Edward VIII dari Britania Raya

Raja Inggris dan Dominion Inggris, Kaisar India (1936)

Edward VIII (Edward Albert Christian George Andrew Patrick David; 23 Juni 1894 – 28 Mei 1972), kemudian dikenal sebagai Adipati Windsor, adalah Raja Britania Raya dan Dominion dari Kekaisaran Inggris, dan Kaisar India, dari 20 Januari 1936 sampai pengunduran dirinya pada bulan Desember tahun yang sama.[a]

Edward VIII
Kepala Persemakmuran
Adipati Windsor
Edward VIII, 1936
Potret resmi, 1930an
Raja Britania Raya dan Irlandia Utara
Serta wilayah Alam Persemakmuran & Kaisar India
Berkuasa20 Januari 1936 – 11 Desember 1936
(326 hari)
PendahuluGeorge V
PenerusGeorge VI
Perdana Menteri
Lihat daftar
  • Joseph Aloysius Lyons
    William Lyon Mackenzie King
    Éamon de Valera
    Michael Joseph Savage
    James Craig
    J. B. M. Hertzog
    Godfrey Huggins
    Stanley Baldwin
KelahiranPangeran Edward dari York
(1894-06-23)23 Juni 1894
White Lodge
Taman Richmond, Surrey, Inggris, Britania Raya
Kematian28 Mei 1972(1972-05-28) (umur 77)
4 Route Pelatihan Lapangan
Neuilly-sur-Seine, Paris, Prancis
Pemakaman5 Juni 1972
Pasangan
(m. 1937)
Nama lengkap
Edward Albert Christian George Andrew Patrick David
WangsaSachsen-Coburg dan Gotha
(sampai 1917)
Windsor
(dari 1917)
AyahGeorge V
IbuMary dari Teck
Tanda tanganEdward VIII
Karier militer
PengabdianBritania Raya
Dinas/cabang
PenghargaanMilitary Cross

Edward lahir pada masa pemerintahan nenek buyutnya Ratu Victoria sebagai anak tertua dari Duke dan Duchess of York, yang kemudian menjadi Raja George V dan Ratu Mary. Ia diangkat menjadi Pangeran Wales pada ulang tahunnya yang ke-16, tujuh minggu setelah ayahnya menggantikannya sebagai raja. Saat masih muda, Edward bertugas di Tentara Inggris selama Perang Dunia Pertama dan melakukan beberapa tur ke luar negeri atas nama ayahnya. Pangeran Wales memperoleh popularitas karena pesona dan karismanya, dan selera busananya menjadi ciri khas era itu. Setelah perang, perilakunya mulai menimbulkan kekhawatiran; ia terlibat dalam serangkaian hubungan seksual yang membuat khawatir ayahnya dan Perdana Menteri Inggris, Stanley Baldwin.

Setelah ayahnya pada tahun 1936, Edward menjadi raja kedua dari Wangsa Windsor. Raja yang baru itu menunjukkan ketidaksabaran terhadap protokol istana, dan menimbulkan kekhawatiran di kalangan politisi karena ketidakpeduliannya terhadap konvensi konstitusional yang telah ditetapkan. Hanya beberapa bulan setelah ia menjabat, krisis konstitusional terjadi akibat usulannya untuk menikahi Wallis Simpson, seorang warga Amerika yang telah menceraikan suami pertamanya dan sedang berusaha bercerai dari suami keduanya. Perdana Menteri Inggris dan negara-negara Dominion menentang pernikahan tersebut, menyatakan bahwa seorang wanita yang bercerai dengan dua mantan suami yang masih hidup tidak dapat diterima secara politik dan sosial sebagai calon pendamping ratu. Selain itu, pernikahan semacam itu akan bertentangan dengan status Edward sebagai kepala tituler Gereja Inggris, yang pada saat itu tidak menyetujui pernikahan ulang setelah perceraian jika mantan pasangannya masih hidup. Edward tahu bahwa pemerintahan Baldwin akan mengundurkan diri jika pernikahan tersebut dilanjutkan, yang dapat memaksa pemilihan umum dan akan merusak statusnya sebagai raja konstitusional yang netral secara politik. Ketika menjadi jelas bahwa dia tidak bisa menikahi Simpson dan tetap menduduki tahta, dia turun takhta. Ia digantikan oleh adiknya, George VI. Dengan masa pemerintahan selama 326 hari, Edward adalah salah satu masa pemerintahan terpendek.

Setelah turun takhta, Edward diangkat menjadi Duke of Windsor. Ia menikahi Simpson di Prancis pada tanggal 3 Juni 1937, setelah perceraian keduanya menjadi final. Kemudian pada tahun yang sama, pasangan itu melakukan kunjungan ke Jerman Nazi, yang memicu rumor bahwa ia adalah seorang simpatisan Nazi. Selama Perang Dunia Kedua, Edward pertama kali ditempatkan di Misi Militer Inggris di Prancis. Setelah jatuhnya Prancis, ia diangkat menjadi Gubernur Bahama. Setelah perang, Edward menghabiskan sisa hidupnya di Prancis. Ia dan Wallis tetap menikah hingga kematiannya pada tahun 1972; mereka tidak memiliki anak.

Kehidupan awal

sunting
 
Edward (kedua dari kiri) bersama ayahnya dan adik-adiknya (Albert dan Mary), difoto oleh nenek mereka Ratu Alexandra, 1899

Edward lahir pada 23 Juni 1894 di White Lodge, Richmond Park, yang terletak di pinggiran kota London pada masa kekuasaan nenek buyut mereka, Ratu Victoria.[2] Ia adalah putra sulung Adipati dan Istri Adipati York (kemudian menjadi Raja George V dan Ratu Mary). Ayah Edward adalah putra dari Pangeran dan Putri Wales (kemudian menjadi Raja Edward VII dan Ratu Alexandra). Ibu Edward adalah putri sulung Francis, Adipati Teck, dan istrinya Putri Mary Adelaide dari Cambridge. Pada saat kelahirannya, ia berada di urutan ke-3 dalam garis suksesi menuju singgasana, setelah kakek dan ayahnya.

Ia dibaptis dengan nama Edward Albert Christian George Andrew Patrick David di Green Drawing Room yang terletak di White Lodge pada 16 Juli 1894 oleh Edward White Benson, Uskup Agung Canterbury.[N 1][3] Nama-nama yang dipilih adalah untuk menghormati paman Edward yang meninggal saat kecil, dan buyutnya Raja Christian IX dari Denmark. Nama Albert juga diberikan atas permintaan Ratu Victoria yang diambil dari nama suami Ratu Albert, Pangeran Consort, dan empat nama terakhir George, Andrew, Patrick and David diambil dari nama-nama santo pelindung Inggris, Skotlandia, Irlandia dan Wales.[4] Ia dikenal di keluarga dan teman-teman dekatnya dengan nama terakhirnya, David.[5]

Sebagai praktik yang lazim di kalangan bangsawan kelas atas pada saat itu, Edward dan adiknya berada dalam asuhan pengasuh lebih sering daripada orang tuanya. Salah satu pengasuh Edward suka melakukan kekerasan pada Edward. Tangisannya yang terjadi terus menerus membuat Adipati dan Istri Adipati mengusir Edward dan pengasuhnya dari hadapan mereka.[6] Pengasuh tersebut kemudian dipecat setelah perilaku kekerasan tersebut terungkap.

Ayah Edward, meskipun ia menerapkan disiplin yang kasar,[7] namun ia juga seseorang yang penuh kasih sayang,[8] dan ibunya adalah seorang ibu yang suka bermain-main riang dengan anak-anaknya, berbanding terbalik dengan citra publiknya yang dianggap kaku dan dingin. Ia terhibur saat anak-anaknya membuat roti panggang berisi berudu untuk kepala pengajaran mereka yang berasal dari Prancis, sebagai lelucon,[9] dan selalu meminta anak-anaknya untuk menceritakan rahasia-rahasia kepadanya.[10]

Pendidikan

sunting
 
Edward sebagai perwira muda di HMS Hindustan, 1910

Awalnya, Edward memiliki tutor bernama Helen Bricka. Saat orang tuanya bepergian mengunjungi wilayah Imperium Inggris selama hampir sembilan bulan setelah kematian Ratu Victoria pada 1901, Edward muda dan adik-adiknya tetap di Inggris bersama kakek neneknya Ratu Alexandra dan Raja Edward VII, yang sangat menyayangi mereka. Saat orang tuanya kembali, Edward dirawat oleh dua orang, Frederick Finch dan Henry Hansell, yang benar-benar membesarkan Edward dan saudara-saudaranya selama sisa tahun-tahun pengasuhan.[11]

Edward berada di bawah pengajaran ketat Hansell hingga saat ia berusia tiga belas tahun. Tutor pribadinya mengajari bahasa Prancis dan Jerman.[12] Edward lalu menjalani ujian untuk masuk ke Royal Naval College, Osborne, dan masuk kesana pada tahun 1907. Hansell menginginkan Edward untuk masuk ke sekolah lebih awal namun ayah pangeran tidak mengizinkan.[13] Setelah menjalani masa dua tahun pendidikan di Osborne College, yang mana tidak disukai oleh Edward, Edward pindah ke Royal Naval College di Dartmouth. Dua tahun berikutnya, pendaftaran untuk masuk ke AL Inggris sudah direncanakan. Namun ia terserang penyakit gondok. Penyakit ini pula yang membuatnya mandul.[14]

Edward secara otomatis menjadi Adipati Cornwall dan Adipati Rothesay pada 6 Mei 1910 saat ayahnya naik takhta menjadi George V saat kematian Edward VII. Ia lalu dianugerahi gelar Pangeran Wales dan Earl Chester sebulan kemudian pada 23 Juni 1910, saat ulang tahunnya yang ke-16.[15] Persiapan menjadi raja di masa depan dimulai lebih awal, ia ditarik dari pendidikannya di akademi AL lebih awal dari jadwal kelulusannya. Ia lalu ditempatkan sebagai perwira muda di kapal perang Hindustan, dan lalu masuk ke Magdalen College, Oxford, dimana disana, menurut para pembuat biografinya, ia tidak siap secara intelektualitas. Ia adalah penunggang kuda yang handal, ia belajar bermain polo dengan klub di universitas.[16] Ia meninggalkan Oxford setelah delapan kali percobaan, tanpa lulus dengan satupun gelar akademik.[17]

Kehidupan percintaan

sunting
 
Edward pada tahun 1932

Pada tahun 1917, selama Perang Dunia Pertama, Edward memulai hubungan percintaan dengan pelacur Paris Marguerite Alibert (lalu menjadi Marguerite Fahmy), yang menyimpan surat-suratnya saat Edward berselingkuh dengan Freda Dudley Ward.

