Lampung

provinsi di Pulau Sumatera, Indonesia

Lampung (Aksara Lampung: ) adalah sebuah provinsi paling selatan di Pulau Sumatra, Indonesia, dengan ibu kota Bandar Lampung. Provinsi ini memiliki dua kota yaitu Kota Bandar Lampung dan Kota Metro serta 13 kabupaten. Posisi Lampung secara geografis berada di sebelah barat berbatasan dengan Samudra Hindia, di sebelah timur dengan Laut Jawa, di sebelah utara berbatasan dengan provinsi Sumatra Selatan, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Selat Sunda.

Lampung
Transkripsi bahasa Lampung
Searah jarum jam: Patung Radin Inten II, Menara Siger, Kopi Robusta Lampung, Tugu Adipura Bandar Lampung, Pantai Pasir Putih, Gajah di Taman Nasional Way Kambas dan Gunung Anak Krakatau
Bendera Lampung
Julukan: 
Sai Bumi Ruwa Jurai
Motto: 
"Sai Bumi Ruwa Jurai"
(Bahasa Lampung: Satu Daerah ditempati oleh dua adat/tradisi yakni Saibatin dan Pepadun)
Peta
Peta
Negara Indonesia
Dasar hukum pendirianUndang-Undang Nomor 14 Tahun 1964[1]
Tanggal18 Maret 1964 (hari jadi)
Ibu kotaBandar Lampung
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kabupaten: 13
  • Kota: 2
  • Kecamatan: 228
  • Kelurahan: 205
  • Pekon/tiyuh/kampung/desa: 2.449
Pemerintahan
 • GubernurIr. H. Arinal Djunaidi
 • Wakil GubernurHj. Chusnunia Chalim M.Si
 • Sekretaris DaerahIr Fahrizal Darminto [2]
 • Ketua DPRDMingrum Gumay
Luas
 • Total34.623,80 km2 (1,336,830 sq mi)
Populasi
 (2020)[3]
 • Total9.007.848
 • Peringkat15
 • Kepadatan2,6/km2 (6,7/sq mi)
Demografi
 • AgamaIslam 81,57%
Kristen 5,68%
- Protestan 2,63%
- Katolik 3,05%
Hindu 11,22%
Buddha 1,53%[4]
 • BahasaIndonesia (resmi)
Lampung (dominan)
Lampung Api
Lampung Nyo
bahasa Komering
bahasa Melayu
Jawa
bahasa Banten
bahasa Bali
Minangkabau
Sunda
 • IPMKenaikan(69,02) 0,690Sedang (2018)[5]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode pos
34xxx-35xxx
Kode area telepon
Daftar
  • 0721 — Kota Bandar Lampung — Gedong Tataan - Tegineneng (Kabupaten Pesawaran) — Natar - Jati Agung (Kabupaten Lampung Selatan)
  • 0722 — Kota Agung (Kabupaten Tanggamus)
  • 0723 — Blambangan Umpu (Kabupaten Way Kanan)
  • 0724 — Kotabumi (Kabupaten Lampung Utara)
  • 0725 — Kota Metro — Gunung Sugih (Kabupaten Lampung Tengah) — Sukadana (Kabupaten Lampung Timur)
  • 0726 — Menggala (Kabupaten Tulang Bawang) — Kabupaten Tulang Bawang Barat — Wiralaga Mulya (Kabupaten Mesuji)
  • 0727 — Kalianda (Kabupaten Lampung Selatan) — Punduh Pidada (Kabupaten Pesawaran)
  • 0728 — Kota Liwa (Kabupaten Lampung Barat) — Krui (Kabupaten Pesisir Barat)
  • 0729 — Pringsewu (Kabupaten Pringsewu)
Kode ISO 3166ID-LA
Pelat kendaraanBE
Kode Kemendagri18 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS18 Edit nilai pada Wikidata
APBDRp 784.582.000.000.-[6] (2020)
PADRp 329.843.000.000.-(2020)[6]
DAURp 192.270.000.000.-(2020)[6]
Lagu daerahSang Bumi Ruwa Jurai, Pang Lipang Dang, Tepui Tepui, dll
Rumah adatNuwo Sesat
Senjata tradisionalBadik, Payan, dan Keris
Flora resmiBunga Pukul Empat
Fauna resmiGajah Sumatra
Situs weblampungprov.go.id

Provinsi Lampung memiliki pelabuhan utama bernama Pelabuhan Panjang dan Pelabuhan Bakauheni, bandar udara utama yakni Radin Inten II terletak 28 km dari ibu kota provinsi, serta Stasiun Tanjungkarang di pusat ibukota.

Sejarah

 
Wilayah Kerajaan Sunda

Provinsi Lampung lahir pada tanggal 18 Maret 1964 dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3/1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor 14 tahun 1964. Sebelum itu Provinsi Lampung merupakan keresidenan yang tergabung dengan Provinsi Sumatra Selatan.

Kendatipun Provinsi Lampung sebelum tanggal 18 Maret 1964 tersebut secara administratif masih merupakan bagian dari Provinsi Sumatra Selatan, namun daerah ini jauh sebelum Indonesia merdeka memang telah menunjukkan potensi yang sangat besar serta corak warna kebudayaan tersendiri yang dapat menambah khazanah adat budaya di Nusantara. Oleh karenanya, pada zaman VOC daerah Lampung tidak terlepas dari incaran penjajahan Belanda.

Lampung pernah menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanagara dan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16. Sebelum akhirnya Kesultanan Banten menghancurkan Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda. Sultan Banten yakni Hasanuddin, lalu mengambil alih kekuasaan atas Lampung. Hal ini dijelaskan dalam buku The Sultanate of Banten karya Claude Guillot pada halaman 19 sebagai berikut:

"From the beginning it was abviously Hasanuddin's intention to revive the fortunes of the ancient kingdom of Pajajaran for his own benefit. One of his earliest decisions was to travel to southern Sumatra, which in all likelihood already belonged to Pajajaran, and from which came bulk of the pepper sold in the Sundanese region".[7]

Di bawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa (1651–1683) Banten berhasil menjadi pusat perdagangan yang dapat menyaingi VOC di perairan Jawa, Sumatra dan Maluku. Dalam masa pemerintahannya, Sultan Ageng berupaya meluaskan wilayah kekuasaan Banten yang terus mendapat hambatan karena dihalangi VOC yang bercokol di Batavia. VOC yang tidak suka dengan perkembangan Kesultanan Banten mencoba berbagai cara untuk menguasainya termasuk mencoba membujuk Sultan Haji, Putra Sultan Ageng untuk melawan Ayahnya sendiri.

