antv
PT Cakrawala Andalas Televisi beroperasi sebagai ANTV (singkatan dari Andalas Televisi, ditulis antv, dieja ANteve sebelum 2003 dan dibaca antévé) adalah sebuah stasiun televisi swasta nasional di Indonesia. Bermula dari sebuah izin siaran lokal di Bandar Lampung pada tanggal 1 Januari 1993. Dua bulan kemudian, tepatnya tanggal 1 Maret 1993, ANTV secara resmi bersiaran nasional.
ANTV | |
---|---|
Jenis | Jaringan televisi |
Slogan | ANTV Lebih Berwarna |
Negara | Indonesia |
Bahasa | Bahasa Indonesia |
Pendiri | Aburizal Bakrie Agung Laksono |
Tanggal siaran perdana | 1 Januari 1993 (siaran percobaan) |
Tanggal peluncuran | 1 Maret 1993 |
Kantor pusat | Komplek Rasuna Epicentrum Lot 9, Jl. H. R. Rasuna Said, Karet Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan 12940, Indonesia |
Wilayah siaran | Nasional |
Pemilik | Intermedia Capital |
Anggota jaringan | lihat #Transmisi |
Tokoh kunci | Ahmad Zulfikar Said (Presiden Direktur) Otis Hahijary (Wakil Presiden Direktur) Anindra Ardiansyah Bakrie (Presiden Komisaris) |
Format gambar | 576i SDTV 4:3 |
Satelit |
|
Kabel |
|
IPTV |
|
Televisi Internet |
|
Situs web | www |
PT Cakrawala Andalas Televisi | |
---|---|
Jakarta Selatan, DKI Jakarta Indonesia | |
Saluran | Analog: 47 UHF Digital: 34 UHF |
Slogan | ANTV Lebih Berwarna |
Pemrograman | |
Afiliasi | ANTV (stasiun induk) |
Kepemilikan | |
Pemilik | Bakrie Group (1993–2009) Hasmuda Internusa Perdana (1993–2001) STAR TV (2005–2009)[1] Intermedia Capital (2009–sekarang) (lihat #Kepemilikan) |
tvOne (2007–sekarang)[2] sportOne (2013–sekarang) | |
Riwayat | |
Siaran perdana | 1 Januari 1993 (siaran percobaan) 1 Maret 1993 (siaran resmi) |
Makna tanda panggil | Andalas Televisi |
Informasi teknis | |
Otoritas perizinan | Kemkominfo dan KPID Provinsi DKI Jakarta |
Pranala | |
Situs web | www |
ANTV dimiliki oleh konglomerat muda Anindya Bakrie dan sekarang dikelola oleh Ahmad Zulfikar Said, yang menjadi Presiden Direktur dari stasiun televisi ini sekaligus Direktur MDIA (induk usaha ANTV) dan Arief Yahya, yang menjadi Direktur Utama MDIA (induk usaha ANTV).
Sejarah
Awal bersiaran (1993-2001)
Stasiun televisi pertama yang akan didirikan oleh Grup Bakrie pertama kali muncul pada Juli 1992, dengan nama PT Cakrawala Bumi Sriwijaya Televisi (CBS TV) yang berbasis di Palembang, Sumatra Selatan. CBS TV awalnya direncanakan berada di bawah PT Usaha Mediatronika Nusantara, anak usaha PT Bakrie Investindo, dan dikelola oleh Nirwan Bakrie. Target stasiun televisi ini adalah acara berita dan olahraga, dan sudah mendapatkan izin sejak 31 Desember 1991 dari pemerintah untuk bersiaran lokal.[3]
Dikarenakan pada saat itu stasiun televisi swasta (kecuali TPI) hanya boleh bersiaran lokal, maka Bakrie Grup juga mencanangkan pembentukan satu stasiun TV lokal lain di Bandar Lampung. Stasiun televisi ini didirikan dengan nama PT Cakrawala Andalas Televisi pada 25 Oktober 1990 di Jakarta, dan aktanya disahkan pemerintah pada 27 November 1993.[4] Izin pendiriannya sudah didapatkan sejak 17 September 1991.[5] Pada 1 Januari 1993, stasiun televisi yang diberi nama ANteve (dimaksudkan agar namanya mudah dibaca penonton) ini memulai siaran percobaannya di Lampung.[6] ANteve awalnya dimaksudkan sebagai stasiun televisi pertama yang kantor dan studionya berada di luar pulau Jawa (sesuai namanya, Andalas).[7] Namun, pada 18 Januari 1993 Menteri Penerangan mengeluarkan SK Menpen 04A/1993 yang membolehkan stasiun televisi swasta bersiaran nasional, dan ANteve kemudian juga mendapatkan izin siaran nasionalnya melalui surat izin nomor 207/RTF/K/I/1993 yang dikeluarkan pada 30 Januari 1993. Dengan pemberian izin ini, maka kemudian CBS TV (yang juga dimiliki oleh Grup Bakrie) dan PT Sanitya Mandara Televisi (SMTV, di Yogyakarta dan dimiliki oleh GBPH Pakuningrat-Youk Tanzil) kemudian digabungkan operasionalnya dengan PT Cakrawala Andalas Televisi yang kini memutuskan pindah ke Jakarta. Sebelum resmi memulai siarannya di Jakarta, ANteve melakukan pembangunan studio di Pengadegan, Jakarta Selatan dan melakukan pembangunan pemancar sementara di Mulia Center. Modal awal dari pendirian ANteve adalah Rp 100-200 juta.[8]
Pada 28 Februari 1993, ANteve resmi memulai siaran nasionalnya di Jakarta, dengan siaran selama 5 jam (18.00-23.00 WIB).[9] Lalu, pada 1 Maret 1993, ANteve untuk pertama kalinya memproduksi program sendiri berupa liputan berita aktual jalannya Sidang Umum DPR/MPR. Saat itu ANteve berhasil melakukan siaran langsung meliput jalannya kegiatan penting kenegaraan, dan sampai sekarang momen istimewa itu dijadikan sebagai hari jadi antv. Setelah dimulainya siaran dari Jakarta itu, pihak ANteve sudah mencanangkan pembangunan menara pemancar di Gunung Lemo, Jawa Barat dan perluasan siaran ke Medan, Palembang, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan Ujung Pandang pada Juni 1993, sehingga pada akhir 1993 diharapkan sudah bisa bersiaran tetap secara nasional.[10][6] Melanjutkan rencana yang dicanangkan oleh CBS TV selanjutnya, ANteve tetap menargetkan program olahraga sebagai acara utama.
