Istana Gedung Dalom
Istana Gedung Dalom adalah Istana tempat tinggal Sultan sejak dahulu kala. Istana sang Sultan tersebut dinamakan Gedung Dalom oleh Pemerintah Hindia Timur Belanda, kemudian merakyatlah sebutan tersebut dikalangan masyarakat luas disana. Pada awalnya Gedung Dalom terletak di hanibung Batu Brak, Lampung Barat. Saat itu Putra pertama Pangeran Purba Gelar Sultan Pangeran Purba Jaya yang Dipertuan Ke-15 membangun pesanggrahan besar di Liwa yang merupakan Gedung Dalom Sekala Brak. Gedung Dalom, pesanggrahan besar di Liwa ditempati oleh beberapa generasi Kerajaan Adat Paksi Pak Kepaksian Pernong Sekala Brak. Yakni Pangeran Alif Jaya Gelar Sultan Pangeran Alif Jaya Yang Dipertuan Ke-16 sampai dengan Sultan Pangeran Batin Purbajaya Bindung Langit Alam Benggala Yang Dipertuan Ke-18. Kemudian Istana Gedung Dalom yang dikenal saat ini berdiri di desa Pekon Balak, Batu Brak, Lampung Barat. Sekala artinya titisan, Brak artinya Dewa. Jadi, Sekala Brak adalah Titisan Dewa. Kerajaan Sekala Brak (Baca: Kepaksian Sekala Bkhak) adalah sebuah Kerajaan yang berlandaskan nilai-nilai agama Islam. Dengan demikian Istana Gedung Dalom Kepaksian Pernong Sekala Brak, Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak semata-mata melanjutkan kebesaran-kebesaran warisan budaya, tradisi, adat istiadat serta tata cara berkehidupan sosial oleh masyarakat disana yang merupakan warisan leluhur secara turun-temurun dari generasi ke generasi.[1][2][3]
1289–1899 | |||||||||
Pengaruh Islam Gedung Dalom Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak. Istana Kepaksian Pernong Sekala Brak tempat Sultan Bertahta
| |||||||||
Lokasi | |||||||||
Status | Wilayah protektorat Kerajaan Inperium (1289 M–1824 M) | ||||||||
Ibu kota | Batu Brak, Lampung Barat, Hanibung Batu Brak (sekarang Liwa) 5°02′44″S 104°06′09″E / 5.045648°S 104.1026148°E | ||||||||
Bahasa yang umum digunakan | Lampung, Indonesia | ||||||||
Agama | Islam | ||||||||
Pemerintahan | Monarchy | ||||||||
Sultan | |||||||||
• 1289-1305 | Umpu Pernong Gelar Sultan Ratu Buay Pernong. | ||||||||
• 1829-1869 | Yang Dipertuan Bali Pangeran Hajji Habbiburahman Gelar Sultan Pangeran Sampurna Jaya Dalom Permata Intan. | ||||||||
Sejarah | |||||||||
• Pengukuhan sultan pertama | 1289 | ||||||||
• Pemberian Gelar Sultan dari sultan Kesultanan Utsmaniyah | 1899 | ||||||||
Mata uang | Dolar Morgan dan VOC, Nederlandsch Indie | ||||||||
| |||||||||
Sekarang bagian dari | Indonesia | ||||||||
Istana Gedung Dalom | |
---|---|
Sekala Brak di Batu Brak Hanibung adalah Pusat Pemerintahan Sekala Brak Peta Lokasi Istana Gedung Dalom dari tahun 1289-1824 Masehi | |
Lokasi di Lampung Barat | |
Nama lain | Kepaksian Pernong Sekala Brak, Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak, Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak |
Informasi umum | |
Jenis | Istana Kerajaan |
Gaya arsitektur | Gedung Dalom |
Lokasi | Jl. Lintas Liwa Desa Pekon Balak, No.1, Kecamatan Batu Brak,Kab. Lam-Bar Liwa (kota), Provinsi Lampung |
Negara | Indonesia |
Koordinat | 5°02′44″S 104°06′09″E / 5.045648°S 104.1026148°E |
Pemilik | Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak |
Situs web | |
https://sekalabrak.com/ |
Sejarah
- Maqom Penyucokan tempat berdirinya Tampuk Imam
Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu menggantikan ayahandanya Umpu Ratu Semula Raja Gelar Ratu Semula Raja menjadi Sultan (SaiBatin) di Sekala Brak sejaman dengan Sultan Banten Perabu Pucuk Amun. Menurut kisah yang dituturkan turun temurun, Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu merupakan sosok Sultan yang sangat Alim dan Sakti, salah satu bukti kesaktiannya terdapat disalah satu bukit bernama Bukit Selalau didekat pelabuhan Krui di pinggir laut yang sangat misteri, bekas telapak kaki beliau dan perahu beliau yang tertambat rapih sewaktu beliau melakukan perjumpaan dengan Penguasa Bunian Matu. Berdasarkan cerita lain, beliau sering dikabarkan telah mati namun tiba-tiba beliau kembali seperti sedia kala, terakhirkali beliau meniggal dunia di desa Pekon Balak Kecamatan Batu Brak dan dimakamkan di Tambak Bata Batu Brak. Di Desa Canggu, Batu Brak, Lampung Barat terdapat yang dinamakan batu Raja di batu tersebut seperti bekas pijakan kaki yang diyakini nenek moyang pendahulu di Batu Brak adalah Simbol peninggalan dari Umpu Semula Jadi Gelar Sultan Ratu Semula Jadi serta di batu tersebut terdapat seperti bekas cakaran kaki Harimau. Maqom Tambak Bata masih terjaga dan terawat hingga kini, terlihat batu segi empat yang tertata rapih menutupi permukaan maqamtersebut, letaknya dipinggir tebing yang riskan terhadap pengikisan tanah, akan tetapi atas izin Alloh SWT sudah beberapa kali terjadi Gempa bumi besar namun tanah maqom beliau tak longsor. Terakhir baru-baru ini tahun 2017 sebuah pohon besar berusia ratusan tahun didekat Maqom beliau rubuh dari akar-akarnya, letak pohon sangat dekat dengan maqom membuatnya sangat mungkin tertimpa, namun kayu besar yang rubuh kearah Maqom Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu itu tidak sedikitpun menimpa maqom beliau. Keunikan Maqom Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu ini juga terdapat pada ukiran hewan menyerupai ular pada batu yang bersusun dipermukaan maqom pada bagian kaki sebelah kiri. Masyarakat menyebutnya ukiran Luday, hewan yang hanya ada satu dan sebagai penguasa didalam perairan yang paling dalam, tampaknya itulah makna ukiran Luday tersebut yaitu sebagai simbol satu-satunya penguasa atau dalam istilah Lampungnya yaitu SaiBatin (Sultan), karena memang kedudukan Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu adalah Sultan di Kepaksian Pernong Sekala Brak, Kerajaan berlandaskan nilai-nilai gama Islam. Kebesaran nama Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu juga dinukilkan dalam Warahan dari daerah Way Kanan, sebuah warahan yang cukup terkenal yaitu Warahan Radin Jambat, diwarahkan dalam bait pantun bahwa Radin Jambat melakukan perjalanan spiritual ke Puncak Pesagi dan dilanjutkan ke Maqom Tambak Bata maksudnya adalah Maqom penyucokan tempat berdirinya tampuk imam Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu, termaksud didalam bait pantun warahan nomor 12 dan 20 yang berbunyi “ Mak Cipak Kuranana, Mak Cipak Kuranani, Ya Laju Lapah Tapa, Haguk Bukti Pesagi, Bupintak Disan Sina, Bukilu Ngati ati “ selanjutnya “ Laju Ngejukko Bura, Seranta Jama Jimat, Mari Tiyanna Laju, Laju di Tambak Bata, Panjang Pitu Mesagi, Temegak Nyalan Diwa, Nudungko Salisa Puri, Radin Jambat Kuwasa “ Maqom Penyucokan Tampuk Imam adalah makam Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu beliau adalah seorang Waliyulloh yang menyebarkan agama Islam, saat beliau menundukkan Penguasa Bunian Matu maka tempat berdirinya membekas pada sebuah batu, batu tempat berdiri itulah yang disebut dengan MAQOM SELALAU, dan Maqom itu kemudian menjadi titik patokan wilayah, yaitu mulai dari Maqom Selalau kearah utara sampai ke tebu tegantung yang berbatasan dengan Kerajaan Sungai Limau Bengkulu adalah wilayah Kepakisan Nyerupa, sedangkan mulai dari Maqom Selalau terus ke arah selatan sampai menjumpai Tikokh Bekhak di daerah Tanggamus adalah wilayah Kepaksian Pernong Sekala Brak, juga termasuk Suoh, Bandar Negeri Suoh dan Batu brak sekarang ini. Demikian tertulis dalam Kitab tua dari kulit kayu yang disebut Tambo Paksi, tapi saat itu belum ada marga marga berdiri, baru kemudian setelah rentang waktu yang lama, banyak pendatang menuju wilayah pesisir. Diwilayah Pesisir ini terdapat juga beberapa keturunan yang berasal dari Kepaksian Pernong, pada awal-awal penyebarannya adalah Lima Punggawa dari Sekala Brak kemudian diabadikan menjadi nama wilayah di pesisir yaitu daerah Penggawa V (Lima) hingga saat ini. Desa-desa Penggawa V saat ini yang berada di Kecamatan Karya Penggawa dan Kecamatan Way Kerui. Karena menurut Kitab tua dari kulit kayu yang disebut Tambo Paksi sebagian wilayah dipesisir adalah Wilayah Kepaksian Pernong Sekala Brak dan sebagian lagi adalah wilayah Umpu Ratu Nyerupa, maka anak Keturunan Umpu Semula Jadi gelar Sultan Ratu Semula Jadi, putra umpu semula jadi yang pertana dari istri Ratu adalah Umpu Ratu Semula Raja gelar Sultan Ratu Semula Raja kemudian istri kedua Umpu semula jadi berangkat hijrah dari Hanibung Batu Brak mencari negeri baru untuk membesarkan adat bukan memisahkan diri, didalam perjalanan setelah mendapatkan negeri baru wilayah serta tempatpun telah di dirikan putra istri kedua umpu semula jadi di beri gelar adok Depati Khaja Sutan dahulu Depati Khaja Sutan ini nyussuk membuka hutan belukar serta membuka perkampungan-perkampungan yang telah lama di tinggalkan, di dalam jangka waktu yang panjang berkembanglah menjadi perkampungan setelah perkampungan tersebut semakin berkembang menjadi besar serta semakin luas sehingga menjadi kebandaran (kebandakhan), menjadi marga, pada saat Kepaksian Pernong di pecah oleh pemerintahan belanda menjadi marga-marga maka perwakilan dari pada Kepaksian Pernong di Pesisir itu adalah Tenumbang. Keturunan Umpu Semula Jadi Sultan Kepaksian Pernong itu sebagai wakil dari Sekala Brak untuk mengurus wilayah di Pesisir, namun walau telah ada wakil di Tenumbang saat itu, Saibatin Kepaksian Pernong Sekala Brak masih tetap turun menjaganya, sehingga disana terdapat Maqom Selalau. Adat nestiti yang berlaku “ Umpu Ratu mejong di hejongan” artinya adalah hanya anak nya Umpu ratu yg duduk menduduki kebesaran nya, jenganan adat Kepaksian, jadi anak tuha laki-laki (anak pertama laki-laki) pantang dan tidak mungkin meninggalkan tahta, menebas hutan bersusah payah membuka pemukiman baru. Pada masa selanjutnya ada nama Rakian Sakti yaitu anak dari Ratu Mengkuda Pahawang Umpu Ratu Bejalan Di Way hijrah pula ke pesisir menuju daerah Ngambur. Seiring berjalannya waktu banyak pula kelompok-kelompok yang datang dari luar dan meminta izin kepada Keturunan Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu di Tenumbang untuk membuka lahan mendirikan perkampungan baru. Wilayah Umpu Nyerupa di Wilayah Pesisir sangat strategis, maka pada abad Ke-16 M Berlangsung Sejak Tahun 1501 M Sultan Banten mengajak kerjasama ekonomi dengan dengan Umpu Nyerupa, bentuk kerjasama itu dikeluarkanlah surat Piagam Perjanjian oleh Sultan Abdul Mahasin Muhammad Zainal Abidin. Dari Wilayah Kepaksian Pernong Sekala Brak dan Umpu Nyerupa di Pesisir inilah kemudian berdiri marga-marga, khususnya lagi saat Abad Ke-19 M tahun 1824 M terjadilah Traktat London, tukar guling kekuasaan Inggris dan Belanda, saat pemerintahan colonial belanda menggantikan Inggris untuk berkuasa di Wilayah Keresidenan Bengkulu-Inggris termasuk wilayah pesisir krui, maka berdiri marga-marga disepanjang pesisir, saat terjadi traktat London itu tercatat telah ada 8 (delapan) Marga di Pesisir krui dan 2 (dua) marga di wilayah pusat Sekala Brak. Kemudian pada tahun-tahun selanjutnya Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan lagi 8 (delapan) marga- marga baru di wilayah Pesisir krui begitu juga di wilayah Pusat Kepaksian Sekala Brak ada 3 (tiga) Marga, marga melinting peminggir 5 (lima) marga, marga teluk peminggir 6 (enam) marga, marga pemanggilan peminggir 11 (sebelas) marga, marga abung (federasi abung siwo migo) 10 (sepuluh) marga, marga rebang semendo 3 (tiga) marga, marga jelma doya (federasi buay lima way kanan) 10 (sepuluh) marga, marga melinting 3 (tiga) marga, marga tulang bawang (federasi mego pak tulang bawang) 6 (enam) marga salah satunya sebagai bagian dari politik Devide Ed Imperanya. Namun demikian walapun telah banyak berdiri marga diwilayah pesisir dan di tanah Lampung, adat istiadat dan sejarah kepemimpinan tetap mimiliki benang merah dan kaitan erat dengan Kepaksian sebagai Bumi Asal Para Saibatin, banyak keturunan bangsawan Kepaksian yang memang sejak awal memegang kepemimpinan sebagai Saibatin Marga, selain itu juga Marga- Marga yang telah ada saat ini menjaga khazanah adat istiadat Kesaibatinan yang dibawa dari Bumi Asal Para Saibatin ke wilayah Pesisir, Saibatin adalah Saibatang tindih satu junjungan tempat bersender. Dan jika menengok sejarah yang silam, jejak kebesaran Wilayah Sekala Brak di Pesisir tetap ada, salah satunya adalah dengan adanya Maqom Selalau, jejak tapak Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu untuk mengenang kebesaran Kepaksian Pernong, keturunan Empat Umpu yang bertalian darah persaudaraan. Mulai dari keberadaan Empat Umpu, Umpu Pernong Gelar Sultan Ratu Buay Pernong Akan (Ayah) dari Umpu Semula Jadi tiba di Kepaksian Sekala Brak Kuno untuk menyebarkan misi agama Islam. Sekala Brak berdiri melanjutkan kebesaran-kebesaran Sekala Brak kuno dengan memasukkan nilai-nilai agama Islam yang Mulia. Pemerintahan wilayah kekuasaan yaitu Umpu Pernong Gelar Sultan Ratu Buay Pernong berkuasa di Sekala Brak , Ibu Negeri Hanibung.[4][5][6][7] Umpu berasal dari kata Ampu seperti yang tertulis pada batu tulis di Pagaruyung yang bertarikh 1358 A.D. Ampu Tuan adalah sebutan Bagi anak Raja, Raja Pagaruyung Minangkabau. Alkisah setibanya di Kepaksian Sekala Brak Kuno Umpu bertemu dengan seorang Muli ( gadis ) yang ikut menyertai para Umpu dia adalah Putri Indarwati (Si Bulan). Sedangkan Si Bulan, berkat kesetiaannya serta ikut membantu perjuangan dakwah di Sekala Brak, maka diberi penghargaan sebagai “ Nabbai Paksi” atau saudara Kepaksian Pernong, menerima kedudukan sebagai bendahara Kepaksian sehingga disebutlah dengan Buay Nekhima, selain itu ia diberi wilayah di daerah Cenggiring (Sakhmawon), Itulah sebabnya nilai kehormatan tertinggi terutama di Kepaksian Pernong adalah kesetiaan, hidup tanpa kesetiaan adalah hidup yang sumbang. Mak tippik, mau diletakkan dimana kalau seseorang mempunyai karakter penghianat dan tidak setia terhadap SaiBatin (Sultan), lebih - lebih “ tekhok ngeguggohi ”(ingin menyamakan dirinya seperti bisa mengangkat dan menyamakan dirinya dengan kedudukan SaiBatin (Sultan)) adalah sebuah penghianatan yang akan jadi cerita sepanjang jaman. Akan tetapi seiring perjalanan waktu kemudian Putri Indarwati (Si Bulan / Putri Bulan) ini hijrah dari Sekala Brak menuju kearah matahari hidup ada yang menyebutnya menggala ada juga yang menyebutnya tulang bawang. Oleh karena Si Bulan hijrah maka atas permufakatan dari keempat Umpu keturunan dari al-mujahid tugasnya sebagai bendahara Kepaksian dipercayakan kepada seorang keturunan dari Si Bulan yaitu Si Nyata yang ada di Pekon Luas, ialah yang melanjutkan tugas untuk menyimpan pusaka- pusaka, Indek Ketarau 1890-1910, Kitab tua dari kulit kayu yang disebut Tambo Paksi, Kitab lembaran kulit kayu, Panduan Bacaan Sholat dari lembaran kuli kayu termasuk Replika Pepaduan dan kemudian diberi kedudukan Buay Belunguh sebagai pangtuha di wilayah Pekon Luas, kepadanya diberikan gelar Raja secara turun temurun. Pada pada abad ke 20 Masehi Tahun 1939 M terjadi perselisihan diantara keturunan Si Nyata, memperebutkan keturunan yang tertua atau yang berhak menyimpan Replika Pepaduan. Suku-suku Lampung, baik yang berada di daerah Lampung, Palembang dan Pantai Banten yang berasal dari Sekala Brak.[8][9][10] Perpindahan Warga Negeri, Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak ini bukannya sekaligus melainkan bertahap dari waktu ke waktu yang dipengaruhi oleh beberapa peristiwa penting didalam sejarah seperti:
- Ketika Suku bangsa yang mendiami Kerajaan Sekala Brak Kuno beribu negeri di Bakhnasi Tanjung Menang melarikan diri dan Kerajaan Sekala Brak Kuno jatuh ketangan Kepaksian Sekala Brak, hingga mereka menyebar kedaerah lain.[11]
- Adanya bencana alam berupa gempa bumi yang memaksa sebagian Warga Negeri Sekala Brak untuk berpindah dan mencari penghidupan yang baru.
- Adanya hubungan yang erat antara Kerajaa Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak dengan Kesultanan Banten, sehingga banyak keturunan Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak yang berada di Banten.
- Keinginan Masyarakat Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak untuk “Nyusuk Pekon” yang artinya mendirikan daerah baru ataupun Negeri baru untuk membesarkan adat bukan memisahkan diri.
Tulisan Bahasa dan Aksara Lampung Yang Ditulis William Marsden melalui sejarah Sumatra, terbit pertama kali pada tahun 1779 dengan judul The History Of Sumatra. Umpu Pernong Gelar Sultan Ratu Buay Pernong Dia adalah Pendiri Kepaksian Pernong Sekala Brak memerintah di Hanibung pad presensi Dolmen Batu Brak saat ini, serta ketiga saudaranya.[10][12][13][14]
- Jejak Masa Sekala Brak Kuno
Uwais Inspirasi Indonesia Joko Darmawan dan Rita Wigira Astuti penulis buku yang berjudul Sandyakala Kejayaan dan Kemasyuran Kerajaan Nusantara halaman 5 (lima) sampai dengan 6 (enam) menurut Drs. Paulus Wahana,M.Hum, pemerhati dari Universitas Sanata Dharma Daerah Istimewa Yogyakarta di katakan bahwa sebelum budaya hindu berpengaruh di dalam masyakatat Indonesia dalam segala aspeknya dan hal tersebut bukan sekedar animisme, di Kepaksian sekala brak Kuno sama seperti di Kalimantan kepercayaan mengagungkan pemujaan terhadap pohon besar yang dinamakan belasa kepappang sangat disucikan oleh Suku Bangsa Negeri Sekala Brak. Pohon ini memiliki dua cabang, yaitu cabang nangka dan cabang sebukau, yang keduanya mengandung getah (R. Sudradjat, dkk., Sistem Pemajemukan Bahasa Lampung Dialek Abung, 1991). Jika terkena getah cabang sebukau, orang bisa terkena penyakit kulit dan berbahaya apabila dibiarkan begitu saja. Namun, ternyata ada obatnya, yakni getah dari cabang nangka. Adanya dua cabang dengan dua getah yang bertolak belakang dalam satu pohon inilah yang membuat Belasa Kepappang di jadi kan sesembahan Suku Bangsa Negeri Sekala Brak waktu itu[15]. Pada tanggal 1 januari 2021 perangkat adat pekon kutabesi menemukan pohon besar yang sudah di tebang berada di sekitar gunung pesagi, ada 2 (dua) potongan kayu besar dan panjang kayu tersebut di namakan Pepaduan. Penaklukan Kepaksian Sekala Brak Kuno adalah AL-Mujahid dari negeri pasai Sampainya-n di Pagaruyuang, kemudian setelah berdirinya salah satu Kerajaan di Pagaruyung, dari Pagaruyung Empat Umpu dari keturunan anak Raja tersebut beranjak ke Muko-Muko menyebarkan agama Islam. Kemudian masuk ke Kerajaan sekala brak Kuno melihat sebuah negeri yang beragama Animisme, ada sebuah proses dialog pada saat mereka sampai di Kerajaan sekala brak Kuno mereka menempati suatu tempat yang disana juga adalah salah satu komunitas yang tidak termasuk dari bagian suku tumi tetapi juga adalah kelompok-kelompok yang bisa di pengaruhi lebih awal untuk memeluk agama islam di sini dislokasi mereka di dalam sejarah yang namanya “Ranji Pasai” bahasa lampung nya “Sikam Jamma Pasai” (Kami Orang Pasai), setelah dialog dari tanggal 13 sampai dengan 17 agustus 1289 itu kemudian tidak mendapatka suatu titik temu akhirnya naik ke atas gunung pesagi pada tanggal 24 agustus 1289 sehingga terjadi suatu peperangan beberapa cerita di bulan bakha, peristiwa bulan bakha pada saat suatu pagelaran dari pada upacara di malam bulan purnama pada saat itu diserang Sekala Brak dalam melalui suatu pertempuran yang sangat sengit akhirnya di kalahkan di tumbangkan melalui titik awal dari pada Kerajaan Islam Dengan raja terakhir Kepaksian Sekala Brak Kuno yang beragama Animisme, Ratu Sekaghummong yang merupakan anak dari Ratu Sangkan serta cucu dari Ratu Mucah Bawok. Pada jaman ini dikutip dari @indozone Ka'bah di masjidil haram di kota suci Mekkah pada tahun 983 terjadi perselisihan Bani Abad dan Bani Abid serta tahun 1257 penduduk Hijaz serta seluruh umat Islam di Lampung dilarang berhaji. Penyebaran suku-suku Negeri Sekala Brak mengikuti aliran air (sungai) Way Semaka menyebar hingga Semaka.
