Jalur kereta api Secang–Yogyakarta

jalur kereta api di Indonesia

Jalur kereta api Secang–Yogyakarta adalah jalur kereta api nonaktif yang menghubungkan Stasiun Yogyakarta dan Stasiun Secang. Jalur ini dahulu menghubungkan Kota Yogyakarta dan Kota Semarang melalui Kota Magelang. Jalur ini sejajar dengan Nasional 20 di {{Rute/Kode daerah Jalan Nasional Rute 20.

Jalur kereta api Secang–Yogyakarta
Bekas rel kereta api yang kini menjadi Jalan PJKA Sleman
Ikhtisar
JenisJalur lintas cabang
SistemJalur kereta api rel ringan
StatusTidak beroperasi
LokasiJawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta
TerminusSecang
Yogyakarta
Operasi
Dibangun olehNederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij
Dibuka1898-1903
Ditutup1976
PemilikPT Kereta Api Indonesia (pemilik aset jalur dan stasiun)
OperatorWilayah Aset VI Yogyakarta
Karakteristik lintasLintas datar dengan variasi kelokan
DepoYogyakarta (YK) Magelang Kota (MG)
Data teknis
Panjang lintas56 km
Lebar sepur1.067 mm (3 ft 6 in)
Kecepatan operasi20 s.d. 50 km/jam
Peta rute
KEJ–SCA
ke Ambarawa, Kedungjati
SCA
Secang
PRN–SCA
ke Temanggung, Parakan
PYM
Payaman
Batas wilayah Kabupaten Magelang
Batas wilayah Kota Magelang
MGK
Magelang Kramat
MG
Magelang Kota
MGL
Magelang Alun-alun
Batas segmen Magelang PasarSecang
Batas segmen YogyakartaMagelang Pasar
MGP
Magelang Pasar
Batas wilayah Kota Magelang
Batas wilayah Kabupaten Magelang
BNJ
Banyurojo
MTY
Mertoyudan
JAP
Japonan
BLD
Blondo
BAB
Blabak
PBE
Pabelan
MTN
Muntilan
MTK
Muntilan Kidul
DNY
Dangeyan
TSI
Tegalsari
SEM
Semen
Jembatan Kali Krasak
Batas Wilayah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
Batas Wilayah Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta
TPL
Tempel
NBG
Ngebong
MDI
Medari
SMN
Sleman
PGK
Pangukan
BRA
Beran
MLI
Mlati
KTU
Kutu
KCK
Kricak
Depo Yogyakarta
KTA–PWS
ke Solo Balapan, Lempuyangan
YK
Yogyakarta
KTA–PWS
ke Kutoarjo, Kebumen
YK-PLP-SWG
ke Palbapang

Kini sebagian aset bangunan di jalur ini termasuk dalam Wilayah Aset VI Yogyakarta.

Sejarah

Magelang merupakan pemusatan latihan militer untuk tentara Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger (KNIL). Selain itu, banyak pedagang Tionghoa yang membuka usaha di Magelang. Agar mobilitas penumpang terutama dari pedagang dan calon tentara tersebut lancar maka diperlukan suatu jalur kereta api.[1] Jalur ini selesai dibangun pada tahun 1907 oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), atas jasa-jasa Ho Tjong An, seorang pemborong (aannemer) cerutu Tionghoa (menurut catatan dari Kota Toea Magelang).[2]

Jalur kereta api Yogyakarta–Magelang dibangun oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), yang dibuka pada tanggal 1 Juli 1898. Selanjutnya, perpanjangannya menuju Secang selesai pada tanggal 15 Mei 1903. Dari stasiun ini, dibangun jalur cabang menuju Parakan yang selesai pada tahun 1907 dan ke Ambarawa pada tahun 1905.[3] Alasan yang menyebabkan jalur Yogyakarta–Magelang diprioritaskan adalah perlunya transportasi untuk pedagang di Muntilan dan Magelang dan calon tentara yang sedang menjalani pendidikan militer.

Letak jalur kereta api ini sangat dekat dengan Gunung Merapi, terutama di daerah Salam sampai Muntilan. Apabila gunung ini meletus, pelayanan harus dihentikan karena rel yang tertutup abu vulkanik.[4] Pasca-kemerdekaan, jalur ini menjadi saksi bisu perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1949, jalur ini dihadang tank di petak Payaman–Secang dalam rangkaian Agresi Militer Belanda II, sampai akhirnya petak ini dibongkari pada tanggal 11 April 1949.[5] Jalur ini sempat menjalani perbaikan agar bisa berfungsi seperti semula pada dekade 1950-an.