Namun, tampak kemudian bahwa stasiun ini mengalami kesulitan, seperti dalam hal perluasan siaran (hanya sampai Bandung), runtuhnya pemancar dan rendahnya rating programnya. Setelah bertekad untuk memperbaiki masalah ini, pada 25 Februari 1994 ANteve kemudian diluncurkan kembali sebagai stasiun televisi untuk anak muda dan remaja, dengan program terutama film dan musik. Untuk memajukannya, kemudian studio barunya dipindah ke Mulia Center dan pemancar di Puri Kembangan, Jakarta Barat. Lalu, bekerjasama dengan TPI, ANteve kemudian membangun sejumlah stasiun relai di berbagai daerah, sehingga pada akhir 1994 stasiun TV ini sudah bisa dinikmati secara nasional di berbagai daerah.[11][12] Mulai 5 Mei 1995, ANteve kemudian juga menjalin kerjasama dalam bentuk penayangan acara-acara MTV, dan makin memantapkan dirinya sebagai TV olahraga dan musik sejak 1996. Dalam kerjasama dengan MTV, ANteve tidak membatasi dirinya pada musik Barat, melainkan juga musik Indonesia seperti dangdut.[13] Komposisi siaran ANteve pada saat itu adalah 40% berita, 40% hiburan dan 20% olahraga.[13] Sejak 1996, siarannya sudah mulai menggunakan teknologi stereo dan waktu siar sudah menjadi 22 jam/hari.[14]
Walaupun sudah punya nama yang mapan sebagai TV pemuda dan olahraga, namun ANteve cukup terdampak dengan krisis ekonomi 1997-1998. Stasiun televisi ini pun terpaksa mengurangi jam siarnya menjadi 14 jam dan mengurangi program impor. Ini masih belum diperparah kondisi dimana ANteve cenderung berada di posisi terbawah dari 5 stasiun TV yang ada.[15][12] Memasuki awal 2000-an, ANteve justru terjerat hutang dan sempat hampir beralih kepemilikan (bahkan dipailitkan), sehingga seperti memaksanya melakukan perubahan kembali terutama pada hal image.[16]
Perkembangan selanjutnya (2001-2014)
Pada awal tahun 2001, ANteve berhasil mencatatkan prestasi gemilang di Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai penyelenggara konser selama 5 jam. Namun, masalah yang banyak ditemui seperti masih harus diatasi. Sejak 31 Maret 2002, ANteve berkembang menjadi stasiun untuk segala usia, sama dengan stasiun televisi yang lain setelah menghentikan penyiaran program MTV karena MTV resmi berpindah ke stasiun televisi baru milik Media Nusantara Citra Global TV per 1 Juni 2002. Namun, stasiun ini kemudian menjadi terombang-ambing tanpa basis pemirsa yang kuat. Maka, seiring restrukturisasi, pada Maret 2003 nama ANteve resmi diganti menjadi antv saja. Programnya juga diperluas ke anak-anak dan keluarga, dan diharapkan dengan perubahan image yang memakan biaya Rp 7 miliar ini citra antv bisa berubah di mata penonton.[17] Walaupun antv dalam hal pemograman berusaha menyatakan dirinya bersifat general, tetapi antv tetap banyak dikenal dengan program pertandingan sepakbolanya, seperti Liga Super Indonesia, Piala Dunia 2014, Divisi Utama dan program sepakbola lainnya. Konon, hal ini dapat dikaitkan dengan salah satu anggota keluarga Bakrie pada saat itu yang memegang jabatan penting di PSSI, yaitu Nirwan Bakrie. Kondisi ini tetap berlangsung hingga 2014, sebelum terjadinya perubahan dalam hal programming.[18][19][20]
Pada tanggal 29 September 2005,[1] antv berhasil menjalin kerjasama strategis dengan jaringan televisi dunia STAR TV. Kerja sama ini ditandai dengan diakuisisinya 20% saham antv oleh STAR TV (yang merupakan batas masuknya pemodal asing ke stasiun televisi swasta sesuai aturan perundang-undangan). Dengan kerjasama ini, terjadi perubahan di beberapa bidang, misalnya penayangan kuis seperti Super Deal, berbagai program berita yang lebih baik, acara komedi seperti Tawa Sutra dan film impor. Namun, akhirnya kerjasama yang diharapkan bisa membuat antv lebih mapan ini berakhir karena ketidakcocokan program di mata penonton, sehingga pada 23 Juni 2009, STAR TV melepas seluruh kepemilikannya. Walaupun demikian, antv tetap mempertahankan statusnya sebagai stasiun TV umum dan olahraga hingga 2014. Pangsa pasar antv saat itu adalah sekitar 5% dari 180 juta penonton, dan sempat meningkat setelah memiliki hak siar atas ajang sepak bola bergengsi dunia, Piala Dunia FIFA 2014 bersama tvOne.[21]
antv berhasil memperoleh sertifikasi Sistem Manajemen Mutu Berstandar Internasional ISO 9001:2008 untuk lingkup Television Broadcast System pada tahun 2011.
Saat ini, antv dimiliki oleh PT Visi Media Asia Tbk (melalui PT Intermedia Capital Tbk).
Perkembangan mutakhir (2014-sekarang)
Sejak 2014, antv jauh lebih dikenal publik sebagai TV yang menyiarkan sinetron buatan berbagai negara Asia, terutama India, dan kini acara tersebut bisa dikatakan menjadi acara umum yang ditayangkan di antv. Awalnya, program acara yang ditayangkan adalah Mahabharata sejak 17 Maret 2014. Tidak disangka-sangka, acara tersebut ternyata sukses besar di kalangan ibu-ibu. Bahkan, antv sampai mendatangkan aktor dan aktris sinetron negeri Bollywood itu untuk dibawa dalam road show di 25 kota di seluruh Indonesia.[22][23] Melihat hal tersebut, antv pun mulai gencar menayangkan berbagai sinetron India sampai sekarang. Penayangan drama India di antv terbilang unik karena dibandingkan dengan stasiun TV lain (seperti MNCTV dengan Naaginn dan SCTV dengan Ranveer dan Ishani) hanya antv yang terbilang berhasil menayangkannya dan bertahan lama. Bahkan, program tersebut mampu mendongkrak rating antv yang sebelumnya di papan tengah menjadi nomor 1, dan jelas tentu saja juga menaikkan pemasukan iklannya.[24][25] Beberapa drama tersebut, seperti Uttaran, Thapki, Mohabbatein, Gopi, Kulfi dan masih banyak lagi. Awalnya, antv juga berusaha mencoba peruntungan dengan menyiarkan drama Turki seperti Abad Kejayaan, Fatmagul dan Cansu dan Hazal.[26] Program-program ini awalnya cukup populer, tetapi kemudian pada akhirnya hanya drama India sajalah yang dipertahankan.
Banjirnya program India di stasiun ini, seringkali mendapat kritikan dari masyarakat, dan tentu saja dari KPI yang mengkritik karena durasi drama-drama India itu kebanyakan cukup lama dan melebihi 30% batas program asing di TV nasional.[27] Sebenarnya, stasiun TV ini juga sudah berusaha menayangkan program lokal, tetapi seringkali mendapat rating rendah dan ada juga yang kesuksesannya seumur jagung. Misalnya, ada sinetron Malaikat Kecil dari India, Cinta di Langit Taj Mahal dan program realitas seperti Pesbukers, Bollystar Vaganza serta The New Eat Bulaga! Indonesia yang semuanya berusaha memasukkan aktor-aktris dari drama-drama India yang sudah ditayangkan sebelumnya, tetapi kebanyakan tidak sukses.[28] Di acara yang murni pemain lokal, seperti sinetron Jodoh Wasiat Bapak dan acara realitas semacam Karma, Menembus Mata Bathin dan Terangkanlah, awalnya memang sukses besar (bahkan Karma sangat tinggi rating-nya di waktu tayangnya yang mendekati tengah malam),[29][30] namun kemudian seperti kita ketahui bahwa program tersebut akhirnya lenyap di layar antv, dan kalaupun ada beberapa sinetron lokal baru seringkali ratingnya rendah.[31] Sementara itu, bagi program semacam berita, seperti Topik dan Lensa Olahraga yang pernah identik dengan stasiun ini justru menghilang dan tidak pernah tayang lagi. Praktis, program drama dan serial India tetap dipertahankan oleh stasiun ini sampai sekarang. Topik saat ini hanya fokus pada channel YouTube dan website ANTVKlik, sedangkan Lensa Olahraga digantikan dengan saluran khusus olahraga yang saat ini masih dalam tahap uji coba, SportOne.
