Netflix

layanan pengaliran video asal Amerika Serikat

Netflix adalah layanan aliran video atas permintaan berbasis langganan yang berasal dari Amerika Serikat. Layanan ini menawarkan beragam film dan acara televisi, termasuk produksi orisinal dan yang diperoleh dari pihak lain, yang mencakup berbagai genre dan tersedia dalam banyak bahasa secara internasional.[4]

Netflix
Tangkapan layar situs web bahasa Inggris Netflix tahun 2019
URLnetflix.com Sunting ini di Wikidata
TipePlatform aliran OTT
Bersifat komersial?Ya
PendaftaranDiperlukan
Bahasa
PenggunaKenaikan 247.15 juta (hingga Oktober 18, 2023)[3]
PembuatReed Hastings dan Marc Randolph Edit nilai pada Wikidata
Berdiri sejak16 Januari 2007; 17 tahun lalu (2007-01-16)
Lokasi pembentukanScotts Valley (en) Terjemahkan Edit nilai pada Wikidata
Lokasi kantor pusatLos Gatos Edit nilai pada Wikidata
NegaraAmerika Serikat Edit nilai pada Wikidata
Penghargaan
Peringkat Alexa21 (24 Juni 2020)
32 (20 November 2017)
53 (31 Juli 2015)
29 (9 Februari 2018) Edit nilai pada Wikidata
StatusAktif
Blog resmihttps://media.netflix.com Edit nilai pada Wikidata
IMDB: co0825975 Facebook: netflix X: netflix Instagram: netflix Youtube: UCWOA1ZGywLbqmigxE4Qlvuw Pinterest: netflix Last fm: Netflix GitHub: Netflix Modifica els identificadors a Wikidata

Diluncurkan pada 16 Januari 2007, hampir sepuluh tahun setelah Netflix, Inc. memulai bisnis penyewaan film melalui DVD, Netflix telah berkembang menjadi layanan aliran video atas permintaan dengan jumlah pelanggan terbesar. Per 2022, layanan ini memiliki 238,39 juta keanggotaan berbayar di lebih dari 190 negara.[5] Pada tahun yang sama, produksi "Netflix Original" menyumbang separuh dari koleksi filmnya di Amerika Serikat. Selain itu, perusahaan ini juga telah memperluas bisnisnya ke kategori lain, termasuk penerbitan permainan video piranti bergerak. Pada Oktober 2023, Netflix menempati peringkat ke-24 sebagai situs web paling banyak dikunjungi di dunia, dengan 23,66% lalu lintasnya berasal dari Amerika Serikat, diikuti oleh Britania Raya (5,84%) dan Brasil (5,64%).[6][7]

Sejarah

Netflix logo history
Logo pertama, 1996 hingga 2000
Logo kedua, 2000 hingga 2001
Logo ketiga, 2001 hingga 2014
Logo keempat sekaligus yang digunakan saat ini sejak 2014

