antv
ANTV (singkatan dari Andalas Televisi, ditulis antv, dieja ANteve sebelum 2003) adalah sebuah jaringan televisi swasta nasional di Indonesia. Bermula dari sebuah izin siaran lokal di Bandar Lampung pada tanggal 1 Januari 1993, Dua bulan kemudian, tepatnya tanggal 1 Maret 1993, ANTV secara resmi bersiaran nasional. ANTV dimiliki oleh Intermedia Capital (MDIA), perusahaan di bawah naungan Visi Media Asia (VIVA) milik Bakrie Group.
ANTV | |
---|---|
Jenis | Jaringan televisi |
Slogan | antv Lebih Berwarna antv Rame (tagline) |
Negara | Indonesia |
Bahasa | Bahasa Indonesia |
Pendiri | Aburizal Bakrie Agung Laksono |
Tanggal siaran perdana | 1 Januari 1993 (siaran percobaan) |
Tanggal peluncuran | 1 Maret 1993 |
Kantor pusat | The Convergence Indonesian Building Lt.26-28, Kawasan Rasuna Epicentrum, Jl. H.R. Rasuna Said, Karet Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan 12940, Indonesia |
Wilayah siaran | Nasional |
Wilayah | Indonesia |
Pemilik | Intermedia Capital |
Induk perusahaan | Visi Media Asia |
Kelompok usaha | Bakrie Group |
Afiliasi | MTV (1995–2002) STAR TV (2005–2009) |
Anggota jaringan | lihat #Jaringan siaran |
Tokoh kunci | Ahmad Zulfikar Said (Presiden Direktur) Otis Hahijary (Wakil Presiden Direktur) Anindra Ardiansyah Bakrie (Presiden Komisaris) |
Format gambar | 1080i HDTV 16:9 (diturunkan menjadi 576i 16:9 untuk umpan SDTV) |
Satelit |
|
Kabel |
|
IPTV |
|
Televisi Internet |
|
Situs web | www |
PT Cakrawala Andalas Televisi | |
---|---|
Jakarta Selatan, DKI Jakarta Indonesia | |
Saluran | Digital: 34 UHF Virtual: 26 |
Branding | ANteve (1993–2003) antv (2003–sekarang) |
Slogan | antv Lebih Berwarna antv Rame (tagline) |
Pemrograman | |
Afiliasi | ANTV (stasiun induk) |
Kepemilikan | |
Pemilik | Bakrie Group (1993–2009) Hasmuda Internusa Perdana (1993–2001) STAR TV (2005–2009)[1] Intermedia Capital (2009–sekarang) (lihat #Kepemilikan) |
tvOne (2007–sekarang)[2] VTV (2013–sekarang) | |
Riwayat | |
Didirikan | 25 Oktober 1990 |
Siaran perdana | 1 Januari 1993 (siaran percobaan) 28 Februari 1993 (mulai bersiaran di Jakarta) 1 Maret 1993 (siaran resmi)[3] |
Siaran terakhir | 47 UHF (analog) 46 UHF (digital, DVB-T)[4] |
MTV (1995–2002) STAR TV (2005–2009) | |
Makna tanda panggil | Andalas Televisi |
Informasi teknis | |
Otoritas perizinan | Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia |
ERP | 40 kW (analog)[5] |
Pranala | |
Situs web | www |
Sejarah
Awal bersiaran (1993-2001)
Stasiun televisi pertama yang akan didirikan oleh Grup Bakrie pertama kali muncul pada Juli 1992, dengan nama PT Cakrawala Bumi Sriwijaya Televisi (CBS TV) yang berbasis di Palembang, Sumatra Selatan. CBS TV awalnya direncanakan berada di bawah PT Usaha Mediatronika Nusantara, anak usaha PT Bakrie Investindo, dan dikelola oleh Nirwan Bakrie. Target acaranya adalah berita dan olahraga, dan sudah mendapatkan izin sejak 31 Desember 1991 dari pemerintah untuk bersiaran lokal.[6]
Dikarenakan pada saat itu televisi swasta (kecuali TPI) hanya boleh bersiaran lokal, maka Bakrie Grup juga mencanangkan pembentukan televisi lokal lain di Bandar Lampung, di bawah perusahaan PT Cakrawala Andalas Televisi yang didirikan pada 25 Oktober 1990 di Jakarta dan aktanya disahkan pemerintah pada 27 November 1993.[7] Meskipun izin siarannya sudah didapatkan sejak 17 September 1991,[8] namun baru pada 1 November 1993, perusahaan tersebut (dengan biaya Rp 25 milyar) memulai siaran percobaannya di Lampung dengan nama udara ANteve (yang dimaksudkan agar namanya mudah dibaca penonton).[9][10] ANteve awalnya dimaksudkan sebagai televisi pertama yang kantor dan studionya berada di luar pulau Jawa (sesuai namanya, Andalas).[11] Namun, pada 18 Januari 1993 Menteri Penerangan mengeluarkan SK Menpen 04A/1993 yang membolehkan televisi swasta bersiaran nasional, dan ANteve kemudian juga mendapatkan izin siaran nasionalnya melalui surat izin nomor 207/RTF/K/I/1993 yang dikeluarkan pada 30 Januari 1993. Dengan pemberian izin ini, CBS TV dan sebuah televisi lokal lain bernama PT Sanitya Mandara Televisi (SMTV, di Yogyakarta) kemudian digabungkan operasionalnya dengan PT Cakrawala Andalas Televisi yang kini memutuskan memindahkan operasionalnya ke Jakarta. Sebelum resmi memulai siarannya di Jakarta, ANteve melakukan pembangunan studio di Pengadegan, Jakarta Selatan dan pemancar sementara di Mulia Center. Modal awal dari pendirian ANteve adalah Rp 90-100 miliar.[12][13]
Pada 28 Februari 1993, ANteve resmi memulai siaran nasionalnya di Jakarta, dengan siaran selama 5 jam (18.00-23.00 WIB).[14] Lalu, pada 1 Maret 1993, ANteve untuk pertama kalinya memproduksi program sendiri berupa liputan jalannya Sidang Umum DPR/MPR dan program berita Laporan ANteve. Momen istimewa itulah yang kemudian dijadikan sebagai hari jadinya hingga kini.[3] Setelah dimulainya siaran dari Jakarta itu, pihak ANteve sudah mencanangkan pembangunan menara pemancar di Gunung Lemo, Cianjur, Jawa Barat dan perluasan siaran ke Medan, Palembang, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan Ujung Pandang pada Juni 1993, sehingga pada akhir 1993 diharapkan sudah bisa bersiaran tetap secara nasional.[9][13] Melanjutkan rencana yang dicanangkan oleh CBS TV sebelumnya, ANteve tetap menargetkan program olahraga sebagai acara utama.
