SCTV

Jaringan televisi di Indonesia

SCTV (singkatan dari Surya Citra Televisi) adalah sebuah jaringan televisi swasta nasional di Indonesia. SCTV merupakan televisi swasta kedua di Indonesia setelah RCTI. SCTV lahir pada tanggal 24 Agustus 1990 sebagai stasiun televisi lokal di Surabaya yang berpusat di Jl. Darmo Permai, Surabaya, Jawa Timur. Meski tanggal itu ditetapkan sebagai tanggal lahir SCTV, tetapi baru tanggal 1 Januari 1993, SCTV mendapatkan izin sebagai stasiun televisi nasional di Jakarta. Kantor operasional SCTV pun secara bertahap dipindahkan dari Surabaya ke Jakarta, tetapi studio dan kantor pusat SCTV tetap berada di Surabaya hingga 1998.

SCTV
JenisJaringan televisi
SloganSatu Untuk Semua
Negara Indonesia
BahasaBahasa Indonesia
PendiriSudwikatmono
Henry Pribadi
Mohammad Noer
Tanggal siaran perdana20 Juli 1990 (siaran percobaan)
Tanggal peluncuran24 Agustus 1990
Kantor pusatSCTV Tower, Senayan City, Jl. Asia Afrika Lot 19, Tanah Abang, Jakarta Pusat
Wilayah siaranNasional
PemilikSurya Citra Media
Induk perusahaanElang Mahkota Teknologi
Anggota jaringanlihat #Transmisi
Tokoh kunciSutanto Hartono (Direktur Utama)
Format gambar1080i HDTV 16:9
(diturunkan menjadi 576i 16:9 untuk umpan SDTV)
Satelit
KabelFirst Media: 10 (SD), 413 (HD)
IPTV
Televisi internet
Situs webwww.sctv.co.id
SCTV
PT Surya Citra Televisi
(sebelumnya PT Foresta Maju dan PT Surabaya Centra Televisi)
Jakarta Pusat, DKI Jakarta
Indonesia
SaluranAnalog: 45 UHF
Digital: 24 UHF
Virtual: 23
SloganSatu Untuk Semua (lihat #Slogan)
Pemrograman
AfiliasiSCTV (stasiun induk)
Kepemilikan
Pemilik
Riwayat
Didirikan5 Mei 1987
Siaran perdana
20 Juli 1990 (siaran percobaan)
24 Agustus 1990 (siaran resmi)
Surya Citra Televisi
Informasi teknis
Otoritas perizinan
Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia
HAAT270 m (886 ft) (analog)
Koordinat transmiter-6.193323,106.7660485 (analog)
-6.219674,106.7219515 (digital)
Pranala
Situs webwww.sctv.co.id

Meski berkali-kali berpindah kantor (di Jakarta), SCTV tetap mengudara setiap hari. Pada tahun 1995 misalnya, SCTV berpindah kantor ke Wisma AKR, Jakarta Barat yang letaknya berdekatan dengan kantor RCTI. Lalu pada akhir tahun 1998, SCTV berpindah kantor lagi ke Wisma Indovision, yang diiringi dengan perpindahan kantor pusat dari Surabaya. Menginjak usia ke-11, pada tahun 2001, SCTV kemudian memusatkan kegiatan operasionalnya di Gedung Graha SCTV (sekarang Gedung Graha Mitra milik Indika Group), Jalan Gatot Subroto, Setiabudi, Jakarta Selatan. Dan pada tahun 2007, kegiatan operasional SCTV berpusat di Senayan City kerjasama dengan Agung Podomoro Group. Namun, stasiun pemancar dan studio Penta tetap dipusatkan di Kebon Jeruk.

Sejak 29 Januari 1999, mayoritas saham SCTV diakuisisi oleh Surya Citra Media. Pada awal Mei 2013, SCTV dan Indosiar resmi bergabung.[1]

Sejarah

Televisi lokal

Pada awalnya, PT Surya Citra Televisi didirikan dengan nama PT Foresta Maju pada 5 Mei 1987.[2] Perusahaan ini dimiliki oleh Henry Pribadi dan Sudwikatmono, dan keduanya kemudian mengajukan izin pendirian stasiun televisi SST (Siaran Saluran Terbatas) di kota Surabaya pada 28 April 1989. Pendiriannya sendiri didukung oleh mantan Gubernur Jawa Timur, M. Noer, karena menurutnya TVRI Surabaya tidak mendapat anggaran yang baik dan sudah saatnya memberikan alternatif informasi ke masyarakat.[3] Persetujuan dari Dirjen RTF (Direktur Jenderal Radio, Televisi dan Film) didapat pada 27 September 1989 dengan nama perusahaan baru: PT Surabaya Centra Televisi[4][5] (awalnya direncanakan dengan nama Surabaya Centra Televisi Indonesia, SCTI)[6] dan izin siaran didapatkan dari pemerintah lewat penandatanganan kerjasama dengan TVRI pada 17 Januari 1990.[7]

 
Kantor SCTV di Surabaya. Sebelum mengudara secara nasional, SCTV berkantor di tempat ini. Dan kini telah difungsikan menjadi Stasiun Pemancar SCTV wilayah Surabaya

Pembangunan studio SCTV sendiri dimulai pada Hari Pahlawan 10 November 1989, dan selanjutnya pembangunan gedung SCTV di Jalan Darmo Permai, Surabaya kemudian dimulai pada 1 Februari 1990 yang dihadiri Menteri Penerangan Harmoko.[8] Modal awal yang dikeluarkan untuk membangun SCTV adalah Rp 150 miliar dan dibantu oleh 200 karyawan. Sesuai izin SST yang diberikan pada awalnya, SCTV direncanakan saat itu akan bersiaran secara terestrial, namun hanya akan diterima secara terbatas, bagi pemirsa yang memiliki dekoder secara berlangganan yang ditargetkan sebanyak 100.000.[9] Siaran percobaannya awalnya direncanakan pada Juni 1990 selama sebulan, tanpa menggunakan dekoder dalam waktu 8 jam/hari sebagai perkenalan ke publik.[10] Walaupun demikian, pada Juli 1990, pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan yang mengizinkan televisi swasta bersiaran secara free-to-air[11] sehingga pada 1 Agustus 1990, dikeluarkan izin prinsip Deppen cq Dirjen RTF No. 1271E/RTF/K/VIII/1990 yang mengizinkan SCTV dapat diterima secara bebas. Hal ini menyebabkan kemudian siaran SCTV bisa diterima tanpa dekoder sama sekali.[12][13]

Setelah diundur beberapa kali, pada 19 Juli 1990, SCTV mulai berancang-ancang melakukan siaran percobaannya yang direncanakan sekitar tiga bulan.[14][15] Namun, baru esok harinya hal tersebut dapat dilakukan, yaitu pada 20-21 Juli dan 26 Juli 1990, dengan pada saat itu hanya berupa siaran pendek singkat beberapa menit seperti test pattern, kata-kata pendek ataupun Indonesia Raya di kanal 43 UHF (647,25 MHz). Lalu, pada hari-hari selanjutnya, siaran percobaan dilakukan dengan menayangkan lagu-lagu dengan suara stereo (Zweiton) dari pukul 18.00-20.30 WIB.[16] SCTV merupakan stasiun televisi pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi stereo, dan juga untuk membantu penayangan serial/film asing, juga dihadirkan fitur suara bilingual dalam siarannya.[17] Akhirnya, Surabaya Centra Televisi (SCTV) mulai mengudara secara resmi pada tanggal 24 Agustus 1990 dengan jangkauan wilayah Surabaya dan sekitarnya (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Sidoarjo, dan Lamongan) yang mengacu pada izin Departemen Penerangan No. 1415/RTF/K/IX/1989 dan SK No. 150/SP/DIR/TV/1990. Siaran resmi ini dimulai pada pukul 19.30 WIB, dengan penyampaian ucapan HUT TVRI dan pembukaan oleh seorang penyiar wanita. Program pertama yang ditayangkan adalah The British Record Industrial Awards, sebuah siaran penghargaan musik dari Inggris. Siaran perdana SCTV hanya berlangsung selama 1 jam 30 menit hingga pukul 21.00 WIB. Selanjutnya pada hari-hari berikutnya siaran SCTV kemudian diperpanjang, dari pukul 12.00 WIB-00.30 WIB (akhir pekan) atau dimulai dari 17.00 WIB (hari kerja).[8]

Meski pada saat itu SCTV masih berstatus televisi lokal di Surabaya, beberapa merek sempat beriklan produk di SCTV, misalnya Baygon[18] dan Citra.[19] Di saat itu pula, SCTV dikenal sebagai dikenal sebagai "Saudara Kembar" dari stasiun TV RCTI Jakarta, karena SCTV selalu bersama menayangkan acara-acara yang ditayangkan RCTI Jakarta meskipun waktu tayang antara keduanya selalu berbeda. Hal ini bisa terjadi karena, walaupun keduanya memiliki struktur kepemilikan dan manajemen yang berbeda, tetapi keduanya melakukan kerjasama programming yang didorong oleh pemerintah.[20][21] Alasan kerjasama ini adalah kemungkinan SCTV bisa mendapat program yang lebih murah karena membeli program yang sudah ditayangkan RCTI. (Bagaimanapun, SCTV pada 1991 justru sempat "tersandung" masalah karena programnya dituduh tidak mencerminkan masyarakat Surabaya dengan menyiarkan acara impor RCTI Jakarta). Selain kerjasama program, kerjasama dengan RCTI juga dilakukan dalam hal teknis dan dengan magang calon karyawan SCTV dari Februari 1990.[10] Upaya persiapan lain juga dilakukan dengan mengirim beberapa tenaga ahli ke luar negeri seperti Australia. Setelah direncanakan sejak awal bersiaran,[22] pada 14 September 1991, pancaran siaran SCTV dapat diperluas, menjangkau Denpasar, Bali dengan mendirikan sebuah stasiun jaringan bernama SCTV Denpasar.[3] Lalu, pada November 1991 siaran SCTV juga menjangkau Mataram, Nusa Tenggara Barat.[23] Sejak itulah kepanjangan SCTV berubah menjadi Surya Citra Televisi. Ide perubahan nama ini sebenarnya sudah disampaikan Dirut SCTV saat itu, Henry Pribadi sehari sebelum siaran perdana SCTV mengingat jangkauan siarannya yang mencapai Gerbangkertosusila, tetapi tampaknya hingga 1991 masih belum terwujud.[8] Melalui SK Dirjen RTF No. 1286/RTF/K/VI/1991 juga, pemerintah mengizinkan SCTV untuk bersiaran nasional lewat satelit, walaupun penerimanya terbatas pada pengguna parabola saja.[24]

Televisi nasional

Pada tanggal 30 Januari 1993, berbekal SK Menteri Penerangan No. 04A/1993 (18 Januari 1993), SCTV mendapatkan izin mengudara secara nasional. Namun, siarannya secara nasional dilakukan pada tanggal 24 Agustus 1993 pukul 21.00 WIB, tepat saat SCTV berulang tahun yang ke-3. Diberikannya izin SCTV untuk bersiaran nasional, berarti juga mengakhiri kerjasama dengan RCTI yang sudah dijalin sejak 1990. Sejak saat itu, program SCTV (kecuali berita) selalu berbeda dengan RCTI. Namun, pada akhirnya kerjasama kedua pihak dalam programming berita benar-benar berakhir setelah SCTV mulai menghentikan program berita RCTI dan menyiarkan acara beritanya sendiri bernama Liputan 6 sejak 20 Mei 1996 pukul 18.00. Kerjasama yang pada saat ini tersisa antara RCTI-SCTV (dan kemudian ditambah Indosiar), hanyalah dalam pengelolaan stasiun relai (di beberapa daerah, termasuk di Jakarta sendiri yang kini juga disewa oleh berbagai stasiun televisi lain) dimana masing-masing akan menanggung 50% biaya dari operasional stasiun relai tersebut sejak 1993.[25]

Secara bertahap, mulai tahun 1993 sampai dengan 1998, SCTV memindahkan basis operasi media siaran nasionalnya dari Surabaya ke Jakarta. Khusus pemindahan kantor pusat, pemindahan ini sudah direncanakan akan selesai pada akhir 1997, dengan alasan untuk menghemat biaya, terutama dalam transportasi yang cukup besar. Sebelum perpindahan itu, praktis SCTV merupakan satu-satunya TV swasta yang berkantor pusat di luar Jakarta.[26][27] Namun, baru pada 1998 kegiatan ini bisa dilaksanakan.[28] Saat ini, melalui 47 stasiun transmisi, SCTV mampu menjangkau 240 kota dan menggapai sekitar lebih dari 175 juta potensial pemirsa.

Pada tanggal 1 Juni 1997, SCTV mulai menggunakan slogan "SCTV NgeTop!". Menurut pihak SCTV, makna dari slogan ini adalah merupakan upaya SCTV untuk memberikan yang terbaik kepada pemirsanya sekaligus memacu para karyawan SCTV sendiri untuk melakukan yang terbaik.[27] Selain itu, station ID SCTV ini menonjolkan warna orange yang diharapkan menggugah semangat. Dalam perubahan ini juga, diperkenalkan maskot bernama "Tevi" (singkatan dari televisi) dan adanya repositioning target pasar dari wanita ke keluarga.[26]

Pada tahun 2002, SCTV (dengan induknya yang bernama Surya Citra Media), mulai mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Jakarta. Dan sejak tanggal 29 Januari 2005, SCTV mengubah logo dan slogannya menjadi "Satu Untuk Semua". Pada tahun 2006, SCTV memiliki hak siar dalam ajang sepak bola bergengsi di dunia Piala Dunia FIFA 2006.

 
Studio Liputan 6 di SCTV Tower, Senayan City, Jakarta

Saat ini kantor pusat SCTV terletak di SCTV Tower, Senayan City, Jalan Asia Afrika Lot 19, Jakarta Selatan. Sebelum 23 November 2007, kantor pusat SCTV berada di Jalan Gatot Subroto Kavling 21 Jakarta yang kini ditempati oleh perusahaan dibawah naungan Indika Group. SCTV juga memiliki studio khusus di Jalan Raya Kebon Jeruk No. 66, Jakarta Barat. Kepemilikan SCTV dikuasai oleh grup Elang Mahkota Teknologi melalui Surya Citra Media (SCM). Direktur Utama SCTV saat ini adalah Sutanto Hartono.

Program olahraga

Pada 22 Desember 2011, SCTV berhasil memenangkan bidding hak siar UEFA Champions League, UEFA Europa League, dan UEFA Super Cup untuk musim 2012/13 hingga musim 2014/15. SCTV mengucapkan terima kasih kepada RCTI dan Indovision atas penayangan hak siar UCL dan UEL selama 10 tahun berturut-turut. dan SCTV kembali menyiarkan UCL dan UEL untuk musim 2016/17 hingga musim 2017/18 setelah mendapatkan lisensi dari beIN Sports dan sebelumnya RCTI hanya menyiarkan UCL dan UEL selama semusim 2015/16. Pada bulan Agustus 2019, SCTV kembali lagimenjadi pemegang hak siar UEFA Champions League, UEFA Europa League, dan UEFA Super Cup untuk kali ketiga mulai musim 2019-20 setelah Futbal Momentum Asia (FMA), selaku pemilik saham dari Total Sports Blast (TSB) gagal membayar hak siar ketiga kompetisi tersebut untuk dua musim selanjutnya, yaitu 2019-20 dan 2023-24. Sehingga, rivalnya RCTI juga tidak bisa melanjutkan penayangannya dan hanya menyiarkan musim 2018-19 di RCTI.[29] SCTV sendiri akan menyiarkan siaran langsung pertandingan UEFA Champions League, mulai dari babak play-off (satu babak sebelum penyisihan grup) hingga babak final, berbeda dengan RCTI yang biasanya memulai tayangannya dengan babak penyisihan grup (tidak termasuk play-off) hingga final.[30][31] Siaran langsung UEFA Champions League, UEFA Europa League, dan UEFA Super Cup juga ditayangkan oleh Champions TV yang merupakan saluran olahraga di bawah naungan Indonesia Entertainment Group. Pertandingan UEFA Champions League, UEFA Europa League, dan UEFA Super Cup disiarkan sepenuhnya oleh SCTV.

Pada pertengahan 2013, SCTV resmi menjadi pemegang hak siar Liga Utama Inggris musim 2013–2014 sampai 2015–2016 bersama Indosiar dan TV berlangganan Nexmedia. SCTV dan Indosiar akan menyiarkan 76 pertandingan Barclays Premier League atau 2 pertandingan per minggunya. SCTV diplot menyiarkan BPL Setiap Minggu pukul 22.30 WIB Sedangkan Indosiar hanya menyiarkan pertandingan BPL Setiap Sabtu pukul 21.30 WIB, Untuk seluruh pertandingan BPL, Capital One Cup dan FA Cup bisa dinikmati di Nexmedia. Tidak hanya Liga Utama Inggris, SCTV juga menyiarkan siaran langsung pertandingan Semifinal The FA Cup dan Piala EFL (sebelumnya Football League Cup) selama tiga musim yaitu 2013-14 hingga dan 2015-16 ditambah pertandingan FA Community Shield 2013, 2014, dan 2015 untuk melengkapi paket hak siar kompetisi/turnamen sepak bola Inggris juga dengan kerjasama beIN Sports.[32] dan kembali lagi SCTV menyiarkan Premier League hanya untuk musim 2021–22 saja bertepatan dengan musim terakhir bagi Mola TV selaku pemegang lisensi hak siar di wilayah Indonesia dan Timor Leste saja. Sesaat SCTV menyiarkan Premier League, SCTV tidak mencakup hak siar Piala liga Inggris dan Piala FA saja karena kedua hak siar tersebut dijual terpisah dikarenakan hak siar FA Cup masih tayang di RCTI dan beIN Sports hingga 2021-22, sedangkan Carabao Cup juga akan tayang di RTV (hanya babak semifinal dan final saja) dan Mola TV.

Pada pertengahan 2016, SCTV resmi menjadi pemegang hak siar La Liga selama tiga musim, yaitu 2016–17 sampai musim 2018–19 juga dengan kerjasama beIN Sports.

Pada bulan Desember 2019, SCTV telah mendapatkan hak siar turnamen sepak bola Piala Dunia Antarklub FIFA (2019 dan 2020). Pada musim 2019 hanya menayangkan pertandingan final.[33]

Pada bulan Mei 2021, SCTV resmi jadi partner Mola TV akan menyiarkan siaran langsung sisa pertandingan babak Kualifikasi Piala Dunia 2022 (AFC) hanya zona Asia Tim nasional sepak bola U-23 Indonesia berkat kerjasama dengan pemilik lisensi dari Mola TV mulai Juni 2021 mendatang, menggantikan TVRI Nasional dan TVRI Sport HD pada tahun 2019 silam.[34]

Kepemilikan

Sejarah SCTV bisa dikatakan terikat kuat dengan trah Soeharto selama awal beroperasinya. Pada awalnya, saat masih merupakan televisi lokal Surabaya, SCTV dikuasai oleh tiga pihak, yaitu Sudwikatmono, Henry Pribadi dan Mohammad Noer (mantan gubernur Jawa Timur). Dalam perkembangannya, kepemilikan Noer kemudian menghilang dari SCTV dan digantikan oleh trah Cendana lain, yaitu Halimah Agustina Kamil (istri Bambang Trihatmodjo) sebanyak 25% dan Aziz Mochdar sebesar 20%. Pada 1993, Peter F. Gontha juga mendapatkan 2,5% saham SCTV, walaupun kepemilikan saham utama tetap berada di Henry dan Sudwikatmono.[13][35] Kondisi ini berlangsung hingga 1997-1998, ketika pemilik saham yang sudah ada berupa individu-individu tersebut kemudian mengubah struktur kepemilikan menjadi lebih sederhana. Hasilnya, SCTV pada tahun 1998 dikuasai oleh dua perusahaan yaitu PT Mitrasari Persada (yang dikendalikan oleh Henry dan Sudwikatmono, sejak 14 Agustus 1997 sebesar 52,5%) dan PT Datakom Asia (yang dikuasai Bambang Tri, Peter F. Gontha ditambah beberapa pihak lain, sejak 31 Agustus 1998 sebesar 47,5%).[36] Henry dengan PT Mitrasari tampak lebih agresif dalam pengelolaan SCTV, misalnya berani menyuntikkan dana sebesar Rp 150 miliar pada 1997 dan menaikkan sahamnya menjadi 73,15% di SCTV pada November 1999.[37][35]

Pada tahun 2000, masuklah keluarga Sariaatmadja, dari grup Elang Mahkota Teknologi dengan bendera PT Abhimata Mediatama (Sariaatmadja pada saat itu menggandeng Singleton Group Australia dan Bambang Tri untuk menyuntik modal di PT Abhimata).[38][39] Sebagian saham PT Mitrasari kemudian beralih tangan kepada PT Abhimata. PT Abhimata dan PT Mitrasari kemudian mendirikan PT Cipta Aneka Selaras (kemudian berganti nama menjadi PT Surya Citra Media/SCM) sebagai induk perusahaan SCTV. Dalam posisi ini di tahun 2001, pihak Cendana masih menguasai sebagian kepemilikan SCTV, dimana Henry dan Sudwikatmono lewat sebagian saham di PT Mitrasari (yang mengendalikan induk SCTV, PT Cipta Aneka Selaras) serta Bambang-Gontha lewat PT Datakom (sebanyak 27% saham langsung di SCTV). Namun, kemudian kepemilikan mereka berangsur-angsur dilepas dimana PT Datakom melepaskan kepemilikannya di SCTV kepada SCM pada 1 Mei 2002[40] dan Henry-Sudwikatmono melepaskan seluruh sahamnya di SCM (masing-masing Henry lewat PT Citrabumi Sacna sebanyak 25% dan Sudwikatmono lewat PT Indika Multimedia sebesar 14,42%) pada 27 Juli 2005.[41][42] Praktis, sejak saat itu SCTV berada di bawah kendali keluarga Sariaatmadja sampai sekarang.[13][43]

Tampak bahwa pasca krisis ekonomi 1997-1998, terjadi pergesekan antara pemegang saham di SCTV (dan kemudian induknya, SCM) mengenai pengelolaan stasiun TV ini. Penjualan saham PT Datakom Asia di SCTV banyak yang menduga karena Gontha bergesekan dengan PT Mitrasari milik Henry dan Sudwikatmono.[44] Lalu, sebelum dilepas, tampak bahwa Henry dan Sudwikatmono sudah berpisah dari sebelumnya di PT Mitrasari (sejak 7 Agustus 2003),[45] dimana Henry kini dengan PT Citrabumi Sacna dan Sudwikatmono dengan sahamnya dialihkan ke perusahaan anaknya, Agus Lasmono yaitu Indika Group. Penjualan saham Henry di induk SCTV, SCM ke keluarga Sariaatmadja ini diduga karena terjadi konflik dalam pengelolaan stasiun TV ini antara mereka berdua sehingga akhirnya Henry memaksa Sariaatmadja untuk membeli sahamnya. Awalnya, sempat muncul kabar bahwa saham yang dibeli keluarga Sariaatmadja itu akan dijual ke Bakrie Group, atau STAR TV pada 2005-2006, tetapi tampaknya itu hanya rumor.[38]

Ada hal yang cukup menarik dari perubahan kepemilikan SCTV pada 1997-2005, yaitu upaya dari Hary Tanoesoedibjo untuk masuk menguasai SCTV. Pada Mei 2000, perusahaan HT PT Bhakti Investama melihat peluang dengan adanya surat hutang induk SCTV, PT Mitrasari di Citibank. Dalam pembentukan SCM (yang pada saat itu bernama PT Cipta Aneka Selaras), selain PT Abhimata dan PT Mitrasari, PT Bhakti juga ikut masuk dengan kepemilikan 33,5%. Bhakti juga sempat berencana untuk menguasai PT Datakom yang pada saat itu terlilit hutang, dengan harapan akhir menguasai SCTV. Bahkan, sebelumnya pada 24 April 2000 Bhakti menyatakan mereka sudah siap membeli saham SCTV sebesar 100%, yang diperkirakan akan di-share swap dengan saham PT Agis Tbk. Namun, pada akhirnya rencana HT gagal karena Henry sebagai pemilik PT Cipta Aneka Selaras tidak mau menyerahkan kepemilikannya dan pengendaliannya pada SCTV. HT kemudian memutuskan melepaskan saham PT Bhakti dalam PT Cipta Aneka Selaras seluruhnya dan membatalkan rencana pembelian saham PT Datakom di SCTV.[35] Saham PT Bhakti dalam PT Cipta Aneka Selaras, kemudian beralih kepada PT Abhimata. Selain upaya pembelian oleh Bhakti, sempat juga ada isu yang menyatakan bahwa SCTV akan dibeli sahamnya oleh Arab Radio & Television (ART) dari Mesir,[46] atau pada November 1998 oleh PT Timsco milik Timmy Habibie sebesar 52,5%.[36]

Seperti telah disebutkan, sejak 2005 saham induk SCTV, PT Surya Citra Media berada di bawah Elang Mahkota Teknologi (EMTEK) via PT Abhimata Mediatama. Pada 2008, dilakukan restrukturisasi sehingga SCM kini di bawah langsung kendali EMTEK. Tindakan ini dilakukan dengan menjual saham PT Abhimata Mediatama di SCM kepada EMTEK.[47] Kepemilikan EMTEK atas SCTV tetap bertahan sampai sekarang, walaupun pada September 2010 sempat tersiar rumor bahwa SCM maupun SCTV akan dijual pada STAR TV milik Rupert Murdoch, tetapi kemudian dibantah.[48][49]

Acara

Pada awal bersiaran, program SCTV sendiri tidak jauh berbeda dengan program RCTI sebagai hasil kerjasama mereka, namun waktunya tidak sama. Setelah berpisah, SCTV sendiri kemudian memfokuskan siarannya pada acara-acara impor, terutama telenovela dan serial Mandarin.[50] Berbagai sinetron juga mulai diperkenalkan, walaupun kurang populer dan lebih menargetkan pasar perempuan. Setelah perubahan pada 1997, program sinetron ini kemudian mulai dijadikan acara utama, dengan nama "Sinetron Prima". Berbagai acara ini, seperti Tersayang dan Wah Cantiknya cukup dikenal oleh penonton.[51] Selain acara diatas, SCTV juga memiliki acara berita di bawah bendera Liputan 6.