Diluncurkan sebagai bisnis penyewaan melalui pos

 
Marc Randolph, salah satu pendiri Netflix dan CEO pertama perusahaan
 
Reed Hastings, salah satu pendiri, pimpinan dan CEO saat ini

Netflix didirikan oleh Marc Randolph dan Reed Hastings pada tanggal 29 Agustus 1997 di Scotts Valley, California. Hastings, seorang ilmuwan komputer dan matematikawan, merupakan salah satu pendiri Pure Software, yang diakuisisi oleh Rational Software pada tahun yang sama dengan nilai $750 juta. Akuisisi ini menjadi yang terbesar dalam sejarah Silicon Valley saat itu.[8] Randolph, yang sebelumnya menjabat sebagai direktur pemasaran untuk Pure Software setelah Pure Atria mengakuisisi perusahaan tempat ia bekerja, ia juga turut mendirikan MicroWarehouse, sebuah perusahaan penjualan komputer melalui pos, dan pernah menjadi wakil presiden pemasaran di Borland.[9][10] Hastings and Randolph Ide Netflix muncul saat Hastings dan Randolph sering melakukan kegiatan berbagi tumpangan dari Santa Cruz, California, ke kantor pusat Pure Atria di Sunnyvale.[11] Patty McCord, yang kemudian menjadi kepala Sumber Daya Manusia juga merupakan bagian dari kelompok berbagi tumpangan ini.[12] Randolph, yang terinspirasi oleh Amazon, ingin mencari kategori produk besar yang bisa dijual secara daring dengan model yang serupa. Mereka sempat mempertimbangkan dan menolak VHS karena biaya penyimpanan dan kesulitan pengiriman yang tinggi.[9] Ketika DVD diperkenalkan di Amerika Serikat pada awal tahun 1998, mereka menguji ide menjual atau menyewakan DVD melalui pos dengan mengirimkan sebuah cakram padat ke rumah Hastings di Santa Cruz.[9] Setelah cakram tersebut tiba dengan selamat, mereka memutuskan untuk memasuki industri penjualan dan penyewaan video rumahan yang kala itu bernilai $16 miliar.[9][11] Hastings sering menyebut bahwa ide mendirikan Netflix terinspirasi oleh pengalamannya dikenai denda $40 oleh toko Blockbuster karena terlambat mengembalikan salinan film Apollo 13.[11] Hastings menginvestasikan $2,5 juta ke dalam Netflix dari hasil penjualan Pure Atria.[13][11] Netflix diluncurkan sebagai situs web penyewaan dan penjualan DVD pertama dengan 30 karyawan dan 925 judul yang tersedia, yang merupakan hampir semua DVD yang saat itu diterbitkan.[11][14][15] Randolph dan Hastings sempat bertemu dengan Jeff Bezos, saat itu Amazon menawarkan untuk mengakuisisi Netflix dengan harga antara $14 dan $16 juta. Meski Randolph sempat mempertimbangkan tawaran tersebut, Hastings, yang memegang 70% saham perusahaan menolaknya.[16][17]

Netflix awalnya mengadopsi model penyewaan per-DVD, tetapi kemudian memperkenalkan konsep langganan bulanan pada bulan September 1999.[18] Model penyewaan per-DVD dihentikan pada awal tahun 2000, memungkinkan perusahaan untuk fokus pada model bisnis penyewaan dengan biaya tetap tanpa batas waktu, tanpa biaya keterlambatan, pengiriman, penanganan, atau biaya per-judul.[19] Pada September 2000, selama masa gelembung dot-com dan ketika Netflix mengalami kerugian, Hastings dan Randolph menawarkan untuk menjual perusahaan ke Blockbuster seharga $50 juta. Namun, tawaran tersebut ditolak oleh CEO Blockbuster, John Antioco, yang menganggapnya sebagai lelucon, dengan mengatakan, "Histeria dot-com benar-benar berlebihan."[20][21] Meski mengalami pertumbuhan pesat pada awal tahun 2001, dampak berkelanjutan dari runtuhnya gelembung dot-com dan serangan 11 September membuat perusahaan menunda rencana penawaran saham perdana (IPO) dan memutuskan untuk memberhentikan sepertiga dari 120 karyawannya.[22]

 
Amplop penyewaan Netflix yang terbuka, berisi salinan DVD Coach Carter (2005)

Pada akhir tahun 2001, pemutar DVD menjadi hadiah populer selama musim liburan. Hal ini menyebabkan peningkatan permintaan terhadap layanan berlangganan DVD dari Netflix, sebagaimana diungkapkan oleh Patty McCord.[23] Netflix melaksanakan penawaran saham perdana (IPO) pada tanggal 29 Mei 2002, dengan menjual 5,5 juta lembar saham biasa seharga $15.00 per lembar.[24] Pada tahun 2003, Netflix memperoleh hak paten dari Kantor Paten dan Merek Dagang AS yang melindungi model layanan penyewaan langganannya, termasuk beberapa ekstensi layanan tersebut.[25] Pada tahun itu, Netflix mencatat laba pertamanya sebesar $6,5 juta dari total pendapatan $272 juta. Pada tahun 2004, laba meningkat menjadi $49 juta dengan pendapatan yang melampaui $500 juta.[26] Tahun 2005 Netflix memiliki koleksi 35.000 judul film berbeda dan mengirimkan 1 juta DVD setiap hari.[27]

Di tahun 2004, Blockbuster memperkenalkan layanan penyewaan DVD serupa, memungkinkan pelanggan untuk memilih film melalui situs web dan mengembalikannya di toko fisik.[28] Pada tahun 2006, layanan Blockbuster mencapai dua juta pelanggan, menarik sebagian bisnis dari Netflix, meskipun jumlah pelanggan Netflix masih lebih banyak. Netflix menurunkan biayanya pada tahun 2007.[26] Meskipun sering diklaim bahwa Netflix "membunuh" Blockbuster di pasar penyewaan DVD, kenyataannya, beban utang dan perselisihan internal menjadi faktor utama yang merugikan Blockbuster.[28]