Namun, ANteve kemudian sempat mengalami kesulitan seperti dalam perluasan siaran (hanya sampai Bandung), runtuhnya pemancar dan rendahnya rating programnya. Bertekad untuk memperbaiki masalah ini, pada 25 Februari 1994 ANteve kemudian diluncurkan kembali sebagai televisi untuk anak muda dan remaja, dengan program terutama film dan musik. Untuk memuluskan kinerjanya, kemudian studio baru ANteve dipindah ke Mulia Center dan pemancarnya ke Puri Kembangan, Jakarta Barat. Lalu, bekerjasama dengan TPI, ANteve kemudian membangun sejumlah transmisi di berbagai daerah, sehingga pada akhir 1994 sudah bisa dinikmati secara nasional.[15][16] Mulai 5 Mei 1995, ANteve juga menjalin kerjasama dalam bentuk penayangan acara-acara MTV, dan makin memantapkan dirinya sebagai TV olahraga dan musik sejak 1996. Dalam kerjasama dengan MTV, ANteve tidak membatasi dirinya pada musik Barat, melainkan juga musik Indonesia seperti dangdut.[17] Komposisi siaran ANteve pada saat itu adalah 40% berita, 40% hiburan dan 20% olahraga.[17] Sejak 1996, siarannya mulai menggunakan teknologi stereo dan waktu siar sudah menjadi 22 jam/hari.[18] ANteve juga merupakan salah satu pionir dalam hal penggunaan Satellite News Gathering (SNG) dalam memproduksi tayangan Saksi Mata yang menyiarkan langsung kejadian dari ruang sidang.[3]
Walaupun sudah punya nama yang mapan sebagai TV pemuda dan olahraga, namun ANteve cukup terdampak dengan krisis ekonomi 1997-1998. Krisis tersebut membuat ANteve terpaksa memperpendek jam siarnya menjadi 14 jam dan mengurangi program impor, yang turut diperparah posisinya yang cenderung berada di posisi terbawah dari 5 televisi swasta yang ada.[16][19] Memasuki awal 2000-an, ANteve justru terjerat hutang dan sempat hampir beralih kepemilikan (bahkan dipailitkan), sehingga seperti memaksanya melakukan perubahan kembali terutama pada hal image.[20]
Perkembangan selanjutnya (2001-2014)
Pada awal tahun 2001, ANteve berhasil mencatatkan prestasi di Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai penyelenggara konser selama 5 jam. Kemudian, sejak 31 Maret 2002, ANteve berkembang menjadi televisi untuk segala usia setelah menghentikan penyiaran program MTV (yang berpindah ke Global TV per 7 Maret 2002). Namun, karena kemudian ANteve menjadi "terombang-ambing" tanpa basis pemirsa yang kuat. Seiring restrukturisasi, pada Maret 2003 (bertepatan dengan hari ulang tahun ANteve ke "10") dilakukan rebranding yang turut mengubah nama ANteve secara resmi menjadi antv saja. Programnya juga diperluas ke anak-anak dan keluarga, dan diharapkan dengan perubahan image yang memakan biaya Rp 7 miliar ini citra antv bisa berubah di mata penonton.[21] Walaupun antv dalam hal pemograman berusaha menyatakan dirinya bersifat general, tetapi antv tetap banyak dikenal dengan program pertandingan sepakbolanya, seperti Liga Super Indonesia dan Divisi Utama. Konon, hal ini dapat dikaitkan dengan salah satu anggota keluarga Bakrie pada saat itu yang memegang jabatan penting di PSSI, yaitu Nirwan Bakrie. Kondisi ini tetap berlangsung hingga 2014, sebelum terjadinya perubahan dalam hal programming.[22][23][24]
Pada tanggal 29 September 2005,[1] antv berhasil menjalin kerjasama strategis dengan jaringan televisi dunia STAR TV. Kerja sama ini ditandai dengan diakuisisinya 20% saham antv oleh STAR TV (yang merupakan batas masuknya pemodal asing ke televisi swasta sesuai aturan perundang-undangan). Dengan kerjasama ini, di bawah bantuan manajemen STAR TV, antv mengalami perbaikan dalam sisi program, seperti acara kuis Super Deal dan komedi seperti Tawa Sutra yang cukup populer, ditambah acara dari STAR TV maupun film impor. antv juga mengalami perubahan pada bidang pemberitaan, seperti merekrut wartawan senior Karni Ilyas, dan beberapa presenter seperti Valerina Daniel dan Grace Natalie yang berperan dalam pembentukan acara berita yang lebih baik, yaitu Topik. Perubahan juga dilakukan dengan merekrut ahli pertelevisian seperti Alex Kumara dan Titian Irmansyah, ditambah perubahan logo (sehingga lebih menjual).[20][25] Namun, akhirnya kerjasama yang diharapkan bisa membuat antv lebih mapan ini berakhir karena ketidakcocokan program di mata penonton (karena program ala STAR TV dirasa terlalu internasional dan tidak melokal), sehingga pada 23 Juni 2009, STAR TV melepas seluruh kepemilikannya.[26][27] Walaupun demikian, antv tetap mempertahankan statusnya sebagai jaringan televisi umum dan olahraga hingga 2014. Pangsa pasar antv saat itu adalah sekitar 5% dari 180 juta penonton, dan sempat meningkat setelah memiliki hak siar atas ajang sepak bola bergengsi dunia, Piala Dunia FIFA 2014 bersama tvOne.[20]
antv berhasil memperoleh sertifikasi Sistem Manajemen Mutu Berstandar Internasional ISO 9001:2008 untuk lingkup Television Broadcast System pada tahun 2011.