Kereta api terakhir yang melayani jalur ini adalah Taruna Ekspres dan Borobudur Ekspres.[6] Ide mengenai Taruna Ekspres dicetuskan oleh Sarwo Edhie Wibowo, dimaksudkan sebagai layanan penunjang bagi teruna Akabri yang telah mendapat izin pesiaran. Layanan kereta api ini diresmikan pada tanggal 30 November 1972. Untuk menunjang pemberhentian, dibangun Stasiun Lembah Tidar yang kanopinya mirip dengan kanopi stasiun NIS.[7]

Jalur kereta api ini dinonaktifkan menyusul letusan Gunung Merapi pada tahun 1972 hingga 1976 yang menyebabkan banjir lahar dingin serta menyebabkan terputusnya Jembatan Krasak pada tahun 1975.[6]

Berkali-kali wacana reaktivasi (pengaktifan kembali) jalur KA ini sudah mulai mencuat sejak lama, namun tidak pernah terealisasikan.

Reaktivasi

Untuk mereaktivasi jalur ini, pemerintah melalui Kementerian Perhubungan Republik Indonesia memberikan tiga pilihan, yaitu:

Saat ini sedang dilakukan studi untuk reaktivasi tersebut. Untuk keperluan studi, dipasang patok DJKA ±800 meter dari posisi jalur lama di Secang. Kemungkinan dalam reaktivasi tersebut akan menggunakan trase lama dan trase baru.[8]

Proyek ini merupakan salah satu bagian proyek reaktivasi jalur kereta api berbasis pariwisata yang akan menghubungkan objek-objek wisata di Kota Magelang, Kabupaten Magelang, dan Kabupaten Semarang.[9]

Jalur terhubung

Lintas aktif

Lintas nonaktif

Daftar stasiun

Nomor Nama stasiun Singkatan Alamat Letak Ketinggian Status Foto
Lintas 15 Magelang
Segmen Magelang Pasar–Secang
Diresmikan pada tanggal 15 Mei 1903
oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij
Termasuk dalam Daerah Operasi VI Yogyakarta
3314 Secang SCA Secang, Secang, Magelang km 55+940 lintas YogyakartaMagelang KotaAmbarawa
km 0+000 lintas SecangParakan
Tidak beroperasi  
3315 Payaman PYM Payaman, Secang, Magelang km 51+189 Tidak beroperasi  
Magelang Kramat MGK km 49+300 Tidak beroperasi
3320 Magelang Kota MG Jalan Jenderal Urip Sumohardjo, Potrobangsan, Magelang Utara, Magelang km 46+855 Tidak beroperasi  
Magelang Alun-alun MGL km 45+307 Tidak beroperasi
Segmen Yogyakarta–Magelang Pasar
Diresmikan pada tanggal 1 Juli 1898
3330 Magelang Pasar MGP Rejowinangun Utara, Magelang Tengah, Magelang km 44+262 Tidak beroperasi  
- Lembah Tidar - km ? Tidak beroperasi
3331 Banyurojo BNJ km 42+100 Tidak beroperasi
3332 Mertoyudan MTY   Jalan Mayor Jenderal Bambang Soegeng, Mertoyudan, Mertoyudan, Magelang km 40+893 +343 m Tidak beroperasi  
3333 Japonan JAP km 38+722 Tidak beroperasi
3334 Blondo BLD Blondo, Mungkid, Magelang km 37+959 Tidak beroperasi  
3335 Blabak BAB   Jalan Magelang, Mungkid, Mungkid, Magelang km 33+456 +316 m Tidak beroperasi  
3336 Pabelan PBE km 31+630 Tidak beroperasi
3337 Muntilan MTN   Jalan Pemuda, Muntilan, Muntilan, Magelang km 28+538 Tidak beroperasi  
Muntilan Kidul MTD km 27+860 Tidak beroperasi
3339 Dangeyan DNY km 26+200 Tidak beroperasi
3341 Tegalsari TSI   Jalan Magelang, Jumoyo, Salam, Magelang km 24+648 Tidak beroperasi  
3342 Semen SEM km 22+499 Tidak beroperasi
BH -
Jembatan Krasak
Perbatasan DIY-Jawa Tengah
3343 Tempel TPL Lumbungrejo, Tempel, Sleman km 19+688 Tidak beroperasi  
Ngebong NGB km 18+303 Tidak beroperasi
3345 Medari MDI Caturharjo, Sleman, Sleman km 15+213 Tidak beroperasi  
3346 Sleman SMN   Jl.Dr.Radijimin, Tridadi, Sleman, Sleman km 12+696 +233 m Tidak beroperasi
Pangukan PNN km 10+484 Tidak beroperasi
3348 Beran BRA Jalan PJKA Sleman, Tridadi, Sleman, Sleman km 9+487 +188 m Tidak beroperasi  
3351 Mlati MLI   Jalan Magelang, Sendangadi, Mlati, Sleman km 7+310 Tidak beroperasi  
3352 Kutu KTU   Jalan Magelang km 5,2, Sinduadi, Mlati, Sleman km 4+602 Tidak beroperasi  
Kricak KCK Jalan Magelang, Kricak, Tegalrejo, Yogyakarta km 2+433 Tidak beroperasi  
3020 Yogyakarta YK Jalan Margo Utomo 1, Sosromenduran, Gedongtengen, Yogyakarta km 167+051 lintas Semarang Tawang-Brumbung-Gundih-Solo Balapan-Yogyakarta
km 542+494 lintas Bogor-Bandung-Banjar-Kutoarjo-Yogyakarta
km 1+040 lintas Yogyakarta-Magelang Kota-Ambarawa
km 0+067 lintas Yogyakarta-Palbapang
+113 m Beroperasi  

