Kitab Tawarikh

Revisi sejak 22 September 2013 10.09 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 2 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q161953)

Kitab Tawarikh (bahasa Inggris: Books of Chronicles; bahasa Ibrani: Dibh're Hayyamim, דברי הימים, bahasa Yunani: Paralipomenon, Παραλειπομένων) adalah satu kitab dari Alkitab Ibrani. Dalam bagian Perjanjian Lama di Alkitab Kristen dibagi menjadi dua jilid, yaitu Kitab 1 Tawarikh dan Kitab 2 Tawarikh. Kitab ini menceritakan sejarah Kerajaan Israel dan Kerajaan Yehuda, yaitu mengenai masa yang sama dengan kitab-kitab Samuel dan Raja-raja. Nama "Tawarikh" diterjemahkan dari kata "Chronicle", yaitu nama yang diusulkan oleh Hieronimus (Yerome) (400 M).[1]

Teks Masoret menempatkan kitab ini paling akhir dalam kumpulan Ketuvim, yang menjadi bagian terakhir dalam Alkitab Ibrani. Alkitab Kristen menempatkan Kitab-kitab Tawarikh setelah Kitab-kitab Samuel dan Raja-raja mengikuti urutan dalam Alkitab bahasa Yunani tertua, Septuaginta.

Nama

 
Papan tanda mengutip 2 Tawarikh 7:14 di daerah pedesaan Texas, Amerika Serikat menghimbau rakyat untuk "Berdoa bagi negara kita" (2010).

Dalam Alkitab Ibrani kitab ini disebut Divrei Hayamim (yaitu "peristiwa dalam hari-hari"), berdasarkan frasa sefer divrei ha-yamim le-malkhei Yehudah dan "sefer divrei ha-yamim le-malkhei Israel" ("kitab/catatan hari-hari raja-raja Yehuda" dan "kitab/catatan hari-hari raja-raja Israel"), keduanya muncul berkali-kali dalam kitab Raja-raja. Kitab Tawarikh merupakan semacam catatan harian.

Dalam Alkitab bahasa Yunani Septuaginta (LXX), kitab ini diberi judul Paralipomenon (Παραλειπομένων), yaitu "apa yang ditinggalkan atau dikesampingkan".[2] Menurut teori "kitab Tawarikh-Ezra-Nehemia, kitab Tawarikh berisi materi yang dipisahkan tersendiri dari kitab Ezra, yang disusun terlebih dahulu.[3] Dengan kata lain, ada pakar yang berteori bahwa kitab-kitab ini semua disusun oleh satu (atau sekelompok) pengarang (penyunting), tetapi kemudian dibagi-bagi. Teori ini masih terus diperdebatkan, meskipun menjadi konsensus selama berabad-abad.[3]

Hieronimus, dalam pendahuluan terjemahan Alkitab bahasa Latin yang disusunnya, Vulgata, menyebut kitab ini sebagai sebuah chronikon ("Chronicles" dalam bahasa Inggris). Kitab ini berjudul Paralipomenon dalam Vulgata.[4][5]

Struktur

Berdasarkan isinya, kitab ini dapat dibagi menjadi 4 bagian:

  1. Permulaan 1 Tawarikh (pasal 1–10) kebanyakan berisi daftar silsilah, termasuk keluarga Saul dan penolakan Allah terhadap Saul yang menjadi dasar munculnya raja Daud.
  2. 1 Tawarikh pasal 11–29: sejarah pemerintahan Daud.
  3. Permulaan 2 Tawarikh (pasal 1–9): sejarah pemerintahan raja Salomo, putra Daud.
  4. 2 Tawarikh pasal 10–36: sejarah raja-raja Yehuda sampai kepada pembuangan ke Babel, ditutup dengan dekrit raja Koresh Agung mengijinkan orang-orang kembali ke tanah air mereka masing-masing.

Mungkin juga membagi kitab ini menjadi 3 bagian, dengan menggabungkan sejarah pemerintahan Daud dan Salomo, karena mereka memerintah kerajaan yang bersatu, sedangkan bagian terakhir hanya berisi sejarah raja-raja di bagian selatan saja, setelah terpecahnya kerajaan.