Saat ini, antv dimiliki oleh PT Visi Media Asia Tbk (melalui PT Intermedia Capital Tbk).
Perkembangan mutakhir (2014-sekarang)
Sejak 2014, antv jauh lebih dikenal publik sebagai TV yang menyiarkan sinetron buatan berbagai negara Asia, terutama India, dan kini acara tersebut bisa dikatakan menjadi acara umum yang ditayangkan di antv. Awalnya, program acara yang ditayangkan adalah Mahabharata sejak 17 Maret 2014. Tidak disangka-sangka, acara tersebut ternyata sukses besar di kalangan ibu-ibu. Bahkan, antv sampai mendatangkan aktor dan aktris sinetron negeri Bollywood itu untuk dibawa dalam road show di 25 kota di seluruh Indonesia.[27][28] Melihat hal tersebut, antv pun mulai gencar menayangkan berbagai sinetron India sampai sekarang. Penayangan drama India di antv terbilang unik karena dibandingkan dengan jaringan televisi lain (seperti MNCTV dengan Naaginn dan SCTV dengan Ranveer dan Ishani) hanya antv yang terbilang berhasil menayangkannya dan bertahan lama. Bahkan, program tersebut mampu mendongkrak rating antv yang sebelumnya di papan tengah menjadi nomor 1, dan jelas tentu saja juga menaikkan pemasukan iklannya.[29][30] Beberapa drama tersebut, seperti Uttaran, Thapki, Mohabbatein, Gopi, Kulfi dan masih banyak lagi. Awalnya, antv juga berusaha mencoba peruntungan dengan menyiarkan drama Turki seperti Abad Kejayaan, Fatmagul dan Cansu dan Hazal.[31] Program-program ini awalnya cukup populer, tetapi kemudian pada akhirnya hanya drama India sajalah yang dipertahankan.
Banjirnya program India di jaringan televisi ini, sering kali mendapat kritikan dari masyarakat, dan tentu saja dari KPI yang mengkritik karena durasi drama-drama India itu kebanyakan cukup lama dan melebihi 30% batas program asing di TV nasional.[32] Sebenarnya, jaringan televisi ini juga sudah berusaha menayangkan program lokal, tetapi sering kali mendapat rating rendah dan ada juga yang kesuksesannya seumur jagung. Misalnya, ada sinetron Malaikat Kecil dari India, Cinta di Langit Taj Mahal dan program realitas seperti Pesbukers, Bollystar Vaganza serta The New Eat Bulaga! Indonesia yang semuanya berusaha memasukkan aktor-aktris dari drama-drama India yang sudah ditayangkan sebelumnya, tetapi kebanyakan tidak sukses.[33] Di acara yang murni pemain lokal, seperti sinetron Jodoh Wasiat Bapak dan acara realitas semacam Karma, Menembus Mata Bathin dan Terangkanlah, awalnya memang sukses besar (bahkan Karma sangat tinggi rating-nya di waktu tayangnya yang mendekati tengah malam),[34][35] namun kemudian seperti kita ketahui bahwa program tersebut akhirnya lenyap di layar antv, dan kalaupun ada beberapa sinetron lokal baru sering kali ratingnya rendah.[36] Sementara itu, bagi program semacam berita, seperti Topik dan Lensa Olahraga yang pernah identik dengan antv justru menghilang dan tidak pernah tayang lagi. Praktis, program drama dan serial India tetap dipertahankan oleh jaringan televisi ini sampai sekarang. Topik saat ini hanya fokus pada channel YouTube dan website ANTVKlik, sedangkan Lensa Olahraga pindah ke saluran khusus olahraga yang saat ini masih dalam tahap uji coba, sportOne.
Identitas
Logo
Awalnya logo antv menggunakan nama "ANteve" terdiri dari kata "AN" dengan warna motif biru, sian, kuning, jingga, merah jambu dan hijau serta kata "teve" di bawahnya pada latar segi empat hitam. Kemudian, di tanggal 13 Februari 1994, ANteve memodifikasi logonya menjadi warna kuning, merah, hijau, jingga, merah muda dan sian serta tulisan huruf tipis dibawah pada kolom persegi panjang warna hijau gelap/biru muda dan ungu/biru tua. Kombinasi warna-warna tersebut merefleksikan ANteve sebagai televisi remaja yang bercitra muda, dinamis, dan progresif,[38] serta visi baru dan program-program yang berwarna.[37] Saat menggunakan logo ini, station ident dari ANteve menampilkan gambar siger yang melambangkan asal kota dari ANteve, Bandar Lampung. Sempat pada Februari 1997 ANteve mengadakan sayembara ke publik untuk mencari pengganti logo warna-warni ini,[39] namun kurang jelas hasilnya. Pada bulan Maret 2002, logo ANteve dipindahkan ke kanan layar kaca setelah sebelumnya memutus kontrak dengan MTV atas program MTV di ANteve.
Pada tanggal 1 Maret 2003, ANteve mengubah logo dan nama lagi menjadi "antv" huruf kecil dengan warna gradien merah, jingga dan kuning. Station ident diperbarui dan tidak lagi menampilkan gambar siger. Logo bertuliskan "antv" tersebut tetap dipertahankan pasca masuknya saham STAR TV, namun dimodifikasi dengan menyesuaikan logo saluran televisi internasional tersebut. Penyesuaian logo ini diinterpretasikan sebagai kombinasi dari dua kekuatan yang saling melengkapi, yaitu STAR TV dengan pengalaman internasionalnya dan antv dengan pengetahuan dan keahlian lokalnya.[40]
Mulai 20 September 2009, antv kembali mengubah logonya dengan kemiripan seperti logo pada tahun 2003, tetapi memiliki kotak yang berbentuk sama dengan logo sebelumnya saat di bawah STAR TV. Namun, logo ini didominasi warna merah dengan bayangan berwarna kuning dan menggunakan huruf "antv", tanpa logo bintang STAR TV. Simbolisme dari logo tersebut, meliputi:
- Pancaran yang tebal dan berwarna merah menggambarkan kekuatan dan kepercayaan diri antv menuju masa depan yang gemilang, yang memperlihatkan antv dipersembahkan sebagai kebanggaan Indonesia.
- Warna putih melambangkan tekad antv menjalankan usaha ini berdasarkan asas ketentuan yang berlaku dilandasi nilai-nilai kejujuran, ketulusan, serta menjunjung tinggi integritas bangsa.
- Warna kuning melambangkan kemakmuran, di mana antv diharapkan dapat memberikan kemakmuran kepada seluruh pemangku kepentingan.
Bertepatan dengan siaran langsung Viva La Vida pada tanggal 17 Maret 2013, pada saat antv genap berusia 20 tahun, logo ini divariasikan lagi menjadi versi batik, baik sebagai logo on-air maupun logo jeda komersial/iklan terutama di situs web resmi antv.[41] Kemudian, pada tanggal 25 Maret 2018, tepat pada acara Karma sebelum perayaan hari ulang tahun antv ke-25 (Indonesia Keren 3), logo on-air antv divariasikan lagi menjadi merah putih, menyesuaikan dengan logo perusahaannya, sementara logo antv versi abu-abu yang digunakan sebagai logo on-air dari 20 Juli 2012 sampai 17 Maret 2013 digunakan kembali sebagai logo jeda komersial/iklan dan logo on-air versi batik sebelumnya saat ini digunakan pada seragam karyawan/karyawati antv.
Slogan utama
- Saat Paling Meng-asyik-kan (1993-1994)
- Makin Asyik Acaranya! (1994-1996)
- Wow Keren! (1996-2003, 2011-2015)
- Makin Keren (2003-2005)
- Makin Dinamis (2005-2006)
- TV Ramah Buat Keluarga (2006-2010)
- Berkilau Bersama antv (2010-2011)
- antv Keren (2015-2021)
- antv Lebih Berwarna (2021-sekarang)
- antv Rame (2022-sekarang)
Program
Penyiar
- Emzy Ardiwinata
- Deba Depari
- Dita Fakhrana
- Intan Mariana
- Novi Herlina
- Novia Putipama
- Gilbert Pangalila
- Putra Maulana
- Kartika Berliana
- Indah Setyani
- Azis Arriadh
- Restu Wulandari
- Ojip Ismaputra
- Nadia Purwoko
- Elang Purbaya
- Intan Aletrinö
- Intan Saumadina
- Jaswin Kaur
- Karen Nijsen
- Crystal Oceanie
- Sesa Eryka
Mantan penyiar
- Elfin Pertiwi Rappa
- Hana Qosim
- Inge Dewi
- Intan Saumadina
- Limystina Novatra
- Merlyn Yuriana
- Nada Ferlysia
- Anita Firdaus
- Arief Widoseno
- Arya Ondrio
- Faizal Aprialdi
- Catherine Mulyadi
- Arif Kurniawan
- Ryan Hasri
- Rudy Fitryandanu
- Andini Effendi
- Ariana Herawati
- Dwi Anggia
- Fitri Ekawati
- Fessy Alwi
- Grace Natalie
- Indy Rahmawati
- Jean Girsang
- Melati Suryaningtyas
- Melisa Gandasari
- Myra Junor
- Rahma Alia
- Maria Selena
- Tengku Fiola
- Mercy Tirayoh
- Tika Ghafar
- Anggunita Swastya
- Valerina Daniel
- Witri Epilia
- Yasmin Muntaz
Kepemilikan
antv merupakan satu dari sedikit jaringan televisi di Indonesia yang tidak pernah mengalami perubahan pengendali sejak awal didirikan, yaitu oleh Bakrie Group (lewat berbagai anak perusahaannya). Walaupun sempat terjadi perubahan saham minoritas, tetapi posisi Bakrie dalam perusahaan ini seakan tidak goyah. antv pertama kali dimiliki secara patungan oleh dua orang politisi Partai Golkar, yaitu Aburizal Bakrie dan Agung Laksono dengan saham 60%-40% (awalnya 55-45%)[13] lewat masing-masing PT Bakrie Investindo dan PT Hasmuda Internusa Perdana.[42] Kongsi ini lahir karena walaupun Bakrie-lah yang ingin mendirikan televisi swasta, tetapi Agung-lah yang berhasil mendapatkan izin untuk siaran (awalnya di Lampung) karena kedekatannya dengan Menteri Penerangan Harmoko.[43] Kongsi keduanya tetap berlangsung hingga 2001, ketika Agung (lewat PT Hasmuda) melepaskan kepemilikannya kepada perusahaan yang masih terafiliasi dengan Bakrie, yaitu PT Capital Managers Asia (CMA), menyebabkan kepemilikan Bakrie kini mencapai 100%.
Akan tetapi, pada saat yang sama, akibat krisis ekonomi 1997, ANteve (dan kerajaan bisnis Bakrie lain) menjadi terbelit hutang yang amat besar. ANteve terbelit hutang ke BNI (lalu dialihkan ke BPPN) sebesar Rp 50 miliar, kemudian ke para kreditor asing dari Jepang, Korea Selatan dan Inggris sebesar US$ 59 juta. Hutang lain juga muncul misalnya dari Dirjen Postel Dephub bahwa ANteve menunggak biaya Hak Penyelenggaraan Frekuensi dari 1995-2000 senilai Rp 4 miliar dan harus membayarnya segera agar tidak diputus siarannya sebelum September 2001. Total hutang ANteve mencapai US$ 157 juta (Rp 1,4 triliun) dan pada saat itu hampir saja dipailitkan oleh para kreditornya. Untuk menangani masalah ini, Aburizal Bakrie meminta bantuan anaknya, Anindya Bakrie untuk menangani masalah tersebut. Di bawah pengelolaannya, ANteve kemudian mengajukan proposal perdamaian (PKPU) dengan meminta para kreditor untuk mengonversi hutangnya menjadi saham pada sidang PKPU Juli 2002. Akhirnya, para kreditor setuju untuk mengonversi hutangnya menjadi saham sehingga kepemilikan Bakrie merosot menjadi 17% (12% Bakrie Investindo, 5,33% CMA) dan 77,6% sisanya dipegang oleh para kreditor pada 2002. Dalam proses restrukturisasi inilah, ANteve kemudian diluncurkan ulang sebagai antv pada 2003. Walaupun saham Bakrie tergerus, kenyataannya Bakrie tetap bisa menjadi pengendali antv karena diminta oleh para kreditor. Menurut Anindya, sejak restrukturisasi itu, keuangan antv makin sehat.[21][26][44] Untuk membantu kinerja ANteve, manajemen juga berusaha mencari pendanaan seperti dari bank-bank lokal dan konsorsium bank Korea di bawah PT Sigma Batara senilai US$ 70 juta.[43][45]
Sebelum restrukturisasi hutang, sebenarnya sudah ada beberapa pihak yang berkeinginan untuk mengambil alih ANteve. Pertama, dari grup Kompas Gramedia yang berniat untuk membentuk TV sendiri, merencanakan untuk mengakuisisi ANteve, tetapi gagal karena keinginannya untuk meminta keringanan hutang dari BPPN tidak diterima (Kompas Gramedia kemudian akan membeli TV lain, yaitu DVN TV). Kemudian, ada lagi penawaran dari Bhakti Investama (Hary Tanoesoedibjo) yang ingin memiliki ANteve, tetapi gagal karena hal yang sama dengan Kompas Gramedia. Pada penawaran ketiga, muncul PT Indopac Media yang 50% sahamnya dikendalikan Erick Thohir. Dibandingkan dua penawar sebelumnya, hampir saja Thohir menguasai ANteve karena ia bahkan sudah diminta untuk menjadi Wakil Direktur ANteve, tetapi kandas karena ada perbedaan pendapat antara keduanya. PT Indopac meminta agar pembayaran pembelian saham ANteve dilakukan setelah negosiasi dengan kreditor dan penyerahan sahamnya dilakukan segera setelah pembayaran (karena mereka sudah mengeluarkan biaya yang mencapai 70% dari modal PT Indopac), sedangkan Bakrie ingin pembayaran pembelian saham dilakukan segera, tetapi alih sahamnya menunggu kreditor dahulu. (Di masa depan, walaupun tidak menguasai, Thohir akan terlibat dalam pengelolaan antv sebagai direktur utama sampai 2019).[21][46] Kabar lain juga sempat mengatakan bahwa ANteve sempat ingin berkongsi dengan Viacom Inc. sebesar 50-50% untuk bekerjasama dalam bidang produksi dan manajemen pada 2001.[16]
Pada 28 Agustus 2003 antv dimiliki oleh Bakrie Investindo 4,3%, PT Kencana Cita Kesuma 1,6%, PT Bune Era Mandiri 1,2%, PT Satria Cita Perkasa 10,2%, Magnus Capital Corporation Ltd. 4,5%, dan CMA 78,2%. Seperti telah disebutkan, CMA merupakan kendaraan bisnis Bakrie bersama sejumlah mantan kreditor antv.[47] Restrukturisasi saham antv pada 2004 mengakibatkan perubahan kembali sehingga struktur kepemilikannya menjadi PT Bakrie Investindo 20,8%, CMA 6,6%, PT Kencana Cita Kusuma 7,8%, PT Bune Era Mandiri 5,8%, Nirwan Dermawan Bakrie 9,4% dan sebagai pemegang saham mayoritas adalah PT Satria Cita Perkasa 49,6% yang masih terafiliasi dengan Bakrie Group. Pada titik ini, Bakrie dapat mengendalikan saham mayoritas antv kembali dan lepas dari hutang serta kreditor. Dalam kondisi yang makin membaik itulah, pada 29 September 2005, Bakrie melakukan kerjasama dengan STAR TV (yang pada saat itu masih dimiliki oleh konglomerat media asal AS Rupert Murdoch) dengan menjual 20% saham antv kepadanya dan sisanya (80%) masih dipegang oleh keluarga Bakrie.[25]
Bagaimanapun, walaupun kemudian ada isu bahwa STAR TV akan meningkatkan sahamnya hingga 51%,[45] ditambah dengan pencapaian antv yang cukup meningkat di awal, tetapi pada akhirnya kerjasama keduanya berakhir dengan STAR TV menjual sahamnya kepada pihak Bakrie pada 23 Juni 2009. Transaksi penjualan ini dilakukan sembari melakukan pembentukan perusahaan induk antv, yaitu Intermedia Capital. Saham-saham antv, yang sebelumnya dikuasai berbagai pihak yaitu dari STAR TV dan sejumlah perusahaan afiliasi Bakrie seperti Bakrie Capital Indonesia, CMA, Promise Result Ltd. dan Good Response Ltd. dialihkan/dijual kepada PT Intermedia Capital. Intermedia Capital sendiri berada di bawah kendali PT Visi Media Asia (VIVA), yang tetap dikuasai oleh pemilik yang sama, yaitu oleh keluarga Bakrie.[48] STAR TV sendiri kemudian akan menjadi pemegang saham sebesar 7,5% di VIVA, tetapi pada 2014 seluruh saham itu dilepas olehnya.
Sejak saat itu, kepemilikan antv masih dimiliki oleh Visi Media Asia lewat Intermedia Capital sampai saat ini. Walaupun ada rumor pada awal 2013 bahwa Bakrie akan menjual antv/VIVA kepada pemilik grup Media Nusantara Citra, Hary Tanoesoedibjo pada tahun 2013 senilai US$ 1,2-2 miliar (Rp 10-19 triliun), tetapi hal itu dibantah oleh Hary Tanoe dan terakhir oleh VIVA itu sendiri sehingga rencana itu dipastikan batal.[49][50] Di samping HT, kabar lain juga mengatakan bahwa di tahun yang sama, Chairul Tanjung dari CT Corp juga menargetkan untuk mengakuisisi VIVA (termasuk antv di dalamnya), bahkan CT sudah menyampaikan bahwa ia siap membeli VIVA dengan modal Rp 17,2 triliun (US$ 1,8 miliar) langsung secara tunai. Walaupun demikian, rencana ini kemudian tidak terjadi.[51][52] Pada April 2018, rumor lain menyatakan bahwa antv akan diakuisisi 50% sahamnya oleh Emtek, tetapi petinggi Emtek maupun anak usahanya, Surya Citra Media membantah kabar tersebut.[53][54]
Jaringan siaran
antv saat ini disiarkan melalui kurang lebih 37 stasiun televisi (tidak termasuk stasiun relai) yang dimiliki oleh kurang lebih 24 perusahaan (termasuk stasiun dan perusahaan induknya), dan menjangkau 31 dari 34 provinsi di Indonesia. Cakupan ini, meskipun dibolehkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2021 tentang Pos, Telekomunikasi, dan Penyiaran,[55] sebenarnya melanggar pasal 31 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran yang mengharuskan jangkauan siaran antv dibatasi. Hingga tahun 2020, antv didukung oleh 43 stasiun pemancar.[56] Seluruh stasiun tersebut dimiliki oleh ANTV.
Berikut ini adalah transmisi antv dan stasiun afiliasinya (sejak berlakunya UU Penyiaran, stasiun TV harus membangun stasiun TV afiliasi di daerah-daerah/bersiaran secara berjaringan dengan stasiun lokal). Data dikutip dari data Izin Penyelenggaraan Penyiaran Kominfo[57] dan berbagai sumber.[58]
Keterangan: stasiun yang dicetak miring berarti masih berupa stasiun relai dan belum memiliki siaran lokalnya sendiri.
Nama Perusahaan | Nama Stasiun | Daerah | Frekuensi Analog (PAL) | Frekuensi Digital (DVB-T2)[59] | Nama Multipleksing Digital (DVB-T2)[60] |
---|---|---|---|---|---|
PT Cakrawala Andalas Televisi | antv | DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi | off air (47 UHF) | 34 UHF | tvOne Jakarta |
PT Cakrawala Andalas Televisi Bali dan Mataram | antv Denpasar | Kota Denpasar, Singaraja, Buleleng, Kintamani, Karangasem, Gilimanuk | 25 UHF | 42 UHF | antv Bukit Bakung, Wanagiri, Ularan, Gilimanuk, Kintamani, dan Lempuyang |
antv Mataram | Mataram | 24 UHF | 38 UHF | SCTV Mataram / SCTV Lombok Tengah | |
PT Cakrawala Andalas Televisi Yogyakarta dan Ambon | antv Yogyakarta | Yogyakarta, Bantul, Wonosari, Sleman, Wates, Solo | off air (30 UHF) | 35 UHF | tvOne Yogya |
antv Ambon | Ambon | 24 UHF | 45 UHF | tvOne Ambon | |
PT Cakrawala Andalas Televisi Bandung dan Bengkulu | antv Bandung | Bandung, Cimahi, Padalarang, Cianjur | off air (58 UHF) | 38 UHF | antv Bandung |
antv Bengkulu | Bengkulu | 22 UHF | 40 UHF | RCTI Bengkulu | |
antv Cirebon | Cirebon | 42 UHF | 35 UHF | antv Cirebon | |
PT Cakrawala Andalas Televisi Semarang dan Palangkaraya | antv Semarang | Semarang, Ungaran, Kendal, Demak, Jepara, Kudus | off air (25 UHF) | 39 UHF | tvOne Semarang |
antv Palangkaraya | Palangkaraya | 37 UHF | 42 UHF | Trans TV Palangkaraya | |
PT Cakrawala Andalas Televisi Surabaya dan Samarinda | antv Surabaya | Surabaya, Gresik, Lamongan, Mojokerto, Pasuruan, Bangkalan | off air (24 UHF) | 32 UHF | antv Surabaya |
antv Samarinda | Samarinda, Bontang | 47 UHF | tvOne Samarinda / tvOne Bontang | ||
PT Cakrawala Andalas Televisi Lampung dan Kendari[61] | antv Lampung[61] | Bandar Lampung, Kota Metro | 30 UHF | 36 UHF | antv Bandar Lampung |
antv Kendari | Kendari | 28 UHF | 39 UHF | MetroTV Kendari | |
PT Cakrawala Andalas Televisi Pekanbaru dan Papua | antv Pekanbaru | Pekanbaru | 44 UHF | 45 UHF | tvOne Pekanbaru |
antv Papua | Jayapura | 42 UHF | 34 UHF | Trans7 Jayapura | |
PT Cakrawala Andalas Televisi Makassar dan Palu | antv Makassar | Makassar, Maros, Sungguminasa, Pangkajene | 25 UHF | 40 UHF | RCTI Makassar |
antv Palu | Palu | 37 UHF | 44 UHF | RCTI Palu | |
PT Cakrawala Andalas Televisi Manado dan Gorontalo | antv Manado | Manado | 40 UHF | 35 UHF | Trans TV Manado |
