Sulawesi Tengah
Sulawesi Tengah (disingkat Sulteng) adalah sebuah provinsi di bagian tengah Pulau Sulawesi, Indonesia. Ibu kota provinsi ini adalah Kota Palu, dengan luas wilayahnya 61.841,29 km². Jumlah penduduk Sulawesi Tengah pada 2021 sebanyak 3.021.879 jiwa, dan pada akhir 2023 sebanyak 3.154.499 jiwa.[2][7] Sulawesi Tengah memiliki wilayah terluas di antara semua provinsi di Pulau Sulawesi, dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Pulau Sulawesi setelah provinsi Sulawesi Selatan.
Sulawesi Tengah | |
---|---|
Motto: Nosarara Nosabatutu (Kaili) Bersama Kita Satu | |
Negara | Indonesia |
Dasar hukum pendirian | UU No. 6 Tahun 2022[1] |
Hari jadi | 13 April 1964 |
Ibu kota | Kota Palu |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Gubernur | Rusdy Mastura |
• Wakil Gubernur | Ma'mun Amir |
• Sekretaris Daerah | Novalina |
• Ketua DPRD | Nilam Sari Lawira |
Luas | |
• Total | 61.841,29 km2 (23,877,06 sq mi) |
Populasi | |
• Total | 3.154.499 |
• Kepadatan | 51/km2 (130/sq mi) |
Demografi | |
• Agama | |
• Bahasa | |
• IPM | 70,28 (2022) tinggi[4] |
Zona waktu | UTC+08:00 (WITA) |
Kode pos | 94xxx |
Kode area telepon | Daftar
|
Kode ISO 3166 | ID-ST |
Pelat kendaraan | DN |
Kode Kemendagri | 72 |
Kode BPS | 72 |
PAD | Rp 2.571,510.000,00 (2020)[5] |
DAU | Rp 1.662.156.644.000,-(2020)[6] |
DAK | Rp 73.986.000,00 (2015) |
Lagu daerah | Tananggu Kaili, Tondok Kadadingku, Rano Poso, Banggai Tano Monondok, Wita Mori |
Rumah adat | |
Senjata tradisional |
|
Flora resmi | Eboni |
Fauna resmi | Maleo |
Situs web | sultengprov |
Sejarah
Pengaruh Hindia Belanda
Wilayah sepanjang pesisir barat Sulawesi Tengah, dari Kaili hingga Tolitoli, ditaklukkan oleh Kerajaan Gowa sekitar pertengahan abad ke-16 di bawah kepemimpinan Raja Tunipalangga.[8] Wilayah di sekitar Teluk Palu merupakan pusat dan rute perdagangan yang penting, produsen minyak kelapa, dan "pintu masuk" ke pedalaman Sulawesi Tengah.[9] Di sisi lain, daerah Teluk Tomini sebagian besar berada di bawah kekuasaan Kerajaan Parigi. Pada tahun 1824, perwakilan Kerajaan Banawa dan Kerajaan Palu menandatangani Korte Verklaring (Perjanjian Pendek) dengan pemerintah kolonial.[10] Kapal-kapal Belanda mulai sering berlayar di bagian selatan Teluk Tomini setelah tahun 1830.[11]
Sulawesi Tengah baru benar-benar "diperhatikan" oleh Pemerintah Hindia Belanda pada periode tahun 1860-an. Seorang pejabat pemerintah bernama Johannes Cornelis Wilhelmus Diedericus Adrianus van der Wyck, berhasil mengunjungi Danau Poso pada tahun 1865—menjadi orang Eropa dan Belanda pertama yang melakukannya. Langkah ini diikuti oleh pejabat pemerintah lainnya, Willem Jan Maria Michielsen, pada tahun 1869.[11] Wacana untuk menduduki wilayah ini ditolak—merujuk kepada kebijakan anti-ekspansi yang dikeluarkan pemerintah kolonial pada zaman itu.[12] Baru pada tahun 1888, sebagian besar wilayah ini mulai menjalin hubungan dengan pemerintah di Batavia melalui perjanjian pendek yang ditandatangani oleh para raja dan penguasa lokal, sebagai tindakan antisipasi pemerintah terhadap kemungkinan tersebarnya pengaruh politik dan ekonomi Britania Raya di wilayah ini.[12]
Pada periode tersebut, Sulawesi Tengah berada di bawah yurisdiksi Afdeling Gorontalo, yang berpusat di Gorontalo. G. W. W. C. Baron van Höevell, Asisten Residen Gorontalo, khawatir pengaruh Islam yang begitu kuat di Gorontalo akan meluas ke wilayah Sulawesi Tengah—yang saat itu masih belum dimasuki agama samawi, dan penduduknya sebagian besar masih pagan, penganut animisme, dan memeluk agama suku. Baginya, agama Kristen adalah penyangga yang paling efektif melawan pengaruh Islam.[13] Ia menghubungi lembaga misionaris Belanda, Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG), dan meminta mereka untuk menempatkan seorang misionaris di wilayah ini. Pada tahun 1892, NZG kemudian mengirimkan misionaris bernama Albertus Christiaan Kruyt, yang ditempatkan di Poso. Langkah ini dilanjutkan pada tahun 1894, ketika pemerintah mengangkat Eduard van Duyvenbode Varkevisser, sebagai Kontrolir atau pejabat pemerintah yang akan menjadi pengawas dan pemimpin wilayah di Poso.[14]
