Kabupaten Banyuwangi

kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia
Revisi sejak 29 April 2024 18.05 oleh Gaung Tebono (bicara | kontrib) (clean up: added new template {{main|Sejarah Banyuwangi}})


Banyuwangi adalah sebuah wilayah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kota dari kabupaten ini ini berada di Kecamatan Banyuwangi. Kabupaten ini terletak di ujung timur Pulau Jawa, tepatnya di kawasan Tapal Kuda, yang berbatasan dengan Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Bondowoso di sebelah utara, Selat Bali dan Provinsi Bali di sebelah timur, Samudra Hindia di sebelah selatan, serta Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso di sebelah barat. Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten terluas di Jawa Timur dan juga kabupaten terluas kedua di Pulau Jawa.

Banyuwangi
Blambangan
Transkripsi bahasa daerah
 • Hanacaraka 1,2ꦧꦚꦸꦮꦔꦶ
 • Pegon/Jawi 3,4باڽوواڠي
 • Lontara 5,6ᨅᨎᨘᨓᨂᨗ
 • Alfabet OsingByanyuwangai
Lambang resmi Banyuwangi
Etimologi: Banyu + Wangi (lihat legenda Sri Tanjung)
Julukan: 
  • Gandrung
  • Using
  • The Sunrise of Java
Motto: 
Satya bhakti praja mukti
(Sanskerta) Setia dan berbakti untuk mewujudkan masyarakat yang adil makmur
Peta
Banyuwangi di Jawa
Banyuwangi
Banyuwangi
Banyuwangi di Indonesia
Banyuwangi
Banyuwangi
Koordinat: 8°13′07″S 114°22′01″E / 8.2186111111111°S 114.36694444444°E / -8.2186111111111; 114.36694444444
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
Hari jadi18 Desember 1771 (1771-12-18)[1]
Ibu kotaBanyuwangi
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 25
  • Kelurahan: 28
  • Desa: 189
Pemerintahan
 • JenisPemerintah Kabupaten (Bupati-DPRD)
 • BupatiIpuk Fiestiandani (PDIP)
 • Wakil BupatiSugirah
 • Sekretaris DaerahMujiono
 • Ketua DPRDI Made Cahyana Negara
Luas
 • Total5.782,40 km2 (2,232,60 sq mi)
Ketinggian tertinggi
3.000 m (10,000 ft)
Populasi
 (30 Juni 2023)[3]
 • Total1.769.234
 • Kepadatan310/km2 (790/sq mi)
Demografi
 • Agama
  • 96,92% Islam
  • 1,54% Hindu
  • 0,22% Buddha
  • 0,01% Kejawen[3]
 • BahasaIndonesia (resmi),
Osing (dominan), Jawa, Madura, Bali, Melayu, Bugis Muncar, Mandar, Tionghoa, Lainnya
 • IPMKenaikan 71,94 (2022)
tinggi[4]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode pos
684xx
Kode BPS
3510 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon+62 333
Pelat kendaraanP
Kode Kemendagri35.10 Edit nilai pada Wikidata
Kode SNI 7657:2023BYW
APBDRp3.216.198.798.997,00 (2021)[5]
PADRp 592.741.272.400,00 (2021)[5]
Semboyan daerahBanyuwangi Rebound
Flora resmiBambu manggong
Fauna resmiPenyu abu-abu
Situs webbanyuwangikab.go.id

Di pesisir Banyuwangi, terdapat Pelabuhan Ketapang, yang merupakan penghubung utama antara Pulau Jawa dengan Pulau Bali. Masyarakat penghuni daerah ini adalah suku Jawa Osing atau Wong Blambangan.[6] Pada pertengahan tahun 2023, jumlah penduduk Banyuwangi sebanyak 1.769.234 orang.[3]

Sejarah

Sejarah Banyuwangi tidak lepas dari sejarah Kerajaan Blambangan. Pada pertengahan abad ke-17, Banyuwangi merupakan bagian dari Kerajaan Hindu Blambangan yang dipimpin oleh Kangjeng Suhunan Prabu Tawang Alun.

Sejak tahun 1743, secara administratif VOC telah menganggap Blambangan sebagai wilayah kekuasannya, atas dasar Perjanjian Ponorogo yang diantara isinya adalah penyerahan kekuasaan Kartasura di Jawa bagian timur (termasuk Blambangan) oleh Pakubuwono II kepada VOC. Padahal Kartasura tidak pernah mewarisi Blambangan dari Kesultanan Mataram karena Kangjeng Suhunan Prabu Tawangalun telah menyatakan kemerdekaan Balambangan pada 23 Pebruari 1653 dan Mataram tidak pernah menundukkannya lagi hingga Mataram hancur akibat Perang Raden Trunajaya.