Secara politik kekuasaan Kepaksian Sekala Brak Kuno yang menganut kepercayaan terhadap Animisme ini berhasil ditaklukkan, Hal ini ditandai dengan terbunuhnya seorang laki-laki yaitu Ratu Sekaghummong dengan menggunakan keris belambangan setelah terbunuhnya ratu sekegkhummong nama keris berubah menjadi “Rakiyan Istinja Darah” di Puncak Gunung Pesagi (Hamatang Sulang) oleh keturunan AL-Mujahid yang datang dari Pasai Pesisir Pantai Utara Sumatra, disitu pohon besar sesembahan mereka itu di tebang dijadikan 2 (dua), nama nya pepaduan antara pohon besar belasa dan kepappang nya di jadikan tempat untuk ritual pengislaman di dalam tambo disebut kan jelas 29 rajab 688 hijriyah mujarah Rasulullah diperkirakan Rabu 24 Agustus 1289 Masehi ke Empat Umpu Mereka membuat satu kemufakatan diatas Gunung Pesagi untuk menjadikan Kepaksian Sekala Brak Kuno sebagai satu negeri yang dibagi menjadi Empat wilayah bagian, yang kemudian dikenal sebagai Empat ke Khalifahan, mulai berdirinya Kepaksian Sekala Bkhak (dibaca Brak) ditancapkan Bendera Al-Liwa Panji Syahadatain diatas puncak Gunung Pesagi mulailah menjadi Kepaksian Sekala Brak, selain membagi wilayah mereka juga membagi rakyat, membagi pusaka-pusaka hasil rampasan dari pada Kepaksian Sekala Brak Kuno, lambang dari Paksi Pak Sekala Brak ke Empat Kepaksian ini adalah Cambai Mak Bejunjungan dengan cicca tidak bersekutu berpisah tidak bercerai pada tahun sekitar 1501 Masehi hingga 1659 Masehi ada serangan dari kerajaan Palembang tampa pemberitahuan tampa ada layaknya suatu pertikaian lebih dahulu tiba-tiba menyerang ke Atas didalam rentang waktu perlawanan ahirnya pasukan Palembang itu bisa dipukul mundur dan kembali. Pada sekitar tahun 1684 hingga 1690 terjadi hubungan antara sekala brak dengan Portugis, berproses juga pada jaman itu pada tahun 1701 hingga 1824 Sekala Brak dengan Inggris, pada jaman ini pula sekitar tahun 1823 sampai intelektual lokal mulai mengembangkan konsep Indonesia sebagai negara dan bangsa serta menetapkan gerakan kemerdekaan pada awal abad 20 Masehi Sekala Brak dengan Hindia Belanda hasil bentukan dari nasionalisasi koloni-koloni Vereenigde Oostindische Compagnie VOC, pada sekitar tahun 1824 kemudian terjadi pertukaran antara Inggris dan Belanda yaitu Singapura dan Keresidenan Bengkulen, Belanda mendapatkan Bengkulu dan Inggris meninggalkan Bengkulu untuk mendapatkan Singapura, suatu hal yang pasti bahwa Inggris itu tidak pernah menjajah Kepaksian Sekala Brak. Ada beberapa perjanjian baik di Kepaksian nyerupa, Kepaksian Pernong, Kepaksian Bejalan di Way dan Kepaksian Belunguh, perjanjian Kompeni Inggris untuk tidak saling menyerang, kemudian perjanjian apa bila musuh menyerang dari laut maka Kompeni Inggris lah yang menghadapi, apabila musuh datang dari darat maka Kepaksian Sekala Brak lah yang menghadapi. Tetapi pada saat penyerahan antara Keresidenan Bengkulen dan Singapura, Belanda ini memang culas kemudian meng klaim menyatakan kepada Paksi Pak (Kepaksian Sekala Brak) bahwasanya kami dalam perjanjian ini mendapat mandat dari Inggris yang sudah dikuasai Inggris, kemudian Belanda membuat suatu statement penaklukan bahwa pangkat maharaja Sultan dan ke empat Kepaksian Sekala Brak tidak boleh dipergunakan lagi terlarang, setelah di taklukkan bagaimana untuk memecahnya, sehingga pecahlah Kepaksian Penong Sekala Brak dalam sisi 10 (sepuluh) marga-marga, Marga Buay Kenyangan, Marga Suoh, Marga Way Sindi, Marga La'ai, marga Bandakh, marga Pedada, marga Ulu krui/gunung kemala, marga way napal, marga tenumbang, marga bengkunat ini dibuat kepala-kepala marga yang disebut juga Pasirah akan tetapi marga-marga di luar Kepaksian Sekala Brak bukanlah Sultan (Saibatin), Saibatin (Sultan) ini tetap ke empat Kepaksian Sekala Brak yang dikalahkan Belanda dan di paksa Belanda untuk ikut kedalam pemerintahan marga-marga, akan tetapi Kepaksian Sekala Brak (kesaibatinan) ini masih utuh tradisinya kenapa masih banyak para hulu balang-hulu balang Kepaksian Sekala Brak tetap melawan tetap di dalam hutan. Di Kepaksian Pernong Sekala Brak yang di jadikan status marga mereka itu menerima kedudukan turun temurun. Sedangkan di tempat-tempat lain yang sudah di pecah menjadi marga-marga mereka sistem pemilihan 5 (lima) tahun sekali sistem pemilihan yang naik jadi pasirah yang pasirah lama mundur, 5 (lima) tahun lagi pemilihan seperti jaman pada saat sekarang ini, tetapi untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak ini mereka tidak berani memperlakukan sistem pemilihan dan sampai sekarang apa bila Kepaksian Pernong Sekala Brak muncul maka muka seluruh komunitas masyarakat yang dulu mempunyai keterkaitan dengan Kepaksian Pernong Sekala Brak muncul, untuk menegakkan Payung dari pada Sekala Brak.
Perbedaan Antara Kepaksian, Marga, Bandakh, Jukku, Sumbai, Kebbu, Istana Gedung Dalom Kepaksian hanya ada 4 (empat) karena Kepaksian adalah Bentuk dari sebuah Kerajaan. Kepaksian ini juga menjadi cikal bakal keberadaan dari pada nama Paksi Pak. Kerajaan Adat Paksi Pak Kepaksian Pernong Sekala Brak ini sama juga dengan Kerajaan-Kerajaan besar yang ada di Nusantara. Hadirnya Kerajaan mempunyai garis merah Penaklukan dimana Paksi Pak (Kepaksian Sekala Brak) ini muncul setelah menakluk kan Kerajaan Sekala Brak Kuno. Setelah itu tidak ada penaklukan lagi, Penyebaran-Penyebaran dari pada keturunan Kepaksian Sekala Brak yang mendirikan negeri-negeri baru yang berasal dari Sekala Brak di dalam membawa kebangsawanan, karena tidak mungkin ada gelaran-gelaran muncul kalu tidak ada Kerajaan, gelaran-gelaran adat yang timbul Sultan, Raja / Dipati, Batin, Radin, Minak, Kimas, Mas / inton. Bahkan setiap jenjang gelar memiliki “rukun pedandan”, alat pegang pakai, jujjokh atau ketentuan adat tersendiri yang dilarang dipakai oleh gelar lain, melekat bagi dirinya tatanan adat mengenai “alat di lamban, alat dibadan dan alat dilapahan” Oleh karena kekhususan tatanan tersebut, dengan melihat tatanan yang dikenakan seseorang, maka dengan mudah dapat diketahui kedudukan dan adok (gelarnya) hal ini membuktika bahwa ada Struktur sebuah Kerajaan yang menjadi rujukan bahwasanya di tanah Lampung jika tidak ada Kepaksian Sekala Brak maka semua gelaran-gelaran itu hanya gelaran-gelaran hampa, akan tetapi di tanah Lampung muncul sebuah Kerajaan yang berdasarkan Penaklukan, Penyebaran agama Islam di tanah Lampung dan sebagainya. Memang dahulu namanya bukanlah Kerajaan tapi Kepaksian pada jaman sekarang ini lah yang ber istilah Kerajaan, kemudian dalam hubungan selanjutnya Marga itu muncul setelah jaman Belanda dan pada abad ke 19 tahun 1824 Masehi dalam rangka mempreteli berbagai tipu muslihat dilakukan untuk memecah belah Kerajaan agar tidak kuat dan tidak bersatu lagi. Bahkan sebutan Kepaksian, Gelar Sultan, Maharaja dan sebagainya pada jaman Belanda bukan lagi di larang akan tetapi TERLARANG. Belanda hanya menerapkan sistim Pemerintahan yaitu Kepasirahan, oleh Belanda Kepaksian di pecah, untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak tanah buminya di pecah menjadi 10 (sepuluh) kemargaan jaman dahuhu marga itu daerah kekuasaannya sangatlah luas bukan hanya sebatas 1 (satu) Kecamatan, akan tetapi mempunyai kedudukan yang sangat besar, setelah Kepasirahan terbentuk khusus di Kepaksian Pernong Sekala Brak diberi mandat untuk memegang 2 (dua) Marga tapi yang bersipat diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi, sedangkan di tempat-tempat lain yang sudah di pecah menjadi marga-marga mereka sistem pemilihan 5 (lima) tahun sekali pemilihan, apabila dia menjadi pasirah 3 (tiga) kali maka dia diangkat oleh belanda menjadi Depati dan apa bila dia menjadi 4 (empat) kali, mendapat gelar pangeran dari belanda tapi gelar pangeran itu hanya untuk dirinya saja tidak untuk diturunkan kepada keturunannya. Kemudian ditemukannya pada Pra Sejarah Masyarakat Kepenyimbangan Strukturnya adalah lebilh bersipat demokratis tetapi ini adalah Struktur Lampung yang mempunyai nilai-nilai keagungan di masyarakat Lampung karena masyarakat yang memegang nuansa demokratis ini menjaga nilai-nilai kehidupan tatacara yang ada pada sistim Kepenyimbangan.
Untuk di Sekala Brak penambahan kata Kerajaan adat. Kerajaan Adat Paksi Pak Kepaksian Pernong Sekala Brak, Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak. Kepaksian saat itu dapat diartikan sebagai Kerajaan dalam terminologi saat ini, mengingat struktur organisasi adat dalam Kepaksian sama seperti struktur struktur Kerajaan yang Mencakup, Sejarah, terutama sejarah penaklukan yang memang dimiliki oleh semua Kerajaan yang pernah atau masih berdiri hingga saat ini. Sejarah penaklukan merupakan hal penting bagi sebuah Kerajaan untuk menunjukkan satu kekuatan dan keunggulan dari sebuah komunitas yang berdiri, seperti halnya Sekala Brak yang menaklukkan Kepaksian Sekala Brak Kuno. Wilayah, wilayah asli Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak meliputi 2 (dua) Kabupaten saat ini yaitu Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Pesisir Barat serta daerah Ranau yang merupakan bagian dari wilayah Komering. Rakyat Sekala Brak saat itu merupakan suatu komunitas yang bukan termasuk dari Suku Tumi yang telah takluk dan menyatakan tunduk kepada Paksi Pak 4 (empat) putra Umpu Ngegalang Paksi Gelar Sultan Ratu Ngegalang Paksi, lalu mereka dibagi menjadi 4 (empat) bagian untuk menjadi pengikut Paksi Pak Sekala Brak keempat putra Umpu Ngegalang Paksi Gelar Sultan Ratu Ngegalang Paksi, dan pasukan-pasukan pengikut Kepaksian Sekala Brak keempat putra Umpu Ngegalang Paksi yang berasal dari daerah mereka sebelumnya termasuk pengikut dari sultan yang dipertuan. Struktur Kerajaan, dimana terdapat pimpinan tertinggi dalam 4 (empat) Kepaksian Sekala Brak yakni empat putra Umpu Ngegalang Paksi Gelar Sultan Ratu Ngegalang Paksi. Keempat putra Umpu Ngegalang Paksi tersebut diangkat sebagai Sultan Pertama di wilayah kekuasaannya masing-masing yang saat ini lebih dikenal dengan sebutan SaiBatin (Sultan), kemudian secara turun temurun di setiap generasi ada penobatan seorang Sultan sebelumnya dengan pehelatan adat yang sakral dinamakan dalam perhelatan adat Tayuh bimbang paksi, tayuhan ini husus tayuhan sultan (saibatin raja adat dikepaksian) saat ini. Sekala Brak mempunyai Kerabat yg mendiami sepanjang pesisir tanah Lampung mulai dari tanah Ranau sampai Kabupaten Pesisir Barat, dari tanjung sakti pesisir barat sampai tanjung tuha pesisr Kalianda, Lampung Selatan dan mulai sepanjang way suluh pesisir barat melintas tanjung cina terus meretas pesisir Semaka, Tanggamus melewati Tanggamus Pringsewu Pesawaran dan masuk Pesisir Teluk dan masuk ke Pesisir Kaliandak yang sekarang disebut Tanah way handak yg di pegang lima Saibatin makhga Kerabat Sekala Brak di way handak Lampung Selatan.[10][16][17][18][19][20][21][22][23][24][25][26][27][28][29][30][31][32]
Profil Pendekar Puting Beliung
Pendekar puting beliung daerah kabupaten lampung barat dan tanggamus 41 personil pasukan ring 1 (satu) Sultan/Saibatin raja adat dikepaksian. Muasal Pendekar Puting Beliung.
Paduka Yang Mulia SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syah Pernong, S.H., M.H. Sultan/SaiBatin Raja Adat di Kepaksian, Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23, berkisah menjelaskan asal usul Pendekar Puting Beliung kepada Fenomena Budaya Nusantara com. di Bandar Lampung. Dipaparkannya, bahwa Pendekar Puting Beliung ini ada 41 orang, karena para hulubalang kerajaan selain di pusat kerajaan sekala brak di lampung barat, hulubalang dan pendekar kepaksian pernong banyak tersebar di tujuh kabupaten di propinsi menjaga masyarakat adat dan bersinergi dengan pemerintah daerah setempat termasuk dengan kepolisian resort setempat. terutama di wilayah Lampung selatan, banyak para pendekarnya, kalau dulu di wilayah pusat kerajaan di Sekala brak Lampung Barat para hulu balang banyak yang dididik oleh puting beliung, yaitu yang dinamakan Labung Angin, selain itu ada hulubalang Tikam Seribu pemeganng pusaka tumbak khusus. Pada saat ini para Hulubalang-hulubalang kepaksian pernong di tiap wilayah itu dididik di daerah masing masing untuk mengasah ketrampilan beladirinya yang kemudian setelah diadakan suatu ritual tertentu yang disebut ritual Paccukh pittu, bagi mereka yang sudah lolos pendidikan silat dan menjalani ritual Paccoh Pitu. mereka ini lah yang kemudian namanya Pendekar Puting Beliung. “Jadi para Pendekar Puting Beliung. mesti berasal dari om bahatur, artinya. dia harus berasal dari bahatur. Karena Bahatur itu masuk kategori para pemberani karena itu lah para Bahatturlah yang kemudian dipilih untuk menjadi Pendekar Puting Beliung,” Jadi pendekar Puting beliung itu harus berasal dari bahatur. Bahatur itulah pemberani sedangkan bahatur itu adalah merupakan nama dari para pemberani-pemberani yang awal mula nya berangkat dari sebutan untuk para jelma bani dari Way Handak. Kalianda Lampung Selatan yang melalui proses pacukh pitu para pendekar-pendekar para hulu-hulubalang yang telah naik ke Sekala Brak menjalankan ritual tertentu terutama paling banyak adalah dari Way Handak Lampung Selatan inilah yang paling banyak menjadi bahatur. Untuk dapat menjadi bahatur menjadi sosok pemberani yang siap untuk berkelahi, oleh Masyarakat adat Sekala Brak yang merupakan suatu kesatuan utuh supaya seragam, maka ritual dan istilah kebahaaturan dari Way Handak ini diadop oleh pasukan-pasukan pendekar dari Tanggamus dari pesisir barat dan Sekala Brak.” “memang kendala. Ya adalah, menjadi bahatur itu gampang-susah, karena bahatur itu harus pendekar dulu, dan memang pemberani, jadi para hulubalang banyak, para pendekar banyak, tapi para bahatur itu tidak banyak berasal dari pendekar bahatur Sekala Brak, yang kemudian dia dilatih lagi menjadi Puting beliung untuk mengawal Sultan/Raja. Bahatur banyak di daerah selatan dan Tanggamus dipimpin oleh panglima, Panglima di daerah selatan Itu, ada empat panglima, sedangkan Tanggamus satu. Panglima inilah apabila para laskar adat seluruh Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak mulai turun semua, baik yang di Lampung barat, Pesisir barat, Tanggamus, Pesawaran itu, maka yang memimpin nanti adalah Panglima dari selatan, sudah saya kondisikan, karena yang saya posisikan komando dari seluruhnya panglima dari selatan, Panglima Alif Jaya, Panglima Elang Berantai, Panglima Tapak Belang dan Panglima Sindang Kunyaian. Tetapi khusus untuk Tanggamus, Pesawaran dan Pringsewu dipegang oleh satu orang Panglima, yaitu Panglima Pengittokh Alam, dan para bahatur-bahaturnya. Bahatur Tanggamus dan Bahatur Way Handak ini, inilah yang paling dekat karena mereka wilayahnya satu pesisir. Dan diantara Way Handak dan Tanggamus itu Bandar Lampung, karena kalau saya ke Bandar Lampung maka, bergantianlah para bahatur hulubalang dari Tanggamus dan dari Way Handak Kalianda yang turun untuk menjaga mengawal, tetapi kalau saya dari Jakarta, kalau sudah lewat Kalianda, biasanya para bahatur Lampung Selatan biasanya sudah turun itu untuk mengawal”. Lebih lanjut, dijelaskan, kalau pada saat ini ada 21 orang, karena disesuaikan. Setiap akan masuk menjadi Pendekar Puting Beliung ini melalui pengkaderan, biasanya orang tuanya datang menyerahkan anak laki-lakinya pada Saibatin sambil menyerahkan kain putih, yang artinya suatu saat, bila dalam pengabdiannya dia harus berkorban nyawa, tidak usah dibawa pulang lagi, tanamkam di mana dia gugur. Di mana dia tewas diserahkan kain putih ini untuk dia, dan dia sudah diserahkan menjadi milik Saibatin sebagai pengawalnya Saibatin. Setelah itu, lanjut, Saibatin, calon Pendekar Puting Beliung ini dikirim ke Tanah Datar. “Jadi kalau di tanah datar itu sudah banyak tahu mereka, bahwa Pendekar Sekala Brak itu di sana. “Seperti pendekar sekarang ini dua tahun lebih mereka digembleng di sana. Disitu setiap hari selama dua tahun lebih, kerjanya pagi, siang, malam, terus menerus, latihan bela diri saja, latihan bagaimana cara berkelahi, cara membunuh, cara membela diri segala macam, disertai ritual. Mereka puasa kalau bermalam mereka selesai diSurau, sampai subuh mereka di Surau, pagi mereka mulai latihan, spesial olah jalan-jalan kemudian persiapan, hingga maghrib, setelah selesai turun mereka berlatih sampai tengah malam mereka latihan,” Tahapan pertama, lanjut Paduka Yang Mulya Saibatin Puniakan Dalom Beliau, mereka berguru Silat Kumango namanya. Pada saat menyelami silat Kumango di Tanah Datar itu, mereka juga berziarah ke makam Syekh Abdurrahman al-Khalidi. “Syekh Kumango adalah seorang ulama tarekat dan pendekar silat ternama asal Kumango, pencipta Silat Kumango. Silat Kumango adalah salah satu aliran silat utama khas Minangkabau. Silat ini berasal dari Nagari Kumango, yang termasuk Kecamatan Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Aliran ini diciptakan oleh Syekh Abdurrahman al-Khalidi, seorang ulama tarekat dan pendekar silat ternama asal Kumango. “Saat ini Silat Kumango telah tersebar ke berbagai kawasan di Indonesia hingga ke Mancanegara,” Setelah selesai tahapan pertama berlatih silat Kumango, kemudian mereka ketahapan berikutnya mereka berlatih silat Lintau. Silat Lintau ini secara umum juga dikenal sebagai silat tua, sebuah varian silat Minangkabau yang terkenal. Dan kemudian ada lagi Silat Sitaralak. Silat Sitaralak ini juga disebut juga Siterlak, Terlak, Sterlak, Starlak) yang merupakan silat yang beraliran keras dan kuat. “Jadi selama dua tahun setengah ini diisi, silat Kumango, Lintau dan Sitaralak. Mereka bukan dua kali seminggu atau tiga kali seminggu berlatihnya, Tetapi sehari dua kali, pagi, malam, terus menerus, tidak berhenti, tidak ada hari tanpa latihan. Mereka tak mengenal hari minggu atau hari libur, pokoknya tak ada hari tanpa latihan,” Hanya sesekali terkadang ada kebijakan dari sang Guru, setelah beberapa minggu latihan keras, mereka diberi waktu istirahat. Biasanya setelah sholat Isa diberi waktu untuk bisa jalan-jalan ke kota. Tetapi besok paginya sudah mulai latihan lagi.
Setelah menghabiskan penggemblengan latihan keras dan Ritual di Tanah Datar, kembalilah mereka. Para pendekar ini kemudian menghadap Sultan, kemudian dijadikan pengawal. “Mereka mengawal saya ketika saya berada di Jakarta atau ketika saya ke Tanggamus, karena saya banyak melakukan kunjungan ke sana atau juga di Sekala Brak,” Adat Harus Menghadirkan Keamanan dan Kesejukan Berkaca dari peristiwa di Kalianda, Lampung Selatan, beberapa waktu lalu, tandas Paduka maka perlu Laskar Panglima ini dibentuk. Maksudnya untuk menjaga dan mengantisipasi kalau terjadi hal yang tak diinginkan seperti bentrokan, supaya cepat diantisipasi. “Tak terjadi dari mana-mana turun langsung menyerang dan tak terkendali. Belajar dari kejadian ini semua harus ditata. Supaya Adat tidak menjadi anarkis. Tidak terjadi tindakan pengrusakan yang menyebabkan permusuhan. Tetapi adat harus menghadirkan kesejukan, keamanan, kebahagiaan, rasa nyaman, terjamin, rasa solidaritas, persaudaraan brotherhood,” Untuk itu, imbuhnya, mulailah lebih ditata, panglimanya mulai dibentuk dari Kalianda. Dulu wilayah-wilayah di Penggung dikuasai oleh Tumenggung, setiap wilayah mesti ada Tumenggungnya yang pegang satu Tumenggung, ada di Sekala Brak. Melihat setuasi sekarang ini yang paling banyak kegiatan ada di wilayah kota dan di selatan, maka sekarang ini Panglimanya justru saya angkat dari luar Sekala Brak. Yaitu dari wilayah selatan, dari Kalianda dan Tanggamus. Itulah daerah-daerah yang rawan, karena Sekala Brak, Pesisir Barat, Ranau situasinya kondusif. Wilayah yang dekat dengan kerajaan cenderung lebih terjaga, tambah jauh dari kerajaan biasanya mereka tambah kencang dan tambah temperamen. Disitu maka ditempat kan para Panglima-panglimanya ada pun keberadaan puting beliung saat ini, Puting Beliung ada yang di daerah Tanggamus, tetapi mereka juga ada di Sekala Brak. Kalau saya pulang dan di Jakarta, kalau saya masuk wilayah selatan juga ada panglimanya. “Nah di Selatan ini walaupun dia Panglima Selatan, tapi dia mengcover seluruh wilayah pesisir, masyarakat sepanjang pesisir kita cover. Begitulah peranan Puting Beliung ini,” “Mereka inilah kerabat-kerabat kami, saudara-saudara dekat kami, dan dalam satu payung kekerabatan Kerajaan Sekala Brak, mereka ada lima Saibatin Marga di Way Handak yang memegang keadatan disana. Para Bahatur ini saya ambil dari kerabat-kerabat saya dan para marga-marga di Way Handak dan ada di Tanggamus”. terang Paduka Yang Mulya Saibatin Puniakan Dalom Beliau (PYM SPDB) dalam memimpin Kepaksiannya dengan rasa kekerabatan, kearifan dan penuh kebijakan terhadap Masyarakat Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak Lampung.Menurut PYM SPDB, nama Puting Beliung ini berasal dari seorang pendekar besar pada jaman Belanda kira-kira Tahun 1926 -1927 yang pernah diadu dengan seorang mantan bajak laut dari Pulau Berhala yang memang jagoan silat bermata satu yang mengajar silat sepanjang kota di Sumatera. Pada waktu itu, lanjut, PYM SPDB, dia datang mau mengajar silat di Sekala Brak, oleh Kakek saya waktu dia menghadap Sultan disampaikan bahwa disini sudah banyak yang berguru. ”Saya ke sini bukan untuk mengajar orang yang belum bisa berkelahi, tetapi saya ini mengajar para pendekar supaya belajar lebih handal. Dan saya sanggup untuk diuji coba, ” ujar PYM SPDB mengutip ucapan jagoan silat si mata satu, kepada kakeknya. Kemudian pada waktu itu, lanjut PYM SPDB, diturunkanlah Budin dari daerah Sukabumi, Pendekar Kepaksian Pernong Sekala Brak mereka diadu. Dalam satu gebrak langsung diputar langsung dikepit, selesai, yang namanya mantan Pendeka, Pendeka namanya yang dari bajak laut dari Pulau Berhala itu, ndak bisa bergerak lagi. Akhirnya dia pulang malu, sejak saat itu, Budin diberi gelar oleh Saibatin kakek , karena peraganya waktu main itu betul-betul berputar mereka bermain itu seperti tidak kelihatan, hampir tidak bisa dilihat berputar langsung bergulung-gulung bergumul sekali proses, selesai, langsung mengunci, berdebu sampai membubung ke atas, bak puting beliung. “Maka kakek saya menyebutnya pendekar Puting Beliung. Yang dulu juga biasanya disebut hulu balang Saibatin, hulu balang Sultan (Raja). Karena hanya raja saja yang memerintah dan juga mengawal raja,” kisah PYM SPDB. Kemudian di jaman saya, lanjut PYM SPDB, sebutan itu saya tambahkan si Puting Beliung, ternyata lebih dikenal orang. “Puting Beliung inilah yang melahirkan banyak pendekar sampai ratusan. Yang ada disini Pendekar Puting Beliung, hulu balang Labung Angin namanya. Hujan angin itu juga sebutan puting beliung yang tersebar sekarang ini. Demikianlah kisahnya, Mas Bambang,” Sabda Baginda mengunci perbincangan di Bandar Lampung.[33]
Warisan Sejarah
Bahwasanya yang disebut Istana Utama adalah Istana Gedung Dalom tempat tinggalnya, Istananya, Pusat Pemerintahannya sang Sultan(SaiBatin) Sejak dahulu tempat tinggalnya sang Sultan ini disebut istana gedung dalom oleh Pemerintah Hindia Belanda, oleh rakyat dan masyarakat adat, hingga pada saat kemerdekaan Republik Indonesia sampai saat ini sebutan nama terhadap Istana Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak adalah Gedung Dalom. Gedung Dalom ini sudah 1 (satu) kali direnovasi pada kisaran tahun 1990-1991 dan sebutannya tetap Gedung Dalom, baik sebutan dari Sultan, Pemerintah Provinsi Lampung, Pemerintah Kabupaten Lampung Barat maupun sebutan dari masyarakatnya. Gunung Suoh atau Gunung Suoh, Lampung Barat adalah gunung yang memiliki kaldera dengan lebar 16x8km yang terdapat di bagian selatan Sumatra, Indonesia. Pada saat gempa bumi di Suoh Lampung Barat hari senin 26 juli 1933, sekitar 13 jam setelah gempa, tanah-tanah di Suoh Lampung Barat yang rekah mulai melontarkan air panas. Fenomena Geologi ini dikenal sebagai letusan freatik (phreatic eruption), yaitu letusan yang dipicu masuknya air ke kantong magma. Persentuhan air dan magma memicu munculnya uap panas yang segera menjebol sumbat, melontarkan debu, bebatuan, hingga air panas. Lontaran material panas semakin meningkat, hingga pada hari senin 10 Juli 1933, terjadi letusan freatik besar di Suoh Lampung Barat. Letusan membentuk dua kawah dan menghancurkan area dalam radius 10 kilometer dari pusat letusan, Kehancuran itu dicatat Geolog Belanda, Ch E Stehn, yang datang ke Suoh Lampung Barat pada pertengahan Juli hingga awal Agustus 1933. Ia ditugaskan Pemerintah Hindia Belanda untuk meneliti petaka itu, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Bonifacius Cornelis de Jonge yang merupakan perwakilan dari Ratu Belanda Sri Ratu Wilhelmina (Wilhelmina Helena Pauline Marie van Orange-Nassau) mendatangi dan melihat kejadian Gempa bumi di Suoh Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung saat itu. Setibanya beliau di Kabupaten Lampung Barat langsung menuju ke Gedung Dalom Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak sebagai tempat persinggahannya. Peristiwa Sejarah tersebut cukup membuktikan bahwa Gedung Dalom kediaman pimpinan adat tertinggi saat itu atau istana tempat tinggalnya Sultan (Raja) saat itu, hingga saat ini disebut Gedung Dalom (Gedung Dalom).
Istana Sekala Brak disebut Istana Gedung Dalom adalah Gedung Dalom ini dibangun sejak pertama kali Belanda masuk dan menaklukkan Kepaksian Sekala Brak hingga Istana Gedung Dalom terbakar saat itu, untuk yang pertama kalinya, setelah itu pada tahun 1899-1900 baru kemudian didirikan Istana Gedung Dalom Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak yang masih berdiri kokoh hingga saat ini. Lokasi Istana Gedung Dalom saat ini tentu berbeda dengan pada masa lampau, dimana dahulu lokasi Istana Gedung Dalom sangat luas mencapai 5-10 H di belakang Istana Gedung Dalom Persawahan yang luas saat ini persawahan tersebut sebutan dari masyarakat Sekala Brak adalah lembah Sekala Brak, tetapi karena para pembesar adat dan keturunan-keturunan sultan yang kemudian untuk memudahkan Komunikasi dalam setiap kegiatan maka akhirnya para keturunan sultan mengambil bagian dari lahan yang ada saat itu sehingga perlahan-lahan pekarangan pekarangan Istana Gedung Dalom semakin menyempit, sehingga walaupun relatif masih luas namun tentunya sudah tidak resepentatif lagi untuk melakukan kegiatan Adat dalam sekala besar. Oleh sebab itu Gubernur Provinsi Lampung menginisiasi untuk dilaksanakannya pembagunan sebuah Rumah adat yang lebih resepentatif untuk suatu saat nanti dapat menjadi tempat dilaksanakannya berbagai perhelatan Kerajaan dan dapat menjadi destinasi pariwisata yang merupakan pusat kegiatan kebudayaan baik seni tari, seni musik, seni suara, bela diri, ukir, tapis dan sebagainya yang ada di Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak. Yang Dipertuan Ke-23 Paduka Tang Mulya SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H.,M.H. hingga saat ini selalu menjaga dan menjalin silaturahmi kepada seluruh kerabat yang berada diberbagai Wilayah baik yang berada di Sekala Brak maupun para kerabat dan para Khaja (baca-raja) yang telah mendirikan negeri-negeri baru seperti para Saibatin marga disepanjang Pesisir yang memiliki hubungan kekerabatan yang erat dengan Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak. Maka hubungan kekerabtan dan kedekatan adat tetap dibina karena mereka adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kebesaran Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak.
Kawik Buttokh terdapat besi berbentuk Kroon ini diberikan oleh Pemerintahan Hindia Belanda untuk menunjukkan Pengakuan tentang Kebangsawanan sebagai Sultan pada masa itu dan sebagai tanda bahwa istana gedung dalom ini merupakan satu satunya tempat yang mempunyai nilai sejarah dan mempunyai nilai kebesaran tertinggi di Sekala Brak. Kroon ini diberikan oleh pemerintahan Kolonial Belanda kepada Yang Dipertuan Pangeran Ringgau Gelar Sultan Pangeran Batin Purbajaya Bindung Langit Alam Benggala tahun 1852. Selain menerima Kroon, Yang Dipertuan Pangeran Ringgau Gelar Sultan Pangeran Batin Purbajaya Bindung Langit Alam Benggala juga mendapatkan gelar sebagai Sultan Pangeran Batin Purbajaya Bindung Langit Alam Benggala dari Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, itu sebabnya Gelar Pangeran turun temurun diberikan oleh Pemerintahan Hindia Belanda kepada Keturunan Yang Dipertuan Pangeran Ringgau Gelar Sultan Pangeran Batin Purbajaya Bindung Langit Alam Benggala, untuk Sultan yang lainnya setelah 20 tahun sekali, namun untuk kepesirahannya tetap dipegang oleh Sultan tersebut dikarenakan walaupun turun temurun sudah diserahkan kepada putra mahkotanya, Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja tahun Tuyuk Dalom dari Yang Dipertuan Ke-23 Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syah Pernong,S.H., 15 tahun memegang pemeritahan sudah diserahkan kepada Putra Mahkotanya Pangera H. Suhaimi Gelar Sultan Lelamuda Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi Tamong Dalom (Kakek) dari Yang Dipertuan Ke-23 PYM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syah Pernong,S.H.,M.H. Pada saat ini Kroon tersebut terpasang di Istana Gedung Dalom Kepaksian Pernong Sekala Brak sebagai Simbol dari Istana Gedung Dalom Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak. Istana itu berbentuk persegi empat. Disangga dengan 36 tiang kayu berukuran besar, satu peluk tangan manusia dewasa. Diumpak di permukaan tanah, berjajar lurus baik secara garis lurus silang maupun diagonal. Belah-belah simetris antar tiang dalam garis tegak lurus maupun dalam garis sudut diagonal mengambarkan sebuah jalinan kokoh menyangga bangunan gedung di atasnya. Demikian pula gelagar kayu utuh yang menghubungkan tiang sebagai penyangga lantai gedung juga sedemikian kokohnya, sambung menyambung saling “menggigit” menjadi tempat pilar dan papan lantai gedung disemayamkan, tempat menancap rapih tiang-tiang gedung penyangga kerangka atas dan atap. Kayu-kayu rangka gedung yang besar, kokoh, dan rapi membuat gedung tampak meyakinkan kekuatannya “Waktu ada gempa, tiang yang disangga beton semen malah ambles, sementara yang disangga umpak tradisional, selamat,” disampaikan oleh warga setempat bercerita perihal umpak tiang di permukaan tanah. Istana gedung dalom berdinding kayu dengan jendela-jendela lebar, beratapkan seng dan tajuk atap memperlihatkan arah ke bentuk joglo yang mengerucut di bubungan atapnya menyatu pada kesatuan puncak. Di puncak atap bertengger mahkota dari kuningan berbentuk khas. Bagian depan terdapat replika atas gedung induk dalam ukuran kecil sebagai peneduh tangga masuk satu arah untuk kemudian menjadi dua arah masuk ke tataran lantai. Teras gedung ada di sisi kiri dan kanan pada lantai panggung, dibatasi dengan pagar ritmis kayu berukir pula. Pintu masuk ada ditengah kanan dan kiri kayu yang melekat pada rangkaian rangka gedung bagian dalam dan luar, diukir dengan aneka ragam jenis ukiran. Beberapa ragam ukir di antaranya khas Lampung dengan sulur dan garis tanpa tatahan miring. Sejumlah ukiran di dinding luar atas dan tiang sangga di kolong gedung memperlihatkan ukiran kuno yang langka. Sementara itu pola ukel dan lengkung relung, mirip ukiran dari Etnis (suku bangsa) lainnya di Nusantara. Tiang sangga di sisi-sisi luar, pada bagian tiang sebelah atas diberi asesoris semacam cukit atau siku penyangga atap luar. Biasanya berfungsi juga sebagai penyangga emper gedung. Namun, di Istana adat gedung dalom juluran itu tidak menyangga apa-apa, hanya menjadi penghias bagaikan Deformasi (mekanika) belalai gajah. Bagian dalam Gedung Dalom, terdapat satu ruang besar disisi kiri belakang sebagai tempat SaiBatin beristirahat disebut Bilik Kebik. Tak ada yang masuk ke ruang itu kecuali SaiBatin dan Permaisuri atau kerabat yang diizinkan oleh SaiBatin. Di dalam ruangan itu, terdapat pula sejumlah senjata pusaka yang hanya SaiBatin atau Sultan yang berani memindah atau membukanya. Bahkan sewaktu dilakukan renovasi atas atap dan ruangan, senjata pusaka itu tetap pada tempatnya. Di depan pintu Bilik Kebik terdapat Singgasana Sultan yang disebut margasana. Tempat duduk SaiBatin terdiri atas kasur berlapis-lapis, hiasan dinding, dan langit-langit yang terbuat dari kain beludru warna warni dan manik-manik yang disebut Lelukukh Juttai. Jika SaiBatin memimpin sidang (hippun paksi) akan duduk di situ menghadap ke barat di mana seluruh khaja jukkuan duduk bersila menghadap SaiBatin. Hanya SaiBatin dan Khaja Jukkuan yang boleh duduk di ruangan margasan ini pada saat hippun paksi. Lantai Gedung Dalom ini ada dua trap, pada bagian depan dekat pintu masuk letak lantai lebih rendah sekitar sejengkal tempat duduknya Batin dari khaja Jukkuan paksi. Dalam acara tradisi, lantai Gedung Dalom ini tanpa kursi, seluruh tamu duduk di bawah di atas karpet atau tikar. Begitupun apabila mereka mendapat jamuan makan dari SaiBatin, maka seluruhanya “lesehan”. Selebihnya, ruangan dalam itu tanpa pembatas dan lantai kayu yang coklat telah dilapisi karpet merah. Seluruh permukaan tiang kayu ruang dalam, seluruh pilar dan belandar yang sambung sinambung dilekati lempeng kayu berukir tanpa dicat, berkesan alami dan dekat dengan suasana sekitar yang serba kayu dan alam masih rimbun menghijau. Dinding tampak coklat tua, tanda kayu tua dan terawat. Sejumlah ukiran memperlihatkan simbol-simbol tertentu namun belum ada yang mencoba untuk membacanya. Saat ini, ruang dalam Gedung Dalom diberi plafon langit-langit dari kayu dengan lekuk dan tataan baris potongan kayu, rapih dan lurus seperti di gedung moderen dimana pada setiap kotak lengkung dipasang satu buah piting lampu listrik. Langit-langit terplafon itu menjadi penutup konstruksi kayu pada kap atap selepas kait-mengkaitnya antar kayu, semenjak dari lantai sampai bagian ring menjelang rangka atap. Di halaman gedung dalom sisi kiri terdapat sebuah bangunan dengan atap melingkar mengerucut, seluruh 8 tiang kecil berdiri pada disi tepi bangunan melingkar pesegi delapan itu. Lantainya berpembatas dan tak ada tiang di tengah, bangun itu berfungsi sebagai tempat para hulu balang yang sedang berdinas dan berjaga di Gedung Dalom. Tempat itu disebut Gardu. Di situlah dulu para tamu SaiBatin menyampaikan kepada hulu balang tentang maksud kedatangannya. Istana Gedung dalom adalah salah satu tanda kebesaran Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak karena Gedung Dalom ini diwariskan dari para pendahulu dan terus terawat hingga sekarang. Bahkan diceritakan bahwa letak Gedung dalom pada awalnya sejauh sekitar 15 kilometer dari tempat sekarang berdiri di Pekon Balak, Batu Brak, Lampung Barat. Pada waktu memindahkan, Istana Gedung Dalom itu tidak dicopot atau dibongkar dulu melainkan diangkat ramai-ramai dan dibawa perlahan-pelahan menuju lokasi sekarang Selama 1 (satu) Tahun kisaran tahun 1899-1900 Masehi. Gempa dan kebakaran pernah menimpa Istana Gedung Dalom, sejumlah kerusakan pernah dialami. Namun SaiBatin dan masyarakatnya terus melestarikannya. Di dalam Istana Gedung Dalom itu banyak hal telah terjadi. Pangeran Suhaimi dan Pangeran Maulana Balyan karena keaktifannya di pemerintahan menjadi Pejabat Pemerintahan Republik Indonesia, maka tidak lagi banyak tinggal di Istana Gedung Dalom. Meski demikian mereka tetap merawat Istana Gedung Dalom tanpa menempatkan orang khusus untuk itu, karena masyarakat sekitar sudah dengan sendirinya merawatnya. Bagian belakang Istana Gedung Dalom kini juga didirikan bangunan baru yang disatukan dengan Istana Gedung Dalom. Dulu antara rumah belakang dan Istana Gedung Dalom tersela sebuah halaman terbuka. Di sisi kanan belakang dibangun ruangan dapur. Daerah ini berhawa sejuk karena berada di pegunungan lereng Humatang Sulang (Gunung Pesagi). Pada sisi timur Istana Gedung Dalom terdapat sebuah pemakaman. Pada bagian bawah lagi, di tepi sebuah tebing curam dengan mata air jernih sepanjang tahun, terdapat makam tua maqom dari Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu. (Yang Dipertuan Ke-7), Sultan (Raja) ketujuh Kepaksian Sekala Brak keturunan lurus dari PYM SPDB Drs. H. Pangera Edward Syah Pernong,S.H.,M.H. Gelar Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23 bersama sejumlah makam lainnya yang ditandai tonggak-tonggak nisan. Pohon rindang meneduhi dan tempat yang terlindung dalam rimbunan semak dengan jalan setapak ke lokasi itu. Maqom Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu ditandai dengan batu nisan dengan batu krast/kapur (Batu Biyuh) keras dengan bentuk dan goresan ukiran. Goresan Ukiran itu berupa garis yang sambung dan melintang seperti menyimbulkan sesuatu. Sangat mungkin, goresan itu merupakan deformasi bentuk huruf sistem tulisan paling kuno yang diketahui sejauh ini, di belakang Istana Gedung Dalom terdapat pula pacukh pitu (salui pitu) dan lembah sekala brak persawahan tempat menanam padi rakyat Sekala Brak yang sangat luas.[34][35][36][37][38][39][40]
Fisik bangunan Istana Gedung Dalom Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak terbuat dari kayu. Istana Gedung Dalom yang ada saat ini di dirikan tahun 1899-1900 setelah sebelumnya Istana Gedung Dalom mengalami 1x kebakaran.[41] Bangunan Utama Istana Gedung Dalom ini berbeda dengan bangunan-bangunan pendukung lainnya, perbedaan tersebut menandakan bahwa bangunan ini sebagai Istana Sultan/Saibatin Raja Adat. Sekilas tentang fisik bangunan utama Istana Gedung Dalom:
- Tampak Luar
- “Kawik Buttokh” (bentuk atap/bubungan) yang menuju pada satu titik, sebagai simbol Istana Gedung Dalom bahwa dalam adat SaiBatin hanya ada satu orang pemilik yaitu Sultan (Saibatin Raja Adat Dikepaksian) dan simbolisasi dari keesaan Allah swt.
- Tangga depan terletak ditengah-tengah bangunan, menandakan bahwa bangunan ini merupakan istana Sultan (Saibatin Raja Adat Dikepaksian), sedangkan rumah para Raja Suku/Jukku tangga terletak disebelah kanan bangunan rumah dengan menggunakan bangunan anak (beranda kecil).
- "Cagak" yang berbentuk kayu hakha merupakan ornament yang tidak umum terpasang pada sudut rumah bagian luar rumah teradisional adat lainnya, terdiri dari empat lekuk, demikian juga bola-bola sebanyak empat buah, dan semua jenis ukiran yang terdapat pada "cagak" tersebut serba empat, hal tersebut melambangkan keberadaan Empat Kepaksian Sekala Brak, yang maksudnya menunjukkan tingkat peradaban yang tinggi.[41]
- Ruangan Ruangan
- Ruang depan disebut beranda
- Terdapat dua pintu masuk, pintu yang ditengah bernama “khangok Dalom” pintu yang disebelah kanan bangunan bernama “khangok sang khaja mulang”
- Ruangan berikutnya disebut “lapang luakh” tempat Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian menerima tamu.
- Setelah “lapang luakh” ada ruangan yang lantainya relatif lebih tinggi disebut “lapang Margasana” tempat paling terhormat di Istana Gedung Dalom, di Margasana ini ada Singgasana Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian yang semuanya serba pitu/tujuh.
- Kasur pedanginan 7 lapis
- Jambat agung 7 lapis
- Kelambu 7 lapis
- Lalangsi 7 lembar
- Laluhukh bejuttai/makai tikhai Filosofinya bahwa adat SaiBatin sangat dekat dengan alam, Tuhan menciptakan 7 petala langit dan 7 petala bumi, tujuh benua dan 7 samudera, 7 warna pelangi dan 7 rupa bidadari.
- Terhubung dengan ruangan Margasana ada “lapang Khatu” yaitu ruangan untuk YM Permaisuri.
- Dalam bangunan utama Istana Gedung Dalom hanya terdapat dua kamar yaitu kamar Utama disebut “Bilik Kebik Dalom” dan pintunya disebut “khangok kebik” kamar kedua disebut “bilik tebelayakh” dan pintunya disebut “khangok dayang pemapah”
- Ruangan belakang disebut “sekhudu” dan pintu keluar kebelakang disebut “khangok dadakhi mandi”.[42]
- Kegiatan yang diadakan di Istana Gedung Dalom Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak Sebagai berikut
- Sebagai Pusat Pemerintahan.
- Sebagai pusat pengembangan karakter dan masyarakat adat
- Sebagai pusat pengenalan dan pengetahuan dari pada nilai-nilai kesetiaan keberanian kesejahteraan cinta tanah air.
- Sebagai pusat membangun kebangsawanan
- Sebagai pusat untuk mencatat sejarah, peradaban.
- Sebagai pusat Central kegiatan keagamaan
- Sebagai pusat untuk pendidikan halok ganggu, jujjokh, tata karma, sopan santun, tata bahasa, tata busana.[43]
- Adapun bangunan penunjang terdiri dari
- Sebelah barat: Lamban Bandung dan Lamban Kagungan.
- Sebelah timur: Anjungan Dalom dan Lamban Kekhatun.
- Sebelah utara: Lamban Pekuon dan Lamban Akad Jaman.
- Sebelah selatan: jengan nyunjong.[43]
- Seketsa Istana Gedung Dalom Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak
Istana Gedung dalom adalah salah satu tanda kebesaran Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak karena Istana Gedung Dalom ini diwariskan dari para pendahulu dan terus terawat hingga sekarang. Bahkan diceritakan bahwa letak Istana Gedung Dalom pada awalnya sejauh sekitar 15 kilometer dari tempat sekarang berdiri di Pekon Balak Batu Brak Lampung Barat. Pada waktu memindahkan, Istana itu tidak dicopot atau dibongkar dulu melainkan diangkat ramai-ramai dan dibawa perlahan-pelahan menuju lokasi sekarang. Gempa dan kebakaran pernah menimpa Istana Gedung dalom, sejumlah kerusakan pernah dialami. Namun Sai Batin dan masyarakatnya terus melestarikannya.
- Pagar Istana Gedung Dalom Luas +- 10.000 Meter Persegi
- Istana Gedung Dalom +- 5.000 Meter Persegi
- Sat Dalom
- Makam Tambak Bata +- 1.000 Meter Persegi
- Gardu Besar +- 500 Meter Persegi
- Pacukh Pitu/Salui Pitu
- Pintu Samping Kiri
- Pintu Samping Kanan
- Gerbang Utama Istana Gedung Dalom
- Gerbang Utama Istana Gedung Dalom dan Sat Dalom[44][45]
- Kegiatan yang di laksanakan pada Taman Istana Gedung Dalom Kepaksian Pernong Sekala Brak
- Upacara adat Tayuh Bimbang Paksi Kerajaan Kepaksian Pernong Sekala Brak.
- Budaya Sekura Cakak Buah setiap syawal.
- Upacara Penyambutan tamu kehormatan Kerajaan Kepaksian Pernong Sekala Brak.
- Malama Pitu Likukh yaitu melakukan benderang negeri dengan membakar batok kelapa pada malam 27 Ramadhan dalam rangka menyambut malam lailatul qodar.
- Melakukan upacara pengukuhan Raja/Dipati Kepala Suku/Jukku dan jajarannya,
- Bedu’a Buka yaitu syukuran seusai melaksanakan Ibadah puasa Ramadhan
- Dan Lain Sebagainya.[44][46][46]
- Pesanggrahan Istana Gedung Dalom
SAT DALOM Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak Terletak di Sebelah Kanan Istana Gedung Dalom Kerajaan Kepaksian Pernong Sekala Brak, tempat peristirahatan bagi para sultan dan keluarganya saat berada di luar istana utama, Ukuran Bangunan 20 x 40 M, tahun Renovasi terahir 1991.[44]
- Pemandian istana gedung dalom Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak
Pacukh Pitu terletak di belakang Istana Gedung Dalom Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak yang sumber mata airnya berada dibawah Tambak Bata/makam Sai Batin/Sultan Sekala Brak Ukuran 7 x 9 M Pancuran Perempuan dengan 4 Pancuran 1x2 Ruang Ganti 2x1 Kamar Kecil/WC, 6x7 Pancuran Laki-Laki dengan 3 Pancuran 1x2 Ruang Ganti 2x1 Kamar Kecil/WC. Renovasi terahir Tahun 1991.[47][48][49]
- Keputren istana gedung dalom Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak
Ruang Tengah Istana Gedung Dalom Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak adalah Tempat tinggal para wanita dan putri sultal Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23 luas tanah dan luas bangunan 8 x 20 M Renovasi terahir tahun 1991, Ruang atas bagian belakang 10x20 M tempat tinggal para wanita keturunan Pangeran Maulana Balyan Gelar Sultan Sempurna Jaya.[50]
- Benteng istana gedung dalom Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak
Benteng Pada Era Sultan Pendahulu adalah Siring lebar 5-8 M Kedalaman 2-3 M dan panjan 1200- 1500 M saat ini di tengah perkebuna kopi masyarakat sebagian telah tertimbun menjadi badan jalan dan Bangunan Rumah terbentang sepanjang 4 Pekon/desa, Desa Kotabesi, canggu, pekon balak dan kegeringan Berahir di Pekon/desa Pekon Awi kecamatan Batu Brak Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung, samapai saat ini belum pernah di Renovasi yang perkebunak kopi masyarakat masih terjaga dan utuh, Banteng yang dibelakang Istana Gedung Dalom Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak Adalah Tebing dan jurang yang sangat teramat dalam.[51]
- Tempat Ibadah (Masjid)
- Tempat Ibadah Istana Gedung Dalom Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak, nama tempat ibadah tersebut MASJID AZZAURAH KEPAKSIAN PERNONG Luas Tanah 5000 M3 Luas Banguna 2000 M3 Lokasi Pekon Canggu Kecamatan Batu Brak Kabupaten Lampung Barat, Tahun Renovasi Terahir 2005.
- Tempat Ibadah Istana Gedung Dalom Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak, nama tempat ibadah tersebut MASJID ARRAHMA KEPAKSIAN PERNONG Luas Tanah 2000 M3 Luas Banguna 2000 M3 Lokasi Pekon Kegeringan Kecamatan Batu Brak Kabupaten Lampung Barat.[52]
Warisan Kejayaan
Negeri Sekala Brak telah menjadi sumber inspirasi kejayaan masa lalu bagi bangsa-bangsa Nusantara pada abad-abad berikutnya.
- Regalia (Simbol Pemegang Pucuk Tertinggi di dalam Adat)
Di Sekala Brak Pemegang Pucuk Tertinggi di dalam Adat adalah pemegang pusaka milik Sultan,Para Umpu, Ratu, Pendahulu Animisme Sekala Brak Kuno, sebagai berikut :
- Tunggul sultan iskandar zulkarnain Milik dari Sultan Iskandar Zulkarnain Gelar Sultan Yang Dipertuan, Keturunan lurus Tertua dar Garis Ratu adalah Paduka YM SPDB Brigjen. Pol. Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H.,M.H Gelar Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23. Brigjen. Pol Pada Tahun 2015.
- Tunggul ratu mumelar paksi Milik dari Umpu Ratu Memelar Paksi Gelar Sultan Mumelar Paksi, Keturunan lurus dari Paduka YM SPDB Brigjen. Pol. Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H.,M.H Gelar Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23 Brigjen. Pol Pada Tahun 2015.
- Tunggul Umpu Ratu Ngegalang Paksi Gelar Umpu Ngegalang Paksi.(Yang Dipertuan Ke-3) (Yang Dipertuan Ke-7) umpu ratu selalau sanghyang sangun gukhu Milik dari tunggul umpu ratu selalau sanghyang sangun gukhu – Waliullah Penyebar Agama Islam dan sekaligus Raja yang bertahta, Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu, Keturunan lurus dari Paduka YM SPDB Brigjen. Pol. Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H.,M.H Gelar Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23 Brigjen. Pol Pada Tahun 2015.
- Keris rakian naga batu handak milik dari Umpu Ratu, Yang Dipertuan, Pangeran, Keris Rakian Naga Batu Handak sebagai Simbol Penobatan Paduka YM SPDB Brigjen. Pol. Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H.,M.H Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23 Brigjen. Pol Pada Tahun 2015.
- Pedang ringgau milik dari Umpu Ratu, Pangeran, Sultan, Yang Dipertuan Bali Pangeran Hajji Habbiburahman Gelar Pangeran Sampurna Jaya Dalom Permata Intan Tahun (1879), Keturunan lurus dari Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H. Gelar Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23.
- Rakian istinja darah (belambangan) milik dari Umpu Ratu, Yang Dipertuan, Pangeran, Sultan, Pendahulu keturunan lurus dari Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H. Gelar Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23.
- Tongkat pembesar negeri milik dari Umpu Ratu, Yang Dipertuan, Pangeran, Sultan, Pendahulu keturunan lurus dari Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H. Gelar Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23.
- Keris alif jaya milik dari Umpu Ratu, Yang Dipertuan, Pangeran, Sultan, Pendahulu keturunan lurus dari Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H. Gelar Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23.
- Keris tunggang menang milik dari Umpu Ratu, Yang Dipertuan, Pangeran, Sultan, Pendahulu keturunan lurus dari Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H. Gelar Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23.
- Pemanohan setegak bumi milik dari Umpu Ratu, Yang Dipertuan, Pangeran, Sultan, Pendahulu keturunan lurus dari Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H. Gelar Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23.
- Rakian surya penantang milik dari Umpu Ratu, Yang Dipertuan, Pangeran, Sultan, Pendahulu keturunan lurus dari Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H. Gelar Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23.
- Pedang semilau milik dari Umpu Ratu, Yang Dipertuan, Pangeran, Sultan, Pendahulu keturunan lurus dari Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H. Gelar Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23.
- Tombak petakha lima milik dari Umpu Ratu, Yang Dipertuan, Pangeran, Sultan, Pendahulu keturunan lurus dari Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H. Gelar Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23.
- Pedang Alip, Peninggalan milik dari Umpu Ratu, Yang Dipertuan, Pangeran, Sultan, Pendahulu keturunan lurus dari Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H. Gelar Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23, pada saat ini pembukaan pedang alip adalah Dalam Upacara Adat dikeluarkan, dimasuk kan Pedang Alif simbol pertanda dibuka dan di tutupnya upacara kebalakan/keagungan Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23.
- Pedang inggris
- Pedang Semilau
- Gong Gajah Mekhu
- Pedang tabuh jakhang
- Pedang selalau
- Pedang cekhita mamela
- Pedang berbaris
- Pedang punggawa
- Pedang tamil
- Pedang lidah api
- Pedang pn ringgau
- Pedang batu kappak
- Pedang kawal saibatin
- Pedang kawal ratu
- Tongkat pn ringgau
- Tunggul para umpu ratu
- Tunggul bendera tengah para umpu ratu
- Tunggul Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu
- Tumbak bendekhang Umpu Raja Dunia Gelar Umpu Raja
- Tumbak sejagat Para Umpu Ratu
- Tumbak sejunjung Para Umpu Ratu
- Tumbak berbaris Para Umpu Ratu
- Punggawa Para Umpu Ratu
- Payan hamakha Para Umpu Ratu
- Tumbak tumbuk khata Para Umpu Ratu
- Tumbak senggiling Para Umpu Ratu
- Tumbak siakh belang Para Umpu Ratu
- Tumbal kawal khatu Para Umpu Ratu
- Trisula kawal saibatin Para Umpu Ratu
- Trisula kawal khatu Para Umpu Ratu
- Gippul dalom Para Umpu Ratu
- Pengukkop Para Umpu Ratu
- Meriam Peninggalan Sultan Pendahulu keturunan lurus dari Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H. Gelar Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23.Di Istana Gedung Dalom.
- Kawokh Bukkok Senjata tradisional Rakyat
- Payan simuli/Payan duakha
Dahulu nama payan simuli adalah payan duakha, payan duakha adalah sebuah tombak pusaka yang dipegah oleh hulu balang bernama sianggah anggah keturunan dari sianggah anggah ini ada di pekon kegeringan, sianggah anggah ini ada dipintu gerbang gedung dalom kepaksian pernong pada saat itu istana gedung dalom kepaksian pernong berada di hanibung Batu Brak yang biasa disebut mandi angin, payan ini didapat oleh sianggah anggah dari Gunung Pesagi, pemberian dari ratu pesagi untuk menjaga keturunan dari pada umpu pernong sekitar lebih kurang pada tahun 1922 terjadi keributan karena ada harimau yang masuk ke batu brak semua para pendekar turun membawa duakha ini sai batin pada saat itu adalah Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja, Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja turun dengan membawa payan simuli Pada saat itu ratusan rakyatnya tidak memperbolehkan Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja untuk turun langsung menghadapi harimau tersebut akan tetapi Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja tetap turun menghadapi harimau tersebut dan harimau tersebut ditemukan oleh Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja di pinggiran daerah batu brak dan harimau tersebut sudah dikerumuni para pendekar, hulu balang, pemberani dan rakyat sekala brak pada saat itu Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja memerintahkan para pendekar, hulu balang, pemberani dan rakyat sekala brak yang sedang mengerumuni harimau tersebut untuk minggir Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja mencabut sarung payan duakha karena itu pada tahun 1922 saat ini di tahun 2021 sudah 99 tahun beberapa catatan menyatakan bahwasanya payan duakha itu diarahkan keharimau kemudian hariau tersebut mengerung akan tetapi harimau tersebut tidak berani melompat, catetan lain menyatakan harimau tersebut mengerung akan tetapi mulut harimau tersebut terbuka saja dan mulutnya tidak bisa menutup Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja mendekati harimau tersebut dan disekamkan payan duakha kemulut harimau yang sedang terbuka dua hari kemudian harimau itu pergi dan tidak pernah kembali lagi sampai saat ini, setelah diteliti harimau itu harimau perempuan yang masih gadis sejak saat itu payan ini tidak lagi disebut payan duakha disebut payan simuli sampai saat sekarang ini.[53]
- Perhiasan Tata Rias Wanita
- Siger Tujuh
- Sanggul Belattung tebak (di belakang)
- Subang giwir
- Kalung Sabik Dinar
- Layang Konci/Sarang konci
- Kalung Papan Jajar
- Kakalan Bangkong tiga susun
- Kalung Gajah Minong
- Pending Bebuduk (di dalam)
- Gelang Peruncung
- Gelang Katai
- Kebaya Panjang Bunga/Bintang Tabur Warna Merah
- Selempang Jung sarat
- Tapis Jung sarat/cucuk handak/cucuk rebung
- Ikat Pinggang kebesaran Kepaksian
- Pemanohan[54][55]
- Perhiasan Tata Rias Laki-Laki
- Tukus Belalai Berekor
- Layang Kunci
- Kalung Papan Jajar
- Kalung Sabik Gajah minong
- Jas Tutup Bunga/ Bintang Tabur Warna Merah
- Gelang Geruncung
- Pending Bebuduk
- Pemanohan
- Selempang Jung sarat
- Kain Selempang kanan
- Celana Hitam
- Ikat pinggang kebesaran Kepaksian
- Stop Bertutup warna merah[55]
- Mahkota Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala BRAK/BKHAK
Mahkota Kerajaan Sekala Brak Tukkus dengan “belalai dan tidak berekor”. Tukkus ini mutlak hanya dipakai oleh Sultan/SaiBatin Raja Adat Dikepaksian.[56]
- Alat Pegang Pakai
Arsip Dokumen Penting tidak dipublikasikan, akan tetapi Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak Bersedia di Verifikasi jika dibutuhkan. Dokumen Alat Pegang Pakai, Oleh Sultan/Saibatin Raja Adat di Kepaksian Sekala Brak.[57]
- Arsip/Dokumen
Arsip Dokumen Penting tidak dipublikasikan.[58]
- Situs Megalitik Sekala Brak
- Situs Batu Brak[59][60]
- Batu Kayangan/Kenyangan (Batu Tegak)[60]
- Batu Ngumbai Kayangan
- Kayu Kepappang[60]
- Batu Simbol Umpu Semula Jadi Gelar Sultan Ratu Semula Jadi
- Situs Batu Raja Maqom Tambak Bata[60]
- Batu Bertulis Hujung Langit[60]
- Batu Kawik Buttokh
- Tugu Puncak Pesagi
- Batu Nisan Maqom Tua
- Batu Simbol Umpu Jadi[61]
- Tanduan
Tanduan merupakan salah satu perlengkapan adat yang menjadi bagian dari tradisi peninggalan nenek moyang suku bangsa Lampung, khususnya di Sekala Brak sebagai tempat bermulanya adat saibatin di Provinsi Lampung. Tanduan merupakan sebuah alat perlengkapan adat yang dihadirkan untuk seorang pimpinan adat saibatin atau sultan yang akan melakukan prosesi perjalanan adat seperti arak arakan atau disebut “ lapahan saibatin”, hingga saat ini perlengkapan adat tersebut masih hal yang terkhusus, sebab tidak sembarang orang bisa memakainya.[62]
- Aban/Awan Gemisikh
Aban Gemisikh/Awan Gemisikh Aban Gemisir merupakan salah satu perlengkapan adat yang menjadi bagian dari tradisi peninggalan suku bangsa Lampung, khususnya di Sekala Brak sebagai tempat bermulanya adat saibatin di Provinsi Lampung. Aban Gemisir atau ada pula yang menyebutnya Awan Gemiser merupakan sebuah alat perlengkapan adat yang dihadirkan untuk seorang pimpinan adat atau saibatin yang akan melakukan prosesi perjalanan adat seperti arak arakan atau disebut “ lapahan saibatin”, hingga saat ini perlengkapan adat tersebut masih hal yang terkhusus, sebab tidak sembarang orang bisa memakainya. Untuk membuatnya dirangkailah kayu dengan bentuk kubus, dibuat pegangan pada setiap sudutnya dan kemudian dihias dengan kain kain pedandanan khas adat saibatin Sekala Brak, untuk ukuran ruang kubus biasanya seukuran yang bisa dimasuki empat orang dewasa, sedangkan kain penghias yang digunakan untuk Aban Gemisir diantaranya adalah kain selindang miwang atau selindang balak kain sulam benang emas ambumbak dan lelangsi, jiwang ratu, dan dibagian atasnya ditutupi dengan kain disebut leluhokh yang berfungsi sebagai penghias dan juga untuk menaungi orang yang berada didalam dari sinar matahari langsung. Adapun kedudukan perlengkapan adat ini adalah sebagai tanda kebesaran seorang saibatin, menunjukkan eksistensi seorang saibatin ditengah masyarakat adatnya, selain itu juga Aban Gemisir ini sebagai wujud kecintaan dan penghormatan masyarakat kepada pimpinan adatnya.[63]
- Lalamak titikuya
Lalamak titi kuya, Jambat Agung Lalamak, berupa tikar anyaman daun pandan yang dialas kain panjang dengan dijahitkan. Sedangkan Titi Kuya adalah talam terbuat dari kuningan. Talam ini diletakkan di atas lalamak. Setiap lembar lalamak ditempatkan dua titi kuya. Jambat Agung adalah selendang tuha atau angguk khusus segi empat yang diletakkan di atas titi kuya. Ketiga peralatan upacara adat ini berfungsi sebagai satu kesatuan dalam menyediakan titian atau alas menapak Sai Batin pada saat berjalan memasuki tempat perhelatan setelah selesai upacara arak- arakan. Ketiga alat menjadi satu paket rangkaian, dan biasanya disiapkan lebih dari satu paket sambung sinambung. Tiap alat dipegang sambung menyambung oleh perempuan-perempuan berpasangan, berjajar dan duduk bersimpuh di permukaan tanah. Lalamak-Titi Kuya-Jambat Agung satu rangkaian padu alas langkah Sai Batin. Setelah Sai Batin menapakkan langkah kakinya di atas lapisan tiga alat tersebut, maka perempuan pemegangnya harus membawa alatnya menyambung ke arah depan Sai Batin melangkah. Jangan sampai telapak kaki Sai Batin langsung menginjak tanah sampai dengan tempat duduknya. Lalamak, Titi Kuya, dan Jambat Agung adalah gambaran kesetiaan, pengabdian sekaligus kasih sayang masyarakat adat Sekala Brak terhadap SaiBatinnya. hingga saat ini perlengkapan adat tersebut masih hal yang terkhusus, sebab tidak sembarang orang bisa memakainya. Dalam pedoman pemakaian Lalamak yang ditulis H. Ibnu Hadjar gelar Raja Sempurna disebutkan, Lalamak diletakkan berbaris 12-24 lembar di jalan dengan kain panjangnya di atas. Di atas Lalamak diletakkan Titi Kuya masing-masing dua buah. Di atas Titi Kuya dibentangkan Jambat Agung berupa Selendang Tuha. Namun, apabila Jambat Agung kain angguk segi empat seukuran Titi Kuya maka tiap-tiap Titi Kuya diletakkan satu lembar dan tidak lagi dibentangkan selendang tuha (yang panjang). Rangkaian Lalamak ini dipasang bila Sai Batin mulai berjalan dalam arak- arakan dengan tanda momentum pada saat Sai Batin memasuki Awan Geminsir, Lalamak dipasang. Atau sewaktu Sai Batin keluar dari Awan Geminsir, Lalamak dibentangkan. Perempuan pembawa Lalamak, Titi Kuya dan, Jambat Agung ditugaskan kepada nabbai ni sekedau tayuhan dipilih yang masih muda, lincah, sopan, dan penuh disiplin. Mereka harus bukan perempuan sembarangan. Pada saat kaki Sai Batin menginjak, para pemegang wajib tetap memegang alat tersebut, dilarang ditarik sebelum kaki Sai Batin lewat. Karena salah satu tanda kebesaran dan keagungan Sai Batin terletak pada saat kakinya menginjak lalamak. Setelah kaki Sai Batin lewat (ngejapang) baru diangkat dan dibawa berpindah ke posisi berikutnya.[64] Penattap Imbukh Tongkat Sangga Baya Tongkat Sangga Baya dikenal sebagai Penattap Imbukh. Di Sekala Brak tidak dikenal Penattap Imbukh Jukkuan. Tongkat Sangga Baya ini berfungsi sebagai penujuk arah perjalanan. Tongkat ini salah satu tanda kebesaran Sai Batin dan hanya dipakai dalam prosesi arak-arakan Paksi. Hanya Sai Batin yang boleh menggunakan Penattap Imbukh karena alat kebesaran ini mempunyai sejarah panjang yang sangat khusus. Alat dan Peralatan di Rumah Upacara Nayuh Kehadiran Sai Batin dalam Tayuhan Jukkuan Paksi pada saat Upacara Penattahan Adok merupakan kehormatan dan penghargaan bagi Jukkuan. Apabila Sai Batin hadir, selain alat-alat prosesi adat juga disiapkan alat dan perlengkapan di rumah atau lokasi Upacara Tayuhan. Alat-alat yang disiapkan di rumah itu antara lain:
- Laluhukh Bejutai;
- Kelambu sekurang-kurangnya 5 lapis sampai tak terbatas;
- Kasur sekurang-kurangnya 5 taka (lapis) sampai takterbatas;
- Battal Agung atau bantal besar sebanyak 10-12 buah;
- Lalangsi minimal 5 buah;
- Lappit Pesikhihan sebanyak 2 lembar.
Caccanan Caccanan atau alat pegang-pakai. Caccanan ni Jukkuan Paksi, alat pegang- pakai yang dianugerahkan oleh Sai Batin kepada Jukkuan Paksi. Setiap Jukkuan Paksi mendapat kehormatan untuk naccan (memegang – memakai) alat kebesaran Sai Batin. Penyerahan alat kebesaran Sai Batin tersebut bukan atas dasar senang tidak senang; atau besar kecilnya Jukkuan. Caccanan tersebut ditugaskan kepada Jukkuan untuk dipegangpakai pada saat upacara adat, didasarkan pada pertimbangan:
- Aspek historis Jukkuan;
- Jasa Jukkuan terhadap Sekala Brak dan Sai Batin terdahulu;
- Alat-alat tertentu, seperti Tanduan, dipegang oleh Jukkuan yang masih mempunyai kedekatan hubungan darah dengan SaiBatin.
Ibnu Hadjar gelar Khaja Sempurna menggarisbawahi pentingnya penelitian lanjut perihal Caccanan Ni Jukkuan Paksi agar diperoleh gambaran yang jelas tentang distribusi caccanan ini kepada yang berhak. Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H. sendiri menengarai, alat-alat kebesaran Sai Batin dipegang atau dipakai oleh orang-orang yang secara turun temurun bertugas memegang atau memakai alat tersebut. “Bagi mereka ini kebanggaan dan kehormatan, bahkan merupakan bagian dari identitas diri mereka. Tugas ini mereka emban dan pertahankan sebaik- baiknya. Mereka pantang menyerah menjalankan tugasnya. Mereka mempertaruhkan kehormatannya untuk setia mengemban tugas tersebut. Adapun ketentuannya adalah alat dan peralatan yang nantinya terlibat dalam arak-arak prosesi adat (Sai Batin Lapah) menurut SK 1991 tersebut adalah:
- Pedang Pangeran Ringgau, yang menunjukkan kebesaran dan kemahsyuran Pangeran Ringgau pada zamannya.
- Penattap Imbukh, dengan cicca-nya (motto) yang terkenal: Kumaw Nginum Khan Demi Sai Batin. Sejak dulu Jukkuan Kagungan Batin Pekon Awi selalu setia kepada Sai Batin dan rela menyabung nyawa untuk Sai Batin.
- Sepasang Pedang Naga
- Empat pedang tercabut sebagai pengawal terdekat Sai Batin saat prosesiadat.
- Empat tombak tercabut sebagai pengawal Sai Batin saat prosesi.
- Tombak pendek sebanyak 8 bilah.
- Tombak panjang sebanyak 8 buah
- Pedang dan tombak Sandang Mardeheka
- Pedang tidak tercabut sebanyak 4 bilah.
- Tombak tidak tercabut sebanyak 8 bilah
- Pepanji sebanyak 24 kiri 24 kanan ditambah dengan Pepanji lama sebanyak 48 lembar.
- Sepasang trisula 24 bilah.
- Gamolan (gamelan) dan Hadrah (tim rebana)
- Kekhis Penggawa 8 bilah
- Pedang Penggawa 8 bilah
- Awan Geminsir
- Payung Agung 2 buah
- Payung Songsong Kuning (diiring tongkat dan pedang Pangeran Ringgau)
- Payung Khenoh 2 buah
- Lampit Pesikhihan 4 lembar
- Lelamak 24 lembar dengan Titi Kuya dan Jambat Agung
- Tim Tari Pedang Semang Begayut
- Dielu-elukan oleh Terakot-Kekati sebanyak
- Penari (Terakot: 24 perempuan penari kipas; 12 gadis penari pedang; 12 pemuda penari pedang; dan Keketi: 24 gadis penari tanpa kipas[65]).[66]
- Hadiah persembahan
- Kawik Buttokh terdapat besi berbentuk Kroon
- Bendera Kebesaran Kerajaan AL-LIWA/PANJI SYAHADATAIN artinya bahwa Kerajaan Kepaksian Sekala Brak berlandaskan nilai-nilai agama Islam, di dapat oleh Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja pada saat berkunjung ke Konstantinopel instanbul pada tahun 1899 dia diberi pepanji ini, dan du’a (2) Pedang Istambul. Pepanji ini tidak boleh ditiru/dicontoh oleh Paksi-Paksi Lain Karna ini milik Kerajaan Adat Kepaksian pernong Sekala Brak dan ini adalah khas Kerajaan Adat Paksi Pak Kepaksia Pernong Sekala Brak dan tidak ada di paksi-paksi lain.
- LAMBANG KEBESARAN Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak/Brak.
- 2 (dua) Pedang Istanbul
- Piagam Penghargaan[67][68]
- Payung Agung
Payung (Payung Agung) adalah Payung Agung Songsong Kuning, salah satu tanda keagungan dan kebesaran Sai Batin sebagai pengayom masyarakat yang dipimpinnya. Sampai dengan masa Sai Batin Pangeran Suhaimi, payung agung songsong kuning hanya dikenakan Sultan/SaiBatin Raja Adat di Kepaksian. Payung Agung songsong kuning SaiBatin berwarna Kuning atau kuning emas, bukan warna hijau. Payung Agung selalu dikembangkan menyertai langkah SaiBatin. Apabila SaiBatin berkunjung ke Jukkuan maka payung agung dikembangkan guna memayungi pada saat proses arak-arakan, pengawalan Saibatin. Apabila SaiBatin masuk ke dalam rumah/ruang perhelatan Jukkuan yang sedang nayuh maka payung agung tetap dikembangkan di belakang tempat duduk SaiBatin. Apabila SaiBatin tidak bisa hadir sendiri dan mengirim utusan, maka yang ditegakkan di depan rumah tetapi tidak dikembangkan (dibiarkan kuncup) adalah Payung Agung Songsong Kuning, tanda bahwa utusan Sai Batin yang hadir di dalam rumah empunya hajat. Begitupun saat prosesi arak-arakan, payung Agung songsong kuning tetap ditampilkan mengiring disamping wakil Sai Batin tetapi tidak dikembangkan. Utusan yang mewakili Sai Batin tetap dipayungi dengan payung lain warna hijau. Sementara songsong kuning Sai Batin tetap ikut diarak dalam keadaan tidak mengembang (kuncup). Namun sejak tahun 1950 mulai ada Kepala Jukku/Jukkuan yang membuat payung agung. Maksudnya, agar setiap kali Sai Batin memenuhi permohonan masyarakat hadir di Jukkuannya, payung agung songsong kuning sudah tersedia. Perkembangan berikutnya agak menyimpang, payung agung itu juga digunakan sebagai payung kebesaran Jukkuan. Paduka YM SPDB Brigjen. Pol. Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H.,M.H. Glr Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke – 23 tahun 2015 melihat kenyataan itu dan akhirnya dengan penuh kearifan, memutuskan setiap Jukkuan memperoleh anugerah perkenan pemakaian payung agung Sai Batin. Hanya payung agung Jukkuan harus berwarna hijau. Payung Jukkuan ini disebut Payung Kanggal. “Kalau itu mampu menimbulkan kebanggaan identitas diri kelompok mereka, simbol adat itu akan menjadi punya manfaat. Jukkuan bisa memiliki payung sendiri yang berbeda dengan payung agung Sai Batin.” Payung Kanggal Jukkuan berwarna hijau. Selain payung agung warna hijau, adalah warna payung agung Sai Batin. Dalam rangka memperkuat keputusannya ini, Paduka YM SPDB Brigjen. Pol. Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H.,M.H. Glr Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke -23 selaku Sai Batin pun telah menyerahkan sejumlah dana kepada Khaja Semuka Dalom Kutabesi untuk membuat tiga buah Payung Kanggal yang dapat digunakan oleh Jukkuan sebelum tiap-tiap Jukkuan mampu membuat Payung Kanggal sendiri. Jukkuan juga diperkenankan memiliki Payung Kanggal lebih dari satu. Bahkan boleh digunakan secara sekaligus dalam upacara nayuh – tayuhan. Hal ini untuk mengatasi apabila Mulli Jukuan Baya dipayungi dan Mulli Jukkuan Kuwakhi juga dipayungi. Kedua-duanya boleh dipayungi oleh anak buah masing-masing. Juga apabila ada Jukkuan hasil pemekaran. Arak-arakan dalam upacara nayuh pemekaran Jukkuan ini, Mulli Jukkuan Pakkal (asal) dan Mulli Jukuan yang nayuh (pemegang Jukkuan baru) sama-sama dipayungi. Hanya, hal tersebut dapat dilakukan apabila Sai Batin atau yang mewakili tidak digunakan sebagai payung kebesaran Jukkuan. Payung Agung SaiBatin dan Payung Kanggal ini memiliki bentuk yang khas dengan penutup kain bersulam manik-manik warna mencolok dan mengkilat. Tangkai payung panjang bersaput kain warna mencolok, atap berbentuk lingkaran dengan jeruji anyam ke arah as tiang penyangga. Tepian ujung lingkaran atap payung berhias rumbai aneka warna yang menjuntai dan bersinaran apabila tertimpa cahaya.[69]
- Lambang dan Makna
KIJANG MELIPIT TEBING‘‘lihai, yaitu tangkas berani dan pintar’’
Kijang: Nama sejenis satwa berkaki empat yang hidup di semak-belukar (hakhkhah). Bentuknya lebih besar dari kambing namun lebih kecil dari sapi. Cerdas, lincah, berani dan cekatan. Serta sangat peka terhadap lingkungannya . Bertanduk yang tidak terlalu besar. Tapak kakinya juga bertanduk, runcing dan kuat. Melipit: Melintas sambil berlari dengan lincah dan cekatan tetapi selalu waspada terhadap apapun yang ada disekitarnya. Dengan instingnya yang tajam dia dapat melintasi sesulit apapun arena yang dilaluinya dengan penuh percaya diri. Tebing: Satu struktur alam yang curam , tinggi dan terjal yang letaknya dibibir jurang. Tidak Semua mahluk hidup yang mampu.melintasinya. MAKNA FALSAFAH Setiap masyarakat adat Sekala Brak harus mampu menghadapi semua persoalan dan rintangan yang dihadapi dengan baik, bijaksana, trampil, penuh tanggung jawab dan royal. Dengan tetap menjaga nama baik (citra) Sekala Brak dan Saibatin nya. Agama islam merupakan sumber kebijakan dalam pengembangan keputusan. gaya dan karaktristik Terdapat beberapa gaya penampilan Kijang dalam Lambang Sekala Brak yang merupakan personifikasi Gaya Kepemimpinan Saibatin di Era Kesaibatinannya, antara lain:
GAYA PUNGAH. Posisi Kaki dalam keadaan berlari dengan kedua lutut depannya ditekuk. Muka menghadap KEKANAN dengan matanya yang terpancar tajam. FALSAFAHNYA Menunjukkan karaktristik Gaya Kepemimpinan Sai batin yang sedang bertahta: Gagah, Kharismatik, Lihai dan Berwibawa Taqwa kepada Allah SWT. Berani mengambil resiko, tidak mudah menyerah dalam mencapai cita-cita dan keinginannya selalu berbicara dengan lemah lembut lemah lembut, walaupun dalam keadaan marah, tapi sangat disegani oleh lawan maupun kawan. Rasa Sosialnya tinggi. Berpenampilan Rapi dengan Selera Tinggi. Selalu menjaga dan meningkatkan Citra Sekala Brak, Contoh Kepimpinan Gaya ini adalah: Saibati Puniakan Dalom Beliau Pangera H. Suhaimi Gelar Sultan Lelamuda Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi Di Era Kesaibatinan Beliau Citra Sekala Brak sangat menonjol.
GAYA DINAMIS Posisi Kaki dalam keadaan berlari sambil melompat dengan kedua kaki depan menghunjam tajam ketanah. Lutut depannya lurus. Muka menghadap depan dengan matanya yang terpancar penuh optimis FALSAFAHNYA: Menunjukkan karaktristik gaya Kepemimpinan Saibati yang sedang bertahta: Kharismatik, Berwibawa, Dinamis, Ulet, Konsekwen, berani mengambil resiko, Bijak, dan Berhati Mulia. Intelektualitas Tinggi dan Berprestasi menonjol. Selalu berusaha untuk menjadi “YANG NOMOR SATU”. Antisipatif dengan Daya Nalar yang tinggi. Sangat PEDULI terhadap kehidupan dan penghidupan warganya. Sangat terbuka tangannya (PEMURAH). Kondisi warganya merupakan Motivasi dan energy dalam melaksanakan Tugas dan Tanggung jawabnya. sebagai seorang Sai batin. Demokratis, namunteguh dalam koridor adat yang telah di ADATKAN Pengayom dan Rela Berkorban demi membela warganya. Taqwa Kepada Allah SWT. Sangat percaya diri dengan selalu memohon Ridho, Rahmat dan Petunjuk dari Allah SWT. Contoh Gaya Kepemimpinan ini adalah: Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H. Gelar SULTAN Sekala Brak YANG DIPERTUAN KE 23.
GAYA ULAMA Posisi kaki dalam keadaan berlari dengan kedua lutut depannya ditekuk Muka menghadap KEDEPAN sedangkan matanya memandang tajam. FALSAFAHNYA Menunjukkan karaktristik gaya Kepemimpinan Saibatin yang sedang menduduki tahta. Taqwa kepada Allah SWT. Gagah, Berani, Tenang, Berhati-hati, Wibawa dengan Kharismatik yang khas, segala langkahnya berpedoman kepada etika kebenaran. Berjiwa PATRIOTISME. Tidak mau pernah merendahkan diri demi suatu yang diinginkannya Sangat mudah DIKENAL (POPULER) suka MENJADI ORANG TERKENAL. Tingkat Perekonomiannya sedang sedang saja. Demikian juga jiwa sosialnya. Pintar dengan daya nalar yang tajam. Jujur, serius, dengan sangat menjaga Harga Diri dan Keturunan. Berani, tegas dan tidak suka pelintat pelintut. Mudah percaya kepada sesorang tetapi sangat suka memaafkan orang yang pernah MEMBOHONGINYA APALAGI YANG MENGKHIANATINYA. Contoh Gaya Kepemimpinan ini adalah: Pangeran Maulana Balyan Gelar Sultan Sempurna Jaya.
GAYA ARTISTIK Posisi badan nya sedikit meliuk dengan kedua kaki depannya sidikit terangkat. tertekuk. Telapak kaki (semalang) menghadap kebelakang. Muka menengok kekanan dengan dorot mata yang ceria. FALSAFAHNYA. Menunjukkan Karakteristik gaya kepemimpinan Sai batin yang sedang bertahan: Luwes, Ramah, Berperasaan Halus (PEKA) terhadap kondisi Lingkungannya. Intelektualitas tinggi dengan Daya Nalar yang Mengagumkan. Kecintaan terhadap Sekala Brak dan Warganya sangat kental Taqwa kepada Allah SWT.dg Moral yang tinggi. Tingkat Perekonomian Tinggi . Murah tangan. Romantis namun selalu menjaga Kaidah kaidah keagamaan. Contoh Kepemimpinan dengan gaya ini adalah: Yang Dipertuan Pangeran Bali Haji Habbiburahman Gelar Pangeran Sempurna Jaya Dalom Pemata Intan.[70][71]
- 5 (Lima) Caccanan Warisan Pendahulu
- Ngedok Halok Ganggu (Adab Kepantasan) "Di sunyin Luk-Liku ni guwaian, sai mbetik-mjahal na haga ti pakai jak di Bahasa, Tutukh, Cakha/Tikkah Laku".
- Ngedok khabai-khugui (Pilih teduh/Khakhaba) "mawat mubacakh sembakhana Kik lain Hak mawat ti pakai kjuju na kik ti guwai ko". "sifat sai mjadi Hak ni manusia bubida ngehaguk sifat & Hak ni Malaikat, iblis, binatang".
- Ngedok khasa Liyom (Teliti/Pestiti, Cermat) "Wat khasa salah mena dilom ngeguwai ko/ngelapahi hukhik sekhata Adat Pekhniti “. "(mekhabai kelikhu/khilaf)".
- Mawat Khakhiwa (ILMU PENGETAHUAN) "(Mubani/tegas,mucalak/mucakhedik, kwawa ngakuk keputusan)" (Mawat nyekhai kik mawat Kakhai) "Nihan na appai takhu di hanggan Pissan bahasa Pintar mkung genok sangu hukhik, Nihan na ya dapok sehanggan di khua kali (2x) nengan di bahasa Pintar-Pintar appai mubacakh nengah ngelaju ko hukhik".
- Mawat Bikhi'an/Kesetiaan (Prinsip/Harga Diri) (KEYAKINAN/IMAN) "Nge-Bidi hati Mawat Haga & Nge-Wat ko Bahan Mawat" Wat Lehot sai tersirat dilom ngejaga/makai Adat Saibatin Yaddo Ajaran Agama Islam Adab, Nafsu, Dusa, ilmu, Keyakinan (Halok Ganggu, Khabai-khugui, Khasa Liyom, mawat Khakhiwa, Mawat Bikhi'an/Setia) Kittu Wat di helok hentakha ni saibakhih khadu Luppak jak hinno dilom hukhik na mawat ngedok nilai Lain Jamma/Anak ni Adat SaiBatin (Hinno Pegungan Sekindua jak Tyan khuppok sai Puhena).[72]
Pemeritahan Monarki
Cicca Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak adalah “mucalak mucakhagil, Cerdik dan tangkas lazim dikatakan lihai, kijang melipi tebing” artinya lihai, tangkas dan berani.
Pernikahan Sultan Sekala Brak
Pada Juma’t 19 Mei 1989, Jum’at 14 Ramadhan-Syawwal 1409 Pernikahan Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H. Istana Gedung Dalom Kepaksian Pernong Sekala Brak Lampung.[73]
Penobatan Sultan Sekala Brak
Pada Sabtu 20 Mei 1989, Sabtu 15 Ramadhan – Syawwal 1409 Penobatan Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H. Sebagai Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23, tempat di Istana Gedung Dalom Kepaksian Pernong Sekala Brak. Prosesi penyerahan RAKIYAN NAGA BATU HANDAK, Tumbak PUSAKA dan lainsebagainya sebagai Simbol dari pada Keturunan Umpu Pernong dari garis lurus tidak terputus tertua dari garis Ratu, Pemegang Kekuasaan dari Pangeran Maulana Balyan Gelar Sultan Sempurna Jaya Kepada Paduka Yang Mulya Saibatin Puniakan Dalom Beliau Drs.H. Pangeran Edward Syah Pernong,S.H.,M.H. Gelar Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23. Penobatan dan Penyerahan Pusaka pewarisan terhadap kedudukan pemegang kekuasaan sebagai Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23 dari Pangeran Maulana Balyan Gelar Sultan Sempurna Jaya kepada Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H. Sebagai Simbol Penobatan pewarisan kedudukan pemegang kekuasaan tersebut adalah RAKIYAN NAGA BATU HANDAK, Tumbak PUSAKA dan lainsebagainya Catetan: Pada saat itu Akan/Ayah dari Paduka YM SPDB Brigjen. Pol. Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H.,M.H yaitu Pangeran Maulana Balyan Gelar Sultan Sempurna Jaya dalam keadaan sakit maka penyerahan Simbol Penobatan pewarisan kedudukan pemegang kekuasaan tersebut berupa KEKHIS RAKIYAN NAGA BATU HANDAK diwakilkan Pangeran Maulana Balyan Gelar Sultan Sempurna Jaya kepada Pemapah Dalom Istana Gedung Dalom Kepaksian Pernong Sekala Brak.[74]
Sistem Pemerintahan Adat
Struktur pemerintahan dari pada ini bisa piramid tertinggi adalah Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian ini memegang kekuasaan menentukan mutlak Bertitah, Berita dan Lain Sebagainya semua berpusat kepada Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian semua hak-hak kebesaran ada pada Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian semua yang dipakai Struktur dibawahnya atas perintah atas berkenan, titah dari Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian, dibawahnya Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian adalah pemapah dalom, pemapah dalom ini sepertinya wakil Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian, pemapah dalom ini ada 2 (dua) yang pertama terdiri dari mempunyai 2 (dua) kaki Perdana mentri dan perdana utama pemapah dalom ini mempunyai garis juga kepada kampung batin garis lurus ke kampung batin ini adalah dari Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian tapi garis koordinasinya kepada pemapah dalom kalau garis lurusnya dari Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian, didalam Istana Gedung Dalom ada pengapungan batin, pemapah dalom, para puakhi saudara Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian dengan Istilah Sagedung "Isi ni Gedung" isi Gedung (isi Istana) Puakhi ni Saibatin saudara nya Saibatin itu belum keluar dari Gedung (Istana Gedung Dalom) masih menyatu terhadap Istana Gedung Dalom Struktur dibawah keluarganya Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian adalah suku-suku balak yang tersebar di sepanjang pesisir Pugung Malaya, Ranau bahkan di wilayah tanggamus ini dinamakan suku-suku balak, ada juga pesumbaian dan Khaja-Khaja baca (raja-raja) Jukuan, dibawah raja Sumbai baru Batin dibawah batin namanya Kebbu di pimpin oleh seorang Radin di bawah radin bulambanan, lamban-lamban sebelum dia berkeluarga dia lamban biasa tapi setelah dia berkeluarga baru mempunyai kedudukan.[75][76]
Undang Undang dan Hukum Adat
Sultan merupakan pucuk pimpinan tertinggi didalam adat istiadat sekala brak dengan sebutan Dudungan Mulia atau Puniakan Dalom Beliau dari masyarakat kepada sang pimpinan adat. Segala titah Sai Batin atau Sultan adalah amanat yang musti dijalankan oleh siapapun yang menerima titahnya, seperti termaktub dalam pantun azimat yang berbunyi “ Khiah Khiah Kik Dawah, Kekunang Kak Debingi, Kak Saibatin Mekhittah, Tisansat Kipak Mati “ maknanya adalah sifat kesetiaan masyarakat adat terhadap amanah yang dititahkan oleh sultannya, sekalipun untuk menunaikannya harus mempertaruhkan nyawa. Dalam menjalankan pemerintahan adat, sai batin memiliki struktur adat yang tersusun rapi sebagaimana pranata adat yang diteruskan dari para sultan sebelumnya, Struktur pemerintahan adat di Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak sifatnya bertingkat dari atas hingga bawah, seluruh jabatan memiliki tanggun jawab dan pranata adat tersendiri. Terdapat 7 hierarki gelar dalam Kerajaan Paksi Pak Sekala Brak yang dapat menentukan kedudukan atau jabatan seseorang didalam adat, dimulai dari yang tertinggi yaitu Sultan, Raja Suku/ Jungku/ Jukku, Batin, Radin, Minak, Kimas dan Mas/ Inton. Di dalam Kerajaan Kepaksian Pernong Sekala Brak, seorang Sultan yang berkedudukan selaku Sultan/RaiBatin Raja Adat Dikepaksian memiliki Pemapah Dalom yang mengurusi bagian internal kerajaan, sedangkan tugas eksternal dipegang oleh Perdana Menteri. Kedudukan Pemapah Dalom biasanya dipercayakan kepada paman atau adik Sultan. Para Pemapah Dalom atau Pemapah Paksi bergelar Raja/Jukuan. Adapun Masyarakat adat di dalam pemerintahan Kepaksian Pernong terkelompok dalam tingkatan wilayah pehimpunan adat, sebagai berikut:
- Wilayah Adat Jukku dipimpin Kepala Jukku bergelar Raja, seorang raja jukuan memimpin sejumlah orang yang bergelar Batin.
- Wilayah Adat Sumbai dipimpin Kepala Sumbai bergelar Batin, seorang batin memimpin sejumlah orang yang bergelar Radin.
- Wilayah Adat Kebu dipimpin Kepala Kebu bergelar Radin. seorang radin memimpin sejumlah Ragah ( kepala keluarga ).
- Lamban (Rumah/ Keluarga) dipimpin Kepala Keluarga atau Ragah.
Dalam menyelesaikan masalah ditengah masyarakat, berlaku Permufakatan Sidang Adat atau yang disebut “HIMPUN”, diantaranya ada Himpun Keluarga, Himpun Bahmekonan ( dalam satu kampung ), Himpun Kampung Batin ( Tingkat Petinggi Lingkungan Istana ), Himpun Paksi / Marga ( Tingkat Tertinggi yang dihadiri oleh Sultan ). Tata petiti didalam melaksakan himpun sangat diatur, mulai dari busana yang biasanya menggunakan kopiah dikepala serta kain sarung belipat, sikap dan sopan santun, serta tutur kata tersusun. Kedua belah pihak yang sedang melakukan percakapan didalam sebuah himpun menggunakan kata-kata yang penuh penghormatan serta alur pembicaraan yang teratur, percakapan itu biasa disebut "betetangguh ". Hasil dari sebuah musyawarah adat nantinya menjadi aturan yang musti dijalankan setelah diputuskan dan ditetapkan oleh Saibatin.[77]
Tata Petiti Adok ( Gelar)
Adok yang menjadi bagian dari tradisi asli masyarakat Lampung adalah merupakan warisan yang terus disimbangkan ( disandangkan) kepada seorang dari generasi ke generasi. Gelar yang dimiliki seseorang menunjukkan peran dan tanggung jawabnya ditengah –tengah masyarakat, karena dengan menyandang suatu gelar maka sudah selayaknya seseorang membawa kehormatan dirinya, mewujudkan kebesaran gelarnya menjadi sebuah bentuk perilaku dan karya terbaik, serta menjaga nama baik keluarganya sebagaimana gelar yang diwariskan padanya itu telah memeberi kebesaran dimasa lalu. Terdapat tata aturan adok yang harus tetap dihormati dan dijalankan hingga kapanpun. Wujud tata petiti adok dipersonifikasikan menjadi “tungku” yaitu tiga buah batu perapian, dimana letak dan posisi ketiga batu itu harus saling berkesesuaian, tidak akan dapat digunakan jika salah satunya tiada. Kaidah adok itu berbunyi sebagai berikut, “Adok Nitutuk Tutokh, Tutokh Nutuk Di Jujjokh” artinya Gelar diikuti Panggilan, Panggilan ikut kepada Kedudukan/Nasab/Garis Keturunan. Ketiga hal tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya.[78]
Adok (Gelar)
Adok diartikan dengan Gelar, dianugerahkan kepada seseorang setelah menginjak jenjang pernikahan dan dilekatkan kepada seseorang melalui prosesi adat butettah didalam rangkaian upacara adat atau Tayuhan. Diwilayah tanoh unggak sekala brak, adok memiliki hierarki atau tingkatan sebagai berikut:
- Sultan ( untuk Saibatin Raja Adat di Kepaksian )
- Khaja dibaca (raja) / Dipati.
- Batin.
- Radin.
- Minak.
- Kimas.
- Mas / inton.
Setiap jenjang adok memiliki “ rukun pedandan” atau ketentuan adat tersendiri yang dilarang dipakai oleh adok lain, melekat bagi dirinya tatanan adat mengenai “alat di lamban, alat dibadan , dan alat dilapahan”. Oleh karena kekhususan tatanan tersebut, dengan melihat tatanan yang dikenakan seseorang, maka dengan mudah dapat diketahui kedudukan dan adoknya.[79][80]
Tutokh / Tutukh (Panggilan)
Masyarakat adat Lampung dalam berkomunikasi sangatlah mengedepankan etika sopan santun sesuai tata petiti adat yang ada, diantaranya dalam hal panggilan atau tutokh yang harus disesuaikan dengan adok seseorang.
- Tutokh “ Pun “ ( pria ) dan “ Kaka Ratu “ ( wanita ) adalah panggilan kepada kakak tertua bagi keluarga Sai Batin atau yang beradok Sultan / pangeran / Dalom. Dan untuk tutokh kepada orang tuanya adalah Pak Dalom dan Ina Dalom. Secara umum tutokh untuk seorang Sultan adalah Puniakan Dalom Beliau.
- Tutokh “ Atin” adalah untuk panggilan kepada kakak tertua bagi keluarga Dipati atau yang beradok Raja. Dan untuk tutokh kepada orang tua nya adalah Pak Batin dan Ina Batin.
- Tutokh “ Dang” ( pria ) dan “ Cik Wo “ ( wanita ) adalah panggilan untuk kakak tertua bagi keluarga Batin. Dan untuk tutokh kepada orang tua nya adalah Tuan Tengah dan Cik Tengah.
- Tutokh “ Udo Ngah “ ( pria ) dan “ Cik Ngah “ ( wanita ) adalah panggilan kakak tertua bagi keluarga dari seorang yang ber adok Radin. Dan untuk tutokh kepada orang tua nya adalah Pak Balak dan Ina Balak.
- Tutokh “Udo” dan “uwo” adalah panggilan kakak tertua bagi keluarga dari seorang yang beradok Minak . Dan untuk tutokh kepada orang tua nya adalah Pak Ngah dan Mak Ngah.
Tutokh “abang dan ngah” adalah panggilan untuk kakak bagi jenjang di bawah nya . Dan untuk tutokh kepada orang tua adalah Pak Lunik dan Ina Lunik, Pak Cik dan Mak Cik.[81][82]
Jujjokh (Keduduka)
Jujjokh dapat diartikan sebagai kedudukan. Ada beberapa macam ketentuan mengenai jujjokh yaitu Adok Sultan berkedudukan sebagai Saibatin Paksi, seorang beradok Raja memiliki kedudukan sebagai kepala jukkuan atau suku, seorang Batin memiliki kedudukan sebagai kepala sumbai, seorang Radin berkedudukan sebagai kepala kebu, adok Minak / Kimas / Mas berkedudukan sebagai Ragah atau kepala keluarga. Dalam tata petiti adat, sejatinya seluruh adok adalah mutlak anugerah dari Pimpinan Adat Tertinggi yaitu Sultan atau Sai Batin, meski demikian adok juga dianugerahkan mempertimbangkan atas jasa seseorang kepada adat. Sai Batin mengambil keputusan bukan tanpa dasar dan menutup diri atas aspirasi dari bawah. Untuk seseorang yang akan diberi adok Para. Raja / Depati berkewajiban menyusun angkat tindih ( tingkatan ) status anak buah seoseorang tersebut, untuk kemudian dilaksanakan musyawarah atau disebut Himpun/Hippun. Para kepala Jukku berkewajiban menyusun akkat tindih (tingkatan) status anak buah yang akan diberi gelar. Akkat tindih itu kemudian dimusyawarahkan dengan raja-raja Kappung Batin. Pengusulan pakkal ni adok ini harus menimbang gelar dari ayahnya (lulus kawai); cakak adok (naik tingkatan gelar) dan adanya pemekaran Jukkuan. Hasil musyawarah diserahkan kepada Sai Batin melalui Pemapah Dalom/Pemapah Paksi untuk dimintakan persetujuan. Apa pun keputusan Sai Batin itulah yang harus diterima. Jika seorang menyandang adok yang tidak sesuai tata adatnya maka masyarakat mengistilahkan dengan “ Busuk Huwak ” atau memakai baju yang ukurannya kebesaran sehingga terlihat janggal dan tidak pantas maka menimbulkan “ Upok Bujuk “ atau cemo’ohan masyarakat atas perilaku tersebut. Masyarakat adat Lampung yang memegang teguh tata petiti adat saibatin “ Pandai Dihejonganni Dikhi” yang berarti faham letak dan peran dirinya dalam masyarakat adat untuk senantiasa berbuat yang terbaik sesuai kapasitas diri. Negeri baru bentukan dari Si Bulan (Buay Bulan) atau Putri Indarwati yang berasal dari Sekala Brak mendirikan negeri yang baru diluar Bumi Sekala Brak yaitu di daerah Tulang Bawang.[83]
Upacara dalam Kesatuan Proses Kehidupan
Upacara adat dalam masyarakat Sai Batin Kepaksian Pernong, tidak terpisahkan dengan proses kehidupan sehari-hari. Artinya, upacara selalu terkait dengan tahapan-tahapan kehidupan. Tidak dijumpai upacara yang berkait dengan hari-hari peringatan tertentu, hari-hari besar tertentu. Upacara adat terkait kehamilan, kelahiran, khitan, pernikahan, dan kematian. Upacara pemberian gelar pun kebanyakan dikaitkan dengan perhelatan suatu keluarga dalam koordinasi para Kepala Jukkuan. Apabila Sultan dan Ratu datang langsung atau mengirim utusan, maka akan ada upacara penyambutan melalui tradisi penghormatan tertentu. Semua upacara itu telah memiliki baku tatacara yang lengkap.
Penattahan Adok dan Nayuh
Salah satu upacara yang cukup penting dalam masyarakat adat Kepaksian Pernong adalah Upacara Pemberian Gelar atau Penattahan Adok. Proses Penattahan Adok dilaksanakan bersamaan dengan berlangsungnya sebuah pesta perkawinan (nayuh) yang diselenggarakan oleh salah satu Jukkuan dalam Sekala Brak. Prosesi puncak berada di tengah acara resmi nayuh dan disaksikan oleh para Raja Kepala Jukku dari Jukkuan Kappung Batin maupun Jukkuan lain dalam Sekala Brak. Kehadiran Sai Batin dalam Penattahan Adok ini sangat diharapkan, baik oleh yang sedang punya hajat nayuh maupun masyarakat adat Sekala Brak. Kehadiran Sai Batin di tengah mereka dianggap sebagai anugerah. Urutan acara pada Upacara Penattahan Adok, Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H.. menyebut secara garis besar:
- Pembacaan Surat Keputusan Sai Batin yang berisi ketetapan gelar dibacakan oleh Pemapah Dalom atau salah seorang Raja Jukkuan Kappung Batin yang ditunjuk. Dilanjutkan pembacaan nama dan gelar yang akan dianugerahkan.
- Petugas Penattah membaca nama dan gelar yang diberikan disertai Penabuh Canang, yang bertugas memukul canang pada saat-saat tertentu dalam rangkaian pengumuman nama dan gelar.
Mereka ini terus didampingi Pembaca SK Sai Batin dan seorang Raja Jukkuan dari dusun yang sedang menyelenggarakan Tayuhan sebagai saksi. Petugas Penattahan Adok ini berpakaian adat lengkap: tukkus, jas tutup, serong gantung kanan, kain buppak, dan keris serta seperangkat canang. Tata urutan Penattahan Adok secara garis besar adalah sebagai berikut:
Petugas Penattahan Adok menghadap Sai Batin atau yang mewakili untuk minta izin dan perkenan guna mulai menjalankan tugasnya. Petugas duduk dengan posisi Hejong Sumbah, duduk di atas dua kaki yang dilipat di belakang sedangkan badan berada di atas kaki kiri, bukan di atas lantai. Setelah duduk, petugas terlebih dahulu meletakkan keris pusaka yang dibawanya, letak pangkal (tangkai) keris ke arah Sai Batin. Setelah meletakkan keris, petugas baru melakukan penghormatan kepada SaiBatin dengan mengangkat ke atas kepala kedua belah telapak tangan dirapatkan/ditangkupkan. Selesai menghaturkan sembah. petugas penattah menyampaikan maksudnya dan melaporkan tugasnya. Setelah mendapat jawaban dan perintah Sai Batin, petugas kembali memberi sembah. Petugas penattah adok segera menuju tempat upacara. Canang dipukul. Petugas penattah mulai berbicara di depan hadirin. Ia menyampaikan salam kepada Sai Batin dan hadirin dengan bahasa yang khusus. (Butattah). Materi yang harus disampaikan dalam butattah :
- salam dan tangguhan atau alasan keberadaannya selaku petugas petattah;
- kilas balik sejarah kebesaran Sekala Brak Paksi Pak Sekala Brak dalam memimpin warga dan kabuayannya;
- memperkenalkan Jukkuan yang mengadakan hajatan dan figur para calon penerima gelar;
- pelaksanaan pemberian gelar disertai harapan agar adok yang diberikan selalu dipakai dalam penyebutan hari-hari berikutnya;
- salam dan pamit kepada Sai Batin dan hadirin. Selesai langsung kembali menghadap Sai Batin, menghatur sembah, melapor bahwa telah selesai menjalankan tugas, dan setelah mendapat perkenan Sai Batin petugas kembali ke tempat semula. Proses Pentattahan Adok berakhir. Dilanjutkan acara lain- lain.[84]
Acara Urutan Prosesi
Adat tradisi proses penyambutan Sai Batin dalam Tayuhan Jukkuan telah turun temurun dilakukan. Telah pula terjadi perubahan dari waktu ke waktu. Terakhir, Sai Batin telah menetapkan urutan prosesi secara lengkap sebagai berikut: Seperti halnya Penyambutan Sai Batin pada Tayuhan Jukkuan Gemutukh Agung Kageringan, pada tanggal 7 Oktober 2003. Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke -23 memerintahkan pada Jumat, 3 Oktober 2003 bahwa urutan upacara tersebut ditentukan urutan-urutannya. Raja Sempurna dan Raja Mega menerima perintah dimaksud. Dalam catatan Raja Sempurna, prosesi arak- arakan meliputi Sai Batin menunjuk Raja Alamsyah II Suka Rajin Kageringan sebagai Pepatih Arak-arakan.[85]
Acara Urutan Arak-arakan
Sebelum Sai Batin tiba di lokasi, seluruh yang terlibat harus sudah siap di Lokasi Saat Sai Batin tiba di lokasi disambut oleh:
- Pepatih Arak-arakan
- Payung Songsong Kuning dipegang oleh Jukkuan Kekhatun
- Pembawa Pedang, 4 bilah.
- Pembawa Tombak, 4 bilah
- Jajakh Itton
Payung Songsong Kuning, Parajurit Pedang, Prajurit Tombak, Pepatih Arak-arakan dan Kabayan mengiring Sai Batin dari sejak turun dari mobil hingga masuk ke Awan Geminsir. Di kiri kanan Awan Geminsir telah berbaris Mulli Meranai Margaan mendampingi Mulli Batin seluruh Jukkuan Marga. Sai Batin memasuki Awan Geminsir Alat kebesaran Sai Batin semua berada di posisi masing-masing. Kabayan, Mulli Batin Jukkuan berikut Mulli Meranai lainnya serta Babbay berjalan mengikuti Awan Geminsir. Setelah dilaksanakan Tari Pedang Samang Begayut. Arak-arakan bergerak berjalan. Sai Batin berjalan dalam Awan Gemisir tanpa Lalamak. Sambil terus berjalan, prosesi menyajikan gerak tarian, bunyi-bunyian yang meliputi:
- Terakot – Kekakti;
- Pencak Silat;
- Gamelan ditabuh;
- Hadrah (rebana) dimainkan;
- Muli Meranai dan Babbay Pantun.
Di titik tempat yang ditetapkan, arak-arakan berhenti. Disajikan Tarian Pedang Semang Begayut, para pemikul mengangkat tinggi-tinggi Awan Gemisir dan Sai Batin keluar dari dalamnya. Langsung Sai Batin berjalan di atas Lalamak yang disediakan khusus baginya. Sai Batin berjalan di atas Lalamak sampai dengan Kelasa. Pada saat itu, Sai Batin diiring oleh:
- 4 prajurit berpedang;
- 4 prajurit bertombak;
- payung sengsong kuning;
- Jajakh Itton.
Perangkat Arak-arakan dikumpulkan di satu tempat. Bujang Gadis dan Babbai Buar menuju tempat yang disediakan. Pada saat Sai Batin keluar dari Awan Geminsir, melewati Lalamak, menuju Kalasa disambut oleh barisan Raja-raja Jukkuan Marga berpakaian adat kebesaran dan memberi salam adat. Salam adat, kedua telapak tangan diangkat bersama di atas kening. Sai Batin membalas dengan meletakkan telapak tangan kanan di dadanya. Jadi, tidak bersalaman. Di ujung barisan Raja-raja Jukkuan berdiri para Haji dari seluruh Marga berpakaian gamis. Sai Batin memasuki Kelasa. Tetap diiring Payung Songsong Kuning dan pengawalnya sampai di tempat duduk. Payung dan Pengawal berposisi di belakang Sai Batin duduk Setelah Sai Batin duduk di Kelasa, seluruh hadirin duduk. Acara siap dimulai. Diawali Tangguhan kepada Sai Batin oleh yang mewakili Jukkuan Gemuttukh Agung. Setelah selesai Tangguhan, acara resmi dimulai dipandu oleh Pembawa Acara. Seterusnya, acara penattahan berlangsung. Biasanya juga dapat ditambah dengan barisan kehormatan berjumlah 48 orang(24 laki-laki dan 24 perempuan) memakai pakaian teluk belanga, sarung gantung ala Melayu dilengkapi dengan selempang khusus, ikat kepala merah, ikat pinggang warna merah. Pria mengenakan topi model Topi Belulang dilengkapi perisai dari rotan. Pusaka-pusaka Istana dan Pusaka Pribadi Suatu ketika, Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H. memperlihatkan sebuah tongkat komando yang cukup panjang. Sekitar 60 cm. Terbuat dari kayu dan terlihat coklat tua mengkilap. Sebagaimana layaknya tongkat komando, memanjang lebih besar sedikit dari ibu jari tangan orang dewasa. Tampak seperti tongkat komando biasa. Tetapi ketika diperhatikan dengan seksama, di sepanjang permukaan tongkat komando terdapat goresan-goresan lembut yang berupa tulisan dalam huruf dan bahasa Lampung. Untuk membacanya, perlu dibersihkan dengan cara dilap menggunakan kain halus secara perlahan dan terus menerus. Setelah itu, ke atas permukaannya diusap-usapkan tepung beras putih. Setelah merata pada bagian yang terdapat lekukan garis huruf akan terisi tepung halus dan permukaan tanpa lekukan akan tetap coklat. Karenanya guratan dan goresan huruf itu bisa terbaca. Konon, berisi pesan-pesan penting dalam menjalankan amanah sebagai pemimpin. Tongkat ini peninggalan para Sai Batin terdahulu dan tersimpan dengan baik sampai saat ini. Disamping keris Istinjak Darah, seperti telah diceritakan pada bagian terdahulu, Kerajaan Kepaksian Pernong Sekala Brak juga memiliki begitu banyak keris, tombak, dan pedang. Dalam ingatan Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H. disamping sejumlah keris pusaka yang tersimpan rapih, kakeknya pernah memperlihatkan begitu banyak keris tanpa penutup, tanpa tangkai pegangan. Besi-besi keris itu teronggok begitu saja di kotak-kotak kayu. Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H. kemudian membersihkan dan memperbaiki, melengkapi keris-keris itu. Kini, sebagian dari keris itu sudah diberi sarung dan tangkai yang bagus. Beberapa di antaranya telah dianugerahkan kepada sejumlah Raja Jukkuan, para Penggawa dan orang- orang yang dipandang pantas. Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H. sendiri menerima warisan keris pusaka keluarga turun temurun. Semuanya memiliki keelokan dan keindahannya sebagai karya seni budaya bangsa yang sangat tinggi. Semua dipelihara dengan baik oleh Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H. Ada keris yang diberi nama Surya Penantang, keris yang berkali-kali dibawa Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H. ke berbagai kesempatan. “Kami bukan mencari-cari tuah keris. Kami hanya menyimpan dan memeliharanya sebagai simbol warisan nenek moyang. Harta budaya yang tak ternilai harganya,” katanya tentang keris-keris utamanya.[86][87]
Busana Adat
Pakaian adat kebesaran penutup kepala Sultan (Saibatin Raja Adat Dikepaksian) yang diperuntukkan mutlak dipakai oleh Saibatin hanya diperbolehkan di pakai untuk Sultan Saibatin Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak disebut Tukkus, tukkus ini adalah simbol kebesaran yang sakral karena tukkus dari pada saibatin ini adalah Mahkota Kerajaan, Mahkota Kerajaan Sekala Brak tersebut berbelalai dan tidak berekor, sedangkam yang beradok gelar khaja dan batin tukkus berbelalai dan berekor. Di way handak kalianda Lampung Selatan tukkus adalah ikat kepala yang pernah di pakai oleh Radin Intan II zaman dahulu kala[88]. Kikat Hanuang bani adalah penutup Ikat Kepala yang dikenakan oleh para Panglima, Bahatur, Punggawa, Perangkat adat didalam adat Lampung Saibatin. Kikat ini menyimbolkan ketangkasan, keberanian pantang mundur. Bentuknya mengibaratkan tanduk “Hanuang”(Kambing Hutan)[89]. Kain serong gantung, khusus untuk Sultan (Saibatin Raja Adat Dikepaksian) dikenakan disebelah kiri, sedangkan Khaja dan batin disebelah kanan. Dalam tatanan adat SAIBATIN Paksi Pak Sekala Brak yang berpusat di Kabupaten Lampung Barat penggunaan Tungkus dan kain diatur sebagai berikut :
- Tukkus berbelalai tanpa ekor hanya boleh dikenakan oleh Sultan (Saibatin Raja Adat Dikepaksian) dan Putra Mahkota, sedangkan Tukkus yang berbelalai dan berekor hanya boleh dipakai oleh khaja atau batin.
- Kain serong gantung disebelah kiri hanya boleh dipakai oleh Sultan (Saibatin Raja Adat Dikepaksian) dan Putra Mahkota, sedangkan kain serong gantung sebelah kanan hanya boleh dipakai oleh yang bergelar/ "adok" khaja dan Batin.
- Untuk yang bergelar Radin/khadin memakai sarung gantung yaitu kain yang dipakai sebatas lutut, pinggiran kain bagian bawah disebelah kanan agak sedikit naik dengan penutup kepalanya menggunakan kopiah tapis atau perahu.
- Bagi yang bergelar/"adok" Minak dan seterusnya mengenakan sarung "babakh atung" yaitu kain yang dipakai sebatas lutut, pinggiran kain bagian bawahnya rata dan dilengkapi dengan penutup kepala berupa kopiah tapis atau perahu.
Ikat pinggang, Sultan (Saibatin Raja Adat Dikepaksian) mengenakan "Bebadung Dalom" yaitu ikat pinggang berkepala besar berbentuk bulat telur dengan satu titik ditengah, sedangkan khaja dan batin mengenakan ikat pinggang biasa. Keunikan dari adat SAIBATIN adalah Baik Laki-laki maupun Perempuan sama-sama memegang "Pemanohan"/pusaka yaitu keris, hal ini menggambarkan bahwa walaupun adat SAIBATIN menganut garis Ayah (Patrilinear) namun sang Permaisuri dari Sultan (Saibatin Raja Adat Dikepaksian), Perempuan siap tampil memimpin apabila sang suami/Laki-laki berhalangan[90].
Raja-raja Kepaksian Pernong
No | Periode | Nama Sultan atau Gelar | Catatan dan peristiwa penting |
---|---|---|---|
1 | SM-M | Sultan Iskandar Zulkarnain Gelar Sultan Yang Dipertuan | Peninggalan darI Sultan Yang Dipertuan Tunggul (Tombak) Sultan Iskandar Zulkarnain. |
2 | M-M | Umpu Ratu Mamelar Paksi Gelar Sultan Ratu Mumelar Paksi | Peninggalan dari Sultan Ratu Mumelar Paksi adalah salah satunya, Tunggul (Tombak) Umpu Ratu Mamelar Paksi. |
3 | M-M | Umpu Ngegalang Paksi Gelar Sultan Ratu Ngegalang Paksi | Peninggalan dari Sultan Ratu Ngegalang Paksi adalah salah satunya, Tunggul (Tombak) Umpu Ngegalang Paksi. |
4 | 1265-1305 | Umpu Pernong Gelar Sultan Ratu Buay Pernong | Peninggalan dari Sultan Ratu Buay Pernong adalah “Rakian Istinjak Darah” , Tongkat Pembesar Negeri, Rakian Naga Batu Handak dan Pusaka-Pusaka Kerajaan |
5 | 1305-1345 | Umpu Semula Jadi Gelar Sultan Ratu Semula Jadi (Yang Dipertuan Ke-5) | Peninggalan dari Sultan Ratu Semula Jadi adalah Tombak Petakha Lima Pusaka-Pusaka Kerajaan |
6 | 1345-1385 | Umpu Ratu Semula Raja Gelar Sultan Ratu Semula Raja (Yang Dipertuan Ke-6) | Peninggalan dari Sultan Ratu Semula Raja adalah Tunggung Menang dan Pusaka-Pusaka Kerajaan |
7 | 1385-1425 | Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu.(Yang Dipertuan Ke-7) | Peninggalan dari Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu adalah Pemanohan Setegak Bumi dan Pusaka-Pusaka Kerajaan |
8 | 1425-1465 | Umpu Ratu Depati Nyalawati Gelar Sultan Ratu Nyalawati | Peninggalan dari Sultan Ratu Nyalawati adalah Rakian Surya Penantang dan Pedang Semilau dan Pusaka-Pusaka Kerajaan |
9 | 1465-1505 | Umpu Ratu Depati Raja Gelar Sultan Ratu Depati | Peninggalan dari Sultan Ratu Depati adalah Pusaka-Pusaka Kerajaan |
10 | 1505-1546 | Umpu Raja Dunia Gelar Sultan Umpu Diraja | Peninggalan dari Sultan Umpu Diraja adalah Pusaka-Pusaka Kerajaan |
11 | 1546-1585 | Umpu Ratu Batin Sesuhunan Gelar Sultan Ratu Sesuhunan | Peninggalan dari Sultan Ratu Sesuhunan adalah Pusaka-Pusaka Kerajaan |
12 | 1585-1625 | Umpu Batin Ratu Gelar Sultan Batin Ratu | Peninggalan dari Sultan Batin Ratu adalah Pusaka-Pusaka Kerajaan |
13 | 1625-1665 | Umpu Raja Dunia Muda Gelar Sultan Maha Raja Muda | Peninggalan dari Sultan Maha Raja Muda adalah Pusaka-Pusaka Kerajaan |
14 | 1665-1705 | Pangeran Dingadiraja Gelar Sultan Pangeran Umpu Diraja | Peninggalan dari Sultan Pangeran Umpu Diraja adalah Pusaka-Pusaka Kerajaan |
15 | 1705-1745 | Pangeran Purba Gelar Sultan Pangeran Purba Jaya (Yang Dipertuan Ke-15) | Masa perdagangan dengan Inggris. |
16 | 1745-1749 | Pangeran Alif Jaya Gelar Sultan Pangeran Alif Jaya | Terjadi suatu hubungan antara Sekala Brak dengan Inggeris, Portugis dan lain sebagainya dalam menjalin hubungan Perdagangan pada beberapa tahun kemudian terjadi pertukaran inggeris dan belanda, Singapure dan Bengkulu Belanda mendapatkan Bengkulu dan Inggeris meninggalkan Bengkulu untuk mendapatkan Singapura suatu hal yang pasti bahwasanya Inggeris tidak pernah menjajah ada beberapa perjanjian baik di Paksi Nyerupa, Bejalan diway, Belunguh dan Kerajaan Kepaksian Pernong Sekala Brak perjanjian kompeni Inggeris untuk tidak saling menyerang. Kemudian apabila musuh menyerang dari laut kompeni Inggeris yang menghadapi apabila musuh menyerang dari darat Kepaksian Sekala Brak yang menghadapi, pada saat penyerahan pertukaran antara Brngkulu dan Singapure Belanda ini mengklem menyatakan kepada Kepaksian Sekala Brak bahwasanya kami dalam perjanjian ini mendapat mandat dari Inggeris bahwa wilayah Kode 12, Kalianda, Kota Agung, Teluk Betung, Soekadana, Goenoeng Soegih, Tarabangi, Menggala, Kotaboemi dan termasuk Wilayah Bengkulu adalah jajahan Inggeris yang sudah dikuasai Inggeris karena Paksi Pak tidak bisa menerima terjadilah peperangan yang cukup lama didalam sejarah sehingga Kepaksian Sekala Brak dapat dikalahkan. |
17 | 1749-1789 | Pangeran Batin Sekhandak Permaisuri Pinang Gelar Sultan Ratu Simbangan Dalom | Sekala Brak Dibawah Kekuasaan Belanda, masa perang dengan Kolonial Belanda yang memeras rakyat serta menerapkan politik devide ed impera. |
18 | 1789-1829 | Yang Dipertuan Pangeran Ringgau Gelar Sultan Pangeran Batin Purbajaya Bindung Langit Alam Benggala | pada masa kepemimpinan Sultan Pangeran Batin Purbajaya Bindung Langit Alam Benggala beliau dapat menyelesaikan Komflik yang tenjadi di rejang lebong dan pesemah lebar, atas kesuksesan tersebut pemerintah belanda menganugerahkan SANDANG MERDEKA Kepada Kepaksian Sekala Brak dimerdekakan selama 14 tahun, mengurus pemerintahan sendiri, di bebaskan dari pajak bumi dang awe raja, Pemberontakan dengan serangan-serangan ke loji-loji Belanda kerap terjadi pada jaman ini, terutama ketegangan pada tahun 1789 pada saat pangeran ringgau tidak mau turun dari kuda,
Pada saat inilah rumpun bambu di pekon/desa Kerang dipagar dan diberlakukan ordonasi yang disebut ordonasi van kerang, karena selalu diambil oleh masyarakat sebagai senjata perang dan dijadikan symbol gaib dalam keberanian menghadapi Belanda pada saat itu. |
19 | 1829-1869 | Yang Dipertuan Bali Pangeran Hajji Habbiburahman Gelar Sultan Pangeran Sampurna Jaya Dalom Permata Intan | Akan/Ayah dari Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja tahun (1829) Selain Seorang Sultan Beliau, Seorang ulama besar penyebar Islam[91]). |
20 | 1869-1909 | Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja[92](yang dipertuan ke-20) | Seorang ulama besar penyebar Islam, belanda tidak pernah berani menegur beliau menggunakan Gelar Sultan walaupun sejak jaman Pangeran batinsekhandak gelar sultan sudah dilarang oleh pemerintahan belanda. *Catetan tentang Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja: Sebab mendapat gelar Harmain untuk sultan memegang kekuasan dan kepemimpinan Saibatin Marga Liwa dan Saibatin Kepaksian Sekala Brak. Dia merupakan cucu kandung Pendiri Marga liwa Pangeran Indrapati Cakra Negara yang mendapat mandat hak kesaibatinan. Selanjutnya sultan Harmain melepas kesaibatinan marga dan kedudukan sebagai kesaibatinan diturunkan kepada Putrinya Tjik Mas yang menikah dengan putra Pasirah Liwa bernama Muhammad Athorid. Kemudian karena memiliki seorang putri Ratu Siti Maisuri, maka kemudia dia menikah dengan Putra kedua Pangeran Haji Suhaimi, Adik Kandung Sultan Maulana Balyan yang bernama H abdul muis, dan ditetapkan sebagai Saibatin marga liwa, merupakan Kebesaran Indra Pari Cakra Negara, Sulta haji Merah Dani saat mulai digunakannya kembali menggunakan Gelar Sultan dalam Kepaksian Sekala Brak setelah dia diberi gelar Sultan oleh Khalifahan Utsmani sekembalinya dari Istambul sekitar tahun 1899. Saat itu pemerintah colonial tidak berani menegur, karena mengetahui itu pemberian dari sultan Turki Utsmani.(Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja tahun (1909) Akan/Ayah dari Pangera H. Suhaimi Gelar Sultan Lelamuda Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi). |
21 | 1909-1949 | Pangera H. Suhaimi Gelar Sultan Lelamuda Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi(yang dipertuan ke-21) | Tentang Pangera H. Suhaimi Gelar Sultan Lelamuda Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi:[93]
|
22 | 1949-1989 | Pangeran Maulana Balyan Gelar Sultan Sempurna Jaya[94](yang dipertuan ke-22) | *Catetan Tentang Pangeran Maulana Balyan Gelar Sultan Sempurna Jaya :
|
23 | 1989-s/d sekarang | Paduka Yang Mulya SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syah pernong,S.H. Gelar Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23[95][96][97] di Nobatkan Pada Tanggal 20 Mei 1989 dalam suatu Prosesi Adat Tayuh Bimbang Paksi Yang Pertama di Istana Gedung Dalom Kerajaan Kepaksian Pernong Sekala Brak. |
Putra Tunggal Puniakan Ratu Ir. Nurul Adiati Gelar Ratu Mas Itton Dalom Ratu Kepaksian Pernong Sekala Brak, Istri dari SaiBatin Puniakan Dalom Beliau (SPDB) Drs. Pangeran Edward Syah Pernong,S.H. Gelar Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23, Putra Mahkota Pangeran Alprinse Syah Pernong mendapat gelar dari Raja Di Kerajaan Polang Bangkeng Sulawesi Selatan,[98] Setelah Upacara Penyembelihan kerbau dan dimandikan di Bungung Barania oleh 17 orang Raja di Sulawesi Selatan, diberi Gelar I Terassa Maluku Lauw Bassi Karaeng Barania Ri Polong Bangkeng. Untuk Penobatan setiap Pangeran menjadi Sultan Kepaksian diadakan Upacara Adat/Pesta TAYUH BIMBANG PAKSI. Pada Tanggal 19 Mei 1989, digelar pernikahan dan penobatan Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syah pernong,S.H. Gelar Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23 keesokan harinya pada hari Sabtu tanggal 20 Mei 1989, Digelar Tayuh Bimbang Paksi Yang Pertama, yakni penobatan pangeran sebagai SaiBatin Raja Adat Kerajaan Adat Kepaksian Penong Sekala Brak, Pada tahun 1989, saat SaiBatin Puniakan Dalom Beliau (SPDB) Drs. Pangeran Edward Syah Pernong,S.H masih berpangkat Letnan Satuan Polisi, terjadi titik balik dalam proses kehidupannya, masa menyerap pelajaran harus sudah digantikan dengan masa pembuktian dari apa yang dipelajari, Dinamikan dan problematika kehidupan sudah harus dihadapi secara nyata.[99][100] |
Permaisuri Sultan Sekala Brak
Permaisuri Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke 23 adalah Puniakan Ratu Ir. Nurul Adiati Gelar Ratu Mas Itton Dalom Ratu Kepaksian Pernong Sekala Brak, putri dari Drs. H. Mochtar Hasan,S.H. putra dan putri Permaisuri dan Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke 23 :
- Putra Mahkota Kerajaan Sekala Brak Pangeran Alprinse Syah Pernong.[101][102][103]
- Dalom Putri Aregina Nareswari Firuzzaurahma Pernong,S.H.,M.H. Suami Gusti Dalom Sesuhunan AKBP. Doffie Fahlevi Sanjaya,SI.K,M.S.I[104]
Pahlawan Kemerdekaan
- Pangera H. Suhaimi Gelar Sultan Lelamuda Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi
- Pahlawan Akmal
- Pangeran Maulana Balyan Gelar Sultan Sempurna Jaya
- H. Amoeis
- H Kapten AU. Moh. Bunyamin
- Ling Tajuddin
- H. Kol CKU Tohir Ismail Balaw
- H. Moh Naguib
- Pahlawan Nasional yang berasal dari Istana Gedung Dalom :
- Sultan Pangeran Alif Jaya
- Pangeran Dalom Merah Dani
- Pangeran Batin Purba Jaya Bindung Langit Alam Benggala
- Pangeran Purba Gelar Sultan Pangeran Purba Jaya
- Pangeran Dingadiraja Gelar Sultan Pangeran Umpu Diraja
- Umpu Raja Dunia Muda Gelar Sultan Maha Raja Muda
- Umpu Batin Ratu Gelar Sultan Batin Ratu
- Umpu Ratu Batin Sesuhunan Gelar Sultan Ratu Sesuhunan
- Umpu Raja Dunia Gelar Umpu Raja
- Tokoh Lampung yang berasal dari Istana Gedung Dalom Kepaksian Pernong Sekala Brak :
- Paduka Yang Mulya SPDB Brigjend Pol. Drs. H. Pangeran Edward Syah pernong,S.H.(2016) Gelar Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23.[105][106][107][108][109]
- Kol.Kav Drs. Gustam effendi.
- H. dr. Chairul Muluk Muis.
- Irjend Pol. Drs. Ike Edwin.SH.MH.
- H. Irjend. Pol. Drs Tomsi Tohir Balaw, M.Si
- H. Kol. AD Kaveleri Topri Daeng Balaw.
Pepatih – pepatih istana gedung dalom
Putra dan Putri dari Pangeran Maulana Balyan Gelar Sultan Sempurna Jaya Permaisuri Puniakan Ratu Hj. Rochma Syuri Maulana Gelar Ratu Mas Ria Intan Ratu Batu Brak Kepaksian Pernong. Putra Pertama dari Pangera H. Suhaimi Gelar Sultan Lelamuda Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi.
- Dalom Putri Hj. Gurti Komarawati Suami H. Madhasnurin,S.E.
- Gusti Batin DR. Erlina Rufaidah,S.E., Ms.i. Suami Pur. Kol.Kav Drs. Gustam effendi
- Gusti Batin Evi Emiria Suzanna,BSc, SKM.
- Gusti Batin Dra. Dian Christini Suami Ir. Erlan
- Gusti Batin Ir. Linda Kencana
- Gusti Batin Yanny Munawarty,S.T.,MM Suami Dr. Widyatmoko Kurniawan
Putra Putri dari H. Amoeis Istri Hj. SITI MAISURI Putra Kedua dari Pangera H. Suhaimi Gelar Sultan Lelamuda Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi.
- H. dr. Chairul Muluk Muis Istri Hj. dr Endang Susanti, M.Kes
- AKBP.H.Drs. Syahrial Utama Muis M.si Istri Dra. Hj. Farida
- Hj. Irma.S.E.,M.M Suami Ir. H. Putut
- Kol CHK Zulkipli Muis,S.H.,M.H. Istri Letkol CHK Eka Novianti S.H.,M.H.
- Hj Indah Permata BA Suami H.Ir. Fahruddin
- AKBP Pol. Huari Muis,S.E. Istri Irna Nuriwati,S.E.,M.M.
- Cahyadi,S.H. Istri Siti Chamroh,S.H.
- Letkol CHK Hendra Gunawan Muis,S.H.,Msi. Istri AKBP. Pol Henny Wuryandari,S.H.
Putra Putri dari H Kapten AU. Moh. Bunyamin Istri Maslena Dewi Putra ketiga dari Pangera H. Suhaimi Gelar Sultan Lelamuda Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi.
- H. Drs. Beny Anas Bunyamin Istri Iryanti Husen BA (Pemapah Dalom)
- H. Beny Anis Bunyamin, SE.SH Istri Lilik Pristijowati,SE
- Letjend Pol. Drs. Ike Edwin.SH.MH Istri Hj dr. Aida Sofina
- Hendrik Bunyamin,SH Istri Hj Ida Kencana Wati,SE
- Hj Dra. Ummi Lela Yunita Suami M. Ukon Prawirakusumah.Spd
- Hj. Dra. Widya Suami Drs. Nero Kunang
- Hj Dra. Rachmi Fitria Sari Suami H. Drs. Sunandar Mursid Dani.
Putra Putri dari Hj. Putri Komala Sari Suami Ling Tajuddin,SH Putri pertama dari Pangera H. Suhaimi Gelar Sultan Lelamuda Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi.
- Ir Marga Jaya Diningrat Istri Yuniati (Perdana Utama)
- Drs Adi Surya Istri Neni Martini. BA
- Serikit Sekar Sari, SE Suami Catur Setia Nanto
- Lela Tresna SE Suami Johan Iskandar. Msi
- Agung Purnama. SE Istri Yeniza. SE
- AKBP Ulung Sempurna Jaya.Sik Istri Nurul Sita Laksmi.SE
- Tata Suharta Istri Diana Mustika
Putra Putri dari Ibrohim Istri Hj Paulina Putra keempat dari Pangera H. Suhaimi Gelar Sultan Lelamuda Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi.
- Joni Kardono Istri Hj Yuni
- Leni Juwita Suami H. Letkol. CZI Syarif Hidayat
- Edi Irianto Istri Rini
- Rudi Pernong S.H. –
- Eva Maya Sari Suami Aris Yanto
- Unggul Jaya Purnama –
- Yulius Sanjaya –
- Nuraini,S.pd –
Putra Putri dari Hj. Mariyam Junariah.SM. Perawat Suami H. Kol CKU Tohir Ismail Balaw Putri kedua dari Pangera H. Suhaimi Gelar Sultan Lelamuda Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi.
- H. Irjen. Pol. Drs Tomsi Tohir Balaw, M.Si Istri H. Niken M.Knot
- H. Andi Wawan. S.E.,Msi Istri Emma Saturday,S.E.
- Hj. Dr.Emilia Tohir Balaw, SPPk,Mkes Suami dr. Yusuf Ahmad Spd, Mkes.
- Kol. AD Kaveleri Topri Daeng Balaw,S.E.,S.Sos, Istri ViedaAmilia h,S.H.
Putra Putri dari Syamsiar Sifarolla,BA Suami H. Drs Moh Naguib Putri ketiga dari Pangera H. Suhaimi Gelar Sultan Lelamuda Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi.
- H.Moh. Boy. Hasmi,S.E. -
- Marina Ariesti,S.Sos Suami Anggie Pratama,S.E.
Cucu dari Pangeran Maulana Balyan Gelar Sultan Sempurna Jaya Permaisuri Puniakan Ratu Hj. Rochma Syuri Maulana Gelar Ratu Mas Ria Intan Ratu Batu Brak Kepaksian Pernong.
- Putra Mahkota Pangeran Alprinse Syah Pernong
- Aregina Nareswari Fruzzaurahma Pernong,S.H.,M.H.
- Ferdiyanti
- Reizky Yuslana
- Andriansyah
- Brillyant Asnursyah Ningrat Putra
- Erlita Ledyana
- Chantika Maharani Marla Putri
- Widyan Putra Anantawikrama[110]
Perangkat Adat
- Pengapungan Batin (Kampung Batin)
- Khaja Paksi
- Khaja Akkat Zaman
- Khaja Pendaksa
- Khaja Itton
- Khaja Batin
- Khaja Juhan
- Khaja Diawan
- Khaja Sampurna[111]
- Para bangsawan pembesar adat, saudara angkat sultan/saibatin raja adat dikepaksian yang telah diangkat menjadi pembesar bangsawan tinggi kerajaan adat kepaksian pernong sekala brak
- Dr. H. Iskandar Zulkarnain,M.H. Gelar Radin Kiemas Panji Utama (RKPU)
- Komjend Pol. Purwadi Arianto, M.Si[113]
- Komjend. Pol. Drs. Heru Winarko,S.H., 2015-2018
- DR.(H.C.) H. Zulkifli Hasan,SE.MM.[114][115][116]
- Puakhi Pungsu Marga Tionghoa jadi Saudara Kepaksian Sekala Brak.[117][118]
- Hi.Samsul Hadi M.Pd.I.[119][120]
- 7 (tujuh) Penyimbang Adat Pepadun[121]
- Pemapah dalom sultan kerajaan adat kepaksian pernong Sekala Brak.
- Perdana utama kerajaan adat kepaksian pernong sekala brak.
Catetan : Untuk Pemapah Dalom, Mengkoordinasikan kepada Khaja-Khaja Pengapungan Batin, Khaja-Khaja Suku Wilayah yang ada di Kerajaan Kepaksian Pernong Sekala Brak dan di luar Kerajaan Kepaksian Pernong Sekala Brak di Provinsi Lampung, Saibatin Marga Kerabat yang telah mendirikan negeri-negeri baru di wilayah pesisir yang mempunyai hubungan kekerabatan dan kebesaran dengan Kerajaan Kepaksian Pernong Sekala Brak dan kebesaran-kebesaran Kerajaan Sultan Pendahulu.[122][123]
- Kepala suku khaja jukuan paksi Kepaksian Pernong Sekala Brak Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung
Pekon pekon balak
- Khaja Pendaksa lamban pekuon
- Khaja singgalang lamban lamban lunik
- Khaja wirokusuma Lamban banjakh
- Kaja perdana 2 Lamban bandakh
- Khaja iton 2 lamban lamban balak
- Kaja juhan 2 lamban kagungan
- Khaja sampuna 2 lamban sukamarga
- Khaja bati 2 Lamban bandung
- Kaja diawan 2 lamban gajah minga
- Khaja akat jaman Lamban akkat zaman
- khaja paksi 2 lamban keratun
Pekon gekhingan
- Khaja muka 2 lamban suka khajin
- Khaja purba 2 lamban gemuttukh agung
- Khaja nusirwan lamban suka jaya
- Khaja teguh lamban kejayaan
- Khaja alam lamban banjakh masin
- Khaja sukma jaya lamban undokh
- Khaja turja 2 lamban suka jaman
- Khaja utama lamban suka maju
- Khaja simbangan lamban suka mulya
- Khaja alam lamban banjakh masin
- Khaja utakha lamban kedamaian
Pekon awi
- Depati khaja wira negata lamaban kagungan batin
- Khaja kuta negara lamaban sukamarga
- Khaja mulya 2 lamban lamban lunik
- Khaja penata negeri lamban sukakhaja
- Khaja susunan 2 lamban bandakh
- Khaja makmur lamban suka makmur bdg
- Khaja permata putra lamban bandakh agung
Pekon kutabesi
- Khaja simbangan dalom lamban gemuttukh agung
- Khaja siakh bittang lamban kagungan
- Khaja penimbang lamban sukamaju
- Khaja mashur lamban margasuka
- Khaja semuka dalom II banjakh agung
- Khaja diwa lamban pekuon
- Khaja tana jaya lamban marga jaya
- Khaja timbangan paksi lamban pardasuka
- Khaja imbangan lamban sukabanjakh
- Khaja rangkaian paksi lamban lamban balak
- Khaja simbangan agung lamban sukamaju
- Batin singatti lamban tanjakh agung pekon kekhang
Pekon kekhang
- Khaja kekhusun lamban kejayaan
- Khaja sejammbak lamban Sukaj
- Khaja tuanbatin lamban kakhang takhuna agung
- Khaja pemutokh alam lamban gemuttukh agung
- Khaja sindikhan lamban suka khajin
- Khaja pengumbang lamban tanjakh agung
Belappau
- Khaja petukhuh lamban banjakh agung
Way tenong
- Batin putro lamban kejadian
- Batin maninjau lamban pekuon kejadian
Way suluh
- Khaja pemuka lamban semula jadi
- Batin setia lamban kekhatuan
Pekon sukabumi
- Khaja gala putra lamban kejayaan
- Khaja pendawa lamban banjakh masin
- Khaja mangku lamban parda suka
- Khaja utusan lamban lamban balak
- Khaja sudirman lamban sukamejadi
- Khaja salinggang lamban sukakhajin
- Khaja aspagani lamban kagungan
- Khaja penggawa lamban bandung
Pekon Canggu
- Khaja bintang lamban margasana
- Khaja nitialam lamban kedamaian
- Khaja similau dalom lamaban banjakh agung
- Khaja semula jaya lamban sukajadi
- Khaja puting marga lamban suka banjakh
- Khaja tunggal lamban sukarame
- Khaja wijaya
- Khaja kusuma
- Khaja duta perbangsa lamban unggokhan batin (juru bicara kerajaan)
- Khaja simbangan lamban Unggokhan dalom
- Khaja umpuan lamban parda suka
Pekon gunungsugih
- Khaja indra bangsawan lamban banjakhmasin
- Khaja ngagittokh lamban banjakh agung
- Khaja kemala lamban sukaraja
- Khaja cakranringrat 2 lamban suka khajin[124]
- Dewan Adat
Dewan adat adalah Struktur organisasi para khaja-khaja jukuan paksi 30 personil kepengurusan serta keanggotaan nya adalah seluruh para khaja-khaja jukuan paksi yang ada di lampung barat dan sepanjang pesisir tanah lampung yang telah dinobatkan oleh para saibati dahulu dan sekarang[125]
- Pembesar adat jamma balak saibatin suku marga Kepaksian Pernong Sekala Brak Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung
- Saibatin marga ulu krui
- Saibatin marga way sindi
- Marga tenumbang
- Marga pugung tampak
- Marga pugung penengahan
- Marga pugung malaya
- Magra pidada
- Marga pasakh krui
- Marga ngakhas
- Marga ngambukh
- Marga la'ai
- Marga bengkunat
- Marga belimbing
- Marga bandakh
- Marga pulau pisang[125]
- Pembesar adat jamma balak saibatin suku marga Kepaksian Pernong Sekala Brak Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung
- Kepala suku laila muda jukuan Kagungan pekon balak
- Kepala suku tanjung sari jukuan suka khajin kenyangan
- Kepala suku bittang jukuan margasana canggu
- Kepala suku penggalang jukuan gumitar agung kegeringan
- Kepala suku indra pura jukuan sukajadi kerang
- Kepala suku perbangsa jukuan suka merindu kegeringan
- Kepala suku tutukan jukuan suka maju kegeringan
- Kepala suku dudungan jukuan sukamulya kegeringan
- Kepala suku pilihan jukuan sukasari kegeringan
- Kepala suku kalipah jukuan kagungan II sukabumi
- Kepala suku parsi II jukuan lamban lunik pekon balak
- Kepala suku mulyawan jukuan suka mandi pekonbalak
- Kepala suku unggulan jukuan kejayaan kegeringan
- Kepala suku simbangan jukuan undokh kegeringan
- Kepala suku tamunggung jukuan kagungan kutabesi
- Kepala suku Pasai jukuan kagungan kutabesi
- Kepala suku penyangga jukuan kagungan kutabesi
- Kepala suku muria II jukuan Kagungan kutabesi
- Kepala suku mutar alam jukuan banjar agung kerang
- Kepala suku diawan jukuan kagungan kutabesi
- Kepala suku gunung jukuan gunung sugih
- Kepala suku muda suka jukuan gunung sugih
- Kepala suku mulya suka jukuan banjakh agung gunung sugih
- Kepala suku jaya jukuan suka banjakh kutabesi
- Kepala suku muka jukuan banjakh agung canggu
- Kepala suku pengatur jukuan gemuttukh agung kutabesi
- Kepala suku mulia jukuan gemuttukh agung kutabesi
- Kepala suku penyimbang jukuan gemuttukh agung kutabesi
- Kepala suku indra bangsawan jukuan gemuttukh agung kutabesi
- Kepala suku Negeri agung
- Kepala suku Kedaloman
- Kepala suku talang padang
- Kepala suku banding agung
- Kepala suku Sukaraja
- Kepala suku sukaraja II[126]
- Pembesar adat jamma balak saibatin suku marga Kepaksian Pernong Sekala Brak daerah Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung
- Khaja kumala dewa lamban padasuka
- Khaja utakha lamban kedamaian gemuttukh agung kegeringan
- batin mulya lamban lamban lunik pekon awi
- Batin penyaccang lamban bandakh
- batin pemuka lamban lamban balak keagungan
- batin sepupu lamban lamban lunik sukaraja
- batin saksi lamban lamban lunik sukakhaja
- Dalom pelita marga lamban lamban balak mandawasa
- dalom surya darma lamban jatiagung suka ratu
- dalom pengikhan lamban kademangan sukawangi
- khadin saksi lamban kademangan sukawangi
- batin sampukna jaya lamban lamban balak pekon suka wangi
- Khaja muda sembilan lamban lamban lunik tuala liwa
- batin junjungan lamban lamban balak negeri agung liwa
- pengikhan ogokhan jaman lamban lamban balak mutokh agung
- Dalom akbar sampurna jaya lamban balak sukau[127]
- Pesumbaian 17 Kepaksian Pernong Sekala Brak daerah Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung
Kerukunan pembesar Adat way lima pesumbaian 17 kedondong marga way lima suku-suku sumbai-sumbai yang turun dari sekala brak yang dulu berasal dari sekala brak beberapa kebandakhan di kabupaten pesawaran.
- Saibatin marga way handak Kepaksian Pernong Sekala Brak daerah Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung
- Saibatin marga ratu
- Saibatin marga dantaran
- Saibatin marga raja basa
- Saibatin marga legun
- Saibatin marga ketibung[128]
- Pembesar adat jamma balak saibatin suku marga Kepaksian Pernong Sekala Brak kota bandar lampung yang berasal dari sekala brak
- Marga balak
- Marga lunik
- Marga bumi waras[129]
- Pengawal Khusus Putra Mahkota Kepaksian Pernong Sekala Brak daerah Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung
Marga legun Obie Muzaffar[130]
- Pangglima Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak daerah Kabupaten Lampung selatan
- Panglima Tapak Belang
- Panglima Alif Jaya
- Panglima Elang Berantai
- Panglima Sindang Kunyaian[131]
- Struktur Hanggum Jejama di Kepaksian Pernong Sekala Brak
- Hanggum Jejama komunitas pelestarian adat dan budaya Istana Gedung Dalom Sekala Brak.
- Hanggum Jejama Sekretariat Istana Gedung Dalom Kepaksian di Sekala Brak.
- Hanggum Jejama Mully Mekhanai Paksi di Istana Gedung Dalom Kota Bandar Lampung.[132]
- Pendekar labung angin Kepaksian Pernong Sekala Brak daerah Kabupaten Lampung Barat
Berkedudukan dalam adat sebagai Pendekar labung angin 115 (seratus limabelas) personil[133]
- Panglima, wakil panglima, bahatur, punggawa, Kepaksian Pernong Sekala Brak daerah Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung
- Palima Pengittokh Alam 1 (satu) Personil
- Wakil Panglima Pengittokh Alam 1 (satu) Personil
- Bahatur 110 (seratus sepuluh) Personil[134]
- Wakil panglima bahatur, punggawa Kepaksian Pernong Sekala Brak daerah Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung
- Wakil panglima 2 (dua) Personil
- Bahatur 14 (empat belas) Personil
- Punggawa 8 (delapan) Personil[135]
- Bahatur, punggawa kecamatan pagelaran pengittokh alam daerah Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung
- Punggawa 1 (satu) Personil
- Bahatur 14 (empat belas) Personil[136]
Lambang Kehormatan
Sempena pendirian peresmiannya Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung Pada Tanggal 28 September 1991, Media Harian Berita Yudha Dikala Itu Menerbitkan Perosesi Penyambutan Menteri Rudini Secara Adat di Kabupaten Lampung Barat. Oleh PYM SPDB Drs. Pangeran Edward Syah Pernong,S.H. Secara Adat Menyambut Bapak Menteri Rudini Untuk Melakukan Peresmian berdirinya Kabupaten Lampung Barat Sekaligus melantik Pejabat Bupati Kepala Daerah Tingkat II Lampung Barat yaitu Hakim Saleh Umpu Singa Tanggal 24 September 1991.Menteri Dalam Negeri RI Rudini menerima Lambang Kehormatan secara adat dari Paduka PYM SPDB Drs. Pangeran Edward Syah Pernong,S.H.( yang selain seorang Kapten Polisi bertugas di Mabes Polri juga adalah Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke -23), hari selasa lalu sebagai manifestasi penghargaan masyarakat Lampung Barat kepada Pemerintah atas kepercayaan menjadikan Lampung Barat sebagai Daerah Kabupaten Tk. II Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung yang berdiri sendiri, yang sebelumnya dulu adalah wilayah Kabupaten Lampung Utara. ( Caption Sesuai Aslinya ) Tampa didalam gambar betapa sejak awal berdirinya kabupaten ini, memang adat istiadat sudah menjadi pegangan dan bukan dibuat - buat apalagi sekedar menyewa sanggar hanya untuk memberikan suatu kesan pencitraan, tidak demikian, karena adat istiadat SaiBatin di Sekala Brak itu adalah adat yang memang hidup ditengah masyarakat sebagai warisan nenek moyang yang tetap dipegang teguh menjadi pranata sosial yang memunculkan nilai dan sikap kebajikan dari setiap pemiliknya. Kini sinergi antara Lembaga Legislatif, Eksekutif dengan Pemuka Adat, Rakyat (Masyarakat) di Bumi Sekala Brak Lampung terus bergerak kearah yang semakin harmonis, semogalah menjadi pertanda bahwa Adat Istiadat bisa memberikan arti positif dalam pembangunan Lampung Barat seutuhnya, bangunlah badannya bangunlah jiwanya, untuk Indonesia Jaya dan ke Sejahteraan rakyat Indonesia.[137][138]
Gallery
-
Maqom Umpu Semula Jadi Gelar Sultan Ratu Semula Jadi serta Para Pendahulu Sekala Brak
-
Komplek makam Sultan Sekala Brak
-
Pintu Masuk komplek makam Sultan Sekala Brak
-
Makam Khadin Sejambak tuan said muhammad
-
Makam Batin Tegi
-
Mata Uang di pergunakan oleh VOC untuk Membayar tenaga Kerja Era tahun 1794 s/d 1805 Masehi. Istana Gedung Dalom Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak
-
Keramik yang dihadiahkan untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak pada abad 17 M
-
Keramik yang dihadiahkan untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak pada abad 18 M
-
Keramik yang dihadiahkan untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak pada abad 18 M
-
Keramik yang dihadiahkan untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak pada abad 17 M
-
Keramik yang dihadiahkan untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak pada abad 17 M
-
Keramik yang dihadiahkan untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak pada abad 18 M
-
Keramik yang dihadiahkan untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak pada abad 18 M
-
Keramik yang dihadiahkan untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak pada abad 17 M
-
Keramik yang dihadiahkan untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak pada abad 18 M
-
Keramik yang dihadiahkan untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak pada abad 17 M
-
Keramik yang dihadiahkan untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak pada abad 18 M
-
Warisan takbenda yang dihadiahkan untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak
-
Warisan takbenda yang dihadiahkan untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak
-
Warisan takbenda yang dihadiahkan untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak
-
Warisan takbenda yang dihadiahkan untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak
-
Warisan takbenda yang dihadiahkan untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak
-
Warisan takbenda yang dihadiahkan untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak
-
Warisan takbenda yang dihadiahkan untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak
-
Warisan takbenda yang dihadiahkan untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak
-
Warisan takbenda yang dihadiahkan untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak
-
Warisan takbenda yang dihadiahkan untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak
-
Warisan takbenda yang dihadiahkan untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak
-
Warisan takbenda yang dihadiahkan untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak
-
Warisan takbenda yang dihadiahkan untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak
-
Warisan takbenda yang dihadiahkan untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak
-
Warisan takbenda yang dihadiahkan untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak
-
Warisan takbenda yang dihadiahkan untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak
-
Payung Agung Warisan takbenda yang dihadiahkan untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak
-
Warisan takbenda yang dihadiahkan untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak
-
Warisan takbenda yang dihadiahkan untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak
-
Warisan takbenda yang dihadiahkan untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak
-
Salah Satu Merian yang dimiliki Kepaksian Pernong Sekala Brak
-
Gambar 1 Ukiran Khas Sekala Brak
-
Gambar 2 Ukiran Khas Sekala Brak
-
Badik Pejuang Selikukh Lima
-
Keris Alif Jaya
-
Keris Tunggang Menang
-
Pusaka Pedang Semilau (Laduk)
-
Pemanohan Batu Handak
-
Pemanohan Setegak Bumi
-
Rakian Sang Penantang
-
Gamolan Kepaksian Sekala Brak
-
Pusaka Gedung Dalom
-
Masjid Azzaurah Kepaksian Pernong Tampak Belakang
-
Masjid Azzaurah Kepaksian Pernong Tampak Samping Kiri
-
Masjid Azzaurah Kepaksian Pernong Tampak Samping Kanan
-
Masjid Azzaurah Kepaksian Pernong Tampak Pintu Masuk Masjid
-
Masjid Azzaurah Kepaksian Pernong Papan Nama Masjid
-
Masjid Azzaurah Kepaksian Pernong Tampak Dalam Samping Kiri
-
Masjid Azzaurah Kepaksian Pernong Tampak Tampak Dalam Belakang
-
Masjid Azzaurah Kepaksian Pernong Tampak Dalam Samping Kanan
-
Masjid Azzaurah Kepaksian Pernong Tampak Depan Dalam
-
Masjid Azzaurah Kepaksian Pernong Tampak Dalam depan
-
Masjid Azzaurah Kepaksian Pernong Tampak Tampak depan tempat imam
-
Masjid Azzaurah Kepaksian Pernong Tampak Dalam Kukkuhan
-
Masjid Azzaurah Kepaksian Pernong Tampak Dalam Mimbar imam
-
Masjid Azzaurah Kepaksian Pernong Tampak Dalam Lambang Masjid
-
Gambar 1 Pemandian Pacukh Pitu/Salui Pitu Istana Gedung Dalom
-
Gambar 2 Pemandian Pacukh Pitu/Salui Pitu Istana Gedung Dalom
-
Gambar 3 Pemandian Pacukh Pitu/Salui Pitu Istana Gedung Dalom
-
Seketsa Istana Gedung Dalom
-
Peta Istana Gedung Dalom
-
Peta Istana Gedung Dalom, Sat Dalom, Salui Pitu/Pacukh Pitu
-
Peta Kepaksian Sekala Brak tahun 1552 Masehi
-
Denah Istana Gedung Dalom Sekala Brak
-
Denah Lokasi Pacukh Pitu/Salui Pitu
-
Denah Lokasi Sat Dalom Istana Gedung Dalom
-
Lokasi Batu Brak peninggalan Negeri Sekala Brak
Lampiran dan catatan kaki Istana Sekala Brak
Pranala luar
Lihat pula
- https://en.wiki-indonesia.club/wiki/Draft:Istana_Sekala_Bkhak
- https://en.wiki-indonesia.club/wiki/User:Dedy_Tisna_Amijaya/Tayuh_Bimbang_Paksi
- https://en.wiki-indonesia.club/wiki/Draft%3ASekala_Brak
- https://en.wiki-indonesia.club/wiki/Draft:Pangeran_Purba_jaya
Bacaan Lebih Lanjut
- Rumah tradisional
- Lampung
- Pekon Balak, Batu Brak, Lampung Barat
- Mahkota Siger Lampung
- Kepaksian Sekala Brak
- Batu Brak
- Pesanggerahan Sultan Sekala Brak
- Kebandakhan Raja Basa (Pesisir)
- Paksi Pak Sekala Brak
Catetan
Referensi
- ^ Surat Keterangan Keberadaan Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong Nomor: 800/1996/III.01/IX/2018 hari Rabu 5 September 2018 ditandatangani Bupati Lampung Barat H. Parosil Mabsus, S.Pd Jalan Raden Intan II No. 1 Way Mengaku, Liwa 34811.
- ^ Tsna Amijaya, Dedy (2018). Profil Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong. Bandar Lampung: Lampung Post. hlm. 34. ISBN 9786021484173.
- ^ http://bebasluas.blogspot.com/2012/07/kerajaan-skala-brak-di-lampung.html
- ^ https://onechieknews.com/2020/02/16/sejarah-kroe-krui-pesisir-barat-dalam-catatan-di-buku-bijdrage-tot-de-geograpische-geologische-en-ethnograpische-kennis-der-afdeeling-kroe-o-l-helfrich-tahun-1889/
- ^ Prof.DR.Sudjarwo, (Koord) (2018). Kerajaan adat paksi pak sekala brak kepaksian pernong lampung menjawab sejarah. Bandar Lampung: Lampung Post. hlm. 20–24. ISBN 9786025270529.
- ^ https://onechieknews.com/2020/02/26/catatan-koran-koran-belanda-tentang-gempa-bumi-di-krui-tahun-1933/
- ^ http://repository.lppm.unila.ac.id/25392/1/BAHUGA.pdf
- ^ https://www.medianasional.id/sejarah-umpu-ratu-selalau-shangyang-sangun-gukhu/
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2018). Profil Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong. Bandar Lampung: Lampung Post. hlm. 58–63. ISBN 9786021484173.
- ^ a b c http://repository.lppm.unila.ac.id/23963/1/Yusdiyanto%20Lembaga%20adat%20skala%20brak.pdf
- ^ file:///C:/Users/ASUS/AppData/Local/Temp/86-305-1-SM.pdf
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 24–28. ISBN 9786029933703.
- ^ https://jendelawaktu.wordpress.com/2010/08/07/kerajaan-skala-brak-kuno-skala-beghak/
- ^ https://pddi.lipi.go.id/sejarah-kesultanan-paksi-pak-sekala-brak/
- ^ https://tirto.id/mengenal-kerajaan-sekala-brak-sebagai-leluhur-lampung-czon
- ^ Joko Darmawan, dan Rita Wigira Astuti (2018). Sandiakala Kejayaan dan Kemashyuran Kerajaan Nusantara. Ponorogo Jawa Timur: Uawis Inspirasi Indonesia. hlm. 5–6. ISBN 9786025891847.
- ^ Sultan, Kurniawan A.B (1 Januari 2021). Kerajaan Jambulipo. Mabgunharjo, Depok, Seleman Yogyakarat: IKAPI (062/DIY/08). hlm. 7–8.
- ^ DR.Sujjarwo, Prof (2018). Kerajaan adat paksi pak sekala brak kepaksian pernong menjawab sejarah. Bandar Lampung: PT Karya cipta mandiri. hlm. 10–16. ISBN 9786025270529.
- ^ https://www.indozone.id/news/RMsYAL/40-kali-ibadah-haji-ditutup-dalam-catatan-sejarah-ini-penyebabnya/read-all
- ^ "Digital Batavia - - - Tentang Batavia". bataviadigital.perpusnas.go.id. Diakses tanggal 2021-04-28.
- ^ DR. Sudjarwo, Prof (2018). Kerajaan adat paksi pak sekala brak kepaksian pernong menjawab sejarah. Bandar Lampung: PT Karya Cipta Mandiri. hlm. 7. ISBN 9786025270529.
- ^ https://www.lampung.co/blog/enom-belas-marga-krui-masyarakat-adat-lampung-saibatin-di-pesisir-barat/
- ^ Prof.DR.H.A Fauzie, Nurdin,MS (2018). Cerita rakyat sumatra selatan dari waktu ke waktu. Bantul Yogyakarta: Thapa Media. hlm. ix–xiii. ISBN 9786021351673.
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi jaya. hlm. 880–881. ISBN 9786021484173.
- ^ https://www.medinaslampungnews.co.id/tatanan-adat-paksi-pak-sekala-bekhak/
- ^ https://harianmomentum.com/read/27725/paksi-pak-sekala-brak-simbol-eksistensi-budaya-lampung
- ^ DR. Sudjarwo, Prof (2018). Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong Menjawab Sejarah. Bandar Lampung: PT Karya Cipta Mandiri. hlm. 19–27. ISBN 9786025270529.
- ^ https://fadlunabid.blogspot.com/2020/02/sejarah-kroe-kruipesisir-barat-dalam.html?fbclid=IwAR1SL2mtcJdOF14ZWRsSf92nIcgsg6HVFoUNGwILROBJOWrOCEG3an3rKCU
- ^ file:///C:/Users/ASUS/AppData/Local/Temp/430-878-1-SM.pdf
- ^ https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/186.pdf
- ^ http://digilib.isi.ac.id/5905/2/BAB%20IV%20Penutup.pdf
- ^ http://repositori.kemdikbud.go.id/13360/1/Sejarah%20pendidikan%20daerah%20lampung.pdf
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2018). Profil Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong Lampung. Bandar Lampung: Lampung post. hlm. 402. ISBN 9786021484173.
- ^ http://nenysuswati.com/kepaksian-pernong/
- ^ https://radarlampung.co.id/taufik-basari-kunjungi-istana-gedung-dalom-kepaksian-pernong/
- ^ https://dinaspariwisata.lampungprov.go.id/halaman/detail/kawasan-batu-brak
- ^ https://repository.unsri.ac.id/23611/57/RAMA_87201_06041181520027_00220087602_0023046102_01_front_ref.pdf
- ^ https://fenomenabudayanusantara.com/bangunan-istana-adat-gedung-dalom-dari-tahun-1900/
- ^ https://www.polpplampungbarat.com/2015/10/himpun-adat-di-gedung-dalom-kepaksian.html
- ^ https://travelingyuk.com/eksotisme-kawah-nirwana-suoh/134438#:~:text=Tak%20banyak%20yang%20tahu%20bahwa,tanda%2Dtanda%20akan%20terjadi%20ledakan
- ^ a b Tisna Amijaya, Dedy (2018). Profil Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong. Bandar Lampung: Lampung Post. hlm. 91. ISBN 9786021484173.
- ^ Tisna Amijaya, Dedy (2018). Profil Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong. Bandar Lampung: Lampung Posr. hlm. 92. ISBN 9786021484173.
- ^ a b Tisna Amijaya, Dedy (2018). Profil Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong. Bandar Lampung: Lampung Post. hlm. 92. ISBN 9786021484173.
- ^ a b c Tisna Amijaya, Dedy (2018). Profil Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong. Bandar Lampung: Lampung Post. hlm. 93. ISBN 9786021484173.
- ^ file:///C:/Users/ASUS/Downloads/1531-3454-2-PB%20(3).pdf
- ^ a b http://repository.uinbanten.ac.id/5704/7/Helmi%20Faizi%20Bahrul%20Ulumi.pdf
- ^ https://fenomenabudayanusantara.com/ritual-paccukh-pitu-di-istana-gedung-dalom-kepaksian-pernong-sekala-bkhak-lampung/
- ^ http://www.razonewane.com/2017/08/lembah-sekalabrak-bening-air-7-pancuran.html
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 1112–118. ISBN 9786029933703.
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 119–121. ISBN 9786029933703.
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 122–126. ISBN 9786029933703.
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 127–136. ISBN 9786029933703.
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 137–246, 146–158. ISBN 9786029933703.
- ^ https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/siger-simbolisasi-status-dan-identitas-masyarakat-lampung/
- ^ a b Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 159–160. ISBN 9786029933703.
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 145. ISBN 9786029933703.
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 117–329. ISBN 9786029933703.
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 363–407. ISBN 9786029933703.
- ^ file:///C:/Users/ASUS/AppData/Local/Temp/6489-16972-1-PB.pdf
- ^ a b c d e https://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar/article/view/6489
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 408–421. ISBN 9786029933703.
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 426–427. ISBN 9786029933703.
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 428–431. ISBN 9786029933703.
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 432–437. ISBN 9786029933703.
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 434–437. ISBN 9786029933703.
- ^ Dedy Tisna Amijaya, ST (2018). Profil Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong Lampung 2018. Bandar Lampung: PT Karya Cipta Mandiri. hlm. 221–418. ISBN 9786021484173.
- ^ https://skalabraknews.com/2018/10/28/dari-bumi-makasar-karaeng-gajang-apresiasi-kerajaan-sekala-brak-49913/
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampng: Fhesagi Jaya. hlm. 438–445. ISBN 9786029933703.
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung. hlm. 539–541. ISBN 9786029933703.
- ^ https://fenomenabudayanusantara.com/lambang-kebesaran-kerajaan-adat-kepaksian-pernong-sekala-brak-lampung/
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 544–548. ISBN 9786029933703.
- ^ https://sekalabrak.com/amanat-adat-saibatin/
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 446–451. ISBN 9786029933703.
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 452–458. ISBN 9786029933703.
- ^ https://www.academia.edu/34999765/Sistem_Pemerintahan
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 549–550. ISBN 9786029933703.
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 550–551. ISBN 9786029933703.
- ^ Seem, R canggu (2015). Tata Titi. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 12.
- ^ file:///C:/Users/ASUS/AppData/Local/Temp/9312-17910-1-PB.pdf
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 551. ISBN 9786029933703.
- ^ file:///C:/Users/ASUS/AppData/Local/Temp/9235-17693-1-PB.pdf
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 551–552. ISBN 9786029933703.
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 552–553. ISBN 9786029933703.
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 584–586. ISBN 9786029933703.
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 586. ISBN 9786029933703.
- ^ http://digilib.isi.ac.id/5905/3/Jurnal%20Renzi.pdf
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 586–624. ISBN 9786029933703.
- ^ https://pks.id/content/gunakan-tukkus-saat-audiensi-ke-fraksi-pks-gml-bawa-semangat-raden-inten
- ^ https://www.iglobalnews.co.id/2017/03/panglima-alif-jaya-adat/
- ^ http://rohyanudin.blogspot.com/2015/01/monumen-suku-lampung-sai-batin.html
- ^ admin (2020-10-25). "Yang Dipertuan Bali Pangeran Hajji Habbiburahman Gelar Pangeran Sampurna Jaya Dalom Permata Intan". fenomenabudayanusantara.com. Diakses tanggal 2021-04-05.
- ^ admin (2020-10-25). "Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja". fenomenabudayanusantara.com. Diakses tanggal 2021-04-05.
- ^ https://www.medianasional.id/kiprah-pangeran-suhaimi-mengabdi-untuk-negara-dan-adat-istiadat/
- ^ admin (2020-10-27). "Pangeran Maulana Balyan Gelar Sultan Sempurna Jaya". fenomenabudayanusantara.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-04-18. Diakses tanggal 2021-04-05.
- ^ https://www.suaralampung.com/2019/03/raja-skala-berak-edward-syahpernong.html
- ^ http://sultanskalabrak23.blogspot.com/2008/12/naik-tahta.html
- ^ http://www.harianpilar.com/2019/07/12/raja-sekala-brak-bahas-sejumlah-konflik-di-lamteng/
- ^ https://skalabraknews.com/2018/06/12/raja-gowa-wafat-sekala-brak-dan-goa-teguh-setia-98615/
- ^ http://www.suratkabarindonesiahebat.com/news-3916-kijang-melipit-tebing-disalin-novan-saliwa-sumber-my-lord-sultan-sekala-brak-23-.html
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 892–900. ISBN 9786029933703.
- ^ https://www.pembaharuanpost.com/putra-raja-skala-brak-kepaksian-pernong-lampung-mandi-adat-di-bungung-barania-bajeng/
- ^ http://www.duniaindra.com/2017/08/alprinse-pangeran-sekala-brak-yang.html
- ^ https://radarcom.id/2020/07/22/sosok-istimewa-itu-telah-berpulang/
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi jaya. hlm. 337. ISBN 9786029933703.
- ^ http://paratokohlampung.blogspot.com/2011/11/edward-syah-pernong-1958-raja-dengan.html
- ^ https://fenomenabudayanusantara.com/sultan-sekala-brak-yang-dipertuan-ke-23/
- ^ https://mobile.twitter.com/kspgoid/status/948916964025540611
- ^ http://kagama.co/pangeran-edward-syah-pernong-curhat-pada-presiden-joko-widodo
- ^ https://www.youtube.com/watch?v=8i-sB356Y4I
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 337–340. ISBN 9786029933703.
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi jaya. hlm. 240. ISBN 9786029933703.
- ^ https://beritajempol.co.id/2018/01/21/irjen-suntana-ingin-jadi-bagian-keluarga-besar-kerajaan-sekala-brak/
- ^ https://dutalampung.com/kapolda-lampung-dapat-gelar-dari-kerajaan-sekala-brak/
- ^ https://news.detik.com/berita/d-3041148/ketua-mpr-hadiri-pawai-budaya-adat-lampung-barat
- ^ https://rmol.id/read/2015/10/10/220441/zulkifli-hasan-diarak-menuju-istana-sekala-brak
- ^ https://www.rmol.id/read/2015/10/10/220462/Zulhas-Berharap-Kebudayaan-Kerajaan-Sekala-Brak-Lestari-
- ^ https://otomotif.kompas.com/read/2015/09/21/150702227/undefined
- ^ http://www.jejamo.com/kerajaan-skala-brak-angkat-warga-tionghoa-jadi-saudara.html
- ^ https://harianmomentum.com/index.php?/read/5496/pemkab-tanggamus-gelar-seangkonan-muakhi-sekala-brak
- ^ https://www.pikiranlampung.com/2017/12/bupati-tanggamus-dan-raja-sekara-brak.html
- ^ https://skalabraknews.com/2018/06/25/pangeran-edward-syah-pernong-bersama-7-penyimbang-adat-pepadun-berdoa-dalam-angkon-muakhi-10062/
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2018). Profil Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong Lampung. Bandar Lampung: Lampung Post. hlm. 80. ISBN 9786021484173.
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 341. ISBN 9786029933703.
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. 9786029933703: Fhesagi Jaya. hlm. 341–347. ISBN 9786029933703.
- ^ a b Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi jaya. hlm. 351. ISBN 9786029933703.
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 352. ISBN 9786029933703.
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi jaya. hlm. 355. ISBN 9786029933703.
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar lampung: Fhesagi jaya. hlm. 537. ISBN 9786029933703.
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi jaya. hlm. 358. ISBN 9786029933703.
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2018). Profil Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong Lampung. Bandar Lampung: Lampung Post (PT Karya Cipta Mandiri). hlm. 331. ISBN 9786021484173.
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2018). Profil Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong Lampung. Bandar Lampung: Lampung Post. hlm. 333. ISBN 9786021484173.
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2018). Profil Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong Lampung. Bandar Lampung: PT Karya Cipta Mandiri (Lampung Post). hlm. 343–347. ISBN 9786021484173.
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2018). Profil Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong Lampung. Bandar Lampung: Lampung post. hlm. 308–311. ISBN 9786021484173.
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2018). Profil Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong Lampung. Bandar Lampung: PT Karya Cipta Mandiri. hlm. 320–322. ISBN 9786021484173.
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2018). Profil Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong Lampung. Bandar Lampung: Lampung post. hlm. 326–327. ISBN 9786021484173.
- ^ Dedy, Tisna Amijaya (2018). Profil Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong Lampung. Bandar Lampung: Lampung post. hlm. 330. ISBN 9786021484173.
- ^ http://repository.radenintan.ac.id/1194/4/BAB_III.pdf
- ^ https://sekalabrak.com/sempena-peresmian-berdirinya-kabupaten-lampung-barat-tahun-1991/
Karya sendiri
Didahului oleh: Majapahit |
Kepaksian Sekala Brak 1289-1899 |
Diteruskan oleh: Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak |