Julius Robert Oppenheimer

Fisikawan Amerika Serikat
Revisi sejak 24 Juli 2023 07.58 oleh Dikaalnas (bicara | kontrib) (tambah)

Julius Robert Oppenheimer[catatan 1] (/ˈɒpənˌhmər/; 22 April 1904 – 18 Februari 1967) adalah fisikawan teoretis Amerika Serikat dan kepala Laboratorium Los Alamos semasa Perang Dunia II. Ia kerap dijuluki sebagai "bapak bom atom" atas perannya dalam mengorganisir Proyek Manhattan, upaya riset dan pengembangan yang berujung pada penciptaan senjata nuklir pertama.

J. Robert Oppenheimer
Potret kepala dan bahu
Oppenheimer ca 1944
LahirJulius Robert Oppenheimer
(1904-04-22)22 April 1904
New York City, Amerika Serikat
Meninggal18 Februari 1967(1967-02-18) (umur 62)
Princeton, New Jersey, Amerika Serikat
Pendidikan
Dikenal atas
Suami/istri
(m. 1940)
Anak2
Penghargaan
Karier ilmiah
BidangFisika teoretis
Institusi
DisertasiZur Quantentheorie kontinuierlicher Spektren[1] (1927)
Pembimbing doktoralMax Born
Mahasiswa doktoral
Tanda tangan

Lahir di New York City dari keluarga imigran Yahudi Jerman, Oppenheimer meraih gelar sarjana dalam bidang kimia dari Universitas Harvard pada tahun 1925 dan PhD dalam bidang fisika dari Universitas Göttingen di Jerman pada tahun 1927. Setelah melakukan riset di beberapa institusi, ia bergabung dengan departemen fisika Universitas California, Berkeley dan menjadi profesor tetap pada tahun 1936. Ia berkontribusi besar terhadap fisika teori, termasuk pemikirannya mengenai mekanika kuantum dan fisika nuklir seperti perkiraan Born–Oppenheimer atas fungsi gelombang molekul, karyanya mengenai teori elektron dan positron, proses Oppenheimer–Phillips dalam fusi nuklir, dan prediksi pertama penerowongan kuantum. Bersama murid-muridnya, ia juga berkontribusi dalam menelurkan teori bintang neutron dan lubang hitam, teori medan kuantum, dan interaksi sinar kosmik.

Pada tahun 1942, Oppenheimer direkrut untuk menggarap Proyek Manhattan, dan pada tahun 1943 diangkat sebagai kepala proyek Laboratorium Los Alamos di New Mexico. Ia ditugaskan untuk mengembangkan senjata nuklir pertama, empat tahun setelah dimulainya program senjata nuklir Jerman.[catatan 2] Kepemimpinan dan kecerdasan sainsnya berperan besar dalam keberhasilan proyek tersebut. Pada 16 Juli 1945, ia menyaksikan uji coba pertama bom atom, Trinity. Pada bulan Agustus 1945, senjata tersebut digunakan untuk melawan Jepang dalam pengeboman Hiroshima dan Nagasaki, yang sampai saat ini menjadi satu-satunya penggunaan senjata nuklir dalam konflik bersenjata.

Pada tahun 1947, Oppenheimer menjadi direktur Institute for Advanced Study di Princeton, New Jersey, dan mengepalai Komite Penasihat Umum di Komisi Energi Atom Amerika Serikat yang baru dibentuk. Ia menyarankan agar penggunaan tenaga nuklir diawasi secara internasional untuk mencegah proliferasi nuklir dan perlombaan senjata nuklir dengan Uni Soviet. Oppenheimer juga menentang pengembangan bom hidrogen pada tahun 1949–1950. Di tengah perdebatan pemerintah AS mengenai perlunya penggunaan senjata tersebut, ia memperoleh jabatan di departemen pertahanan, yang memicu kemarahan beberapa faksi pemerintah dan militer di AS.

Pada masa Ketakutan Merah Kedua, Sikap Oppenheimer, dan juga keterkaitannya di masa lalu dengan orang dan organisasi yang berhubungan dengan Partai Komunis Amerika Serikat, menyebabkan izin pengamanannya dicabut setelah sidang keamanan pada tahun 1954. Hal ini secara efektif mengakhiri aksesnya terhadap rahasia atom pemerintah dan dengan demikian juga mengakhiri kariernya sebagai fisikawan nuklir. Meskipun pengaruh politiknya juga dilucuti, Oppenheimer terus memberi kuliah, menulis, dan berkarya di bidang fisika. Pada tahun 1963, Presiden John F. Kennedy menganugerahinya (dan diserahkan oleh Lyndon B. Johnson) Penghargaan Enrico Fermi sebagai pertanda pemulihan status politiknya. Pada tahun 2022, pemerintah AS membatalkan keputusan tahun 1954 terkait pencabutan izin keamanan Oppenheimer, mengungkapkan bahwa proses tersebut cacat secara hukum.

Kehidupan awal

Masa kecil dan pendidikan

J. Robert Oppenheimer terlahir dari keluarga Yahudi liberal[2] di New York City pada tanggal 22 April 1904.[catatan 1][3] Ibunya, Ella (née Friedman), berprofesi sebagai pelukis, dan ayahnya, Julius Seligmann Oppenheimer, adalah seorang importir tekstil tersohor. Julius lahir di Hanau, yang saat itu merupakan bagian dari Provinsi Hesse-Nassau di Kerajaan Prusia dan merantau ke Amerika Serikat saat remaja pada tahun 1888 dengan sedikit modal, tanpa uang, tanpa gelar sarjana, dan tanpa kemampuan bahasa Inggris. Ia mendapat pekerjaan di perusahaan tekstil dan dalam waktu satu dekade berhasil menjadi eksekutif di perusahaan tersebut dan kaya raya.[4] Pada tahun 1912, keluarganya pindah ke lantai 11 sebuah apartemen di Riverside Drive 155, dekat West 88th Street, Manhattan, kawasan yang terkenal memiliki banyak wastu dan rumah mewah.[3] Keluarga ini memiliki koleksi lukisan karya Pablo Picasso dan Édouard Vuillard, dan setidaknya tiga lukisan asli karya Vincent van Gogh.[5] Robert memiliki seorang adik laki-laki bernama Frank, yang juga seorang fisikawan dan kelak mendirikan museum sains Exploratorium di San Francisco.[6]

Oppenheimer awalnya bersekolah di Alcuin Preparatory School. Pada tahun 1911, ia masuk ke Ethical Culture Society School,[7] yang didirikan oleh Felix Adle untuk mempromosikan pendidikan berlandaskan Budaya Etis, yang memiliki moto "Deed before Creed". Ayahnya telah menjadi anggota lembaga tersebut selama bertahun-tahun sebagai dewan pengawas.[8] Oppenheimer adalah seorang siswa yang serbabisa, tertarik pada sastra Inggris dan Prancis, dan sangat meminati mineralogi.[9] Ia menamatkan kelas tiga dan empat secara bersamaan dalam waktu satu tahun dan naik ke kelas delapan dalam waktu setengah tahun.[7] Pada tahun terakhirnya, Oppenheimer mulai menekuni kimia.[10] Ia lulus pada tahun 1921, tetapi memilih jeda satu tahun karena terserang kolitis, yang diidapnya saat berlibur di Cekoslowakia. Ia menjalani penyembuhan di New Mexico, tempat ia menumbuhkan kegemarannya dalam menunggang kuda dan kecintaannya terhadap alam Amerika Serikat barat daya.[11]

Pada usia 18 tahun, Oppenheimer masuk Harvard College dan mengambil jurusan kimia; Harvard juga mewajibkan mata kuliah sejarah, sastra, dan filsafat atau matematika. Ia mengompensasi keterlambatannya masuk kuliah dengan mengambil enam kursus tiap semester, bukannya empat kursus seperti mahasiswa kebanyakan. Oppenheimer diterima di perhimpunan kehormatan Phi Beta Kappa, dan diberi gelar sarjana fisika melalui studi independen, yang artinya ia berhasil menjalani perkuliahan dasar tanpa ikut perkuliahan lanjutan. Ia mulai tertarik pada fisika eksperimental, berawal dari mata kuliah termodinamika yang diajarkan oleh Percy Bridgman. Pada tahun 1925, setelah berkuliah selama tiga tahun, Oppenheimer lulus dari Harvard dengan gelar Bachelor of Arts, summa cum laude.[12]

Studi di Eropa

 
Laboratorium Heike Kamerlingh Onnes di Leiden, Belanda, 1926. Oppenheimer berada di barisan tengah, kedua dari kiri.

Setelah diterima di Christ's College, Cambridge pada tahun 1924, Oppenheimer menulis surat kepada Ernest Rutherford, meminta izin untuk bekerja di Laboratorium Cavendish, meskipun surat rekomendasi dari Bridgman menjelaskan bahwa karena kecerobohan Oppenheimer di laboratorium, fisika teori adalah keahliannya, bukannya fisika eksperimen. Rutherford tidak terkesan, tetapi Oppenheimer tetap berangkat ke Cambridge;[13] ia akhirnya diterima oleh J. J. Thomson dengan syarat harus menyelesaikan kursus laboratorium dasar terlebih dahulu.[14]

Oppenheimer tidak senang di Cambridge dan menulis surat kepada seorang temannya: "Saya menjalani waktu yang sangat buruk. Pekerjaan lab sangat membosankan, dan saya sangat buruk dalam hal itu sehingga saya mungkin tidak merasa sedang mempelajari sesuatu".[15] Hubungannya tidak baik dengan tutornya Patrick Blackett. Menurut salah seorang temannya, Francis Fergusson, Oppenheimer mengaku pernah meletakkan apel yang disiram bahan kimia berbahaya di meja Blackett. Orang tua Oppenheimer meyakinkan pihak universitas agar tidak mengajukan tuntutan pidana atau mengeluarkannya, meskipun Oppenheimer berada dalam masa percobaan dan harus menjalani konseling rutin dengan psikiater di Harley Street, London.[16][17]