Penaklukan militer Sulawesi Tengah
Penaklukan Belanda di Sulawesi Tengah dimulai dengan serangkaian serangan militer terhadap berbagai kerajaan lokal dan daerah. Pada tahun 1905, sebagian wilayah di Poso terlibat dalam pemberontakan gerilya melawan pasukan Belanda, sebagai bagian dari kampanye militer terkoordinasi Belanda ke seluruh daratan Sulawesi. Salah satu kampanye militer yang terkenal adalah "penaklukan" Kerajaan Mori dalam Perang Wulanderi yang terjadi pada tahun 1907.[15]
Semenjak tahun 1905, wilayah Sulawesi Tengah seluruhnya jatuh ke tangan Pemerintahan Hindia Belanda, dari Tujuh Kerajaan di Timur dan Delapan Kerajaan di Barat, kemudian oleh Pemerintah Hindia Belanda dijadikan Landschap-landschap atau Pusat-pusat Pemerintahan Hindia Belanda yang meliputi, antara lain:
Zaman Kemerdekaan
Dalam perkembangannya, ketika Pemerintahan Hindia Belanda jatuh dan sudah tidak berkuasa lagi di Sulawesi Tengah serta seluruh Indonesia, Pemerintah Pusat kemudian membagi wilayah Sulawesi Tengah menjadi 3 (tiga) bagian, yakni:
- Sulawesi Tengah bagian Barat, meliputi wilayah Kabupaten Poso, Kabupaten Banggai dan Kabupaten Buol Tolitoli. Pembagian wilayah ini didasarkan pada Undang-undang Nomor 29 Tahun 1959, tentang pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi.
- Sulawesi Tengah bagian Tengah (Teluk Tomini), masuk Wilayah Keresidenan Sulawesi Utara di Manado. Pada tahun 1919, seluruh Wilayah Sulawesi Tengah masuk Wilayah Karesidenen Sulawesi Utara di Manado. Pada tahun 1940, Sulawesi Tengah dibagi menjadi 2 Afdeeling yaitu Afdeeling Donggala yang meliputi Tujuh Onder Afdeeling dan Lima Belas Swapraja.
- Sulawesi Tengah bagian Timur (Teluk Tolo) masuk Wilayah Karesedenan Sulawesi Timur Bau-bau.
Tahun 1964 dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 Tahun 1964 terbentuklah Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah yang meliputi empat kabupaten yaitu Kabupaten Donggala, Kabupaten Poso, Kabupaten Banggai dan Kabupaten Buol Tolitoli. Selanjutnya Pemerintah Pusat menetapkan Provinsi Sulawesi Tengah sebagai Provinsi yang otonom berdiri sendiri yang ditetapkan dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Pembentukan Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan selanjutnya tanggal pembentukan tersebut diperingati sebagai Hari Lahirnya Provinsi Sulawesi Tengah.
Zaman Reformasi
Dengan perkembangan Sistem Pemerintahan dan tutunan Masyarakat dalam era Reformasi yang menginginkan adanya pemekaran Wilayah menjadi Kabupaten, maka Pemerintah Pusat mengeluarkan kebijakan melalui Undang-undang Nomor 11 tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Buol, Morowali dan Banggai Kepulauan. Kemudian melalui Undang-undang Nomor 10 Tahun 2002 oleh Pemerintah Pusat terbentuk lagi 2 Kabupaten baru di Provinsi Sulawesi Tengah yakni Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Tojo Una-Una. Setelah pemekaran beberapa wilayah kabupaten, provinsi ini terbagi menjadi 14 daerah, yaitu 13 kabupaten dan 1 kota.
Ibu kota Sulawesi Tengah adalah Palu. Kota ini terletak di Teluk Palu dan terbagi dua oleh Sungai Palu yang membujur dari Lembah Palu dan bermuara di laut.
Geografi
Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah bagian utara berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Provinsi Gorontalo, bagian timur berbatasan dengan Provinsi Maluku Utara, bagian selatan berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat, bagian tengah berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan, bagian tenggara berbatasan dengan Sulawesi Tenggara, dan bagian barat berbatasan dengan Selat Makassar.
Hidrografi
Sulawesi Tengah juga memiliki beberapa sungai, di antaranya sungai Lariang yang terkenal sebagai arena arung jeram, sungai Gumbasa dan sungai Palu. Juga terdapat danau yang menjadi objek wisata terkenal yakni Danau Poso dan Danau Lindu.
