lewat pasangan ganda campuran Tantowi Ahmad-Liliyana Natsir. Sedangkan medali perak diraih oleh Eko Yuli Irawan (angkat besi 318 kg) dan Sri Wahyuni Agustiani (angkat besi 200 kg).[187]
Lihat juga
Referensi
- ^ "French and English are the official languages for the Olympic Games." Diakses pada 7 Juli 2012
- ^ a b c d e f g h i "Indonesia on Olympics". olympic.org. Diakses tanggal 7 August 2012.
- ^ Swaddling, Judith (2000). The Ancient Olympic Games (edisi ke-2). Austin: University of Texas Press. hlm. 54. ISBN 0-292-70373-2. OCLC 10759486. Diakses tanggal 6 June 2009.
- ^ Young (2004), hal. 12
- ^ Pausanias, "Elis 1", VII, hal. 7, 9, 10; Pindar, "Olympian 10", hal. 24–77
- ^ Richardson (1997), hal. 227
- ^ Young (2004), hal. 12–13
- ^ Golden (2009), hal. 24
- ^ Pausanias, "Elis 1", VII, hal. 9; Pindar, "Olympian 10", hal. 24–77
- ^ "Olympic Games" (registration required). Encyclopædia Britannica. Diakses tanggal 29 April 2009.
- ^ Spivey (2004), hal. 229–230
- ^ Burkert (1983), hal. 95
- ^ Swadling (1999), hal. 90–93
- ^ Olympic Museum, "The Olympic Games in Antiquity", hal. 2
- ^ However, Theodosius' decree contains no specific reference to Olympia (Crowther (2007), hal. 54).
- ^ Crowther (2007), hal. 54
- ^ a b "Histoire et évolution des Jeux olympiques". Potentiel (dalam bahasa French). 2005. Diakses tanggal 31 January 2009.
- ^ Young (2004), hal. 144
- ^ a b c d e f g h i j k l Young (1996)
- ^ Matthews, George R. (2005). America's first Olympics: the St. Louis games of 1904. University of Missouri Press. ISBN 978-0-8262-1588-8.
- ^ Ingomar Weiler (2004). The predecessors of the Olympic movement, and Pierre de Coubertin European Review, Vol. 12, No. 3, Cambridge University Press
- ^ Craig Reedie, Jim Parry, Vassil Girginov (2005). The Olympic Games Explained: A Student Guide to the Evolution of the Modern Olympic Games. Routledge. ISBN 978-0-415-34604-7. Diakses tanggal 3 July 2012.
- ^ "Much Wenlock & the Olympian Connection". Wenlock Olympian Society. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 January 2009. Diakses tanggal 31 January 2009.
- ^ a b "Rugby School motivated founder of Games". Reuters. SI.com. 8 July 2004. Diakses tanggal 4 February 2009.
- ^ Coubertin, Philemon, Politis & Anninos (1897), Part 2, hal. 8
- ^ "Athens 1896". The International Olympic Committee. Diakses tanggal 8 February 2010.
- ^ Memoire sure le conflit entre la Grece et la Roumanie concernant l'affaire Zappa – Athens 1893, by F. Martens
- ^ L'affaire Zappa – Paris 1894, by G. Streit
- ^ BBCIndonesia - Dari masa ke masa: Kekuatan Olimpiade Diakses 5 Juli 2012
- ^ "St. Louis 1904 — Overview". ESPN. Diakses tanggal 31 January 2009.
- ^ "1906 Olympics mark 10th anniversary of the Olympic revival". Canadian Broadcasting Centre. 28 May 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 June 2008. Diakses tanggal 31 January 2009.
- ^ a b c "Chamonix 1924". International Olympic Committee. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 August 2008. Diakses tanggal 31 January 2009.
- ^ "Winter Olympics History". Utah Athletic Foundation. Diakses tanggal 31 January 2009.
- ^ "History of the Paralympics". BBC Sport. 4 September 2008. Diakses tanggal 2 February 2009.
- ^ "History of the Paralympic Games". Government of Canada. Diakses tanggal 7 April 2010.