Pada 4 April 2006, Netflix mengajukan gugatan pelanggaran paten terhadap Blockbuster di Pengadilan Distrik Amerika Serikat untuk Distrik Utara California. Netflix mengklaim bahwa layanan langganan penyewaan DVD daring Blockbuster melanggar dua paten yang dimiliki oleh Netflix. Penyebab utama tuntutan hukum tersebut adalah tuduhan bahwa Blockbuster melakukan pelanggaran dengan meniru "antrian dinamis" DVD Netflix, yang tersedia untuk setiap pelanggan. Ini termasuk metode Netflix dalam memanfaatkan preferensi peringkat dalam antrian untuk mengirim DVD kepada pelanggan, serta metode yang memungkinkan antrian untuk diperbarui dan disusun ulang.[29] Penyebab kedua dari tindakan hukum tersebut berkaitan dengan dugaan pelanggaran terhadap model layanan penyewaan berlangganan Netflix, serta metode komunikasi dan pengiriman yang mereka gunakan.[30] Kedua perusahaan akhirnya menyelesaikan perselisihan mereka pada 25 Juni 2007, namun detail kesepakatan dirahasiakan.[31][32][33][34]

Pada 1 Oktober 2006, Netflix mengumumkan Netflix Prize, sebuah hadiah sebesar $1.000.000 untuk pengembang algoritma rekomendasi video yang dapat mengalahkan algoritma mereka sebelumnya, Cinematch, dalam memprediksi peringkat pelanggan lebih dari 10%. Pada 21 September 2009, hadiah ini diberikan kepada tim "BellKor's Pragmatic Chaos."[35] Cinematch, diluncurkan pada tahun 2000, sebuah sistem yang merekomendasikan film kepada pengguna, termasuk film-film yang mungkin belum mereka kenal sebelumnya.[36][37]

Melalui divisi Red Envelope Entertainment, Netflix melisensikan dan mendistribusikan film independen seperti Born into Brothels dan Sherrybaby. Pada akhir tahun 2006, Red Envelope Entertainment juga mulai memproduksi konten orisinal bersama pembuat film John Waters.[38] Netflix menutup divisi Red Envelope Entertainment pada tahun 2008.[39][40]


Netflix di Indonesia

Layanan Netflix di Indonesia hadir pada Januari 2016, pengguna dapat menggunakan layanan Netflix dengan cara membuat akun dan berlangganan.[41]

Telkom Group memutuskan untuk memblokir Netflix per 27 Januari 2016 pada pukul 00.00 WIB. Dengan demikian, pengguna Indihome, WiFi.id, dan Telkomsel secara otomatis tidak bisa mengakses layanan Netflix. Hal tersebut dilakukan karena saat itu Netflix belum memiliki izin dan isi konten Netflix belum sesuai dengan undang-undang yang ditetapkan di Indonesia.

Hal itu juga didukung oleh Mastel (Masyarakat Telematika Indonesia) karena Netflix yang datang secara tiba-tiba dan tidak mendukung aturan. Namun, pihak Smartfren dan XL Axiata justru tidak sependapat dan pengguna operator ini masih bisa mengakses layanan Netflix.[42]

Setelah 4 tahun berlalu, pada 7 Juli 2020, pihak Telkom membuka kembali layanan Netflix di Indonesia dengan aturan yang ditetapkan antara lain, sepakat untuk tidak menayangkan konten-konten terlarang yang mengandung pornografi anak, terorisme, dan melanggar Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), serta konten yang mendiskreditkan kelompok masyarakat tertentu dan patuh terhadap Self Regulatory Code for Subscription Video on Demand Industry in ASEAN.[43]

Netflix adalah layanan streaming berbasis langganan yang memungkinkan anggota kami menonton acara TV dan film di perangkat yang terhubung ke Internet.[44]

Kritik

Seiring dengan meningkatnya popularitas dan cakupan pasarnya di dekade 2010-an, Netflix menerima berbagai kritik dari berbagai kelompok dan individu. Beberapa pelanggan mengeluhkan kenaikan harga langganan setelah pemisahan layanan penyewaan DVD dan aliran, kebijakan yang kemudian dibatalkan oleh perusahaan. Meningkatnya produksi konten aliran oleh Netflix memicu desakan untuk membatasi konten kekerasan grafik dan menyediakan panduan pemirsa mengenai isu-isu seperti sensasionalisme dan promosi ilmu semu. Netflix juga dikritik oleh para pendukung hak penyandang disabilitas karena dianggap menyediakan takarir tertutup yang kurang memadai.[45]