antv Gorontalo | Gorontalo | 44 UHF | 31 UHF | Trans TV Gorontalo, Boliyohuto, Kwandang dan Tilamuta | |
PT Cakrawala Andalas Televisi Banjarmasin dan Padang | antv Banjarmasin | Banjarmasin, Martapura, Marabahan | 53 UHF | 42 UHF | tvOne Banjarmasin |
antv Padang | Padang, Pariaman, Bukittinggi, Padang Panjang, Solok | 45 UHF | 40 UHF | antv Padang, Bukittinggi, dan Solok | |
PT Cakrawala Andalas Televisi Palembang dan Bangka Belitung | antv Palembang | Palembang | 26 UHF | 35 UHF | Trans7 Palembang |
antv Babel | Pangkal Pinang | 25 UHF | 36 UHF | RCTI Pangkalpinang | |
PT Cakrawala Andalas Televisi Medan dan Batam | antv Medan | Medan | 29 UHF | 40 UHF | antv Medan |
antv Batam | Batam, Tanjung Balai Karimun | off air (53 UHF) | 44 UHF | RCTI Batam | |
PT Cakrawala Andalas Televisi Banten dan Ternate | antv Banten | Pandeglang | 56 UHF | 40 UHF | tvOne Pandeglang |
Serang, Cilegon | 41 UHF | tvOne Cilegon | |||
antv Ternate | Ternate | 36 UHF | 40 UHF | Trans TV Ternate | |
PT Cakrawala Andalas Televisi Pontianak dan Jambi | antv Pontianak | Pontianak | 52 UHF | 41 UHF | Trans TV Pontianak |
antv Jambi | Jambi | 52 UHF | 32 UHF | Trans TV Jambi / Trans TV Sarolangun | |
PT Cakrawala Andalas Televisi Kupang dan Manokwari | antv Kupang | Kupang | off air | 35 UHF | RCTI Kupang |
antv Manokwari | Manokwari | off air | |||
PT Cakrawala ANTV 1 | antv Siantar | Pematang Siantar | 52 UHF | 35 UHF | antv Pematangsiantar |
PT Cakrawala ANTV 2 | antv Pati | Pati, Rembang | 61 UHF | 40 UHF | tvOne Pati |
antv Situbondo | Situbondo, Bondowoso | ||||
PT Cakrawala ANTV 3 | antv Tanah Datar | Batusangkar, Tanah Datar | 35 UHF | 40 UHF | antv Tanah Datar |
antv Mamuju | Mamuju | 26 UHF | 37 UHF | RCTI Mamuju | |
PT Cakrawala ANTV 4 | antv Blora | Blora, Cepu | 52 UHF | ||
PT Cakrawala ANTV 5 | antv Banyuwangi | Banyuwangi | 35 UHF | 33 UHF | antv Banyuwangi |
PT Cakrawala ANTV 6 | antv Tarakan | Tarakan | 49 UHF | 39 UHF | tvOne Tarakan |
PT Cakrawala ANTV 7 | antv Balikpapan | Balikpapan | 46 UHF | 41 UHF | tvOne Balikpapan |
antv Tegal | Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan | 36 UHF | tvOne Tegal | ||
PT Cakrawala ANTV Aceh | antv Aceh | Banda Aceh | 22 UHF | 38 UHF | antv Banda Aceh |
antv Purwokerto | Purwokerto, Banyumas, Purbalingga, Kebumen, Cilacap | 37 UHF | 37 UHF | tvOne Banyumas | |
antv Majalengka | Majalengka, Indramayu | 42 UHF | 31 UHF | antv Sumedang | |
antv Sumedang | Sumedang | off air (39 UHF) | 31 UHF | antv Sumedang | |
antv Garut | Garut, Tasikmalaya, Ciamis | 22 UHF | 31 UHF | antv Garut | |
antv Kediri | Kediri, Pare, Kertosono, Blitar, Jombang, Tulungagung | 55 UHF | antv Kediri (segera) | ||
antv Madiun | Madiun, Magetan, Ngawi, Ponorogo | 36 UHF | 31 UHF | antv Madiun (segera) | |
antv Malang | Malang | 44 UHF | 37 UHF | antv Malang | |
Jember | 33 UHF | antv Jember | |||
Sukabumi | 37 UHF | antv Sukabumi | |||
Malingping, Lebak | 42 UHF | tvOne Malingping | |||
Malinau | 46 UHF | tvOne Malinau | |||
Nunukan | 38 UHF | tvOne Nunukan |
Direksi
Daftar direktur utama
No. | Nama | Awal jabatan | Akhir jabatan |
---|---|---|---|
1 | Agung Laksono | 1 Maret 1993 | 26 Maret 1998 |
2 | Anton A. Nangoy | 26 Maret 1998 | 31 Mei 2002 |
3 | Anindya Bakrie | 1 Juni 2002 | 19 September 2009 |
4 | Dudi Hendrakusuma Syahlani | 20 September 2009 | 31 Desember 2012 |
5 | Erick Thohir | 1 Januari 2013 | 22 Oktober 2019 |
6 | Ahmad Zulfikar Said | 23 Oktober 2019 | sekarang |
Direksi saat ini
Nama | Jabatan |
---|---|
Ahmad Zulfikar Said | Presiden Direktur |
Ahmad R. Widarmana | Wakil Presiden Direktur |
Azkarmin Zaini | Direktur Pusat Berita dan Olahraga |
R. Deny Juliarto | Direktur Teknik |
Yufli Gunawan | Chief Financial Officer |
Reva Deddy Utama | Chief News and Sports Centre Officer |
Risya Marhamila | Chief HCGS Officer |
Johan Honggowarsito | Chief Sales and Marketing Officer |
Kiki Zulkarnain | Chief Program and Communications Officer |
Komisaris saat ini
Nama | Jabatan |
---|---|
Anindra Ardiansyah Bakrie | Presiden Komisaris |
Otis Hahijary | Komisaris |
Indra Cahya Uno | Komisaris |
Jastiro Abi | Komisaris |
Referensi
- ^ a b Masuk ANTV, Murdoch Janji Tak PHK Karyawan
- ^ Lativi Segera Beralih ke ANTV[pranala nonaktif permanen]
- ^ a b c SEJARAH ANTEVE
- ^ Sekedar berbagi info:...