- ^ IPC-IOC Co-operation "IPC-IOC Cooperation" Periksa nilai
|url=
(bantuan). International Paralympic Committee. Diakses tanggal 3 May 2010. - ^ Gibson, Owen (4 May 2010). "Sainsbury's announces sponsorship of 2012 Paralympics". The Guardian. London.
- ^ "Rogge wants Youth Olympic Games". BBC Sport. 19 March 2007. Diakses tanggal 2 February 2009.
- ^ Rice, John (5 July 2007). "IOC approves Youth Olympics; first set for 2010". USA Today. Associated Press. Diakses tanggal 2 February 2009.
- ^ "Innsbruck is the host city for the first Winter Youth Olympic Games". The Vancouver Organizing Committee for the 2010 Olympic and Paralympic Winter Games. 12 December 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 June 2009. Diakses tanggal 30 March 2009.
- ^ "IOC to Introduce Youth Olympic Games in 2010". CRIenglish.com. 25 April 2007. Diakses tanggal 29 January 2009.
- ^ "IOC session: A "go" for Youth Olympic Games". International Olympic Committee. 5 July 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 August 2008. Diakses tanggal 2 February 2009.
- ^ Wade, Stephen (25 April 2007). "No kidding: Teens to get Youth Olympic Games". USA Today. Diakses tanggal 27 August 2008.
- ^ Michaelis, Vicky (5 July 2007). "IOC votes to start Youth Olympics in 2010". USA Today. Diakses tanggal 2 February 2009.
- ^ a b c "IOC Factsheet" (PDF). International Olympic Committee. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 29 April 2011. Diakses tanggal 2 February 2009.
- ^ "Turin 2006". International Olympic Committee. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 August 2008. Diakses tanggal 26 August 2008.
- ^ "Beijing to build convenient Olympic village". The Beijing Organizing Committee for the Games of the XXIX Olympiad. Diakses tanggal 4 May 2009.
- ^ "Olympic Charter". International Olympic Committee. hlm. 61. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 26 April 2009. Diakses tanggal 29 April 2009.
- ^ Freedom for Catalonia?: Catalan Nationalism, Spanish Identity and the Barcelona Olympic Games (Cambridge Cultural Social Sciences) (9780521586153): John Hargreaves: Books. Amazon.com. Retrieved on 2009-10-24.
- ^ Gibraltar Olympic Committee Diakses 5 Juli 2012
- ^ Article: Miss Tahiti 2003 stripped of her title. | AccessMyLibrary - Promoting library advocacy. AccessMyLibrary (2005-06-03). Retrieved on 2009-10-24.
- ^ SportingPulse Homepage for Niue Island Sports Association and National Olympic Committee. Sportingpulse.com. Retrieved on 2009-10-24.
- ^ Olympic Committee of Kosovo - Wikipedia, the free encyclopedia. En.wiki-indonesia.club (2009-08-29). Retrieved on 2009-10-24.
- ^ somaliland olympic Diakses 5 Juli 2012
- ^ About the NOC Diakses 5 Juli 2012
- ^ Kurdistan Olympic Committee becomes an issue kurdishglobe. Diakses 5 Juli 2012
- ^ Inscrits Defenitiu conference 2008 Diakses 5 Juli 2012
- ^ Turkish Cypriots to Stage Human Rights Protest in Brussels Embargoed.org. Diakses 4 Juli 2012
- ^ The ABC Republic: Abkhazia Attempts to Invent Itself - SPIEGEL ONLINE - News - International. Spiegel.de. Retrieved on 2009-10-24.
- ^ The Faroese Confederation of Sports and Olympic Committee isf.fo. Diakses 12 Juni 2012
- ^ CANOC Members Diakses 12 Juni 2012
- ^ "The Olympic Movement". International Olympic Committee. Diakses tanggal 2 May 2009.
- ^ "Roles and responsibilities during the Olympic Games" (PDF). International Olympic Committee. February 2008. hlm. 1–2. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 29 April 2011. Diakses tanggal 2 May 2009.
- ^ "For the Good of the Athletes". The Beijing Organizing Committee for the Games of the XXIX Olympiad. 31 October 2007. Diakses tanggal 4 February 2009.
- ^ Olympic Charter (2007), Rule 24, hal. 53.
- ^ Maraniss (2008), hal. 52–60
- ^ Maraniss (2008), hal. 60–69
- ^ "Samaranch Defends Nominating Son for IOC Post". CBC Sports. 18 May 2001. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 December 2008. Diakses tanggal 4 February 2009.
- ^ Riding, Alan (30 June 1992). "Olympics:Barcelona Profile; Samaranch, Under the Gun Shoots Back". New York Times. Diakses tanggal 30 January 2009.
- ^ Abrahamson, Alan (6 December 2003). "Judge Drops Olympic Bid Case". Los Angeles Times. Diakses tanggal 21 March 2009.
- ^ Rowlatt, Justin (29 July 2004). "Buying the Games". BBC. Diakses tanggal 16 April 2009.
- ^ Zinser, Lynn (7 July 2005). "London Wins 2012 Olympics New York Lags". The New York Times. Diakses tanggal 4 February 2009.
- ^ "Paris Mayor Slams London Tactics". Sportinglife.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 May 2012. Diakses tanggal 4 February 2009.
- ^ Berkes, Howard (7 February 2006). "How Turin got the Games". National Public Radio. Diakses tanggal 4 February 2009.
- ^ a b c d e f Cooper-Chen (2005), hal. 231
- ^ a b c d e "Issues of the Olympic Games". Olympic Primer. LA84 Foundation of Los Angeles. Diakses tanggal 30 March 2009.
- ^ a b c Buchanon & Mallon (2006), hal. ci
- ^ a b Findling & Pelle (2000), hal. 209
- ^ Slack (2004), hal. 194
- ^ "Berlin 1936". International Olympic Committee. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 August 2008. Diakses tanggal 31 March 2009.
- ^ "Cortina d'Ampezzo". International Olympic Committee. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 August 2008. Diakses tanggal 31 March 2009.
- ^ a b c Slack (2004), hal. 192
- ^ Gershon (2000), hal. 17
- ^ Whannel, G. (1984) The television spectacular In A. Tomlinson & G. Whannel (Eds.), Five-ring circus (hal. 30–43). London: Pluto Press
- ^ Tomlinson (2005), hal. 14
- ^ "World Series TV ratings slump". CBS News. Associated Press. 27 October 2000. Diakses tanggal 4 May 2009.
- ^ Walters, Walters (2 October 2000). "All fall down". Sports Illustrated. Time Inc. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2011. Diakses tanggal 2 April 2009.
- ^ a b Carter, Bill; Sandomir, Richard (17 August 2008). "A Surprise Winner at the Olympic Games in Beijing: NBC". The New York Times. NYTimes.com. Diakses tanggal 2 April 2009.
- ^ Slack (2004), hal. 16–18
- ^ a b Slack (2004), hal. 17
- ^ Woods (2007), hal. 146
- ^ a b c d e f g h Flyvbjerg, Bent and Allison Stewart, 2012, "Olympic Proportions: Cost and Cost Overrun at the Olympics 1960–2012," Working Paper, Saïd Business School, University of Oxford.
- ^ [Most expensive Olympics in history: Sochi 2014 Games to cost over $50 billion "Most expensive Olympics in history: Sochi 2014 Games to cost over $50 billion"] Periksa nilai
|url=
(bantuan). Russia Today. Diakses tanggal 5 December 2013. - ^ "Sochi 2014: the costliest Olympics yet but where has all the money gone?". The Guardian. Diakses tanggal 5 December 2013.
- ^ "The cost of the Beijing Olympics". The Guardian. London. July 28, 2008. Diakses tanggal June 5, 2009.
- ^ a b c "The Olympic Symbols". International Olympic Committee. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 26 April 2009. Diakses tanggal 4 February 2009.
- ^ "The Olympic flame and the torch relay". Olympic Museum. International Olympic Committee. 2007. hlm. 6. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 26 April 2009. Diakses tanggal 4 February 2009.
- ^ "London's Olympic 2012 mascots are revealed: Wenlock and Mandeville unveiled as the 'faces' of the Games". Daily Mail. 23 May 2010. Diakses tanggal 2011-25-07.
- ^ "The Official Mascots of the Beijing 2008 Olympic Games". The Beijing Organizing Committee for the Games of the XXIX Olympiad. Diakses tanggal 28 August 2008.