Banyak organisasi media dan pesaing mengkritik Netflix karena cenderung merilis data peringkat dan jumlah pemirsa program orisinalnya secara selektif. Perusahaan ini juga dikritik karena sering mengklaim jumlah penonton yang membanggakan tanpa menyediakan data pendukung atau menggunakan metode estimasi yang dipertanyakan.[46] Pada Maret 2020, beberapa lembaga pemerintah meminta Netflix dan layanan aliran lain untuk membatasi layanan mereka mengingat peningkatan penggunaan pita lebar dan konsumsi energi. Menanggapi hal ini, Netflix mengumumkan pengurangan laju bit aliran di Eropa, yang mengurangi lalu lintas Netflix di jaringan Eropa sekitar 25%. Langkah serupa juga diterapkan di India.[47]

Pada Mei 2022, salah satu pemegang saham Netflix, Imperium Irrevocable Trust, menggugat perusahaan atas tuduhan pelanggaran undang-undang sekuritas Amerika Serikat.[48]

Lihat pula


Pranala luar

Referensi

  1. ^ "Netflix is now available in Hindi". Netflix (Siaran pers). August 9, 2020. 
  2. ^ "APA KABAR INDONESIA? Avriel like Essence". Netflix (Siaran pers). October 18, 2018. 
  3. ^ "Shareholder Letter" (PDF). October 18, 2023. Diakses tanggal October 18, 2023. 
  4. ^ "Netflix - Overview - Profile". ir.netflix.net. Diakses tanggal 2023-06-01. 
  5. ^ Lauren Forristal (19 July 2023). "Netflix gains nearly 6M subscribers as paid sharing soars". TechCrunch. Diakses tanggal 19 July 2023. 
  6. ^ "Top Websites Ranking". Similarweb. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-02-10. Diakses tanggal 2021-12-01. 
  7. ^ "netflix.com". similarweb.com. 
  8. ^ Hastings, Reed (December 1, 2005). "How I Did It: Reed Hastings, Netflix". Inc. 
  9. ^ a b c d Xavier, Jon (January 9, 2014). "Netflix's first CEO on Reed Hastings and how the company really got started Executive of the Year 2013". American City Business Journals. 
  10. ^ Sperling, Nicole (September 15, 2019). "Long Before 'Netflix and Chill,' He Was the Netflix C.E.O." The New York Times. Diarsipkan dari versi asli  tanggal September 15, 2019. 
  11. ^ a b c d e Keating, Gina (October 11, 2012). Netflixed: The Epic Battle for America's Eyeballs. Penguin Books. ISBN 978-1-101-60143-3. 
  12. ^ Castillo, Michelle (May 23, 2017). "Reed Hastings' story about the founding of Netflix has changed several times". Diarsipkan dari versi asli tanggal November 2, 2017. 
  13. ^ Cohen, Alan (December 1, 2002). "The Great Race No startup has cashed in on the DVD's rapid growth more than Netflix. Now Blockbuster and Wal-Mart want in. Can it outrun its big rivals?". CNN. 
  14. ^ Rodriguez, Ashley (April 14, 2018). "Early images of Netflix.com show how far the service has come in its 20 years". Quartz. 
  15. ^ Barrett, Brian; Parham, Jason; Raftery, Brian; Rubin, Peter; Watercutter, Angela (August 29, 2017). "Netflix Is Turning 20—But Its Birthday Doesn't Matter" . Wired. 
  16. ^ Cuccinello, Hayley C. (September 17, 2019). "Netflix Cofounder Marc Randolph On Why He Left, Becoming A Mentor And His Love Of Chaos" . Forbes. 
  17. ^ Scipioni, Jade (September 21, 2019). "Why Netflix co-founders turned down Jeff Bezos' offer to buy the company". CNBC. 
  18. ^ O'Brien, Jeffrey M. (December 1, 2002). "The Netflix Effect". Wired. Diarsipkan dari versi asli  tanggal September 5, 2013. 
  19. ^ Huddleston Jr., Tom (September 22, 2020). "Netflix didn't kill Blockbuster — how Netflix almost lost the movie rental wars". CNBC. 
  20. ^ Chong, Celena (July 17, 2015). "Blockbuster's CEO once passed up a chance to buy Netflix for only $50 million". Business Insider. 