Secara umum, sejak 2014 rating antv memang cenderung fluktuatif, namun setidaknya stasiun ini tidak lagi jauh ke peringkat papan bawah seperti dahulu. Awalnya, stasiun ini cukup sering meraih posisi satu pada 2014-2020,[32] namun belakangan ini sejak tidak ditayangkannya lagi program realitas seperti Karma dan sejenisnya, stasiun ini (khususnya di waktu prime time) tampak mengalami penurunan menjadi di bawah RCTI dan SCTV yang memang makin populer dengan sinetronnya.[33] Namun, pada program-program pada waktu tertentu, untungnya program antv tersebut tetap dapat meraih rating yang bagus sehingga posisi rating totalnya dapat terjaga di papan tengah.[34]
Logo
Awalnya ANTV menggunakan nama ANteve terdiri dari kata "AN" dengan warna motif merah, ungu, hijau, biru gelap, sian dan kuning serta kata "teve" warna dibawah pada latar segi empat hitam.
Pada tanggal 13 Februari 1994, ANteve mulai mengubah logonya warna merah, kuning, hijau, biru, merah muda dan jingga serta tulisan huruf tipis dibawah pada kolom persegi panjang warna hijau gelap yang sebenarnya biru muda dan ungu yang sebenarnya biru tua. Saat menggunakan logo ini, station ident dari ANteve menampilkan gambar siger yang melambangkan asal kota dari ANteve, Bandar Lampung.
Pada tanggal 1 Maret 2003, ANteve mengubah logo dan nama lagi menjadi "antv" huruf kecil dengan warna gradien merah, jingga dan kuning. Station ident diperbarui dan tidak lagi menampilkan gambar siger.
Mulai 20 September 2009, ANTV kembali mengubah logonya dengan kemiripan seperti logo pada tahun 2003. Memiliki kotak yang berbentuk sama dengan logo sebelumnya saat di bawah STAR TV. Namun, logo ini didominasi warna merah dengan bayangan berwarna kuning dan menggunakan huruf "antv", tanpa logo bintang STAR TV.
Pancaran yang tebal dan berwarna merah menggambarkan kekuatan dan kepercayaan diri ANTV menuju masa depan yang gemilang, yang memperlihatkan ANTV dipersembahkan sebagai kebanggaan Indonesia. Warna putih melambangkan tekad ANTV menjalankan usaha ini berdasarkan asas ketentuan yang berlaku dilandasi nilai-nilai kejujuran, ketulusan, serta menjunjung tinggi integritas bangsa. Warna kuning melambangkan kemakmuran di mana kami berharap bahwa ANTV akan dapat memberikan kemakmuran kepada seluruh pemangku kepentingan.
Bertepatan dengan siaran langsung Viva La Vida pada tanggal 17 Maret 2013, di saat ANTV genap berusia 20 tahun, logo ini divariasikan lagi menjadi versi batik, baik sebagai logo on-air maupun logo jeda komersial/iklan terutama di situs web resmi ANTV.[36]
Kemudian, pada tanggal 25 Maret 2018, tepat pada acara Karma sebelum perayaan hari ulang tahun ANTV ke-25 (Indonesia Keren 3), logo on-air ANTV divariasikan lagi menjadi merah putih, menyesuaikan dengan logo perusahaannya. sementara logo ANTV versi abu-abu yang digunakan sebagai logo on-air dari 20 Juli 2012 sampai 17 Maret 2013 digunakan kembali sebagai logo jeda komersial/iklan.
Slogan utama
- Saat Paling Meng-asyik-kan (1993-1994)
- Makin Asyik Acaranya! (1994-1996)
- Wow Keren! (1996-2003, 2011-2015)
- Makin Keren (2003-2005)
- Makin Di Manis (2005-2006)
- TV Ramah Buat Keluarga (2006-2010)
- Berkilau Bersama ANTV (2010-2011)
- ANTV Keren (2015-2021)
- ANTV Lebih Berwarna (2021-sekarang)
Kepemilikan
antv merupakan satu dari sedikit stasiun TV di Indonesia yang tidak pernah mengalami perubahan pengendali sejak awal didirikan, yaitu oleh Bakrie Group (lewat berbagai anak perusahaannya). Walaupun sempat terjadi perubahan saham minoritas, tetapi posisi Bakrie dalam perusahaan ini seakan tidak goyah. antv pertama kali dimiliki secara patungan oleh dua orang politisi Partai Golkar, yaitu Aburizal Bakrie dan Agung Laksono dengan saham 60%-40% lewat masing-masing PT Bakrie Investindo dan PT Hasmuda Internusa Perdana.[37] Kongsi ini lahir karena walaupun Bakrie-lah yang ingin mendirikan stasiun TV, tetapi Agung-lah yang berhasil mendapatkan izin untuk siaran (awalnya di Lampung) karena kedekatannya dengan Menteri Penerangan Harmoko.[38] Kongsi keduanya tetap berlangsung hingga 2001, ketika Agung (lewat PT Hasmuda) melepaskan kepemilikannya kepada perusahaan yang masih terafiliasi dengan Bakrie, yaitu PT Capital Managers Asia (CMA), menyebabkan kepemilikan Bakrie kini mencapai 100%.