- ^ Farquhar, Gordon (19 May 2010). "London 2012 unveils Games mascots Wenlock & Mandeville". BBC News. Diakses tanggal 19 May 2010.
- ^ a b c "Fact sheet: Opening Ceremony of the Summer Olympic Games" (PDF). International Olympic Committee. 2008. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 29 April 2011. Diakses tanggal 14 August 2008.
- ^ a b c "Fact sheet: Opening Ceremony of the Winter Olympic Games". International Olympic Committee. 2008. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 26 April 2009. Diakses tanggal 14 August 2008.
- ^ a b "The development of the Games – Between festival and tradition". The Modern Olympic Games (PDF). International Olympic Committee. hlm. 5. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 26 April 2009. Diakses tanggal 29 August 2008.
- ^ "Beijing Dazzles: Chinese History, on Parade as Olympics Begin". Canadian Broadcasting Centre. 8 August 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 August 2008. Diakses tanggal 9 September 2008.
- ^ a b c "Olympic Closing Ceremony Protocol". New Dehli Television. 30 August 2008. Diakses tanggal 10 September 2008.
- ^ "Closing Ceremony". International Olympic Committee. 31 January 2002. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 26 April 2009. Diakses tanggal 27 August 2008.
- ^ "The Olympic Flags and Emblem". The Vancouver Organizing Committee for the 2010 Olympic and Paralympic Winter Games. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 April 2009. Diakses tanggal 10 February 2009.
- ^ "Olympic Games – the Medal Ceremonies" (registration required). Encyclopædia Britannica. Diakses tanggal 29 August 2008.
- ^ "Symbols and Traditions". USA Today. 12 July 1999. Diakses tanggal 29 August 2008.
- ^ "Medal Ceremony Hostess Outfits Revealed". China Daily. 18 July 2008. Diakses tanggal 29 August 2008.
- ^ "Wrestling". The Beijing Organizing Committee for the Games of the XXIX Olympiad. Diakses tanggal 25 March 2009.
- ^ a b "Sports". International Olympic Committee. Diakses tanggal 8 February 2009.
- ^ "Olympic Sports of the Past". International Olympic Committee. Diakses tanggal 10 February 2009.
- ^ "International Sports Federations". International Olympic Committee. Diakses tanggal 8 February 2009.
- ^ Olympic Charter (2007), hal. 87
- ^ "Recognised Sports". International Olympic Committee. Diakses tanggal 31 March 2009.
- ^ a b "Factsheet: The sports on the Olympic programme". International Olympic Committee. 2008. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 26 April 2009. Diakses tanggal 3 July 2012.
- ^ "Golf, rugby added for 2016 and 2020". ESPN.com. Associated Press. 09–10–09. Diakses tanggal 09–10–09.
- ^ a b c "Melbourne/Stockholm 1956". International Olympic Committee. Diakses tanggal 25 July 2011.
- ^ Krüger, Arnd (2003). The Nazi Olympics: sport, politics and appeasement in the 1930s. University of Illinois Press. hlm. 230. ISBN 0-252-02815-5. Diakses tanggal 3 July 2012.
- ^ a b "African nations boycott costly Montreal Games". CBC Sports. 30 July 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 June 2008. Diakses tanggal 6 February 2009.
- ^ Africa and the XXIst Olympiad Diakses 5 Februari 2012
- ^ "Game playing in Montreal" (PDF). Olympic Review. International Olympic Committee (107–108): 461–462. 1976. Diakses tanggal 7 February 2009.
- ^ "China-Olympic History". Chinaorbit.com. Diakses tanggal 27 August 2008.
- ^ "Moscow 1980". International Olympic Committee. Diakses tanggal 25 July 2011.
- ^ Burns, John F. (9 May 1984). "Protests are Issue: Russians Charge 'Gross Flouting' of the Ideals of the Competition". New York Times. New York Times Company.
- ^ "Moscow 1980:Cold War, Cold Shoulder". Deutsche Welle. DW-World.DE. 31 July 2008. Diakses tanggal 27 April 2009.
- ^ "Los Angeles 1984". International Olympic Committee. Diakses tanggal 25 July 2011.