Keterangan:

  • Stasiun yang ditulis tebal merupakan stasiun kelas besar dan kelas I.
  • Stasiun yang ditulis biasa merupakan stasiun kelas II/menengah, III/kecil, dan halte.
  • Stasiun yang ditulis miring merupakan halte atau stasiun kecil yang nonaktif.

Referensi:

  • Stasiun aktif: [10]
  • Stasiun nonaktif: [11][12]
  • Pengidentifikasi stasiun: [13]
  • Penomoran lintas:
  • Tanggal pembukaan jalur: [14]:106-124


Galeri

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Raap, Olivier Johannes (2017). Kota di Djawa Tempo Doeloe. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm. 113. 
  2. ^ "Menjelajahi Kota Tua Pecinan di Temanggung | traveling - Bisnis.com". Bisnis.com. Diakses tanggal 2018-10-16. 
  3. ^ Archiv Für Eisenbahnwesen. 58. 1935. 
  4. ^ Media, Harian Jogja Digital (2018-08-07). "Mengenang Sepur Jogja-Magelang-Ambarawa - Harianjogja.com". Harianjogja.com. Diakses tanggal 2018-10-18. 
  5. ^ Yani, Ibu Ahmad (1981). Ahmad Yani, sebuah kenang-kenangan. 
  6. ^ a b "Stasiun Medari Pernah Dibumihanguskan - Tribun Jogja". Tribun Jogja. 2014-02-05. Diakses tanggal 2018-10-18. 
  7. ^ Akabri (1972). Dokumentasi Akabri. 
  8. ^ Ose (3 Juli 2019). "Rel KA Yogyakarta–Borobudur Akan Diaktifkan Kembali, Bangunan di Atas Trase Lama Jadi PR". Tribunnews.com. Diakses tanggal 6 Juli 2019. 
  9. ^ Arifa, Eka (12 November 2016). "Muncul Tiga Pilihan Hidupkan Jalur KA Yogyakarta–Magelang". Antaranews.com. Diakses tanggal 16 Januari 2018. 
  10. ^ Grafik Perjalanan Kereta Api pada Jaringan Jalur Kereta Api Nasional di Sumatra Bagian Selatan Tahun 2023 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian. 14 April 2023. Diakses tanggal 12 Mei 2023. 
  11. ^ Subdirektorat Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  12. ^ Perusahaan Umum Kereta Api (1992). Ikhtisar Lintas Jawa. 
  13. ^ Arsip milik alm. Totok Purwo mengenai Nama, Kode, dan Singkatan Stasiun Kereta Api Indonesia
  14. ^ Reitsma, S.A. (1928). Korte Geschiedenis der Nederlandsch-Indische Spoor- en Tramwegen. Weltevreden: G. Kolff & Co. 

Pranala luar