Pasca Perjanjian Ponorogo tahun 1743, VOC tidak pernah benar-benar menancapkan kekuasaannya sampai pada akhir abad ke-17, ketika Perusahaan Hindia Timur Britania menjalin hubungan dagang dengan Blambangan..[7]

VOC segera bergerak untuk mengamankan kekuasaannya atas Blambangan pada akhir abad ke-18. Hal ini menyulut perang besar selama lima tahun (1767–1772) dan bahkan baru berakhir tahun 1777.

Dalam rangkaian peperangan itu terdapat beberapa pertempuran dahsyat yang salah satunya disebut Perang Puputan Bayu yang merupakan perlawanan rakyat Blambangan untuk melepaskan diri dari belenggu VOC.

Pertempuran Puputan Bayu terjadi pada tanggal 18 Desember 1771 yang akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Banyuwangi. Sayangnya, perang ini tidak dikenal luas dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan kompeni Belanda.

Akhir dari perang ini, VOC-lah yang memperoleh kemenangan dengan diangkatnya R. Wiroguno I (Mas Alit) sebagai Bupati Banyuwangi pertama dan tanda runtuhnya Kerajaan Blambangan. Tetapi perlawanan sporadis rakyat Blambangan masih terjadi meskipun VOC sudah menguasai Blambangan. Itu bisa terlihat dengan tidak adanya pabrik gula yang dibangun oleh VOC saat itu, berbeda dengan kabupaten lainnya di Jawa Timur.[butuh rujukan]

Legenda

Tokoh legenda yang terkenal adalah Putri Sri Tanjung yang di bunuh oleh suaminya di pinggir sungai karena dicurigai oleh suaminya telah selingkuh ketika dia ditinggal menuju medan perang. Dengan sumpah janjinya kepada sang suami sang putri berkata: "Jika darah yang mengalir di sungai ini amis memang Sri Tanjung selingkuh, tetapi jika berbau harum (wangi) maka Sri Tanjung tidak selingkuh". Dan ketika darah yang mengalir ke dalam sungai tersebut berbau wangi, maka menyesallah sang suami yang dikenal sebagai Sidopekso ini.[butuh rujukan]

Harumnya air itulah yang kemudian diyakini sebagai asal mula nama daerah itu sebagai Banyuwangi.

Tokoh sejarah lain ialah Minak Djinggo, seorang Adipati dari Blambangan yang memberontak terhadap Kerajaan Majapahit dan dapat ditumpas oleh utusan Majapahit, yaitu Damarwulan. Namun sesungguhnya nama Minak Djinggo tidak ada dalam daftar raja Balambangan menurut Babad Sembar sehingga dapat dipastikan bahwa kisah ini hanya legenda saja.

Julukan

 
Patung selamat datang di Banyuwangi pada kaki gunung Gumitir

Banyuwangi menyandang beberapa julukan, di antaranya:[butuh rujukan]

  • The Sunrise of Java

Julukan The Sunrise of Java disandang Kabupaten Banyuwangi tidak lain karena daerah yang pertama terkena sinar matahari terbit di Pulau Jawa.

  • Bumi Blambangan

Sejarah berdirinya Banyuwangi tidak bisa dilepaskan dari sejarah kerajaan Blambangan, karena Blambangan merupakan cikal bakal dari Banyuwangi. Blambangan adalah kerajaan yang semasa dengan kerajaan Majapahit bahkan dua abad lebih panjang umurnya. Blambangan adalah kerajaan yang paling gigih bertahan terhadap serangan VOC serta Blambanganlah kerajaan yang paling akhir ditaklukkan penjajah Belanda di Pulau Jawa.

  • Osing

Salah satu keunikan Banyuwangi adalah penduduk yang multikultur, dibentuk oleh 3 elemen masyarakat yaitu Jawa Mataraman, Madura, dan Banyuwangen (kini lebih dikenal dengan Osing).

Suku Osing adalah penduduk asli Kabupaten Banyuwangi.[8] Mereka mempunyai adat-istiadat, budaya maupun bahasa yang sedikit berbeda dari masyarakat Jawa umumnya.

  • Santet

Julukan Banyuwangi bumi santet terkenal sejak peristiwa memilukan ketika 100 orang lebih dibunuh secara misterius karena dituduh memiliki ilmu santet. Peristiwa ini dikenal luas oleh masyarakat sebagai “Tragedi Santet” Tahun 1998.