Pengarang dan komposisi

Awalnya para pakar yakin bahwa kitab Tawarikh, kitab Ezra dan kitab Nehemia (bagian naratifnya) disusun oleh pengarang atau penyunting yang sama, tetapi sekarang ini tidak lagi diterima sepenuhnya.[6]

Peristiwa terakhir di kitab Tawarikh terjadi pada zaman pemerintahan Koresh Agung, raja Persia yang menaklukkan Kerajaan Babel pada tahun 539 SM; dan ini menentukan tanggal paling awal penulisan kitab ini. Martin Noth berpendapat bahwa kitab ini ditulis pada abad ke-3 SM, sedangkan Gary Knoppers memperkirakan di antara tahun 325 dan 275 SM, meskipun mungkin pula di antara tahun 500 dan 250 SM.

Secara umum, kitab Tawarikh ini lebih bersifat pengajaran (didaktik) dari pada sejarah.[7][8][9] Pengarang mengambil sumber dari catatan publik, daftar keluarga dan tabel silsilah orang Yahudi. Hal ini disebutkan di beberapa tempat dalam kitab ini (1 Taw 27:24; 29:29; 2 Taw 9:29; 12:15; 13:22; 20:34; 24:27; 26:22; 32:32; 33:18, 19; 27:7; 35:25). Ada 40 catatan paralel antara kitab Tawarikh dan kitab Samuel-Raja-raja, seringkali kata-per-kata, membuktikan bahwa pengarang kitab Tawarikh mengenal dan menggunakan kitab-kitab yang lebih lama itu. Tambahannya, ada sumber sejarah Deuteronomistik (Deuteronomistic History), yang diambil terutama dari Kitab 2 Samuel dan 1–2 Raja-raja[10] serta catatan dari Taurat yang disimpan oleh kaum imam (Priestly Source).[11] Misalnya silsilah dalam 1 Tawarikh 1-9, nampaknya diambil langsung dari Taurat, juga Kitab Yosua dan lain-lain.[11] Dalam kitab Tawarikh terdapat pula sejumlah kutipan dari Kitab Mazmur, dan juga dari Kitab Yesaya, Kitab Yeremia dan Kitab Yehezkiel.[11] Nampaknya ada sumber yang tidak ditemukan lagi saat ini, misalnya dalam 2 Tawarih 9:29 disebutkan narasumber "Kitab Sejarah Salomo" (Acts of Solomon), juga catatan dari sejumlah nabi yang tidak banyak dikenal, seperti Ahia orang Shilonit dan pelihat Ido.[11] Ada juga peristiwa sejarah di luar Alkitab yang telah dibuktikan dari penelitian arkeologi, yang tadinya hanya dicatat di kitab Tawarikh, misalnya serangan raja Sisak dari Mesir di akhir abad ke-10 SM (2 Tawarikh 12:2–4), dan persiapan serta penjagaan sumber air di Yerusalem oleh raja Hizkia sebelum serangan orang Asyur pada akhir abad ke-8 SM (2 Tawarikh 32:2-4).[12]

Meskipun Kitab Tawarikh sebagian besar berisi kejadian-kejadian yang telah diceritakan dalam kitab Samuel dan kitab Raja-raja, di dalam kitab Tawarikh kejadian-kejadian itu diceritakan dari segi pandangan lain. Sejarah kerajaan Israel dalam kitab Tawarikh ditulis dengan dua maksud utama:

  1. Untuk menunjukkan bahwa sekalipun kerajaan Israel dan Yehuda ditimpa kemalangan, namun Allah masih memegang janji-Nya kepada bangsa itu, dan melaksanakan rencana-Nya untuk umat-Nya melalui orang-orang yang tinggal di Yudea. Penulis yakin mengenai hal itu karena ia ingat akan hal-hal besar yang telah dicapai oleh Daud dan Salomo, serta pembaruan-pembaruan yang diusahakan oleh Yosafat, Hizkia dan Yosia. Juga karena masih ada orang-orang yang tetap setia menyembah Allah.
  2. Untuk menguraikan asal mula upacara ibadat di Bait Allah di Yerusalem, terutama mengenai susunan jabatan imam dan orang-orang Lewi yang bertugas dalam upacara-upacara ibadat itu. Sekalipun Bait Allah di Yerusalem itu dibangun oleh Salomo, namun di dalam kitab Tawarikh ini Daud dikemukakan sebagai pendiri yang sesungguhnya dari Bait Allah itu dan upacara-upacara ibadatnya.[13]