- ^ Australia: Calls to Boycott Beijing Olympics "Australia: Calls to Boycott Beijing Olympics" Periksa nilai
|url=
(bantuan). Inter Press Service. Diakses tanggal 10 September 2008. - ^ "Diplomats Visit Tibet as EU Split on Olympic Opening Boycott". The Economic Times. 29 March 2008. Diakses tanggal 7 February 2008.
- ^ Putin Faces Green Olympic Challenge: The Sochi 2014 Winter Games are threatened by a looming international boycott, environmental concerns, and public protests against local development, Christian Science Monitor, Retrieved 18 August 2008.
- ^ Bernas, Frederick (5 December 2009). "Olympic challenge for Sochi Games". London: The Guardian. Diakses tanggal 31 May 2011.
- ^ "2012 London logo draws ire of Iran". ESPN. Associated Press. 28 February 2011. Diakses tanggal 5 March 2011.
- ^ "London Olympics: Iran to compete despite logo complaint", BBC, 12 March 2011
- ^ Findling & Pelle (2004) hal. 107
- ^ Findling & Pelle (2004) hal. 111–112
- ^ "Spartakiads". Sovetskaya Entsiklopediya. Vol. 24 (part 1). Moscow. 1976. hlm. 286.
- ^ Roche (2000), hal. 106
- ^ "The USSR and Olympism" (PDF). Olympic Review. Komite Olimpiade Internasional (84): 530–557. 1974. Diakses tanggal 4 May 2009.
- ^ "1968: Black athletes make silent protest". BBC. 17 October 1968. Diakses tanggal 7 February 2009.
- ^ "Iranian Judoka rewarded after snubbing Israeli". NBC Sports. Associated Press. 8 September 2004. Diakses tanggal 7 February 2009.
- ^ "Tom Hicks". Sports-reference.com. Diakses tanggal 30 January 2009.
- ^ a b "A Brief History of Anti-Doping". World Anti-Doping Agency. Diakses tanggal 10 September 2008.
- ^ Begley, Sharon (7 January 2008). "The Drug Charade". Newsweek. Diakses tanggal 27 August 2008.
- ^ Porterfield (2008), hal. 15
- ^ Magnay, Jacquelin (18 April 2003). "Carl Lewis's positive test covered up". The Sydney Morning Herald. Diakses tanggal 28 August 2008.
- ^ Coile, Zachary (27 April 2005). "Bill Seeks to Toughen Drug Testing in Pro Sports". The San Francisco Chronicle. Diakses tanggal 3 September 2008.
- ^ "Doping: 3667 athletes tested, IOC seeks action against Halkia's coach". Express India Newspapers. 19 August 2008. Diakses tanggal 28 August 2008.
- ^ "Bar countries that ban women athletes", Ali Al-Ahmed, New York Times, 19 May 2008
- ^ Henderson, John. "Iranian Olympic skier Kalhor a pioneer", Denver Post, 27 February 2010
- ^ "Arab women make breakthrough at Games", CNN, 23 September 2000
- ^ "Afghan women's Olympic dream", BBC, 22 June 2004
- ^ Wallechinsky, David (29 July 2008). "Should Saudi Arabia be Banned from the Olympics?". Huffington Post.
- ^ "Qatar decision to send female athletes to London 2012 increases pressure on Saudi Arabia", Inside the Games, 1 July 2010
- ^ "Inside Lines: Protests at 2012 if Saudis say 'no girls allowed'", The Independent, 4 July 2010
- ^ "Saudi Arabia to let women compete in Olympics for first time". CNN. Diakses tanggal 25 June 2012.
- ^ "London 2012 Olympics: Saudi Arabian women to compete", BBC, 12 July 2012
- ^ "Saudis to send 2 women to London, make history". SI.com. Diakses tanggal 13 July 2012.
- ^ "Women's boxing gains Olympic spot", British Broadcasting Corporation, 13 August 2009
- ^ "Bush turns attention from politics to Olympics". MSNBC. Associated Press. 7 August 2008. Diakses tanggal 2009=01=30.
- ^ "Olympic Shooters Hug as their Countries do Battle". CNN. 10 August 2008. Diakses tanggal 10 August 2008.
- ^ "Olympic archive". Canadian Broadcasting Corporation. Diakses tanggal 29 August 2008.
- ^ "Olympic Park Bombing". CNN. Diakses tanggal 29 August 2008.