Acara-acara ini kemudian semenjak perubahan image pada 30 Januari 2005, diubah menjadi bertema "Gala", seperti Gala Mandarin, Gala Bollywood, Gala Hollywood, Gala Sinema, Gala Keluarga dan Gala Sinetron, dengan Gala Sinetron adalah yang utama. Walaupun saat ini nama Gala sudah tidak dipakai, namun acara sinetron maupun film televisi (FTV) tetap menjadi acara utama stasiun televisi ini.

Penyiar

Identitas

Logo kedua SCTV saat melakukan proses pemindahan dari Surabaya ke Jakarta dan setelah pindah ke Jakarta (24 Agustus 1993-31 Juli 2003) serta station ID (1994-2005)
Logo ketiga SCTV (1 Agustus 2003-29 Januari 2005)

Logo SCTV awalnya terdiri dari setengah sabit warna biru dan setengah lingkaran warna merah di atas serta persegi panjang berwarna abu-abu di bawah. Di tengah-tengah kedua bentuk tersebut, ada tulisan SCTV dengan jenis huruf Helvetica Black. Logo ini digunakan dari 24 Agustus 1990 hingga 29 Januari 2005 (dengan beberapa perubahan minor). Pertama kali dimunculkan pada siaran pertama SCTV, logo tersebut merupakan hasil sayembara ke publik. Dari 100 kandidat, kemudian terpilih 1 logo yang dirasa mampu merepresentasikan SCTV.[8]

Pada tanggal 29 Januari 2005 dalam rangka penyegaran identitas, pada acara berjudul Satu Untuk Semua,[52] SCTV mengubah logo barunya menjadi tulisan SCTV warna biru dengan jenis huruf Myriad Pro Black dan lingkaran besar gradien warna jingga dan kuning yang melambangkan simbol surya atau sinar matahari di pojok kiri atas pada tulisan. Slogannya menjadi "Satu Untuk Semua". Lambang matahari yang berubah dari setengah lingkaran menjadi lingkaran penuh berwarna jingga melambangkan kedewasaan dan kematangan, serta warna biru pada tulisan "SCTV" melambangkan wawasan ke depan. Logo tersebut sendiri diluncurkan setelah dirancang selama empat bulan.[53][54]

Slogan

  • SCTV, Surabaya Televisi (24 Agustus 1990-24 Agustus 1991)
  • Ayo SCTV-Selangkah Lebih Maju (24 Agustus 1991-24 Agustus 1993)
  • Saluran Hiburan dan Informasi (24 Agustus 1991-24 Agustus 1993, bersama RCTI)
  • Selalu Siap Menemani Anda/Selalu Siap Menemanimu (24 Agustus 1993-1 Juni 1997)
  • Ayo SCTV (24 Agustus 1994-1 Juni 1997)
  • SCTV NgeTop! (2 Juni 1997-29 Januari 2005) (Kata Ngetop masih digunakan sampai saat ini pada kategori Paling Ngetop di SCTV Awards)
  • Semakin Istimewa (1990an-29 Januari 2005)
  • Satu Untuk Semua (1 Desember 2004-sekarang)

Direksi dan Komisaris

Daftar direktur utama

No. Nama Awal jabatan Akhir jabatan
1 Henry Pribadi[8] 1987 1990
2 Slamet Supoyo 1990 1997
3 Agus Mulyanto 1997 2002
4 Lanny Rahardja 2002 2003
5 Wisnu Hadi 2003 2006
6 Fofo Sariaatmadja 2006 2011
7 Sutanto Hartono 2011 2013
8 Grace Wiranata 2013 2015
9 Sutanto Hartono 2015 sekarang

Direksi saat ini

Struktur dewan direksi SCTV saat ini adalah sebagai berikut:

No. Nama Jabatan
1 Sutanto Hartono Direktur Utama
2 Raden Alvin Widarta Sariaatmadja Direktur Penjualan dan Pemasaran
3 Rusmiyati Djajaseputra Direktur Keuangan
4 David Setiawan Suwarto Direktur Pemrograman
(juga produser SinemArt)

Komisaris saat ini

Struktur dewan komisaris SCTV saat ini adalah sebagai berikut:

No. Nama Jabatan
1 R. Suyono Komisaris Utama
2 Eddy Kusnadi Sariaatmadja Komisaris
3 Fofo Sariaatmadja Komisaris
4 Siti Hediati Hariyadi Komisaris
5 Budi Harianto Komisaris
6 Suryani Zaini Komisaris

Transmisi

Menurut data Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo), SCTV saat ini disiarkan melalui 30 stasiun televisi (tidak termasuk stasiun relai) yang dimiliki oleh 17 perusahaan (termasuk stasiun dan perusahaan induknya).[55] SCTV menjangkau 31 dari 34 provinsi di Indonesia. Seluruh stasiun tersebut dimiliki oleh SCTV.

Berikut ini adalah transmisi SCTV dan stasiun afiliasinya (sejak berlakunya UU Penyiaran, stasiun TV harus membangun stasiun TV afiliasi di daerah-daerah/bersiaran secara berjaringan dengan stasiun lokal). Data dikutip dari data IPP Kemenkominfo[55] dan laporan keuangan SCM.[56][57]

Keterangan: stasiun yang dicetak miring berarti masih berupa stasiun relai dan belum memiliki siaran lokalnya sendiri.

Nama Perusahaan Nama Stasiun Daerah Frekuensi Analog (PAL) Frekuensi Digital (DVB-T2)[58]
PT Surya Citra Televisi SCTV DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi 45 UHF 24 UHF
PT Surya Citra Pesona SCTV Gorontalo Gorontalo 38 UHF
SCTV Tanjung Selor Tanjung Selor 33 UHF 32 UHF
PT Surya Citra Sentosa SCTV Aceh Banda Aceh 46 UHF 43 UHF
SCTV Bireuen Sigli, Bireuen 31 UHF
SCTV Lhokseumawe Lhokseumawe 32 UHF
PT Surya Citra Media Kreasi SCTV Denpasar Kota Denpasar 31 UHF
SCTV Mataram Mataram 32 UHF 38 UHF
PT Surya Citra Kirana SCTV Bengkulu Bengkulu 26 UHF 31 UHF
SCTV Lampung Bandar Lampung, Metro 34 UHF
PT Surya Citra Nugraha SCTV Yogyakarta Yogyakarta, Wonosari, Solo, Sleman, Wates 34 UHF 25 UHF
PT Surya Citra Ceria SCTV Jambi Jambi 35 UHF 28 UHF
SCTV Palembang Palembang 32 UHF 25 UHF
PT Surya Citra Mediatama SCTV Bandung Bandung, Cimahi, Padalarang, Cianjur 52 UHF 39 UHF
SCTV Serang Cilegon, Serang 55 UHF 24 UHF
SCTV Cirebon Cirebon, Indramayu, Kuningan 36 UHF 37 UHF
SCTV Garut Garut 30 UHF 27 UHF
SCTV Ciamis Ciamis, Tasikmalaya 37 UHF
SCTV Sumedang Sumedang, Majalengka 39 UHF
SCTV Cianjur Cianjur Selatan 39 UHF
SCTV Pandeglang Pandeglang 24 UHF
SCTV Lebak Malingping, Lebak 39 UHF (segera)
PT Surya Citra Wisesa SCTV Semarang Semarang, Ungaran, Kendal, Demak, Jepara, Kudus 35 UHF 32 UHF
SCTV Tegal Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan 55 UHF 33 UHF
SCTV Purwokerto Purwokerto, Banyumas, Purbalingga, Cilacap 45 UHF 31 UHF
SCTV Kebumen Purworejo, Kebumen 33 UHF
SCTV Blora Blora, Cepu 31 UHF
SCTV Pati Pati, Rembang 22 UHF
PT Surya Citra Media Gemilang SCTV Pontianak Pontianak 35 UHF 48 UHF
SCTV Palangkaraya Palangkaraya 35 UHF 36 UHF
PT Surya Citra Multikreasi SCTV Banjarmasin Banjarmasin, Martapura, Marabahan 34 UHF 33 UHF
SCTV Amuntai Amuntai
SCTV Samarinda Samarinda 47 UHF 36 UHF
SCTV Balikpapan Balikpapan 32 UHF 36 UHF
SCTV Berau Tanjung Redeb, Berau
SCTV Bontang Bontang 26 UHF 36 UHF
PT Surya Citra Cendrawasih SCTV Jayapura Jayapura 30 UHF
SCTV Ambon Ambon 46 UHF
SCTV Manokwari Manokwari 36 UHF 34 UHF
PT Surya Citra Pesona Media SCTV Pekanbaru Pekanbaru 26 UHF 33 UHF
SCTV Batam Batam 47 UHF 42 UHF
PT Surya Citra Dimensi Media SCTV Makassar Makassar, Maros, Sungguminasa, Pangkajene 35 UHF
SCTV Kendari Kendari 24 UHF 36 UHF
SCTV Mamuju Mamuju 38 UHF
PT Surya Citra Kreasitama SCTV Palu Palu 31 UHF 38 UHF
SCTV Manado Manado 34 UHF
PT Surya Citra Visi Media SCTV Padang Padang, Pariaman 47 UHF
SCTV Bukittinggi Bukittinggi, Padang Panjang off air (62 UHF)
SCTV Medan Medan 35 UHF 34 UHF
SCTV Pematangsiantar Pematangsiantar, Simalungun 32 UHF (segera)
PT Elang Citra Perkasa[59] SCTV Surabaya[59] Surabaya, Gresik, Mojokerto, Lamongan, Pasuruan, Bangkalan 34 UHF 29 UHF
SCTV Jember Jember 62 UHF 27 UHF
SCTV Bondowoso Bondowoso 27 UHF
SCTV Situbondo Situbondo 32 UHF
SCTV Kediri Kediri, Pare, Kertosono, Jombang, Blitar, Tulungagung 53 UHF 33 UHF (segera)
SCTV Malang Malang 46 UHF 29 UHF
SCTV Madiun Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo 48 UHF 24 UHF
SCTV Banyuwangi Banyuwangi off air 31 UHF
SCTV Pacitan Pacitan 45 UHF
SCTV Sumenep Pamekasan, Sumenep 29 UHF

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "Indosiar" dan "SCTV" Resmi Merger – Diakses tanggal 5 April 2013
  2. ^ Prospektus EMTEK 2009
  3. ^ a b SURABAYA KITA: BUKAN AKAN BERSAING, SCTV MITRA TVRI
  4. ^ Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 14,Masalah 21-24
  5. ^ Muhammad Nur
  6. ^ Indonesia Reports, Masalah 47-59
  7. ^ Giliran Surabaya Punya Swasta
  8. ^ a b c d e SURABAYA KITA: PELETAKAN BATU PERTAMA SCTV 1 FEBRUARI 1990 SORE
  9. ^ Default SURABAYA KITA: SCTV SUATU SAAT TAK PERLU DEKODER
  10. ^ a b Default SURABAYA KITA: SATU BULAN, SIARAN SCTV TANPA DEKODER
  11. ^ Default JATI DIRI: ALHAMDULILLAH, TANPA DEKODER
  12. ^ Ssu adalah siaran tv yang dapat ditangkap langsung..
  13. ^ a b c Televisi Jakarta di atas Indonesia
  14. ^ Sctv, rame rek!
  15. ^ Ishadi S.K. 2014. Media dan Kekuasaan - Televisi di Hari-hari Terakhir Presiden Soeharto. Jakarta: Penerbit Buku Kompas
  16. ^ SCTV MUNCUL, SUDAH BANYAK YANG MINTA LAGU
  17. ^ Default SURABAYA KITA: PERTAMA KALI, SCTV AKAN SIARAN STEREO
  18. ^ Iklan Baygon (1991) @ SCTV Surabaya di YouTube
  19. ^ Iklan Citra Body Lotion – Designer (1991–1992) @ SCTV Surabaya di YouTube
  20. ^ Imagi-Nations and Borderless Television: Media, Culture and Politics Across Asia
  21. ^ Pola Penggunaan Waktu Dalam Kehidupan Pelajar di Jawa Timur
  22. ^ Default SURABAYA KITA: SCTV DIRENCANAKAN MENJANGKAU BALI, SIARAN PERCOBAAN 26 JULI 1990
  23. ^ Mataram - sctv mulai menarik perhatian pemirsa di mataram
  24. ^ Default Pilih mana, tv swasta atau tv komersil?
  25. ^ PROSPEKTUS MNC 2007
  26. ^ a b KEGIATAN OPERASIONAL AKAN DIPINDAHKAN KE JAKARTA, SURYA CITRA TELEVISI (SCTV) TERANCAM
  27. ^ a b SCTV UBAH CITRA, AKHIR TAHUN 1997 OPERASIONAL DARI JAKARTA
  28. ^ Wacana gender & layar televisi: studi perempuan dalam pemberitaan televisi swasta
  29. ^ "Uefa close to replacing collapsed Champions League deal in Indonesia". SportBusiness Media (dalam bahasa Inggris). 2019-08-06. Diakses tanggal 2019-08-19. 
  30. ^ "SCTV Pemegang Hak Siar Liga Champions dan Liga Eropa Mulai Musim 2019/2020". iSatelit.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-08-28. Diakses tanggal 14 Agustus 2019. 
  31. ^ "SCTV Tayangkan Piala Super Cup Mulai Musim 2019". www.bola.net. Diakses tanggal 14 Agustus 2019. 
  32. ^ SCTV, Indosiar, dan Nexmedia Tayangkan Premier League di Indonesia
  33. ^ "Saksikan Final Piala Dunia Antarklub 2019 Hanya di SCTV dan Vidio.com". Liputan6.com. 2019-12-21. Diakses tanggal 2020-01-01. 
  34. ^ Liputan6.com. 2021-05-25 https://m.liputan6.com/amp/4566496/sctv-siarkan-langsung-3-laga-timnas-indonesia-di-kualifikasi-piala-dunia-2022. Diakses tanggal 2020-05-26.  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan)
  35. ^ a b c Ekonomi Politik Media Penyiaran
  36. ^ a b 52,5% SAHAM SCTV PINDAH KE TIMMY HABIBIE
  37. ^ Ayo sctv, jangan bubar
  38. ^ a b sctv, satu untuk dijual
  39. ^ Televisi Batavia
  40. ^ Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 14,Masalah 21-24
  41. ^ Henry Pribadi Jual Semua Saham di SCTV ke Abhimata Mediatama
  42. ^ Eddy Sariaatmadja, Obama dan Harta Rp 18,2 T
  43. ^ Politics and the Media in Twenty-First Century Indonesia: Decade of Democracy
  44. ^ Tempo: Indonesia's Weekly News Magazine, Volume 3,Masalah 1-8
  45. ^ "Lapkeu Q1 SCM 2004" (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2004-10-20. Diakses tanggal 2004-10-20. 
  46. ^ JP/TV industry seeks foreign boost
  47. ^ Emtek Kuasai Langsung SCTV
  48. ^ Rupert Murdoch Dikabarkan Incar SCTV, Harga 3 Saham TV Melejit Tajam
  49. ^ SCTV Bantah Akan Dibeli Star TV
  50. ^ HUT ke-29, Inilah 5 Telenovela Ngetop yang Pernah Tayang di SCTV
  51. ^ 25 Sinetron SCTV Paling Fenomenal (Bag. 2)
  52. ^ [koran.tempo.co/amp/budaya/32672/surya-citra-televisi-sctv-ganti-logo Surya Citra Televisi (SCTV) Ganti Logo]
  53. ^ SCTV Mengubah Logo Agar Lebih Dewasa
  54. ^ SCTV Luncurkan Lambang Baru
  55. ^ a b DAFTAR IZIN PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN TELEVISI YANG SUDAH DITERBITKAN OLEH MENTERI KOMINFO SAMPAI DENGAN NOVEMBER 2017
  56. ^ Laporan Keuangan Tahunan SCM 2014
  57. ^ Laporan Keuangan Tahunan SCM 2019
  58. ^ Peta ISR TV Digital - SDPPI Maps
  59. ^ a b Satu Untuk Semua! Ini 10 Fakta Unik Tentang Stasiun TV SCTV

Pranala luar