  21. ^ ZETLIN, MINDA (September 20, 2019). "Blockbuster Could Have Bought Netflix for $50 Million, but the CEO Thought It Was a Joke". Inc. 
  22. ^ Giang, Vivian (February 17, 2016). "She Created Netflix's Culture And It Ultimately Got Her Fired". Fast Company. 
  23. ^ McCord, Patty (September 2014). "How Netflix Reinvented HR". Harvard Business Review. 
  24. ^ "Netflix Announces Initial Public Offering" (Siaran pers). May 22, 2002. 
  25. ^ Hu, Jim (June 24, 2003). "Netflix sews up rental patent". CNET. 
  26. ^ a b "Netflix lowers its online DVD rental fees". Associated Press. July 22, 2007 – via NBC News. 
  27. ^ "Movies to go". The Economist. July 7, 2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal December 6, 2008. 
  28. ^ a b Huddleston Jr., Tom (September 22, 2020). "Netflix didn't kill Blockbuster — how Netflix almost lost the movie rental wars". CNBC. 
  29. ^ Templat:US patent reference
  30. ^ Templat:US patent reference
  31. ^ Bond, Paul (June 29, 2007). "Blockbuster to shutter 282 stores this year". The Hollywood Reporter. Diarsipkan dari versi asli tanggal February 21, 2010. 
  32. ^ "Blockbuster Settles Fight With Netflix". The New York Times. Reuters. June 28, 2007. Diarsipkan dari versi asli  tanggal July 1, 2007. 
  33. ^ Patel, Nilay (June 27, 2007). "Netflix, Blockbuster settle patent dispute". Engadget. 
  34. ^ CHENG, JACQUI (June 27, 2007). "Blockbuster and Netflix settle patent battle". Ars Technica. 
  35. ^ "Netflix Prize Website". Diarsipkan dari versi asli tanggal December 10, 2006. 
  36. ^ Jackson, Dan (July 7, 2017). "The Netflix Prize: How a $1 Million Contest Changed Binge-Watching Forever". Thrillist. 
  37. ^ Van Buskirk, Elliott (September 22, 2009). "How the Netflix Prize Was Won" . Wired. 
  38. ^ Dornhelm, Rachel (December 8, 2006). "Netflix expands indie film biz". Marketplace. American Public Media. Diarsipkan dari versi asli tanggal December 10, 2006. 
  39. ^ Jesdanun, Anick (July 23, 2008). "Netflix shuts movie financing arm to focus on core". The Sydney Morning Herald. Associated Press. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 26, 2008. 
  40. ^ Goldstein, Gregg (July 22, 2008). "Netflix closing Red Envelope". The Hollywood Reporter. Associated Press. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 26, 2014. 
  41. ^ Aeni, Siti Nur (2021-06-08). "Netflix: Platform Nonton Film Online yang Kini Hadir di Indonesia". Katadata. Diakses tanggal 2022-03-22. 
  42. ^ Iskandar (2016-01-29). Anestia, Corry, ed. "6 Fakta Netflix Diblokir di Indonesia". Liputan6.com. Diakses tanggal 2022-03-22. 
  43. ^ Clinten, Bill (2020-07-07). Yusuf, Oik, ed. "Telkom IndiHome dan Telkomsel Resmi Buka Blokir Netflix". Kompas.com. Diakses tanggal 2022-03-22. 
  44. ^ neflik https://help.netflix.com/id/node/412. Diakses tanggal 2023-24-8.  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan)
  45. ^ Cooper, Kelly-Leigh (June 29, 2018). "Queer Eye host backs Netflix subtitle change". BBC News. Diakses tanggal July 8, 2019. 
  46. ^ "Netflix execs say they'll finally start releasing viewership data soon". The Verge. April 17, 2019. Diakses tanggal June 2, 2019. 
  47. ^ "Netflix finds way to maintain streaming quality in India despite heavy traffic". Livemint. 24 March 2020. Diakses tanggal 17 May 2023. 
  48. ^ Cho, Winston (May 4, 2022). "Netflix Hit With Shareholder Lawsuit After Disclosing Subscriber Loss". The Hollywood Reporter.