- ^ "IOC on bin Laden killing: no bearing on Olympic security". Gazettenet.com. Associated Press. 3 May 2011. Diakses tanggal 25 July 2011.
- ^ "Medals of Beijing Olympic Games Unveiled". The International Olympic Committee. Diakses tanggal 3 September 2008.
- ^ "St Louis 1904". Olympic Games. Diakses tanggal 3 July 2012.
- ^ "The Modern Olympic Games" (PDF). The Olympic Museum. Diakses tanggal 29 August 2008.
- ^ "RECORDS AND MEDALS GAMES OF THE OLYMPIAD" (PDF). olympic.org. Diakses tanggal 9 May 2012.
- ^ Munro, James (25 August 2008). "Britain may aim for third in 2012". BBC Sport. Diakses tanggal 25 August 2008.
- ^ "United States of America". olympic.org. Diakses tanggal 17 August 2012.
- ^ "Sovyet Union on Olympics". olympic.org. Diakses tanggal 17 August 2012.
- ^ "Germany". olympic.org. Diakses tanggal 17 August 2012.
- ^ "Great Britain". olympic.org. Diakses tanggal 17 August 2012.
- ^ "France on Olympics". olympic.org. Diakses tanggal 17 August 2012.
- ^ "Italy". olympic.org. Diakses tanggal 17 August 2012.
- ^ "China on Olympics". olympic.org. Diakses tanggal 17 August 2012.
- ^ "Swedia on Olympics". olympic.org. Diakses tanggal 17 August 2012.
- ^ "Russia on Olympics". olympic.org. Diakses tanggal 17 August 2012.
- ^ "East Germany on Olympics". olympic.org. Diakses tanggal 17 May 2012.
- ^ a b c d "Olympic Charter" (PDF). International Olympic Committee. hlm. 72–75. Diakses tanggal 2 April 2009.
- ^ a b c "Choice of the host city". International Olympic Committee. Diakses tanggal 2 April 2009.
- ^ "Olympic Games" (registration required). Encyclopædia Britannica. Diakses tanggal 2 April 2009.
- ^ Daftar Atlet Indonesia di Olimpiade London 2012 Kompasiana. Diakses 28 Juli 2012
- ^ 21 Atlet Indonesia Berangkat ke Olimpiade London Kompas.com. Diakses 5 Juli 2012
- ^ Indonesia kirim 21 atlet ke Olimpiade London BBC Indonesia. Diakses 5 Juli 2012
- ^ Tempo.Co. "Kontingen Olimpiade Indonesia Bertolak ke Brasil Hari Ini | olahraga_lain | tempo.co". Diakses tanggal 2016-08-09.
- ^ Bola.com. "Klasemen Akhir Olimpiade: AS Juara, Indonesia Peringkat 46". bola.com. Diakses tanggal 2017-04-23.
Bibliografi
- Buchanan, Ian (2001). Historical dictionary of the Olympic movement. Lanham: Scarecrow Presz. ISBN 978-0-8108-4054-6.
- Burkert, Walter (1983). "Pelops at Olympia". Homo Necans. University of California Press. ISBN 0-520-05875-5.
- Kamper, Erich (1992). The Golden Book of the Olympic Games. Milan: Vallardi & Associati. ISBN 978-88-85202-35-1.
- Preuss, Holger (2005). The Economics of Staging the Olympics: A Comparison of the Games 1972–2008. Edward Elgar Publishing. ISBN 978-1-84376-893-7.
- Simson, Vyv (1992). Dishonored Games: Corruption, Money, and Greed at the Olympics. New York: S.hal.I. Books. ISBN 978-1-56171-199-4.
- Wallechinsky, David (2004). The Complete Book of the Summer Olympics, Athens 2004 Edition. SportClassic Books. ISBN 978-1-894963-32-9.
- Wallechinsky, David (2005). The Complete Book of the Winter Olympics, Turin 2006 Edition. SportClassic Books. ISBN 978-1-894963-45-9.
Pranala luar
- Situs resmi Gerakan Olimpiade
- Situs resmi Komite Olimpiade Indonesia
- Olimpiade di New York Times
- Dicolympic – Kamus Olimpiade
- Buku-buku referensi tentang Olimpiade