Oppenheimer berperawakan tinggi, kurus, dan seorang perokok berat,[18] yang sering melewatkan jam makan saat sedang berkonsentrasi tinggi. Banyak temannya yang mengatakan bahwa kebiasaannya tersebut bisa merusak dirinya sendiri. Dalam salah satu insiden, Fergusson mencoba mengalihkan perhatian Oppenheimer dari depresinya dengan mengatakan padanya bahwa dia (Fergusson) akan menikahi kekasihnya, Oppenheimer mendadak melompat ke arah Fergusson dan mencoba mencekiknya. Oppenheimer mengalami periode depresi hampir sepanjang hidupnya,[19][20] dan ia pernah berkata kepada adiknya bahwa ia "lebih membutuhkan fisika daripada teman".[21]

Pada tahun 1926, Oppenheimer meninggalkan Cambridge dan meneruskan ke Universitas Göttingen untuk belajar fisika di bawah bimbingan Max Born; Göttingen adalah salah satu pusat fisika teori terkemuka di dunia. Di Göttingen, Oppenheimer memiliki banyak teman yang kelak menjadi tokoh besar, termasuk Werner Heisenberg, Pascual Jordan, Wolfgang Pauli, Paul Dirac, Enrico Fermi dan Edward Teller. Ia dikenal terlalu antusias dalam berdiskusi, terkadang sampai mengambil alih sesi perkuliahan.[22] Hal tersebut membuat beberapa murid Born lainnya sangat kesal sehingga Maria Goeppert melayangkan protes kepada Born melalui petisi yang ditandatangani oleh dirinya sendiri dan mahasiswa lain yang mengancam akan memboikot kelas kecuali Born menyuruh agar Oppenheimer diam. Born meninggalkan petisi tersebut di mejanya tempat Oppenheimer bisa membacanya, dan hal itu efektif tanpa sepatah katapun terucap.[23]

Oppenheimer memperoleh gelar Doctor of Philosophy (PhD) pada bulan Maret 1927 saat berusia 23 tahun, dibimbing oleh Born.[24] Setelah ujian lisan, James Franck, profesor yang mengujinya, mengutarakan: "Saya senang ini sudah berakhir. Dia kalau bertanya suka terang-terangan."[25] Oppenheimer menerbitkan lebih dari selusin makalah selama di Eropa, termasuk beragam kontribusi penting dalam bidang baru mekanika kuantum. Ia dan Born menerbitkan makalah terkenal mengenai pendekatan Born–Oppenheimer, yang memisahkan gerak nuklir dari gerak elektronik dalam perlakuan matematis molekul, memungkinkan pengabaian gerak nuklir untuk menyederhanakan perhitungan. Karya tersebut menjadi karyanya yang paling banyak dikutip.[26]

Karier awal

Karier mengajar

Oppenheimer ditawari oleh Akademi Sains, Teknik, dan Kedokteran Nasional Amerika Serikat untuk meneliti di Institut Teknologi California (Caltech) pada bulan September 1927. Bridgman juga menginginkannya meneliti di Harvard, sehingga jalan tengah diambil. Ia membaginya untuk tahun akademik 1927–1928, dengan Harvard diambilnya pada tahun 1927 dan Caltech pada tahun 1928.[27] Di Caltech, ia berteman akrab dengan Linus Pauling; keduanya berencana melakukan riset bersama mengenai sifat ikatan kimia, yang dirintis oleh Pauling, dengan Oppenheimer menyumbangkan pengetahuan matematikanya dan Pauling akan menafsirkan hasilnya. Kolaborasi dan persahabatan mereka berdua berakhir setelah Oppenheimer mengajak istri Pauling, Ava Helen Pauling, untuk berkencan dengannya di Meksiko.[28] Oppenheimer kelak menawari Pauling untuk mengepalai Divisi Kimia Proyek Manhattan, tetapi Pauling menolaknya, beralasan bahwa ia adalah seorang pasifis.[29]

Pada musim gugur 1928, Oppenheimer mengunjungi institut Paul Ehrenfest di Universitas Leiden, Belanda dan memberikan kuliah umum dalam bahasa Belanda, meskipun hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang bahasa tersebut. Di sana, ia diberi julukan Opje,[30] yang kemudian diinggriskan oleh murid-muridnya menjadi "Oppie".[31] Dari Leiden, ia lanjut ke Institut Teknologi Federal Swiss (ETH) di Zürich untuk meneliti bersama Wolfgang Pauli mengenai mekanika kuantum dan spektrum kontinu. Oppenheimer menghormati dan menyukai Pauli, dan kemungkinan turut meniru gaya pribadinya serta pendekatan kritisnya terhadap masalah.[32]