Sulawesi Tengah memiliki beberapa kawasan konservasi seperti suaka alam, suaka margasatwa dan hutan lindung yang memiliki keunikan flora dan fauna yang sekaligus menjadi objek penelitian bagi para ilmuwan dan naturalis.
Iklim
Garis khatulistiwa yang melintasi semenanjung bagian utara di Sulawesi Tengah membuat iklim daerah ini tropis. Akan tetapi berbeda dengan Jawa dan Bali serta sebagian pulau Sumatra, musim hujan di Sulawesi Tengah antara bulan April dan September sedangkan musim kemarau antara Oktober hingga Maret. Rata-rata curah hujan berkisar antara 800 sampai 3.000 milimeter per tahun yang termasuk curah hujan terendah di Indonesia.
Temperatur berkisar antara 25 sampai 31° Celsius untuk dataran dan pantai dengan tingkat kelembaban antara 71 sampai 76%. Di daerah pegunungan suhu dapat mencapai 16 sampai 22' Celsius.
Flora dan Fauna
Sulawesi merupakan zona perbatasan unik di wilayah Asia Oceania, di mana flora dan faunanya berbeda jauh dengan flora dan fauna Asia yang terbentang di Asia dengan batas Kalimantan, juga berbeda dengan flora dan fauna Oceania yang berada di Australia hingga Papua dan Pulau Timor. Garis maya yang membatasi zona ini disebut Wallace Line, sementara kekhasan flora dan faunanya disebut Wallacea, karena teori ini dikemukakan oleh Wallace seorang peneliti Inggris yang turut menemukan teori evolusi bersama Darwin.
Sulawesi memiliki flora dan fauna tersendiri. Binatang khas pulau ini adalah anoa yang mirip kerbau, babirusa yang berbulu sedikit dan memiliki taring pada mulutnya, tersier, monyet tonkena Sulawesi, kuskus marsupial Sulawesi yang berwarna-warni yang merupakan varietas binatang berkantung serta burung maleo yang bertelur pada pasir yang panas.
Hutan Sulawesi juga memiliki ciri tersendiri, didominasi oleh kayu agatis yang berbeda dengan Sunda Besar yang didominasi oleh pinang-pinangan (spesies rhododenron). Variasi flora dan fauna merupakan objek penelitian dan pengkajian ilmiah. Untuk melindungi flora dan fauna, telah ditetapkan taman nasional dan suaka alam seperti Taman Nasional Lore Lindu, Cagar Alam Morowali, Cagar Alam Tanjung Api dan terakhir adalah Suaka Margasatwa di Bangkiriang.
Pemerintahan
Gubernur
Gubernur yang menjabat saat ini di provinsi Sulawesi Tengah ialah Rusdy Mastura, didampingi wakil gubernur, Ma'mun Amir. Mereka adalah pemenang pada Pemilihan umum Gubernur Sulawesi Tengah 2020. Mereka dilantik pada 16 Juni 2021, untuk periode jabatan 2021-2024.[16]
No | Gubernur | Mulai Jabatan | Akhir Jabatan | Prd. | Wakil Gubernur | ||
---|---|---|---|---|---|---|---|
11 | Rusdy Mastura | (2020) |
Dewan Perwakilan
DPRD Sulawesi Tengah beranggotakan 45 orang yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Pimpinan DPRD Sulawesi Tengah terdiri dari 1 Ketua dan 3 Wakil Ketua yang berasal dari partai politik pemilik jumlah kursi dan suara terbanyak. Anggota DPRD Sulawesi Tengah yang sedang menjabat saat ini adalah hasil Pemilu 2019 yang dilantik pada 25 September 2019 oleh Ketua Pengadilan Tinggi Sulawesi Tengah di Gedung DPRD Provinsi Sulawesi Tengah.[17][18]
Komposisi anggota DPRD Sulawesi Tengah periode 2019-2024 terdiri dari 11 partai politik dimana Partai NasDem adalah partai politik pemilik kursi terbanyak yaitu 7 kursi, kemudian disusul oleh Partai Golkar yang juga meraih 7 kursi serta Partai Gerindra dan PDI Perjuangan yang masing-masing meraih 6 kursi. Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Sulawesi Tengah dalam dua periode terakhir.[19][20]
Partai Politik | Jumlah Kursi dalam Periode | |||
---|---|---|---|---|
2014-2019 | 2019-2024 | 2024-2029 | ||
PKB | 3 | 4 | 5 | |
Gerindra | 6 | 6 | 7 | |
PDI-P | 6 | 6 | 7 | |
Golkar | 7 | 7 | 8 | |
NasDem | 5 | 7 | 8 | |
PKS | 3 | 4 | 5 | |
PPP | 1 | 1 | 1 | |
PAN | 3 | 2 | 2 | |
Hanura | 4 | 2 | 1 | |
Demokrat | 6 | 4 | 8 | |
PBB | 1 | 0 | 1 | |
Perindo | (baru) 2 | 2 | ||
Jumlah Anggota | 45 | 45 | 55 | |
Jumlah Partai | 11 | 11 | 12 |
Kabupaten dan kota
Pertahanan dan Keamanan
Militer
Sulawesi Tengah merupakan wilayah Kodam XIII/Merdeka, yang bermarkas di Manado. Korem 132/Tadulako terletak di Kota Palu. Korem 132/Tadulako membawahi lima Kodim dan satu Batalyon Infanteri, yaitu:
- Kodim 1305/Buol-Tolitoli
- Kodim 1306/Donggala
- Kodim 1307/Poso
- Kodim 1308/Luwuk Banggai
- Kodim 1311/Morowali
- Yonif 714/Sintuwu Maroso
Palu merupakan daerah cabang Komando Armada II TNI AL yang bermarkas di Watusampu. Kawasan TNI-AU terdapat di Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufrie (Palu), dan Bandar Udara Kasiguncu (Poso). Daerah latihan militer antara lain terdapat di Bukit Jabal Nur (Palu), dan Gunung Biru (Poso).
Kepolisian
Polda Sulawesi Tengah membawahi 13 kabupaten/kota dengan rincian satu kepolisian resor kota (Polresta Palu), dan 11 kepolisian resor (Polres Banggai Laut masih menjadi satu dengan Polres Banggai Kepulauan).[22]
Demografi
Jumlah penduduk Sulawesi Tengah pada tahun 2010 adalah 2.831.283 jiwa, dengan kepadatan 46 jiwa/km2. Kabupaten dengan jumlah penduduk terbanyak di provinsi Sulawesi Tengah adalah Kabupaten Parigi Moutong dengan jumlah penduduk 449.157 jiwa, sedangkan Kota dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Kota Palu sebanyak 362.202 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk adalah 1,95% per tahun (2010). Sementara penduduk Provinsi Sulawesi Tengah yang tinggal di daerah pemukiman dan pedalaman ialah sekitar 30%, daerah pesisir 60%, dan kawasan kepulauan ialah 10%.[23]
Pertanian merupakan sumber utama mata pencaharian penduduk dengan padi sebagai tanaman utama. Kopi, Kelapa, Kakao dan Cengkih merupakan tanaman perdagangan unggulan daerah ini dan hasil hutan berupa rotan, beberapa macam kayu seperti agatis, ebony dan meranti yang merupakan andalan Sulawesi Tengah.
Masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan diketuai oleh ketua adat disamping pimpinan pemerintahan seperti Kepala Desa. Ketua adat menetapkan hukum adat dan denda berupa kerbau bagi yang melanggar. Umumnya masyarakat yang jujur dan ramah sering mengadakan upacara untuk menyambut para tamu seperti persembahan ayam putih, beras, telur serta tuak yang difermentasikan dan disimpan dalam bambu.
Tahun | 1971 | 1980 | 1990 | 1995 | 2000 | 2010 | 2020 | |||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Jumlah penduduk | 913.662 | 1.289.635 | 1.711.327 | 1.938.071 | 2.218.435 | 2.635.009 | 2.985.734 | |||||
Sejarah kependudukan Sulawesi Tengah Sumber:[7][24] |
Suku bangsa
Penduduk asli Sulawesi Tengah terdiri atas berbagai kelompok etnis atau suku, yaitu suku Kaili bermukim di kabupaten Donggala, Parigi Moutong, Sigi dan kota Palu. Kemudian suku Kulawi bermukim di kabupaten Sigi. Suku Lore, Pamona dan Poso Pesisir bermukim di Kabupaten Poso. Kemudian, suku Mori bermukin di kabupaten Morowali Utara, dan suku Bungku bermukim di kabupaten Morowali. Suku Saluan atau Loinang, Balantak, Mamasa, dan suku Taa berbukim di kabupaten Banggai.
Beberapa suku yang bermukim di Kabupaten Tolitoli seperti suku Tolitoli, Dondo berdiam di Dondo, dan suku Pendau. Suku Bare'e tersebar bermukin di Kabupaten Parigi Moutong, Poso, dan Tojo Una-Una. Sementara suku Banggai bermukim di Kabupaten Banggai Kepulauan, suku Buol mendiami kabupaten Buol, suku Tomini mendiami kabupaten Parigi Moutong, dan Dampelas berdiam di kabupaten Donggala.
Di samping 20 kelompok etnis diatas, ada beberapa suku hidup di daerah pegunungan seperti suku Moronene di Morowali, suku Sea-sea dan suku Taa di Ampana dan Banggai, dan suku Daya di Buol Tolitoli. Meskipun masyarakat Sulawesi Tengah memiliki sekitar 22 bahasa yang saling berbeda antara suku yang satu dengan yang lainnya, namun masyarakat dapat berkomunikasi satu sama lain menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa pengantar sehari-hari.
Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010 dengan jumlah penduduk 2.623.679 jiwa, suku bangsa di provinsi Sulawesi Tengah termasuk beragam. Suku mayoritas adalah suku asli setempat termasuk suku Kaili, Kulawi, Lore, Pamona, Mori, Bungku, Saluan, dan lainnya, sebanyak 1.630.937 jiwa (62,16%). Suku bangsa terbesar lainnya adalah suku Bugis sebanyak 409.709 jiwa (15,62%), kemudian suku Jawa 221.001 jiwa (8,42%), Bali 115.812 (4,41%) dan Gorontalo 105.151 jiwa (4,01%).[25]
Suku bangsa lainnya adalah Minahasa 30.572 jiwa (1,17%), Sasak 20.436 jiwa (0,78%), Makassar 18.899 jiwa (0,72%), Sunda 15.160 jiwa (0,58%), Tionghoa sebanyak 12.520 jiwa (0,48%), suku asal Nusa Tenggara Timur sebanyak 7.806 jiwa (0,30%). Sementara suku terbanyak asal pulau Sumatra adalah suku Batak sebanyak 3.228 jiwa (0,12%%) dan Minangkabau 1.782 jiwa (0,07%), dan suku lainnya 1,16%.[25] Suku pendatang yang mendiami wilayah Sulawesi Tengah sudah membaur sejak awal abad ke 19.
Berikut ini komposisi etnis atau suku bangsa di provinsi Sulawesi Tengah:[25]
No | Suku | Jumlah 2010 | % |
---|---|---|---|
1 | Asal Sulawesi Tengah | 1.630.937 | 62,12% |
2 | Bugis | 409.709 | 15,62% |
3 | Jawa | 221.001 | 8,42% |
4 | Bali | 115.812 | 4,41% |
5 | Gorontalo | 105.151 | 4,01% |
6 | Minahasa | 30.572 | 1,17% |
7 | Sasak | 20.436 | 0,78% |
8 | Makassar | 18.899 | 0,72% |
9 | Sunda | 15.160 | 0,58% |
10 | Tionghoa | 12.520 | 0,48% |
11 | Asal NTT | 7.806 | 0,30% |
12 | Batak | 3.228 | 0,12% |
13 | Minangkabau | 1.782 | 0,07% |
14 | Suku Lainnya | 30.666 | 1,16% |
Provinsi Sulawesi Tengah | 2.623.679 | 100% |
Bahasa
Bahasa resmi instansi pemerintahan di Sulawesi Tengah adalah bahasa Indonesia. Hingga 2019, Badan Bahasa mencatat ada 21 bahasa daerah yang dipertuturkan di Sulawesi Tengah.[26] Kedua puluh satu bahasa tersebut adalah:
- Bahasa Bada, terdiri dari 2 dialek, yaitu dialek Napu dan dialek Bada Tiara. Bahasa Bada dituturkan di Kabupaten Poso yaitu dialek Napu, sedangkan dialek Bada Tiara dituturkan di Kabupaten Parigi Moutong.
- Bahasa Bajo, dituturkan oleh masyarakat di daerah Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Donggala, Kabupaten Tolitoli, , Tolitoli Utara, Kabupaten Banggai, Kabupaten Morowali, dan Kabupaten Morowali Utara. Selain di Sulawesi Tengah, bahasa Bajo juga dipertuturkan di Gorontalo, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Maluku.
- Bahasa Manado (Melayu Manado), dituturkan sebagai basantara dengan logat khas masing–masing wilayah oleh sebagian penduduk di Kabupaten Banggai, Kabupaten Poso, Kabupaten Buol dan sebagian wilayah Sulawesi Tengah lainnya.[27]
- Dan bahasa lainnya seperti Bahasa Balaesang, Bahasa Balantak, Bahasa Banggai, Bahasa Bare'e, Bahasa Besoa, Bahasa Bugis, Bahasa Mori Atas, Bahasa Mori Bawah,Bahasa Bungku, Bahasa Buol, Bahasa Dondo, Bahasa Kaili, Bahasa Lauje Malala, Bahasa Moma, Bahasa Pamona, Bahasa Pipikoro, Bahasa Saluan, Bahasa Sangir, Bahasa Seko, Bahasa Taa, Bahasa Tomini, dan Bahasa Totoli
Agama
Penduduk Sulawesi Tengah sebagian besar memeluk agama Islam. Tercatat pada Badan Pusat Statistik, sebanyak 77,72% penduduknya Sulawesi Tengah memeluk agama Islam. Kemudian Kekristenan sebanyak 17,80%, dimana 16,98% memeluk agama Kristen Protestan, dan 0,82% beragama Katolik. Kemudian 3,78% memeluk agama Hindu, 0,15% beragama Buddha, 0,01% beragama Konghucu dan Kepercayaan serta lainnya 0,54%.[3]
Islam disebarkan di Sulawesi Tengah oleh Datuk Karama dan Datuk Mangaji, ulama dari Sumatera Barat; yang kemudian diteruskan oleh Al Alimul Allamah Al-Habib As Sayyed Idrus bin Salim Al Djufri, seorang guru pada sekolah Alkhairaat dan juga diusulkan sebagai Pahlawan nasional. Salah seorang cucunya yang bernama Salim Assegaf Al Jufri menduduki jabatan sebagai Menteri Sosial saat ini.
Agama Kristen pertama kali disebarkan di kabupaten Poso dan bagian selatan Donggala oleh misionaris Belanda, A.C Cruyt dan Adrian. Meskipun masyarakat Sulawesi Tengah mayoritas beragama Islam, namun tingkat toleransi beragama sangat tinggi dan semangat gotong-royong yang kuat merupakan bagian dari kehidupan masyarakat.
Seni dan budaya
Kesenian
Musik dan tarian di Sulawesi Tengah bervariasi antara daerah yang satu dengan lainnya. Musik tradisional memiliki instrumen seperti gong, kakula, lalove, dan jimbe. Alat musik ini lebih berfungsi sebagai hiburan dan bukan sebagai bagian ritual keagamaan. Di wilayah beretnis Kaili sekitar pantai barat–waino–musik tradisional–ditampilkan ketika ada upacara kematian. Kesenian ini telah dikembangkan dalam bentuk yang lebih populer bagi para pemuda sebagai sarana mencari pasangan di suatu keramaian. Banyak tarian yang berasal dari kepercayaan keagamaan dan ditampilkan ketika festival.
Tari masyarakat yang terkenal adalah Dero yang berasal dari masyarakat Pamona, kabupaten Poso dan kemudian diikuti masyarakat Kulawi, kabupaten Donggala. Tarian dero khusus ditampilkan ketika musim panen, upacara penyambutan tamu, syukuran dan hari-hari besar tertentu. Dero adalah salah satu tarian di mana laki-laki dan perempuan berpegangan tangan dan membentuk lingkaran. Tarian ini bukan warisan leluhur tetapi merupakan kebiasaan selama pendudukan Jepang di Indonesia ketika Perang Dunia II. Tarian in adalah tarian tradisional Sulawesi Tengah.
Kebudayaan
Sulawesi Tengah kaya akan budaya yang diwariskan secara turun-temurun. Tradisi yang menyangkut aspek kehidupan dipelihara dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kepercayaan lama adalah warisan budaya yang tetap terpelihara dan dilakukan dalam beberapa bentuk dengan berbagai pengaruh modern serta pengaruh agama.
Karena banyak kelompok etnis mendiami Sulawesi Tengah, maka terdapat pula banyak perbedaan di antara etnis tersebut yang merupakan kekhasan yang harmonis dalam masyarakat. Mereka yang tinggal di pantai bagian barat kabupaten Donggala telah bercampur dengan masyarakat Bugis dari Sulawesi Selatan dan masyarakat Gorontalo. Di bagian timur pulau Sulawesi, juga terdapat pengaruh kuat Gorontalo dan Manado, terlihat dari dialek daerah Luwuk dan sebaran suku Gorontalo di kecamatan Bualemo yang cukup dominan.
Ada juga pengaruh dari Sumatera Barat seperti tampak dalam dekorasi upacara perkawinan. Kabupaten Donggala memiliki tradisi menenun kain warisan zaman Hindu. Pusat-pusat penenunan terdapat di Donggala Kodi, Watusampu, Palu, Tawaeli dan Banawa. Sistem tenun ikat ganda yang merupakan teknik spesial yang bermotif Bali, India dan Jepang masih dapat ditemukan.
Sementara masyarakat pegunungan memiliki budaya tersendiri yang banyak dipengaruhi suku Toraja, Sulawesi Selatan. Meski demikian, tradisi, adat, model pakaian dan arsitektur rumah berbeda dengan Toraja, seperti contohnya ialah mereka menggunakan kulit beringin sebagai pakaian penghangat badan. Rumah tradisional Sulawesi Tengah terbuat dari tiang dan dinding kayu yang beratap ilalang dan hanya memiliki satu ruang besar. Lobo atau duhunga merupakan ruang bersama atau aula yang digunakan untuk festival atau upacara, sedangkan Tambi merupakan rumah tempat tinggal. Selain rumah, ada pula lumbung padi yang disebut Gampiri.
Buya atau sarung seperti model Eropa hingga sepanjang pinggang dan keraba semacam blus yang dilengkapi dengan benang emas. Tali atau mahkota pada kepala diduga merupakan pengaruh kerajaan Eropa. Baju banjara yang disulam dengan benang emas merupakan baju laki-laki yang panjangnya hingga lutut. Daster atau sarung sutra yang membujur sepanjang dada hingga bahu, mahkota kepala yang berwarna-warni dan parang yang diselip di pinggang melengkapi pakaian adat. Senjata tradisional masyarakat Sulawesi Tengah adalah Parang (Guma), Tombak, Sumpit.
Kawasan Lindung
Kawasan Pelestarian Alam
Kawasan pelestarian alam meliputi taman nasional, taman hutan raya (tahura), dan taman wisata alam. Sulawesi Tengah memiliki beberapa kawasan taman nasional, yaitu:
Bandara
Provinsi Sulawesi Tengah memiliki beberapa bandar udara (bandara) yang beroperasi untuk penerbangan domestik dan internasional, Adapun daftar bandara yang ada di sulteng adalah sebagai berikut.
Nama Bandara / Kode IATA | Kategori | Status | Alamat | Kabupaten/Kota |
---|---|---|---|---|
Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufrie / PLW | Domestik | Kelas I | Jalan Abdul Rahman Saleh, Kel. Birobuli Utara, Kec. Palu Selatan | Kota Palu |
Bandar Udara Kasiguncu / PSJ | Domestik | Kelas II | Jalan Trans Sulawesi KM 13 Kel.Kasiguncu, Kec. Poso Pesisir | Kabupaten Poso |
Bandar Udara Sultan Bantilan / TLI | Domestik | Kelas III | Jalan Bandar Udara No. 13, Kel. Lalos, Kec. Galang | Kabupaten Tolitoli |
Bandar Udara Pogogul / UDL | Domestik | Kelas III | Jalan Bandar Udara No. 1, Kel. Mangubi, Kec. Momunu | Kabupaten Buol |
Bandar Udara Tanjung Api / VPM | Domestik | Satpel | Jalan Trans Sulawesi, Kel. Labuan, Kec. Ampana Kota | Kabupaten Tojo Una-una |
Bandar Udara Syukuran Aminuddin Amir / LUW | Domestik | Kelas II | Jalan Mandapar No. 2 Desa Bubung, Kec. Luwuk Selatan | Kabupaten Banggai |
Bandar Udara Maleo | Domestik | Satpel | Kel. Umbele, Kec. Bumi Raya | Kabupaten Morowali |
Referensi
- ^ "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-04-05. Diakses tanggal 2022-04-05.
- ^ a b "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2023" (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 20 Januari 2024.
- ^ a b "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut di Sulawesi Tengah". www.sp2010.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-10. Diakses tanggal 10 September 2021.
- ^ "Indeks Pembangunan Manusia Menurut Provinsi 2020-2022". www.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-11-15. Diakses tanggal 3 Januari 2022.
- ^ "Rincian Pendapatan Asli Daerah Sulteng Tahun 2020 Keterangan: Data APBD Murni, realisasi APBD adalah data realisasi tahunan". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-11-16. Diakses tanggal 2021-11-16.
- ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020" (PDF). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2020). Diakses tanggal 1 April 2021.
- ^ a b "Provinsi Sulawesi Tengah Dalam Angka 2022" (pdf). www.sulteng.bps.go.id. hlm. 79, 89. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-26. Diakses tanggal 14 Maret 2022.
- ^ Druce 2009, hlm. 232–235; Druce 2009, hlm. 244.
- ^ Henley 2005, hlm. 72.
- ^ Henley 2005, hlm. 232.
- ^ a b Henley 2005, hlm. 222.
- ^ a b Coté 1996, hlm. 93.
- ^ Noort 2006, hlm. 28.
- ^ Coté 1996, hlm. 93; Henley 2005, hlm. 222.
- ^ Coté 2006, hlm. 97.
- ^ "Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tengah Dilantik". www.tagar.id. 16 Juni 2021. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-06-18. Diakses tanggal 21 Juni 2021.
- ^ "Inilah 45 Anggota DPRD Sulteng Periode 2019-2024 yang Dilantik". sultengterkini.com. 25-09-2019. Diakses tanggal 01-11-2019.
- ^ "45 Anggota DPRD Sulteng 2019-2024 Dilantik, Nilam Sari Lawira Terpilih Ketua Sementara". kabarselebes.id. 25-09-2019. Diakses tanggal 01-11-2019.
- ^ "PENGUMUMAN HASIL PENETAPAN PEROLEHAN KURSI PARTAI POLITIK DAN PENETAPAN CALON TERPILIH ANGGOTA DPRD PROVINSI SULAWESI TENGAH PEMILU TAHUN 2019". sulteng.kpu.go.id. 13-08-2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-23. Diakses tanggal 01-11-2019.
- ^ "Inilah Nama-Nama Anggota DPRD Sulteng Periode 2014 – 2019". beritapalu.com. 12-05-2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-10-20. Diakses tanggal 01-11-2019.
- ^ a b "Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Permendagri No.137-2017) - Kementerian Dalam Negeri - Republik Indonesia". www.kemendagri.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-29. Diakses tanggal 2018-07-12.
- ^ Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, Situs Resmi dan Struktur Polda Sulawesi Tengah.
- ^ Letak Geografi dan Demografi Sulawesi Tengah, Letak Geografi dan Demografi Sulawesi Tengah.
- ^ "Badan Pusat Statistik". BPS. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-07-01. Diakses tanggal 17 Oktober 2014.
- ^ a b c "Kewarganegaraan Suku Bangsa, Agama, Bahasa 2010" (PDF). demografi.bps.go.id. Badan Pusat Statistik. 2010. hlm. 23, 36–41. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-07-12. Diakses tanggal 18 Oktober 2021.
- ^ "Penyebaran Bahasa di Indonesia". Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-07-11. Diakses tanggal 25 Mei 2020.
- ^ Indonesia Timur [Bahasa Pasar Pulau Sulawesi Bahasa Pasar Pulau Sulawesi] Periksa nilai
|url=
(bantuan). Diakses tanggal 24 Februari 2022. Tidak memiliki atau tanpa|title=
(bantuan)
Daftar pustaka
- Publikasi primer
- Coté, Joost (1996). "Colonising Central Sulawesi. The 'Ethical Policy' and Imperialist Expansion 1890–1910". Itinerario. 20 (3): 87–107. doi:10.1017/S0165115300003983. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2018-03-14.
- Coté, Joost (2010). "Missionary Albert Kruyt and Colonial Modernity in the Dutch East Indies". Itinerario. 34 (3): 11–24. doi:10.1017/S0165115310000653. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2018-03-14.
- Coté, Joost (2011). "Creating Central Sulawesi: Mission Intervention, Colonialism and 'Multiculturality'". BMGN - Low Countries Historical Review. 126 (2): 2–29. doi:10.18352/bmgn-lchr.7308. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-02-22. Diakses tanggal 2018-03-08.
- Kaudern, Walter (1925a). Structures and settlements in Central Celebes. Ethnographical studies in Celebes (1). Göteborg: Martinus Nijhoff.
- Kaudern, Walter (1925b). Migrations of the Toradja in Central Celebes. Ethnographical studies in Celebes (2). Den Haag: Elanders Boktryckeri Aktiebolag.
- Kaudern, Walter (1927). Musical Instruments in Celebes. Ethnographical studies in Celebes (3). Göteborg: Elanders Boktryckeri Aktiebolag.
- Kaudern, Walter (1929). Games and Dances in Celebes. Ethnographical studies in Celebes (4). Göteborg: Elanders Boktryckeri.
- Kaudern, Walter (1938). Megalithic Finds in Central Celebes. Ethnographical studies in Celebes (5). Göteborg: Elanders Boktryckeri Aktiebolag. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2018-03-17.
- Sadi, Haliadi; Agustino, Leo (2015). "Pemikiran Politik Lokal dalam Sejarah Pembentukan Provinsi Sulawesi Tengah". COSMOGOV: Jurnal Ilmu Pemerintahan. Universitas Andalas. 1 (2): 354–376. doi:10.24198/cosmogov.v1i2.11843. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-03-08. Diakses tanggal 2018-03-08.
Sumber
Buku
- Atkinson, Jane Monnig (1998). "Who Appears in the Family Album?: Writing the History of Indonesia's Revolutionary Struggle". Dalam Rosaldo, Renato. Cultural Citizenship in Island Southeast Asia: Nation and Belonging in the Hinterlands. University of California Press. hlm. 134–161. ISBN 9780520227484. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2018-04-12.
- Henley, David (2005). Fertility, Food and Fever: Population, Economy and Environment in North and Central Sulawesi, 1600-1930. Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (201). Leiden: KITLV Press. ISBN 978-9-06-718209-6. LCCN 2006402352.[pranala nonaktif permanen]
- Hulstijn, Pieter van (1926). Van Heutsz en de buitengewesten. Den Haag: Luctor et Emergo. OCLC 295723. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2018-03-26.
- Noort, Gerrit (2006). De weg van magie tot geloof: Leven en werk van Albert C. Kruyt (1869-1949), zendeling-leraar in Midden-Celebes, Indonesië. Utrecht: Universitas Utrecht. ISBN 978-9-02-392155-4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2018-03-14.
Laporan
- Gobée, Emile (2007). "Colonising Poso: The Diary of Controleur Emile Gobee, June 1909 - May 1910" . Working Papers. Diterjemahkan oleh Coté, Joost. Monash University Press. ISBN 9781876924577. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-15. Diakses tanggal 2018-04-17.
Situs web
- Blessing, Maurice (Oktober 2007). "Zending in dienst van de koloniale overheid". Historisch Nieuwsblad (dalam bahasa Belanda) (edisi ke-10). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-03-11. Diakses tanggal 11 Maret 2018.
Pranala luar
- Situs resmi pemerintah provinsi Diarsipkan 2015-01-19 di Wayback Machine.
- Badan Pusat Statistik: Sulawesi Tengah
- (Indonesia) Profil Demografi Sultengah
- (Indonesia) Profil Ekonomi Sultengah
- (Indonesia) Profil Wisata Sultengah
- (Indonesia) Ekonomi Regional Sultengah
- (Indonesia) Statistik Regional Sultengah