Dalam perlawanan menghadapi ayahnya sendiri, Sultan Haji meminta bantuan VOC dan sebagai imbalannya ia menjanjikan akan menyerahkan penguasaan atas daerah Lampung kepada VOC. Akhirnya pada tanggal 7 April 1682 Sultan Ageng Tirtayasa disingkirkan dan Sultan Haji dinobatkan menjadi Sultan Banten.

Dari perundingan-perundingan antara VOC dengan Sultan Haji menghasilkan sebuah piagam dari Sultan Haji tertanggal 27 Agustus 1682 yang isinya antara lain menyebutkan bahwa sejak saat itu pengawasan perdagangan rempah-rempah atas daerah Lampung diserahkan oleh Sultan Banten kepada VOC yang sekaligus memperoleh monopoli perdagangan di daerah Lampung.

Pada tanggal 29 Agustus 1682 iring-iringan armada VOC dan Banten membuang sauh di Tanjung Tiram. Armada ini dipimpin oleh Vander Schuur dengan membawa surat mandat dari Sultan Haji yang mewakili Sultan Banten. Ekspedisi Vander Schuur yang pertama ini tidak berhasil dan ia tidak mendapatkan lada yang dicarinya. Perdagangan langsung antara VOC dengan Lampung mengalami kegagalan disebabkan karena tidak semua penguasa di Lampung langsung tunduk begitu saja kepada kekuasaan Sultan Haji yang bersekutu dengan kompeni, sebagian mereka masih mengakui Sultan Ageng Tirtayasa sebagai Sultan Banten dan menganggap kompeni tetap sebagai musuh.

 
Logo Provinsi Lampung (Oosthaven) saat penjajahan Belanda

Sementara itu timbul keraguan dari VOC mengenai status penguasaan Lampung di bawah Kekuasaan Kesultanan Banten, yang kemudian baru diketahui bahwa penguasaan Banten atas Lampung tidaklah mutlak.

Penempatan wakil-wakil Sultan Banten di Lampung yang disebut "jenang" atau kadang-kadang disebut gubernur hanyalah dalam mengurus kepentingan perdagangan hasil bumi (lada).

Sedangkan para penguasa Lampung asli yang terpencar pada tiap-tiap desa atau kota yang disebut "adipati" secara hierarki tidak berada di bawah koordinasi penguasaan jenang/gubernur. Disimpulkan penguasaan Sultan Banten atas Lampung hanya dalam hal garis pantai saja dalam rangka menguasai monopoli arus keluarnya hasil bumi terutama lada. Dengan demikian jelas hubungan Banten-Lampung adalah dalam hubungan saling membutuhkan satu dengan lainnya.

Selanjutnya pada masa Raffles berkuasa pada tahun 1811 ia menduduki daerah Semangka dan tidak mau melepaskan daerah Lampung kepada Belanda karena Raffles beranggapan bahwa Lampung bukanlah jajahan Belanda. Namun setelah Raffles meninggalkan Lampung baru kemudian tahun 1829 ditunjuk Residen Belanda untuk Lampung.

Pada masa itu, sejak tahun 1817 posisi Radin Inten, pejuang perlawanan Lampung semakin kuat yang membuat Belanda merasa khawatir dan mengirimkan ekspedisi kecil dipimpin oleh Asisten Residen Krusemen yang menghasilkan persetujuan bahwa:Radin Inten memperoleh bantuan keuangan dari Belanda sebesar f. 1.200 setahun.Kedua saudara Radin Inten masing-masing akan memperoleh bantuan pula sebesar f. 600 tiap tahun.Radin Inten tidak diperkenankan meluaskan lagi wilayah selain dari desa-desa yang sampai saat itu berada di bawah pengaruhnya.

Tetapi persetujuan itu tidak pernah dipatuhi oleh Radin Inten dan ia tetap melakukan perlawanan terhadap Belanda.

Sehingga pada tahun 1825 Belanda memerintahkan Leliever untuk menangkap Radin Inten, namun dengan cerdik Radin Inten dapat menyerbu benteng Belanda dan membunuh Liliever serta anak buahnya. Belanda yang ketika itu juga tengah menghadapi Perang Diponegoro (1825–1830), dibuat tidak berkutik terhadap perlawanan tersebut. Tahun 1825 Radin Inten meninggal dunia lalu digantikan oleh putranya Radin Imba Kusuma.

Setelah Perang Diponegoro selesai pada tahun 1830 Belanda menyerbu Radin Imba Kusuma di daerah Semangka, dilanjutkan pada tahun 1833 Belanda kembali menyerang benteng Radin Imba Kusuma, yang semuanya menemui kegagalan. Baru pada tahun 1834 setelah Asisten Residen diganti oleh Perwira Militer Belanda yang didukung dengan kekuatan penuh, maka Benteng Radin Imba Kusuma berhasil dikuasai.

Radin Imba Kusuma menyingkir ke daerah Lingga, namun penduduk daerah Lingga ini menangkapnya dan menyerahkan kepada Belanda. Radin Imba Kusuma kemudian dibuang ke Pulau Timor.

Belanda juga kian gencar mendekati rakyat pedalaman melalui "Jalan Halus" dengan memberikan berbagai hadiah kepada pemimpin perlawanan rakyat Lampung yang ternyata tidak membawa hasil. Sehingga akhirnya Belanda membentuk tentara sewaan yang terdiri dari orang-orang Lampung sendiri untuk melindungi kepentingan Belanda di daerah Teluk Betung dan sekitarnya. Dilain sisi perlawanan rakyat yang digerakkan oleh putra Radin Imba Kusuma yang bernama Radin Inten II terus berlangsung, sampai akhirnya Radin Inten II ini ditangkap dan dibunuh oleh tentara-tentara Belanda yang khusus didatangkan dari Batavia.

Sejak itu Belanda mulai leluasa menancapkan kakinya di daerah Lampung dan memberikan nama Oosthaven. Perkebunan mulai dikembangkan yaitu penanaman kaitsyuk, tembakau, kopi, karet dan kelapa sawit. Untuk kepentingan pengangkutan hasil perkebunan itu pada tahun 1913 dibangun jalan kereta api dari Teluk Betung menuju Palembang.

Hingga menjelang Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945 dan periode perjuangan fisik setelah itu, putra Lampung tidak ketinggalan ikut terlibat dan merasakan betapa pahitnya perjuangan melawan penindasan penjajah yang silih berganti. Sampai akhirnya sebagai mana dikemukakan pada awal uraian ini pada tahun 1964 Keresidenan Lampung ditingkatkan menjadi Daerah Tingkat I Provinsi Lampung.

Kejayaan Lampung sebagai sumber lada hitam pun mengilhami para senimannya sehingga tercipta lagu Tanoh Lada. Bahkan, ketika Lampung diresmikan menjadi provinsi pada 18 Maret 1964, lada hitam menjadi salah satu bagian lambang daerah itu. Namun, sayang saat ini kejayaan tersebut telah pudar.