Sekembalinya ke Amerika Serikat, Oppenheimer ditawari jabatan sebagai profesor rekanan oleh Universitas California, Berkeley, karena Raymond T. Birge sangat menginginkannya untuk mengajar di sana sehingga Oppenheimer mengatakan kesediaannya untuk membagi jadwal mengajarnya dengan Caltech.[29]

Sebelum memulai jabatan barunya sebagai profesor di Berkeley, Oppenheimer didiagnosis mengidap tuberkulosis ringan dan menghabiskan waktu beberapa minggu bersama adiknya Frank di sebuah peternakan di New Mexico, yang dia sewa dan kemudian dibelinya. Ketika ia mendengar bahwa peternakan itu disewakan, ia berseru, "Hot dog!", dan kemudian menyebutnya Perro Caliente, yang berarti "hot dog" dalam bahasa Spanyol.[33] Belakangan ia mengungkapkan bahwa "fisika dan kawasan gurun" adalah "dua hal yang paling dicintainya".[34] Oppenheimer sembuh dari tuberkulosis dan kembali ke Berkeley, tempat ia tersohor sebagai penasihat dan kolaborator bagi generasi baru fisikawan yang mengaguminya karena kecerdasan intelektual dan minatnya yang luas. Murid-murid dan rekan-rekannya menganggapnya sebagai sosok yang memesona: menghipnotis saat berinteraksi secara pribadi, tetapi seringkali bersikap dingin saat berada dalam kerumunan. Rekan-rekannya melihatnya dalam dua sisi: di satu sisi ia dipandang sebagai seorang genius penyendiri dan estetis, sedangkan di sisi lain ia dianggap sebagai sosok yang berlagak dan kurang percaya diri.[35] Kebanyakan murid-muridnya memujanya, meniru cara berjalannya, pidatonya, dan tingkah laku lainnya, dan bahkan mencontoh kecenderungannya untuk membaca seluruh buku dalam bahasa aslinya.[36] Hans Bethe mengungkapkan mengenai dirinya:

Mungkin bahan terpenting yang ia bawa ke kelasnya adalah seleranya yang luar biasa. Dia selalu tahu apa saja masalah penting, seperti yang ditunjukkan oleh pilihan mata kuliahnya. Dia benar-benar hidup dengan masalah-masalah tersebut, berjuang mencari solusi, dan mengomunikasikan pemecahannya kepada mahasiswanya. Di masa kejayaannya, ada sekitar delapan atau sepuluh mahasiswa pascasarjana dan sekitar enam mahasiswa doktoral yang dibimbingnya. Dia bertemu dengan kelompok ini sekali sehari di kantornya dan berdiskusi satu per satu mengenai status masalah penelitian mahasiswa tersebut. Dia tertarik pada segala hal, dan pada suatu sore mereka mungkin saja mendiskusikan elektrodinamika kuantum, sinar kosmik, produksi pasangan elektron, dan fisika nuklir.[37]

Oppenheimer memiliki hubungan kerja yang baik dengan fisikawan eksperimental peraih Hadiah Nobel, Ernest O. Lawrence, dan membantu merintis penemuan siklotronnya. Ia turut membantunya memahami data yang dihasilkan mesin di Laboratorium Radiasi Berkeley, yang akhirnya berkembang menjadi Laboratorium Nasional Lawrence Berkeley.[38] Pada tahun 1936, Berkeley mempromosikannya menjadi profesor tetap dengan gaji tahunan sebesar $3.300 (setara dengan $60.000 pada 2022). Sebagai imbalannya, ia diminta untuk mengurangi jam mengajarnya di Caltech, sehingga disepakati bahwa Berkeley memberinya waktu selama enam minggu setiap tahun, yang cukup untuk mengajar satu semester di Caltech.[39]

Karya ilmiah

Oppenheimer berkontribusi besar dalam riset astronomi teoretis (terutama yang berkaitan dengan relativitas umum dan teori nuklir), fisika nuklir, spektroskopi, dan teori medan kuantum, termasuk perluasannya ke dalam elektrodinamika kuantum. Matematika formal dari mekanika kuantum relativistik juga menarik minatnya, meskipun ia meragukan validitasnya. Karyanya meramalkan banyak penemuan selanjutnya, misalnya neutron, meson, dan bintang neutron.[40]

Pada awalnya, minat utama Oppenheimer adalah teori spektrum kontinu, dan makalah pertamanya yang diterbitkan pada tahun 1926 membahas mengenai teori kuantum spektrum pita molekuler. Ia mengembangkan sebuah metode untuk melakukan perhitungan probabilitas transisinya. Oppenheimer juga menghitung efek fotolistrik bagi hidrogen dan sinar-X, dan berhasil memperoleh koefisien penyerapan pada tepi-K. Perhitungannya ini selaras dengan pengamatan penyerapan sinar-X pada matahari, tetapi tidak selaras dengan helium. Bertahun-tahun kemudian, diketahui bahwa matahari sebagian besar terdiri dari hidrogen dan dengan demikian perhitungannya tersebut benar.[41][42]

 
Fisikawan Albert Einstein dan Oppenheimer berdiskusi, kira-kira tahun 1950

Oppenheimer berkontribusi besar terhadap teori hujan sinar kosmik dan mengawali riset yang kelak mengarah pada penjelasan penerowongan kuantum. Pada tahun 1931, ia ikut menulis sebuah makalah mengenai "Teori Relativistik Efek Fotolistrik" bersama muridnya, Harvey Hall.[43] Berdasarkan bukti empiris, ia dengan tepat membantah teori Dirac yang menyatakan bahwa dua tingkat energi atom hidrogen memiliki energi yang sama. Selanjutnya, salah seorang mahasiswa doktornya, Willis Lamb, menemukan bahwa hal tersebut merupakan konsekuensi dari peristiwa yang dikenal sebagai pergeseran Lamb. Lamb kemudian meraih Nobel Fisika pada tahun 1955.[40]

Bersama mahasiswa doktor pertamanya, Melba Phillips, Oppenheimer mengerjakan perhitungan radioaktivitas artifisial dengan cara bombardemen oleh deuteron. Ketika Ernest Lawrence dan Edwin McMillan membombardir inti atom dengan deuteron, ditemukan hasil yang sangat sesuai dengan teori George Gamow, tetapi ketika energi yang lebih tinggi dan inti yang lebih berat diuji cobakan, hasilnya tidak sesuai dengan teori tersebut. Pada tahun 1935, Oppenheimer dan Phillips mengembangkan sebuah teori—saat ini dikenal dengan proses Oppenheimer–Phillips—untuk menjelaskan hasilnya. Teori tersebut masih digunakan sampai sekarang.[44]

Pada awal 1930, Oppenheimer menulis sebuah makalah yang memprediksi keberadaan positron. Makalah ini ditulisnya setelah Paul Dirac berpendapat bahwa elektron dapat memiliki muatan positif dan energi negatif. Teori Dirac memperkenalkan sebuah persamaan, yang dikenal sebagai persamaan Dirac. Persamaan ini mempersatukan mekanika kuantum, relativitas khusus, dan konsep spin elektron, untuk menjelaskan efek Zeeman.[45] Oppenheimer, sesuai dengan bukti eksperimennya, menolak gagasan bahwa prediksi elektron yang bermuatan positif adalah proton. Ia berpendapat bahwa keduanya harus memiliki massa yang sama sebagai elektron, sedangkan hasil eksperimennya menunjukkan bahwa massa proton jauh lebih berat daripada elektron. Dua tahun kemudian, Carl David Anderson menemukan positron, yang membuatnya dianugerahi Nobel Fisika pada tahun 1936.[46]

 
Staf Laboratorium Radiasi Universitas California (termasuk Oppenheimer, Robert R. Wilson, dan peraih Nobel Ernest Lawrence, Edwin McMillan, dan Luis Alvarez) pada kuk magnet siklotron 60 inci, 1938

Pada akhir 1930-an, Oppenheimer mulai tertarik pada astrofisika, kemungkinan besar karena ia bersahabat dengan Richard Tolman, yang menghasilkan serangkaian makalah ilmiah. Makalah pertama yang ditulisnya bersama Robert Serber pada tahun 1938 berjudul "Stabilitas Inti Neutron Bintang",[47] yang menyelidiki kandungan katai putih. Makalah kedua ditulisnya bersama salah seorang muridnya, George Volkoff, yang berjudul "Pemasifan Inti Neutron".[48] Dalam makalah ini, mereka mendemonstrasikan bahwa terdapat limit, yang dinamai limit Tolman–Oppenheimer–Volkoff, pada massa bintang-bintang terjauh sehingga tidak akan stabil sebagai bintang neutron, dan akan mengalami keruntuhan gravitasi. Pada tahun 1939, Oppenheimer dan muridnya, Hartland Snyder, menerbitkan makalah berjudul "Kesinambungan Kontraksi Gravitasi",[49] yang memprediksi keberadaan lubang hitam. Setelah makalah mengenai perkiraan Born–Oppenheimer diterbitkan, makalah tersebut menjadi yang paling banyak dikutip, dan menjadi faktor utama dalam peremajaan penelitian astrofisika di Amerika Serikat pada 1950-an, terutama oleh John A. Wheeler.[50]

Makalah-makalah Oppenheimer dianggap sangat sulit untuk dipahami bahkan menurut standar topik abstrak yang dia kuasai. Ia suka menggunakan teknik matematika yang sangat rumit dan elegan untuk mendemonstrasikan prinsip-prinsip fisika, meskipun teknik ini kadang dikritik karena menciptakan kesalahan matematika, yang kemungkinan disebabkan oleh ketergesaannya. Menurut Snyder, "Fisikanya bagus, tetapi aritmatikanya buruk".[40]

