Pandangan Kristen tentang Yesus
Bagian dari seri tentang |
Bagian dari seri tentang |
Kekristenan |
---|
Portal Kristen |
Pandangan Kristen tentang Yesus bervariasi di antara denominasi Kristen yang berbeda, tetapi hampir semua orang Kristen mendasarkan keyakinan mereka pada apa yang mereka yakini sebagai ajaran Yesus, dan percaya bahwa Yesus adalah sang Kristus (Mesias), Juru Selamat manusia seperti yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Kebanyakan juga percaya bahwa Dia adalah Anak Allah, dan inkarnasi dari Allah sendiri.
Kepercayaan akan keilahian Yesus
Selain dari peran Yesus sebagai Mesias, kebanyakan orang Kristen juga menganggap bahwa keyakinan akan keilahian Yesus adalah bagian penting dalam agama Kristen. Menurut teologi Kristen arus utama setelah teologi itu disistematiskan pada abad-abad pertama Masehi, Yesus dipahami sebagai bagian dari Tritunggal, yang bersama-sama dengan Sang Bapa dan Roh Kudus diyakini sebagai tiga "pribadi" dengan satu hakikat metafisik yang sama, yang merupakan keberadaan Allah yang esa dan sempurna.
Sebagian denominasi Kristen telah mengembangkan pemahaman-pemahaman metafisik yang lain tentang Yesus, termasuk gagasan bahwa Yesus, Bapa, dan Roh Kudus adalah satu "pribadi" dengan tiga atau lebih manifestasi (lihat Modalisme) atau bahwa ketiganya berbeda-beda bukan hanya dalam "pribadinya" tetapi juga dalam pengertian metafisik, dan hanya dipersatukan dalam "kehendak" atau "pikiran"nya. Banyak dari doktrin ini ditolak sebagai ajaran sesat oleh konsili-konsili ekumenis Gereja. Beberapa variannya (misalnya Mormonisme dan Saksi Yehuwa kadang-kadang juga ditolak dari payung Kekristenan khususnya oleh kaum evangelikal. Lihat Kristologi.
Orang Kristen melihat berbagai ayat di dalam Kitab-kitab Injil dan bagian-bagian lain dari Perjanjian Baru memperdebatkan keilahian Yesus.
Kehidupan
Kelahiran dan masa kecil
Dari keempat Injil, kelahiran disebut hanya dalam Injil Matius dan Injil Lukas.
Kedua kisah masa kecil Yesus mendukung doktrin tentang kelahiran Yesus dari perawan; di situ Yesus secara ajaib dikandung di dalam rahim ibunya oleh Roh Kudus, ketika ibunya masih seorang perawan.
Menurut kisah-kisah ini, Yesus dilahirkan ketika Yusuf dan Maria, tunangan Yusuf, sedang mengunjungi Betlehem dari tempat kelahiran mereka Nazaret. Maria juga biasa disebut sebagai Perawan Maria atau, seperti yang disebut oleh orang Katolik Roma dan Ortodoks Yunani, "Bunda Allah" (lihat Theotokos).
Rincian dari kedua kisah ini berbeda-beda. Misalnya, Lukas melaporkan bahwa kedua orangtua Yesus tinggal di Nazaret, sementara menurut Matius, mereka menetap di Nazaret setelah mereka kembali dari Mesir, kejadian yang tidak disebutkan oleh Lukas. Lebih jauh, Matiusmenjelaskan bahwa Yusuf dan Maria lari dengan bayi Yesus ke Mesir setelah mendapatkan peringatan dari malaikat tentang rencana Herodes untuk membunuh anak-anak lelaki di bawah dua tahun di Betlehem.
Beberapa ayat dalam Kitab-kitab Injil menyebutkan saudara-saudara Yesus. Sebagian orang Kristen berpendapat bahwa itu tidak berarti mereka itu saudara kandung Yesus. Dalam berbagai budaya di sepanjang sejarah manusia, dan bahkan sampai kini, saudara tiri pun disebut "saudara". Jadi, mereka berspekulasi bahwa Yusuf kemungkinan jauh lebih tua daripada Maria, seorang duda dengan sejumlah anak ketika ia bertunangan dengan Maria, sementara pernikahan mereka yang telah direncanakan terutama adalah sebuah pengaturan sosial untuk menjamin bahwa Maria mendapatkan cukup tunjangan hidup. Ini ditopang oleh kenyataan bahwa Yusuf tidak disebutkan belakangan dalam Kitab-kitab Injil, karena mungkin ia sudah meninggal. Beberapa pakar Alkitab, khususnya dari pihak Katolik Roma, mengatakan bahwa dalam bahasa Ibrani maupun bahasa Aram, kata "saudara" juga digunakan untuk saudara sepupu.