Geografi

Topografi

Provinsi Lampung memiliki luas 35.376,50 km² dan terletak di antara 105°45'-103°48' BT dan 3°45'-6°45' LS. Daerah ini berada di sebelah barat berbatasan dengan Samudra Hindia, di sebelah timur dengan Laut Jawa, di sebelah utara berbatasan dengan provinsi Sumatra Selatan, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Selat Sunda. Beberapa pulau termasuk dalam wilayah Provinsi Lampung, yang sebagian besar terletak di Teluk Lampung, di antaranya: Pulau Darot, Pulau Legundi, Pulau Tegal, Pulau Sebuku, Pulau Kelagian, Pulau Sebesi, Pulau Pahawang, Pulau Krakatau, Pulau Putus dan Pulau Tabuan. Ada juga Pulau Tampang dan Pulau Pisang di yang masuk ke wilayah Kabupaten Pesisir Barat.

Keadaan alam Lampung, di sebelah barat dan selatan, di sepanjang pantai merupakan daerah yang berbukit-bukit sebagai sambungan dari jalur Bukit Barisan di Pulau Sumatra. Di tengah-tengah merupakan dataran rendah. Sedangkan ke dekat pantai di sebelah timur, di sepanjang tepi Laut Jawa terus ke utara, merupakan perairan yang luas.

Gunung

Gunung-gunung yang puncaknya cukup tinggi, antara lain:

Sungai

Sungai-sungai yang mengalir di daerah Lampung menurut panjang dan cathment area (c.a)-nya adalah:

Way Seputih mengalir di daerah kabupaten Lampung Tengah dengan anak-anak sungai yang panjangnya lebih dari 50 km adalah:

Way Tulangbawang mengalir di kabupaten Tulangbawang dengan anak-anak sungai yang lebih dari 50 km panjangnya, di antaranya:

Way Mesuji yang mengalir di perbatasan provinsi Lampung dan Sumatra Selatan di sebelah utara mempunyai anak sungai bernama Sungai Buaya, sepanjang 70 km dengan c.a. 347,5 km2. Sedangkan Way Sekampung mengalir di daerah kabupaten Tanggamus, Pringsewu, Pesawaran dan Lampung Selatan. Anak sungainya banyak, tetapi tidak ada yang panjangnya sampai 100 km. Hanya ada satu sungai yang panjangnya 51 km dengan c.a. 106,97 km2 ialah Way Ketibung di Kalianda. Beberapa kota di daerah provinsi Lampung yang tingginya 50 m lebih dari permukaan laut adalah: Tanjungkarang (96 m), Kedaton (100 m), Metro (53), Gisting (480 m), Negeri sakti (100 m), Pringsewu (50 m), Pekalongan (50 m), Batanghari (65 m), Punggur (50 m), Padang ratu (56 m), Wonosobo (50 m), Kedondong (80 m), Sidomulyo (75 m), Kasui (200 m), Sri Menanti (320 m) dan Kota Liwa (850 m).

Politik & Pemerintahan

Kabupaten dan Kota

No. Kabupaten/kota Ibu kota[8] Bupati/wali kota Luas wilayah (km2)[9] Jumlah penduduk (2022)[9] Kecamatan Kelurahan/desa Lambang
 
Peta lokasi
1 Kabupaten Lampung Barat Liwa Nukman (Pj.) 2.107,99 307.818 15 5/131
 
 
2 Kabupaten Lampung Selatan Kalianda Nanang Ermanto 2.227,38 1.073.867 17 4/256
 
 
3 Kabupaten Lampung Tengah Gunung Sugih Musa Ahmad 4.559,57 1.367.335 28 10/301
 
 
4 Kabupaten Lampung Timur Sukadana M. Dawam Rahardjo 3.860,92 1.103.348 24 -/264
 
 
5 Kabupaten Lampung Utara Kotabumi Aswarodi (Pj.) 2.669,30 652.623 23 15/232
 
 
6 Kabupaten Mesuji Wiralaga Mulya Febrizal Levi Sukmana (Pj.) 2.200,41 232.140 7 -/105
 
 
7 Kabupaten Pesawaran Gedong Tataan Dendi Ramadhona 1.288,08 478.558 11 -/144
 
 
8 Kabupaten Pesisir Barat Krui Agus Istiqlal 2.939,60 167.339 11 2/116
 
 
9 Kabupaten Pringsewu Pringsewu Marindo Kurniawan (Pj.) 617,19 423.837 9 5/126
 
 
10 Kabupaten Tanggamus Kota Agung Mulyadi Irsan (Pj.) 2.947,59 618.155 20 3/299
 
 
11 Kabupaten Tulang Bawang Menggala Ferli Yuledi (Pj.) 3.116,06 429.130 15 4/147
 
 
12 Kabupaten Tulang Bawang Barat Panaragan Jaya M. Firsada (Pj.) 1.257,09 300.328 9 3/93
 
 
13 Kabupaten Way Kanan Blambangan Umpu Raden Adipati Surya 3.522,11 481.104 14 6/221
 
 
14 Kota Bandar Lampung - Eva Dwiana 183,75 1.092.506 20 126/-
 
 
15 Kota Metro - Wahdi 73,21 173.478 5 22/-
 
 

Daftar gubernur

  Gubernur Lampung  
No. Foto Gubernur Partai Mulai Jabatan Akhir Jabatan Prd. Ket. Wakil Gubernur
1   Kusno Danupoyo Nonpartisan 1964 1966 1 [10]  Nadirsyah Zaini
(1966)
2   Zainal Abidin Pagaralam Nonpartisan 1966 1973 2 [11]
3   R. Sutiyoso ABRIAngkatan Darat 1973 5 Mei 1978 3 [ket. 1]
4   Yasir Hadibroto ABRIAngkatan Darat 1978 1983 4 Subki E. Harun
(1980–90)
1983 1988 5  
5   Poedjono Pranyoto ABRIAngkatan Darat 1988 1993 6
Man Hasan
(1990–95)
Suwardi Ramli
(1994–98)
Oemarsono
(1995–98)
1993 1997 7
6   Oemarsono PDI-P 5 Februari 1998 5 Februari 2003 8
7   Sjachroedin Zainal Pagaralam PDI-P 2 Juni 2004 28 Mei 2008 9 [12] Syamsurya Ryacudu
8   Syamsurya Ryacudu Golkar 2 Juli 2008 2 Juni 2009 [ket. 2]
(7)   Sjachroedin Zainal Pagaralam PDI-P 2 Juni 2009 2 Juni 2014 10 Joko Umar Said
9   Muhammad Ridho Ficardo Demokrat 2 Juni 2014 2 Juni 2019 11
(2014)
[ket. 3] Bachtiar Basri
10   Arinal Djunaidi Golkar 12 Juni 2019 12 Juni 2024[15] 12
(2018)
Chusnunia Chalim
(2019–2023)

Pengganti Sementara

Dalam tumpuk pemerintahan, seorang kepala daerah yang mengajukan diri untuk cuti atau berhenti sementara dari jabatannya kepada pemerintah pusat, maka Menteri Dalam Negeri menyiapkan penggantinya yang merupakan birokrat di pemerintah daerah atau bahkan wakil gubernur, termasuk ketika posisi gubernur berada dalam masa transisi. Berikut merupakan daftar pengganti sementara untuk jabatan Gubernur Lampung.