Perilaku Edward yang sembrono dan gila wanita selama dekade 1920-an dan 1930-an mengkhawatirkan Perdana Menteri Stanley Baldwin, Raja George V, dan mereka yang dekat dengan Pangeran. Raja George V kecewa dengan putranya yang gagal mengendalikan hidupnya, merasa jijik dengan hubungannya dengan wanita yang sudah menikah, dan mengkhawatirkan bilamana nanti takhta sudah jatuh ke tangan nya. "Setelah aku meninggal," kata Raja George V, "anak itu akan menghancurkan hidupnya kurang dari dua belas bulan."[18]

Raja George V lebih menyukai anak keduanya Albert ("Bertie") dan anaknya Elizabeth ("Lilibet"), yang kemudian menjadi Raja George VI dan Ratu Elizabeth II. Ia berkata pada punggawa kerajaan, "Aku berdoa pada Tuhan agar anak sulungku tak pernah menikah dan memiliki anak, dan maka dari itu tidak akan ada aral yang melintang bagi Bertie dan Lilibet dan takhta (Inggris)."[19] Pada tahun 1929, majalah Time melaporkan bahwa Edward pernah menggoda istri Albert, yang bernama sama dengan anaknya Elizabeth (lalu menjadi Ibu Suri Elizabeth), dengan memanggilnya "Ratu Elizabeth". Majalah itu bertanya, apakah ia pernah bertanya-tanya mengenai berapa kebenaran yang terkandung dalam cerita tersebut, dan ia ingat (Edward) akan menanggalkan hak berkuasanya setelah mangkatnya Raja George V – yang mana akan membuat panggilan "Ratu Elizabeth" menjadi nyata.[20]

Pada tahun 1930, Raja George V memberikan pada Edward, Fort Belvedere di Windsor Great Park.[21] Dimana disana, ia melanjutkan hubungannya dengan beberapa wanita yang sudah menikah, termasuk Freda Dudley Ward dan Lady Furness, istri seorang bangsawan Inggris yang berasal dari Amerika Serikat, yang juga mengenalkannya pada kawannya Wallis Simpson. Simpson telah bercerai dengan suami pertamanya, perwira AL Amerika Serikat Win Spencer, pada tahun 1927. Suami keduannya, Ernest Simpson, adalah seorang pengusaha. Wallis Simpson dan Pangeran Wales, lalu diterima oleh publik sebagai sepasang kekasih, sedangkan Lady Furness lalu bepergian ke luar negeri.[22] Hubungan Edward dengan Simpson, bagaimanapun, semakin melemahkan hubungan Edward dengan ayahnya yang memang sudah lemah. Meskipun orang tua Edward telah bertemu Wallis di Istana Buckingham pada tahun 1935,[23] mereka memutuskan untuk tidak menerima Wallis.[24]

Hubungan Edward dengan orang yang pernah bercerai menimbulkan keprihatinan sehingga pasangan ini diikuti oleh anggota Cabang Khusus Kepolisian Metropolitan, yang memeriksa secara rahasia apa yang terjadi dalam hubungan mereka. Sebuah laporan tak bertanggal menunjukkan detil kunjungan pasangan ini ke sebuah toko barang-barang antik, dimana pemilik toko berkata "bahwa wanita tersebut kelihatannya membuat Pangeran Wales ada dalam genggamannya."[25] Memiliki wanita yang berasal dari Amerika Serikat dan sudah pernah bercerai serta masa lalu yang dipertanyakan sebagai pasangan dari pewaris tahkta Inggris menimbulkan kecemasan di kalangan pemerintahan dan tokoh terkemuka negara.[26]

Pangeran Wales

sunting

Edward secara resmi dilantik menjadi Pangeran Wales pada sebuah upacara di Kastel Caernarfon pada 13 Juli 1911.[27] Pelantikan ini bertempat di Wales, berdasarkan dorongan dari politisi Wales David Lloyd George, Penjaga Kastil dan Menteri Keuangan (Inggris : Chancellor of the Exchequer) di kalangan pemerintah Liberal.[28] Lloyd George merancang upacara yang terbilang mewah dengan gaya Wales. Selain itu ia juga melatih Edward untuk berbicara beberapa kata dalam Bahasa Wales.[29]

 
Edward saat Perang Dunia Pertama

Saat Perang Dunia I pecah pada tahun 1914, Edward telah mencapai usia minimum untuk berpartisipasi dalam kedinasan perang dan bersemangat akan itu.[30] Ia bergabung pada satuan Grenadier Guards pada Juni 1914, dan meskipun Edward berkeinginan untuk bertempur di garis depan, Menteri Peperangan Lord Kitchener menolak keinginan tersebut, karena menurutnya akan sangat berbahaya jika pewaris takhta ditangkap oleh musuh.[31] Meskipun begitu, Edward menyaksikan sendiri medan perang parit dan sangat sering mengunjungi garis depan, maka dari itu ia dianugerahi Salib Militer pada tahun 1916. Perannya di dalam perang, walaupun terbatas, membuatnya populer di kalangan para veteran.[32] Ia melakukan penerbangan militer pertamanya pada tahun 1918, lalu kemudian memperoleh lisensi pilotnya.[33]

Adik Edward paling muda, Pangeran John, meninggal pada 18 Januari 1919 saat usianya masiih 13 tahun setelah menderita epilepsi.[34] Edward, yang berusia 11 tahun lebih tua dan dikenal menyayanginya, melihat kematian ini sebagai "lebih dari hal yang disesali".[35] Ia menuliskan sebuah surat yang mengatakan bahwa "(dia telah) menceritakan tentang adiknya tersebut dan bagaimana adiknya adalah seorang penderita epilepsi. (John) sendiri diam (mengenai keadaanya) selama 2 tahun terakhir, dan tidak ada yang pernah melihatnya (seperti itu) kecuali keluarganya, dan keadaan itu hanya berlangsung dua kali setahun. Anak malang ini telah diperlakukan seperti binatang daripada seharusnya." Edward juga menulis surat kepada ibunya terutama saat setelah kematian John.[36] Ia tidak menjawab, tetapi ia merasa memiliki tanggungan untuk menulis permintaan maaf pada ibunya tersebut, dimana ia menuliskan: "Aku merasa berhati dingin dan tidak bersimpatik dengan menulis semua ini ... Tidak ada yang lebih mengetahui selain Ibu bagaimana Johnnie kecil yang malang sangat berarti bagiku yang sangat mengenalnya ... Aku merasa kasihan padamu, Mama sayang, yang juga ibunya (John)."[35]

 
Lukisan diri yang dibuat Reginald Grenville Eves, sekitar 1920

Selama dekade 1920-an, Edward, sebagai Pangeran Wales, mewakili ayahnya baik di Inggris maupun ke luar negeri dalam berbagai kesempatan. Penampilan dan statusnya yang belum menikah membuatnya mendapat banyak perhatian dari khalayak umum. Ia adalah selebriti yang paling sering difoto saat itu.[37] Ia memiliki perhatian pada ilmu pengetahuan pada 1926 dan menjadi presiden British Association for the Advancement of Science saat almamaternya, Universitas Oxford, menggelar pertemuan tahunan.[38]

Edward terlibat dalam sekitar 16 tur ke daerah yang dilanda kemiskinan di penjuru Imperium Britania pada periode antara 1919 hingga 1935.[39] Pada sebuah tur di Kanada pada tahun 1919, ia membeli peternakan Bedingfield, di dekat Pekisko, Alberta,[40] dan pada tahun 1924, ia mendonasikan Trofi Pangeran Wales kepada National Hockey League.[41] Pada tahun 1929 Sir Alexander Leith, tokoh terkemuka Partai Konservatif di Inggris Utara, mengajaknya dalam kunjungan ke tambang batubara di County Durham dan Northumberland selama tiga hari, dimana di daerah-daerah tersebut banyak terdapat pengangguran.[42] Dari Januari hingga April 1931, Pangeran Wales dan adiknya Pangeran George bepergian sejauh 18.000 mil (29.000 km) dalam tur ke Amerika Selatan, dengan menaiki kapal Oropesa,[43] dan kembali lewat Paris dengan penerbangan Imperial Airways dari Bandar Udara Le Bourget yang mendarat secara spesial di Windsor Great Park.[44][45]

Meskipun Edward sering bepergian, Edward memiliki pandangan rasis terhadap orang asing dan beranggapan bahwa kalangan kulit putih lebih superior.[46] Pada tahun 1920, saat berkunjung ke Australia, ia menulis tentang penduduk asli Australia: "mereka adalah bentuk paling menjijikan dari makhluk hidup yang pernah kulihat!! Mereka adalah bentuk terrendah dari umat manusia dan merupakan sesuatu yang lebih mirip dengan kera."[47]

Pada tahun 1919, ia menyetujui menjadi Presiden dari panitia pelaksana dari British Empire Exhibition di Wembley Park, di barat laut London. Ia berkeinginan eksebisi ini juga menjadi cikal bakal dibangunnya "gelanggang olahraga besar nasional", sehingga dibangunlah Stadion Wembley Lama.[48]

Masa kekuasaan

sunting
 
Edward VIII dikelilingi oleh bentara College of Arms saat Upacara Pembukaan Parlemen satu-satunya yang pernah dilakukannya, 3 November 1936.

Raja George V mangkat pada 20 Januari 1936, dan Edward menggantikannya sebagai Raja Edward VIII. Keesokan harinya, ia ditemani oleh Simpson, melanggar kebiasaan kerajaan dengan menonton pengumuman naik takhtanya dari jendela Istana St James.[49] Ia menjadi penguasa monarki Imperial Britania Raya pertama yang menerbangkan pesawat dari Sandringham ke London untuk menuju ke Dewan Aksesi nya.[12]

Edward menyebabkan kegelisahan di lingkup pemerintah karena ia melakukan apa yang dianggap "campur tangan dalam ranah politik". Komentar-komentar yang ia lontarkan di dalam turnya ke desa-desa yang mengalami depresi di Wales Selatan dengan menyatakan "sesuatu harus dilakukan"[12] untuk para penambang batu bara disana dianggap sebagai percobaan menggurui kebijakan pemerintah, walaupun tidak pernah dijelaskan apa yang dimaksud dengan "sesuatu harus dilakukan" tersebut. Para menteri enggan mengirim surat-surat kenegaraan dan dokumen rahasia ke Fort Belvedere, tempat Edward tinggal karena Edward cenderung mengabaikannya, dan karena Wallis Simpson dan tamu-tamu lain sering ada disana dikhawatirkan dokumen-dokumen dan surat-surat tersebut terbaca oleh mereka dan membahayakan rahasia negara.[50]

Pendekatan Edward yang tidak biasa juga terdapat pada keputusan penggambaran dirinya dalam uang koin kerajaan. Ia melanggar tradisi dimana arah gambar penguasa monarki dalam uang koin harus berlawanan dengan gambar koin penguasa sebelumnya. Ia bersikeras bahwa gambarnya dalam koin tersebut menghadap kiri (sama seperti ayahnya),[51] untuk menampilkan garis di rambutnya.[52] Namun koin ini hanya pernah dicetak sedikit saja hingga saat ia turun takhta, sehingga koin-koin tersebut sangat langka.[53] Pada masa George VI menggantikannya sebagai raja, wajahnya dihadapkan ke kiri mengikuti tradisi, dan koin-koin yang menampilkan Edward maka wajah Edward dihadapkan ke kanan.[54]

 
Gambar koin Edward VIII yang menghadap ke kiri

Pada 16 Juli 1936, seorang pengkhianat asal Irlandia bernama Jerome Bannigan, alias George Andrew McMahon, memegang pistol revolver yang terisi penuh saat Edward mengendarai kuda di Constitution Hill, di dekat Istana Buckingham. Polisi berhasil merebut dan menodongkan pistol tersebut ke arah Bannigan; lalu ia ditangkap. Saat persidangan. Bannigan menuduh "pihak luar negeri" menyuruhnya untuk membunuh Edward, dan ia telah menginformasikan rencana ini kepada MI5, dan ia berkata tujuannya menceritakan hal ini pada MI5 agar mereka dapat mengungkap pelaku yang sebenarnya. Pengadilan menolak klaim ini dan memenjarakan Bannigan selama 1 tahun.[55] Diperkirakan Bannigan memang melakuan kontak dengan MI5, namun tuduhan-tuduhan lain dalam klaimnya masih dipertanyakan.[56]

Pada bulan Agustus dan September, Edward dan Simpson berlayar di Mediterania Timur menaiki yacht Nahlin. Saat bulan Oktober menjadi jelas bahwa raja baru ini berniat menikahi Simpson, terutama saat pengajuan cerai diberikan kepada Pengadilan di Ipswich.[57] Meskipun gosip-gosip mengenai hal ini sudah tersebar luar di Amerika Serikat, pers Inggris tidak memberitakannya sehingga publik baru mengetahui hal ini pada awal Desember.[58]

Turun takhta

sunting
 
Edward VIII dan Wallis Simpson pada saat liburan di kawasan Mediterania, 1936

Pada 16 November 1936, Edward mengundang Perdana Menteri Baldwin ke Istana Buckingham dan mengungkapkan keinginannya menikahi Wallis Simpson saat ia sudah bisa dinikahi lagi. Baldwin lalu mengungkapkan bahwa niat pernikahan ini tidak dapat diterima secara moral agama, karena menurut aturan Gereja Inggris menikahi seseorang yang sudah pernah bercerai adalah terlarang, dan karena hal itu maka rakyat tidak akan menerima Simpson sebagai ratu.[59] Sebagai raja, Edward adalah kepala Gereja, dan para rohaniwan berharap kepadanya agar mendukung ajaran-ajaran Gereja. Uskup Agung Canterbury, Cosmo Gordon Lang, sangat vokal bersikeras bahwa Edward harus turun takhta jika ingin melanjutkan niatnya.[60]

Edward mengajukan solusi alternatif yaitu pernikahan tangan kiri, dimana setelah menikah ia akan tetap menjadi raja namun Wallis Simpson tidak akan menjadi permaisuri. Simpson akan tetap diberi gelar yang secara posisi dibawah permaisuri, dan anak-anak yang mereka punya tidak akan mewarisi takhta raja. Solusi ini didukung secara pribadi oleh politisi senior Winston Churchill, dan beberapa sejarawan mengungkapkan bahwa ia sudah merancang rencana dari solusi tersebut.[60] Pada beberapa kesempatan solusi ini ditolak oleh Kabinet Britania Raya[61] dan gubernur-gubernur dominion.[62] Pandangan penolakan ini didasarkan pada Undang-Undang Westminster 1931, yang menyatakan "semua perubahan hukum mengenai suksesi kerajaan, gelar dan gaya kerajaan harus mendapat persetujuan dari Parlemen Inggris dan Parlemen-parlemen Dominion."[63] Perdana Menteri Australia Joseph Lyons, PM Kanada Mackenzie King dan PM Afrika Selatan JBM. Hertzog secara jelas bersikap menolak rencana Raja menikahi seseorang yang telah bercerai;[64] perwakilan Inggris di Irlandia, Éamon de Valera bersikap tidak peduli dan Perdana Menteri Selandia Baru, Michael Joseph Savage, tidak pernah mendengar tentang Simpson, sehingga meragukan rencana tersebut karena ketidakpercayaannya.[65] Berhadapan dengan hal ini, Edward merespon dengan berkata "di Australia tidak terlalu banyak orang" dan opini mereka tidak perlu dipertimbangkan.[66]

Edward lalu berkata pada Baldwin bahwa ia akan turun takhta jika ia tidak bisa menikahi Simpson. Baldwin lalu datang kepada Edward dengan tiga pilihan: membatalkan rencana pernikahan; tetap menikah dan melawan keinginan para menterinya; atau turun takhta.[67] Jelas Edward tidak ingin membatalkan pernikahan dengan Simpson, dan ia tahu jika ia melawan keinginan para menterinya maka akan menyebabkan pemerintahan membubarkan diri dan menyebabkan krisis konstitusional.[68] Ia memilih untuk turun takhta.[69]

Edward menandatangani dokumen-dokumen[N 2] turun takhta di Fort Belvedere pada 10 Desember 1936 di hadapan adik-adik laki-lakinya: Pangeran Albert, Adipati York, yang berada di urutan selanjutnya dalam garis suksesi; Pangeran Henry, Adipati Gloucester; dan Pangeran George, Adipati Kent.[70] Dokumen tersebut berisi klausa: "mendeklarasikan tekad bulat saya untuk menanggalkan takhta ini untuk saya sendiri dan untuk keturunan saya dan keinginan saya yang mempengaruhi turun takhta saya akan dicantumkan dalam dokumen turun takhta ini sesegera mungkin".[71] Esoknya, tugas terakhirnya sebagai raja adalah melakukan pengesahan kerajaan terhadap Dekalrasi Yang Mulia dalam Undang-undang Turun Takhta 1936. Sebagaimana dibutuhkan dalam Undang-undang Westminster, semua Dominion sudah menyetujui proses turun takhta ini.[72]

Pada malam tanggal 11 Desember 1936, Edward, yang sudah kembali menjadi pangeran, menjelaskan keputusannya turun takhta melalui siaran radio yang disiarkan ke seluruh dunia. Kata-katanya yang cukup terkenal adalah, "Saya merasakan bahwa tidak mungkin bagi saya untuk mengemban tanggung jawab yang berat dan menjalankan tugas sebagai raja tanpa dukungan dari wanita yang saya cintai." Ia menambahkan "keputusan ini benar-benar dari saya sendiri ... Dan orang-orang lain yang terlibat telah berusaha dengan sekuat tenaga mencoba membujuk saya untuk mengambil jalan lain".[73] Edward lalu pergi dari Inggris menuju Austria esok harinya; ia tidak dapat berkumpul dengan Simpson hingga proses perceraiannya sudah beres, beberapa bulan kemudian.[74] Adiknya, Adipati York, kemudian menggantikannya sebagai Raja George VI. Putri sulung George VI, Putri Elizabeth, menjadi pewaris sementara.

Adipati Windsor

sunting

Pada 12 Desember 1936, pada pertemuan aksesi di Dewan Penasihat Paling Terhormat Yang Mulia, George VI mengumumkan memberikan gelar kepada kakaknya sebagai "Adipati Windsor" dengan gaya Yang Mulia Kerajaan.[75] Ia ingin ini menjadi titah pertamanya sebagai raja, walaupun dokumen resminya baru disahkan sampai 8 Maret pada tahun berikutnya. Selama masa itu, Edward dikenal dengan nama Adipati Windsor. Keputusan Raja George VI memberi gelar Edward sebagai adipati kerajaan untuk memastikan agar Edward tidak dapat mengikuti pemilihan umum Dewan Rakyat atau berbicara politik di Dewan Bangsawan.[76]

Surat paten tertanggal 27 Mei 1937, menegaskan "gelar, gaya, atau atribut Yang Mulia Kerajaan" kepada Adipati Windsor, namun secara spesifik menyatakan bahwa "istri dan keturunannya, jika ada, tidak dapat memakai gelar dan atribut tersebut". Beberapa menteri berpendapat bahwa konfirmasi mengenai gelar ini sudah tidak diperlukan karena raja yang turun takhta akan menjadi pangeran dengan gaya gelar yang disandangnya, dan istrinya akan otomatis memperoleh gaya gelar "Yang Mulia Kerajaan" karena menikah dengan seorang pangeran kerajaan. Pendapat yang lain menyebutkan bahwa karena turun takhta ia sudah kehilangan semua pangkat dan gelar dari kerajaan dan ia sepatutnya hanya disebut "Tn. Edward Windsor". Pada 14 April 1937, Jaksa Agung Sir Donald Somervell menyampaikan memorandum kepada Menteri Dalam Negeri Sir John Simon, yang berisi pandangan Hakim Agung T. M. Cooper, Konsul Parlemen Sir Granville Ram, dan dirinya:

  1. Kami cenderung pada pandangan bahwa setelah turun takhta Adipati Windsor tidak dapat secara sepihak mengklaim gaya gelar "Yang Mulia Kerajan". Dengan kata lain, tidak akan ada alasan keberatan yang berarti jika Raja sudah memutuskan jika ketika ia dikeluarkan dari garis suksesi juga mengeluarkannya dari hak atas gaya gelarnya seperti yang tercantum dalam Surat Paten yang ada.
  2. Namun pertanyaan tersebut harus dipertimbangkan berdasarkan fakta bahwa, untuk alasan yang mudah dipahami, ia dengan persetujuan tegas dari Yang Mulia menikmati gelar ini dan telah disebut sebagai Yang Mulia pada kesempatan formal dan dalam dokumen formal . Dalam terang preseden, tampak jelas bahwa istri dari Yang Mulia menikmati gelar yang sama kecuali jika beberapa langkah ekspresif yang tepat dapat dan diambil untuk menghilangkannya.
  3. Kami sampai pada kesimpulan bahwa istri tidak dapat mengklaim hak ini atas dasar hukum apa pun. Hak kami untuk menggunakan gaya atau gelar ini, dalam pandangan kami, berada dalam hak prerogatif Yang Mulia dan ia memiliki kekuatan untuk mengaturnya oleh Paten Surat pada umumnya atau dalam keadaan tertentu.[77]
 
Château de Candé, lokasi pernikahan Adipati dan Istri Adipati Windsor

Adipati Windsor lalu menikahi Simpson, yang telah mengganti namanya menjadi Wallis Warfield, dalam upacara pernikahan yang privat pada 3 Juni 1937, di Château de Candé, di dekat Tours, Prancis. Saat Gereja Inggris menolak untuk memberikan pemberkatan, seorang pastur dari County Durham, Robert Anderson Jardine (Vikaris Santo Paulus, Darlington), menawarkan diri untuk melakukan pemberkatan dan Adipati WIndsor setuju. George VI melarang semua anggota keluarga kerajaan hadir di upacara tersebut,[78] sebagai bentuk penolakannya terhadap Adipati dan Istri Adipati Windsor. Edward sendiri secara khusus menginginkan adik-adiknya Adipati Gloucester dan Adipati Kent serta sepupunya Lord Louis Mountbatten menghadiri upacara pernikahannya.[79]

Penolakan atas gaya gelar Yang Mulia Kerajaan ini menyebabkan konflik berlanjut, seperti halnya masalah keuangan. Pemerintah menolak untuk memasukkan Adipati dan Istri Adipati ke dalam Catatan Sipil, dan tunjangan terhadap Adipati Windsor dibayar secara pribadi oleh Raja George VI. Adipati Windsor mengkompromikan posisinya dengan Raja dengan menyembunyikan sejauh mana nilai keuangannya ketika mereka secara informal menyetujui jumlah uang saku tersebut. Kekayaan Edward dihitung dari pendapatannya dari Kadipaten Cornwall yang membayar upeti kepada Pangeran Wales. George VI juga membayar Edward atas Sandringham House dan Istana Balmoral, yang merupakan properti pribadi Edward, yang diwariskan dari ayahnya (Raja George V) dan tidak otomatis diwariskan kepada George VI saat aksesinya.[80] Pada awal-awal kekuasaan George VI, Adipati Windsor menelpon ke istana setiap hari, meminta uang dan meminta agar Istri Adipati diberi gelar "Yang Mulia Kerajaan". Raja lalu memerintahkan tidak menerima panggilan telepon tersebut.[81]

Hubungan antara Adipati Windsor dan anggota keluarga kerajaan yang lainnya menegang selama beberapa dekade. Adipati Windsor berasumsi bahwa ia akan kembali tinggal di Inggris setelah diasingkan setahun dua tahun di Prancis. Raja George VI (didukung oleh Ratu Mary dan istrinya Ratu Elizabeth) mengancam akan memotong tunjangan untuk Edward jika ia kembali ke Inggris tanpa undangan.[80] Edward lalu menjadi sakit hati pada ibunya sendiri, dan menulis surat kepadanya pada tahun 1939: "[surat terakhirmu][N 3] merusak semua perasaan baik yang tersisa kepadamu ... dan membuat untuk selanjutnya kegiatan surat-menyurat ini tidak bisa berlanjut."[82]

Perang Dunia Kedua

sunting
 
Edward menginspeksi pasukan SS bersama Robert Ley, 1937
 
Adipati dan Istri Adipati berada di kediaman pegunungan Hitler di Berchtesgaden yanag terletak di Alpen Bavaria, 1937

Pada Oktober 1937, Adipati dan Istri Adipati mengunjungi Jerman Nazi, mengabaikan nasihat Pemerintah Inggris, dan bertemu Adolf Hitler di Berghof, kediamannya di Bavaria. Kunjungan ini dipublikasikan secara luas oleh media-media Jerman. Selama kunjungan Adipati memberikan penghormatan ala Nazi.[83] Berdasarkan penyusun biografi kerajaan Andrew Morton Di Jerman, "mereka disambut seperti Raja ... para bangsawan membungkuk dan berlutut padanya (Wallis), dan ia diperlakukan dengan hormat dan status seperti yang selalu diinginkan Adipati,".[84]

Mantan duta besar Austria, Count Albert von Mensdorff-Pouilly-Dietrichstein, yang merupakan sepupu jauh Raja George V, mempercayai bahwa Edward mengagumi fasisme Jerman sebagai benteng melawan komunisme, dan bahkan ia lebih suka jika harus beraliansi dengan Jerman.[85] Adipati Windsor berkeyakinan, pengalaman "horor tak berujung"[86] selama Perang Dunia Pertama membuatnya mendukung upaya penenteraman. Hitler menganggap Edward ramah terhadap Jerman dan berpikir bahwa Hubungan Anglo-Jerman dapat diperbaiki lewat Edward jika ia tidak pernah turun takhta. Albert Speer menyitir perkataan Hitler: "Aku yakin hubungan baik yang permanen akan terjalin. Jika dia tetap menjadi Raja. Turun takhtanya adalah kehilangan yang besar untuk kita."[87]

Adipati dan Istri Adipati tetap tinggal di Prancis. Pada Mei 1939, Adipati bertugas untuk berbicara di radio NBC[88] (pertama kali sejak ia turun takhta) mengenai kunjungannya ke Verdun. Dalam pidatonya tersebut ia menginginkan perdamaian, dengan berkata "Saya sadar sepenuhnya (pernah melihat) akan sekelompok mayat teronggok, dan saya yakin mampu menyuarakan suara mereka agar didengar melalui kata-kata yang akan saya katakan. Saya berbicara atas nama prajurit dari Perang Terakhir yang berdoa dengan sungguh-sungguh agar kekejaman dan kegilaan seperti tidak pernah lagi terlintas dalam pikiran manusia. Tidak ada sejengkal tanahpun yang penduduk diatasnya menginginkan perang." Siaran ini diperdengarkan kepada jutaan orang di seluruh dunia.[89][90] Pidato ini dipandang luas bertujuan untuk mendukung penentraman,[91] dan BBC menolak menyiarkannya.[88] Siaran ini disiarkan keluar Amerika Serikat melalui radio gelombang pendek[92] dan muncul dalam berita-berita koran berbahasa Inggris.[93]

Disaat Perang Dunia II pecah pada September 1939, Adipati dan Istri Adipati dibawa kembali ke Inggris oleh Louis Mountbatten menaiki HMS Kelly, dan Edward, meskipun ia adalah seorang marsekal lapangan, ia dijadikan mayor jenderal yang ditempatkan untuk Misi Militer Britania di Prancis.[12] Pada Februari 1940, duta besar Jerman di Den Haag, Count Julius von Zech-Burkersroda, mengklaim bahwa Adipati membocorkan rencana perang Sekutu untuk mempertahankan Belgia,[94] yang mana disangkal oleh Adipati.[95] Saat Jerman menginvasi bagian utara Prancis pada Mei 1940, Adipati dan istrinya pergi ke selatan, awalnya ke Biarritz, lalu ke Francoist Spain pada bulan Juni. Pada bulan Juli pasangan ini pindah ke Portugal, dimana mereka tinggal di rumah Ricardo Espírito Santo, seorang bankir Portugal yang memiliki kontak baik kepada Inggris maupun Jerman.[96] Dengan nama sandi Operasi Willi, agen Nazi, Walter Schellenberg, melakukan operasi yang tidak berhasil dengan misi mengajak Adipati meninggalkan Portugal dan kembali ke Spanyol, atau menculiknya bila perlu.[97] Lord Caldecote menulis sebuah peringatan kepada Winston Churchill, yang saat itu menjadi perdana menteri: "[Adipati] dikenal sebagai pro-Nazi dan ia bisa jadi merupakan pusat dari permainan ini."[98] Maka dari itu, Churchill mengancam Adipati dengan peradilan militer jika ia tidak kembali ke Inggris.[99]

Pada Juli 1940, Edward ditunjuk sebagai Gubernur Bahama. Adipati dan Istri Adipati meninggalkan Lisboa pada 1 Agustus menaiki kapal uap American Export Lines steamship Excalibur, yang secara khusus berbelok dari tujuan sebenarnya ke New York City sehingga mereka berdua dapat berlabuh di Bermuda pada tanggal 9.[100] Mereka meninggalkan Bermuda menuju ke Nassau dengan menggunakan kapal uap Kanada Lady Somers pada 15 Agustus, dan tiba dua hari kemudian.[101] Adipati tidak menikmati jabatannya sebagai gubernur dan menyebut Bahama sebagai "koloni Inggris untuk kalangan kelas tiga".[102] Kementerian Luar Negeri Inggris secara keras melarang rencana Adipati dan istrinya berlayar dengan yacht milik seorang tokoh Swedia, Axel Wenner-Gren, yang mana berdasarkan pengamatan intelijen Inggris dan Amerika merupakan teman dekat komandan Luftwaffe, Hermann Göring, walaupun tuduhan ini tak pernah terbukti.[103] Adipati dipuji atas usahanya mengatasi kemiskinan di pulau tersebut, meskipun ia menghina orang-orang Bahama sebagai orang-orang yang paling "tidak putih" di seluruh imperium Inggris. Ia berkata tentang Étienne Dupuch, editor Nassau Daily Tribune: "Harus diingat bahwa Dupuch lebih dari setengah Negro, dan karena mentalitas yang tak seimbang dalam perlombaan ini, mereka itu tidak dapat bangkit ke permukaan tanpa kehilangan keseimbangan."[104] Ia dipuji, bahkan oleh Dupuch, atas resolusinya mengenai kerusuhan sipil yang disebabkan rendahnya pengupahan di Nassau pada tahun 1942, meskipun ia menyalahkan masalah ini kepada "pembuat onar – komunis" dan "orang-orang keturunan Yahudi Eropa Tengah, yang mengamankan pekerjaan untuk menghindari perekrutan tentara perang".[105] Ia mengundurkan diri dari jabatan ini pada 16 Maret 1945.[12]

Banyak sejarawan percaya bahwa Hitler mempersiapkan Edward kembali menjadi raja dengan harapan dapat mengembangkan fasisme di Inggris.[106] Karena dipercaya luas Adipati dan istrinya bersimpati pada gerakan fasisme sebelum dan selama Perang Dunia Kedua, dan mereka dipindahkan ke Bahama untuk meminimalisasi gerak mereka. Pada tahun 1940 ia berkata: "Pada sepuluh tahun terakhir Jerman telah sepenuhnya mengatur ulang tatanan masyarakatnya... Negara yang tidak berkeinginan melakukan reorganisasi dan bentuk pengorbanannya yang seperti itu harus meletakkan kebijakan negara sesuai keadaan itu."[107] Selama pendudukan Prancis, Adipati memerintahkan pasukan Jerman untuk berjaga di kediamannya di Paris dan Riviera.[108] Pada Desember 1940, Adipati diwawancarai oleh Fulton Oursler dari majalah Liberty di rumah dinas Gubernur di Nassau. Oursler menyampaikan isi wawancara tersebut kepada Presiden AS dalam pertemuan tertutup di Gedung Putih pada 23 Desember 1940.[109] Wawancara ini dipublikasikan pada 22 Maret 1941 dan dalam wawancara tersebut dilaporkan Adipati mengungkapkan "(apa yang dilakukan) Hitler adalah benar dan ia adalah pemimpin yang logis bagi orang Jerman" dan kemudian tiba waktunya bagi Presiden Franklin D. Roosevelt untuk memediasi perdamaian. Adipati memprotes bahwa pernyataannya telah dipelintir dan mengalami misinterpretasi.[110]

Pihak sekutu menjadi terganggu oleh Jerman yang terus berhubungan dengan Adipati, maka dari itu Presiden Roosevelt memerintahkan pengawasan rahasia pada Adipati dan Istri Adipati saat mereka berkunjung ke Palm Beach, Florida, pada April 1941. Duke Carl Alexander dari Württemberg (kemudian menjadi biarawan di sebuah biara di Amerika Serikat) bercerita pada FBI bahwa Istri Adipati Wallis tidur dengan duta besar jerman di London, Joachim von Ribbentrop, pada tahun 1936, dan tetap berkontak dengannya dan membocorkan rahasia.[111]

Penulis Charles Higham mengklaim bahwa Anthony Blunt, seorang agen MI5 dan mata-mata Soviet, bertindak atas perintah dari keluarga kerajaan Inggris, melakukan perjalanan rahasia ke Schloss Friedrichshof di Jerman menjelang akhir perang untuk mengambil surat-surat sensitif antara Adipati Windsor dengan Adolf Hitler dan petinggi Nazi lainnya.[112] Yang mana Raja George VI mengirim Pustakawan Kerajaan, Owen Morshead, yang ditemani oleh, yang bekerja paruh waktu di Perpustakaan Kerajaan tetap sebagai intelijen, menuju Friedrichshof pada bulan Maret 1945 untuk mengamankan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan Permaisuri Kaisar Victoria, putri sulung Ratu Victoria. Para penjarah telah mencuri arsip-arsip di kastil tersebut, termasuk surat-surat antara Putri dengan Ratu, dan barang berharga lain, beberapa diantaranya ditemukan di Chicago setelah perang. Dokumen-dokumen tersebut diselamatkan oleh Morshead dan Blunt, dan yang ditemukan oleh pihak Amerika di Chicago dikembalikan lagi ke Inggris dan diletakkan ke Royal Archives.[113] Pada akhir dekade 1950-an, dokumen-dokumen ditemukan oleh pasukan Amerika Serikat di Marburg, Jerman, pada Mei 1945. Dokumen-dokumen ini diberi judul Berkas Marburg, berisi surat-surat yang menguatkan teori bahwa Adipati bersimpati dengan ideologi Nazi.[114][115]

Setelah perang, Adipati mengakui dalam memoarnya bahwa ia mengagumi Jerman, namun ia menyangkal jika ia adalah seorang yang pro-Nazi. Mengeni Hitler ia menulis: "(sang) Führer menurut saya adalah sosok yang agak konyol, dengan postur dan penampilannya yang bombastis."[116] Pada dekade 1950-an, jurnalis Frank Giles mendengar Adipati menyalahkan Menteri Luar Negeri Inggris Anthony Eden karena menurutnya ia mempercepat perang karena perlakuannya kepada Mussolini, "itu yang telah [Eden] lakukan, ia membuat perang datang ll lebih cepat ... dan tentu juga Roosevelt dan orang-orang Yahudi".[117] Selama dekade 1960-an, Adipati berbicara secara rahasia kepada temanya Patrick Balfour, Baron Kinross ke-3, "Saya tidak pernah berpikir Hitler adalah orang yang buruk."[118]

Kehidupan selanjutnya

sunting
 
Adipati Windsor pada tahun 1945

Setelah perang usai, pasangan ini kembali ke Prancis dan melewatkan sisa hidup disana. Adipati Windsor tidak pernah memegang peran resmi lain. Kegiatan surat-menyurat antara Adipati dan Kenneth de Courcy, bertahun antara 1946 hingga 1949, muncul di Perpustakaan Amerika Serikat pada tahun 2009. Surat tersebut berisi saran dan rencana membuat Adipati Windsor kembali ke Inggris dan menjadi wali dari monarki Inggris. Kesehatan Raja George VI menurun drastis dan de Courcy mengkhawatirkan pengaruh dari Keluarga Mountbatten terhadap Putri Elizabeth muda. De Courcy menyarankan kepada Adipati untuk membeli tanah pertanian yang tidak jauh dari London sehingga ia bisa meraih perhatian publik dan menggantikan Raja ketika kesehatannya sudah membuatnya tidak mampu mengemban tugasnya. Adipati Windsor, ragu-ragu akan saran itu dan Raja kembali pulih setelah menjalani operasi pengangkatan paru-parunya.[119]

Tunjangan bagi Adipati diperoleh dari bantuan pemerintah dan perdagangan mata uang secara ilegal.[12][120][121] Pemerintah Kota Paris menyediakan sebuah rumah bagi Adipati di 4 route du Champ d'Entraînement, di sisi Neuilly-sur-Seine dari Bois de Boulogne, dengan biaya sewa tertentu.[122] Pemerintah Prancis membebaskannya dari membayar pajak penghasilan,[120][123] dan pasangan Adipati dan istrinya dapat membeli kebutuhan sehari-hari tanpa pajak lewat Kedutaan Inggris dan komisariat militer.[123] Pada tahun 1952 mereka membeli dan merenovasi hunian pedesaan, Le Moulin de la Tuilerie di Gif-sur-Yvette, untuk kunjungan pada akhir pekan. Properti tersebut menjadi satu-satunya properti yang mereka miliki sendiri.[124] Pada tahun 1951, Adipati membuat sebuah memoar secara anonim berjudul A King's Story, yang mana ia mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap politik liberal.[28] Royalti dari memoar tersebut ditambahkan ke dalam pendapatannya.[120] Sembilan tahun kemudian, ia menulis buku, A Family Album yang kurang dikenal, isi buku tersebut kebanyakan membahas mode berpakaian di lingkungan keluarga kerajaan dari masa kekuasaan Ratu Victoria dan masa ayahnya dan seleranya sendiri.

Adipati dan Istri Adipati adalah selebritis dan pernah menjadi bagian dari café society pada dekade 1950-an hingga 1960-an. Mereka menggelar pesta di Paris dan New York; Gore Vidal, yang pernah bertemu dengan mereka, bercerita tentang percakapan dengan Adipati yang cenderung tidak berisi.[125] Dan pasangan ini menyayangi anjing pug yang mereka pelihara.[126]

Pada Juni 1953, alih-alih hadir dalam penobatan Ratu Elizabeth II, keponakannya, di London, Adipati dan Istri Adipati menonton prosesi tersebut lewat televisi di Paris. Adipati berkata bahwa merupakan sebuah preseden yang buruk jika seorang pemangku monarki atau mantan pemangku monarki hadir dalam penobatan pemangku monarki yang lain. Ia dibayar untuk menulis artikel mengenai upacara penobatan tersebut untuk Sunday Express dan Woman's Home Companion, dan juga menulis sebuah buku berjudul, The Crown and the People, 1902–1953.[127]

 
President AS Richard Nixon bersama Adipati dan Istri Adipati Windsor pada tahun 1970

Pada tahun 1955, pasangan ini mengunjungi Presiden Dwight D. Eisenhower di Gedung Putih. Pasangan ini juga muncul dalam acara wawancara televisi Person to Person yang dibawakan oleh Edward R. Murrow pada tahun 1956,[128] dan wawancara BBC sepanjang 50 menit pada tahun 1970. Pada tahun tersebut Presiden Richard Nixon mengundang mereka sebagai tamu kehormatan pada jamuan makan malam di Gedung Putih.[129]

Keluarga kerajaan tidak pernah secara sepenuhnya menerima Istri Adipati Wallis. Ratu Mary menolak menerimanya secara formal. Namun begitu, Edward beberapa kali bertemu ibunya dan saudaranya, George VI; ia menghadiri pemakaman George pada tahun 1952. Ratu Mary tetap marah dengan Edward dan pernikahannya dengan Wallis: "Menyerahkan ini hanya untuk itu", kata Ratu Mary.[130] Pada tahun 1965 Adipati dan Istri Adipati kembali ke London. Mereka mengunjungi Ratu Elizabeth II, adik iparnya Putri Marina, Istri Adipati Kent, dan adiknya Mary, Putri Royal dan Putri dari Harewood. Seminggu kemudian, Putri Royal meninggal dan mereka menghadiri pemakamannya. Pada tahun 1967 mereka bergabung dengan keluarga kerajaan dalam kesempatan ulang tahun seabad Ratu Mary. Upacara kerajaan terkahir yang ia hadiri adalah pemakaman Putri Marina pada tahun 1968.[131] Ia menolak undangan Ratu Elizabeth II untuk menghadiri pelantikan Pangeran Wales pada tahun 1969, dengan berkata bahwa Pangeran Charles tidak akan mau "kakek-pamannya yang tua" ada disana.[132]

Pada dekade 1960-an, kesehatan Adipati menurun. Pada bulan Desember 1964 Michael E. DeBakey mengoperasinya di Houston karena terdapat aneurisma di pembuluh darah di perutnya, dan pada Februari 1965 Sir Stewart Duke-Elder merawat retina mata kirinya yang terlepas. Pada akhir 1971, Adipati yang merupakan seorang perokok dari masa mudanya, didiagnosa menderita kanker tenggorokan dan menjalani terapi kobalt. Pada 18 Mei 1972, Ratu Elizabeth II mengunjungi pasangan Windsor ini saat kunjungan kenegaraan ke Prancis; ia berbicara kepada Adipati Windsor selama 15 menit, namun hanya Istri Adipati yang datang ke pesta kerajaan pada hari yang sama, karena Adipati sudah terlalu lemah.[133]

Kematian dan peninggalan

sunting

Pada 28 Mei 1972, sepuluh hari setelah kunjungan Ratu, Adipati Windsor meninggal di rumahnya di Paris, kurang dari sebulan sebelum ulang tahunnya yang ke-78. Jasadnya dibawa kembali ke Inggris, dan dilakukan pembaringan kenegaraan di St George's Chapel, Kastil Windsor. Upacara pemakaman dilakukan di kapel tersebut pada tanggal 5 Juni di depan Ratu, keluarga kerajaan, dan Istri Adipati Windsor, yang tinggal di Istana Buckingham selama kesempatan tersebut. Ia dimakamkan di Royal Burial Ground di balik Mausoleum Kerajaan Ratu Victoria dan Pangeran Albert di Frogmore.[134] Padahal hingga perjanjian dengan Ratu pada tahun 1965, Adipati dan Istri Adipati Windsor sudah merencanakan pemakaman di lahan pemakaman yang mereka beli di Green Mount Cemetery di Baltimore, Amerika Serikat, dimana disana ayah dari Istri Adipati dimakamkan.[135] Semakin renta dan menderita demensia, Istri Adipati meninggal 14 tahun kemudian, dan dimakamkan disamping suaminya.[136]

Berdasarkan pandangan sejarawan, seperti dalam tulisan Philip Williamson pada tahun 2007, persepsi yang populer pada abad ke-21 mengenai turun takhtanya Edward disebabkan oleh motif politik dan bukan karena motif moralitas agama adalah salah dan timbul karena disaat ini perceraian dianggap sebagai hal yang biasa dan dapat diterima secara sosial. Dalam ranah sensitivitas modern, pembatasan yang berlandaskan agama yang mencegah Edward melanjutkan takhtanya sebagai raja dengan menikahi Simpson "dipandang, tidak memberikan penjelasan masuk akal yang memadai" sebagai alasan turun takhta.[137]

Gelar, gaya, penghargaan dan lambang

sunting
 
Lambang kerajaan untuk Adipati Windsor

Gelar dan Gaya

sunting
  • 23 Juni 1894 – 28 Mei 1898: Yang Mulia Pangeran Edward dari York
  • 28 Mei 1898 – 22 Januari 1901: Yang Mulia Kerajaan Pangeran Edward dari York[138]
  • 22 Januari – 9 November 1901: Yang Mulia Kerajaan Pangeran Edward dari Cornwall dan York
  • 9 November 1901 – 6 Mei 1910: Yang Mulia Kerajaan Pangeran Edward dari Wales
  • 6 Mei 1910  – 20 Januari 1936: Yang Mulia Kerajaan Adipati Cornwall
    • di Skotlandia: Yang Mulia Kerajaan Adipati Rothesay
  • 23 Juni 1910 – 20 Januari 1936: Yang Mulia Kerajaan Pangeran Wales
  • 20 Januari – 11 Desember 1936: Yang Mulia Baginda Raja
  • 11 Desember 1936 – 8 Maret 1937: Yang Mulia Kerajaan Pangeran Edward[139][140]
  • 8 Maret 1937 – 28 Mei 1972: Yang Mulia Kerajaan Adipati Windsor
    • Edward menggunakan gelar ini mulai 12 Desember 1936, bersamaan dengan deklarasi George VI kepada dewan aksesinya, namun baru beberapa bulan kemudian gelar ini disahkan dengan Surat Paten.

Gelar gaya penuhnya sebagai raja adalah "Edward VIII, dengan Rahmat Tuhan, dari Britania Raya, Irlandia, dan dari Dominion Britania di seberang lautan, Raja, Penjaga Keimanan, Kaisar India".

Penghargaan

sunting
 
Foto Edward memakai jubah Ordo Garter oleh Arthur Stockdale Cope, 1912

Imperium atau Persemakmuran Britania Raya

sunting

Sejak ia menjadi raja, ia menjadi penguasa semua ordo ksatria di wilayah persemakmuran dan imperium Britania Raya. Setelah ia turun takhta, Baginda Raja, adik Edward, mengambil alih gelar-gelarnya.

Penghargaan luar negeri

sunting

Sarjana kehormatan

sunting
  • Hon. LLD: Edinburgh, Toronto, Alberta dan Queen's University Kingston (Ontario) 1919, Melbourne 1920, Cambridge and Calcutta 1921, St Andrews dan Hong Kong 1922, Witwatersrand 1925
  • Hon. DCL: Oxford 1921
  • DSc dan Hon. MCom: London 1921
  • DLitt: Benares 1921

Pangkat kemiliteran

sunting

Lambang

sunting

Lambang Edward sebagai Pangeran Wales berbentuk hampir persis dengan Lambang Kerajaan Britania Raya, yang menjadi pembeda adalah label argent tiga titik, dengan sebuah inescutcheon untuk mewakili Wales dilengkapi dengan sebuah koronet (persis seperti milik Charles, Pangeran Wales saat ini). Sebagai Raja, ia memakai lambang kerajaan tanpa pembeda. Setelah ia turun takhta, ia memakai lambang kerajaan dengan argent tiga titik dengan salah satu titiknya terdapat mahkota imperial.[158]

Leluhur

sunting
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
8. Pangeran Albert dari Saxe-Coburg dan Gotha
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
4. Edward VII, Raja Britania Raya
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
9. Victoria, Ratu Britania Raya
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
2. George V, Raja Britania Raya
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
10. Christian IX, Raja Denmark
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
5. Putri Alexandra dari Denmark
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
11. Putri Louise dari Hesse-Kassel
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
1. Edward VIII, Raja Britania Raya
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
12. Adipati Alexander dari Württemberg
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
6. Francis, Adipati Teck
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
13. Countess Claudine Rhédey von Kis-Rhéde
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
3. Putri Mary dari Teck
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
14. Pangeran Adolphus, Adipati Cambridge
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
7. Putri Mary Adelaide dari Cambridge
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
15. Putri Augusta dari Hesse-Kassel
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Catatan

sunting
  1. ^ Ia memiliki 12 orang tua baptis yaitu: Ratu Victoria (nenek buyut dari jalur ayah); Raja dan Ratu Denmark (buyut dari jalur ayah, yang diwakili oleh Pangeran Adolphus dari Teck (paman dari jalur ibu) dan Istri Adipati Fife (bibi dari jalur ayah)); Raja Württemberg (sepupu jauh ibu Edward), yang diwakili Adipati Connaught (kakek-paman)); Ratu Yunani (nenek-bibinya, yang diwakili oleh Putri Victoria dari Wales (bibi dari jalur ayah)); Adipati Sachsen-Coburg dan Gotha (kakek-pamannya, yang diwakili Pangeran Louis dari Battenberg); Pangeran dan Putri Wales (kakek-nenek dari jalur ayah); Tsar Nicholas II (sepupu ayahnya); Adipati Cambridge (kakek paman dari jalur ibu dan sepupu Ratu Victoria); dan Adipati dan Istri Adipati Teck (kakek-nenek dari jalur ibu).
  2. ^ Dokumen tersebut terdiri dari 15 rangkap terpisah, diantaranya dokumen untuk Dominion-dominion, Negara Bebas Irlandia, India, Dewan Rakyat, Dewan Bangsawan dan Perdana Menteri.
  3. ^ Ia telah memerintahkan Alec Hardinge untuk menulis surat kepada Adipati menjelaskan bahwa ia tidak bisa diundang ke upacara memorial ayahnya.

Referensi

sunting
  1. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama heard
  2. ^ Windsor, p. 1
  3. ^ Demoskoff, Yvonne (27 December 2005), Yvonne's Royalty Home Page – Royal Christenings, diarsipkan dari versi asli tanggal 27 August 2011, diakses tanggal 5 March 2013 
  4. ^ Ziegler, p. 5
  5. ^ Ziegler, p. 6
  6. ^ Windsor, p. 7; Ziegler, p. 9
  7. ^ Windsor, pp. 25–28
  8. ^ Ziegler, pp. 30–31
  9. ^ Windsor, pp. 38–39
  10. ^ Ziegler, p. 79
  11. ^ Parker, pp. 12–13
  12. ^ a b c d e f Matthew, H. C. G. (September 2004; online edition January 2008) "Edward VIII, later Prince Edward, duke of Windsor (1894–1972)", Oxford Dictionary of National Biography, Oxford University Press, doi:10.1093/ref:odnb/31061, retrieved 1 May 2010 (Subscription required)
  13. ^ Parker, pp. 13–14
  14. ^ Kirsty McLeod (15 February 1999), "Historical Notes: The lamentable legacy of royal parenting", Independent, diarsipkan dari versi asli tanggal 17 September 2016, diakses tanggal 10 September 2016 
  15. ^ "No. 28387". The London Gazette. 23 June 1910. hlm. 4473. 
  16. ^ "The Prince of Wales Starts Play" (PDF), Polo Monthly, hlm. 300, June 1914, diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 30 July 2018, diakses tanggal 30 July 2018 
  17. ^ Parker, pp. 14–16
  18. ^ Middlemas, Keith; Barnes, John (1969), Baldwin: A Biography, London: Weidenfeld and Nicolson, hlm. 976, ISBN 978-0-297-17859-0 
  19. ^ Airlie, Mabell (1962), Thatched with Gold, London: Hutchinson, hlm. 197 
  20. ^ "Foreign News: P'incess Is Three", Time, 29 April 1929, diarsipkan dari versi asli tanggal 27 February 2014, diakses tanggal 1 May 2010 
  21. ^ Windsor, p. 235
  22. ^ Ziegler, p. 233
  23. ^ Windsor, p. 255
  24. ^ Bradford, p. 142
  25. ^ Bowcott, Owen; Bates, Stephen (30 January 2003), "Car dealer was Wallis Simpson's secret lover", The Guardian, London, diarsipkan dari versi asli tanggal 28 December 2013, diakses tanggal 1 May 2010 
  26. ^ Ziegler, pp. 231–234
  27. ^ Weir, Alison (1996), Britain's Royal Families: The Complete Genealogy Revised edition, London: Pimlico, hlm. 327, ISBN 978-0-7126-7448-5 
  28. ^ a b Windsor, p. 78
  29. ^ Ziegler, pp. 26–27
  30. ^ Windsor, pp. 106–107 and Ziegler, pp. 48–50
  31. ^ Roberts, p. 41 and Windsor, p. 109
  32. ^ Ziegler, p. 111 and Windsor, p. 140
  33. ^ Edward VIII (Jan–Dec 1936), Official website of the British monarchy, 12 January 2016, diarsipkan dari versi asli tanggal 7 May 2016, diakses tanggal 18 April 2016 
  34. ^ "Death of Youngest Son of King and Queen". Daily Mirror. 20 January 1919. p. 2.
  35. ^ a b Ziegler, p. 80
  36. ^ Tizley, Paul (director) (2008), Prince John: The Windsors' Tragic Secret Diarsipkan 8 November 2013 di Wayback Machine. (Documentary), London: Channel 4, retrieved 26 April 2017
  37. ^ Broad, Lewis (1961), The Abdication: Twenty-five Years After. A Re-appraisal, London: Frederick Muller Ltd, hlm. 4–5 
  38. ^ "Report of British Association for the Advancement of Science", archive.org, University of Oxford 1926–27: British Association for the Advancement of Science, diakses tanggal 21 September 2014 
  39. ^ Windsor, p. 215
  40. ^ Voisey, Paul (2004), High River and the Times: an Alberta community and its weekly newspaper, 1905–1966, Edmonton, Alberta: University of Alberta, hlm. 129, ISBN 978-0-88864-411-4 
  41. ^ Prince of Wales Trophy, National Hockey League, diarsipkan dari versi asli tanggal 24 May 2012, diakses tanggal 1 May 2010 
  42. ^ Windsor, pp. 226–228
  43. ^ Erskine, Barry, Oropesa (II), Pacific Steam Navigation Company, diarsipkan dari versi asli tanggal 4 March 2016, diakses tanggal 15 December 2013 
  44. ^ "Arrival at Windsor by Air", The Straits Times, National Library, Singapore, 30 April 1931, diarsipkan dari versi asli tanggal 29 October 2014, diakses tanggal 18 December 2013 
  45. ^ "Princes Home", The Advertiser and Register, National Library of Australia, hlm. 19, 1 May 1931, diakses tanggal 18 December 2013 
  46. ^ Ziegler, pp. 158, 448
  47. ^ Godfrey, Rupert, ed. (1998), "11 July 1920", Letters From a Prince: Edward to Mrs. Freda Dudley Ward 1918–1921, Little, Brown & Co, ISBN 978-0-7515-2590-8 
  48. ^ Grant, Philip (January 2012), The British Empire Exhibition, 1924/25 (PDF), Brent Council, diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 16 May 2017, diakses tanggal 18 July 2016 
  49. ^ Windsor, p. 265; Ziegler, p. 245
  50. ^ Ziegler, pp. 273–274
  51. ^ Windsor, pp. 293–294
  52. ^ A. Michie, God Save The Queen
  53. ^ Edward VIII, Royal Mint Museum, diarsipkan dari versi asli tanggal 16 September 2016, diakses tanggal 4 August 2016 
  54. ^ Coinage and bank notes, Official website of the British monarchy, 15 January 2016, diarsipkan dari versi asli tanggal 7 May 2016, diakses tanggal 18 April 2016 
  55. ^ "George Andrew McMahon: attempt on the life of H.M. King Edward VIII at Constitution Hill on 16 July 1936", MEPO 3/1713, The National Archives, Kew, 2003, diarsipkan dari versi asli tanggal 7 December 2016, diakses tanggal 28 May 2018 
  56. ^ Cook, Andrew (3 January 2003), "The plot thickens", The Guardian, London, diarsipkan dari versi asli tanggal 3 February 2014, diakses tanggal 1 May 2010 
  57. ^ Broad, pp. 56–57
  58. ^ Broad, pp. 44–47; Windsor, pp. 314–315, 351–353; Ziegler, pp. 294–296, 307–308
  59. ^ Windsor, pp. 330–331
  60. ^ a b Pearce, Robert; Graham, Goodlad (2013), British Prime Ministers From Balfour to Brown, Routledge, hlm. 80, ISBN 978-0-415-66983-2, diarsipkan dari versi asli tanggal 4 January 2019, diakses tanggal 3 January 2019 
  61. ^ Windsor, p. 346
  62. ^ Windsor, p. 354
  63. ^ Statute of Westminster 1931 c.4, UK Statute Law Database, diarsipkan dari versi asli tanggal 13 October 2010, diakses tanggal 1 May 2010 
  64. ^ Ziegler, pp. 305–307
  65. ^ Bradford, p. 187
  66. ^ Bradford, p. 188
  67. ^ Windsor, pp. 354–355
  68. ^ Beaverbrook, Lord (1966), Taylor, A. J. P., ed., The Abdication of King Edward VIII, London: Hamish Hamilton, hlm. 57 
  69. ^ Windsor, p. 387
  70. ^ Windsor, p. 407
  71. ^ "The Abdication of Edward VIII", Maclean's, 15 January 1937, diarsipkan dari versi asli tanggal 4 January 2019, diakses tanggal 3 January 2019 
  72. ^ Heard, Andrew (1990), Canadian Independence, Simon Fraser University, Canada, diarsipkan dari versi asli tanggal 21 February 2009, diakses tanggal 1 May 2010 
  73. ^ Edward VIII, Broadcast after his abdication, 11 December 1936 (PDF), Official website of the British monarchy, diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 12 May 2012, diakses tanggal 1 May 2010 
  74. ^ Ziegler, p. 336
  75. ^ "No. 34349". The London Gazette. 12 December 1936. hlm. 8111. 
  76. ^ Clive Wigram's conversation with Sir Claud Schuster, Clerk to the Crown and Permanent Secretary to the Lord Chancellor quoted in Bradford, p. 201
  77. ^ Attorney General to Home Secretary (14 April 1937) National Archives file HO 144/22945 quoted in Velde, François (6 February 2006) The drafting of the letters patent of 1937. Heraldica, retrieved 7 April 2009
  78. ^ Williams, Susan (2003), "The historical significance of the Abdication files", Public Records Office – New Document Releases – Abdication Papers, London, Public Records Office of the United Kingdom, diarsipkan dari versi asli tanggal 9 October 2009, diakses tanggal 1 May 2010 
  79. ^ Ziegler, pp. 354–355
  80. ^ a b Ziegler, pp. 376–378
  81. ^ Ziegler, p. 349
  82. ^ Ziegler, p. 384
  83. ^ Donaldson, pp. 331–332
  84. ^ When the Duke of Windsor met Adolf Hitler, BBC News, 10 March 2016, diarsipkan dari versi asli tanggal 23 November 2016, diakses tanggal 21 July 2018 
  85. ^ Papers of Count Albert von Mensdorff-Pouilly-Dietrichstein (1861–1945) in the State Archives, Vienna, quoted in Rose, Kenneth (1983), King George V, London: Weidenfeld and Nicolson, hlm. 391, ISBN 978-0-297-78245-2 
  86. ^ Windsor, p. 122
  87. ^ Speer, Albert (1970), Inside the Third Reich, New York: Macmillan, hlm. 118 
  88. ^ a b Bradford, p. 285; Ziegler, pp. 398–399
  89. ^ David Reynolds, "Verdun – The Sacred Wound", episode 2. BBC Radio 4, first broadcast 24 February 2016.
  90. ^ Terry Charman, "The Day We Went to War", 2009, p. 28.
  91. ^ Bradford, p. 285
  92. ^ The Times, 8 May 1939, p. 13
  93. ^ e.g. The Times, 9 May 1939, p. 13
  94. ^ No. 621: Minister Zech to State Secretary Weizsäcker, 19 February 1940, in Documents on German Foreign Policy 1918–1945 (1954), Series D, Volume VIII, p. 785, quoted in Bradford, p. 434
  95. ^ McCormick, Donald (1963), The Mask of Merlin: A Critical Biography of David Lloyd George, New York: Holt, Rinehart and Winston, hlm. 290, LCCN 64-20102 
  96. ^ Bloch, p. 91
  97. ^ Bloch, pp. 86, 102; Ziegler, pp. 430–432
  98. ^ Ziegler, p. 434
  99. ^ Bloch, p. 93
  100. ^ Bloch, pp. 93–94, 98–103, 119
  101. ^ Bloch, p. 119; Ziegler, pp. 441–442
  102. ^ Bloch, p. 364
  103. ^ Bloch, pp. 154–159, 230–233; Luciak, Ilja (2012), "The Life of Axel Wenner-Gren–An Introduction" (PDF), dalam Luciak, Ilja; Daneholt, Bertil, Reality and Myth: A Symposium on Axel Wenner-Gren, Stockholm: Wenner-Gren Stiftelsirna, hlm. 12–30, diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 8 July 2016, diakses tanggal 6 November 2016 
  104. ^ Ziegler, p. 448
  105. ^ Ziegler, pp. 471–472
  106. ^ Ziegler, p. 392
  107. ^ Bloch, pp. 79–80
  108. ^ Roberts, p. 52
  109. ^ Morton, Andrew (2015), 17 Carnations: The Windsors, The Nazis and The Cover-Up, Michael O'Mara Books, ISBN 9781782434658, diakses tanggal 25 May 2015 
  110. ^ Bloch, p. 178
  111. ^ Evans, Rob; Hencke, David (29 June 2002), "Wallis Simpson, the Nazi minister, the telltale monk and an FBI plot", The Guardian, London, diarsipkan dari versi asli tanggal 26 August 2013, diakses tanggal 2 May 2010 
  112. ^ Higham, Charles (1988), The Duchess of Windsor: The Secret Life, New York: McGraw-Hill Publishers, pp. 388–389
  113. ^ Bradford, p. 426
  114. ^ Fane Saunders, Tristram (14 December 2017), "The Duke, the Nazis, and a very British cover-up: the true story behind The Crown's Marburg Files", The Telegraph, diarsipkan dari versi asli  tanggal 14 August 2018, diakses tanggal 14 August 2018 
  115. ^ Miller, Julie (9 December 2017), The Crown: Edward's Alleged Nazi Sympathies Exposed, Vanity Fair, diarsipkan dari versi asli tanggal 6 February 2018, diakses tanggal 14 August 2018 
  116. ^ Windsor, p. 277
  117. ^ Sebba, Anne (1 November 2011), "Wallis Simpson, 'That Woman' After the Abdication", The New York Times, diarsipkan dari versi asli tanggal 5 November 2011, diakses tanggal 7 November 2011 
  118. ^ Lord Kinross, Love conquers all in Books and Bookmen, vol. 20 (1974), p. 50: "He indeed remarked to me, some twenty-five years later, 'I never thought Hitler was such a bad chap'."
  119. ^ Wilson, Christopher (22 November 2009), "Revealed: the Duke and Duchess of Windsor's secret plot to deny the Queen the throne", The Telegraph, diarsipkan dari versi asli tanggal 8 August 2017, diakses tanggal 6 August 2017 
  120. ^ a b c Roberts, p. 53
  121. ^ Bradford, p. 442
  122. ^ Ziegler, pp. 534–535
  123. ^ a b Bradford, p. 446
  124. ^ "Le Moulin – History", The Landmark Trust, diarsipkan dari versi asli tanggal 31 January 2019, diakses tanggal 30 January 2019 
  125. ^ Vidal, Gore (1995), Palimpsest: a memoir, New York: Random House, hlm. 206, ISBN 978-0-679-44038-3 
  126. ^ Farquhar, Michael (2001), A Treasury of Royal Scandals, New York: Penguin Books, hlm. 48, ISBN 978-0-7394-2025-6 
  127. ^ Ziegler, pp. 539–540
  128. ^ "Peep Show", Time, 8 October 1956, diarsipkan dari versi asli tanggal 26 February 2014, diakses tanggal 2 May 2010 
  129. ^ UPI. "Duke, Duchess Have Dinner With Nixons" The Times-News (Hendersonville, North Carolina) 6 April 1970; p. 13
  130. ^ Bradford, p. 198
  131. ^ Ziegler, pp. 554–556
  132. ^ Ziegler, p. 555
  133. ^ Duke too ill for tea with the Queen, BBC, 18 May 1972, diarsipkan dari versi asli tanggal 30 August 2017, diakses tanggal 24 October 2017 
  134. ^ Ziegler, pp. 556–557
  135. ^ Rasmussen, Frederick (29 April 1986), "Windsors had a plot at Green Mount", The Baltimore Sun 
  136. ^ Simple funeral rites for Duchess, BBC, 29 April 1986, diarsipkan dari versi asli tanggal 30 December 2007, diakses tanggal 2 May 2010 
  137. ^ Williamson, Philip (2007), "The monarchy and public values 1910–1953", dalam Olechnowicz, Andrzej, The monarchy and the British nation, 1780 to the present, Cambridge University Press, hlm. 225, ISBN 978-0-521-84461-1 
  138. ^ Velde, Francois R., Royal Styles and Titles of Great Britain: Documents, diarsipkan dari versi asli tanggal 23 April 2016, diakses tanggal 14 June 2013 
  139. ^ Adipati Windsor, p. 413; Ziegler, p. 331.
  140. ^ Stuart, Charles, ed. (1975), The Reith Diaries, London: Collins, hlm. 192–193, ISBN 0-00-211174-8 
  141. ^ "No. 33284". The London Gazette. 14 June 1927. hlm. 3836. 
  142. ^ Privy Council Office (1 February 2012), Historical Alphabetical List since 1867 of Members of the Queen's Privy Council for Canada, diarsipkan dari versi asli tanggal 21 April 2012, diakses tanggal 29 March 2012 
  143. ^ "Caballeros de la insigne orden del toisón de oro", Guóa Oficial de España (dalam bahasa Spanyol): 217, 1930, diakses tanggal 4 March 2019 
  144. ^ M. & B. Wattel (2009). Les Grand'Croix de la Légion d'honneur de 1805 à nos jours. Titulaires français et étrangers. Paris: Archives & Culture. hlm. 461. ISBN 978-2-35077-135-9. 
  145. ^ Bille-Hansen, A. C.; Holck, Harald, ed. (1933) [1st pub.:1801]. Statshaandbog for Kongeriget Danmark for Aaret 1933 [State Manual of the Kingdom of Denmark for the Year 1933] (PDF). Kongelig Dansk Hof- og Statskalender (dalam bahasa Dansk). Copenhagen: J.H. Schultz A.-S. Universitetsbogtrykkeri. hlm. 17. Diakses tanggal 16 September 2019 – via da:DIS Danmark. 
  146. ^ a b c d e f g h i j k l Montgomery-Massingberd, Hugh, ed. (1977), Burke's Royal Families of the World (edisi ke-1st), London: Burke's Peerage, hlm. 311–312, ISBN 978-0-85011-023-4 
  147. ^ "พระราชทานเครื่องราชอิสริยาภรณ์ มหาจักรีบรมราชวงศ์" (PDF), Royal Thai Government Gazette (dalam bahasa Thai), 19 August 1917, diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-03-04, diakses tanggal 2019-05-08 
  148. ^ Sveriges statskalender (dalam bahasa Swedia), II, 1940, hlm. 7, diakses tanggal 6 January 2018 – via runeberg.org 
  149. ^ "The Prince of Wales – Forthcoming Visit to Inverness", The Glasgow Herald, hlm. 15, 28 April 1931 
  150. ^ The Prince in the Highlands (1931) Diarsipkan 11 August 2017 di Wayback Machine. British Pathé
  151. ^ The Duke of Rothesay (1933)Diarsipkan 16 March 2016 di Wayback Machine. British Pathé
  152. ^ a b c d e f g h i Cokayne, G.E.; Doubleday, H.A.; Howard de Walden, Lord (1940), The Complete Peerage, London: St. Catherine's Press, vol. XIII, pp. 116–117
  153. ^ "No. 32774". The London Gazette. 5 December 1922. hlm. 8615. 
  154. ^ "No. 33640". The London Gazette. 2 September 1930. hlm. 5424. 
  155. ^ "No. 33640". The London Gazette. 2 September 1930. hlm. 5428. 
  156. ^ "No. 34119". The London Gazette (Supplement). 28 December 1934. hlm. 15. 
  157. ^ The Times, 19 September 1939, p. 6, col. F
  158. ^ Prothero, David (24 September 2002), Flags of the Royal Family, United Kingdom, diarsipkan dari versi asli tanggal 31 March 2010, diakses tanggal 2 May 2010 

Bibliografi

sunting

Pranala luar

sunting
Edward VIII dari Britania Raya
Cabang kadet Wangsa Wettin
Lahir: 23 Juni 1894 Meninggal: 28 Mei 1972
Gelar kebangsawanan
Didahului oleh:
George V
Raja Britania Raya dan
Dominion Inggris Seberang Lautan
Kaisar India

20 Januari – 11 Desember 1936
Diteruskan oleh:
George VI
Britania
Didahului oleh:
Pangeran George
kemudian menjadi Raja George V
Pangeran Wales
Adipati Cornwall; Adipati Rothesay

1910–1936
Lowong
Selanjutnya dijabat oleh
Pangeran Charles
Jabatan pemerintahan
Didahului oleh:
Sir Charles Dundas
Gubernur Bahama
1940–1945
Diteruskan oleh:
Sir William Lindsay Murphy
Gelar kehormatan
Lowong
Terakhir dijabat oleh
Pangeran Wales
Grand Master Ordo St Michael dan St George
1917–1936
Diteruskan oleh:
Earl Athlone
Jabatan baru Grand Master Ordo Kekaisaran Britania
1917–1936
Diteruskan oleh:
Ratu Mary
Komodor Udara Tertinggi Angkatan Udara Cadangan
1932–1936
Diteruskan oleh:
Raja George VI
Jabatan akademik
Posisi baru Rektor Universitas Cape Town
1918–1936
Diteruskan oleh:
Jan Smuts


Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "lower-alpha", tapi tidak ditemukan tag <references group="lower-alpha"/> yang berkaitan