  • Gandrung

Banyuwangi terkenal dengan Tari Gandrung yang menjadi maskot kabupaten ini.

  • 'Banteng

Banyuwangi dijuluki bumi banteng dikarenakan di Banyuwangi tepatnya di Taman Nasional Alas Purwo terdapat banyak banteng jawa.

  • Pisang

Sejak dahulu Banyuwangi sangat dikenal sebagai penghasil pisang terbesar, bahkan tiap dipekarangan rumah warga selalu terdapat pohon pisang.

  • Festival

Berawal dari sukses penyelenggaraan kegiatan budaya Banyuwangi Ethno Carnival pertama pada tahun 2011 lalu, maka pada tahun-tahun berikutnya seakan tak terbendung lagi semangat dan kegairahan masyarakat Banyuwangi untuk mengangkat potensi dan budaya daerah melalui rangkaian kegiatan yang dikemas dalam tajuk Banyuwangi Festival.

Maka sejak 2012 acara Banyuwangi Ethno Carnival ditahbiskan menjadi agenda tahunan berbarengan dengan kegiatan lain, baik yang bersifat seni, budaya, fesyen, dan wisata olahraga.

Geografi

Secara geografis Kabupaten Banyuwangi terletak pada koordinat 7º45’15”–8º43’2” LS dan 113º38’10” BT.

Wilayah Banyuwangi cukup beragam, dari dataran rendah hingga pegunungan. Kawasan perbatasan dengan Bondowoso, terdapat rangkaian Dataran Tinggi Ijen dengan puncaknya Gunung Raung (3.344 m) dan Gunung Merapi (2.799 m). Di balik Gunung Merapi terdapat Gunung Ijen yang terkenal dengan kawahnya. Gunung Raung dan Gunung Ijen adalah gunung api aktif. [9][10]

Bagian selatan terdapat perkebunan, peninggalan sejak zaman Hindia Belanda. Di perbatasan dengan Kabupaten Jember bagian selatan, merupakan kawasan konservasi yang kini dilindungi dalam sebuah cagar alam, yakni Taman Nasional Meru Betiri. Pantai Sukamade merupakan kawasan penangkaran penyu. Di Semenanjung Blambangan juga terdapat cagar alam, yaitu Taman Nasional Alas Purwo.

Pantai timur Banyuwangi yang menghadap ke Selat Bali merupakan salah satu penghasil ikan terbesar di Jawa Timur. Tepatnya di Kecamatan Muncar yaitu pelabuhan perikanan Muncar.

Batas wilayah

Wilayah Kabupaten Banyuwangi berbatasan langsung dengan beberapa wilayah lain, yakni:[11]

Utara Kabupaten Situbondo
Timur Selat Bali
Selatan Samudra Hindia
Barat Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Jember

Kabupaten Banyuwangi terletak di ketinggian 0–2.500 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan tingkat kelerengan, wilayah Kabupaten Banyuwangi terbagi dalam empat kategori tingkat kelerangan, yaitu tingkat kelerengan 0–2%, tingkat kelerengan 2–15%, tingkat kelerengan 15–40%, dan tingkat kelerengan >40%. Berikut adalah detailnya:

  • Tingkat kelerengan 0–2% dapat dijumpai di seluruh kecamatan di Kabupaten Banyuwangi
  • Tingkat kelerengan 2–15% dapat dijumpai di hampir seluruh wilayah Kabupaten Banyuwangi, kecuali Kecamatan Muncang dan Kecamatan Cluring
  • Tingkat kelerengan 15–40% dapat dijumpai di sebagian besar wilayah Kabupaten Banyuwangi, kecuali Kecamatan Muncal, Cluring, Gambiran, Tegalsari, Genteng, Srono, Rogojampi, Singojuruh, Giri, dan Banyuwangi.
  • Tingkat kelerengan >40% dapat dijumpai di sebagian wilayah Kabupaten Banyuwangi, kecuali Kecamatan Purwoharjo, Muncal, Cluring, Gambiran, Tegalsari, Genteng, Srono, Rogojampi, Kabat, Singojuruh, Giri, Sempu, dan Banyuwangi.[12]

Geohidrologi

Beberapa sungai besar maupun kecil yang melintas Kabupaten Banyuwangi mulai dari bagian utara ke selatan sehingga merupakan daerah yang cocok pertanian lahan basah, yaitu meliputi :