Potret Pejabat Partai Awal Akhir Periode Gubernur definitif Ref.
  Oman Sachroni Nonpartisan 1 Oktober 1997 Januari 1998 7 Poedjono Pranyoto
    Tursandi Alwi
(penjabat)
Nonpartisan 5 Februari 2003 2 Juni 2004 Transisi
(2003–2004)
  Syamsurya Ryacudu
(Pelaksana tugas)
PDI-P 28 Mei 2008 2 Juli 2008 9 S. Z. Pagaralam
  Didik Suprayitno
(penjabat sementara)
Nonpartisan 13 Februari 2018 23 Juni 2018 11 M. Ridho Ficardo [ket. 4]
  Boytenjuri
(penjabat)
Nonpartisan 2 Juni 2019 12 Juni 2019 Transisi
(2019)
[ket. 5]
  Fahrizal Darminto
(pelaksana harian)
Nonpartisan 13 Juni 2024 19 Juni 2024 Transisi
(2024–sekarang)
[ket. 6]
  Samsudin
(Penjabat)
Nonpartisan 19 Juni 2024 Petahana [ket. 7]
Catatan
  1. ^ Meninggal pada saat menjabat
  2. ^ Sjachroedin mundur dari jabatan Gubernur Lampung karena kembali mencalonkan diri dalam Pilgub Lampung 2008[13]
  3. ^ Ridho Ficardo dan Bachtiar Basri cuti sementara sebagai gubernur karena menjadi peserta pilgub Lampung 2018[14]
  4. ^ Didik Suprayitno sebagai penjabat sementara sebab Ridho Ficardo dan Bachtiar Basri cuti sementara sebagai gubernur-wakil gubernur[16]
  5. ^ Boytenjuri menjadi penjabat gubernur karena Ridho Ficardo dan Bachtiar Basri telah habis masa jabatan[17]
  6. ^ Fahrizal Darminto menjadi penjabat gubernur karena Arinal Djunaidi telah habis masa jabatan.
  7. ^ Merangkap sebagai Staf Ahli Bidang Hukum pada Kementerian Pemuda dan Olahraga

Dewan Perwakilan

DPRD Lampung beranggotakan 85 orang yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Pimpinan DPRD Lampung terdiri dari 1 Ketua dan 4 Wakil Ketua yang berasal dari partai politik pemilik jumlah kursi dan suara terbanyak. Anggota DPRD Lampung yang sedang menjabat saat ini adalah hasil Pemilu 2019 yang dilantik pada 2 September 2019 oleh Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Tanjung Karang di Gedung DPRD Provinsi Lampung.[18] Komposisi anggota DPRD Lampung periode 2019-2024 terdiri dari 9 partai politik dimana PDI Perjuangan adalah partai politik pemilik kursi terbanyak yaitu 19 kursi, kemudian disusul oleh Partai Gerindra yang meraih 11 kursi serta Partai Golkar dan Partai Demokrat yang masing-masing meraih 10 kursi. Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Lampung dalam empat periode terakhir.[19][20][21][22]

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2009-2014 2014-2019 2019-2024 2024-2029
PKB 5   7   9   11
Gerindra 6   10   11   16
PDI-P 11   17   19   13
Golkar 10   10   10   11
PKS 7   8   9   7
PPP 3   4   1   0
PAN 7   8   7   8
Hanura 6   2   0   0
Demokrat 14   11   10   9
NasDem (baru) 8   9   10
PKPB 4
PDK 2
Jumlah Anggota 75   85   85   85
Jumlah Partai 11   10   9   8


Ekonomi

Masyarakat pesisir lampung kebanyakan bekerja sebagai nelayan dan bercocok tanam. Dibeberapa daerah pesisir, komoditas perikanan seperti tambak udang lebih menonjol, bahkan untuk tingkat nasional dan internasional. Sedangkan masyarakat yang tinggal bukan di pesisir kebanyakan bertanam padi dan berkebun lada, kopi, cengkih, kayu manis dan lain-lain. Lampung fokus pada pengembangan lahan bagi perkebunan besar seperti kelapa sawit, karet, padi, singkong, kakao, lada hitam, kopi, jagung, tebu, dan lain-lain. Selain hasil bumi Lampung juga merupakan kota pelabuhan karena Lampung adalah pintu gerbang untuk masuk ke pulau Sumatra. Dari hasil bumi tumbuhlah banyak industri-industri seperti di daerah Panjang, Natar, Tanjung Bintang, dan Bandar Jaya.

Kota-kota penting di Provinsi Lampung adalah:

Industri

Industri penambakan udang termasuk salah satu tambak yang terbesar di dunia setelah adanya penggabungan usaha antara Bratasena, Dipasena, dan Wachyuni Mandira.

Pabrik gula dapat menghasilkan produksi per tahun mencapai 600.000 ton oleh dua pabrik yaitu Gunung Madu Plantation dan Sugar Group. Pada tahun 2007 kembali diresmikan pembangunan satu pabrik gula di bawah PT. Pemuka Sakti Manis Indah (PSMI).

Industri agribisnis lainnya: nanas, ketela (ubi), kelapa sawit, kopi robusta, lada, coklat, kakao, nata de coco dan lain-lain.

Pariwisata

Pantai

Objek wisata pantai di Lampung terdapat di Lampung Selatan, Pesawaran, Tanggamus, Pesisir Barat, dan Lampung Barat.

Taman Nasional

Lampung memiliki Taman Nasional Way Kambas yang terdapat di Kabupaten Lampung Timur.

Wisata alam lainnya

Festival

Festival Sekura yang diadakan dalam seminggu setelah Idul Fitri di Lampung Barat, Festival Krakatau di Bandar Lampung, Festival Teluk Stabas di Pesisir Barat, Festival Teluk Semaka di Tanggamus, dan Festival Way Kambas di Lampung Timur.

Wisata budaya

Jenis wisata yang dapat dikunjungi di Lampung adalah Wisata Budaya di beberapa Kampung Tua di Sukau, Liwa, Kembahang, Batu Brak, Kenali, Ranau dan Krui di Lampung Barat.[23]

Transportasi

Jalan raya

Untuk mengakses Provinsi Lampung, dari arah Aceh dapat menggunakan jalur darat melalui jalan lintas tengah Sumatra, Jalan Lintas Timur Sumatra, Jalan Lintas Barat Sumatra dan Jalan Lintas Pantai Timur Sumatra.