Perjanjian Baru tidak banyak menceritakan masa kecil Yesus atau masa dewasanya sebelum ia memulai pelayanannya. Namun, pada saat ia mencapai usia 30 tahun, semua kitab Injil melaporkan bahwa ia telah dikenal sebagai guru agama.
Pelayanan dan pesan Yesus
Meskipun injil sinoptik memfokuskan terutama hanya pada tahun terakhir pelayanan Yesus, Injil Yohanes menunjukkan bahwa pelayanannya berlangsung selama paling tidak tiga Paskah Yahudi dari saat dia dibaptis oleh Yohanes Pembaptis sampai penyalibannya. Dalam pelayanannya, Yesus menjadi seorang rabi yang berkeliling ke mana-mana dan melakukan mukjizat.
Yesus mengajarkan cinta-kasih universal antara manusia, dan ketaatan pada kehendak Allah. Pesannya mengajarkan bahwa cinta-kasih universal adalah sebuah cara yang lebih langsung untuk memenuhi kehendak Allah, dan bukan semata-mata dengan menaati hukum-hukum yang terdapat dalam Alkitab Ibrani. Seringkali, Yesus menyampaikan pesannya melalui penggunaan perumpamaan.
Beberapa ajarannya kelihatan mengandung paradoks. Ia mengajarkan bahwa yang pertama akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang pertama. Ia juga mengajarkan bahwa "barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya." (Matius 16:25); dan bahwa kekerasan harus dihadapi dengan sikap anti-kekerasan. Yesus berkata bahwa ia membawa damai bagi mereka yang percaya kepadanya, namun ia pun memperingatkan bahwa ia membawa pertentangan kepada dunia, dan menyebabkan anggota-anggota keluarga saling bertentangan (karena ketidaksepakatan tentang kepercayaan kepadanya). Penggunaan paradoks adalah cara yang diakui untuk memecahkan cara berpikir yang mapan untuk memungkinkan suatu pemahaman baru. Misalnya, penggunaan koan dalam cabang Buddhisme tertentu, yang berusaha mengatasi cara berpikir yang berbahaya atau keliru.
Yesus menyampaikan pesan apokaliptik, dan mengatakan bahwa dunia yang kita kenal akan berakhir tanpa terduga-duga. Karena itu ia mengajak para pengikutnya agar selalu waspada dan tetap setia.
Para bapak gereja perdana lebih jauh mengembangkan pesannya, dan banyak bagian lainnya dari Perjanjian Baru berkaitan dengan makna kematian dan kebangkitan Yesus serta implikasinya bagi umat manusia. Sebuah gagsan yang tetap bertahan sepanjang teologi Kristen adalah gagasan bahwa umat manusia ditebus, diselamatkan, atau diberikan kesempatan untuk mencapai keselamatan melalui kematian Yesus. "Yesus mati untuk dosa-dosa kita" adalah sebuah ajaran Kristen yang umum.
Namun gagasan tentang "keselamatan" telah ditafsirkan dalam banyak cara. Ada spektrum yang luas dalam pandangan Kristen tentang hal ini sejak dulu hingga sekarang.
Sebagian peristiwa yang menonjol dalam pelayanan Yesus, yang dikisahkan kembali dalam Kitab-kitab Injil, antara lain adalah:
- Ketika Yesus ditanyai manakah perintah yang terpenting dalam hukum Musa, Yesus menjawab bahwa perintah yang terbesar adalah ""Hukum yang terutama ialah: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu." (Markus 12:29-30, menggemakan Kitab Ulangan 6:5), dan pada saat yang sama ia mengatakan bahwa perintah "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (terdapat dalam Kitab Imamat 19:18) pun sama pentingnya.
- Yesus bertanya kepada murid-muridnya "Menurut katamu, siapakah Aku ini?" Petrus menjawab, "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Yesus menjawab: "Berbahagialah engkau ... Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."
- Ketika melihat para pedagang melakukan penukaran uang di Bait Allah di Yerusalem, Yesus menagmbil cambuk untuk mengusir binatang-binatang yang dibawa dan dijual oleh para pedagang itu, melepaskan burung-burung dara, dan membalikkan meja-meja para penukar uang itu.
- Pada hari Kamis malam menjelang Jumat Agung, Yesus mengadakan perjamuan Paskah bersama dengan para muridnya—Perjamuan Terakhir. Pada waktu mereka makan, ia membeikan roti kepada murid-muridnya dan berkata, "Ambillan dan makanlah. Ini adalah tubuhku", dan kemudian memberikan mereka cawan anggur, serta mengatakan, "Minumlah, inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa." Banyak denominasi Kristen yang menerima ucapan ini sebagai perintah untuk menyelenggarakan sakramen Perjamuan Kudus atau Ekaristi.
Sejumlah sarjana kontemporer memusatkan perhatian pada perumpamaan Yesus, suatu bentuk cerita pengajaran yang ditemukan dalam ketiga Injil Sinoptik. Banyak dari penelitian ini memperoleh tempat berpijak yang kuat di Amerika Serikat pada awal tahun 1980-an oleh sekolompok pakar Alkitab yang dikenal sebagai Seminar Yesus
Setelah beberapa dasawarsa menurunnya keanggotaan Gereja di Eropa, muncul minat yang baru terhadap ajaran-ajaran Yesus. The Alpha Course telah memungkinkan banyak orang mempelajari pesan Yesus dalam suasana non-evangelistik.
Penangkapan, pengadilan, dan penyaliban
Menurut Kitab-kitab Injil, Yesus memasuki Yerusalem dengan menunggang seekor keledai, pada hari Minggu yang sekarang dirayakan sebagai Minggu Palma. Ia disambut oleh sekelompok orang yang melambaikan daun-daun palma, sambil berteriak Hosanna, atau "Kami mohon, selamatkanlah kami!"
Pada Kamis minggu itu, dia mengadakan Perjamuan Terakhir, dan setelah itu pergi ke Taman Getsemani untuk berdoa. Di sana dia merasa kesedihan dan penderitaan, dan berkata ""Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39) Dan kemudian dia mengatakan, "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!" (Matius 26:42). Dokter Lukas mencatat sisi manusiawi Yesus dalam Lukas 22:43-44 dimana dinyatakan bahwa ada Malaikat dari langit yang menampakkan diri untuk memberi kekuatan kepada-Nya, dan bahwa Yesus sangat ketakutan dan makin sungguh-sungguh berdoa sementara peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.
Yudas Iskariot, salah satu dari dua belas murid Yesus, yang pergi meninggalkan Perjamuan Terakhir, mengkhianati Yesus dengan memberitahu para pemimpin Yahudi tentang lokasi Yesus. Para pemimpin tersebut telah memutuskan untuk menangkap Yesus, karena beberapa dari mereka menganggap Yesus sebagai ancaman bagi kekuasaan mereka karena ia semakin populer, karena tafsirannya yang baru tentang Kitab Suci, dan karena mengungkapkan kemunafikan mereka.
Yudas dan sekelompok orang yang bersenjata pedang dan tongkat pemukul kemudian muncul, dan Yudas membantu mengenali Yesus dengan menciumnya, sebuah tanda yang telah disepakati di antara mereka. Meskipun salah satu pengikut Yesus mengeluarkan pedang, dan memotong telinga dari salah satu pria bersenjata, Yesus menegurnya dan mengatakan "Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang." Kemudian para murid Yesus meninggalkan dia dan melarikan diri, kecuali Petrus yang mengikutinya dari kejauhan sampai ke halaman Imam Agung (di sana dia menyangkal Yesus tiga kali). Yesus dibawa ke hadapan para peimpin Yahudi, dan ditanyai apakah ia memang Anak Allah. Setelah menyimpulkan bahwa Yesus menjawab positif, ia diserahkan kepada Pontius Pilatus, gubernur setempat dari pemerintahan pendudukan Roma.
Pilatus bertanya kepada Yesus, apakah ia menganggap dirinya "raja orang Yahudi", yang dapat dianggap sebagai upaya untuk menumbangkan kekuasaan Romawi. Pertanyaan Pilatus tidak dijawab Yesus, atau jawabannya, "Engkau sendiri mengatakannya." Pilatus lalu memberikan pilihan kepada kahalayak yang berkumpul, siapakah yang akan mereka bebaskan - Yesus ataukah seorang tahanan lain.
Khalayak memutuskan bahwa Yesus tidak boleh dilepaskan, karena itu Pilatus mencoba memuaskan mereka, dengan memerintahkan agar Yesus dicambuk. Beberapa tentara Romawi membuat mahkota dari duri dan meletakkannya di kepala Yesus. Namun khalayak menuntut agar Yesus disalibkan, dan Pilatus menurut. Pada hari itu juga, setelah memikul salibnya sendiri, Yesus disalibkan di Golgota, dengan sebuah tanda yang berbunyi (dalam bahasa Ibrani, Latin, dan Yunani) "Yesus orang Nazaret, raja orang Yahudi", yang dipasang pada salib berdasarkan perintah Pilatus. Menurut Injil Lukas, sementara Yesus disalibkan, ia berkata, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23:34). Sementara tergantung pada salib, Yesus diejek oleh orang-orang yang lewat, dan, menurut Injil Yohanes, ia dikunjungi oleh ibunya dan para perempuan lainnya, lalu meninggal dunia. Kematiannya dikukuhkan oleh seorang prajurit Romawi yang menusuk pingganggnya dengan tombak.
Ketika tergantung pada salib, Injil Markus melaporkan bahwa Yesus bertanya, "Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Banyak pembaca merasa hal ini membingungkan secara teologis, dan mereka percaya bahwa Allah telah membiarkan Yesus mati pada salib. Menurut tafsiran umum tentang Kitab Suci, Allah Bapa memalingkan diri dari Yesus pada saat ini karena Yesus sedang menderita sebagai ganti orang berdosa. Yang lainnya mengakui ini sebagai kutipan langsung dari Mazmur 22:1, sebuah cara yang lazim pada saat itu untuk mengacu kepada seluruh Mazmur. Mazmur itu dimulai dengan seruan keputusasaan, tapi berakhir dengan nada pengharapan dan percaya penuh akan kemenangan dan pembebasan Allah. Mazmur ini juga mengandung beberapa rincian yang dihubungkand engan penyaliban Yesus, seperti misalnya tentang tentara-tentara yang membuang undi untuk jubah Yesus dan membiarkan tulangnya tidak diremukkan. Yang lainnya lagi menganggap "Mengapa Engkau meninggalkan aku" sebagai terjemahan yang keliru dari aslinya dalam bahasa Aram: mereka berpendapat bahwa terjemahan yang lebih baik ialah "untuk inilah aku telah dijaka" atau "mengapa Engkau membiarkan aku hidup?"
Injil Yohanes, di pihak lain, menggambarkan bahwa Yesus tetap berkuasa penuh dari atas salib, dan berkata, "Sudah selesai," pada saat kematiannya. Bukannya meminta "cawan pahit" disingkirkan daripadanya ketika ia berdoa di Taman Getsemani pada malam sebelumnya, menurut Yohanes, Yesus malah meminta cawan itu.
Kebangkitan, Naik ke Surga, dan Kedatangan yang Kedua Kali
Menurut Perjanjian Baru, Yesus bangkit dari kematian pada hari ketiga setelah penyalibannya dan menampakkan diri kepada murid-muridnya. Kisah para Rasul melaporkan bahwa 40 hari kemudian ia naik ke surga dan mempertahankan kedua hakikatnya, ilahi dan manusia. Surat Paulus kepada jemaat-jemaat Kristen di Roma, Efesus, dan Kolose, serta Surat Ibrani (yang secara tradisional dianggap ditulis oleh Paulus) mengklaim bahwa Yesus sekarang memiliki kuasa di surga dan di bumi demi Gereja, hingga seluruh bumi berada di bawah pemerintahannya melalui pemberitaan Injil. Berdasarkan Perjanjian Baru, orang Kristen percaya bahwa Yesus akan datang kembali dari surga pada akhir zaman, untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
Dalam beberapa aliran dari Gereja Mormon (Mormonisme), Yesus diyakini telah menampakkan diri di belahan bumi barat setelah kebangkitannya dan mengajar kepada sejumlah orang Indian, yang menurut Kitab Mormon adalah keturunan bangsa Israel.
Mukjizat Yesus
Artikel utama: Mukjizat Yesus
Mukjizat-mukjizat yang dilakukan oleh Yesus, menurut Kitab-kitab Injil, antara lain adalah:
- Mengubah air menjadi anggur untuk sebuah pesta pernikahan.
- Menyembuhkan seorang anak yang sakit dan hampir mati.
- Menyembuhkan orang lumpuh, orang yang menderita penyakit kulit yang menular.
- Memberi makan kepada 5.000 orang dengan lima potong roti dan dua ikan.
- Berjalan di atas air untuk menemui murid-muridnya yang sedang berada di perahu (dan juga memampukan Petrus berjalan di atas air).
- Memulihkan penglihatan seorang yang buta.
- Membangkitkan Lazarus yang telah mati selama empat hari.
- Menampakkan diri kepada Petrus, Yakobus, dan Yohanes dalam keadaan dipermuliakan, dengan pakaian putih cemerlang bercahaya, bersama Elia dan Musa.
Lihat pula
Pranala luar
- Gibson, Mel, "The Passion Of The Christ". ISBN 0-7886-0588-7
- "Prophecies of Jesus Christ as Messiah". GodAndScience.org.
- Domínguez, J., "Prophecies of the Old Testament Fulfilled in Jesus". Jan. 26, 2004. (Public domain text)
- "The Gospel of Jesus Christ". BiblePlus.