Kebuddhaan
Buddhatta, Buddhabhāva (Pāli; Indonesia: Kebuddhaan Sempurna; Sanskerta: 𑀩𑀼𑀤𑁆𑀥𑀢𑁆𑀯 , buddhatva; Hanzi: 成佛), atau Kebuddhaan adalah kondisi dan peringkat seorang Buddha "yang telah terbangun".[1] Keadaan spiritual tertinggi ini juga disebut sammā-sambodhi (Pāli; Sanskerta: samyaksaṃbodhi) yang berarti "Kecerahan Lengkap Penuh".
Bagian dari seri tentang |
Buddhisme |
---|
Dalam Buddhisme, Buddha (/ˈbuːdə, ˈbʊdə/; Pali, Sanskerta: 𑀩𑀼𑀤𑁆𑀥, "Yang Sadar")[2] adalah gelar bagi makhluk yang sadar, telah mencapai Nibbāna melalui usaha dan pandangan terang mereka sendiri (Sanskerta: 𑀥𑀭𑁆𑀫; Pali: dhamma; "cara hidup yang benar"). Gelar ini paling sering digunakan untuk Siddhattha Gotama, pendiri agama Buddha, yang sering hanya dikenal sebagai "Sang Buddha". Gelar ini juga digunakan untuk makhluk lain selain Buddha Gotama yang telah mencapai bodhi (kecerahan) dan vimutti (pelepasan dari nafsu-keinginan), seperti 28 Sammāsambuddha lainnya yang telah mencapai kecerahan sebelum Buddha Gotama dan Lima Buddha Kebijaksanaan bagi aliran Mahāyāna.
Definisi
Buddhatta adalah keadaan makhluk yang sadar, yang, setelah menemukan jalan lenyapnya dukkha[3] ("penderitaan", yang diciptakan oleh kemelekatan pada keinginan dan persepsi serta pemikiran yang menyimpang) berada dalam keadaan "tidak belajar lagi".[4][5][6]
Umat Buddha tidak menganggap Siddhattha Gotama sebagai satu-satunya Buddha. Tripitaka Pāli merujuk pada banyak Buddha sebelumnya (lihat daftar Buddha di bawah), sedangkan tradisi Mahayana mengenal banyak Buddha dari berbagai sistem dunia.
Ada spektrum pendapat yang luas tentang universalitas dan metode pencapaian Kebuddhaan, tergantung pada ajaran yang ditekankan oleh tiap aliran Buddhis. Kitab-kitab dari aliran Theravāda menguraikan tiga jenis kecerahan (bodhi) sebagai berikut:
- Sammāsambuddha, seseorang yang tercerahkan sendiri (tanpa guru) dan mengajarkan Dhamma yang telah ditemukan-Nya. Calon sammāsambuddha disebut sebagai bodhisatta (Pāli) atau bodhisatwa (Sanskerta).
- Paccekabuddha, seseorang yang tercerahkan sendiri (tanpa guru), tetapi tidak mengajarkan Dhamma yang telah ditemukan-Nya.
- Sāvakabuddha, seseorang yang tercerahkan dengan bertumpu pada Dhamma yang telah ditemukan dan diajarkan oleh Sammāsambuddha.