Jalan tol

Sejak 9 Maret 2019, Jalan Tol Bakauheni-Bandar Lampung-Terbanggi Besar telah beroperasi penuh, dari Bakauheni (Lampung Selatan) hingga Terbanggi Besar (Lampung Tengah) sepanjang 140 kilometer.[24]

Sebelumnya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) tengah mempersiapkan pembangunan jalan tol kawasan Bakauheni-Palembang. Jalan tol ini, nantinya akan terdiri dari tiga kawasan ruas tol. Untuk tahun ini yang akan dibangun salah satunya Bakauheni-Terbanggi Besar, panjangnya 138 km. Selain itu, modernisasi dermaga Merak dan Bakauheni juga akan dibangun.

Kawasan ruas tol Bakauheni-Terbangi besar diperkirakan dapat diselesaikan dalam empat tahun dengan pendanaan dari swasta, pemerintah, gabungan swasta maupun Pemerintah. Adapun biaya pembangunan ini, diprediksi mencapai Rp 53 triliun, termasuk pembebasan lahan dan konstruksi sekira Rp30 triliun.[25]

Bus

Terminal bus di Lampung:

  • Terminal Rajabasa dan terminal Sukaraja yang berada di Bandar Lampung. Terminal Rajabasa melayani rute jarak dekat, menengah, dan jauh (AKAP) yang melayani rute ke kota-kota di Sumatra dan Jawa.
  • Terminal Kota Metro

Selain tiga terminal tersebut, terdapat banyak terminal bus yang berada di seluruh ibu kota kabupaten di Lampung.

Bandar udara

Bandar Udara utama adalah "Radin Inten II" yaitu nama baru dari "Branti", terletak 28 km dari ibu kota melalui jalan negara menuju Kotabumi. Terdapat pula tiga Bandar Udara perintis yaitu: Bandar Udara Mohammad Taufik Kiemas di Krui, Pesisir Barat; Bandar Udara Gatot Soebroto di Kabupaten Way Kanan; dan Lapangan terbang AURI terdapat di Menggala yang bernama Astra Ksetra.

Pelabuhan

Di provinsi ini terdapat Pelabuhan Panjang yang merupakan pelabuhan ekspor-impor bagi Lampung dan juga Pelabuhan Srengsem yang menjadi pelabuhan untuk lalu lintas distribusi batu bara dari Sumatra Selatan ke Jawa. Sekitar 92 kilometer dari selatan Bandar Lampung, ada Bakauheni, yang merupakan sebuah kota pelabuhan di provinsi Lampung, tepatnya di ujung selatan Pulau Sumatra. Terletak di ujung selatan dari Jalan Raya Lintas Sumatra, pelabuhan Bakauheni menghubungkan Sumatra dengan Jawa via perhubungan laut.

serta pelabuhan nelayan seperti Pasar Ikan (Telukbetung), Tarahan, dan Kalianda di Teluk Lampung.

Ratusan trip feri penyeberangan dengan 24 buah kapal feri dari beberapa operator berlayar mengarungi Selat Sunda yang menghubungkan Bakauheni dengan Merak di Provinsi Banten, Pulau Jawa. Feri-feri penyeberangan ini terutama melayani jasa penyeberangan angkutan darat seperti bus-bus penumpang antar kota antar provinsi, truk-truk barang maupun mobil pribadi. Rata-rata durasi perjalanan yang diperlukan antara Bakauheni – Merak atau sebaliknya dengan feri ini adalah sekitar 2-3 jam.

Penerbangan

menggunakan jalur udara, melalui Bandar Udara Internasional Radin Inten II yang menghubungkan Lampung dengan kota-kota besar lain di Indonesia bahkan mancanegara di seluruh dunia.

Berikut adalah daftar maskapai dan tujuannya:

MaskapaiTujuan
Express Air Bandung, Palembang
Garuda Indonesia Batam, Tangerang-Soekarno-Hatta, Medan
Garuda Indonesia
dioperasikan oleh Explore Garuda
Palembang
Lion Air Jakarta-Soekarno-Hatta
Sriwijaya Air Jakarta-Soekarno Hatta, Batam
Susi Air Krui, Pesisir Barat
Wings Air Palembang, Bandung

Kereta api

Provinsi Lampung mempunyai jalur kereta api antara Bandar Lampung – Palembang, yang merupakan bagian dari jaringan jalur kereta api di Sumatra Bagian Selatan yang dioperasikan oleh PT Kereta Api (Persero) Divre IV Tanjung Karang yang berkedudukan di Bandar Lampung. Jalur kereta api Bandar Lampung – Palembang dengan 40 stasiun di sepanjang 387,872 km terbentang antara Stasiun Tanjungkarang (+96) di Bandar Lampung sampai Stasiun Kertapati (+2) di Palembang.

Berikut ini Layanan Kereta api di Lampung:

Demografi

Suku bangsa

Lampung merupakan provinsi multietnis dengan 3 besar suku mayoritas, yaitu Lampung, Jawa, dan Sunda, dimana Lampung merupakan suku asli di provinsi ini.[26]

Bahasa

Masyarakat Lampung yang plural menggunakan berbagai bahasa, antara lain: bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Bali, bahasa Basemah, bahasa Bugis, bahasa Minang, dan bahasa setempat yang disebut bahasa Lampung.[27]

Pendidikan

Sekolah-sekolah di Lampung terdiri dari TK, SD, SMP, dan SMA/SMK dan juga Perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Namun di artikel ini hanya akan menampilkan daftar perguruan tinggi saja, karena jumlah sekolah sangat banyak.

Perguruan Tinggi

Seni dan budaya

Sastra

Lampung menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan sastra, baik sastra (berbahasa) Indonesia maupun sastra (berbahasa) Lampung. Kehidupan sastra (Indonesia) di Lampung dapat dikatakan sangat ingar-bingar meskipun usia dunia kesusastraan Lampung relatif masih muda. Penyair dan seniman Lampung antara lain Thamrin Effendi, isbedi ZS, A.M. Zulqornain, Sugandhi Putra, Djuhardi Basri, Naim Emel Prahana dan beberapa nama lainnya.

Barulah memasuki 1990-an kemudian Lampung mulai semarak dengan penyair-penyair seperti Iswadi Pratama, Budi P. Hatees, Panji Utama, Udo Z. Karzi, Ahmad Yulden Erwin, Christian Heru Cahyo, Oyos Saroso H.N., dan lain-lain. Menyusul kemudian Ari Pahala Hutabarat, Budi Elpiji, Rifian A. Chepy, Dahta Gautama dkk. Kini ada Dina Oktaviani, Alex R. Nainggolan, Jimmy Maruli Alfian, Y. Wibowo, Inggit Putria Marga, Nersalya Renata dan Lupita Lukman. Selain itu ada cerpenis Dyah Merta dan M. Arman AZ..