Setelah Perang Dunia II, Oppenheimer hanya menerbitkan lima makalah ilmiah, salah satunya mengenai biofisika, dan tidak ada makalah yang ditulisnya setelah tahun 1950. Murray Gell-Mann, yang kelak menerima Nobel Fisika, menjadi ilmuwan tamu di Institute for Advanced Study yang berkolaborasi dengan Oppenheimer pada tahun 1951, mengungkapkan:

Dia tidak memiliki Sitzfleisch, kemampuan untuk bertahan atau melanjutkan aktivitas. Setahu saya, dia tidak pernah menulis makalah panjang atau melakukan kalkulasi panjang semacam itu. Dia tidak memiliki kesabaran untuk hal itu; karyanya sendiri terdiri dari sedikit aperçu, tetapi cukup brilian. Tetapi ia menginspirasi orang lain untuk melakukan sesuatu, dan pengaruhnya luar biasa.[51]

Kehidupan pribadi dan politik

Pada tahun 1920-an, Oppenheimer nyaris tidak mengetahui masalah-masalah yang terjadi di dunia. Ia mengakui bahwa ia tidak membaca surat kabar atau majalah populer dan baru mengetahui tentang Keruntuhan Wall Street 1929 saat sedang berjalan-jalan dengan Ernest Lawrence enam bulan setelah peristiwa tersebut terjadi.[52][53] Ia berkata bahwa ia tidak pernah memberikan suaranya dalam pemilu sampai pemilu presiden 1936. Sejak tahun 1934, ia semakin mempedulikan kondisi politik dan permasalahan internasional. Pada tahun 1934, ia menyisihkan tiga persen dari gaji tahunannya—kira-kira $100 (setara dengan $1.900 pada 2022)—untuk membantu para fisikawan Jerman yang melarikan diri dari Jerman Nazi. Pada saat terjadinya Pemogokan Buruh Pelabuhan Pantai Barat 1934, ia dan beberapa muridnya, termasuk Melba Phillips dan Bob Serber, menghadiri rapat akbar buruh pelabuhan. Oppenheimer berulang kali mengupayakan agar Serber bisa mengajar di di Berkeley, tetapi dihalangi oleh kepala Departemen Fisika Berkeley, Raymond T. Birge, yang berpendapat bahwa "seorang Yahudi di departemen sudah cukup".[54]

 
Tanda pengenal Oppenheimer dari Laboratorium Los Alamos

Ibu Oppenheimer meninggal dunia pada tahun 1931, dan dia jadi makin dekat dengan ayahnya. Meskipun ayahnya masih tinggal di New York, ia sering mengunjungi Oppenheimer di California.[55] Ketika ayahnya wafat pada tahun 1937, ia mewariskan uang sebesar $392.602 (setara dengan $7,99 juta pada tahun 2022) untuk dibagi antara Oppenheimer dan adik laki-lakinya Frank. Oppenheimer kemudian juga menulis surat wasiat yang mewariskan kekayaannya kepada Universitas California untuk dimanfaatkan sebagai beasiswa pascasarjana.[56]

Seperti kebanyakan intelektual muda pada tahun 1930-an, Oppenheimer mendukung reformasi sosial yang kemudian dikategorikan sebagai gagasan komunis. Ia menyumbang bagi banyak gerakan progresif yang dianggap sebagai sayap kiri pada era McCarthy. Banyak tindakannya yang dianggap radikal pada masa itu, misalnya menjadi penggalang dana bagi republikan dalam Perang Saudara Spanyol serta kegiatan antifasis lainnya. Ia tidak pernah secara terbuka bergabung dengan Partai Komunis Amerika Serikat, meskipun ia menyumbangkan sejumlah uang kepada gerakan sayap kiri melalui kenalannya yang diduga menjadi anggota Partai Komunis.[57]

Ketika ia bergabung dengan Proyek Manhattan pada tahun 1942, Oppenheimer menuliskan di formulir pribadinya bahwa ia telah menjadi "anggota dari hampir setiap organisasi Front Komunis di Pesisir Barat".[58] Bertahun-tahun kemudian, ia mengklaim bahwa ia tidak ingat pernah menuliskan hal tersebut, bahwa hal tersebut tidaklah benar, dan jikalau ia memang menulis begitu, pastilah itu merupakan "pernyataan berlebihan dan setengah bercanda".[59] Oppenheimer berlangganan People's World,[60] surat kabar milik Partai Komunis, dan pada tahun 1954 ia mengakui bahwa ia berhubungan dengan gerakan komunis.[61] Dari tahun 1937 sampai 1942, Oppenheimer menjadi anggota perhimpunan di Berkeley yang disebutnya "kelompok diskusi", yang kemudian diungkapkan oleh Haakon Chevalier [62][63] dan Gordon Griffiths sebagai kelompok "tertutup" (rahasia) Partai Komunis bagi fakultas Berkeley.[64]

FBI membuka arsip mengenai Oppenheimer pada bulan Maret 1941. Tercatat bahwa ia pernah menghadiri pertemuan pada bulan Desember 1940 di rumah Chevalier, yang juga dihadiri oleh sekretaris Partai Komunis negara bagian California, William Schneiderman, dan bendaharanya, Isaac Folkoff. FBI mencatat bahwa Oppenheimer menjadi anggota Komite Eksekutif American Civil Liberties Union, yang dianggap sebagai organisasi komunis garis depan. Tidak lama kemudian, FBI memasukkan Oppenheimer ke daftar Indeks Penahanan Kustodian, yang bisa ditangkap dalam keadaan darurat nasional.[65]

Keanggotaan Oppenheimer pada Partai Komunis diperdebatkan. Hampir semua sejarawan sepakat bahwa ia memiliki pandangan sayap kiri yang kuat pada saat itu dan berinteraksi dengan anggota partai, tetapi masih diperdebatkan apakah ia pernah menjadi anggota Partai Komunis secara resmi. Dalam sidang izin keamanan tahun 1954, Oppenheimer menyangkal menjadi anggota Partai Komunis, tetapi mengidentifikasi dirinya sebagai "kawan seperjalanan", yang berarti ia setuju dengan banyak tujuan komunisme tetapi tidak mau mengikuti perintah dari aparat Partai Komunis secara terang-terangan.[66]

Pada bulan Agustus 1943, Oppenheimer mengungkapkan kepada agen keamanan Proyek Manhattan bahwa George Eltenton, yang tidak dikenalnya, telah meminta tiga orang di Los Alamos untuk membocorkan rahasia nuklir kepada Uni Soviet. Ketika ditanyai mengenai permasalahan ini dalam wawancara di kemudian hari, Oppenheimer mengakui bahwa satu-satunya orang yang mendekatinya adalah temannya, Haakon Chevalier, seorang profesor sastra Prancis di Berkeley, yang mengutarakan masalah tersebut secara pribadi saat acara makan malam di rumah Oppenheimer.[67] Brigadir Jenderal Leslie R. Groves, Jr., kepala Proyek Manhattan, menganggap Oppenheimer terlalu penting bagi proyek tersebut, sehingga tidak mungkin didepak karena perilaku mencurigakan ini. Pada tanggal 20 Juli 1943, Groves menulis surat kepada Manhattan Engineer District:

Sesuai dengan arahan lisan saya pada tanggal 15 Juli, diharapkan agar izin diberikan kepada Julius Robert Oppenheimer tanpa penundaan terlepas dari informasi yang Anda miliki berkaitan dengan Mr. Oppenheimer. Dia sangat penting bagi proyek ini.[68]

Catatan

  1. ^ a b Arti huruf 'J' pada nama J. Robert Oppenheimer masih diperdebatkan. Sejarawan Alice Kimball Smith dan Charles Weiner dalam buku Robert Oppenheimer: Letters and recollections, berpendapat: "'J' dalam nama Robert adalah singkatan dari Julius atau, seperti yang dikatakan Robert sendiri, 'tidak berarti apapun', mungkin tidak pernah terpecahkan. Adiknya, Frank, menduga bahwa 'J' adalah simbol, isyarat untuk menamai anak laki-laki tertua dengan nama ayahnya, tetapi juga menjadi tanda bahwa orang tuanya tidak ingin Robert menjadi 'junior'.'" Dalam J. Robert Oppenheimer: Shatterer of Worlds karangan Peter Goodchild, diungkapkan bahwa ayah Robert, Julius, menambahkan inisial kosong untuk membedakan nama Robert, tetapi buku Goodchild tidak memiliki catatan kaki, sehingga sumber pernyataan ini tidak jelas. Pengakuan Robert bahwa 'J' "tidak berarti apapun" terungkap dari sebuah wawancara yang dilakukan oleh Thomas S. Kuhn pada tanggal 18 November 1963, yang saat ini disimpan di Arsip Sejarah Fisika Kuantum. Di sisi lain, nama Robert dalam akta kelahirannya adalah "Julius Robert Oppenheimer".
  2. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama german