Akan tetapi, di saat yang sama, akibat krisis ekonomi 1997, ANteve (dan kerajaan bisnis Bakrie lain) menjadi terbelit hutang yang amat besar. ANteve terbelit hutang ke BNI (lalu dialihkan ke BPPN) sebesar Rp 50 miliar, kemudian ke para kreditor asing dari Jepang, Korea Selatan dan Inggris sebesar US$ 59 juta. Hutang lain juga muncul misalnya dari Dirjen Postel Dephub bahwa ANteve menunggak biaya Hak Penyelenggaraan Frekuensi dari 1995-2000 senilai Rp 4 miliar dan harus membayarnya segera agar tidak diputus siarannya sebelum September 2001. Total hutang ANteve mencapai US$ 157 juta (Rp 1,4 triliun) dan pada saat itu stasiun TV ini hampir saja dipailitkan oleh para kreditornya. Untuk menangani masalah ini, Aburizal Bakrie meminta bantuan anaknya, Anindya Bakrie untuk menangani masalah tersebut. Di bawah pengelolaannya, ANteve kemudian mengajukan proposal perdamaian (PKPU) dengan meminta para kreditor untuk mengonversi hutangnya menjadi saham pada sidang PKPU Juli 2002. Akhirnya, para kreditor setuju untuk mengonversi hutangnya menjadi saham sehingga kepemilikan Bakrie merosot menjadi 17% (12% Bakrie Investindo, 5,33% CMA) dan 77,6% sisanya dipegang oleh para kreditor pada 2002. Dalam proses restrukturisasi inilah, ANteve kemudian diluncurkan ulang sebagai antv pada 2003 yang memakan biaya Rp 7 miliar. Walaupun saham Bakrie tergerus, kenyataannya Bakrie tetap bisa menjadi pengendali antv karena diminta oleh para kreditor. Menurut Anindya, sejak restrukturisasi itu, keuangan antv makin sehat.[39][40][41] Untuk membantu kinerja ANteve, manajemen juga berusaha mencari pendanaan seperti dari bank-bank lokal dan konsorsium bank Korea di bawah PT Sigma Batara senilai US$ 70 juta.[38][42]
Sebelum restrukturisasi hutang, sebenarnya sudah ada beberapa pihak yang berkeinginan untuk mengambil alih ANteve. Pertama, dari grup Kompas Gramedia yang berniat untuk membentuk TV sendiri, merencanakan untuk mengakuisisi ANteve, tetapi gagal karena keinginannya untuk meminta keringanan hutang dari BPPN tidak diterima (Kompas Gramedia kemudian akan membeli TV lain, yaitu DVN TV). Kemudian, ada lagi penawaran dari Bhakti Investama (Hary Tanoesoedibjo) yang ingin memiliki ANteve, tetapi gagal karena hal yang sama dengan Kompas Gramedia. Pada penawaran ketiga, ada lagi dari PT Indopac Media yang 50% sahamnya dikendalikan Erick Thohir. Dibandingkan kedua penawar sebelumnya, hampir saja Thohir menguasai ANteve karena ia bahkan sudah diminta untuk menjadi Wakil Direktur ANteve, tetapi kandas karena ada perbedaan pendapat antara keduanya. PT Indopac meminta agar pembayaran pembelian saham ANteve dilakukan setelah negosiasi dengan kreditor dan penyerahan sahamnya dilakukan segera setelah pembayaran (karena mereka sudah mengeluarkan biaya yang mencapai 70% dari modal PT Indopac), sedangkan Bakrie ingin pembayaran pembelian saham dilakukan segera, tetapi alih sahamnya menunggu kreditor dahulu. (Di masa depan, walaupun tidak menguasai, Thohir akan terlibat dalam pengelolaan antv sebagai direktur utama sampai 2019 ketika Erick Thohir diangkat menjadi menteri BUMN periode 2019-2024).[43][44] Kabar lain juga sempat mengatakan bahwa ANteve sempat ingin berkongsi dengan Viacom Inc. sebesar 50-50% untuk bekerjasama dalam bidang produksi dan manajemen pada 2001.[12]
Pada 28 Agustus 2003 antv dimiliki oleh Bakrie Investindo 4,3%, PT Kencana Cita Kesuma 1,6%, PT Bune Era Mandiri 1,2%, PT Satria Cita Perkasa 10,2%, Magnus Capital Corporation Ltd 4,5%, dan CMA 78,2%. Seperti telah disebutkan, CMA merupakan kendaraan bisnis Bakrie bersama sejumlah mantan kreditor antv.[45] Restrukturisasi saham antv pada 2004 mengakibatkan perubahan kembali sehingga saham antv menjadi PT Bakrie Investindo 20,8%, CMA 6,6%, PT Kencana Cita Kusuma 7,8%, PT Bune Era Mandiri 5,8%, Nirwan Dermawan Bakrie 9,4% dan sebagai pemegang saham mayoritas adalah PT Satria Cita Perkasa 49,6% yang masih terafiliasi dengan Bakrie Group. Pada titik ini, Bakrie dapat mengendalikan saham mayoritas antv kembali dan lepas dari hutang serta kreditor. Dalam kondisi yang makin membaik itulah, pada 29 September 2005, Bakrie melakukan kerjasama dengan STAR TV (yang pada saat itu masih dimiliki oleh konglomerat media asal AS berkelahiran Australia, Rupert Murdoch, melalui News Corporation, yang pada 2013 dialihkan kepemilikannya kepada 21st Century Fox yang masih dimiliki oleh Murdoch, dan sejak 2019 hingga sekarang menjadi milik The Walt Disney Company ketika Disney mengakuisisi sebagian besar aset yang dulu dimiliki oleh 21st Century Fox, kecuali Fox News yang hingga sekarang masih dimiliki oleh Murdoch melalui perusahaan induk barunya, Fox Corporation) dengan menjual 20% saham antv kepadanya dan sisanya (80%) masih dipegang oleh keluarga Bakrie. Dalam perkembangannya, di bawah bantuan STAR TV, antv mengalami perbaikan dalam sisi program (seperti acara kuis Super Deal) yang cukup populer dan mengalami perubahan pada bidang pemberitaan, seperti merekrut wartawan senior Karni Ilyas, dan beberapa presenter seperti Valerina Daniel dan Grace Natalie yang berperan dalam pembentukan acara berita yang lebih baik, yaitu Topik. Perubahan juga dilakukan dengan merekrut juga ahli industri pertelevisian seperti Alex Kumara dan Titian Irmansyah. Kerjasama antara antv dan STAR TV dilakukan dalam program (seperti impor acara) dan manajemen antara keduanya, ditambah tentu saja mengubah logo (sehingga lebih menjual).[46][47]
Bagaimanapun, walaupun kemudian ada isu bahwa STAR TV akan meningkatkan sahamnya hingga 51%,[48] ditambah dengan pencapaian antv yang cukup meningkat di awal, tetapi pada akhirnya kerjasama keduanya berakhir dengan STAR TV menjual sahamnya kepada pihak Bakrie pada 23 Juni 2009. Alasannya, penonton Indonesia tidak menyukai program STAR TV yang terlalu internasional dan tidak melokal sehingga kinerja antv walaupun naik tapi kurang memuaskan.[49][50] Transaksi penjualan ini dilakukan sembari melakukan pembentukan perusahaan induk antv, yaitu Intermedia Capital. Saham-saham antv, yang sebelumnya dikuasai berbagai pihak yaitu dari STAR TV dan sejumlah perusahaan afiliasi Bakrie seperti Bakrie Capital Indonesia, CMA, Promise Result Ltd dan Good Response Ltd dialihkan/dijual kepada PT Intermedia Capital. Intermedia Capital sendiri berada di bawah kendali PT Visi Media Asia (VIVA), yang tetap dikuasai oleh pemilik yang sama, yaitu oleh keluarga Bakrie.[51] STAR TV sendiri kemudian akan menjadi pemegang saham sebesar 7,5% di VIVA, tetapi pada 2014 seluruh saham itu dilepas olehnya.
Sejak saat itu, kepemilikan antv masih dimiliki oleh Visi Media Asia lewat Intermedia Capital sampai saat ini. Walaupun ada rumor pada awal 2013 bahwa Bakrie akan menjual antv/VIVA kepada pemilik grup Media Nusantara Citra, Hary Tanoesoedibjo pada tahun 2013 senilai US$ 1,2-2 miliar (Rp 10-19 triliun), tetapi hal itu dibantah oleh Hary Tanoe dan terakhir oleh VIVA itu sendiri sehingga rencana itu dipastikan batal.[52][53] Di samping HT, kabar lain juga mengatakan bahwa di tahun yang sama, Chairul Tanjung dari CT Corp juga menargetkan untuk mengakuisisi VIVA (termasuk antv di dalamnya), bahkan CT sudah menyampaikan bahwa ia siap membeli VIVA dengan modal Rp 17,2 triliun (US$ 1,8 miliar) langsung secara tunai. Walaupun demikian, rencana ini kemudian tidak terjadi.[54][55] Pada April 2018, rumor lain menyatakan bahwa antv akan diakuisisi 50% sahamnya oleh Emtek, tetapi petinggi Emtek maupun anak usahanya, Surya Citra Media membantah kabar tersebut.[56][57]
Transmisi
ANTV memiliki 44 stasiun transmisi yang mampu menjangkau lebih dari 146 juta penonton televisi di Indonesia.[58]
Berikut ini adalah transmisi antv dan stasiun afiliasinya (sejak berlakunya UU Penyiaran, stasiun TV harus membangun stasiun TV afiliasi di daerah-daerah/bersiaran secara berjaringan dengan stasiun lokal). Data dikutip dari data Izin Penyelenggaraan Penyiaran Kominfo.[59]
Nama Jaringan | Daerah | Frekuensi Analog (PAL) | Frekuensi Digital (DVB-T2) [60] |
---|---|---|---|
PT Cakrawala Andalas Televisi | DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi | 47 UHF | 34 UHF |
PT Cakrawala Andalas Televisi Bali dan Mataram | Kota Denpasar, Singaraja, Buleleng, Kintamani, Karangasem, Gilimanuk | 25 UHF | 42 UHF |