Leksikon Seniman Lampung (2005) menyebutkan tidak kurang dari 36 penyair/sastrawan Lampung yang meramaikan lembar-lembar sastra koran, jurnal dan majalah seantero negeri.

Tapis Lampung

Kain Tapis adalah pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang perak atau benang emas dengan sistem sulam (Lampung; "Cucuk").

Dengan demikian yang dimaksud dengan Tapis Lampung adalah hasil tenun benang kapas dengan motif, benang perak atau benang emas dan menjadi pakaian khas suku Lampung. Jenis tenun ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas dengan motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan benang perak.

Tapis Lampung termasuk kerajian tradisional karena peralatan yang digunakan dalam membuat kain dasar dan motif-motif hiasnya masih sederhana dan dikerjakan oleh pengerajin. Kerajinan ini dibuat oleh wanita, baik ibu rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada mulanya untuk mengisi waktu senggang dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang dianggap sakral. Kain Tapis saat ini diproduksi oleh pengrajin dengan ragam hias yang bermacam-macam sebagai barang komoditas yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.

Teater

Perkembangan teater di Lampung banyak dilatarbelakangi dari keinginan para pelajar dan mahasiswa yang tergabung dalam kelompok seni untuk mendalami seni peran dan pertunjukkan. Beberapa kelompok teater kampus dan pelajar yang masih tercatat aktif sampai saat ini adalah teater Kurusetra (UKMBS Unila), KSS (FKIP Unila), Green Teater (Umitra), Teater Biru (Darmajaya), Teater Kapuk (STAIN Metro), Teater Sudirman 41 (SMAN 1 Bandar Lampung), Teater Gemma (SMAN 2 Bandar Lampung), Teater Palapa (SMAN 3 Bandar Lampung), Teater Sanggar Madani(SMAN 5 Bandar Lampung), Teater Handayani (SMAN 7 Bandar Lampung), Kolastra (SMAN 9 Bandar Lampung), Teater Sebelas (SMAN 11 Bandar Lampung), Teater Pelopor (SMA Perintis 1 Bandar Lampung), Insyaallah Teater (SMU Perintis 2 Bandar Lampung), Teater Cupido (SMAN 1 Sumberjaya),dan Teater Pijar (SMA YP UNILA Bandar Lampung).

Sedangkan beberapa teater yang digerakkan seniman-seniman Lampung yaitu Teater Satu, Komunitas Berkat Yakin (Kober), Teater Kuman, Teater Sendiri. Penggerak teater di Lampung yang masih eksis mengembangkan seni pertunjukkan teater melalui karya-karyanya antara lain Iswadi Pratama, Ari Pahala Hutabarat, Robi akbar, M. Yunus, Edi Samudra Kertagama, Ahmad Jusmar, Imas Sobariah, Ahmad Zilalin, Darmawan. Lampung tidak hanya dikenal banyak melahirkan sastrawan-sastrawan baru namun aktor-aktor potensial pun juga tidak sedikit yang muncul seperti, Rendie Dadang Yusliadi, Robi Akbar, Eyie, Iin Mutmainah, M Yunus, Dedi Nio, Liza Mutiara Afriani, Iskandar GB, Ruth Marini.

Dalam tiap tahunnya even-even teater seperti pertunjukan, lomba, workshop dan diskusi kerap digelar di Provinsi ini serta tempat tempat yang sering digunakan adalah Gedung Teater Tertutup Taman Budaya Lampung, Auditorium RRI, GSG UNILA, Academic Centre STAIN Metro, Gedung PKM Unila, Aula FKIP Unila, Pasar Seni Enggal.

Adapun even tahunan teater yang terbesar di Lampung adalah Liga Teater SLTA se-Provinsi Lampung sebagai ajang apresiasi para aktor Pelajar Lampung yang kualitasnya tidak kalah dengan pelajar di luar Lampung.

Musik

Jenis musik yang masih bertahan hingga sekarang adalah Klasik Lampung. Jenis musik ini biasanya diiringi oleh alat musik gambus dan gitar akustik. Mungkin jenis musik ini merupakan perpaduan budaya Islam dan budaya asli itu sendiri. Beberapa kegiatan festival diadakan dengan tujuan untuk mengembangkan budaya musik tradisional tanpa harus khawatir akan kehilangan jati diri. Festival Krakatau, contohnya adalah sebuah Festival yang diadakan oleh Pemda Lampung yang bertujuan untuk mengenalkan Lampung kepada dunia luar dan sekaligus menjadi ajang promosi pariwisata.

Tarian

Ada berbagai jenis tarian yang merupakan aset budaya Provinsi Lampung contohnya Tari Sembah (atau Tari Sigeh Pengunten) dan Tari Melinting. Ritual Tari Sembah biasanya diadakan untuk menyambut dan memberikan penghormatan kepada para tamu atau undangan. Selain sebagai ritual penyambutan, Tari Sembah pun kerap kali dilaksanakan dalam upacara adat pernikahan masyarakan Lampung.

Busana adat

Dalam keseharian, laki-laki Lampung mengikat kepalanya dengan kikat, dan jika dipakai dalam kerapatan adat dipadukan dengan baju teluk belanga dan kain. Lelaki muda Lampung lebih menyukai memakai kepiah/ketupung, yaitu tutup kepala berbentuk segi empat berwarna hitam terbuat dari kain tebal. Untuk mengiring pengantin dikenakan kekat akkin, yaitu destar dengan bagian tepi dihias bunga-bunga dari benang emas dan bagian tengah berhiaskan siger, serta di salah satu sudutnya terdapat sulaman benang emas berupa bunga tanjung dan bunga cengkih.

Sebagai penutup badan dikenakan kawai, yaitu baju berbentuk teluk belanga belah buluh atau jas. Baju ini terbuat dari bahan kain tetoron atau belacu. Tetapi sekarang banyak digunakan kawai kemija, yaitu bentuk kemeja seperti pakaian sekolah atau modern. Pemakaian kawai kemija ini sudah biasa untuk menyertai kain dan peci, ketika menghadiri upacara adat sekalipun.

Bagian bawah mengenakan senjang, yaitu kain yang dibuat dari kain Samarinda. Bugis atau batik Jawa. Tetapi sekarang telah dikenal adanya celanou (celana) pendek dan panjang sebagai penganti kain.

Kaum wanita Lampung sehari-hari memakai kanduk/kakambut atau kudung sebagai penutup kepala yang dililitkan. Bahannya dari kain halus tipis atau sutera. Selain itu, kaum ibu kadang-kadang menggunakannya sebagai kain pengendong anak kecil.

Lawai kurung digunakan sebagai penutup badan, memiliki bentuk seperti baju kurung. Baju ini terbuat dari bahan tipis atau sutra dan pada tepi muka serta lengan biasa dihiasi rajutan renda halus. Sebagai kain dikenakan senjang atau cawol. Untuk mempererat ikatan kain (senjang) dan celana di pinggang laki-laki digunakan bebet (ikat pinggang), sedangkan wanitanya menggunakan setagen. Perlengkapan lain yang dikenakan oleh laki-laki Lampung adalah selikap, yaitu kain selendang yang dipakai untuk penahan panas atau dingin yang dililitkan di leher. Pada waktu mandi di sungai, kain ini dipakai sebagai kain basahan. Selikap yang terbuat dari kain yang mahal dipakai saat menghadiri upacara adat dan untuk melakukan ibadah ke masjid.

Untuk menghadiri upacara adat, seperti perkawinan kaum wanita, baik yang gadis maupun yang sudah kawin, menyanggul rambutnya (belatung buwok). Cara menyanggul seperti ini memerlukan rambut tambahan untuk melilit rambut ash dengan bantuan rajutan benang hitam halus. Kemudian rajutan tadi ditusuk dengan bunga kawat yang dapat bergerak-gerak (kembang goyang).

Khusus bagi wanita yang baru menikah, pada saat menghadiri upacara perkawinan mengenakan kawai/kebayou (kebaya) beludru warna hitam dengan hiasan rekatan atau sulaman benang emas pada ujung-ujung kebaya dan bagian punggungnya. Dikenakan senjang/ cawol yang penuhi hiasan terbuat dari bahan tenun bertatah sulam benang emas, yang dikenal sebagai kain tapis atau kain Lampung. Sulaman benang emas ada yang dibuat berselang-seling, tetapi ada yang disulam hampir di seluruh kain.

Para ibu muda dan pengantin baru dalam menghadiri upacara adat mengenakan kain tapis bermotif dasar bergaris dari bahan katun bersulam benang emas dan kepingan kaca. Di bahunya tersampir tuguk jung sarat, yaitu selendang sutra bersulam benang emas dengan motif tumpal dan bunga tanjung. Selain itu, juga dapat dikenakan selekap balak, yaitu selendang sutra disulam dengan emas dengan motif pucuk rebung, di tengahnya bermotifkan siger yang di kelilingi bunga tanjung, bunga cengkih dan hiasan berupa ayam jantan.

Untuk memperindah dirinya dipergunakan berbagai asesoris terbuat dari emas. Selambok/rattai galah, yaitu kalung leher (monte) berangkai kecil-kecil dilengkapi dengan leontin dari batu permata yang ikat dengan emas. Kelai pungew, yaitu gelang yang dipakai di lengan kanan atau kiri, biasanya memiliki bentuk seperti badan ular (kalai ulai). Pada jari tengah atau manis diberi cincin (alali) dari emas, perak atau suasa diberi mata dari permata. Dikenakan pula kalai kukut, yaitu gelang kaki yang biasanya berbentuk badan ular melingkar serta dapat dirangkaikan. Kalai kukut ini dipakai sebagai perlengkapan pakaian masyarakat yang hidup di desa, kecuali saat pergi ke ladang.

Pakaian mewah dipenuhi dengan warna kuning keemasan dapat dijumpai pada busana yang dikenakan pengantin daerah Lampung. Mulai dari kepala sampai ke kaki terlihat warna kuning emas.

Di kepala mempelai wanita bertengger siger, yaitu mahkota berbentuk seperti tanduk dari lempengan kuningan yang ditatah hias bertitik-titik rangkaian bunga. Siger ini berlekuk ruji tajam berjumlah sembilan lekukan di depan dan di belakang (siger tarub), yang setiap lekukannya diberi hiasan bunga cemara dari kuningan (beringin tumbuh). Puncak siger diberi hiasan serenja bulan, yaitu kembang hias berupa mahkota berjumlah satu sampai tiga buah. Mahkota kecil ini mempunyai lengkungan di bagian bawah dan beruji tajam-tajam pada bagian atas serta berhiaskan bunga. Pada umumnya terbuat dari bahan kuningan yang ditatah.

Badan mempelai dibungkus dengan sesapur, yaitu baju kurung bewarna putih atau baju yang tidak berangkai pada sisinya dan di tepi bagian bawah berhias uang perak yang digantungkan berangkai (rambai ringgit). Sebagai kainnya dikenakan kain tapis dewo sanow (kain tapis dewasana) dipakai oleh wanita pada waktu upacara besar (begawi) dari bahan katun bersulam emas dengan motif tumpal atau pucuk rebung. Kain ini dibuat beralaskan benang emas, hingga tidak tampak kain dasarnya. Bila kain dasarnya masih tampak disebut jung sarat. Jenis tapis dewasana merupakan hasil tenunan sendiri, yang sekarang sangat jarang dibuat lagi.

Pinggang mempelai wanita dilingkari bulu serti, yaitu ikat pinggang yang terbuat dari kain beludru berlapis kain merah. Bagian atas ikat pinggang ini dijaitkan kuningan yang digunting berbentuk bulat dan bertahtakan hiasan berupa bulatan kecil-kecil. Di bawah bulu serti dikenakan pending, yaitu ikat pinggang dari uang ringgitan Belanda dengan gambar ratu Wihelmina di bagian atas.

Pada bagian dada tergantung mulan temanggal, yaitu hiasan dari kuningan berbentuk seperti tanduk tanpa motif, hanya bertatah dasar. Kemudian dinar, yaitu uang Arab dari emas diberi peniti digantungkan pada sesapur, tepatnya di bagian atas perut. Dikenakan pula buah jukum, yaitu hiasan berbentuk buah-buah kecil di atas kain yang dirangkai menjadi untaian bunga dengan benang dijadikan kalung panjang. Biasanya kalung ini dipakai melingkar mulai dari bahu ke bagian perut sampai ke belakang.

Gelang burung, yaitu hiasan dari kuningan berbentuk burung bersayap yang diikatkan pada lengan kiri dan kanan, tepatnya di bawah bahu. Di atasnya direkatkan bebe, yaitu sulaman kain halus yang berlubang-lubang. Sementara gelang kana, terbuat dari kuningan berukir dan gelang Arab, yang memiliki bentuk sedikit berbeda, dikenakan bersama-sama di lengan atas dan bawah.

Mempelai laki-laki mengenakan kopiyah mas sebagai mahkota. Bentuknya bulat ke atas dengan ujung beruji tajam. Bahannya dari kuningan bertahtakan hiasan karangan bunga. Badannya ditutup dengan sesapur warna putih berlengan panjang. Dipakai celanou (celana) panjang dengan warna sama dengan warna baju.

Pada pinggang dibalutkan tapis bersulam benang emas penuh diikat dengan pending. Bagian dada dilibatkan membentuk silang limar, yaitu selendang dari sutra disulam benang emas penuh. Lengan dihias dengan gelang burung dan gelang kana. Perlengkapan lain yang menghiasi badan sama seperti yang dikenakan oleh mempelai wanita. Kaki kedua mempelai dibungkus dengan selop beludru warna hitam.

Rumah adat

Rumah tradisional adat Lampung yaitu Nuwo Sesat, memiliki ciri khas seperti berbentuk panggung, atap terbuat dari anyaman ilalang, terbuat dari kayu.

Media massa

Koran pertama di Lampung adalah Harian Tamtama (4 Oktober 1968). Pada awal dekade 1970-an terbit koran lokal Lampung, Pusiban, Indevenden, dan Post Ekonomi. Ketiganya kemudian bergabung menjadi Harian Lampung Post pada 1974. Sejak itu hingga menjelang era reformasi media yang ada yaitu Tamtama (kemudian berubah menjadi Lampung Ekspres) dan Lampung Post. Lampung Ekspres dimiliki Harun Muda Indrajaya, sedangkan Lampung Post pada awal 1990-an dibeli Surya Paloh.

Memasuki era reformasi banyak koran bermunculan. Namun, sebagian besar tirasnya kecil dan masih mengandalkan sumber pengasilan dari iklan dan anggaran pemerintah daerah. Pada 2002 hingga 2011, terbit media milik NGO. Media dalam bentuk majalah yang bernama Sapu Lidi diterbitkan oleh Komite Anti Korupsi (KoAk) Lampung yang kemudian mati seiring berhentinya program dari lembaga donor.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ http://www.hukumonline.com/pusatdata/download/lt4c3d4cd0233dc/node/25499
  2. ^ http://m.lampung.rilis.id/lantik-fahrizal-jadi-sekprov-arinal-ucapkan-terima-kasih-kepada-pansel/
  3. ^ "Hasil Sensus Penduduk 2020". www.lampung.bps.go.id. Diakses tanggal 21 Januari 2021. 
  4. ^ "Provinsi Lampung Dalam Angka 2020". BPS Lampung. Diakses tanggal 24 Agustus 2020. 
  5. ^ https://ipm.bps.go.id/data/provinsi/metode/baru/1800
  6. ^ a b c "APBD 2020". www.djpk.kemenkeu.go.id. Diakses tanggal 8 Juni 2020. 
  7. ^ Guillot, Claude. (1990). The sultanate of Banten. Gramedia Book Publishing Division. hlm. 19. 
  8. ^ "Nama Ibukota Kabupaten Kota dan Jarak Ke Ibukota Provinsi Menurut Kabupaten Kota Tahun 2014". lampung.bps.go.id. Diakses tanggal 16 Oktober 2021. 
  9. ^ a b "Hasil Sensus Penduduk BPS Lampung 2020". www.lampung.bps.go.id/ (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-11-16. Diakses tanggal 2022-11-16. 
  10. ^ "Publikasi Statistik Lampung". Badan Pusat Statistik. Diakses tanggal 15 Maret 2015. [pranala nonaktif permanen]
  11. ^ "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2019-04-08. Diakses tanggal 2019-04-08. 
  12. ^ Merduani, Bisrie; YAN (29 Mei 2004). "Syahrudin Gubernur Lampung Terbaru". Liputan6.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-07-03. Diakses tanggal 29 Oktober 2017. 
  13. ^ RH, Priyambodo, ed. (4 Juli 2008). "Syamsurya Ryacudu, dari Dosen Jadi Gubernur Setahun". ANTARA News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-10-29. Diakses tanggal 29 Oktober 2017. 
  14. ^ "Pilgub Lampung 2018-Ini Jadwal Cuti Ridho Ficardo, Herman, Mustafa, Chusnunia, dan Bachtiar Basri". Tribunnews.com. 16 Januari 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-02-13. Diakses tanggal 13 Februari 2018. 
  15. ^ admin (2024-05-09). "Masa Jabatan Gubernur Lampung Arinal Djunaidi Berakhir 12 Juni 2024". Alenia.id. Diakses tanggal 2024-10-17. 
  16. ^ Yanuar Nurcholis Majid, ed. (13 Februari 2018). "Mendagri Lantik Didik Suprayitno Jadi Penjabat Sementara Gubernur Lampung". Tribunnews.com. TribunNews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-02-13. Diakses tanggal 13 Februari 2018. 
  17. ^ Prasetia, Andhika (2 Juni 2019). "Mendagri Lantik Boytenjuri sebagai Penjabat Gubernur Lampung". Detik.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-06-14. Diakses tanggal 11 Juni 2019. 
  18. ^ "85 Anggota DPRD Lampung Dilantik". poskotanews.com. 03-09-2019. Diakses tanggal 10-12-2019.  [pranala nonaktif permanen]
  19. ^ "SK KPU Provinsi Lampung No. 278/HK.03.1-Kpt/18/Prov/VIII/2019 tentang Penetapan Perolehan Kursi Partai Politik Peserta Pemilu Anggota DPRD Provinsi Lampung Tahun 2019" (PDF). jdih.kpu.go.id. 12-08-2019. Diakses tanggal 10-12-2019.  [pranala nonaktif permanen]
  20. ^ "KPU Tetapkan 85 Anggota DPRD Provinsi Lampung Terpilih". lampost.co. 12-08-2019. Diakses tanggal 10-12-2019. 
  21. ^ "Tiga Anggota DPRD Lampung Tidak Dilantik". travel.kompas.com. 01-09-2009. Diakses tanggal 11-12-2019. 
  22. ^ Lampung, Multimedia Humas Polda. "Kpu Prov Lampung Tetapkan 85 Caleg Terpilih Periode 2024-2029". TRIBRATANEWS LAMPUNG (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-06-19. 
  23. ^ https://www.lampung.co/tag/wisata-lampung
  24. ^ Media, Kompas Cyber. "Presiden Jokowi Resmikan Tol Bakauheni-Terbanggi Besar, Terpanjang di Indonesia". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2019-03-15. 
  25. ^ Pemerintah bangun tol Bakauheni Terbanggi Besar di 2015
  26. ^ https://www.bps.go.id/publication/2012/05/23/55eca38b7fe0830834605b35/kewarganegaraan-suku-bangsa-agama-dan-bahasa-sehari-hari-penduduk-indonesia.html
  27. ^ Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. "Peta Bahasa di Provinsi Lampung". Bahasa dan Peta Bahasa. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Diakses tanggal 2021-02-10. 

Pranala luar

4°57′S 105°1′E / 4.950°S 105.017°E / -4.950; 105.017