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ Julius Robert Oppenheimer di Mathematics Genealogy Project
  2. ^ Schweber 2008, hlm. 283
  3. ^ a b Cassidy 2005, hlm. 5–11
  4. ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 10
  5. ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 12
  6. ^ Cassidy 2005, hlm. 16, 145, 282
  7. ^ a b Cassidy 2005, hlm. 35
  8. ^ Cassidy 2005, hlm. 23, 29
  9. ^ Cassidy 2005, hlm. 16–17
  10. ^ Cassidy 2005, hlm. 43–46
  11. ^ Cassidy 2005, hlm. 61–63
  12. ^ Cassidy 2005, hlm. 75–76, 88–89
  13. ^ Cassidy 2005, hlm. 90–92
  14. ^ Cassidy 2005, hlm. 94
  15. ^ Monk 2012, hlm. 92.
  16. ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 46.
  17. ^ Monk 2012, hlm. 97.
  18. ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 39–40, 96, 258
  19. ^ Smith & Weiner 1980, hlm. 91
  20. ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 35–36, 43–47, 51–52, 320, 353
  21. ^ Smith & Weiner 1980, hlm. 135
  22. ^ Cassidy 2005, hlm. 108
  23. ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 60
  24. ^ Cassidy 2005, hlm. 109
  25. ^ "The Eternal Apprentice". Time. November 8, 1948. Diarsipkan dari versi asli  tanggal October 7, 2013. Diakses tanggal May 23, 2008. 
  26. ^ Cassidy 2005, hlm. 112
  27. ^ Cassidy 2005, hlm. 115–116
  28. ^ Cassidy 2005, hlm. 142
  29. ^ a b Cassidy 2005, hlm. 151–152
  30. ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 73–74
  31. ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 84
  32. ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 75–76
  33. ^ "The Early Years". University of California, Berkeley. 2004. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 15, 2007. Diakses tanggal May 23, 2008. 
  34. ^ Conant 2005, hlm. 75
  35. ^ Herken 2002, hlm. 14–15
  36. ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 96–97
  37. ^ Bethe 1968a; reprinted as Bethe 1997, hlm. 184
  38. ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 91
  39. ^ Conant 2005, hlm. 141
  40. ^ a b c Bird & Sherwin 2005, hlm. 88
  41. ^ Bethe 1968a; reprinted as Bethe 1997, hlm. 178
  42. ^ Oppenheimer, J.R. (1930). "On the Theory of Electrons and Protons" (PDF). Physical Review (Submitted manuscript). 35 (1): 562–563. Bibcode:1930PhRv...35..562O. doi:10.1103/PhysRev.35.562. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal July 24, 2018. Diakses tanggal November 5, 2018. 
  43. ^ Oppenheimer, J.R.; Hall, Harvey (1931). "Relativistic Theory of the Photoelectric Effect". Physical Review. 38 (1): 57–79. Bibcode:1931PhRv...38...57H. doi:10.1103/PhysRev.38.57. 
  44. ^ Cassidy 2005, hlm. 173
  45. ^ Dirac, P. A. M. (1928). "The quantum theory of the electron". Proceedings of the Royal Society of London. Series A. 117 (778): 610–624. Bibcode:1928RSPSA.117..610D. doi:10.1098/rspa.1928.0023 . ISSN 1364-5021. JSTOR 94981.  (perlu berlangganan)
  46. ^ Cassidy 2005, hlm. 162–163
  47. ^ Oppenheimer, J.R.; Serber, Robert (1938). "On the Stability of Stellar Neutron Cores". Physical Review. 54 (7): 540. Bibcode:1938PhRv...54..540O. doi:10.1103/PhysRev.54.540. 
  48. ^ Oppenheimer, J.R.; Volkoff, G.M. (1939). "On Massive Neutron Cores" (PDF). Physical Review. 55 (4): 374–381. Bibcode:1939PhRv...55..374O. doi:10.1103/PhysRev.55.374. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal January 16, 2014. Diakses tanggal January 15, 2014. 
  49. ^ Oppenheimer, J.R.; Snyder, H. (1939). "On Continued Gravitational Contraction". Physical Review. 56 (5): 455–459. Bibcode:1939PhRv...56..455O. doi:10.1103/PhysRev.56.455 . 
  50. ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 89–90
  51. ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 375
  52. ^ Herken 2002, hlm. 12
  53. ^ Childs 1968, hlm. 145
  54. ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 104–107
  55. ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 98
  56. ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 128
  57. ^ Cassidy 2005, hlm. 184–186
  58. ^ Teukolsky, Rachel (Spring 2001). "Regarding Scientist X" (PDF). Berkeley Science Review. No. 1. hlm. 17. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal September 1, 2006. 
  59. ^ United States Atomic Energy Commission 1954, hlm. 9
  60. ^ Oppenheimer, J. R. (March 4, 1954). "Oppenheimer's Letter of Response on Letter Regarding the Oppenheimer Affair". Nuclear Age Peace Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 14, 2008. Diakses tanggal May 22, 2008. 
  61. ^ Strout 1963, hlm. 4
  62. ^ "Chevalier to Oppenheimer, July 23, 1964". Brotherhood of the Bomb: The Tangled Lives and Loyalties of Robert Oppenheimer, Ernest Lawrence, and Edward Teller. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 12, 2011. Diakses tanggal February 24, 2011. 
  63. ^ "Excerpts from Barbara Chevalier's unpublished manuscript". Brotherhood of the Bomb: The Tangled Lives and Loyalties of Robert Oppenheimer, Ernest Lawrence, and Edward Teller. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 12, 2011. Diakses tanggal February 24, 2011. 
  64. ^ "Excerpts from Gordon Griffith's unpublished memoir". Brotherhood of the Bomb: The Tangled Lives and Loyalties of Robert Oppenheimer, Ernest Lawrence, and Edward Teller. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2011. Diakses tanggal February 24, 2011. 
  65. ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 137–138
  66. ^ Cassidy 2005, hlm. 199–200
  67. ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 195–201
  68. ^ Groves 1962, hlm. 63

Daftar Pustaka


Pranala luar