Mataram | 24 UHF | ||
PT Cakrawala Andalas Televisi Yogyakarta dan Ambon | Yogyakarta, Bantul, Wonosari, Sleman, Wates, Solo | 30 UHF | 35 UHF |
Ambon | 24 UHF | 45 UHF | |
PT Cakrawala Andalas Televisi Bandung dan Bengkulu | Bandung, Cimahi, Padalarang, Cianjur | 58 UHF | 47 UHF |
Bengkulu | 22 UHF | ||
Cirebon | 42 UHF | 47 UHF | |
PT Cakrawala Andalas Televisi Semarang dan Palangkaraya | Semarang, Ungaran, Kendal, Demak, Jepara, Kudus | 25 UHF | 40 UHF |
Palangkaraya | 37 UHF | ||
PT Cakrawala Andalas Televisi Surabaya dan Samarinda | Surabaya, Gresik, Lamongan, Mojokerto, Pasuruan, Bangkalan | 24 UHF | 23 UHF |
Samarinda | 42 UHF | ||
PT Cakrawala Andalas Televisi Lampung dan Kendari | Bandar Lampung, Kota Metro | 30 UHF | 37 UHF |
Kendari | 28 UHF | ||
PT Cakrawala Andalas Televisi Pekanbaru dan Papua | Pekanbaru | 44 UHF | 45 UHF |
Jayapura | 42 UHF | ||
PT Cakrawala Andalas Televisi Makassar dan Palu | Makassar, Maros, Sungguminasa, Pangkajene | 25 UHF | |
Palu | 37 UHF | ||
PT Cakrawala Andalas Televisi Manado dan Gorontalo | Manado | 40 UHF | |
Gorontalo | 44 UHF | ||
PT Cakrawala Andalas Televisi Banjarmasin dan Padang | Banjarmasin, Martapura, Marabahan | 53 UHF | 43 UHF |
Padang, Pariaman, Bukittinggi, Padang Panjang, Solok | 45 UHF | 40 UHF | |
PT Cakrawala Andalas Televisi Palembang dan Bangka Belitung | Palembang | 26 UHF | |
Pangkal Pinang | 25 UHF | ||
PT Cakrawala Andalas Televisi Medan dan Batam | Medan | 29 UHF | 40 UHF |
Batam, Tanjung Balai Karimun | off air (53 UHF) | 44 UHF (segera) | |
PT Cakrawala Andalas Televisi Banten dan Ternate | Pandeglang | 56 UHF | 34 UHF |
Ternate | 36 UHF | ||
PT Cakrawala Andalas Televisi Pontianak dan Jambi | Pontianak | 52 UHF | |
Jambi | 52 UHF | ||
PT Cakrawala Andalas Televisi Kupang dan Manokwari | Kupang | ||
Manokwari | |||
PT Cakrawala ANTV 1 | Pematang Siantar | 52 UHF | 40 UHF |
PT Cakrawala ANTV 2 | Pati, Rembang | 61 UHF | 40 UHF |
Situbondo | |||
PT Cakrawala ANTV 3 | Batusangkar, Tanah Datar | 35 UHF | 40 UHF |
Mamuju | 26 UHF | ||
PT Cakrawala ANTV 4 | Blora, Cepu | ||
PT Cakrawala ANTV 5 | Banyuwangi | 35 UHF | |
PT Cakrawala ANTV 6 | Tarakan | 49 UHF | 39 UHF |
PT Cakrawala ANTV 7 | Balikpapan | 46 UHF | 42 UHF |
Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan | 36 UHF | ||
PT Cakrawala ANTV Aceh | Banda Aceh | 22 UHF | 38 UHF |
Purwokerto, Banyumas, Purbalingga, Kebumen, Cilacap | 37 UHF | 25 UHF | |
Majalengka, Indramayu | 42 UHF | 47 UHF | |
Sumedang | off air (39 UHF) | 47 UHF | |
Garut, Tasikmalaya, Ciamis | 22 UHF | 47 UHF | |
Sukabumi | 37 UHF | ||
Kediri, Pare, Kertosono, Blitar, Jombang, Tulungagung | 55 UHF | ||
Madiun, Magetan, Ngawi, Ponorogo | 36 UHF | ||
Malang | 44 UHF | 37 UHF (segera) | |
Cilegon, Serang | 34 UHF | ||
Malingping, Lebak | 42 UHF | ||
Malinau | 46 UHF | ||
Nunukan | 38 UHF |
Direksi
Daftar direktur utama
No. | Nama | Awal jabatan | Akhir jabatan |
---|---|---|---|
1 | Agung Laksono | 1 Maret 1993 | 26 Maret 1998 |
2 | Anton A. Nangoy | 26 Maret 1998 | 31 Mei 2002 |
3 | Anindya Bakrie | 1 Juni 2002 | 19 September 2009 |
4 | Dudi Hendrakusuma Syahlani | 20 September 2009 | 31 Desember 2012 |
5 | Erick Thohir | 1 Januari 2013 | 22 Oktober 2019 |
6 | Ahmad Zulfikar Said | 23 Oktober 2019 | sekarang |
Direksi saat ini
Nama | Jabatan |
---|---|
Ahmad Zulfikar Said | Presiden Direktur |
Otis Hahijary | Wakil Presiden Direktur |
Azkarmin Zaini | Direktur Pusat Berita dan Olahraga |
Reva Deddy Utama | Chief News & Sports Centre Officer |
R. Deny Juliarto | Chief Financial Officer |
Risya Marhamila | Chief HCGS Officer |
Teguh Anantawikrama | Chief External Affair Officer |
Johan Honggowarsito | Chief Sales & Marketing Officer |
Kiki Zulkarnain | Chief Program & Communications Officer |
Komisaris saat ini
Nama | Jabatan |
---|---|
Anindra Ardiansyah Bakrie | Presiden Komisaris |
M. Sahid Mahudie | Komisaris |
Indra Cahya Uno | Komisaris |
Lihat juga
Referensi
- ^ a b Masuk ANTV, Murdoch Janji Tak PHK Karyawan
- ^ Lativi Segera Beralih ke ANTV
- ^ BAKRIE MASUK TEVE, DIKELOLA NIRWAN BAKRIE, JUALAN SPORT & NEWS! BUKAN KARENA HOBI!?!