Hal ini mencerminkan kondisi penulisan kitab Tawarikh, yaitu setelah pemulihan masyarakat Yahudi di Israel, yang berbeda dengan kitab Samuel dan Raja-raja yang disusun sebelumnya selama masa Pembuangan ke Babel. Kitab Samuel dan Raja-raja dianggap disusun pada saat ingatan terhadap sejarah kerajaan masih kuat dalam benak penyusunnya. Kitab Tawarikh disusun jauh kemudian dan berdasarkan catatan-catatan yang terpelihara sampai saat itu saja.

Ada 20 pasal dalam kitab Tawarikh, dan 24 bagian dari pasal, yang unik dan tidak terdapat dalam kitab-kitab sebelumnya. Juga terdapat daftar banyak orang secara detil, seperti daftar pahlawan Daud (1 Taw 12:1–37), pemindahan Tabut Perjanjian dari Kiryat-yearim ke bukit Sion (1 Taw 13; 15:2–24; 16:4–43; bandingkan 2 Sam 6), penyakit raja Uzia (dalam bahasa Ibrani ditulis tzaraas umumnya diterjemahkan sebagai "kusta") dan musababnya (2 Taw 26:16–21; bandingkan 2 Raja-raja 15:5), dan sebagainya. Terdapat pula pidato dari tokoh-tokoh penting, misalnya Daud (1 Taw 29:10–19), dan isi surat penting, seperti surat Paskah dari Hizkia (2 Taw 30:6–9).

Dapat dilihat satu ciri khas kitab ini yaitu penggantian kata-kata lama dengan istilah yang lebih baru, terutama nama-nama tempat yang dipakai pada zaman pengarang, misalnya: kota Gezer (1 Taw 20:4) dipakai menggantikan nama "Gob" (2 Sam. 21:18).[14]

Perjanjian Baru

Kitab Tawarikh dirujuk, meskipun tidak dikutip langsung, dalam sejumlah kitab Perjanjian Baru misalnya: Injil Matius pasal 12:42; 23:35; Injil Lukas 1:5; 11:31, 51; Surat Ibrani (Ibrani 5:4).

Referensi

  1. ^ Harris, Stephen L., Understanding the Bible: 2nd Edition. Mayfield: Palo Alto. 1985. p. 188.
  2. ^ Lit., "bagian yang disendirikan di samping"—Παραλειπομένων bentuk kata kepunyaan (genitive) kolektif neuter, plural participle.
  3. ^ a b Recent Studies in Chronicles.
  4. ^ Catholic Encyclopedia.
  5. ^ Japhet, Sara, I & II Chronicles: A Commentary. Louisville: Westminster John Knox Press, 1993. p. 1.
  6. ^ Beentjes, Pancratius C., "Tradition and transformation in the book of Chronicles" (Brill, 2008) p.3
  7. ^ History debated: the historical reliability of Chronicles in pre-critical and critical research, Kai Peltonen.
  8. ^ First and Second Chronicles, Paul K. Hooker, 12.
  9. ^ The Chronicler as historian, Matt Patrick Graham, Kenneth G. Hoglund, Steven L. McKenzie, Raymond B. Dillard, Society of Biblical Literature, p. 81.
  10. ^ Michael D. Coogan, A Brief Introduction to the Old Testament (New York: Oxford, 2009), 361
  11. ^ a b c d Coogan, 2009. 361
  12. ^ Coogan, 2009. 362
  13. ^ Pengantar Alkitab Lembaga Alkitab Indonesia, 2002
  14. ^ The Bible Dictionary: Your Biblical Reference Book, Matthew George Easton, 134.

Pustaka tambahan

Lihat pula

Pranala luar

Terjemahan bahasa lain: