Hud

Nabi dan Rasul dalam Islam
Revisi sejak 11 Agustus 2021 10.11 oleh Hafidh Wahyu P (bicara | kontrib) (Dakwah: 1. Menghapus sebagian kata agar lebih singkat dan tidak bertele-tele)

Hud (bahasa Arab: هود, translit. Hūd) adalah seorang tokoh yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Dia merupakan seorang rasul yang diutus untuk berdakwah kepada kaum 'Ad awal. Salah satu surah dalam Al-Qur'an, yakni surah kesebelas, dinamakan dengan namanya. Sebagaimana para nabi lain dalam Al-Qur'an, kisah Hud juga sangat menekankan pesan keesaan Allah.

Hud
هود
Kaligrafi Hadhrat Hud 'alaihis-salam
Makam
Tempat tinggalArab Selatan
Gelar
KerabatKaum 'Ad

Ayat

Dan kepada kaum 'Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud. Dia berkata, 'Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. (Selama ini) kamu hanyalah mengada-ada.'
— Hud (11): 50

Kisah

Nama Hud disebutkan tujuh kali dalam Al-Qur'an.[a] Kisah Hud dan/atau kaum 'Ad disebutkan dalam Al-Qur'an Surah Al-A'raf (7): 65-72, Hud (11): 50-60, Asy-Syu'ara' (26): 123-140, Fushshilat (41): 15-16, Al-Ahqaf (46): 21-25, Adz-Dzariyat (51): 41-42, An-Najm (53): 50-55, Al-Qamar (54): 18-22, Al-Haqqah (69):6-8, dan Al-Fajr (89): 6-14. Dalam Al-Mu'minun (23): 31-41 dikisahkan mengenai suatu kaum setelah Nuh yang juga mengingkari seruan rasul. Meski tidak dijelaskan mengenai nama kaum dan rasul yang bersangkutan, ayat tersebut ditafsirkan membicarakan Hud dan kaum 'Ad.

Hud merupakan salah satu tokoh yang namanya dijadikan nama surah dalam Al-Qur'an, yakni pada surah kesebelas. Meski demikian, kisahnya hanya menjadi bagian kecil dari keseluruhan bagian surah, yakni dikisahkan dalam sebelas ayat dari keseluruhan 123 ayat dalam surah tersebut.

Latar belakang

Al-Qur'an tidak menjelaskan mengenai silsilah Hud, sedangkan silsilahnya menurut beberapa pendapat dari para ulama antara lain:[1]

Menurut pendapat yang masyhur, Hud diutus sebelum masa Ibrahim, meski sebagian ulama menyatakan setelahnya.[2]

Dakwah

Disebutkan dalam Al-Qur'an bahwa kaum 'Ad merupakan penguasa di bumi pengganti kaum Nuh.[3] Kaum 'Ad memiliki bangunan-bangunan yang tinggi,[4] juga membangun istana-istana yang megah dan benteng-benteng.[5] Mereka memiliki perawakan dan tubuh yang kuat,[3] dikenal suka menyiksa dengan bengis,[6] dan disebut menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang dan durhaka.[7] Ibnu Katsir menyatakan bahwa kaum 'Ad adalah kaum pertama yang menyembah berhala setelah banjir besar zaman Nuh. Mereka menyembah berhala yang diberi nama Shamad, Shamud, dan Huran.[8]

 
Hud dan kaum 'Ad. Salah satu koleksi iluminasi dari manuskrip Qishash al-Anbiya'.

Hud menyeru kaum 'Ad agar bertakwa kepada Allah.[9] Dia juga menegaskan tidak meminta imbalan pada mereka atas dakwahnya.[10][11] Hud mengingatkan mereka akan nikmat Allah yang dikaruniakan kepada mereka, seperti binatang-binatang ternak, keturunan, kebun-kebun, dan mata air.[12]

Meski demikian, banyak dari anggota kaum 'Ad yang tidak mengikuti seruan Hud dan tidak mau meninggalkan berhala-berhala yang telah disembah sejak moyang mereka.[13] Mereka berdalih bahwa kepercayaan mereka sudah menjadi tradisi turun-temurun.[14]

Di sisi lain, kaum 'Ad meragukan Hud lantaran dia seorang manusia biasa seperti mereka,[3] juga karena tidak menunjukkan mukjizat.[15] Bahkan mereka mengatakan Hud sebagai pendusta, kurang waras,[16] dan terkena penyakit gila yang diberikan oleh sebagian berhala mereka.[17] Lebih jauh, mereka juga menantang agar Hud segera mendatangkan azab yang dia ancamkan.[13]

Mendapat penentangan kaumnya, Hud menantang balik agar tipu daya yang mereka rancang untuk menyakitinya segera dilaksanakan saja tanpa ditunda lagi.[18] Setelah upayanya dalam mendakwahi kaum 'Ad sekian lama, Hud kemudian memasrahkan sikap mereka kepada Allah.

"Maka jika kamu berpaling, maka sungguh aku (Hud) telah menyampaikan kepadamu hal yang menjadi tugasku sebagai rasul kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti kamu dengan kaum yang lain, sedang kamu tidak dapat mendatangkan mudarat kepada-Nya sedikitpun. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pemelihara segala sesuatu."

— Hud (11): 57

Kebinasaan

Setelah sekian lama berdakwah, akhirnya kaum 'Ad ditimpa azab sebagaimana yang diancamkan oleh Hud. Hud sendiri selamat beserta pengikutnya yang beriman.[19]

Al-Qur'an menjelaskan bahwa kaum 'Ad binasa karena terkena angin dingin yang sangat kencang yang berlangsung selama tujuh malam delapan hari. Mereka mati bergelimpangan dan diibaratkan sebagai tunggul pohon kurma yang telah lapuk.[20] Disebutkan pula bahwa angin tersebut menjadikan benda-benda yang dilewatinya seperti serbuk.[21]

Al-Qur'an tidak menjelaskan mengenai kehidupan Hud setelah kehancuran kaum 'Ad atau usianya, tetapi sebagian sumber menyatakan bahwa dia wafat pada usia 150 tahun.[22]

Kedudukan

Hud termasuk salah satu nabi dan rasul dalam Islam. Sebagaimana para rasul yang lain, Hud menyerukan agar kaumnya mengesakan Allah dan meninggalkan berbagai sesembahan yang lain. Dia juga merupakan satu dari empat nabi yang berasal dari bangsa Arab.[23] Ada yang berpendapat bahwa Hud adalah nabi yang pertama kali berbahasa Arab. Pendapat lain menyatakan bahwa ayah Hud adalah orang yang pertama kali berbahasa Arab. Ada juga yang berpendapat bahwa orang yang pertama kali berbahasa Arab adalah Nuh atau Adam.[24]

Kaum 'Ad

Kaum 'Ad adalah suku Arab kuno yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Para ulama menyebutkan bahwa ada dua Kaum 'Ad: 'Ad awal atau pertama dan 'Ad kedua atau terakhir. Kaum 'Ad awal memiliki ibukota yang bernama Iram dan mereka tinggal di kawasan Arab selatan, antara Amman dan Hadramaut.[1] Kaum 'Ad kedua hidup setelah 'Ad awal musnah. Nabi Hud berdakwah pada kaum 'Ad awal.

Terkait kisah dalam Al-Qur'an, Ibnu Katsir menyatakan bahwa kaum 'Ad yang diceritakan dalam surah Al-Ahqaf adalah kaum 'Ad yang kedua. Mereka dibinasakan dengan angin panas setelah sebelumnya mengalami kekeringan. Kaum 'Ad yang disebut di surah lain mengacu pada kaum 'Ad awal.[25]

Padanan

Sebagian pihak memandang bahwa Hud adalah orang yang sama dengan tokoh Alkitab bernama Eber, cicit dari Sem bin Nuh. Ada juga yang menyatakan bahwa Hud adalah putra Eber.[26] Meski demikian, tidak ada landasan kuat yang mendukung pendapat tersebut.

Makam

Terdapat beberapa tempat yang diyakini sebagai makam Hud. Situs yang paling terkenal, Qabr Nabi Hud, terletak di desa telantar di kawasan Hadramaut, sekitar 140 km di utara Kota Mukalla.[22] Di sekitar makam, ditemukan beberapa prasasti dan reruntuhan kuno.[27] 'Ali bin Abu Thalib menyatakan bahwa makam Hud ada di daerah Yaman.[25] Sebagian lain menyatakan bahwa makamnya berada di dekat sumur Zamzam.[28]:86/98 Pendapat lain menyatakan bahwa makam Hud terletak di dinding selatan Masjid Agung Umayyah di Damaskus.[25][28]:15/38

Lihat pula

Catatan

  1. ^ Dalam Al-Qur'an, nama Hud disebutkan tujuh kali, yakni pada surah:
    1. Al-A'raf (7): 65
    2. Hud (11): 50, 53, 58, 60, 89
    3. Asy-Syu'ara' (26): 124

Rujukan

  1. ^ a b Ibnu Katsir 2014, hlm. 135.
  2. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 387.
  3. ^ a b c Al-A'raf (7): 69
  4. ^ Al-Fajr (89): 7
  5. ^ Asy-Syu'ara' (26): 128-129
  6. ^ Asy-Syu'ara' (26): 130
  7. ^ Hud (11): 59
  8. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 136-137.
  9. ^ Asy-Syu'ara' (26): 126
  10. ^ Hud (11): 51
  11. ^ Asy-Syu'ara' (26): 127
  12. ^ Asy-Syu'ara' (26): 133-134
  13. ^ a b Al-A'raf (7): 70
  14. ^ Asy-Syu'ara' (26): 137
  15. ^ Hud (11): 53
  16. ^ Al-A'raf (7): 66
  17. ^ Hud (11): 54
  18. ^ Hud (11): 55
  19. ^ Al-A'raf (7): 72
  20. ^ Al-Haqqah (69): 6-8
  21. ^ Adz-Dzariyat (51): 41-42
  22. ^ a b Wensinck, A.J.; Pellat, Ch. (1960–2007). "Hūd". Dalam Bearman, P.; Bianquis, Th.; Bosworth, C.E.; van Donzel, E.; Heinrichs, W.P. Encyclopaedia of Islam (edisi ke-2nd). Brill. hlm. 537. doi:10.1163/1573-3912_islam_SIM_2920. ISBN 9789004161214. 
  23. ^ Shahih Ibnu Hibban no. 361
  24. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 136.
  25. ^ a b c Ibnu Katsir 2014, hlm. 161.
  26. ^ Wensinck, A. J., “Hūd”, in: Encyclopaedia of Islam, First Edition (1913-1936), Edited by M. Th. Houtsma, T.W. Arnold, R. Basset, R. Hartmann.
  27. ^ van der Meulen, Daniel; von Wissmann, Hermann (1964). Hadramaut: Some of its mysteries unveiled. Publication of the De Goeje Fund no. 9. (edisi ke-1st). Leiden: E.J. Brill. ISBN 978-90-04-00708-6. 
  28. ^ a b Ali ibn abi bakr al-Harawi. Kitab al-Isharat ila Ma rifat al-Ziyarat [Book of indications to make known the places of visitations]. 

Daftar pustaka

Pranala luar