- ^ National Television Networks in Indonesia
- ^ BAKRIE MASUK TEVE, DIKELOLA NIRWAN BAKRIE, JUALAN SPORT & NEWS! BUKAN KARENA HOBI!?!
- ^ Prospektus Intermedia Capital 2014
- ^ Dasar-dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional, dan Regulasi: Edisi 2
- ^ a b LEBIH JAUH TENTANG TELEVISI SWASTA BARU DI INDONESIA (1), MELIPUT SU MPR DARI ATAP GEDUNG
- ^ Profil ANTV
- ^ Planet TV: A Global Television Reader
- ^ Gelombang nasional untuk televisi swasta
- ^ a b c Default Anteve mengudara akhir februari 1993
- ^ Pertelevisian di indonesia: "saat rcti 'bercerai' dengan sctv"
- ^ Anteve, "semut" pada saat yang menyenangkan
- ^ a b c Imagi-Nations and Borderless Television: Media, Culture and Politics Across Asia
- ^ a b Artis musik dunia sampaikan ucapan selamat hut ri ke-50 melalui anteve
- ^ Perebutan iklan tv meramai, anteve targetkan 17%
- ^ ANTON NANGOY, GANTIKAN AGUNG LAKSONO DI ANTEVE
- ^ a b c Seabad pers kebangsaan, 1907-2007
- ^ a b c Ekonomi Politik Media Penyiaran
- ^ TV One dan ANTV Diboikot PSSI
- ^ Politik Sepakbola Arifin dan Bakrie[pranala nonaktif permanen]
- ^ Nirwan Bakrie Tetap di Belakang PSSI
- ^ a b "PT Cakrawala Andalas Televisi: "Super Deal" yang Menyelamatkan ANTV". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-30. Diakses tanggal 2021-01-24.
- ^ a b Revolusi Senyap ANTV Bikin Rival Terhenyak
- ^ a b Jatuh-Bangun ANTV Jadi Televisi Papan Atas
- ^ 12 Serial India yang Tayang di Indonesia Sepanjang 2014, Urut Tanggal Rilis (1)
- ^ Usai Telenovela, Terbitlah Drama India
- ^ Mengapa Hanya ANTV yang Sukses Menayangkan Serial India?
- ^ "Mahabharata" Tamat, ANTV Hadirkan "King Suleiman"
- ^ Durasi Siaran Asing Lewati Batas Maksimum, KPI Layangkan Sanksi ke ANTV
- ^ Sukses dengan Serial India, Mengapa ANTV Kurang Sukses dengan Serial Lokal?
- ^ Karma ANTV Rajai Rating, Robby Purba Ucapkan Syukur
- ^ Rating Sinetron Jodoh Wasiat Bapak Mengungguli Debat Capres
- ^ Rating JWB Babak 2 ANTV Buruk di Jam Tayang Baru, Bakal Tamat?
- ^ a b Iklan logo ANteve
- ^ MANAJEMEN: GELIAT ANTEVE DI BAWAH NENNY
- ^ Sayembara logo ANteve
- ^ Visi dan Misi ANTV Filosofi Logo ANTV Stasiun Pemancar No. Lokasi SDM
- ^ Viva La Vida: 20 Tahun ANTV
- ^ Pers dalam "Revolusi Mei": runtuhnya sebuah hegemoni
- ^ a b Anton S. Soedarsono Menerjang Badai
- ^ Politics and the Media in Twenty-First Century Indonesia: Decade of Democracy
- ^ a b Raja Media - Rupert Murdoch dan Peta Bisnis Televisi di Indonesia
- ^ Erick Thohir : Dari Pengusaha Hingga Politik
- ^ Gatra, Volume 11,Masalah 46-52
- ^ Laporan Keuangan VIVA 2011
- ^ Hary Tanoe: tvOne dan antv batal dijual
- ^ Bakrie Batal Jual ANTV dan TVOne ke Hary Tanoe
- ^ Chairul Tanjung Akui Akan Beli TVOne, ANTV dan Vivanews
- ^ Soal Pembelian Visi Media, HT Kalah Bersaing dari Chairul Tanjung
- ^ Perusahaan Pemilik SCTV Bantah Isu Akuisisi ANTV
- ^ Emtek Masih Belum Bisa Memastikan Akuisisi ANTV
- ^ "Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2001 tentang Pos, Telekomunikasi, dan Penyiaran" (PDF). JDIH Sekretaria Kabinet RI. Diakses tanggal 5 Desember 2021.
- ^ Dongoran, Hussein Abri (2020). "Modal Besar TVRI: Ratusan Pemancar, Aset Triliunan, dan APBN". Tempo.co. Diakses tanggal 3 Agustus 2020.
- ^ DAFTAR IZIN PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN TELEVISI YANG SUDAH DITERBITKAN OLEH MENTERI KOMINFO SAMPAI DENGAN NOVEMBER 2017
- ^ "Tentang ANTV dari Awal". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-11-27. Diakses tanggal 2020-07-24.
- ^ Peta ISR TV Digital - SDPPI Maps
- ^ "Dashboard TV Digital". Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Diakses tanggal 23 Januari 2022.
- ^ a b Dahulu sebagai stasiun pusat ANteve sebelum pindah ke Jakarta pada 1993.
Pranala luar
- Situs web resmi
- Antv di Facebook
- Antv di X
- Antv di Instagram
- ANTV Official di YouTube