- ^ Prospektus Intermedia Capital 2014
- ^ Dasar-dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional, dan Regulasi: Edisi 2
- ^ a b LEBIH JAUH TENTANG TELEVISI SWASTA BARU DI INDONESIA (1), MELIPUT SU MPR DARI ATAP GEDUNG
- ^ Planet TV: A Global Television Reader
- ^ Gelombang nasional untuk televisi swasta
- ^ Pertelevisian di indonesia: "saat rcti 'bercerai' dengan sctv"
- ^ Anteve mengudara akhir februari 1993
- ^ Anteve, "semut" di saat yang menyenangkan
- ^ a b c Imagi-Nations and Borderless Television: Media, Culture and Politics Across Asia
- ^ a b Artis musik dunia sampaikan ucapan selamat hut ri ke-50 melalui anteve
- ^ Perebutan iklan tv meramai, anteve targetkan 17%
- ^ ANTON NANGOY, GANTIKAN AGUNG LAKSONO DI ANTEVE
- ^ Seabad pers kebangsaan, 1907-2007
- ^ Ekonomi Politik Media Penyiaran
- ^ TV One dan ANTV Diboikot PSSI
- ^ Politik Sepakbola Arifin dan Bakrie
- ^ Nirwan Bakrie Tetap di Belakang PSSI
- ^ Seabad pers kebangsaan, 1907-2007
- ^ Jatuh-Bangun ANTV Jadi Televisi Papan Atas
- ^ 12 Serial India yang Tayang di Indonesia Sepanjang 2014, Urut Tanggal Rilis (1)
- ^ Usai Telenovela, Terbitlah Drama India
- ^ Mengapa Hanya ANTV yang Sukses Menayangkan Serial India?
- ^ "Mahabharata" Tamat, ANTV Hadirkan "King Suleiman"
- ^ Durasi Siaran Asing Lewati Batas Maksimum, KPI Layangkan Sanksi ke ANTV
- ^ Sukses dengan Serial India, Mengapa ANTV Kurang Sukses dengan Serial Lokal?
- ^ Karma ANTV Rajai Rating, Robby Purba Ucapkan Syukur
- ^ Rating Sinetron Jodoh Wasiat Bapak Mengungguli Debat Capres
- ^ Rating JWB Babak 2 ANTV Buruk di Jam Tayang Baru, Bakal Tamat?
- ^ ANTV Puncaki Rating TV Indonesia, Karena Banyak Gimik?
- ^ Rekor Rating Putri yang Ditukar Telah Dipecahkan Ikatan Cinta?
- ^ Di Posisi Puncak, Serial Kulfi ANTV Sukses Jadi Bintang Kesayangan Pemirsa
- ^ [1]
- ^ Viva La Vida: 20 Tahun ANTV
- ^ Pers dalam "Revolusi Mei": runtuhnya sebuah hegemoni
- ^ a b Anton S. Soedarsono Menerjang Badai
- ^ Ekonomi Politik Media Penyiaran
- ^ Politics and the Media in Twenty-First Century Indonesia: Decade of Democracy
- ^ Revolusi Senyap ANTV Bikin Rival Terhenyak
- ^ Raja Media - Rupert Murdoch dan Peta Bisnis Televisi di Indonesia
- ^ Ekonomi Politik Media Penyiaran
- ^ Erick Thohir : Dari Pengusaha Hingga Politik
- ^ Gatra, Volume 11,Masalah 46-52
- ^ PT Cakrawala Andalas Televisi: “Super Deal” yang Menyelamatkan ANTV
- ^ Seabad pers kebangsaan, 1907-2007
- ^ Raja Media - Rupert Murdoch dan Peta Bisnis Televisi di Indonesia
- ^ Revolusi Senyap ANTV Bikin Rival Terhenyak
- ^ Jatuh-Bangun ANTV Jadi Televisi Papan Atas
- ^ Laporan Keuangan VIVA 2011
- ^ Hary Tanoe: tvOne dan antv batal dijual
- ^ Bakrie Batal Jual ANTV dan TVOne ke Hary Tanoe
- ^ Chairul Tanjung Akui Akan Beli TVOne, ANTV dan Vivanews
- ^ Soal Pembelian Visi Media, HT Kalah Bersaing dari Chairul Tanjung
- ^ Perusahaan Pemilik SCTV Bantah Isu Akuisisi ANTV
- ^ Emtek Masih Belum Bisa Memastikan Akuisisi ANTV
- ^ Tentang ANTV dari Awal
- ^ DAFTAR IZIN PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN TELEVISI YANG SUDAH DITERBITKAN OLEH MENTERI KOMINFO SAMPAI DENGAN NOVEMBER 2017
- ^ Peta ISR TV Digital - SDPPI Maps
Pranala luar
- Situs web resmi
- Antv di Facebook
- Antv di X
- Antv di Instagram
- ANTV Official di YouTube