  • Sungai Bajulmati (20 km), melewati Kecamatan Wongsorejo.
  • Sungai Selogiri (6,173 km), melewati Kecamatan Kalipuro.
  • Sungai Ketapang (10,26 km), melewati Kecamatan Kalipuro.
  • Sungai Sukowidi (15,826 km), melewati Kecamatan Kalipuro.
  • Sungai Bendo (15,826 km), melewati Kecamatan Glagah.
  • Sungai Sobo (13,818 km), melewati Kecamatan Banyuwangi dan Glagah.
  • Sungai Pakis (7,043 km), melewati Kecamatan Banyuwangi.
  • Sungai Tambong (24,347 km), melewati Kecamatan Glagah dan Kabat.
  • Sungai Binau (21,279 km), melewati Kecamatan Rogojampi.
  • Sungai Bomo (7,417 km), melewati Kecamatan Rogojampi, Srono, dan Muncar.
  • Sungai Setail (73,35 km), melewati Kecamatan Sempu, Genteng, Tegalsari, Gambiran, Purwoharjo dan Muncar.
  • Sungai Porolinggo (30,70 km)melewati Kecamatan Genteng.
  • Sungai Kalibarumanis (18 km), melewati Kecamatan Kalibaru dan Glenmore.
  • Sungai Wagud (14,60 km), melewati Kecamatan Genteng, Cluring dan Muncar.
  • Sungai Karangtambak (25 km), melewati Kecamatan Pesanggaran.
  • Sungai Bango (18 km), melewati Kecamatan Bangorejo dan Pesanggaran.
  • Sungai Baru (80,70 km), melewati Kecamatan Kalibaru, Glenmore, Tegalsari, Siliragung dan Pesanggaran.[12]

Iklim

Suhu udara di wilayah datara rendah berkisar antara 20°–34°C, sedangkan wilayah dataran tinggi bersuhu udara kurang dari 19°C. Tingkat kelembapan di Kabupaten Banyuwangi bervariasi antara 73–84%. Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, hampir seluruh wilayah Kabupaten Banyuwangi masuk dalam kategori iklim tropis basah dan kering (Aw & Am) dengan dua musim, yakni musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau di wilayah Kabupaten Banyuwangi berlangsung pada periode MeiOktober dengan puncak musim kemarau adalah bulan Agustus. Sementara itu, musim hujan di wilayah Banyuwangi berlangsung pada periode NovemberApril dengan bulan terbasah adalah bulan Januari dan Februari yang curah hujan bulanannya lebih dari 280 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah Banyuwangi berkisar antara 1.000–2.000 mm per tahun dengan jumlah hari hujan bervariasi antara 80–150 hari hujan per tahun.

Data iklim Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rata-rata tertinggi °C (°F) 32.7
(90.9)
33.6
(92.5)
33.7
(92.7)
32.7
(90.9)
31.9
(89.4)
31.5
(88.7)
31.2
(88.2)
32
(90)
33.2
(91.8)
34.6
(94.3)
33.8
(92.8)
33.3
(91.9)
32.85
(91.18)
Rata-rata harian °C (°F) 27
(81)
27.2
(81)
27
(81)
27.1
(80.8)
26.3
(79.3)
25.7
(78.3)
25
(77)
25.1
(77.2)
26
(79)
27.8
(82)
27.6
(81.7)
27.4
(81.3)
26.6
(79.97)
Rata-rata terendah °C (°F) 21.4
(70.5)
21.8
(71.2)
22.5
(72.5)
21.5
(70.7)
20.8
(69.4)
19.9
(67.8)
18.9
(66)
19.7
(67.5)
20.8
(69.4)
21.4
(70.5)
22.8
(73)
21.6
(70.9)
21.09
(69.95)
Presipitasi mm (inci) 282
(11.1)
283
(11.14)
221
(8.7)
158
(6.22)
127
(5)
90
(3.54)
62
(2.44)
40
(1.57)
48
(1.89)
87
(3.43)
152
(5.98)
243
(9.57)
1.793
(70,58)
Rata-rata hari hujan 19 19 17 14 11 8 5 3 4 7 13 18 138
% kelembapan 83 83 81 78 75 72 69 65 67 71 77 80 75.1
Rata-rata sinar matahari bulanan 158 163 184 220 226 251 290 293 285 253 201 173 2.697
Sumber #1: Climate-Data.org [13]
Sumber #2: BMKG [14] & Weatherbase [15]