Istilah Buddhatta hanya merujuk pada keadaan kecerahan sammāsambuddha yang disebut juga sebagai sammāsambodhi, yaitu keadaan kecerahan pada mereka yang tercerahkan sendiri (tanpa guru) dan mengajarkan Dhamma yang telah ditemukan-Nya.[7][8]
Aliran Mahāyāna, dengan Jalan Bodhisatwa-nya, bertujuan untuk mencapai Kebuddhaan yang sempurna (Buddhatta), sebagai sammāsambuddha, sehingga seseorang dapat memberi manfaat bagi semua makhluk dengan mengajari mereka jalan lenyapnya dukkha.[9] Teori Mahāyāna mengontraskan hal ini dengan tujuan jalan Theravāda yang tujuan paling umumnya adalah kecerahan individu,[9] sebagai sāvakabudha, dengan menjalani Dhamma. Meskipun demikian, aliran Theravāda juga mengenal Jalan Bodhisatta.[10][11]
Dalam aliran Mahāyāna, seorang Buddha dipandang sebagai makhluk transenden yang memiliki kekuatan luas, seperti kemahatahuan, kemahakuasaan, dan kebijaksanaan yang telah sadar (buddha-jñana) yang meresap ke mana-mana.[12][13] Pandangan ini dapat ditemukan dalam berbagai sumber Mahāyāna, seperti Sutra Avatamkasa.[13]
Mahāyāna memahami Buddha melalui kerangka "tiga tubuh" (trikaya).[14] Dalam kerangka ini, Buddha historis atau Buddha lain yang berwujud manusia dipahami secara doketis sebagai "tubuh transformasi" magis (nirmanakaya). Sedangkan Buddha yang sejati atau hakiki adalah "tubuh realitas hakiki" (Dharmakaya). Oleh karena itu, Ratnagotravibhāga (Analisis Silsilah Permata), sebuah kitab Mahāyāna, mendefinisikan Buddha sebagai "Dharmakaya yang tidak terbentuk (asamskrta), dan spontan (anabhoga)" dan sebagai "kebijaksanaan yang tercerahkan dengan sendirinya dan muncul dengan sendirinya (jñana), kasih sayang dan kekuatan untuk kepentingan orang lain."[15] Ajaran ini dipahami dan ditafsirkan dengan berbagai cara oleh berbagai aliran Mahāyāna.
Daftar Buddha
Tujuh Buddha
Pada teks-teks Buddhis masa awal, dijabarkan secara eksplisit tujuh nama Buddha:[16]
- Vipassī (hidup 91 kalpa yang lalu)
- Sikhī (hidup 31 kalpa yang lalu)
- Vessabhū (hidup 31 kalpa yang lalu pada kalpa yang sama dengan Sikhī)
- Kakusandha (Buddha pertama pada kalpa baik saat ini)
- Koṇāgamana (Buddha kedua pada kalpa saat ini)
- Kassapa (Buddha ketiga pada kalpa saat ini)
- Gautama (Buddha keempat pada kalpa saat ini)
Salah satu sutta bernama Chakkavatti-Sīhanāda Sutta dari teks Buddhis awal bagian Digha Nikaya juga menyebutkan bahwa setelah Tujuh Buddha, terdapat seorang calon Buddha bernama Metteyya (Pāli; Sanskerta: Maitreya) yang diperkirakan akan muncul di dunia.[17]
28 Buddha dan 1 Bodhisatta
Literatur Pali dari aliran Theravāda mencakup kisah-kisah 28 Buddha sebelumnya. Di negara-negara dengan mayoritas penduduk yang menganut agama Buddha Theravāda, seperti Sri Lanka, Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand, merupakan kebiasaan bagi umat Buddha untuk mengadakan perayaan khusus, terutama selama musim cuaca cerah, untuk memberi penghormatan kepada 28 Buddha sebelumnya. Daftar Buddha ini dijelaskan pada kitab Buddhavaṁsa. Buddhavaṁsa adalah kitab yang menggambarkan kehidupan Buddha Gautama dan 27 Buddha yang mendahuluinya, serta calon Buddha Metteyya. Buddhavaṁsa adalah bagian dari Khuddaka Nikāya, yang selanjutnya merupakan bagian dari Sutta Piṭaka. Sutta Piṭaka adalah salah satu dari tiga bagian utama Tripitaka Pāli.
Nama Pāli | Nama Sanskerta | Tempat lahir | Orang tua (ayah - ibu) | Bodhirukka (pohon kecerahan) | Kelahiran Buddha Gotama | |
---|---|---|---|---|---|---|
1 | Taṇhaṅkara[18] | Tṛṣṇaṃkara | Sunanda - Sunandā | Rukkaththana | ||
2 | Medhaṅkara[19] | Medhaṃkara | Yaghara | Sudeva - Yasodharā | Kaela | |
3 | Saraṇaṅkara[20] | Śaraṇaṃkara | Vipula | Sumaṅgala - Yasavatī | Pulila | |
4 | Dīpaṃkara[21] | Dīpaṃkara | Rammavatī | Sudeva - Sumedhā | Pipphala | Sumedha (juga Sumati atau Megha Mānava, seorang Brahman yang kaya) |
5 | Koṇḍañña[22] | Kauṇḍinya | Rammavatī | Sunanda - Sujātā | Salakalyana | Vijitawi (seorang Chakravarti dari Chandawatinagara, Majjhimadesa) |
6 | Maṅgala[23] | Maṃgala | Uttara (Majhimmadesa) | Uttara - Uttarā | Nāga (Mesua ferrea) | Suruchi (di Siribrahmano) |
7 | Sumana[24] | Sumanas | Mekhala | Sudassana - Sirimā | Nāga (Mesua ferrea) | Raja Atulo, sesosok Naga |
8 | Revata[25] | Raivata | Sudhaññavatī | Vipula - Vipulā | Nāga (Mesua ferrea) | Seorang brahmana ahli Weda |
9 | Sobhita[26] | Śobhita | Sudhamma | Sudhamma - Sudhammā | Nāga (Mesua ferrea) | Sujata, seorang brahmana (di Rammavati) |
10 | Anomadassi[27] | Anavamadarśin | Candavatī | Yasava - Yasodharā | Ajjuna | Seorang raja Yakkha |
11 | Paduma[28] | Padma | Campaka | Asama - Asamā | Salala | Seekor singa |
12 | Nārada[29] | Nārada | Dhaññavatī | Raja Sudeva - Anomā | Sonaka | Seorang tapaso di Himalaya |
13 | Padumuttara[30] | Padmottara | Haṁsavatī | Ānanda - Sujātā | Salala | Seorang petapa bernama Jatilo |
14 | Sumedha[31] | Sumedha | Sudassana | Sumedha - Sumedhā | Nipa | Penduduk asli dari Uttaro |
15 | Sujāta[32] | Sujāta | Sumaṅgala | Uggata - Pabhāvatī | Welu | Seorang cakkavatti |
16 | Piyadassi[33] | Priyadarśin | Sudhañña | Sudinna/Sudatta - Sucandā | Kakudha | Kassapa, seorang brahmana (di Siriwattanagara) |
17 | Atthadassi[34] | Arthadarśin | Sobhana | Sāgara - Sudassanā | Champa | Susino, seorang brahmana |
18 | Dhammadassī[35] | Dharmadarśin | Saraṇa | Saraṇa - Sunandā | Bimbajala | Indra, pemimpin para dewa |
19 | Siddhattha[36] | Siddhārtha | Vebhāra | Udena - Suphassā | Kanihani | Mangal, seorang brahmana |
20 | Tissa[37] | Tiṣya | Khemaka | Janasandha - Padumā | Assana | Raja Sujata dari Yasawatinagara |
21 | Phussa[38] | Puṣya | Kāsika | Jayasena - Sirimā | Amalaka | Vijitavi |
22 | Vipassī[39] | Vipaśyin | Bandhumatī | Bandhumā - Bandhumatī | Pāṭalī (Stereospermum chelonoides) | Raja Atula |
23 | Sikhī[40] | Śikhin | Aruṇavatī | Aruṇa - Pabhāvatī | Puṇḍarīka (Mangifera indica) | Arindamo (di Paribhuttanagara) |
24 | Vessabhū[41] | Viśvabhū | Anoma | Suppatīta - Yasavatī | Sāla (Shorea robusta) | Sadassana (di Sarabhavatinagara) |
25 | Kakusandha[42] | Krakucchanda | Khemāvatī | Aggidatta - Visākhā | Sirīsa (Albizia lebbeck) | Raja Khema |
26 | Koṇāgamana[43] | Kanakamuni | Sobhavatī | Yaññadatta - Uttarā | Udumbara (Ficus racemosa) | Raja Pabbata dari daerah pegunungan di Mithila |
27 | Kassapa[44] | Kāśyapa | Bārāṇasī | Brahmadatta - Dhanavatī | Nigrodha (Ficus benghalensis) | Jotipala (di Vappulla) |
28 | Gotama[45] | Gautama (saat ini) | Kapilavatthu | Suddhodana - Māyā | Assattha (Ficus religiosa) | Buddha Gotama |
29 | Metteyya | Maitreya (selanjutnya) | Ketumatī (Bārāṇasi) | Subrahmā -Brahmavatī | Nāga (Mesua ferrea) |
Mahāyāna
Untuk daftar ribuan nama Buddha, lihat Tripitaka Taishō nomor 439–448. Daftar berikut ini adalah daftar nama makhluk-makhluk yang dianggap sebagai Buddha oleh setidaknya satu aliran Mahāyāna:
- Lima Buddha Kebijaksanaan (Pañca Tathāgata)
Sifat Sang Buddha
Artikel ini berisi teks yang diterjemahkan dan membutuhkan perhatian dari seseorang fasih dalam berbahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. |
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Berbagai aliran Buddhis memiliki beberapa interpretasi yang berbeda tentang sifat Buddha.
Pencapaian
Semua tradisi Buddhis berpendapat bahwa seorang Buddha sepenuhnya terbangun dan telah sepenuhnya memurnikan pikirannya dari tiga racun nafsu keinginan, kebencian dan ketidaktahuan. Seorang Buddha tidak lagi terikat oleh saṃsāra, dan telah mengakhiri penderitaan yang dialami orang-orang yang belum terbangun dalam hidup.
Sebagian besar aliran Buddhisme juga berpendapat bahwa Sang Buddha mahatahu. Namun, teks-teks awal berisi penolakan eksplisit membuat klaim Buddha ini.[46][47]
Penemu Dhamma
Dhamma bukanlah ciptaan para Buddha. Para Buddha adalah penemu Dhamma, bukan pencipta Dhamma.[48] Setelah menemukan Dhamma, Buddha mengajarkannya kepada semua makhluk agar mereka yang telah siap dapat memperoleh manfaatnya. Dengan demikian, ada atau tidak ada Buddha, hukum abadi tersebut akan tetap ada sepanjang zaman, sebagaimana disabdakan Buddha dalam Uppādā Sutta, Aṅguttara Nikāya 3.136.[49]
Uppādā vā, bhikkhave, tathāgatānaṁ anuppādā vā tathāgatānaṁ, ṭhitāva sā dhātu dhammaṭṭhitatā dhammaniyāmatā. Sabbe saṅkhārā aniccā. Taṁ tathāgato abhisambujjhati abhisameti. Abhisambujjhitvā abhisametvā ācikkhati deseti paññāpeti paṭṭhapeti vivarati vibhajati uttānīkaroti: ‘sabbe saṅkhārā aniccā’ti. |
Para bhikkhu, apakah para Tathāgata muncul atau tidak, hukum ini tetap berlaku, kestabilan Dhamma ini, jalan pasti Dhamma ini: ‘Segala fenomena terkondisi adalah tidak kekal.’ Seorang Tathāgata tercerahkan pada hal ini dan menerobosnya, dan kemudian Beliau menjelaskannya, mengajarkannya, menyatakannya, menetapkannya, mengungkapkannya, menganalisisnya, dan menguraikannya sebagai berikut: ‘Segala fenomena yang terkondisi adalah tidak kekal.’ |
Sepuluh karakteristik
Beberapa umat Buddhis bermeditasi (atau merenungkan) Sang Buddha memiliki sepuluh karakteristik (Tionghoa dan Jepang: 十號). Karakteristik ini sering disebutkan dalam Kanon Pāli serta ajaran Mahāyāna, dan dilantunkan setiap hari di banyak wihara Buddhis:[50]
- Jadi pergi, demikian datang (Sanskerta: tathāgata)
- Yang layak (Sanskerta: arhat)
- Mencerahkan diri sendiri dengan sempurna (Sanskerta: samyak-saṃbuddha)
- Sempurna dalam pengetahuan dan perilaku (Sanskerta: vidyā-caraṇa-saṃpanna)
- Baik pergi (Sanskerta: sugata)
- Yang mengetahui dunia (Sanskerta: lokavida)
- Pemimpin orang yang tak tertandingi untuk dijinakkan (Sanskerta: anuttara-puruṣa-damya-sārathi)
- Guru para dewa dan manusia (Sanskerta: śāsta deva-manuṣyāṇaṃ)
- Yang Tercerahkan (Sanskerta: buddha)
- Yang Terberkahi atau yang beruntung (Sanskerta: bhagavat)[51]
Julukan kesepuluh kadang-kadang terdaftar sebagai "Yang Terhormat Dunia Tercerahkan" (Sanskerta: Buddha-Lokanatha) atau "Yang Terberkahi Tercerahkan" (Sanskerta: Buddha-Bhagavan).[52]
Tugas wajib
Menurut teks-teks Buddhis, setelah mencapai Kebuddhaan, setiap Buddha harus melakukan berbagai tindakan selama hidupnya untuk menyelesaikan tugasnya sebagai seorang Buddha.[53]
Teks-teks Buddhis Sanskerta mencantumkan sepuluh tindakan yang sangat diperlukan yang harus dilakukan Buddha.
- Seorang Buddha harus meramalkan bahwa orang lain akan mencapai Kebuddhaan di masa depan.
- Seorang Buddha harus menginspirasi orang lain untuk berjuang mencapai Kebuddhaan.
- Seorang Buddha harus mempertobatkan semua orang yang harus dia pertobatkan
- Seorang Buddha harus hidup setidaknya tiga perempat dari potensi umurnya.
- Seorang Buddha harus dengan jelas mendefinisikan apa itu perbuatan baik dan apa itu perbuatan jahat.
- Seorang Buddha harus menunjuk dua muridnya sebagai murid utamanya.
- Seorang Buddha harus turun dari Surga Tavatimsa setelah mengajar ibunya.
- Seorang Buddha harus mengadakan pertemuan di Danau Anavatapta.
- Seorang Buddha harus membawa orang tuanya ke Dhamma.
- Seorang Buddha pasti telah melakukan Keajaiban besar di Savatthi.
Teks Buddhis Tibet mencantumkan "Dua Belas Tindakan Besar" dari seorang Buddha.
- Seorang Buddha harus lahir di surga Tusita segera sebelum kelahirannya sebagai seorang Buddha.
- Seorang Buddha harus turun dari Tusita.
- Seorang Buddha harus memasuki rahim ibunya.
- Seorang Buddha harus dilahirkan.
- Seorang Buddha harus terampil dalam berbagai seni di masa mudanya.
- Seorang Buddha harus menjalani kehidupan di istana.
- Seorang Buddha harus melakukan keberangkatan besar dari istananya.
- Seorang Buddha harus mempraktikkan asketisme.
- Seorang Buddha harus mengalahkan Mara.
- Seorang Buddha harus mencerahkan.
- Seorang Buddha harus memberikan khotbah pertamanya.
- Seorang Buddha harus mati dan masuk ke Nirwana.
Teks Pali tidak memiliki daftar seperti itu tetapi tradisi komentar Pali mencantumkan 30 tindakan wajib.
Referensi
- ^ buddhatva, बुद्धत्व. Spoken Sanskrit Dictionary. (accessed: January 10, 2016)
- ^ Buswell 2004, hlm. 71.
- ^ Gethin, Rupert (1998). The foundations of Buddhism (edisi ke-1. publ. paperback). Oxford [England]: Oxford University Press. hlm. 32. ISBN 0-19-289223-1.
- ^ Damien Keown; Charles S. Prebish (2013). Encyclopedia of Buddhism. Routledge. hlm. 90. ISBN 978-1-136-98588-1.
- ^ Rinpoche Karma-raṅ-byuṅ-kun-khyab-phrin-las (1986). The Dharma: That Illuminates All Beings Impartially Like the Light of the Sun and Moon. State University of New York Press. hlm. 32–33. ISBN 978-0-88706-156-1.; Quote: "There are various ways of examining the Complete Path. For example, we can speak of Five Paths constituting its different levels: the Path of Accumulation, the Path of Application, the Path of Seeing, the Path of Meditation and the Path of No More Learning, or Buddhahood."
- ^ Robert E. Buswell; Robert M. Gimello (1990). Paths to liberation: the Mārga and its transformations in Buddhist thought. University of Hawaii Press. hlm. 204. ISBN 978-0-8248-1253-9.[pranala nonaktif permanen]
- ^ Snelling, John (1987), The Buddhist handbook. A Complete Guide to Buddhist Teaching and Practice. London: Century Paperbacks. p. 81
- ^ Udana Commentary. Translation Peter Masefield, volume I, 1994. Pali Text Society. p. 94.
- ^ a b Gethin, Rupert (1998). The foundations of Buddhism (edisi ke-1st publ. paperback). Oxford [England]: Oxford University Press. hlm. 224–234. ISBN 0-19-289223-1.
- ^ Drewes, David, Mahāyāna Sūtras and Opening of the Bodhisattva Path, Paper presented at the XVIII the IABS Congress, Toronto 2017, Updated 2019.
- ^ Rhys Davids, T. W. (1880). The Introduction to the Jātaka Stories from Buddhist Birth Stories or Jātaka Tales, p. 98. A revised edition by Ānandajoti Bhikkhu November, 2021.
- ^ Williams, Paul (2008). Mahāyāna Buddhism: The Doctrinal Foundations. p. 122.
- ^ a b Hamar, Imre (2007). "The Manifestation of the Absolute in the Phenomenal World: Nature Origination in Huayan Exegesis". Bulletin de l'École Française d'Extrême-Orient. 94: 229–250. DOI:10.3406/befeo.2007.6070.
- ^ Snelling, John (1987), The Buddhist handbook. A Complete Guide to Buddhist Teaching and Practice, p. 100. London: Century Paperbacks
- ^ Hookham, S. K. (1991), The Buddha within : Tathagatagarbha doctrine according to the Shentong interpretation of the Ratnagotravibhaga, Albany, NY: State University of New York Press, pp. 186–190, ISBN 978-0-7914-0358-7.
- ^ Silk, von Hinüber; Eltschinger; Bowring (2019). Brill's encyclopedia of Buddhism Vol Two. Leiden, South Holland: Brill. hlm. 110–111. ISBN 978-90-04-29937-5. OCLC 909251257.
- ^ "Cakkavatti Sutta: The Wheel-turning Emperor". Access To Insight. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-11-12. Diakses tanggal 2020-09-13.
- ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Taṇhaṅkara
- ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Medhaṅkara
- ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Saraṇaṅkara
- ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Dīpankara
- ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Koṇḍañña
- ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Maṅgala
- ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Sumana
- ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Revata
- ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Sobhita
- ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Anomadassi
- ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Paduma
- ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Nārada
- ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Padumuttara
- ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Sumedha
- ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Sujāta
- ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Piyadassi
- ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Atthadassi
- ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Dhammadassī
- ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Siddhattha
- ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Tissa
- ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Phussa
- ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Vipassī
- ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Sikhī
- ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Vessabhū
- ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Kakusandha
- ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Koṇāgamana
- ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Kassapa
- ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Gotama
- ^ A. K. Warder, Indian Buddhism. Third edition published by Motilal Banarsidass Publ., 2000, pp. 132–133.
- ^ Kalupahana, David (1992). A History of Buddhist Philosophy: Continuities and Discontinuities. University of Hawaii Press. hlm. 43. ISBN 978-0-8248-1402-1.
- ^ "Sutta reference for that Buddha discovered the Dhamma, not invented it". SuttaCentral Discuss & Discover. Diakses tanggal 2024-02-08.
- ^ Anggara, Indra. "AN 3.136: Uppādāsutta". SuttaCentral. Diakses tanggal 2022-09-18.
- ^ "In Theravada Buddhism's canonical Buddhavamsa[6] the Ten Perfections (dasa pāramiyo) are (original terms in Pali)".
- ^ Japanese-English Buddhist Dictionary (Daitō shuppansha) 147a/163
- ^ [1] Diarsipkan 2012-05-30 di Wayback Machine., also see Thomas Cleary and J. C. Cleary The Blue Cliff Record, p. 553.
- ^ Strong, John (2009). The Buddha: a beginner's guide. Oxford: Oneworld Publications. hlm. 15–16. ISBN 978-1441634320. OCLC 527853452.