Pemerintahan

Bupati

No Bupati Mulai menjabat Akhir menjabat Prd. Wakil Bupati
28   Ipuk Fiestiandani 26 Februari 2021 Petahana 32   Sugirah

Dewan Perwakilan

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Banyuwangi dalam empat periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2009–2014[16] 2014–2019[17] 2019–2024[18] 2024–2029
PKB 6   10   9   9
Gerindra (baru) 4   5   5   6
PDI-P 12   10   12   11
Golkar 7   7   5   7
NasDem (baru) 2   5   7
PKS 0   2   2   0
Hanura 2   4   2   0
PAN 1   1   0   0
Demokrat 10   5   6   7
PPP 2   4   4   3
PKNU (baru) 5
RepublikaN (baru) 1
Jumlah Anggota 50   50   50   50
Jumlah Partai 10   10   9   7


Kecamatan

Kabupaten Banyuwangi terdiri dari 25 kecamatan, 28 kelurahan, dan 189 desa (dari total 666 kecamatan, 777 kelurahan, dan 7.724 desa di Jawa Timur). Pada tahun 2021, luas wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah 3.593,06 km².[19]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Banyuwangi, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Jumlah
Desa
Status Daftar
Desa/Kelurahan
35.10.01 Pesanggaran 5 Desa
35.10.02 Bangorejo 7 Desa
35.10.03 Purwoharjo 8 Desa
35.10.04 Tegaldlimo 9 Desa
35.10.05 Muncar 10 Desa
35.10.06 Cluring 9 Desa
35.10.07 Gambiran 6 Desa
35.10.08 Srono 10 Desa
35.10.09 Genteng 5 Desa
35.10.10 Glenmore 7 Desa
35.10.11 Kalibaru 6 Desa
35.10.12 Singojuruh 11 Desa
35.10.13 Rogojampi 10 Desa
35.10.14 Kabat 14 Desa
35.10.15 Glagah 2 8 Desa
Kelurahan
35.10.16 Banyuwangi 18 - Kelurahan
35.10.17 Giri 4 2 Desa
Kelurahan
35.10.18 Wongsorejo 12 Desa
35.10.19 Songgon 9 Desa
35.10.20 Sempu 7 Desa
35.10.21 Kalipuro 4 5 Desa
Kelurahan
35.10.22 Siliragung 5 Desa
35.10.23 Tegalsari 6 Desa
35.10.24 Licin 8 Desa
35.10.25 Blimbingsari 10 Desa
TOTAL 28 189


Transportasi

Ibu kota Kabupaten Banyuwangi berjarak 290 km sebelah timur Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur. Banyuwangi merupakan ujung paling timur jalur pantura serta titik paling timur jalur kereta api pulau Jawa yaitu Stasiun Ketapang.[20]

Pelabuhan Ketapang terletak di Kota Banyuwangi bagian utara, menghubungkan Jawa dan Bali dengan kapal Ferry, LCM, roro dan tongkang.[butuh rujukan][21][22][23]

Angkutan Antarkota

Dari Surabaya, Kabupaten Banyuwangi dapat dicapai dari dua jalur jalan darat, jalur utara dan jalur selatan. Jalur utara merupakan bagian dari jalur pantura yang membentang dari Anyer hingga pelabuhan Panarukan dan melewati Kabupaten Situbondo. Sedangkan jalur selatan merupakan pecahan dari jalur pantura dari Kabupaten Probolinggo melewati Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Jember. Di kedua jalur tersebut tersedia bus ekonomi maupun non-ekonomi.

Angkutan Kereta Api

Terdapat pula moda transportasi darat lainnya, yaitu jalur kereta api lintas timur Jawa dan berakhir di Banyuwangi. Stasiun Banyuwangi Kota merupakan stasiun terdekat dengan Kota Banyuwangi. Stasiun Ketapang terletak di utara Kota Banyuwangi tidak jauh dari Pelabuhan Penyeberangan Ketapang. Stasiun kereta api yang cukup besar di Banyuwangi adalah Stasiun Ketapang, Banyuwangi Kota, Rogojampi, Stasiun Kalisetail, (Kecamatan Sempu), dan Kalibaru. Selain itu ada juga stasiun yang lebih kecil seperti Singojuruh, Temuguruh, Glenmore, Sumberwadung dan Halte Krikilan.

Angkutan Daerah

Untuk transportasi wilayah perkotaan terdapat moda angkutan mikrolet, taksi Bosowa, Ramayana, Using Transport serta van atau yang oleh masyarakat setempat disebut 'colt' yang melayani transportasi antar kecamatan dan minibus yang melayani trayek Banyuwangi dengan kota-kota kabupaten di sekitarnya.

Angkutan Udara

Bandar Udara Internasional Banyuwangi di kecamatan Blimbingsari dalam pembangunannya sempat tersendat akibat kasus pembebasan lahan, dan memakan korban 2 bupati yang menjabat dalam masa pembangunannya yaitu Bupati Samsul Hadi (2000–2005) dan Bupati Ratna Ani Lestari (2005–2010). Dan pada tanggal 28 Desember 2010, Bandar Udara Blimbingsari telah dibuka untuk penerbangan komersial Banyuwangi (BWX) – Jakarta (CGK) – Banyuwangi (BWX) dan Banyuwangi (BWX) – Surabaya (SUB) – Banyuwangi (BWX).

Angkutan Laut dan Barang

Selain itu terdapat Pelabuhan Tanjung Wangi di Ketapang, Kecamatan Kalipuro selain sebagai pelabuhan bongkar muat barang dan peti kemas, juga melayani pelayaran ke kepulauan di bagian timur Madura, seperti Kep. Sapeken, Kep. Kangean, dan Kep. Sapudi.

Moda transportasi alternatif yang juga sudah diluncurkan berupa Kapal Cepat Marina Srikandi yang memiliki kapasitas hingga 145 orang penumpang.[24] Kapal cepat ini beroperasi dari Pantai Boom Banyuwangi.[25] Pengoperasian kapal ini didorong oleh pemikiran bahwa pertumbuhan pariwisata Banyuwangi juga ditopang oleh pertumbuhan pariwisata di Bali dan Lombok, sehingga perjalanan yang menghubungkan ketiganya harus terus ditingkatkan.

Penduduk

Penduduk Kabupaten Banyuwangi terdiri dari beragam suku.[26] Mayoritas adalah suku Osing, namun terdapat suku Madura (kecamatan Muncar, Wongsorejo, Kalipuro, Glenmore dan Kalibaru) dan suku Jawa Mataraman dan suku Jawa Arekan yang cukup signifikan, serta terdapat minoritas suku Bali, dan suku Bugis. Suku Bali banyak mendiami desa di kecamatan Rogojampi, bahkan di desa Patoman, Kecamatan Rogojampi seperti miniatur desa Bali di Pulau Jawa. Suku Osing merupakan penduduk asli Kabupaten Banyuwangi dan bisa dianggap sebagai sebuah subsuku dari suku Jawa. Mereka menggunakan bahasa Osing, yang dikenal sebagai salah satu ragam tertua bahasa Jawa. Suku Osing mendiami di Kecamatan Banyuwangi, Giri, Glagah, Licin, Kabat, Rogojampi, Songgon, Singojuruh, Srono, serta sebagian kecil di kecamatan lain.[butuh rujukan][27][28]

Pendidikan

Daftar perguruan tinggi

Perguruan tinggi negeri

Nama Perguruan Tinggi Alamat
Politeknik Negeri Banyuwangi Labanasem
Akademi Penerbangan Indonesia Blimbingsari
Universitas Airlangga PDD Banyuwangi Giri

Perguruan tinggi swasta

Nama Perguruan Tinggi Alamat
Universitas 17 Agustus 1945 Taman Baru
Universitas PGRI Banyuwangi Kertosari
Universitas Bhakti Indonesia Sraten
Sekolah Tinggi Komunikasi PGRI Banyuwangi Taman Baru
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi Giri
Akademi Kelautan Banyuwangi Ketapang
Akademi Kesehatan Rustida Krikilan
Institut Agama Islam Darussalam Blokagung
Institut Agama Islam Ibrahimy Genteng

Pariwisata

 
Ombak Pantai Plengkung, salah satu ombak terbaik di dunia.

Kabupaten Banyuwangi memiliki banyak objek wisata seperti:[29][30][31]

Wisata Alam

Wisata Sejarah

Wisata Desa

  • Desa Kemiren, desa dengan adat istiadat dan budaya masyarakat suku Osing yang masih terjaga.
  • Desa Tamansari, desa di kaki Gunung Ijen yang menawarkan keindahan alam khas dataran tinggi.
  • Desa Gintangan, desa dengan produk unggulan berupa kerajinan anyaman bambu kualitas ekspor yang banyak diburu wisatawan.
  • Desa Bangsring, desa yang menawarkan keindahan bawah laut Selat Bali dan eksotika Pulau Tabuhan.
  • Desa Patoman, desa yang dijuluki sebagai "Miniatur Pulau Bali" karena menawarkan suasana perdesaan ala Pulau Dewata.
  • Kelurahan Gombengsari, kelurahan dengan perkebunan kopi yang luas dan sajian olahan kopi lokal yang khas.
  • Kelurahan Temenggungan, kampung di pusat Kota Banyuwangi yang menawarkan suasana perkampungan klasik tempo dulu dengan balutan seni dan budaya lokal yang senantiasa dilestarikan.

Kebudayaan

 
Petirtan di Pura Beji Ananthaboga dan Pelinggih Ganesha

Kabupaten Banyuwangi merupakan wilayah lintas pulau antara Pulau Jawa dan Pulau Bali, sehingga menjadi salah satu tempat pertemuan berbagai jenis kebudayaan. Budaya masyarakat Banyuwangi sangat beragam dan meliputi budaya lokal dari suku Jawa, suku Bali, suku Madura, dan suku Melayu. Terdapat pula budaya asing yang meliputi budaya Eropa.[32]

Di dusun Selorejo, kecamatan Glenmore, di lereng Gunung Raung, terdapat Pura Beji Ananthaboga, sebuah pura dan petirtaan yang terletakserta menempati wilayah Perhutani KPH Banyuwangi Barat.

Batik

Batik yang disebut-sebut sebagai jati diri Bangsa Indonesia tak bisa diragukan. Keberadaannya memang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya orang Jawa. Motif-motifnya pun terinspirasi tak jauh dari kehidupan sehari-hari. Begitu juga dengan banyuwangi, memiliki beberapa motif yang terkenal yaitu

  • Gajah Oling
  • Paras Gempal
  • Sekar Jagad
  • Kangkung Setingkes
  • Mata Ayam

Jenis Batik tadi merupakan sebagian dari Motif Batik khas Banyuwangi yang masih hidup dan berkembang di kalangan masyarakat setempat.

Lagu Daerah

  • Umbul-Umbul Blambangan
  • Ugo-Ugo
  • Banyuwangi Ijo Royo-Royo
  • Seblang Lukinto
  • Cengkir Gadhing
  • Ulan Andung Andung

Kesenian tradisional

Kesenian tradisional khas Banyuwangi antara lain:

Jenis kesenian tadi merupakan sebagian dari kesenian khas Banyuwangi yang masih hidup dan berkembang di kalangan masyarakat setempat.

Musik khas Banyuwangi

Gamelan Banyuwangi khususnya yang dipakai dalam tari Gandrung memiliki kekhasan dengan adanya kedua biola, yang salah satunya dijadikan sebagai pantus atau pemimpin lagu. Menurut sejarahnya, pada sekitar abad ke-19, seorang Eropa menyaksikan pertunjukan Seblang (atau Gandrung) yang diiringi dengan suling. Kemudian orang tersebut mencoba menyelaraskannya dengan biola yang dia bawa waktu itu, pada saat dia mainkan lagu-lagu Seblang tadi dengan biola, orang-orang sekitar terpesona dengan irama menyayat yang dihasilkan biola tersebut. Sejak itu, biola mulai menggeser suling karena dapat menghasilkan nada-nada tinggi yang tidak mungkin dikeluarkan oleh suling.

Selain itu, gamelan ini juga menggunakan "kluncing" (triangle), yakni alat musik berbentuk segitiga yang dibuat dari kawat besi tebal, dan dibunyikan dengan alat pemukul dari bahan yang sama, dan angklung, atau rebana.

Tokoh terkenal

Referensi

  1. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-01-01. Diakses tanggal 2017-09-03. 
  2. ^ KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 050-145 TAHUN 2022 TENTANG PEMBERIAN KODE, DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, DAN PULAU TAHUN 2021 2022 (PDF). April 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-14. Diakses tanggal 2023-08-14. 
  3. ^ a b c "Visualisasi Data Kependudukan-Kementerian Dalam Negeri 2023" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 24 November 2023. 
  4. ^ "Indeks Pembangunan Manusia 2022-2023". www.bps.go.id. Diakses tanggal 24 November 2023. 
  5. ^ a b "Perda No. 8 Tahun 2020" (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-01-18. Diakses tanggal 2022-01-18. 
  6. ^ "Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka 2021" (pdf). www.banyuwangikab.bps.go.id. hlm. 6, 61, 133. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-29. Diakses tanggal 29 Juli 2021. 
  7. ^ [1] Diarsipkan 2020-01-02 di Wayback Machine. Kisah asrama inggrisan di Banyuwangi
  8. ^ Paramita, R. W. D., Rizal, N., dan Taufiq, M. (2017). Noviansyah, ed. Kemiren: Potret Budaya Adat Osing (PDF). Bantul: Azyan Mitra Media. hlm. 1. ISBN 978-602-61946-8-8. 
  9. ^ [2] Diarsipkan 2018-08-08 di Wayback Machine. Gunung Raung, gunung berapi aktif
  10. ^ [3] Diarsipkan 2018-11-23 di Wayback Machine. Gunung Ijen, Gunung berapi aktif tempat wisata populer
  11. ^ Wijayanti DP, R., Rizal, N., dan Taufiq, M. (2019). Kemiren 3 (PDF). Lumajang: Widya Gama Press. hlm. 88. ISBN 978-623-91680-4-9. 
  12. ^ a b "Profil Banyuwangi" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2020-02-26. Diakses tanggal 2020-10-05. 
  13. ^ "Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia". Climate-Data.org. Diakses tanggal 5 Oktober 2020. 
  14. ^ "Curah Hujan Kabupaten Banyuwangi – ZOM 182, 190, 191, 192, 193, dan 194" (PDF). BMKG. hlm. 59. Diakses tanggal 5 Oktober 2021. 
  15. ^ "Banyuwangi, Indonesia". Weatherbase. Diakses tanggal 5 Oktober 2020. 
  16. ^ Data Anggota DPRD Banyuwangi periode 2009-2014
  17. ^ 80 Persen DPRD Terpilih di Banyuwangi Caleg Baru
  18. ^ Perolehan Kursi DPRD Kabupaten Banyuwangi 2019-2024
  19. ^ "KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 050-145 TAHUN 2022 TENTANG PEMBERIAN KODE, DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, DAN PULAU TAHUN 2021" (PDF). Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diakses tanggal 14 Agustus 2023. 
  20. ^ "Stasiun Banyuwangi". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 2013-06-12. 
  21. ^ Ibrahim <sanimalikibrahim[at]gmail.com>, Sani Malik. "Lintasan Ketapang - Gilimanuk". dephub.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-01. Diakses tanggal 2022-05-20. 
  22. ^ Banyuwangi, Pelabuhan Indonesia-Pelabuhan Ketapang. "Pelabuhan Indonesia - Pelabuhan Ketapang Banyuwangi | Shipsapp". shipsapp.co.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-07. Diakses tanggal 2022-05-20. 
  23. ^ Nurfujitania, Niken. "Jadwal dan Harga Tiket Kapal Roro Ketapang Banyuwangi Tujuan Gilimanuk Bali, Bawa Kendaraan - Sudut Batam". batam.pikiran-rakyat.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-27. Diakses tanggal 2022-05-20. 
  24. ^ Rachmawati, Ira (4 Januari 2018). Asdhiana, I Made, ed. "Asyik! Ada Kapal Cepat Rute Banyuwangi-Denpasar Bali dan Lombok". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-01-07. Diakses tanggal 13 Maret 2019. 
  25. ^ "Banyuwangi Hadirkan Kapal Cepat ke Denpasar Hanya 2 Jam Perjalanan". Kabar Penumpang. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-12-31. Diakses tanggal 13 Maret 2019. 
  26. ^ Apriyono, Fikri (2021). Hilwah, Bintana Alin, ed. Etnomatematika Wilayah Tapal Kuda: (Eksplorasi Etnomatematika di Kabupaten Jember, Lumajang dan Banyuwangi) (PDF). Depok: Komojoyo Press. hlm. 56. ISBN 978-623-6961-65-0. 
  27. ^ Septiyani, Kistin (2021-08-21). Prasetya, Anggara Wikan, ed. "Mengenal Suku Osing di Banyuwangi, Ujung Timur Pulau Jawa". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-22. Diakses tanggal 2022-05-20. 
  28. ^ pajarwati, unik. "Antropologi Budaya: Mengenal Suku Osing Banyuwangi". Kumparan. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-20. Diakses tanggal 2022-05-20. 
  29. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-11-21. Diakses tanggal 2015-11-20. 
  30. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-11-21. Diakses tanggal 2015-11-20. 
  31. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-10-26. Diakses tanggal 2016-10-18. 
  32. ^ Suharti, Mamiek (2012). "Tari Gandrung Sebagai Obyek Wisata Andalan Banyuwangi" (PDF). Harmonia. 12 (1): 25. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-01-18. Diakses tanggal 2022-01-17. 

Pranala luar